Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Anggit Pujie Widodo
TRIBUNJATIM.COM, JOMBANG – Pupuk mahal, petani di Desa Temuwulan, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang ini pakai limbah air kolam lele sebagai pengganti pupuk.
Hal tersebut dilakukan oleh seorang petani Afan Afandi (45).
Ia mengaku tak mampu membeli pupuk untuk lahan pertaniannya karena harganya relatif mahal. Terlebih, jatah pupuk subsidi juga berkurang.
Karena itu, Afan harus memutar otak agar sawahnya tetap produktif ditengah harga pupuk kimia yang mulai mahal. Karena itu, Afan berinovasi dengan menggunakan air limbah kolam lele sebagai pupuk.
Afan mengaku sangat yakin dengan inovasinya ini. Ia berpegang teguh pada prinsip, jika di dunia pertanian tidak hanya mengandalkan pupuk kimia saja untuk membuat sawah produktif.
“Jadi saya menggunakan air limbah ikan lele untuk digunakan menyiram tanaman, juga memberikan nutrisi yang memang dibutuhkan tanpa menambah bahan kimia berbahaya,” ucapnya saat dikonfirmasi pada Sabtu (4/1/2025).
Afan menjelaskan, tanaman padi yang dialiri air bekas kolam lele, hasilnya bisa lebih bagus. Ia sudah mencobanya beberapa bulan ini dan hasilnya lumayan. Hal itulah yang kemudian membuat Afan bersama petani lainnya mulai memanfaatkan limbah air bekas kolam ikan lele ini.
“Musim tanam padi ini saya tidak memakai pupuk kimia sama sekali. Jadi murni pakai air limbah bekas kolam lele,” katanya.
Afan pun tidak sekedar mencoba tanpa belajar. Ia mengaku juga kerap membuka ilmu pengetahuannya, terlebih saat ini dengan memegang smartphone saja, segala ilmu bisa mudah didapatkan.
Tak terkecuali soal limbah air bekas kolam lele yang dijadikan pupuk ini. Ia menyebut jika air kolam lele punya potensi kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman terutama unsur N dan P.
“Unsur itu bagus untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan jika limbah air kolam ikan lele mengandung nitrogen dan fosfor yang paling banyak.
Selain itu, kandungan yang terdapat pada limbah air kolam ikan lele yakni NH3, NO3, NO2, C-Organik, dan rata-rata memiliki pH 7 sampai 8.
“Jadi nitrogen berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, pertumbuhan daun, juga meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman. Nah limbah air bekas kolam lele ini bisa disiram akn ke tanaman karena banyak mengandung unsur hara,” ungkapnya.
Ditanya apa keuntungan yang bisa didapatkan ketika menggunakan limbah air bekas kolam lele ini kepada tumbuhan, ia menjawab jika tanaman akan lebih hijau dan tidak gampang menguning.
“Saya lihat sendiri, tanaman bisa lebih sehat karena sifatnya organik. Karena selama masa tanam tidak menggunakan pupuk kimia maupun pestisida. Tapi hanya pakai air limbah ikan lele saja sebagai pupuk alaminya,” bebernya.
Afan mengatakan, limbah air bekas kolam ikan lele biasa didapatkan para petani dari seorang pengusaha ternak lele, yakni Heri Purnomo. Heri saat dikonfirmasi mengatakan jika ada 5 hektar sawah milik petani yang memanfaatkan air limbah dari kolam lele nya itu.
“Biasanya para petani disini itu kalau menanam padi satu musim hanya 2 kali. Setelah adanya kolam ini jadi bisa 3 kali tanam padi. Luasnya itu kurang lebih 5 hektar, sawah petani yang memakan air limbah dari kolam ini,” tukasnya.
Penggunaan air limbah bekas kolam lele ini juga bisa menjadi alternatif bagi masyarakat. Pasalnya, pada tahun 2025 mendatang, alokasi pupuk subsidi di Kabupaten Jombang bakal berkurang.
Alokasi pupuk subsidi yang akan disalurkan ke para petani sangat jauh di bawah jatah yang telah diajukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang dalam elektronik rencana definitif kebutuhan kelompok (e-RDKK) 2025.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang M. Rony, ia menjelaskan jika untuk jatah pupuk subsidi untuk Kabupaten Jombang tahun ini berkurang jika dibandingkan tahun 2024 lalu.
“Tahun 2024, jatah pupuk subsidi Jombang, untuk jenis Urea itu 25.128 ton, lalu NPK 21.575 ton, pupuk NPK formula 1.200 ton, dan pupuk organik 14.279 ton,” jelasnya.
Sedangkan untuk tahun 2025, jatah pupuk Kabupaten Jombang yang diajukan oleh Pemkab Jombang cukup besar. Yakni pupuk jenis Urea 28.019,154 ton, NPK 34.952,508 ton, NPK formula 12.859 ton dan untuk pupuk organik 65.559,336 ton.
Meskipun diajukan sangat besar, namun alokasi yang diberikan pemerintah pusat tidak sesuai usulan. Hasilnya, di tahun 2025 ini jatah pupuk subsidi untuk jenis Urea hanya turun 23.544 ton, pupuk NPK 20.242 ton, NPK formula 11.000 ton dan untuk pupuk organik 20.277 ton.
Meskipun jatah pupuk subsidi berkurang, pihaknya memastikan akan tetap memantau dan mengawal pendistribusian kepada para petani. Sehingga, meskipun tidak sesuai usulan, petani bakal tetap mendapatkan jatah pupuk subsidi.