NGO: GARDA

  • Bahlil Lantik 8 Pejabat Eselon II, Ada Perempuan dari Papua

    Bahlil Lantik 8 Pejabat Eselon II, Ada Perempuan dari Papua

    Jakarta

    Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia melantik delapan pejabat setingkat Eselon II di lingkungan Kementerian Investasi/BKPM. Wajah-wajah muda menghiasi posisi strategis.

    Dikutip dari Instagram resmi @bahlillahadalia, Kamis (8/8/2024), Bahlil menyampaikan agar para pejabat berkomitmen untuk menegakkan aturan dan memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat.

    Tidak hanya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dan investor, Menteri Investasi juga mengakui bahwa masyarakat dan investor adalah garda terdepan yang membuka peluang bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan serta penciptaan lapangan pekerjaan.

    Di antara delapan direktur yang dilantik, terdapat sosok srikandi Papua, Rini Setiani Sutrisno Modouw, yang kini menjabat sebagai Direktur Kerjasama Bilateral. Rini, yang merupakan lulusan AS dan kelahiran Jayapura, menempati posisi strategis yang mengharuskannya untuk melakukan perundingan bilateral dengan berbagai negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia.

    “Tantangan pertama yang harus saya hadapi adalah negosiasi terkait pelarangan ekspor bahan mentah nikel, yang saat ini sedang menjadi perdebatan di World Trade Organization (WTO),” kata Rini.

    Selain itu, Rini juga akan menangani berbagai nota kesepahaman dan perjanjian investasi dengan negara-negara seperti Malaysia, Kazakhstan, Timor Leste, serta negara-negara Afrika seperti Tanzania dan Kenya. Lalu Rini akan menangani hubungan bilateral ASEN-China, IC-CEPA Canada, dan EU-CEPA.

    Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi, menyatakan kebanggaannya karena janjinya kepada masyarakat Papua mulai terealisasi.

    Dalam orasi ilmiahnya tentang investasi bersama CEO Freeport pada tahun 2022 di Universitas Cenderawasih (UNCEN), Bahlil berjanji akan memberikan kesempatan bagi anak-anak Papua untuk menduduki posisi strategis, bahkan hingga Eselon I.

    Pelantikan Rini sebagai direktur merupakan salah satu wujud nyata dari janji tersebut. Rini Modouw menyatakan kebanggaannya sebagai perempuan Papua pertama yang menduduki posisi direktur di Kementerian Investasi.

    Menurutnya, kesempatan ini tidak hanya membanggakan, tetapi juga membuka peluang bagi anak-anak Papua berprestasi lainnya untuk berkarier di kementerian lainnya hingga mencapai posisi tertinggi.

    “Saya tentu bangga sebagai anak Papua yang bisa berprestasi dan berkarier di Kementerian Investasi/BKPM,” kata Rini.

    Rini juga mengatakan bahwa jabatannya bukanlah pemberian tetapi sebuah promosi prestasi yang didapat melalui persaingan sehat.

    “Jabatan ini buah dari prestasi karena melalui fit dan proper tes serta persaingan dari beberapa kementerian lainnya,” tuturnya menambahkan.

    Pelantikan delapan direktur muda ini diharapkan dapat memberikan percepatan dan produktivitas di lingkungan Kementerian Investasi/BKPM, serta memperkuat daya saing investasi Indonesia. Dengan kemampuan negosiasi dan mitigasi risiko yang dimiliki Rini, diharapkan investasi bilateral Indonesia akan semakin kuat dan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

    (fdl/fdl)

  • Bukti Lain dari Sifat Teroris Israel

    Bukti Lain dari Sifat Teroris Israel

    Jakarta

    Kedutaan Besar Iran di Jakarta menyampaikan kecaman keras terhadap pembunuhan pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh dalam serangan di Teheran pada Rabu (31/7). Iran menyalahkan rezim Zionis atau Israel sebagai dalang di balik pembunuhan tersebut.

    “Pembunuhan Syahid Ismail Haniyeh oleh rezim Zionis adalah bukti lain dari sifat teroris, agresif, pelanggar hukum dan kriminal dari rezim pendudukan Al-Quds,” demikian pernyataan Kedutaan Besar Iran di Jakarta, seperti keterangan pers yang diterima detikcom, Jumat (2/8/2024).

    “Aksi teroris ini tidak hanya melanggar prinsip dan aturan hukum internasional dan Piagam PBB; melainkan hal ini dianggap sebagai ancaman serius terhadap perdamaian serta keamanan regional dan internasional,” imbuh pernyataan tersebut.

    Kelompok Hamas telah mengonfirmasi Haniyeh tewas dalam serangan Israel di Teheran, setelah menghadiri pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian. Garda Revolusi Iran juga telah mengumumkan kematian Haniyeh dalam serangan di wilayahnya.

    Selain menyampaikan kecaman, Kedutaan Besar Iran dalam pernyataannya juga menyebut langkah merespons pembunuhan Haniyeh menjadi “hak yang melekat”. Teheran juga menyerukan negara-negara lainnya bertindak tegas untuk menghukum Israel.

    “Republik Islam Iran Iran dengan mengutuk keras tindakan kriminal rezim Zionis dalam pembunuhan Syahid Ismail Haniyeh,” tegas Kedutaan Besar Iran dalam pernyataannya.

    “Menganggap respons yang tepat terhadap tindakan agresif Israel terhadap kedaulatan dan integritas wilayahnya sebagai hak yang melekat dan menyerukan semua negara dan organisasi internasional untuk mengambil tindakan politik dan hukum untuk menghukum rezim palsu dan illegal Zionis Israel,” cetus pernyataan tersebut.

    Sementara itu, meskipun Iran dan Hamas menuduh Israel mendalangi serangan yang menewaskan Haniyeh, Tel Aviv belum juga memberikan komentarnya, bahkan mengaku bertanggung jawab, atas kematian pemimpin Hamas tersebut.

    Hal itu memicu ancaman balas dendam terhadap Israel dari Hamas, Iran dan proksi-proksinya, yang semakin menambah kekhawatiran meluasnya perang yang berkecamuk di Jalur Gaza menjadi perang besar-besaran di kawasan Timur Tengah.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Iran dan Kawan-kawan Bertemu Bahas Pembalasan untuk Israel

    Iran dan Kawan-kawan Bertemu Bahas Pembalasan untuk Israel

    Teheran

    Para pejabat tinggi Iran menggelar pertemuan dengan perwakilan sekutu regional Teheran dari Lebanon, Yaman dan Irak. Pertemuan itu dimaksudkan untuk membahas potensi pembalasan terhadap Israel, setelah pembunuhan pemimpin biro politik kelompok Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran.

    Seperti dilansir Reuters, Jumat (2/8/2024), kawasan Timur Tengah menghadapi risiko konflik yang meluas antara Israel, Iran dan proksi-proksinya usai pembunuhan Haniyeh di Teheran pada Rabu (31/7) dan pembunuhan komandan senior Hizbullah, Fuad Shukr, dalam serangan di pinggiran Beirut pada Selasa (30/7).

    Lima sumber yang dikutip Reuters mengungkapkan bahwa para perwakilan dari sekutu-sekutu Iran di Palestina, Hamas dan Jihad Islam, kemudian dari kelompok Houthi di Yaman, kelompok Hizbullah di Lebanon, dan kelompok perlawanan Irak menghadiri pertemuan di Teheran pada Kamis (1/8) waktu setempat.

    “Iran dan para anggota perlawanan akan melakukan penilaian menyeluruh setelah pertemuan di Teheran untuk menemukan cara terbaik dan paling efektif untuk membalas rezim Zionis (Israel),” sebut seorang pejabat senior Iran yang enggan disebut namanya, tapi mengetahui secara langsung pertemuan itu.

    Seorang pejabat Iran lainnya, yang juga tidak bersedia disebut namanya, mengatakan bahwa pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan anggota senior Garda Revolusi Iran akan turut hadir dalam pertemuan tersebut.

    “Bagaimana respons Iran dan kelompok perlawanan saat ini sedang ditinjau… Ini sudah pasti akan terjadi dan rezim Zionis (Israel) pasti akan menyesalinya,” tegas Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Jenderal Mohammad Baqeri, saat berbicara kepada televisi pemerintah Teheran pada Kamis (1/8).

    Iran dan Hamas menuduh Israel mendalangi serangan yang menewaskan Haniyeh, hanya beberapa jam setelah dia menghadiri seremoni pelantikan Masoud Pezeshkian sebagai Presiden baru Teheran. Namun Tel Aviv belum memberikan komentar, bahkan mengaku bertanggung jawab, atas kematian Haniyeh.

    Hal itu memicu ancaman balas dendam terhadap Israel dari Hamas, Iran dan proksi-proksinya, yang semakin menambah kekhawatiran meluasnya perang yang berkecamuk di Jalur Gaza menjadi perang besar-besaran di kawasan Timur Tengah.

    “Semua front perlawanan akan membalas dendam untuk darah Haniyeh,” tegas Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Akbar Ahmadian, saat berbicara kepada kantor berita Mehr.

    Pada 13 April lalu, Iran melancarkan rentetan serangan rudal dan drone terhadap Israel untuk membalas dugaan serangan mematikan Tel Aviv terhadap kompleks kedutaannya di Damaskus, Suriah, pada 1 April. Namun hampir semua serangan rudal dan drone Teheran diklaim berhasil ditembak jatuh oleh Tel Aviv.

    “Respons Iran terhadap pembunuhan Haniyeh yang mati syahid akan lebih kuat dari sebelumnya,” cetus mantan komandan senior Garda Revolusi Iran, Esmail Kosari, saat berbicara kepada televisi pemerintah Teheran.

    Sementara itu, Panglima Angkatan Udara Israel, Tomer Bar, saat berbicara dalam seremoni wisuda militer di Israel pada Rabu (31/7) malam, memperingatkan bahwa Tel Aviv akan mengambil tindakan terhadap siapa saja yang berencana melukai warganya.

    “Kita juga sangat siap dalam pertahanan. Ratusan tentara pertahanan udara, bersama dengan para personel kendali udara, ditempatkan di seluruh negeri dengan sistem terbaik, siap menjalankan misinya,” tegasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Pemimpin Hamas Disebut Tewas karena Bom Tersembunyi, Bukan Rudal

    Pemimpin Hamas Disebut Tewas karena Bom Tersembunyi, Bukan Rudal

    Teheran

    Laporan media terkemuka Amerika Serikat (AS), New York Times, menyebut bahwa pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, tewas akibat bom yang diselundupkan ke dalam wisma tamu yang ditinggalinya selama berada di Teheran, Iran.

    Laporan itu berbeda dengan laporan media pemerintah Iran sebelumnya, yang menyebut Haniyeh tewas akibat serangan rudal yang menghantam kediaman yang ditempatinya setelah menghadiri pelantikan Presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.

    Seperti dilaporkan New York Times dan dilansir Al Arabiya, Jumat (2/8/2024), laporan New York Times yang mengutip sejumlah sumber pejabat Timur Tengah dan AS menyebut bom atau peledak itu disembunyikan di dalam wisma tamu yang ditempati Haniyeh sejak dua bulan sebelumnya.

    Bom itu, menurut laporan NYT, diledakkan dari jarak jauh setelah Haniyeh dipastikan berada di dalam kamarnya.

    Wisma tamu yang ditempati Haniyeh itu terletak di lingkungan kelas atas di wilayah Teheran bagian utara dan merupakan bagian dari kompleks yang disebut sebagai Neshat, yang dikelola dan dilindungi oleh Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).

    Disebutkan NYT dalam laporannya bahwa Haniyeh sudah beberapa kali menginap di wisma tamu tersebut selama kunjungannya ke Teheran.

    Para pejabat AS, menurut laporan NYT, meyakini bahwa Israel berada di balik pembunuhan Haniyeh, dan para pejabat intelijen Tel Aviv telah memberikan pengarahan kepada Washington dan pemerintah negara Barat lainnya tak lama setelah kejadian tersebut.

    Meskipun Hamas dan Iran menuduh Israel sebagai dalang di balik pembunuhan Haniyeh, pemerintah maupun militer Tel Aviv belum mengaku bertanggung jawab.

    Laporan NYT yang juga mengutip tiga pejabat Iran, yang enggan disebut namanya, menggambarkan pembunuhan Haniyeh itu sebagai “kegagalan besar” bagi intelijen dan keamanan Teheran.

    Disebutkan oleh para pejabat Iran tersebut bahwa insiden itu “sangat memalukan” bagi Garda Revolusi Iran, yang menggunakan kompleks tersebut untuk pertemuan rahasia dan menjamu tamu-tamu terkemuka seperti Haniyeh.

    Haniyeh berada di Iran untuk menghadiri seremoni pelantikan Pezeshkian. Garda Revolusi Iran mengonfirmasi Haniyeh dan seorang pengawalnya tewas setelah kediaman yang menjadi tempat mereka menginap di Teheran diserang.

    Sebelumnya, kantor berita Iran, Fars News Agency, melaporkan bahwa Haniyeh yang sedang berada di Teheran tewas akibat “serangan rudal yang diluncurkan dari udara” pada Rabu (31/7) waktu setempat. Namun tidak disebut lebih lanjut soal pelaku yang meluncurkan serangan rudal tersebut.

    Sedangkan Hamas menyatakan Haniyeh terbunuh “dalam serangan udara Zionis di kediamannya di Teheran” setelah dia menghadiri pelantikan Pezeshkian sebagai Presiden baru Iran.

    Laporan NYT yang mengutip para pejabat Iran juga menyebut pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, memerintahkan serangan langsung terhadap Israel. Khamenei bersumpah akan melakukan pembalasan dan mengatakan bahwa membalas kematian Haniyeh adalah tugas Iran, mengingat hal itu terjadi di wilayah Iran.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Pemimpin Hamas Disebut Tewas karena Bom Tersembunyi, Bukan Rudal

    Netanyahu Tak Punya Niat Perdamaian

    Jakarta

    Pemerintah Turki mengutuk pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh yang merupakan sekutu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

    “Kami mengutuk pembunuhan pemimpin kantor politik Hamas, Ismail Haniyeh, dalam pembunuhan tercela di Teheran,” kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Rabu (31/7/2024). Kementerian menambahkan bahwa “serangan ini juga bertujuan untuk menyebarkan perang Gaza ke dimensi regional”.

    “Kami menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Palestina yang telah mengorbankan ratusan ribu martir seperti Haniyeh agar dapat hidup damai di tanah air mereka di bawah atap negara mereka sendiri,” tambah kementerian Turki tersebut.

    “Sekali lagi pemerintahan (Benjamin) Netanyahu telah menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki niat untuk mencapai perdamaian,” cetus kementerian.

    “Jika masyarakat internasional tidak mengambil tindakan untuk menghentikan Israel, kawasan kita akan menghadapi konflik yang jauh lebih besar,” imbuh kementerian.

    Haniyeh, yang menghabiskan banyak waktu di Turki sebelum serangan 7 Oktober yang dilancarkan Hamas terhadap Israel, terakhir kali bertemu Erdogan di Istanbul pada bulan April lalu.

    Sebelumnya, kelompok Hamas mengumumkan pada hari Rabu (31/7) bahwa pemimpin politiknya, Ismail Haniyeh, tewas dalam serangan Israel di Iran. Haniyeh berada di Iran untuk menghadiri pelantikan presiden baru negara tersebut.

    “Saudara, pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, kepala gerakan, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah ia berpartisipasi dalam pelantikan presiden baru (Iran),” kata kelompok Hamas dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Rabu (31/7/2024).

    Garda Revolusi Iran juga mengumumkan kematian tersebut, dengan mengatakan kediaman Haniyeh di Teheran, ibu kota Iran “diserang” dan ia terbunuh bersama seorang pengawalnya.

    “Kediaman Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran, dan akibat dari insiden ini, dia dan salah satu pengawalnya mati syahid,” sebut Garda Revolusi Iran dalam pernyataannya.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Presiden Palestina Kutuk Pembunuhan Pemimpin Hamas: Tindakan Pengecut!

    Presiden Palestina Kutuk Pembunuhan Pemimpin Hamas: Tindakan Pengecut!

    Ramallah

    Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengutuk keras pembunuhan pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, dalam serangan yang disebut didalangi oleh Israel di wilayah Iran. Abbas menyebut pembunuhan Haniyeh sebagai “tindakan pengecut”.

    “Presiden Mahmoud Abbas dari Negara Palestina mengutuk keras pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, menganggapnya sebagai tindakan pengecut dan eskalasi yang serius,” demikian pernyataan kantor Presiden Palestina, seperti dilaporkan kantor berita Palestina, WAFA dan dilansir Al Arabiya, Rabu (31/7/2024).

    “Dia mendesak rakyat kami dan pasukan mereka untuk bersatu, tetap bersabar, dan berdiri teguh melawan pendudukan Israel,” imbuh pernyataan tersebut.

    Dalam pernyataan terpisah kepada Al Arabiya, penasihat kepresidenan Palestina menyebut pembunuhan Haniyeh sebagai “kejahatan baru” Israel.

    “Pembunuhan Ismail Haniyeh adalah kejahatan baru Israel. Kami mendukung Hamas dan kita sekarang harus bersatu,” cetusnya.

    Kelompok Hamas telah mengonfirmasi kematian Haniyeh, yang merupakan pemimpin politik mereka, saat berada di Iran. Hamas menyebut Haniyeh tewas dalam serangan Israel di Teheran, setelah dia menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian.

    “Saudara-saudara, para pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, pemimpin gerakan ini, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah dia berpartisipasi dalam pelantikan presiden baru (Iran),” sebut kelompok Hamas dalam pernyataannya.

    Kematian Haniyeh juga dikonfirmasi oleh Garda Revolusi Iran, yang merupakan sekutu Hamas. Disebutkan oleh Garda Revolusi Iran bahwa kediaman yang ditinggali Haniyeh di Teheran diserang dan dia terbunuh bersama salah satu pengawalnya.

    “Kediaman Ismail Haniyeh, kapala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran, dan akibat dari insiden ini, dia dan salah satu pengawalnya mati syahid,” sebut Garda Revolusi Iran dalam pernyataannya.

    Garda Revolusi Iran menambahkan bahwa serangan yang menewaskan Haniyeh itu sedang diselidiki lebih lanjut. “Penyebabnya sedang diselidiki dan akan segera diumumkan,” imbuh pernyataan tersebut.

    Pemerintah Israel maupun kantor Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu belum secara resmi mengomentari kematian Haniyeh.

    Namun Tel Aviv diketahui pernah bersumpah untuk membunuh Haniyeh dan para pemimpin Hamas lainnya terkait serangan mematikan kelompok militan itu pada 7 Oktober tahun lalu terhadap Israel, yang menewaskan 1.200 orang dan membuat lebih dari 250 orang lainnya disandera.

    Reaksi keras diberikan oleh Hamas, dengan salah satu pejabat seniornya, Moussa Abu Marzouk, yang dikutip televisi Al-Aqsa TV yang dikelola Hamas, menyebut pembunuhan Haniyeh di Teheran sebagai “tindakan pengecut yang tidak akan dibiarkan begitu saja”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Dewan Keamanan Iran Rapat Bahas Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh

    Dewan Keamanan Iran Rapat Bahas Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh

    Jakarta

    Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran menggelar rapat pada Rabu (31/7) pagi waktu setempat untuk membahas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran, ibu kota Iran. Rapat tersebut dihadiri pula oleh para komandan senior Garda Revolusi Iran.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengatakan bahwa “darah pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang dibunuh tidak akan pernah terbuang sia-sia.”

    “Kemartiran Haniyeh di Teheran akan memperkuat ikatan yang dalam dan tak terpatahkan antara Teheran, Palestina, dan perlawanan,” kata Kanaani seperti dikutip oleh media pemerintah Iran, dilansir kantor berita Reuters dan Al Arabiya, Rabu (31/7/2024).

    Sebelumnya, kelompok Hamas mengumumkan pada hari Rabu (31/7) bahwa pemimpin politiknya, Ismail Haniyeh, tewas dalam serangan Israel di Iran. Haniyeh berada di Iran untuk menghadiri pelantikan presiden baru negara tersebut.

    “Saudara, pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, kepala gerakan, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah ia berpartisipasi dalam pelantikan presiden baru (Iran),” kata kelompok Hamas dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Rabu (31/7/2024).

    Garda Revolusi Iran juga mengumumkan kematian tersebut, dengan mengatakan kediaman Haniyeh di Teheran, ibu kota Iran “diserang” dan ia terbunuh bersama seorang pengawalnya.

    “Kediaman Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran, dan sebagai akibat dari insiden ini, ia dan salah seorang pengawalnya menjadi martir,” kata sebuah pernyataan oleh situs web berita Sepah milik Korps Garda Revolusi Islam.

    Haniyeh telah melakukan perjalanan ke Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada hari Selasa (30/7) waktu setempat.

    Militer Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar atas laporan kematian Haniyeh.

    Pejabat senior Hamas Moussa Abu Marzouk yang dikutip televisi Al-Aqsa TV yang dikelola Hamas menyebut pembunuhan Haniyeh di Teheran pada Rabu (31/7) sebagai “tindakan pengecut yang tidak akan dibiarkan begitu saja”.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Pemimpin Hamas Disebut Tewas karena Bom Tersembunyi, Bukan Rudal

    Tak Akan Dibiarkan Begitu Saja!

    Gaza City

    Kelompok Hamas memberikan reaksi keras atas kematian pemimpinnya, Ismail Haniyeh, yang diserang saat sedang berada di Iran pada Rabu (31/7) waktu setempat. Hamas menyebut kematian Haniyeh sebagai pembunuhan dan menegaskan hal itu “tidak akan dibiarkan begitu saja”.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (31/7/2024), pejabat senior Hamas Moussa Abu Marzouk yang dikutip televisi Al-Aqsa TV yang dikelola Hamas menyebut pembunuhan Haniyeh di Teheran pada Rabu (31/7) sebagai “tindakan pengecut yang tidak akan dibiarkan begitu saja”.

    Dalam pernyataan terpisah, seorang pejabat Hamas lainnya, Sami Abu Zuhri, mengatakan kepada Reuters bahwa pembunuhan tersebut merupakan eskalasi besar yang tidak akan mencapai tujuannya.

    Kelompok Hamas mengonfirmasi bahwa Haniyeh yang merupakan pemimpin politik mereka tewas dalam serangan Israel di wilayah Iran, usai dia menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian pada Selasa (30/7).

    “Saudara-saudara, para pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, pemimpin gerakan ini, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah dia berpartisipasi dalam pelantikan presiden baru (Iran),” sebut kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza dalam pernyataannya.

    Kematian Haniyeh juga diumumkan oleh Garda Revolusi Iran, yang merupakan sekutu Hamas. Disebutkan oleh Garda Revolusi Iran bahwa kediaman yang ditinggali Haniyeh di Teheran diserang dan dia terbunuh bersama salah satu pengawalnya.

    “Kediaman Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran, dan akibat dari insiden ini, dia dan salah satu pengawalnya mati syahid,” sebut Garda Revolusi Iran dalam pernyataannya.

    Belum ada klaim dari kelompok mana pun soal serangan yang menewaskan Haniyeh ini. Israel juga belum memberikan komentarnya.

    (nvc/ita)

  • Pemimpin Hamas Tewas Usai Hadiri Pelantikan Presiden Iran

    Pemimpin Hamas Tewas Usai Hadiri Pelantikan Presiden Iran

    Jakarta

    Kelompok Hamas mengumumkan pada hari Rabu (31/7) bahwa pemimpin politiknya, Ismail Haniyeh, tewas dalam serangan Israel di Iran. Haniyeh berada di Iran untuk menghadiri pelantikan presiden baru negara tersebut.

    “Saudara, pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, kepala gerakan, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah ia berpartisipasi dalam pelantikan presiden baru (Iran),” kata kelompok Hamas dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Rabu (31/7/2024).

    Garda Revolusi Iran juga mengumumkan kematian tersebut, dengan mengatakan kediaman Haniyeh di Teheran, ibu kota Iran “diserang” dan ia terbunuh bersama seorang pengawalnya.

    “Kediaman Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran, dan sebagai akibat dari insiden ini, ia dan salah seorang pengawalnya menjadi martir,” kata sebuah pernyataan oleh situs web berita Sepah milik Korps Garda Revolusi Islam.

    Haniyeh telah melakukan perjalanan ke Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada hari Selasa (30/7) waktu setempat.

    Militer Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar atas laporan kematian Haniyeh.

    Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu telah bersumpah untuk menghancurkan Hamas dan membawa kembali semua sandera yang ditawan selama serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober, yang memicu perang di Jalur Gaza.

    Serangan yang dilancarkan Hamas ke Israel selatan itu mengakibatkan kematian 1.197 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.

    Para milisi Palestina juga menangkap 251 sandera, 111 orang di antaranya masih ditawan di Gaza, termasuk 39 orang yang menurut militer Israel telah tewas.

    Haniyeh terpilih sebagai kepala biro politik Hamas pada tahun 2017 untuk menggantikan Khaled Meshaal. Namun, dia telah menjadi tokoh terkenal setelah menjadi perdana menteri Palestina pada tahun 2006 setelah kemenangan mengejutkan Hamas dalam pemilihan parlemen tahun itu.

    Dianggap sebagai seorang pragmatis, Haniyeh tinggal di pengasingan dan membagi waktunya antara Turki dan Qatar.

    Dia telah melakukan perjalanan misi diplomatik ke Iran dan Turki selama perang antara Hamas dan Israel di Gaza, bertemu dengan presiden Turki dan Iran.

    Haniyeh dikatakan menjaga hubungan baik dengan para pemimpin berbagai faksi Palestina, termasuk para pesaing Hamas.

    Ia bergabung dengan Hamas pada tahun 1987 ketika kelompok militan tersebut didirikan di tengah pecahnya intifada Palestina pertama, atau pemberontakan, terhadap pendudukan Israel yang berlangsung hingga tahun 1993.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Pemimpin Hamas Disebut Tewas karena Bom Tersembunyi, Bukan Rudal

    Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas dalam Serangan di Iran

    Teheran

    Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh tewas dalam sebuah serangan saat berada di wilayah Iran pada Rabu (31/7) waktu setempat. Kematian Haniyeh yang merupakan pemimpin biro politik Hamas ini dikonfirmasi oleh kelompok Hamas sendiri dan Garda Revolusi Iran.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arbaiya, Rabu (31/7/2024), Hamas dalam pernyataannya menyatakan pihaknya sedang berkabung atas meninggalnya Haniyeh, yang disebut tewas dalam “penyerbuan berbahaya Zionis terhadap kediamannya di Teheran”.

    Laporan televisi pemerintah Iran melaporkan kematian Haniyeh pada Rabu (31/7) pagi waktu setempat. Disebutkan bahwa Haniyeh berada di Teheran, ibu kota Iran untuk menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian pada Selasa (30/7) waktu setempat.

    Haniyeh disebut tewas bersama salah satu pengawalnya di Teheran.

    “Pagi hari ini, kediaman Ismail Haniyeh di Teheran diserang, mengakibatkan dia dan salah satu pengawalnya mati syahid,” sebut Garda Revolusi Iran dalam pernyataannya.

    “Penyebabnya sedang diselidiki dan akan segera diumumkan,” imbuh pernyataan tersebut.

    Belum ada klaim dari kelompok mana pun soal serangan yang menewaskan Haniyeh ini. Israel juga belum memberikan tanggapannya.

    Haniyeh terpilih sebagai kepala biro politik Hamas pada tahun 2017 untuk menggantikan Khaled Meshaal. Namun, dia telah menjadi tokoh terkenal setelah menjadi perdana menteri Palestina pada tahun 2006 setelah kemenangan mengejutkan Hamas dalam pemilihan parlemen tahun itu.

    Dianggap sebagai seorang pragmatis, Haniyeh tinggal di pengasingan dan membagi waktunya antara Turki dan Qatar.

    Dia telah melakukan perjalanan misi diplomatik ke Iran dan Turki selama perang di Gaza, bertemu dengan presiden Turki dan Iran.

    Haniyeh dikatakan menjaga hubungan baik dengan para pemimpin berbagai faksi Palestina, termasuk para pesaing Hamas.

    Ia bergabung dengan Hamas pada tahun 1987 ketika kelompok militan tersebut didirikan di tengah pecahnya intifada Palestina pertama, atau pemberontakan, terhadap pendudukan Israel yang berlangsung hingga tahun 1993.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)