NGO: IDAI

  • Pilu Bocah Meninggal karena Gangguan Otak Langka Akibat Komplikasi Campak

    Pilu Bocah Meninggal karena Gangguan Otak Langka Akibat Komplikasi Campak

    Jakarta

    Seorang anak usia sekolah di Los Angeles meninggal dunia akibat komplikasi campak langka, beberapa tahun setelah terinfeksi virus tersebut. Departemen Kesehatan Wilayah Los Angeles mengumumkan kematian tersebut pada hari Kamis, sebagai bagian dari peringatan bagi warga tentang pentingnya vaksinasi.

    Departemen tersebut mengatakan bahwa anak itu tertular campak saat bayi sebelum mereka memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin campak-gondongan-rubella (MMR) pertama mereka. Dosis pertama harus diberikan kepada bayi pada usia 12 hingga 15 bulan, diikuti dengan dosis kedua pada usia 4 hingga 6 tahun.

    Anak tersebut sembuh, tetapi bertahun-tahun kemudian mengalami gangguan otak progresif langka yang dikenal sebagai panensefalitis sklerosis subakut atau subacute sclerosing panencephalitis (SSPE). Kondisi ini dapat terjadi pada orang yang terinfeksi campak di awal kehidupan, biasanya sekitar 2 hingga 10 tahun setelah infeksi awal.

    “Kasus ini merupakan pengingat yang menyakitkan betapa berbahayanya campak, terutama bagi anggota masyarakat kita yang paling rentan,” ujar Dr. Muntu Davis, petugas kesehatan Los Angeles dikutip dari NBC News, Senin (15/9/2025).

    “Vaksinasi bukan hanya tentang melindungi diri sendiri – ini tentang melindungi keluarga, tetangga, dan terutama anak-anak yang terlalu muda untuk divaksinasi,” ujarnya.

    Sekitar 1 dari 10.000 orang yang terinfeksi campak bisa mengalami SSPE. Tetapi jika terinfeksi saat bayi, risikonya menjadi 1 dari 600.

    Gangguan otak ini memengaruhi sistem saraf pusat, sehingga penderita dapat mengalami kejang atau kehilangan kemampuan berjalan sebelum jatuh koma atau kondisi vegetatif.

    Belum ada obat atau pengobatan yang efektif untuk gangguan ini, dan sebagian besar pasien meninggal dalam satu hingga tiga tahun setelah diagnosis.

    Tahun ini menandai wabah terburuk campak sejak AS memberantas penyakit tersebut pada tahun 2000. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit telah mencatat 1.454 kasus sejak awal tahun, melampaui rekor sebelumnya pada tahun 2019 yang didorong oleh wabah di komunitas Yahudi Ortodoks di New York dengan tingkat vaksinasi yang rendah.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video KuTips: Terapi Campak pada Anak, IDAI Ingatkan Isolasi Diri “
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/kna)

  • Awal Mula Balita Idap Sembelit Parah hingga Tubuhnya Dipenuhi 2 Kg Tinja

    Awal Mula Balita Idap Sembelit Parah hingga Tubuhnya Dipenuhi 2 Kg Tinja

    Jakarta

    Seorang ibu bernama Elissa Novak (35) membagikan kisah pilu tentang putranya, Ivan, yang mengalami sembelit parah namun terlambat mendapatkan penanganan medis. Kondisi itu membuat Ivan terus-menerus kesakitan dan bahkan hampir merenggut nyawanya.

    Elissa, yang berasal dari Nuneaton, Inggris, mengatakan pada masa terburuknya, Ivan mengalami muntah berulang, kehilangan berat badan, dan merasakan nyeri hebat. Seorang dokter bahkan memperkirakan sekitar 2 kg dari total bobot tubuh Ivan yang hanya 10 kg berisi tinja.

    Kini Ivan berusia lima tahun, namun Elissa mengungkapkan masa balitanya telah ‘dirampas’ oleh masalah kesehatan akibat sembelit. Pada tahun 2022, di puncak penderitaannya, Ivan harus menjalani rawat inap darurat hingga 25 kali hanya dalam enam bulan.

    “Itu benar-benar mengerikan. Dia sangat lemah sampai-sampai tidak bisa bangun sendiri atau melakukan apa pun,” tutur Elissa.

    “Ia merasakan sakit sepanjang waktu, entah berteriak kesakitan atau hanya terbaring karena tubuhnya terlalu lemah.”

    Elissa menceritakan bahwa ia harus terus-menerus membawa Ivan ke dokter anak di rumah sakit demi mencari jawaban. Saat itu, di Warwickshire belum tersedia layanan khusus untuk masalah usus maupun kandung kemih anak, sehingga ia terpaksa bolak-balik ke UGD hingga empat kali dalam seminggu.

    Baru ketika kondisi Ivan mencapai titik kritis, dokter akhirnya mengungkapkan bahwa penyebab utama rasa sakitnya adalah sembelit. Elissa meyakini, bila penanganan terlambat sedikit saja, nyawa putranya bisa melayang.

    Hasil pemeriksaan menunjukkan seluruh usus besar Ivan terdampak, bahkan sampai menekan rongga paru-parunya dan mengancam fungsi organ vital tersebut.

    Elissa menggambarkan kondisi putranya yang kritis akibat kondisi tersebut. Ia mengatakan perut kecil Ivan seperti remuk, semua organ di dalamnya terdorong keluar akibat sembelit parah. Situasi itu membuat mereka harus berkali-kali menghabiskan waktu hingga 12 jam di ruang gawat darurat, hanya untuk menunggu tindakan enema.

    “Itu adalah masa yang sangat mengerikan. Sangat traumatis bagi semua orang.” lanjutnya.

    Ivan diketahui memiliki dua sindrom genetik yang memengaruhi fungsi kognitifnya. Menurut Elissa, kondisi inilah yang membuat tanda-tanda penyakitnya sering terabaikan sehingga sembelit tidak terdiagnosis lebih awal.

    “Itu dianggap ‘memang begitulah anak-anak disabilitas’. Kami bahkan punya konsultan yang bilang ‘anak-anak disabilitas cuma teriak-teriak’,” kata Elissa.

    “Hal itu tidak ditangani dengan benar, tidak ditanggapi dengan serius sampai ia benar-benar berada di titik kritis. Tanda-tanda rasa sakitnya tidak dikenali. Itu benar-benar seperti badai yang sempurna.”

    Ivan sekarang memiliki paket perawatan sehingga sembelitnya dapat diatasi di rumah dengan obat pencahar dan pembersihan usus setiap hari.

    “Itu bagian besar dari hidupnya dan bagian besar dari harinya. Dia masih merasakan sakit, tapi sudah jauh lebih baik,” kata ibunya.

    Elissa berkampanye untuk layanan perawatan kandung kemih dan usus yang lebih baik di seluruh negeri.

    “Banyak orang terabaikan,” katanya.

    Menurut data National Health Service, jumlah anak berusia hingga 16 tahun yang dirawat di rumah sakit di Inggris karena sembelit dan gejala terkait kini mencapai titik tertinggi dalam 10 tahun terakhir, dengan lebih dari 44.000 kasus rawat inap pada periode 2023-2024.

    Seorang pakar menilai, anak-anak dirugikan karena tidak adanya layanan khusus kandung kemih dan usus di beberapa wilayah negara itu. Menurut badan amal Bladder and Bowel UK, sekitar 1,5 juta anak di Inggris menderita sembelit.

    “Ini masalah besar, namun banyak tenaga kesehatan yang tidak menganggapnya sebagai isu serius pada anak-anak,” kata Davina Richardson, perawat spesialis anak dari badan amal tersebut.

    “Membicarakan soal pipis dan pup sangat tidak khas orang Inggris. Itu bukan sesuatu yang biasa dilakukan dalam budaya kami.”

    Simak Video “Video: IDAI Sebut Anak Gemuk Bukan Berarti Sehat”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/suc)

  • Stunting dan Malnutrisi gara-gara Seblak, Mungkinkah? Ini Pendapat Para Pakar

    Stunting dan Malnutrisi gara-gara Seblak, Mungkinkah? Ini Pendapat Para Pakar

    Jakarta

    Seorang dokter di Bandung Barat baru-baru ini viral setelah membagikan pengalamannya menangani pasien radang lambung. Pasien tersebut disebutnya lebih sering makan seblak dibanding makan nasi.

    “Speechless saya… Pantes anak2 Indonesia byk yg stunting, kalo calon ibunya modelnya kaya gini semua,” tulis dr dr Mariska Haris dalam unggahan viralnya di TikTok tersebut.

    Kepada detikcom, dr Mariska menyebut pasien perempuan ini makan seblak hingga 2 kali sehari. Pasien tersebut menjalani observasi selama 14 jam dan sudah diperbolehkan pulang.

    Seblak dan Malnutrisi

    Ini bukan kali pertama seblak jadi perbincangan terkait gangguan nutrisi. Januari 2025, temuan 8 ribu kasus remaja putri di Karawang yang mengalami anemia juga dikaitkan dengan kebiasaan jajan tidak sehat, termasuk jajan seblak dan bakso, selain juga faktor lain seperti menstruasi.

    Dikutip dari Mayo Clinic, anemia merupakan kondisi tubuh kekurangan hemoglobin (Hb) atau sel darah merah yang sehat. Sel-sel ini dibutuhkan untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.

    Ada banyak penyebab anemia, salah satunya adalah defisiensi atau kekurangan zat besi. Selain karena perdarahan, defisiensi zat besi juga erat kaitannya dengan pola makan yang tidak seimbang.

    Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, anemia khususnya pada remaja putri perlu mendapat perhatian. Menurutnya, kondisi tersebut dapat mempengaruhi kehamilan kelak jika sudah menikah.

    “Jika tidak ditangani akan berisiko terjadinya pendarahan saat persalinan, bayi berat badan lahir rendah, dan akhirnya melahirkan bayi stunting,” katanya dalam Webinar Hari Gizi Nasional Ke-61 dengan tema Remaja Bebas Anemia dan Stunting Kunci Masa Depan, Jumat (22/1/2025).

    Gara-gara Seblak?

    Tudingan bahwa seblak menjadi salah satu faktor pemicu anemia sempat jadi perdebatan. Tak dipungkiri, jajanan seperti seblak dan bakso kurang memberikan asupan zat besi.

    “Lebih dominan kandungan karbohidratnya, zat besi juga tidak ada,” kata dr Johanes Chandrawinata, SpGK dalam perbincangan dengan detikcom.

    Pendapat senada juga disampaikan pakar gizi komunitas dr Tan Shot Yen. Menurutnya, seblak tidak hanya minim zat besi tetapi juga tinggi garam yang juga dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan.

    “Konsumen seblak biasanya juga bukan pemakan menu sehat. Jadi akumulasi pangan amburadul membuat masalah gizi jangka panjang,” terang dr Tan.

    Namun demikian, menuding seblak sebagai satu-satunya penyebab sepertinya memang tidak fair. Bagaimanapun, ada faktor lain yang juga perlu diatasi sebagai penyebab anemia.

    Dokter spesialis anak dari Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI, Dr dr Meta Herdiana Hanindita, SpA(K), mengatakan butuh pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan penyebab anemia. Belum tentu seblak menjadi penyebab langsung, meski bisa juga berpengaruh secara tidak langsung.

    “Kalau memang seblaknya mengurangi konsumsi sumber zat besi hemnya ya bisa aja (memicu anemia). Tapi tidak selalu itu sebab akibat yang pasti karena itu,” jelas dr Meta dalam sebuah sesi temu media daring.

    Sementara itu, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kementerian Kesehatan RI, Lovely Daisy, menyoroti kurangnya pemahaman tentang pola makan sehat sebagai salah satu faktor penyebab anemia defisiensi besi di berbagai wilayah Indonesia.

    “Zat gizi mikronya gak terpenuhi, zat gizi mikro itu kan vitamin mineral, vitamin A, B, C, D, mineral. Salah satunya, zat besi, asam folat itu penting sebetulnya, itu yang kurang, sehingga menyebabkan anemia pada anak,” jelasnya.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Data WHO soal Jumlah Orang yang Tewas karena Malnutrisi di Gaza”
    [Gambas:Video 20detik]
    (up/up)

    Darurat Seblak

    7 Konten

    Sudah banyak yang bilang, seblak bukan makanan yang kaya nutrisi. Tapi kalau mengaitkannya dengan risiko kesehatan yang lebih serius seperti malnutrisi, too much nggak sih? Ternyata nggak juga lho.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Rencana Inggris Larang Anak di Bawah 16 Tahun Konsumsi Minuman Berenergi

    Rencana Inggris Larang Anak di Bawah 16 Tahun Konsumsi Minuman Berenergi

    Jakarta

    Pemerintah Inggris sedang merencanakan undang-undang baru yang melarang orang di bawah 16 tahun untuk membeli dan mengonsumsi minuman berenergi. Baik dari toko, restoran, kafe, mesin penjual otomatis, hingga daring (online).

    Diperkirakan sepertiga anak-anak di Inggris mengonsumsi minuman berenergi jenis apapun setiap minggu. Hal ini masih terus terjadi meski sebagian besar supermarket telah memberlakukan larangan ini secara sukarela.

    Beberapa minuman populer mengandung lebih banyak kafein daripada dua cangkir kopi.

    Menteri Kesehatan dan Layanan Sosial, Wes Streeting, mengatakan ini adalah bentuk tindak lanjut dari kekhawatiran orang tua dan guru, serta menangani masalah ini secara langsung. Tentunya untuk melindungi kesehatan orang-orang muda di sana.

    Minuman ringan yang rendah kafein, seperti diet coke, tidak berpengaruh. Begitu juga dengan teh atau kopi.

    Konsultasi sekarang akan berlangsung selama 12 minggu. Ini dilakukan untuk mengumpulkan bukti dari para ahli kesehatan dan pendidikan, serta masyarakat, pengecer, dan produsen.

    Koki TV Jamie Oliver berulang kali memperingatkan bahaya dan gangguan yang dapat ditimbulkan oleh minuman berenergi. Kebanyakan anak-anak mengaku menjadi ‘sangat bersemangat’ setelah minum minuman berenergi untuk sarapan.

    “Kita bicara tentang tiga, empat teguk espresso dalam satu gelas minuman ini. Banyak gula. Jadi, benar-benar mimpi buruk,” tuturnya dalam sebuah video yang diunggah di media sosial X tahun lalu.

    Efek Samping dari Konsumsi Minuman Berenergi

    Konsumsi minuman berenergi secara berlebihan dikaitkan dengan sakit kepala dan masalah tidur. Terlalu banyak kafein dapat menyebabkan detak jantung cepat, irama jantung abnormal, dan kejang.

    Meski jarang terjadi, ada beberapa kematian yang terkait dengan kelebihan kafein. Berdasarkan aturan pelabelan saat ini, minuman apapun, selain teh atau kopi, dengan lebih dari 150 mg kafein per liter wajib diberi label peringatan.

    “Kandungan kafein tinggi. Tidak direkomendasikan untuk anak-anak atau wanita hamil atau menyusui,” tulis label tersebut.

    “Anak muda memiliki tubuh yang lebih kecil dan otak mereka masih berkembang, yang bisa membuat mereka lebih sensitif terhadap kafein,” kata para ahli yang dikutip dari BBC, Rabu (3/9/2025).

    Bagi kebanyakan orang dewasa, mengonsumsi hingga 400 mg kafein sehari yang setara dengan empat cangkir kopi instan atau lima cangkir teh itu masih aman.

    “Dengan mencegah toko menjual minuman ini kepada anak-anak, kami membantu membangun fondasi bagi generasi mendatang yang lebih sehat dan bahagia,” terang Streeting.

    Presiden Royal College of Paediatrics and Child Health, Prof Steve Turner, mengungkapkan larangan tersebut merupakan langkah logis berikutnya dalam membuat pola makan anak-anak lebih sehat. Ahli lainnya dari Universitas Teesside, Prof Amelia Lake, telah mempelajari dan menemukan bahwa minuman berenergi tidak tepat dikonsumsi oleh anak-anak.

    “Penelitian kami telah menunjukkan konsekuensi kesehatan mental dan fisik yang signifikan dari anak-anak yang mengonsumsi minuman berenergi,” beber Prof Lake.

    “Kita tahu minuman ini merupakan bagian dari budaya anak muda dan terkait dengan olahraga, permainan, musik, dan lainnya, tetapi belum ada sinyal yang jelas tentang konsekuensi kesehatannya.”

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: IDAI Sebut Anak Gemuk Bukan Berarti Sehat”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/kna)

  • Video KuTips: Terapi Campak pada Anak, IDAI Ingatkan Isolasi Diri

    Video KuTips: Terapi Campak pada Anak, IDAI Ingatkan Isolasi Diri

    Jakarta

    Pemerintah Jawa Timur menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di Sumenep. Sejak Januari-Agustus 2025 tercatat sudah lebih dari 2 ribu kasus suspek campak dan mengakibatkan 17 anak meninggal dunia.

    Terjadinya KLB ini menyadarkan kita akan kesehatan anak. Campak bukan sekadar campak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan tingkat penularan infeksi campak lebih tinggi daripada penularan Covid-19.

    Sampai saat ini belum ada obat antivirus khusus campak, terapi campak bersifat suportif. IDAI menekankan pentingnya isolasi dan mengingatkan untuk lakukan imunisasi campak untuk pencegahan. Lalu jika anak terkena campak, gimana terapi atau pengobatannya? Simak di video KuTips berikut ya!

    Tonton juga video tips dan trik kesehatan lainnya di link berikut!

    (/)

    campak klb campak klb campak sumenep infeksi campak sakit campak bahaya campak pengobatan campak idai kutips vaksin campak

  • Kemenkes Buka Suara soal Gaduh Staf Kardiologi Anak RSCM Tolak dr Piprim Dimutasi

    Kemenkes Buka Suara soal Gaduh Staf Kardiologi Anak RSCM Tolak dr Piprim Dimutasi

    Jakarta

    Staf medis Divisi Kardiologi Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menyampaikan keprihatinan mendalam atas dimutasinya Dr dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), sosok yang juga dikenal sebagai Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

    Ketua Divisi Kardiologi Anak RSCM, Prof Dr dr Mulyadi, menilai keputusan mutasi tersebut berlangsung mendadak tanpa adanya diskusi dengan pihak divisi.

    “Kami dari kelompok staf medis kardiologi anak RSCM menyampaikan kesedihan dan kekecewaan yang sangat mendalam atas mutasi yang terjadi pada salah satu anggota divisi kami yaitu Dr dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K),” kata Mulyadi dalam keterangan resmi yang diterima detikcom baru-baru ini.

    Menurutnya, saat ini jumlah subspesialis jantung anak di RSCM berkurang dan hanya tersisa empat orang. Kondisi ini disebutnya berpengaruh pada ketersediaan intervensi jantung anak yang terbatas.

    “Hal ini tentunya menyebabkan antrean pasien semakin panjang dan risiko perburukan pasien meningkat, khususnya pasien BPJS,” beber dia.

    Selain aspek pelayanan, Mulyadi menambahkan bahwa mutasi ini juga berdampak pada pendidikan kedokteran. dr Piprim selama ini berperan sebagai mentor bagi calon dokter spesialis anak maupun dokter subspesialis jantung anak.

    “Dengan kepergiannya, kami kehilangan sosok pembimbing yang berimbas pada hilangnya arah pendidikan,” tuturnya.

    Kemenkes Pastikan Pelayanan Tetap Optimal

    Menanggapi kekhawatiran tersebut, Kementerian Kesehatan memastikan bahwa layanan kardiologi anak di RSCM tetap berjalan normal.

    Melalui keterangan Biro Komunikasi dan Informasi Publik, Kemenkes menyebutkan bahwa poliklinik rawat jalan maupun tindakan medis kardiologi anak tetap berlangsung seperti biasa.

    “Untuk memastikan pelayanan optimal, RSCM telah menyediakan empat dokter penanggung jawab pasien (DPJP) kardiologi anak dengan menambah kuota pelayanan untuk masing-masing DPJP,” demikian keterangan tertulis Kemenkes.

    Kemenkes juga menegaskan bahwa RSCM tetap berkomitmen memberikan pelayanan terbaik bagi seluruh pasien tanpa mengurangi mutu maupun akses layanan.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: dr Piprim IDAI Minta Mutasinya dari RSCM ke RS Fatmawati Ditinjau Ulang”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/naf)

  • Video: Campak Lebih Menular dari Covid-19, IDAI Tekankan Pentingnya Imunisasi

    Video: Campak Lebih Menular dari Covid-19, IDAI Tekankan Pentingnya Imunisasi

    Video: Campak Lebih Menular dari Covid-19, IDAI Tekankan Pentingnya Imunisasi

  • Dokter Jantung Anak RSCM Sebut Mutasi Ketua IDAI Ganggu Pelayanan, Ini Kata Kemenkes

    Dokter Jantung Anak RSCM Sebut Mutasi Ketua IDAI Ganggu Pelayanan, Ini Kata Kemenkes

    Jakarta

    Ketua Divisi Kardiologi Jantung Anak Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Prof Dr dr Mulyadi M.Djer, SpA(K) mengatakan pelayanan jantung anak, khususnya pasien BPSJ Kesehatan di RSCM terganggu.

    Ini setelah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memutasi Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA (K), yang merupakan pakar jantung anak, ke RS Fatmawati.

    “Keputusan mutasi bersifat mendadak dan tanpa adanya diskusi dengan kami, yaitu Divisi Kardiologi Anak FKUI RSCM. Dengan kepergian dokter Piprim, kini di RSCM tersisa 4 subspesialis jantung anak,” kata dr Mulyadi dalam video yang diterima awak media, Rabu (27/8/2025).

    “Antrean pasien semakin panjang dan risiko perburukan pasien meningkat, khususnya pasien BPJS,” sambungnya.

    Menurut dr Mulyadi, mutasi ini juga berdampak kepada pendidikan kedokteran spesialis anak dan sub-spesialis jantung anak di FKUI RSCM.

    Untuk diketahui, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Aji Muhawarman menyebut mutasi tersebut dilakukan sebagai rotasi di rumah sakit vertikal. Tidak hanya melibatkan dr Piprim, tetapi ada 12 dokter lain yang turut dirotasi.

    Aji mengklaim rotasi semacam ini wajar dilakukan demi mengembangkan layanan rumah sakit Kemenkes RI.

    “Perpindahan dr Piprim untuk memenuhi kebutuhan mendesak di Rumah Sakit Fatmawati (RSF), yang saat ini hanya memiliki satu sub-spesialis kardiologi anak dan akan segera memasuki masa pensiun,” tegas Aji saat dihubungi detikcom, beberapa waktu lalu.

    “Kehadiran yang bersangkutan diperlukan untuk memperkuat dan mengembangkan layanan kardiologi anak di RSF. Perlu diketahui bahwa RSF juga merupakan rumah sakit pendidikan utama bagi Fakultas Kedokteran UIN serta menjadi bagian dari jejaring rumah sakit pendidikan Fakultas Kebdokteran Universitas Indonesia (FK-UI),” sambungnya.

    (dpy/up)

  • Video: Kemenkes-RSCM Tanggapi Ketua IDAI Dilarang Layani Pasien BPJS

    Video: Kemenkes-RSCM Tanggapi Ketua IDAI Dilarang Layani Pasien BPJS

    Video: Kemenkes-RSCM Tanggapi Ketua IDAI Dilarang Layani Pasien BPJS

  • Video: Tolak Mutasi, Ketua IDAI Tak Bisa Layani Pasien BPJS di RSCM

    Video: Tolak Mutasi, Ketua IDAI Tak Bisa Layani Pasien BPJS di RSCM

    Video: Tolak Mutasi, Ketua IDAI Tak Bisa Layani Pasien BPJS di RSCM