NGO: GARDA

  • Iran Ancam AS Akan Menyesal Jika Kembali Lancarkan Serangan!

    Iran Ancam AS Akan Menyesal Jika Kembali Lancarkan Serangan!

    Jakarta

    Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) mengingatkan Amerika Serikat untuk tidak melancarkan serangan lebih lanjut terhadap Iran. Komandan IRGC, Mayor Jenderal Mohammad Pakpour berjanji bahwa AS akan menyesali setiap serangan lebih lanjut terhadap Iran.

    “Kami memperingatkan presiden Amerika yang bodoh… bahwa jika terjadi pengulangan agresi atau serangan terhadap sistem suci Republik Islam Iran dan tanah kelahiran martir Iran yang membanggakan, dia akan menerima tanggapan yang lebih menghancurkan dan disesalkan, yang akan menjadi pelajaran,” kata Pakpour dikutip oleh televisi pemerintah Iran, seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (24/6/2025).

    Pakpour menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah pesan yang dikeluarkan pada Selasa (24/6) pagi waktu setempat setelah angkatan bersenjata Iran melancarkan serangan rudal terhadap Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, yang berfungsi sebagai markas terdepan Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM).

    Militer Iran menyebut serangan rudal itu serangan yang kuat dan menghancurkan terhadap pos terdepan, yang juga berfungsi sebagai markas terdepan Komando Pusat Angkatan Udara AS (AFCENT).

    Serangan itu dilakukan sebagai balasan atas serangan AS terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada hari Minggu lalu.

    Dilansir media Iran, Press TV, Selasa (24/6/2025), Pakpour menyebut target yang diserang selama operasi pembalasan itu sebagai “jantung CENTCOM di kawasan Asia Barat”.

    Dia mengatakan bahwa pangkalan strategis utama Amerika Serikat itu telah mengalami kerusakan, meskipun ada beberapa lapis perlindungan yang kuat.

    Senada dengan Pakpour, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Aragchi juga mengatakan bahwa Iran siap untuk membalas setiap serangan baru oleh Amerika Serikat.

    “Serangan rudal Iran terhadap pangkalan militer Al-Udeid merupakan tanggapan terhadap agresi terang-terangan Amerika terhadap integritas teritorial dan kedaulatan nasional Iran,” kata Aragchi seperti dikutip oleh kementeriannya, seraya menambahkan bahwa Teheran “akan siap untuk kembali merespons” setiap serangan baru oleh Washington.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS Waspadai Serangan Siber Iran Terhadap Sektor Keuangan hingga Jaringan Listrik

    AS Waspadai Serangan Siber Iran Terhadap Sektor Keuangan hingga Jaringan Listrik

    Bisnis.com, JAKARTA—  Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat (DHS) mengeluarkan peringatan kepada pelaku bisnis dan lembaga di AS untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi serangan siber yang disponsori pemerintah Iran serta gangguan digital skala kecil dari kelompok hacktivist pro-Iran, menyusul serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Iran akhir pekan lalu.

    “Baik kelompok hacktivist maupun aktor siber yang terkait dengan pemerintah Iran secara rutin menargetkan jaringan AS yang lemah dan perangkat yang terhubung ke internet guna melakukan serangan siber yang mengganggu,” demikian bunyi peringatan tersebut dikutip dari laman The Register pada Selasa (24/6/2025). 

    DHS menyebut, meski Iran memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan siber destruktif, tingkat keberhasilan dan kecanggihan teknis mereka sejauh ini masih tergolong terbatas. 

    Salah satu insiden besar terjadi pada 2023, ketika kelompok siber Iran bernama CyberAv3ngers yang dikaitkan dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) berhasil mengakses beberapa sistem air di AS melalui kata sandi bawaan pada pengendali logika yang terhubung ke internet.

    Pada akhir tahun 2023, kelompok yang sama kembali menyerang sistem pengelolaan air dan bahan bakar di AS dan Israel menggunakan malware khusus. Meski berhasil menembus sistem vital tersebut, kelompok ini tidak menyebabkan kerusakan besar dan hanya membagikan video keberhasilan mereka di kanal Telegram.

    Mantan agen FBI dan wakil presiden di perusahaan keamanan siber Optiv, James Turgal memperkirakan balasan Iran akan diwujudkan dalam bentuk serangan siber destruktif, termasuk peluncuran malware penghancur (wiper), terhadap situs pemerintah AS, sektor jasa keuangan, serta infrastruktur penting seperti pembangkit listrik dan instalasi pengolahan air.

    “Iran juga mungkin kembali menggunakan serangan DDoS [Distributed Denial of Service]. Tim peretas pro-Iran ‘313 Team’ telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan DDoS terhadap platform Truth Social hanya beberapa jam setelah serangan udara AS,” kata Turgal.

    Selain itu, serangan siber diperkirakan mencakup kampanye disinformasi dan manipulasi media, termasuk perusakan situs web dan penyebaran video propaganda deepfake, serupa dengan taktik yang digunakan Rusia saat awal invasi ke Ukraina.

    Think tank keamanan nasional Foundation for Defense of Democracies mengungkap Iran telah menjalankan kampanye psikologis melalui akun-akun palsu yang menyamar sebagai warga Israel di platform Telegram dan X (dahulu Twitter), dengan menyebarkan pesan-pesan yang bersifat merusak moral dalam bahasa Ibrani. 

    Meski menyasar publik Israel, Turgal memperingatkan warga AS juga berpotensi menjadi target kampanye psikologis serupa.

    “Dengan sekitar 62% warga Amerika mendapatkan berita dari media sosial, platform-platform tersebut akan dibanjiri narasi tandingan, misinformasi, dan disinformasi terkait dampak serangan udara AS dan sentimen anti-Amerika lainnya,” imbuhnya.

    Selain serangan siber terbuka, Iran juga terus menjalankan operasi spionase dunia maya. Menurut John Hultquist, analis utama di Google Threat Intelligence Group, kelompok siber yang didukung pemerintah Iran secara rutin memata-matai individu dan organisasi yang memiliki keterkaitan dengan kebijakan luar negeri AS terhadap Iran.

    “Mereka kerap menargetkan individu melalui akun pribadi dan organisasi, serta memanfaatkan data dari perusahaan telekomunikasi, maskapai, dan perhotelan untuk melacak pergerakan dan aktivitas sasaran,” ujar Hultquist.

    Taktik utama mereka meliputi rekayasa sosial dan spear phishing untuk mendapatkan akses terhadap data sensitif. Ancaman ini diperburuk dengan fakta bahwa IRGC pernah terlibat dalam upaya pembunuhan terhadap warga AS, termasuk mantan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton.

    “Penegak hukum AS telah beberapa kali menggagalkan rencana pembunuhan yang disponsori Iran sejak 2020,” kata DHS dalam pernyataannya. 

    Selain itu, Iran juga tercatat beberapa kali mencoba menargetkan pengkritik rezimnya di AS dalam upaya serangan mematikan. DHS mendesak seluruh lembaga dan pelaku usaha untuk memperketat keamanan siber dan mengambil langkah pencegahan yang sama seperti dalam menghadapi ancaman ransomware, mengingat dampaknya tetap bisa sangat serius bagi masing-masing institusi, meskipun skala serangan secara umum mungkin dilebih-lebihkan oleh pelaku.

  • Trump Umumkan Gencatan Senjata Israel-Iran, Ancaman PD3 Mereda?

    Trump Umumkan Gencatan Senjata Israel-Iran, Ancaman PD3 Mereda?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara mengejutkan mengumumkan gencatan senjata antara Israel dan Iran pada Senin sore waktu AS. Pernyataan itu ia sampaikan lewat platform media sosial pribadinya, Truth Social, hanya sehari setelah AS ikut serta dalam serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.

    Dalam pernyataan yang diunggah di media sosial, Trump menyebut bahwa gencatan senjata akan dimulai sekitar enam jam dari waktu pengumuman. Gencatan senjata ini akan berlangsung selama 12 jam dan dijadwalkan berakhir dalam 24 jam, saat perang 12 hari antara Israel dan Iran dinyatakan selesai secara resmi.

    “SELAMAT KEPADA SEMUA PIHAK! Telah disepakati secara penuh bahwa akan ada GENCATAN SENJATA total… Pada jam ke-12, Israel akan memulai gencatan senjata, dan pada jam ke-24, perang akan secara resmi berakhir,” tulis Trump, seperti dikutip Al Jazeera.

    Pengumuman Trump muncul hanya sehari setelah AS ikut dalam kampanye militer Israel dengan menyerang fasilitas pengayaan uranium Iran. Aksi ini memicu respons cepat dari Teheran. Pada Senin, Iran membalas dengan meluncurkan rudal ke pangkalan udara AS di Qatar, meskipun serangan itu tidak menimbulkan korban signifikan.

    Namun, ketegangan belum benar-benar surut. Komandan Garda Revolusi Iran (IRGC), Mohammad Pakpour, pada Selasa (24/6/2025) memperingatkan bahwa AS akan menyesal jika mengulangi serangan.

    “Kami memperingatkan Presiden Amerika yang bodoh, bahwa jika agresi terhadap Republik Islam Iran dan tanah para martir kami terulang, ia akan menerima balasan yang lebih menghancurkan dan membuat menyesal,” tegas Pakpour melalui siaran TV pemerintah.

    Lebih dari 80% Warga Amerika Khawatir Konflik Iran

    Sementara itu sebuah jajak pendapat baru oleh Reuters dan Ipsos menunjukkan bahwa 84% warga Amerika khawatir konflik antara AS dan Iran meningkat setelah Trump mengizinkan serangan terhadap situs nuklir Iran selama akhir pekan lalu.

    Dalam jajak pendapat yang dilakukan dari 21 Juni hingga 23 Juni di antara 1.139 orang dewasa AS, 84% warga Amerika khawatir konflik meningkat dibandingkan dengan 15% yang mengatakan tidak khawatir.

    Jajak pendapat menunjukkan bahwa 32% warga Amerika mendukung serangan udara lanjutan terhadap Iran dibandingkan dengan 49% yang tidak. Partai Republik lebih mendukung potensi serangan yang sedang berlangsung, karena jajak pendapat menunjukkan bahwa 62% menyetujui versus 22% yang tidak.

    Hanya 12% warga Demokrat yang mendukung serangan tambahan versus 74% yang tidak. Jajak pendapat memiliki margin kesalahan 3 poin persentase.

    Jajak pendapat tersebut juga menunjukkan bahwa 36% warga Amerika mendukung serangan terhadap Iran dibandingkan dengan 45% yang tidak mendukung. Demikian pula, lebih banyak warga Republik yang mendukung langkah presiden, dengan 69% menyetujui keputusan tersebut dibandingkan dengan 17% yang tidak. Tiga belas persen warga Demokrat menyetujui serangan tersebut dibandingkan dengan 74% yang tidak mendukung.

    Penolakan publik terhadap perang tidak hanya terlihat dari data survei, tapi juga aksi nyata di jalanan. Di Los Angeles, California, sekelompok warga menggelar demonstrasi menolak keterlibatan militer AS dalam konflik Israel-Iran. Mereka menuntut penghentian segera serangan dan mengkritik keputusan Trump yang dinilai membahayakan stabilitas global.

    Meski pengumuman Trump memberi harapan akan meredanya ketegangan Timur Tengah, sejumlah analis menilai gencatan ini lebih bersifat sementara. Iran belum mengonfirmasi komitmen resmi terhadap gencatan tersebut, sementara potensi serangan balasan dari kelompok proksi di kawasan tetap terbuka.

    Dengan risiko blokade Selat Hormuz dan lonjakan harga minyak global sebagai latar belakang, gencatan ini disebut-sebut analis dapat menjadi momentum diplomatik, atau hanya jeda singkat sebelum babak konflik baru dimulai.

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Iran Respons Pengumuman Gencatan Senjata Trump, Sebut Ini ke AS

    Iran Respons Pengumuman Gencatan Senjata Trump, Sebut Ini ke AS

    Jakarta, CNBC Indonesia – Garda Revolusi Iran atau IRGC pada Selasa (24/6/2025) memperingatkan bahwa Amerika Serikat (AS) akan menyesali jika kembali melancarkan serangan terhadap Iran.

    “Kami memperingatkan presiden Amerika yang bodoh dan tolol… bahwa jika agresi terhadap Republik Islam Iran dan tanah para martir kami terulang, ia akan menerima balasan yang lebih menghancurkan dan membuat menyesal,” ujar Komandan Garda, Mohammad Pakpour, dikutip televisi pemerintah.

    Peringatan ini muncul setelah Presiden AS Donald Trump mendadak mengumumkan gencatan senjata total antara Israel dan Iran. Ia mengumumkan hal ini di platform media sosial miliknya Truth Social pada Senin sore waktu AS atau Selasa waktu subuh Indonesia.

    Dengan huruf kapital, Trump menulis bahwa Israel dan Iran telah sepakat gencatan senjata dan ini akan dimulai pada Selasa tengah malam hari.

    “SELAMAT KEPADA SEMUA ORANG!,” ujarnya dengan huruf kapital.

    “Telah disepakati sepenuhnya oleh dan antara Israel dan Iran bahwa akan ada GENCATAN SENJATA SELURUHNYA (dalam waktu sekitar 6 jam dari sekarang, ketika Israel dan Iran telah mereda dan menyelesaikan misi terakhir mereka yang sedang berlangsung!), selama 12 jam, yang pada saat itu Perang akan dianggap BERAKHIR!,” tegasnya.

    “Secara resmi, Iran akan memulai GENCATAN SENJATA dan, pada Jam ke-12, Israel akan memulai GENCATAN SENJATA dan, pada Jam ke-24, AKHIR Resmi dari PERANG 12 HARI akan disambut oleh Dunia,” tambahnya.

    “Selama setiap GENCATAN SENJATA, pihak lain akan tetap DAMAI dan HORMAT. Dengan asumsi bahwa semuanya berjalan sebagaimana mestinya, yang pasti akan terjadi, saya ingin mengucapkan selamat kepada kedua Negara, Israel dan Iran, karena memiliki Stamina, Keberanian, dan Kecerdasan untuk mengakhiri, apa yang seharusnya disebut, “PERANG 12 HARI.” tulisnya lagi.

    “Ini adalah Perang yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun, dan menghancurkan seluruh Timur Tengah, tetapi tidak terjadi, dan tidak akan pernah terjadi! Tuhan memberkati Israel, Tuhan memberkati Iran, Tuhan memberkati Timur Tengah, Tuhan memberkati Amerika Serikat, dan TUHAN memberkati DUNIA!,” tutupnya.

    Rencana gencatan senjata Israel-Iran oleh Trump muncul setelah Tehran menembaki pangkalan militer Washington di Qatar. Ini merupakan balasan Iran atas serangan AS terhadap situs nuklir Republik Islam tersebut.

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Yang Terjadi Jika Iran Benar-benar Tutup Selat Hormuz

    Yang Terjadi Jika Iran Benar-benar Tutup Selat Hormuz

    Teheran

    Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz usai serangan Israel dan Amerika Serikat (AS). Meski keputusan akhir belum dibuat, namun ada laporan parlemen Iran menyetujui penutupan Selat Hormuz.

    Selat Hormuz adalah jalur perairan strategis bagi pasokan energi global. Media Iran, Press TV mengutip Esmail Kosari, anggota parlemen dan komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, yang mengatakan bahwa penutupan selat tersebut ada dalam agenda dan “akan dilakukan kapan pun diperlukan.”

    Dilansir Al Arabiya, Senin (23/6/2025), Selat Hormuz yang menghubungkan Teluk Arab dengan Laut Arab, bisa dibilang merupakan rute maritim paling penting bagi transit energi global. Sekitar 20 persen pasokan minyak dan gas alam dunia melewati selat tersebut, yang terletak di antara Iran dan Oman.

    Kapal berlayar di Selat Hormuz (Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto)

    Gangguan apa pun terhadap selat ini akan mengirimkan gelombang kejut ke pasar energi global, yang berpotensi memicu lonjakan tajam harga minyak, dan semakin mengganggu stabilitas kawasan yang sudah bergejolak.

    Selat ini telah lama menjadi titik api geopolitik. Iran telah mengancam untuk menutupnya di masa lalu, terutama selama periode meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat. Namun, meskipun ada banyak ancaman selama bertahun-tahun, Iran tidak pernah bertindak sejauh itu dengan menutupnya, sebuah tindakan yang secara luas akan dilihat sebagai tindakan eskalasi dengan konsekuensi global.

    Yang membuat momen kali ini berbeda adalah konteksnya: perang yang meningkat dengan Israel dan meningkatnya tekanan dari Amerika Serikat. Penutupan Selat Hormuz – bahkan untuk sementara – dapat membuat harga minyak melonjak dalam semalam. Ancaman gangguan saja sudah sering kali mengguncang pasar, apalagi penutupan yang sebenarnya akan jauh lebih mengganggu stabilitas.

    Negara-negara yang sangat bergantung pada minyak Teluk, termasuk China, Jepang, India, dan negara-negara Eropa, akan terkena dampak langsung. Selain itu, hal tersebut akan menguji respons angkatan laut negara-negara Barat, khususnya Angkatan Laut AS, yang mempertahankan kehadiran di wilayah tersebut justru untuk memastikan kebebasan navigasi.

    Meskipun parlemen Iran dilaporkan telah menyetujui tindakan penutupan selat tersebut, keputusan akhir berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi, yang pada akhirnya diawasi oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

    Masih belum jelas seberapa dekat Iran untuk menerapkan tindakan penutupan tersebut, atau apakah Iran menggunakan ancaman tersebut sebagai alat tawar-menawar di tengah meningkatnya ketegangan.

    Dalam beberapa hari mendatang, banyak hal akan bergantung pada bagaimana konflik antara Iran dan Israel berlangsung, bagaimana Iran merespons serangan terbaru AS terhadap situs-situs nuklirnya, dan apakah jalan keluar diplomatik muncul. Namun satu hal yang jelas: jika Selat Hormuz ditutup, bahkan untuk sementara, dampaknya akan terasa jauh melampaui Teluk Arab.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Vs Iran Makin Panas, Warga AS di Qatar Diminta Berlindung

    Israel Vs Iran Makin Panas, Warga AS di Qatar Diminta Berlindung

    Jakarta

    Konflik Iran dengan Israel semakin panas. Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat (AS) meminta warganya yang berada di Qatar untuk berlindung.

    Dilansir kantor berita Al Jazeera, Senin (23/6/2025), Kedubes AS telah menyampaikan pemberitahuan kepada warganya di Qatar. Pemberitahuan itu diberikan melalui email kepada warga AS.

    Kedubes mengatakan rekomendasi tersebut dikeluarkan berdasarkan sikap hati-hati. Kedubes AS meminta warganya berlindung.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan imbauan yang dikeluarkan sejumlah kedutaan besar kepada warga negaranya untuk antisipasi menghindari lokasi tertentu. Dia menyebut imbauan itu tidak ada kaitannya dengan ancaman tertentu.

    Dalam pernyataan kepada Kantor Berita Qatar, Majed al-Ansari mengatakan situasi keamanan di negara tersebut stabil, seraya menambahkan bahwa Qatar siap mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjamin keselamatan warga negara, penduduk, dan pengunjung.

    Perang antara Israel dengan Iran terus berlanjut. Terbaru, serangan Israel terhadap Iran hari ini menyasar Markas besar Garda Revolusi Iran di Teheran, ibu kota Iran.

    Juru bicara Angkatan Bersenjata Israel (IDF), Brigadir Jenderal Effie Defrin, dalam konferensi pers, seperti dilansir AFP dan Times of Israel, Senin (23/6), mengatakan bahwa serangan Israel yang sedang berlangsung di Teheran telah menghantam markas besar Korps Garda Revolusi Iran.

    Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, sempat membagikan rekaman video yang menunjukkan penjara yang menjadi target serangan pada akun media sosial X miliknya dan memberikan komentar berbunyi “hidup kebebasan” dalam bahasa Spanyol.

    Otoritas kehakiman Iran, seperti dilansir AFP, mengonfirmasi penjara Evin yang ada di Teheran dihantam serangan Israel pada Senin (23/6). Disebutkan bahwa beberapa bagian fasilitas penjara itu mengalami kerusakan.

    “Dalam serangan terbaru oleh rezim Zionis di Teheran, proyektil-proyektil sangat disayangkan menghantam penjara Evin, yang menyebabkan kerusakan pada beberapa bagian fasilitas tersebut,” demikian laporan situs berita Mizan Online yang dikelola otoritas kehakiman Iran.

    Tonton juga “Pakar Sebut Indikator Perang Dunia dalam Pertikaian AS, Israel, dan Iran” di sini:

    (whn/eva)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ada Gangguan di Selat Hormuz, Goldman Sachs Prediksi Harga Minyak Sentuh Level Segini – Page 3

    Ada Gangguan di Selat Hormuz, Goldman Sachs Prediksi Harga Minyak Sentuh Level Segini – Page 3

    Ketegangan juga meningkat di negara tetangga Irak, produsen OPEC terbesar kedua, tempat milisi pro-Teheran sebelumnya mengancam Washington, jika negara itu menargetkan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

    Pada Minggu, Garda Revolusi Iran memperingatkan “pangkalan AS di wilayah tersebut bukanlah kekuatan mereka, melainkan kerentanan terbesar mereka” tanpa menyebutkan lokasi tertentu, demikian dikutip CNBC dari kantor berita Iran Fars.

    Hubungan diplomatik yang baru terbentuk, tetapi bangkit kembali antara mantan rival Iran dan Arab Saudi sementara itu dapat meredakan kemungkinan gangguan dalam pasokan eksportir minyak mentah terbesar di dunia.

    “Kerajaan Arab Saudi mengikuti dengan penuh kekhawatiran perkembangan di Republik Islam Iran, khususnya penargetan fasilitas nuklir Iran oleh Amerika Serikat,” kata kementerian luar negeri Saudi pada hari Minggu. Riyadh, sekutu dekat AS di Timur Tengah, telah membatasi keterlibatannya dalam serangan Iran-Israel.

    Kembali pada 2019, empat tahun sebelum melanjutkan hubungan diplomatik dengan Iran, fasilitas instalasi minyak Arab Saudi di Abqaiq dan Khurais mengalami kerusakan selama serangan yang diklaim oleh Houthi, tetapi Riyadh dan AS mengatakan Iran bertanggung jawab atas hal tersebut. Teheran membantah terlibat.

    Saat dimulainya kembali serangan Israel-Iran minggu lalu, kepala Badan Energi Internasional Fatih Birol mengatakan lembaga tersebut memantau perkembangan dan bahwa “pasar dipasok dengan baik hari ini tetapi kami siap bertindak jika diperlukan,” dengan 1,2 miliar barel stok darurat dalam keadaan siaga.

  • Israel Serang Markas Garda Revolusi Iran dan Penjara di Teheran

    Israel Serang Markas Garda Revolusi Iran dan Penjara di Teheran

    Teheran

    Serangan Israel terhadap Iran terus berlanjut pada Senin (23/6). Markas besar Garda Revolusi Iran di Teheran, ibu kota Iran menjadi salah satu target serangan terbaru Israel.

    Juru bicara Angkatan Bersenjata Israel (IDF), Brigadir Jenderal Effie Defrin, dalam konferensi pers, seperti dilansir AFP dan Times of Israel, Senin (23/6/2025), mengatakan bahwa serangan Israel yang sedang berlangsung di Teheran telah menghantam markas besar Korps Garda Revolusi Iran.

    Tidak diketahui seberapa besar dampak serangan tersebut dan apakah ada korban jiwa akibat serangan Israel itu.

    Namun, IDF memperkirakan banyak personel Korps Garda Revolusi Iran yang tewas dalam serangan di Teheran.

    Selain menyerang markas Garda Revolusi Iran, militer Israel juga menggempur sejumlah target lainnya di Teheran, termasuk Penjara Evin. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, seperti dilansir Reuters, menyebut penjara itu menjadi tempat para tahanan politik dan penentang rezim Teheran ditahan.

    Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, sempat membagikan rekaman video yang menunjukkan penjara yang menjadi target serangan pada akun media sosial X miliknya dan memberikan komentar berbunyi “hidup kebebasan” dalam bahasa Spanyol.

    “Dalam serangan terbaru oleh rezim Zionis di Teheran, proyektil-proyektil sangat disayangkan menghantam penjara Evin, yang menyebabkan kerusakan pada beberapa bagian fasilitas tersebut,” demikian laporan situs berita Mizan Online yang dikelola otoritas kehakiman Iran.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Ditambahkan otoritas kehakiman Iran bahwa semua sumber daya telah dikerahkan untuk mengatasi situasi di kompleks penjara tersebut dan situasi tetap “terkendali”.

    Sebelumnya, militer Israel dilaporkan kembali menargetkan fasilitas nuklir Fordow milik Iran pada Senin (23/6). Serangan terhadap Fordow ini terjadi sehari setelah Amerika Serikat (AS) mengebom target yang sama.

    Juru bicara Markas Penanggulangan Krisis Provinsi Qom, seperti dikutip kantor berita Tasnim, menegaskan tidak akan ada bahaya bagi para penduduk di area tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS Serang Iran, Pimpinan Komisi I: Akan Tingkatkan Eskalasi Konflik
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        23 Juni 2025

    AS Serang Iran, Pimpinan Komisi I: Akan Tingkatkan Eskalasi Konflik Nasional 23 Juni 2025

    AS Serang Iran, Pimpinan Komisi I: Akan Tingkatkan Eskalasi Konflik
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Wakil Ketua
    Komisi I
    DPR Dave Akbarshah Fikarno Laksono menilai, eskalasi konflik justru akan semakin meningkat setelah
    Amerika Serikat
    turut menyerang
    Iran
    .
    Keterlibatan
    AS
    dalam konflik antara Iran dengan
    Israel
    hanya akan semakin memperkeruh suasana di Timur Tengah.
    “Tentunya kami amat sangat menyesali agresi militer yang kerap terus terjadi terhadap Iran dan berpotensi menimbulkan kekacauan lebih tinggi. Akan meningkatkan eskalasi konflik sehingga berpotensi mengarah ke hal-hal yang lebih mendekatkan akan perang dunia,” ujar Dave kepada Kompas.com, Senin (23/6/2025).
    Menurutnya, Indonesia dapat mendorong forum-forum internasional untuk mengajak seluruh pemimpin dunia mengutamakan perdamaian, bukan peperangan.
    Apalagi Presiden Prabowo Subianto dalam beberapa waktu terakhir sudah melakukan kunjungan kenegaraan ke Singapura dan Rusia.
    “Maka dari itu kita harus bisa mengambil peran menyuarakan perdamaian di berbagai macam forum. Terus berupaya untuk menarik para pemimpin-pemimpin dunia untuk bisa berunding untuk mencapai satu kesepakatan agar perdamaian itu bisa benar-benar terjadi,” ujar Dave.
    Sementara itu, Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR Mardani Ali Sera menyayangkan serangan yang dilakukan AS kepada Iran.
    Menurut Mardani, tindakan tersebut tidak hanya memperburuk konflik, tetapi juga akan merusak kepercayaan terhadap mekanisme diplomasi internasional.
    “Lebih dari sekadar serangan fisik, insiden ini merupakan tamparan terhadap prinsip-prinsip multilateralisme dan penyelesaian damai melalui diplomasi. Terlebih, serangan dilancarkan bersamaan dengan pertemuan diplomatik antara delegasi Iran dan Uni Eropa di Swiss menandakan penolakan terang-terangan terhadap ruang dialog,” ujar Mardani lewat keterangannya, Senin (23/6/2025).
    Mardani melanjutkan, parlemen di seluruh dunia memiliki peran strategis dalam mencegah konflik antara Iran dengan Israel, dan mengutamakan perdamaian.
    “Kekuatan militer tidak boleh menjadi alat utama dalam menyelesaikan sengketa internasional. Justru parlemen dan diplomasi parlementer harus menjadi garda terdepan dalam membangun kepercayaan antarnegara dan mendorong penyelesaian damai yang berkelanjutan,” ujar Mardani.
    Diketahui, diketahui, eskalasi antara Amerika Serikat, Iran, dengan Israel meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir setelah AS melancarkan serangan udara terhadap sejumlah target militer Iran.
    Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa pasukan militer negaranya telah menghancurkan tiga fasilitas nuklir utama Iran, yakni Isfahan, Natanz, dan Fordow.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Untuk Pertama Kalinya sejak Serangan Amerika, Khamenei Buka Suara dan Ancam Israel

    Untuk Pertama Kalinya sejak Serangan Amerika, Khamenei Buka Suara dan Ancam Israel

    GELORA.CO  – Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei akhirnya angkat bicara untuk pertama kalinya sejak Amerika Serikat meluncurkan serangan besar-besaran terhadap fasilitas nuklir Iran. 

    Namun bukan AS yang langsung menjadi sasaran pernyataannya, melainkan Israel yang kembali disebut sebagai ‘musuh Zionis’ yang harus dihukum.

    Dalam sebuah pernyataan keras yang dipublikasikan lewat akun X (dulu Twitter) resmi miliknya pada Senin (23/6/2025), Khamenei bersumpah bahwa hukuman terhadap Israel akan terus berlanjut.

    “#RightNow. Hukuman terus berlanjut,” tulis Khamenei, dikutip dari Iran International.

    “Musuh Zionis telah melakukan kesalahan besar, melakukan kejahatan besar; mereka harus dihukum—dan mereka sedang dihukum. Mereka sedang dihukum sekarang. #AllahuAkbar.”

    Pernyataan ini muncul setelah serangan militer AS pada pekan lalu yang menghantam tiga fasilitas nuklir utama Iran, Fordo, Natanz, dan Isfahan dalam operasi bertajuk Midnight Hammer. 

    AS Serang 3 Fasilitas Nuklir Iran

    Amerika Serikat melancarkan serangan besar-besaran terhadap 3 fasilitas nuklir Ian yaitu  Fordo, Natanz, dan Isfahan.

    Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa serangan tersebut ditujukan untuk melumpuhkan potensi ancaman nuklir Iran.

    Dalam keterangannya, Trump menyatakan bahwa fasilitas nuklir Fordow yang sangat dijaga “telah hilang.”

    Operasi ini melibatkan 125 pesawat militer, termasuk tujuh pembom siluman B-2. 

    Menurut Jenderal Dan Caine dari Kepala Staf Gabungan AS, serangan dimulai dengan peluncuran lebih dari dua lusin rudal jelajah Tomahawk dari kapal selam AS ke lokasi di Isfahan, dikutip dari BBC.

    Serangan udara dilanjutkan oleh pesawat B-2 yang menjatuhkan total 14 bom penghancur bunker GBU-57 Massive Ordnance Penetrator ke dua target strategis, termasuk Fordow.

    Citra satelit yang diperoleh pada 22 Juni menunjukkan dampak signifikan di lokasi Fordow: enam kawah besar, debu tebal, dan puing-puing berserakan di lereng gunung. Lokasi di Isfahan dan Natanz juga menunjukkan kerusakan akibat rudal dan bom penembus tanah.

    Namun Iran mengatakan bahwa serangan tersebut tidak menghancurkan beberapa lokasi tersebut.

    Organisasi Energi Atom Iran menyatakan tidak ada indikasi radiasi atau bahaya bagi masyarakat sekitar ketiga lokasi nuklir.

    Penasihat Ketua Parlemen Iran, Mahdi Mohammadi, menyebut bahwa fasilitas Fordow telah lama dievakuasi sebelum serangan.

    “Pengetahuan tidak bisa dibom, dan penjudi akan kalah kali ini,” tulisnya di media sosial.

    Sementara itu, dalam pidatonya di pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menuduh AS telah melewati “garis merah besar” dan menyebut serangan itu sebagai pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT).

    Usai Serangan AS, Israel Dilaporkan Serang Iran

    Militer Israel mengklaim telah menyerang puluhan target strategis di seluruh Iran, termasuk untuk pertama kalinya lokasi rudal jarak jauh di provinsi Yazd, Iran tengah.

    Dalam pernyataan resminya, militer Israel menyebut bahwa sekitar 30 jet tempur Angkatan Udara Israel (IAF) dikerahkan dalam serangan tersebut, dikutip dari Al-Arabiya.

    Serangan ini diklaim menyasar berbagai fasilitas militer, termasuk Pusat Komando Rudal Strategis ‘Imam Hussein’ di Yazd, yang diyakini menjadi tempat penyimpanan rudal jarak jauh Khorramshahr milik Iran.

    Serangan tambahan juga terjadi di Ahwaz di bagian barat daya serta wilayah strategis lainnya di Isfahan, Iran tengah.

    Namun beberapa saat kemudian Iran telah menembak jatuh pesawat tak berawak Hermes 900 Israel di atas Iran tengah.

    Menurut surat kabar Shargh Iran, pesawat tak berawak Hermes 900 ditembak jatuh oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) di atas provinsi Markazi, di barat daya Teheran.

    IRGC mengerahkan “sistem pertahanan udara dalam negeri” untuk menangkis serangan itu, kata Shargh dalam sebuah posting di X