NGO: GARDA

  • Wali Kota Ditembak Mati Saat Festival, Warga Teriak Tuntut Keadilan

    Wali Kota Ditembak Mati Saat Festival, Warga Teriak Tuntut Keadilan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tragedi menimpa kota Uruapan di negara bagian Michoacan, Meksiko, ketika Wali Kota Carlos Alberto Manzo Rodríguez tewas ditembak di tengah kerumunan warga yang sedang merayakan Hari Orang Mati (Day of the Dead) pada Sabtu (1/11/2025) malam waktu setempat.

    Penembakan brutal di alun-alun bersejarah kota itu terjadi di hadapan puluhan orang, termasuk wisatawan dan warga yang mengenakan kostum serta riasan khas perayaan tahunan tersebut.

    Kantor Kejaksaan Negara Bagian Michoacan mengonfirmasi bahwa Manzo Rodríguez sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tidak tertolong.

    “Wali Kota Uruapan meninggal dunia akibat luka tembak,” kata Jaksa Negara Bagian, Carlos Torres Piña, dilansir The Associated Press. “Kami sedang melakukan penyelidikan menyeluruh untuk memastikan semua pelaku dan motif di balik serangan ini.”

    Selain sang wali kota, seorang anggota dewan kota dan seorang pengawal juga mengalami luka-luka dalam insiden tersebut.

    Menteri Keamanan Federal, Omar García Harfuch, menyatakan bahwa pelaku penembakan tewas di tempat setelah terjadi baku tembak dengan aparat.

    “Penyerang adalah seorang pria yang tidak dikenal, menembak wali kota tujuh kali menggunakan senjata yang telah dikaitkan dengan dua bentrokan bersenjata antara kelompok kriminal di wilayah ini,” ujar García Harfuch. “Tidak ada satu pun jalur penyelidikan yang kami abaikan untuk mengungkap tindakan pengecut ini.”

    Menurut García Harfuch, Wali Kota Manzo telah berada di bawah perlindungan sejak Desember 2024, tiga bulan setelah resmi menjabat. “Keamanan pribadi beliau telah diperkuat pada Mei lalu dengan dukungan polisi kota dan 14 anggota Garda Nasional,” ujarnya, tanpa menjelaskan alasan spesifik di balik peningkatan pengamanan tersebut.

    Namun, langkah itu terbukti tak mampu mencegah tragedi. Rekaman video yang beredar di media sosial memperlihatkan suasana damai berubah menjadi kepanikan seketika setelah suara tembakan terdengar.

    Warga dan turis yang tengah menikmati pertunjukan musik dan hiasan bunga marigold berhamburan menyelamatkan diri. Dalam rekaman lain, terlihat seseorang tergeletak di tanah sementara petugas berusaha melakukan resusitasi jantung paru (CPR), dengan polisi bersenjata menjaga area kejadian.

    Sehari setelah peristiwa itu, ratusan warga Uruapan berpakaian hitam turun ke jalan mengiringi prosesi pemakaman sang wali kota. Mereka membawa foto-foto Manzo Rodríguez sambil meneriakkan seruan “¡Justicia! ¡Justicia! ¡Fuera Morena!” (“Keadilan! Keadilan! Turunkan Morena!”), menuding partai berkuasa gagal melindungi warganya.

    Di barisan depan iring-iringan, seekor kuda hitam milik Manzo berjalan dengan pelana yang dihiasi topi khasnya, simbol kepergian pemimpin yang banyak dikagumi karena sikap tegasnya terhadap kejahatan terorganisir.

    Di belakangnya, sekelompok musisi mariachi berpakaian hitam memainkan lagu-lagu melankolis, sementara aparat polisi dan militer menjaga ketat jalanan sempit kota pertanian yang terkenal dengan hasil alpukatnya itu.

    Adapun Negara Bagian Michoacan dikenal sebagai salah satu kawasan paling berbahaya di Meksiko, tempat berbagai kartel dan geng bersaing untuk menguasai wilayah, jalur distribusi narkoba, serta bisnis ilegal lainnya. Kekerasan politik di wilayah ini bukan hal baru, banyak pejabat lokal menjadi sasaran pembunuhan karena menentang jaringan kriminal atau korupsi di lingkaran kekuasaan.

    Carlos Manzo Rodríguez, yang sebelumnya menjabat sebagai legislator dari partai berkuasa Morena, dikenal sebagai figur yang vokal dalam menyerukan pemberantasan kartel. Ia terpilih sebagai Wali Kota Uruapan melalui gerakan independen dan dijuluki sebagian pendukungnya sebagai “Bukele versi Meksiko,” merujuk pada Presiden El Salvador Nayib Bukele yang dikenal dengan kebijakan keamanan keras terhadap geng kriminal.

    Namun, Manzo juga kerap berselisih dengan pemerintah pusat dan otoritas negara bagian. Dalam beberapa bulan terakhir, ia secara terbuka memohon bantuan kepada Presiden Claudia Sheinbaum untuk menangani kekerasan di Michoacan, sembari menuding Gubernur pro-pemerintah, Alfredo Ramírez Bedolla, serta kepolisian negara bagian sebagai lembaga yang “korup dan tidak efektif.”

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Poin-poin Kritik Pedas Obama untuk Donald Trump

    Poin-poin Kritik Pedas Obama untuk Donald Trump

    Jakarta

    Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama melontarkan kritik tajam terhadap pemerintahan Presiden Donald Trump. Sejumlah hal disoroti Obama terkait kebijakan Trump.

    Dirangkum detikcom, Senin (3/11/2025), salah satu kritik yang disampaikan, Obama mengatakan negaranya sedang berada di masa yang suram dan dalam situasi yang sulit. Obama juga menyoroti kebijakan tarif Trump dan pengerahan pasukan garda nasional, seraya menganalogikan seolah-olah setiap hari seperti Haloween.

    Obama Sebut AS Dalam Masa Gelap

    Hal itu disampaikan Obama saat mengkampanyekan kandidat Partai Demokrat di dua negara bagian seperti dikutip dari Reuters, Minggu (2/11/2025). Dia menyerukan kepada semua pemilih untuk menolak apa yang dia sebut sebagai ketiadaan hukum dan tindakan sembrono dari pemerintahan Trump.

    “Terus terang saja, negara dan kebijakan kita sedang berada di masa yang cukup gelap saat ini,” kata Obama saat mendukung calon gubernur Virginia, Abigail Spanberger, dan calon gubernur New Jersey, Mikie Sherrill di Universitas Old Dominion, Norfolk, Virginia.

    “Susah untuk memulainya dari mana. Karena setiap hari, Gedung Putih ini menyuguhkan kepada rakyat satu paket baru dari tindakan tanpa hukum, kecerobohan, sikap kejam dan benar-benar kegilaan,” sambung dia.

    Kritik Tarif Trump-Pengerahan Pasukan

    Obama mengaku terkejut saat melihat para pemimpin bisnis, firma hukum dan universitas ‘berlutut’ demi menyenangkan Trump.

    Pada Sabtu malam dalam acara di Newark, New Jersey untuk mendukung Sherrill, Obama menyerukan tema yang sama saat mengkritik terhadap pemerintahan Trump.

    Sindiran Obama ke Trump Terkait Gedung Putih

    Selain itu, Obama juga melontarkan sindiran terhadap kebijakan Trump seperti merenovasi sebagian Gedung Putih di tengah penutupan pemerintahan federal.

    “Sebagai catatan, dia memang fokus pada beberapa isu penting seperti menutup halaman Rose Garden dengan aspal, supaya orang-orang tidak terkena lumpur di sepatunya, dan membangun ballroom senilai 300 juta dolar,” imbuhnya.

    (yld/azh)

  • Prabowo Jadi Sandaran Jokowi dan Relawannya

    Prabowo Jadi Sandaran Jokowi dan Relawannya

    GELORA.CO – Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi memberikan sinyal untuk bergabung dengan Partai Gerindra. Langkah ini dibarengi dengan rencana perombakan besar-besaran, termasuk mengganti logo Projo yang ikonik dengan gambar wajah Joko Widodo (Jokowi).

    Artinya, Projo tidak lagi menjadi garda terdepan pendukung Jokowi, namun memilih memperkuat pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

    Menanggapi hal ini, Direktur ABC Riset & Consulting Erizal menilai, Prabowo terlihat sekali benar-benar dijadikan tempat bersandar yang empuk oleh Jokowi dan relawannya, setelah gagal mendiktenya sejak awal.

    “Jokowi pun mulai terlihat tak lagi mengendalikan permainan sepenuhnya,” kata Erizal dikutip dari akun Facebook pribadinya, Minggu 2 November 2025.

    Salah satunya Erizal melihat momen Jokowi yang tiba-tiba saja menemui Prabowo di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada 4 Oktober 2025. 

    Namun esok harinya, 5 Oktober 2025, Jokowi tak hadir peringatan hari ulang tahun TNI, padahal sudah berada di Jakarta.

    “Tak ada yang tahu persis apa isi pertemuan itu, tapi setelah itu serangan terhadap Jokowi tak sedikitpun berkurang, justru makin bertambah dan bertubi-tubi,” kata Erizal.

  • Ning Faiq Beri Suntikan Semangat bagi Kader Kesehatan Puskesmas Pesantren 2 Kota Kediri di Hutan Kota Joyoboyo

    Ning Faiq Beri Suntikan Semangat bagi Kader Kesehatan Puskesmas Pesantren 2 Kota Kediri di Hutan Kota Joyoboyo

    Kediri (beritajatim.com) – Ketua TP PKK Kota Kediri, Faiqoh Azizah Muhammad Qowimuddin atau Ning Faiq, memberikan suntikan semangat kepada para kader kesehatan dalam kegiatan Pemberdayaan Kader Kesehatan Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pesantren II yang digelar di Hutan Kota Joyoboyo, Jumat (31/10/2025). Acara berlangsung penuh keceriaan, diwarnai interaksi hangat dan tawa para kader yang antusias mengikuti setiap sesi kegiatan.

    Dalam sambutannya, Ning Faiq menyampaikan apresiasi tinggi kepada seluruh kader kesehatan di Kota Kediri, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Pesantren 2, yang selama ini berperan aktif dalam mendekatkan layanan kesehatan kepada masyarakat. “Saya sampaikan apresiasi dan terima kasih pada seluruh kader kesehatan di Kota Kediri, khususnya di wilayah kerja UPT Puskesmas Pesantren 2. Telah berdedikasi tinggi dalam mendekatkan layanan kesehatan bagi masyarakat,” ujarnya.

    Ia menegaskan, kader kesehatan merupakan figur penting yang dekat dengan masyarakat dan menjadi garda terdepan dalam menyebarluaskan informasi kesehatan. Meski menghadapi beragam karakter masyarakat, para kader tetap menunjukkan semangat luar biasa dalam mendorong masyarakat untuk hidup sehat. “InsyaaAllah akan menjadi pahala jariyah. Terima kasih juga untuk UPT Puskesmas Pesantren 2 yang menginisiasi kegiatan ini. Para kader bisa berkumpul bersama dan menghimpun semangat yang sama melalui kegiatan ini,” tambahnya.

    Dalam kegiatan tersebut, para kader mendapatkan pembekalan dari dr. Osten mengenai penyakit kusta dan skrining dini penyakit tidak menular, termasuk penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Materi ini diharapkan dapat diteruskan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran menjaga kesehatan lingkungan dan kualitas udara. Ning Faiq juga mengingatkan pentingnya gaya hidup sehat, mengingat penyakit tidak menular seperti diabetes, stroke, dan kanker kini banyak dipicu oleh pola hidup yang kurang sehat dan kebiasaan di lingkungan yang tidak bersih.

    Selain pelatihan, acara juga dimeriahkan dengan lomba yel-yel antarkelurahan. Ning Faiq turut menjadi juri sekaligus menyerahkan hadiah kepada para pemenang. Juara pertama diraih kader kesehatan Kelurahan Burengan, disusul Kelurahan Tosaren di posisi kedua, dan Kelurahan Jamsaren di posisi ketiga.

    Kegiatan ditutup dengan penyematan tanda kecakapan kepada para kader sebagai simbol peningkatan keterampilan dan dedikasi. Harapannya, kader kesehatan dapat terus meningkatkan kapasitas hingga mencapai tingkat kader utama yang profesional dan mandiri.

    Turut hadir dalam acara ini Camat Kota Agus Suhariyanto, Kepala Puskesmas Pesantren 2 Dwi Nugraheni, perwakilan Dinas Kesehatan, Ketua TP PKK Kecamatan Kota, Ketua TP PKK Kelurahan, serta para kader dan tamu undangan lainnya. [nm/kun]

  • Mahasiswa ISI Yogyakarta Sulap Drone Jadi Karya Seni Estetika Nusantara

    Mahasiswa ISI Yogyakarta Sulap Drone Jadi Karya Seni Estetika Nusantara

    Liputan6.com, Jakarta – Perusahaan penyedia drone, Frogs Indonesia, berkolaborasi dengan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta meluncurkan proyek kreatif bertajuk ‘Art on Drone’.

    Dalam hal ini mahasiswa ISI menjadikan atas top cover drone pertanian Sekar Agri milik Frogs Indonesia sebagai kanvas.

    Karya lukisan bernuansa Nusantara ini dipamerkan kepada publik dalam ajang Indonesia Drone Expo (IDE) 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, yang berlangsung pada 28–30 Oktober 2025.

    Dua mahasiswa Seni Murni ISI Yogyakarta, yaitu Sintia Nurul Oktania dan Cruz Kyrie Pamangin, menjadi garda terdepan dalam proyek ini.

    Keduanya tidak sekadar merancang, melainkan melukis secara langsung di atas penutup badan drone. Produk unggulan Frogs Indonesia ini merupakan drone yang banyak digunakan dalam sektor pertanian modern.

    CEO Frogs Indonesia, Adhitya Chandra, mengatakan teknologi dan seni sama-sama lahir dari kreativitas manusia. Melalui Art on Drone, perusahaan ingin menghadirkan teknologi yang berjiwa budaya.

    “Kolaborasi ini menunjukkan bahwa inovasi bukan hanya tentang efisiensi, tetapi juga tentang karakter dan jati diri bangsa,” ujar Adhitya dalam keterangannya, Jumat (31/10/2025).

    Setiap lukisan yang tercipta membawa makna dan filosofi tersendiri, menggambarkan keindahan serta kekayaan budaya Indonesia. 

     

  • Kapolri; Eksistensi ojol mampu bentuk keharmonisan sosial

    Kapolri; Eksistensi ojol mampu bentuk keharmonisan sosial

    para pengemudi ojol bisa menjadi sumber informasi bagi Polri sehingga proses penanganan kejadian kegawatdaruratan dan tindak kriminal bisa berjalan cepat dan optimal

    Malang, Jawa Timur (ANTARA) – Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo menyatakan eksistensi pengendara ojek daring (ojol) mampu membentuk keharmonisan di tengah lingkungan sosial masyarakat.

    Setelah memimpin Apel Ojol Kamtibmas Jogo Jatim bersama Polda Jawa Timur yang diselenggarakan di Stadion Gajayana, Kota Malang, Jawa Timur, Jumat, Kapolri mengatakan para ojol selalu menunjukkan simpati dan empati kepada masyarakat tanpa pandang bulu dan hal itu selaras dengan komitmen pelayanan dari kepolisian.

    “Komunitas ojol sebagai garda terdepan menciptakan keharmonisan sosial, mereka juga merupakan pihak yang menjadi penghubung antar lapisan masyarakat melalui interaksi yang terbangun,” kata Listyo.

    Dia menilai ojol saat ini merupakan salah satu elemen bangsa yang punya peran penting di dalam menjaga kondusivitas keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).

    Kapolri berkomitmen untuk memperkuat kemitraan strategis dengan komunitas ojol dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban.

    Salah satu peran yang bisa dijalankan adalah menjadi pelopor keselamatan, ketertiban berlalu lintas, dan pencegahan tindak kejahatan.

    Langkah ini menjadi tindak lanjut dari kedinamisan situasi global dan penuh ketidakpastian, sehingga menimbulkan celah potensi gangguan kamtibmas yang perlu waspadai bersama-sama.

    Setiap elemen bangsa, lanjutnya, harus senantiasa adaptif, responsif, dan visioner dalam merumuskan langkah strategis untuk memastikan terjaganya ketahanan nasional, baik dari aspek sosial, politik, serta perekonomian.

    Kapolri juga menegaskan bahwa para pengemudi ojol bisa menjadi sumber informasi bagi Polri sehingga proses penanganan kejadian kegawatdaruratan dan tindak kriminal bisa berjalan cepat dan optimal.

    “Ke depan, Polri akan bekerja sama dengan aplikator transportasi online untuk memasang aplikasi keamanan ke dalam sistem. Sehingga rekan-rekan pengemudi ojol dapat segera menghubungi personel kepolisian atau kantor polisi terdekat ketika menemukan peristiwa dan mengalami permasalahan tindak pidana,” ucapnya.

    Selain itu, Listyo Sigit juga mengapresiasi komitmen dari para pengendara ojol dalam mengikuti penyelenggaraan deklarasi ini.

    Menurut dia, ini adalah langkah penting untuk mewujudkan keamanan dan kenyamanan bagi seluruh masyarakat.

    “Saya minta kepada Kapolda sampai Kapolres untuk membantu apa saja yang dibutuhkan oleh teman-teman ojol,” kata Listyo Sigit.

    Agenda Apel Ojol Kamtibmas Jogo Jatim bersama Polda Jawa Timur yang diselenggarakan di Stadion Gajayana, Kota Malang diikuti oleh 4.425 perwakilan pengendara ojol dari seluruh daerah di provinsi setempat.

    Selain Polda Jawa Timur, agenda tersebut turut dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan jajaran kepolisian resor se-Malang Raya.

    Kepolisian turut menyertakan sejumlah fasilitas yang bisa dimanfaatkan oleh para ojol, seperti bengkel, cek kesehatan gratis, dan pasar murah.

    Pewarta: Ananto Pradana
    Editor: Edy M Yakub
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Usai 695 Siswa Gunungkidul Keracunan, TNI ‘Masuk’ Dapur SPPG Temukan Pelanggaran Kebersihan

    Usai 695 Siswa Gunungkidul Keracunan, TNI ‘Masuk’ Dapur SPPG Temukan Pelanggaran Kebersihan

    Dia mengingatkan, pengawasan terhadap dapur sehat tanggung jawab para kepala dapur yang sehari-hari mengatur proses produksi makanan Kepala dapur adalah garda terdepan dalam memastikan makanan yang disajikan kepada siswa aman, higienis, dan sesuai standar gizi.

    “Kalau terjadi sesuatu, tanggung jawab pertama ada di pimpinan dapur. Mereka harus tahu apa yang masuk dan keluar dari dapur mereka, mulai dari bahan mentah hingga makanan siap dikirim,” ujarnya.

    Meski menemukan beberapa pelanggaran, Letkol Roni juga memberikan apresiasi kepada sejumlah dapur yang telah menerapkan sistem kerja dengan baik. Ia menilai, secara umum proses penyiapan, pengepakan, dan pengiriman makanan di sebagian besar dapur sehat sudah sesuai standar yang ditetapkan, baik dari aspek kebersihan alat masak, suhu penyimpanan, maupun jarak tempuh distribusi makanan ke penerima manfaat.

    Program Makan Bergizi Gratis sendiri merupakan inisiatif pemerintah yang melibatkan lintas sektor, termasuk TNI, untuk memastikan anak-anak sekolah di seluruh wilayah mendapatkan asupan gizi yang layak.

    Namun, kasus keracunan massal yang baru-baru ini terjadi menjadi peringatan keras bahwa pengawasan di lapangan perlu diperketat, terutama di bagian pengolahan dan distribusi makanan.

    “Tujuan utama program Makan Bergizi Gratis ini adalah memberikan makanan yang sehat, bergizi, dan aman bagi anak-anak sekolah. Kami ingin memastikan, tidak ada lagi peristiwa seperti di Saptosari terulang,” tutup Letkol Roni.

     

  • Humas dan Pustakawan dalam Semangat Sumpah Pemuda

    Humas dan Pustakawan dalam Semangat Sumpah Pemuda

    Bisnis.com, JAKARTA – Setiap bangsa memiliki masa, kejujuran informasi menentukan arah sejarahnya. Kita pernah mengalami itu di masa pergerakan, ketika kabar dan surat-surat perjuangan menjadi alat penyatu tekad kemerdekaan. Kini, di abad ke-21, bangsa Indonesia kembali dihadapkan pada ujian yang serupa namun dalam wujud yang berbeda, yakni krisis makna di tengah melimpahnya informasi.

    Informasi yang dulu menjadi sumber pencerahan kini bisa berubah menjadi sumber kebingungan. Ketika setiap orang dapat menjadi penyampai pesan, batas antara fakta dan opini, antara data dan narasi, semakin kabur. Dalam situasi seperti itu, komunikasi publik bukan hanya soal kecepatan menyampaikan pesan, tetapi tentang bagaimana menjaga makna agar tidak terdistorsi di tengah kebisingan digital.

    Di sinilah peran Humas (Hubungan Masyarakat) dan Pustakawan menjadi sangat strategis. Keduanya merupakan komunikator publik yang berada di garda depan penyebaran pengetahuan dan pembentukan kepercayaan sosial. Meskipun berasal dari disiplin yang berbeda, keduanya memiliki tanggung jawab moral yang sama, yaitu memastikan bahwa informasi yang sampai kepada publik bersumber dari niat baik, disampaikan dengan etika, dan berorientasi pada kepentingan bangsa. Humas sebagai penjaga kredibilitas badan publik, Pustakawan sebagai komunikator pengetahuan.

    Dalam pandangan Harold D. Lasswell (1948), komunikasi yang efektif dapat diringkas dalam pertanyaan sederhana. Who says what, in which channel, to whom, and with what effect? Pertanyaan itu menegaskan bahwa kualitas komunikasi sangat ditentukan oleh siapa yang berbicara dan bagaimana ia menyampaikan pesannya.

    Humas adalah representasi dari lembaga. Wajah dan suara yang menentukan apakah publik akan percaya atau justru curiga. Fungsi utamanya bukan sekadar menyampaikan informasi, melainkan membangun dan memelihara kepercayaan publik (public trust). Dalam konteks lembaga negara seperti Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI), kepercayaan itu dibangun melalui komunikasi yang transparan, konsisten, dan berorientasi pelayanan.

    Humas lembaga publik dituntut untuk menjadi komunikator yang adaptif. Mereka harus mampu mengelola pesan di berbagai saluran. Misalnya, mulai dari pernyataan resmi di situsnya, hingga informasi populer di kanal media sosialnya. Tidak hanya itu, kolaborasi Humas dengan Pustakawan dapat dibuktikan dalam kerja-kerja komunikator, mulai dari klarifikasi isu hingga kampanye literasi digital. Mereka tidak hanya bekerja dalam ranah informasi, tetapi juga mengelola persepsi dan reputasi.

    Cutlip, Center, dan Broom (2006) dalam Effective Public Relations menyebut Humas sebagai fungsi manajemen yang membangun dan memelihara hubungan saling pengertian antara organisasi dan publiknya. Dalam era disinformasi, fungsi itu bergeser dari sekadar hubungan ke arah tanggung jawab moral: bagaimana memastikan masyarakat memperoleh informasi yang benar, tidak menyesatkan, dan memberi manfaat sosial.

    Ketika terjadi krisis informasi, misalnya penyebaran hoaks, kesalahan data, atau miskomunikasi kebijakan, Humas dituntut untuk bertindak cepat, akurat, dan beretika. Di sinilah profesionalitas komunikator diuji. Bukan hanya bagaimana ia menenangkan situasi, menguraikan informasi agar public teredikasi, melainkan juga bagaimana ia menjaga kepercayaan publik agar tetap utuh.

    Jika Humas adalah komunikator pesan, maka pustakawan adalah komunikator makna. Mereka tidak hanya menyimpan buku atau naskah, melainkan mengelola pengetahuan. Di tangan pustakawan, informasi mentah diubah menjadi pengetahuan yang terorganisasi, tervalidasi, dan mudah diakses.

    McQuail (2010) dalam Mass Communication Theory menekankan bahwa fungsi komunikator publik tidak sekadar menyampaikan pesan, tetapi menciptakan shared understanding atau kesepahaman bersama yang menjadi dasar bagi kohesi sosial. Pustakawan melaksanakan fungsi ini melalui literasi informasi, pelestarian sumber pengetahuan, dan pendidikan publik.

    Dalam konteks Perpusnas RI, pustakawan menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan. Melalui pengelolaan naskah-naskah Nusantara, mereka menjaga warisan pengetahuan bangsa agar tidak hilang ditelan zaman. Pengarsipan, digitalisasi, dan promosi naskah bukan semata kegiatan teknis, tetapi bagian dari komunikasi kebangsaan. Naskah-naskah itu berisi nilai moral, etika sosial, dan filosofi hidup yang membentuk identitas nasional.

    Di era digital, pustakawan tidak lagi hanya berada di balik meja, melainkan aktif di ruang publik. Pustakawan mengedukasi masyarakat tentang cara menilai kredibilitas sumber, memverifikasi informasi, dan menggunakan media digital dengan bijak. Mereka adalah “silent educators” yang menanamkan literasi sebagai bentuk ketahanan nasional terhadap arus disinformasi.

    Humas dan pustakawan sesungguhnya memiliki tiga nilai fundamental yang sama, yaitu kepercayaan publik, integritas, dan etika komunikasi. Mereka bekerja untuk melayani masyarakat, bukan sekadar menyenangkan atasan. Baik Humas maupun pustakawan beroperasi di atas landasan etika profesional dan kebenaran data.

    Sinergi keduanya menciptakan ekosistem komunikasi yang sehat. Humas memastikan pesan lembaga disampaikan dengan kredibel, sementara pustakawan memastikan isi pengetahuan yang dibagikan benar dan terverifikasi.

    Perpusnas RI telah menjadi contoh bagaimana kolaborasi dua profesi ini bisa membangun ekosistem literasi yang kuat. Dalam program Kelas Literasi Anak (KELANA) Spesial Hari Sumpah Pemuda, misalnya, pendekatan literasi tidak hanya dilakukan lewat membaca, tetapi juga melalui psikoedukasi dan keterampilan olah wicara. Di sini, pustakawan, humas, dan komunitas bekerja bersama menanamkan nilai keberanian berbicara, empati, serta kecintaan terhadap pengetahuan sejak usia dini.

    Program semacam ini membuktikan bahwa komunikasi publik tidak berhenti pada penyebaran informasi, tetapi meluas menjadi pendidikan karakter. Itulah makna terdalam dari fungsi komunikator publik dalam lembaga literasi negara: menjadi penjaga makna, bukan sekadar penyampai berita.

    Sumpah Pemuda dan Literasi Digital

    Ketika para pemuda tahun 1928 mengikrarkan Sumpah Pemuda, mereka tidak hanya menyatukan bahasa, bangsa, dan tanah air, tetapi mereka juga menyatukan makna. Mereka memahami bahwa bangsa yang tercerai secara makna akan mudah goyah secara politik dan sosial.

    Kini, Indonesia kembali berada di persimpangan serupa, bahwa tantangan terbesar bukan lagi kolonialisme asing, melainkan kolonialisme informasi. Jika dulu bangsa ini berjuang melawan penjajahan fisik, kini ia berjuang melawan penjajahan algoritma, bias media, dan banjir hoaks yang menyesatkan.

    Dalam konteks kekinian, makna “Satu Nusa” dapat dibaca sebagai komitmen menjaga kedaulatan informasi nasional. Tanah air tidak hanya sebidang wilayah geografis, tetapi juga ruang pengetahuan tempat warga bangsa membangun kesadaran bersama.

    Humas menjadi penjaga agar ruang itu tidak tercemar oleh informasi palsu. Mereka memastikan bahwa komunikasi publik yang keluar dari lembaga negara, termasuk Perpusnas, berbasis data dan memperkuat rasa percaya terhadap institusi publik. Pustakawan memastikan isi pengetahuan yang menjadi referensi publik tetap orisinal dan dapat dipertanggungjawabkan.

    Ketika kedua peran ini berjalan seiring, bangsa memiliki fondasi kuat. Fondasi itu adalah informasi yang akurat dan publik yang literat. Itulah bentuk baru dari “kemerdekaan berpikir” yang menjadi cita-cita para pendiri bangsa.

    Makna “Satu Bangsa” kini menemukan relevansinya dalam kolaborasi lintas profesi dan generasi. Humas tidak bisa bekerja sendiri; mereka memerlukan pustakawan, peneliti, dan pendidik untuk memastikan bahwa pesan publik didukung oleh data dan sumber tepercaya. Sebaliknya, pustakawan membutuhkan dukungan Humas agar hasil kerjanya diketahui dan dimanfaatkan publik secara luas.

    Dengan pendekatan komunikasi publik yang efektif, nilai-nilai kearifan lokal dari naskah-naskah lama dapat dihidupkan Kembali, dalam konteks kebangsaan masa kini. Bahkan nilai-nilai tersebut dapat menjadi sumber inspirasi etika, spiritualitas, dan tanggung jawab sosial. Itulah esensi dalam kolaborasi kebangsaan, ketika setiap profesi menyumbangkan keahliannya untuk memperkuat collective intelligence bangsa.

    Bahasa menjadi sarana pemersatu. Namun, di era media sosial, bahasa juga bisa menjadi sumber perpecahan. Komentar tajam, ujaran kebencian, dan disinformasi kerap mengaburkan empati yang menjadi dasar komunikasi kebangsaan. Di titik ini, humas dan pustakawan memegang tanggung jawab penting. Kedua profesi tersebut bertugas mengembalikan bahasa publik ke fungsi aslinya, yaitu bahasa yang mencerdaskan dan menenangkan.

    Bahasa komunikasi publik seharusnya membangun pengertian, bukan mengadu domba. Ia harus inklusif, jernih, dan mengandung kejujuran. Humas mengelola pesan dengan etika, pustakawan mengelola pengetahuan dengan integritas. Keduanya mengajarkan publik untuk menggunakan bahasa yang berempati, untuk membaca dan berbicara dengan hati.

    Semangat Sumpah Pemuda bukan sekadar romantika sejarah. ia adalah kompas moral untuk menghadapi tantangan komunikasi modern. Dalam dunia yang dipenuhi informasi instan dan opini tak terbatas, semangat itu mengingatkan kita bahwa keutuhan bangsa hanya bisa dijaga jika kebenaran dijaga bersama.

    Humas dan pustakawan adalah dua penjaganya. Mereka mungkin tidak berada di barisan depan politik, tetapi merekalah yang memastikan agar bangsa ini tidak kehilangan jati dirinya di tengah perang makna. Di situlah semangat “pemuda bergerak” menemukan makna baru. Bukan lagi sekadar turun ke jalan, tetapi bergerak dalam literasi, komunikasi, dan tanggung jawab sosial.

    Pada akhirnya, Humas dan pustakawan adalah dua wajah dari satu panggilan, yaitu menjaga bangsa agar tetap bersatu dalam pengetahuan dan kebenaran. Keduanya bekerja di ruang yang berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama, membangun kepercayaan publik yang menjadi dasar kemajuan bangsa.

    Di tengah krisis informasi global, mereka berperan sebagai penuntun arah moral komunikasi, di mana Humas menjaga agar pesan publik tetap etis dan kredibel dan pustakawan menjaga agar isi pengetahuan tetap jernih dan terbuka. Keduanya menjadi manifestasi modern dari semangat Sumpah Pemuda, semangat untuk berpikir jernih, berkolaborasi, dan menjaga persatuan.

    Puluhan tahun setelah ikrar itu dikumandangkan, tantangan bangsa telah berubah dari perang senjata menjadi perang makna. Namun selama masih ada mereka yang bekerja dengan hati, yang menjaga kebenaran dengan tenang, dan yang berkomunikasi dengan empati, bangsa ini tidak akan kehilangan arah.

    Humas dan pustakawan mungkin bukan para orator di podium besar, tetapi merekalah penjaga nalar publik di tengah badai informasi. Selama semangat Sumpah Pemuda terus mengalir dalam kerja mereka, Indonesia akan tetap bersatu dalam bahasa yang jernih, dalam ilmu yang benar, dan dalam keyakinan bahwa pengetahuan adalah wujud paling tinggi dari cinta pada Tanah Air.

     

     

  • Puja-puji Prabowo untuk Polri…

    Puja-puji Prabowo untuk Polri…

    Puja-puji Prabowo untuk Polri…
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Presiden RI Prabowo Subianto memuji instansi Kepolisian ketika menghadiri pemusnahan narkoba hasil sitaan Polri yang digelar di Lapangan Bhayangkara, Mabes Polri, Jakarta, Rabu (29/10/2025).
    Menurut Prabowo, polisi semakin peka dalam menghadapi tuntutan bangsa dan negara.
    Ia menyebut, polisi selalu berada di garda terdepan bersama TNI, khususnya terkait produksi pangan.
    “Teruskan upaya ini. Saya lihat polisi sekarang semakin peka terhadap tuntutan bangsa dan negara, polisi sekarang berada di depan bersama yang lain, bersama TNI di bidang produksi pangan,” kata Prabowo, dalam pidatonya.
    Prabowo juga mengapresiasi Korps Bhayangkara karena telah mengubah 228 kampung narkoba menjadi 118 kampung bebas narkoba.
    Dia menilai, bangsa Indonesia saat ini memiliki kekayaan besar yang harus dikelola dengan keberanian dan integritas.
    “Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sekarang sangat besar, semua orang tahu kekayaan kita sekarang. Masalahnya kita harus berani mengelola kekayaan tersebut, kita tidak boleh takut menegakkan hukum, takut menegakkan kebenaran,” tutur dia.
    Prabowo menekankan bahwa polisi dan tentara harus gotong royong.
    Dia meminta mereka tidak perlu ragu-ragu dan memikirkan apa yang dilakukan di negara Barat.
    “Ini Indonesia, Bung. Kita enggak usah ragu-ragu, kita enggak usah berpikir bahwa apa yang dari Barat itu pasti benar. Kita ini gotong royong, semua ini, ya kita satu keluarga. Polisi punya kekuatan, tentara punya kekuatan, ya kita kerja semua untuk rakyat,” imbuh Prabowo.
     
    Kepala negara menilai, polisi di seluruh dunia kerap mendapat makian.
    Menurut dia, fenomena ini tidak lepas dari kekesalan masyarakat ketika ditegur polisi saat berbuat kesalahan.
    Padahal, tugas polisi memanglah menegur orang yang bersalah.
    “Saya ini orangnya enggak suka basa-basi. Polisi selalu dijelek-jelekkan, selalu dimaki-maki di mana seluruh dunia. Karena memang tugasnya menertibkan,” kata Prabowo.
    “Saya juga waktu muda dulu, bukan sekarang, kalau lampu merah, ‘ada polisi enggak?’. (Lalu menerobos lalu lintas), salah saya, ngaku, saya enggak benar. Polisi itu tugasnya menertibkan, priiit, kita salah, kita dongkol,” imbuh Prabowo.
    Di sisi lain, Presiden RI mengatakan, dalam satuan korps pasti ada oknum atau anak buah yang nakal, termasuk di Polri.
    “Kemudian, pastilah dalam korps yang ratusan ribu, ada yang enggak bener, itu ada,” kata Prabowo, dalam pidatonya.
    Prabowo juga mengaku merasakan hal ini ketika memimpin satuan pasukan khusus di TNI.
    Menurut dia, tugas pimpinan korps untuk menertibkan oknum tersebut.
    “Saya mantan panglima, saya tahu anak buah saya ada yang nakal, ada yang brengsek. Ya itu tugas kita,” papar dia.
    Ketua Umum Partai Gerindra ini pun mencontohkan hal ini seperti anak nakal yang ada di sekolah.
    Meski ada anak yang nakal, menurut dia, tidak otomatis membuat sekolah dan gurunya juga ikut bersalah.
    “Saya ambil contoh begini. Kalau ada sekolah muridnya ada yang tawuran, apa sekolahnya salah? Apa guru-gurunya semuanya salah? Ini anak ya memang bandel,” ungkap dia.
    Meski begitu, Prabowo meyakini institusi penegakan hukum di Indonesia pasti akan menindak anggotanya yang tidak tertib.
    “Saya kira institusi kita, polisi, tentara, kejaksaan, semua tidak ragu-ragu menindak anggotanya yang tidak tertib. Saya percaya itu,” tegas Prabowo.
     
    Pada kesempatan ini, Prabowo memberikan tiga tugas untuk Kapolri Jenderal (Polisi) Listyo Sigit Prabowo, yakni memberantas narkoba, penyelundupan, dan judi
    online
    (judol).
    “Saya minta Kapolri, tiga hal, anda yang memimpin untuk saya, satu pemberantasan narkoba, dua penyelundupan, tiga judi
    online
    ,” kata Prabowo.
    Menurut Prabowo, peredaran narkoba merupakan salah satu masalah besar Indonesia karena merusak masa depan bangsa.
    Prabowo juga memberi atensi khusus terhadap narkoba yang telah merusak masa depan generasi muda.
    Selain itu, Prabowo menyebut, masalah utama bangsa lainnya adalah kebocoran kekayaan negara.
    “Apapun yang kita inginkan, mustahil kita capai kalau kekayaan kita tidak kita kuasai, tidak kita kelola. Kekayaan itu ibarat darah di suatu badan. Kalau darah kita bocor, mengalir sekian cc, di ujungnya manusia badan itu mati, sama,” kata Prabowo.
    Polri pun diminta untuk menjadi garda terdepan dalam melindungi rakyat Indonesia dari berbagai ancaman.
    Terlebih, saat ini ada modus kartel-kartel yang menggunakan kapal selam dalam melancarkan aksinya untuk mengedarkan narkoba.
    “Saya ingatkan di mana-mana, tentara harus jadi tentara rakyat, polisi harus jadi polisi rakyat, sehingga rakyat nanti yang jadi mata dan telinga, rakyat yang lapor,” ujar Prabowo.
    “Bahkan, sekarang ada modus si kartel-kartel narkoba punya kapal selam, saudara-saudara, dia punya kapal selam,” sambung dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bhabinkamtibmas jadi garda terdepan dalam menjaga kamtibmas

    Bhabinkamtibmas jadi garda terdepan dalam menjaga kamtibmas

    Jakarta (ANTARA) – Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) berperan sebagai garda terdepan Polri dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas), khususnya di wilayah hukum Polda Metro Jaya.

    “Bhabinkamtibmas bukan hanya petugas keamanan, tetapi juga sahabat bagi masyarakat. Mereka harus hadir, mendengar, dan memberikan solusi dengan cara yang humanis,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Brigjen Polisi Ade Ary Syam Indradi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

    Ade Ary menjelaskan hal itu terkait arahan Kapolda Metro Jaya Irjen Polisi Asep Edi Suheri kepada para Bhabinkamtibmas. Dia mengatakan, wilayah megapolitan seperti Jakarta memiliki tingkat mobilitas dan keragaman sosial yang tinggi.

    “Kondisi tersebut menuntut kehadiran petugas Bhabinkamtibmas yang sigap, komunikatif dan mampu memahami dinamika masyarakat di wilayahnya,” katanya.

    Ia juga menjelaskan di era digital saat ini, arus informasi yang cepat dan masif menuntut Bhabinkamtibmas untuk lebih tanggap terhadap potensi penyebaran berita palsu (hoaks) atau disinformasi yang dapat menimbulkan keresahan di masyarakat.

    Kehadiran Bhabinkamtibmas yang aktif di tengah masyarakat mampu mencegah keresahan sebelum berkembang menjadi gangguan kamtibmas. “Polri ingin memastikan setiap warga merasa aman dan terlindungi,” kata Ade Ary.

    Kapolda Metro Jaya Irjen Polisi Asep Edi Suheri saat memberikan arahan kepada 907 personel Bhabinkamtibmas jajaran Polda Metro Jaya dengan tema “Jaga Jakarta, Kita Ciptakan Rasa Aman dan Nyaman di Lingkungan Kita”, bertempat di Balai Pertemuan Polda Metro Jaya (BPMJ), Rabu (29/10/2025). (ANTARA/HO-Humas Polda Metro Jaya)

    Selain itu, Ade Ary juga menegaskan pentingnya memperkuat komunikasi sosial, mengenal karakteristik warga binaan, dan memanfaatkan teknologi untuk pelaporan cepat.

    Bhabinkamtibmas perlu memiliki empati dan kemampuan komunikasi yang selaras dengan karakter masyarakat. “Dengan itu, kehadiran Polri akan benar-benar dirasakan sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat,” tegasnya.

    Polda Metro Jaya juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan masing-masing. Kolaborasi antara warga, tokoh masyarakat, dan aparat kepolisian menjadi kunci dalam menciptakan Jakarta yang aman dan nyaman.

    “Keamanan adalah tanggung jawab bersama. Kami mengajak masyarakat untuk terus berpartisipasi menjaga lingkungannya, saling peduli dan saling melindungi,” katanya.

    Kegiatan yang diselenggarakan oleh Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Asep Edi Suheri tersebut dilaksanakan di Balai Pertemuan Polda Metro Jaya (BPMJ) bersama 907 personel Bhabinkamtibmas jajaran Polda Metro Jaya.

    Kegiatan tersebut juga bertujuan untuk memperkuat peran Bhabinkamtibmas sebagai garda terdepan Polri dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas), khususnya di wilayah hukum Polda Metro Jaya yang memiliki dinamika sosial tinggi.

    Pewarta: Ilham Kausar
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.