Negara: Yordania

  • Bertambah, Korban Tewas Serangan AS di Suriah Jadi 18 Petempur Pro-Iran

    Bertambah, Korban Tewas Serangan AS di Suriah Jadi 18 Petempur Pro-Iran

    Damaskus

    Jumlah korban tewas akibat serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap target-target terkait Iran di wilayah Suriah dilaporkan bertambah. Sedikitnya 18 petempur pro-Iran tewas akibat rentetan serangan di wilayah Suriah bagian timur.

    “Sedikitnya 18 petempur pro-Iran tewas,” sebut kelompok pemantau konflik Suriah, Syrian Observatory for Human Rights, dalam laporannya seperti dilansir AFP, Sabtu (3/2/2024).

    Syrian Observatory yang sejak lama memantau konflik berkepanjangan di Suriah memiliki jaringan sumber yang luas di negara tersebut.

    Laporan Syrian Observatory menyebut lima korban tewas di antaranya ada di wilayah Deir Ezzor, Suriah.

    Belum ada tanggapan resmi dari pemerintah Suriah atas rentetan serangan AS di wilayahnya itu.

    Militer AS melancarkan serangan terhadap lebih dari 85 target terkait Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran dan kelompok-kelompok milisi yang berafiliasi dengan Teheran di wilayah Irak dan Suriah pada Jumat (2/2) waktu setempat.

    Serangan itu merespons serangan drone yang menewaskan tiga tentara AS dan melukai puluhan orang lainnya di pangkalan Yordania pada akhir pekan lalu.

    Lihat juga Video: AS: Kami Tak Ingin Perang dengan Iran

    Komando Pusat AS atau CENTCOM mengungkapkan bahwa target-target serangannya mencakup pusat komando dan kendali serta intelijen, kemudian gudang senjata yang digunakan oleh Pasukan Quds dan milisi pro-Iran, lalu tempat penyimpanan roket, rudal dan drone, serta fasilitas rantai pasokan logistik dan amunisi.

    Menurut seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya, sebanyak 85 target yang digempur AS itu berada di sedikitnya tujuh lokasi berbeda, dengan tiga lokasi di wilayah Irak dan empat lokasi di wilayah Suriah.

    Departemen Pertahanan AS masih menaksir kerusakan akibat serangan-serangan tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 13 Petempur Pro-Iran di Suriah Tewas Akibat Serangan AS

    13 Petempur Pro-Iran di Suriah Tewas Akibat Serangan AS

    Damaskus

    Sedikitnya 13 petempur pro-Iran dilaporkan tewas di Suriah bagian timur akibat serangan udara yang dilancarkan Amerika Serikat (AS). Gempuran Washington itu menargetkan Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran dan milisi pendukungnya yang dianggap mendalangi serangan yang menewaskan tiga tentara AS di Yordania.

    Militer AS melancarkan serangan terhadap lebih dari 85 target terkait Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran dan kelompok-kelompok milisi yang berafiliasi dengan Teheran di wilayah Irak dan Suriah pada Jumat (2/2) waktu setempat. Demikian seperti dilansir AFP, Sabtu (3/2/2024).

    Komando Pusat AS atau CENTCOM mengungkapkan bahwa target-target serangannya mencakup pusat komando dan kendali serta intelijen, kemudian gudang senjata yang digunakan oleh Pasukan Quds dan milisi pro-Iran, lalu tempat penyimpanan roket, rudal dan drone, serta fasilitas rantai pasokan logistik dan amunisi.

    Menurut seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya, sebanyak 85 target yang digempur AS itu berada di sedikitnya tujuh lokasi berbeda, dengan tiga lokasi di wilayah Irak dan empat lokasi di wilayah Suriah.

    Departemen Pertahanan AS masih menaksir kerusakan akibat serangan-serangan tersebut. Belum diketahui secara jelas apakah ada militan yang tewas dalam serangan di Irak dan Suriah tersebut.

    Namun pemantau konflik Suriah, Syrian Observatory for Human Rights, melaporkan bahwa serangan udara AS itu memakan korban jiwa.

    “Setidaknya 13 petempur pro-Iran tewas,” sebut Direktur Syrian Observatory, Rami Abdel Rahman, dalam laporannya seperti dilansir AFP.

    Iran diketahui mengirimkan ribuan personel militer ke Suriah selama perang berkecamuk di negara tersebut. Pengerahan pasukan Iran itu atas undangan Presiden Bashar al-Assad, dengan tujuan merebut kembali sebagian besar wilayah Suriah yang dikuasai kelompok pemberontak dalam konflik yang pecah tahun 2011 lalu.

    Personel militer itu mencakup anggota Garda Revolusi Iran yang secara resmi berperan sebagai penasihat militer, namun sebagian besar yang dikirim adalah milisi Syiah dari berbagai wilayah Iran.

    Bertahun-tahun setelah Assad dan sekutu-sekutunya berhasil menguasai kembali sebagian besar wilayah Suriah, kelompok-kelompok yang didukung Iran masih beroperasi di wilayah yang luas di negara tersebut.

    Belum ada respons pemerintah Suriah atas rentetan serangan AS di wilayahnya itu.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Irak Kecam Serangan AS di Wilayahnya: Pelanggaran Kedaulatan!

    Irak Kecam Serangan AS di Wilayahnya: Pelanggaran Kedaulatan!

    Baghdad

    Irak melontarkan kecaman terhadap rentetan serangan udara Amerika Serikat (AS) pada target-target terkait Iran di wilayahnya. Baghdad menyebut serangan itu melanggar kedaulatannya, meskipun Washington mengungkapkan pihaknya telah memberitahu Irak sebelum serangan itu dilaksanakan.

    Seperti dilansir AFP, Sabtu (3/2/2024), militer AS melancarkan serangan terhadap lebih dari 85 target terkait Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran dan kelompok-kelompok milisi yang berafiliasi dengan Teheran di wilayah Irak dan Suriah.

    Komando Pusat AS atau CENTCOM mengungkapkan bahwa target-target serangannya mencakup pusat komando dan kendali serta intelijen, kemudian gudang senjata yang digunakan Pasukan Quds dan milisi pro-Iran, lalu tempat penyimpanan roket, rudal dan drone, serta fasilitas rantai pasokan logistik dan amunisi.

    Menurut seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya, sebanyak 85 target yang digempur AS itu berada di sedikitnya tujuh lokasi berbeda, dengan tiga lokasi di wilayah Irak dan empat lokasi di wilayah Suriah.

    Juru bicara Perdana Menteri (PM) Irak Shia al-Sudani, Jenderal Yehia Rasool, dalam pernyataannya menyebut serangan-serangan AS di wilayah itu sebagai “pelanggaran kedaulatan Irak”.

    Rasool juga memperingatkan bahwa serangan AS itu bisa memicu “konsekuensi bencana bagi keamanan dan stabilitas Irak dan kawasan”.

    Dalam pernyataan terpisah, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih AS John Kirby menyatakan kepada wartawan bahwa Washington telah memberitahu pemerintah Irak sebelum serangan dilancarkan pada Jumat (2/2) waktu setempat.

    Namun dia tidak menguraikan respons Baghdad atas informasi dari Washington tersebut.

    Kirby, dalam pernyataannya, menyebut serangan-serangan AS itu berlangsung selama 30 menit dan tampaknya berhasil mengenai target-target yang ditentukan.

    Rentetan serangan udara AS di Irak dan Suriah itu dimaksudkan untuk merespons serangan drone yang menewaskan tiga tentaranya dan melukai puluhan orang lainnya di pangkalan Yordania pada akhir pekan lalu. Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden memperingatkan bahwa respons militer AS masih akan berlanjut.

    “Respons kami dimulai hari ini. Ini akan berlanjut pada waktu dan tempat yang kami pilih,” ucap Biden dalam pernyataannya.

    “Amerika Serikat tidak menginginkan konflik di Timur Tengah atau di mana pun di dunia ini. Namun, biarlah semua orang yang ingin membahayakan kami mengetahui hal ini: Jika Anda membahayakan warga Amerika, kami akan meresponsnya,” tegasnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS Gempur Target Terkait Iran di Irak-Suriah, Biden: Ini Akan Berlanjut

    AS Gempur Target Terkait Iran di Irak-Suriah, Biden: Ini Akan Berlanjut

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan bahwa respons terhadap serangan, yang menewaskan tiga tentaranya di Yordania, telah dimulai. Militer AS menggempur puluhan target terkait Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran dan milisi pendukungnya di wilayah Irak dan Suriah.

    Biden, dalam pernyataannya, juga memperingatkan bahwa respons militer AS tidak hanya sekali saja dan masih akan berlanjut.

    “Respons kami dimulai hari ini. Ini akan berlanjut pada waktu dan tempat yang kami pilih,” ucap Biden dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Sabtu (3/2/2024).

    “Amerika Serikat tidak menginginkan konflik di Timur Tengah atau di mana pun di dunia ini. Namun, biarlah semua orang yang ingin membahayakan kami mengetahui hal ini: Jika Anda membahayakan warga Amerika, kami akan meresponsnya,” tegasnya.

    Sejumlah pejabat AS, secara terpisah, mengatakan bahwa respons Washington bisa berlangsung selama beberapa hari, bahkan berminggu-minggu ke depan.

    Serangan udara AS itu dimaksudkan untuk merespons serangan drone yang menewaskan tiga tentaranya dan melukai puluhan orang lainnya di pangkalan Yordania pada akhir pekan lalu.

    Komando Pusat AS atau CENTCOM mengatakan bahwa pasukannya menyerang lebih dari 85 target terkait Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran dan kelompok-kelompok milisi yang berafiliasi dengan Teheran di wilayah Irak dan Suriah.

    CENTCOM juga mengungkapkan bahwa target-target serangannya mencakup pusat komando dan kendali serta intelijen, kemudian gudang senjata yang digunakan oleh Pasukan Quds dan milisi pro-Iran, lalu tempat penyimpanan roket, rudal dan drone, serta fasilitas rantai pasokan logistik dan amunisi.

    Meskipun menuduh Iran turut terlibat dalam serangan di Yordania, AS tidak menyerang target apa pun di dalam wilayah Iran. Washington diketahui berupaya mencegah serangan di masa mendatang, sembari menghindari perang habis-habisan dengan Teheran.

    Menurut seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya, sebanyak 85 target yang digempur AS itu berada di sedikitnya tujuh lokasi berbeda, dengan tiga lokasi di wilayah Irak dan empat lokasi di wilayah Suriah.

    Menhan AS Ingatkan Lebih Banyak Serangan: Ini Awal Respons Kami

    Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin menyampaikan pernyataan senada dengan Biden. Austin juga menegaskan bahwa serangan terhadap target Iran di Irak dan Suriah hanyalah awal dari respons AS.

    “Ini adalah awal dari respons kami,” ucap Austin dalam pernyataannya, seperti dikutip dari situs resmi Departemen Pertahanan AS.

    “Presiden telah mengarahkan tindakan tambahan untuk meminta pertanggungjawaban IRGC (Korps Garda Revolusi Iran-red) dan milisi yang berafiliasi dengan mereka atas serangan terhadap pasukan AS dan koalisinya,” sebutnya.

    “Ini akan terjadi pada waktu dan tempat yang kami pilih,” imbuh Austin.

    Lebih lanjut, dia menegaskan kembali bahwa AS tidak menginginkan konflik di kawasan Timur Tengah atau di mana pun. Tapi, Austin juga memperingatkan bahwa Washington akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan diri, pasukannya dan kepentingannya.

    “Presiden dan saya tidak akan mentolerir serangan terhadap pasukan Amerika,” tegasnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS Gempur 85 Target Terkait Iran di Irak-Suriah, Libatkan Jet Pengebom

    AS Gempur 85 Target Terkait Iran di Irak-Suriah, Libatkan Jet Pengebom

    Washington DC

    Militer Amerika Serikat (AS) menggempur puluhan target terkait Iran di wilayah Irak dan Suriah sebagai balasan atas serangan yang menewaskan tiga tentaranya di Yordania. Gempuran AS itu menargetkan Pasukan Quds pada Korps Garda Revolusi Iran dan milisi pendukungnya yang ada di kedua negara tersebut.

    Dalam serangan balasan itu, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Sabtu (3/2/2024), Washington juga secara khusus mengerahkan sejumlah pesawat pengebom jarak jauh yang diterbangkan langsung dari wilayah AS.

    Komando Pusat AS atau CENTCOM mengatakan bahwa pasukannya telah melancarkan serangan udara di wilayah Irak dan Suriah yang menargetkan Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran dan kelompok-kelompok milisi yang berafiliasi dengan mereka.

    “Pasukan militer AS menyerang lebih dari 85 target, dengan banyak pesawat termasuk sejumlah pesawat pengebom jarak jauh yang diterbangkan dari Amerika Serikat,” ungkap CENTCOM dalam pernyataannya.

    “Serangan udara itu menggunakan lebih dari 125 amunisi presisi,” imbuh pernyataan tersebut.

    Lebih lanjut, disebutkan CENTCOM bahwa fasilitas-fasilitas yang diserang oleh AS mencakup pusat komando dan kendali serta intelijen, kemudian gudang senjata yang digunakan oleh Pasukan Quds dan milisi pro-Iran.

    Tempat penyimpanan roket, rudal dan kendaraan udara tak berawak atau drone, serta fasilitas rantai pasokan logistik dan amunisi, juga diserang oleh pasukan AS.

    Militer AS Tak Gempur Target di Wilayah Iran

    Dalam pernyataannya, CENTCOM menyebut pasukan Iran telah “memfasilitasi serangan-serangan terhadap pasukan AS dan koalisinya”.

    Namun demikian, tidak ada serangan yang dilancarkan AS terhadap target di dalam wilayah Iran, yang sebelumnya dituduh pemerintahan Presiden Joe Biden turut terlibat dalam serangan di Yordania.

    Sebanyak 85 target yang digempur AS itu, menurut seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya, berada di sedikitnya tujuh lokasi berbeda, dengan tiga lokasi di wilayah Irak dan empat lokasi di wilayah Suriah.

    Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, menyebut serangan-serangan AS itu memakan waktu sekitar 30 menit, meskipun serangan itu melibatkan penerbangan panjang bagi sejumlah pesawat pengebom jarak jauh B-1 yang berangkat dari wilayah AS.

    Kirby mengatakan bahwa Departemen Pertahanan AS masih menaksir kerusakan akibat serangan-serangan tersebut. Namun AS meyakini bahwa serangannya itu berhasil mengenai target-target yang ditetapkan.

    Serangan terbaru AS ini merespons serangan drone yang menewaskan tiga tentaranya dan melukai puluhan orang lainnya di pangkalan Yordania pada akhir pekan lalu. Belum diketahui secara jelas apakah ada militan yang tewas dalam serangan di Irak dan Suriah tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pengungsi Palestina di Timur Tengah Risau Negara Barat Setop Pendanaan UNRWA

    Pengungsi Palestina di Timur Tengah Risau Negara Barat Setop Pendanaan UNRWA

    Beirut

    UNRWA adalah sekolah, klinik, obat-obatan, air minum, vaksin, bantuan tunai. Bagi banyak warga Palestina, badan PBB ini mewakili sesuatu yang lebih besar.

    “UNRWA adalah saksi Nakba kami,” kata Noor Sobhiyeh, 18 tahun, yang tinggal di kamp pengungsi di Lebanon.

    Al-Nakba, yang umumnya diterjemahkan sebagai “Bencana”, mengacu pada pengusiran paksa warga Palestina dari tanah air mereka setelah berdirinya negara Israel pada 1948.

    Saat itu, setidaknya 750.000 warga Palestina melarikan diri atau diusir dari rumah dan tanah mereka.

    Bagi mereka, keturunan mereka, dan gelombang pengungsi Palestina setelahnya, UNRWA yang didirikan pada tahun 1949 menjadi penyedia utama bantuan.

    Noor berharap bisa lulus sekolah tahun ini, namun hal itu kini terancam gagal menyusul keputusan beberapa negara untuk membekukan pendanaan untuk UNRWA singkatan dari United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East atau Lembaga Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat.

    “Mereka tidak bisa menghentikan pendanaan ketika kami belum kembali ke tanah air,” kata Noor.

    UNRWA adalah penopang hidup bagi para pengungsi Palestina di Timur Tengah (Getty Images)

    Di kamp-kamp Palestina di Timur Tengah, logo biru UNRWA ada di mana-mana, hampir sama banyaknya dengan bendera Palestina.

    Logo biru UNRWA adalah lambang status pengungsi mereka, sedangkan bendera Palestina adalah lambang negara yang mereka dambakan.

    Noor ingin mengambil jurusan bisnis di perguruan tinggi. Dia adalah salah satu dari 38.000 pelajar Palestina yang saat ini mengenyam pendidikan di sekolah UNRWA di Lebanon.

    Noor dan ribuan pelajar Palestina lainnya tidak punya pilihan lain untuk mendapatkan pendidikan. Selain penyedia pendidikan, UNRWA juga satu-satunya penyedia layanan kesehatan gratis bagi pengungsi Palestina di Lebanon, yang tidak diberi akses layanan negara tersebut.

    Perempuan Palestina di Lebanon memprotes penangguhan pendanaan UNRWA oleh beberapa negara Barat (Reuters)

    Yang membuat para pengungsi Palestina semakin rentan adalah Lebanon merupakan satu-satunya negara yang melarang mereka bekerja di 39 jenis pekerjaan. Hal ini membuat banyak dari mereka sangat bergantung pada bantuan tunai dari UNRWA.

    Ini mungkin alasan mengapa banyak pengungsi Palestina di Lebanon mengatakan kepada saya bahwa keputusan untuk menghentikan pendanaan UNRWA adalah “hukuman mati”.

    Keputusan penangguhan dana UNRWA diambil oleh negara-negara donor besar seperti Amerika Serikat, Jerman, Inggris dan Kanada, menyusul tuduhan Israel bahwa sebanyak 12 anggota badan tersebut terlibat dalam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.

    Baca juga:

    UNRWA, yang mempekerjakan 13.000 orang di Gaza, memecat para staf yang dituduh dan telah menggelar penyelidikan independen.

    Di Lebanon, terdapat sekitar 490.000 pengungsi Palestina yang terdaftar di UNRWA, meskipun diperkirakan jumlah sebenarnya yang tinggal di negara tersebut adalah sekitar 250.000 orang.

    Badan PBB tersebut juga memberikan bantuan kepada 30.000 pengungsi Palestina yang mengungsi dari Suriah ke Lebanon akibat perang di sana.

    Kamp Baqa’a di Yordania adalah yang terbesar di negara ini dan menampung pengungsi Palestina yang meninggalkan Tepi Barat dan Gaza setelah perang Arab-Israel tahun 1967 (Getty Images)

    Namun masalahnya bukan pada jumlah pengungsi, namun pada sejauh mana mereka bergantung pada UNRWA untuk bertahan hidup.

    Ketergantungan ini bersifat total, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara penampung pengungsi Palestina di Timur Tengah, seperti Yordania yang menampung pengungsi Palestina terbanyak dalam daftar UNRWA.

    Kebanyakan dari mereka memiliki kewarganegaraan Yordania dan tidak menghadapi diskriminasi seperti yang dialami pengungsi Palestina di Lebanon.

    Realita hidup bagi warga Palestina yang tidak memiliki kewarganegaraan Yordania terbilang lebih suram. Sebagian besar pengungsi dari Gaza tinggal di 13 kamp resmi UNRWA dan tiga kamp tidak resmi.

    Latar belakang konflik Israel-Palestina:

    Sekolah-sekolah UNRWA di Yordania mengajar 120.000 siswa dan klinik kesehatannya menerima sekitar 1,5 juta kunjungan medis per tahun.

    Amani Shallouf, 40, adalah ibu dari tiga anak perempuan yang tinggal di kamp pengungsi asal Gaza di Yordania. Dia lahir di sana, belajar di sana, dan putrinya bersekolah di sana juga.

    “Kartu UNRWA sangat penting dalam kehidupan setiap orang di kamp. Kami sepenuhnya bergantung padanya. Ini adalah satu-satunya penopang kami karena tidak ada pihak lain yang memberikan bantuan apa pun kepada kami,” katanya.

    Kartu UNRWA juga penting bagi pengungsi Palestina yang memegang paspor Yordania, tapi tidak membutuhkan bantuan UNRWA. Mereka masih memandang penting terdaftar di UNRWA, yang dipandang sebagai ‘jaminan’ hak mereka untuk kembali ke tanah air.

    Banyak warga Yordania keturunan Palestina berasal dari Tepi Barat, yang telah diduduki Israel sejak tahun 1967. Dan di sinilah UNRWA mengelola sebagian besar kamp pengungsi di luar Gaza.

    UNRWA “seperti seorang bapak” bagi Mahmoud dan keluarganya (BBC)

    Mahmoud al-Toukhi bekerja sebagai sopir taksi dan berasal dari kamp UNRWA al-Amari, salah satu dari 19 kamp di Tepi Barat. Dia belajar di sekolah UNRWA dan anak-anaknya juga mengenyam pendidikan di sekolah tersebut.

    “Kami hidup di bawah pendudukan Israel, sedangkan Otoritas Palestina tidak memberikan bantuan apa pun kepada kami,” katanya.

    “Kami hanya punya UNRWA yang menjaga kami. Lembaga itu adalah ayah kami, yang mengadopsi kami.”

    Ia mengeluhkan berkurangnya bantuan yang diberikan oleh UNRWA. Meski demikian, menurutnya, UNRWA masih memberikan layanan kesehatan yang “baik” dan mendukung orang-orang dengan kebutuhan tambahan.

    Namun ketakutan bahwa UNRWA menghentikan operasinya masih terlihat jelas.

    “Anak-anak kita tidak akan bisa melanjutkan hidup. Bagaimana mereka melanjutkan pendidikannya?” tanya Mahmoud. Ke mana mereka akan pergi?”

    Banyak orang tua di Tepi Barat tidak punya pilihan untuk pendidikan anak-anak mereka selain sekolah UNRWA (BBC)

    Mustapha Farra tinggal di kamp yang sama dan memiliki toko ayam. Dia menjelaskan bagaimana program bantuan tunai UNRWA juga bermanfaat bagi Israel.

    Setiap keluarga pengungsi Palestina menerima 150 shekel Israel (sekitar Rp 645.000) setiap tiga bulan.

    “Ini adalah mata uang asing yang masuk ke negara ini dan kami membelanjakannya untuk barang-barang Israel. Jadi jika UNRWA menghentikan operasinya, Israel juga akan terkena dampaknya. Ini bukan perkara mudah,” katanya.

    “Mereka tidak bisa meninggalkan kami begitu saja di tengah jalan. Ini tidak bisa diterima, baik dari sudut pandang kemanusiaan maupun hukum,” tambah Mustapha.

    “Ketika kami kembali ke tanah air kami, kami akan mendoakan kepergian mereka dengan bahagia.”

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 13 Petempur Pro-Iran di Suriah Tewas Akibat Serangan AS

    Balas Serangan, AS Lancarkan Serangan Udara di Suriah dan Irak

    Jakarta

    Militer Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan balasan di Suriah. Serangan udara ini sebagai balasan atas kematian tiga tentara AS baru-baru ini di sebuah pangkalan terpencil AS di Yordania.

    Dilansir AFP, Sabtu (3/2/2024), media AS melaporkan AS telah melancarkan serangan udara terhadap sasaran-sasaran di Suriah sebagai awal pembalasan atas kematian tiga tentara baru-baru ini di sebuah pangkalan terpencil AS di Yordania. Media AS melaporkan hal itu terjadi pada hari Jumat waktu setempat.

    Pentagon tidak segera mengomentari laporan dari jaringan berita Fox dan ABC. Fox News mengutip seorang pejabat Departemen Pertahanan yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa serangan tersebut diluncurkan dari berbagai platform.

    Dilansir BBC, dua pejabat AS kepada CBS News mengatakan AS juga melancarkan serangan udara di Irak. Serangan ini menyusul serangan pesawat tak berawak yang menargetkan pangkalan militer AS di Yordania, yang menewaskan tiga tentara Amerika dan melukai puluhan lainnya.

    (whn/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Harga Minyak Menguat Ditopang Prospek Cerah Permintaan

    Harga Minyak Menguat Ditopang Prospek Cerah Permintaan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Harga minyak global terangkat pada awal perdagangan Kamis (1/2). Penguatan didukung oleh sinyal dari bank sentral AS The Federal Reserve AS (The Fed) mengenai kemungkinan dimulainya penurunan suku bunga.

    Selain itu, China yang meluncurkan langkah-langkah dukungan baru untuk mengatasi krisis pasar properti juga mendorong harga minyak.

    Dilansir Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent naik 46 sen atau 0,6 persen ke US$81,03 per barel. Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 47 sen, atau 0,6 persen, menjadi US$76,33 pada pukul 01.40 GMT, setelah turun lebih dari US$2 per barel di sesi sebelumnya.

    Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan pada Rabu bahwa suku bunga telah mencapai puncaknya dan akan turun dalam beberapa bulan mendatang, dengan inflasi yang terus turun disertai ekspektasi lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

    Memperkuat pandangan suku bunga AS bisa turun pada Juni, data menunjukkan biaya tenaga kerja AS naik kurang dari perkiraan pada kuartal keempat dan kenaikan tahunan tersebut merupakan yang terkecil dalam dua tahun terakhir.

    Suku bunga yang lebih rendah dan pertumbuhan ekonomi mendukung permintaan minyak.

    Sementara itu, China, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, meluncurkan langkah-langkah dukungan properti baru di tengah kekhawatiran mengenai dampak likuidasi raksasa pengembang Evergrande.

    Analis JPMorgan memperkirakan China akan tetap menjadi kontributor terbesar terhadap pertumbuhan permintaan minyak global tahun ini, dan memperkirakan permintaan minyak di sana meningkat 530 ribu barel per hari pada 2024, menyusul lonjakan 1,2 juta barel per hari pada tahun lalu.

    “Selain geopolitik, pandangan kami tetap bahwa tahun 2024 pada dasarnya akan menjadi tahun yang sehat bagi pasar minyak dan kami merekomendasikan penggunaan aksi jual pada Desember sebagai peluang pembelian,” kata JPMorgan dalam catatan kliennya.

    Di Timur Tengah, kekhawatiran mengenai serangan pasukan Houthi yang bermarkas di Yaman terhadap pelayaran di Laut Merah kini meningkatkan biaya dan mengganggu perdagangan minyak global.

    Houthi sendiri menegaskan akan terus melakukan serangan terhadap kapal perang AS dan Inggris di wilayah Laut Merah.

    “Pasar energi masih gelisah karena menunggu tanggapan AS terhadap serangan pesawat tak berawak terhadap pasukan Amerika di Yordania,” kata ANZ Research dalam sebuah catatan.

    (sfr/sfr)

  • AS Tak Ingin Perang dengan Iran, Tapi Akan Balas Kematian 3 Tentaranya

    AS Tak Ingin Perang dengan Iran, Tapi Akan Balas Kematian 3 Tentaranya

    Washington DC

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan tidak ingin berperang dengan Iran setelah tiga tentaranya tewas akibat serangan drone di Yordania. Namun, Washington juga menegaskan bahwa serangan mematikan di Yordania itu harus mendapatkan respons.

    Seperti dilansir AFP dan Reuters, Selasa (30/1/2024), serangan drone di Yordania yang menewaskan tiga tentara AS dan melukai 30 orang lainnya itu menjadi kematian pertama yang dialami militer AS di Timur Tengah, sejak perang berkecamuk antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza pada Oktober lalu.

    Presiden Joe Biden sebelumnya menyebut serangan drone di Yordania dilancarkan oleh “kelompok-kelompok militan radikal yang didukung Iran, yang beroperasi di Suriah dan Irak”. Iran membantah tuduhan itu dan menegaskan mereka tidak mendukung kelompok yang melancarkan serangan di Yordania.

    Juru bicara Pentagon, Sabrina Singh, menuturkan kepada wartawan bahwa serangan pada akhir pekan itu memiliki “jejak” Kataeb Hizbullah, kelompok bersenjata yang bersekutu dengan Iran. Namun demikian, imbuhnya, Pentagon belum memberikan penilaian akhir atas hal tersebut.

    Biden menegaskan AS akan “merespons” serangan mematikan di Yordania, dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Antony Blinken menegaskan respons itu bisa dilakukan “secara multi-level, bertahap dan berkelanjutan”.

    Namun dalam pernyataan terbaru, Gedung Putih menegaskan bahwa Washington tidak ingin berperang dengan Iran, meskipun juga mengakui bahwa pihaknya harus merespons serangan drone yang memicu eskalasi di Yordania.

    “Kami tidak ingin berperang dengan Iran,” tegas juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, saat berbicara kepada wartawan.

    Kendali demikian, dia menyebut serangan di Yordania itu “bersifat eskalasi” dan “memerlukan respons”.

    “Kami tidak mencari konflik dengan rezim daalam cara militer,” sebut Kirby, sembari menyatakan bahwa Biden sedang berupaya mencari opsi respons atas serangan itu.

    Penegasan serupa disampaikan oleh Singh, yang menyatakan Pentagon meyakini Iran juga tidak menginginkan perang dengan AS.

    “Kami jelas tidak menginginkan perang dan sejujurnya, kami tidak melihat Iran ingin berperang dengan Amerika Serikat,” ucap Singh kepada wartawan.

    AS dilaporkan sedang menyelidiki mengapa hampir 350 tentaranya yang ada di pangkalan Yordania, yang disebut sebagai Menara 22, tidak bisa mencegah serangan drone mematikan itu.

    Dua pejabat AS yang enggan disebut namanya mengatakan bahwa sebuah drone AS sedang mendekati pangkalan itu pada waktu yang hampir bersamaan dengan kedatangan drone-drone yang melancarkan serangan itu.

    Menurut salah satu pejabat itu, drone-drone penyerang juga terbang rendah — faktor yang mungkin membuat drone itu luput dari sistem pertahanan yang ada di pangkalan militer tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Memanas! Serangan Roket Targetkan Pasukan AS di Suriah

    Memanas! Serangan Roket Targetkan Pasukan AS di Suriah

    Damaskus

    Pasukan militer Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di Suriah menjadi sasaran serangan roket pada Senin (29/1) waktu setempat. Serangan roket itu terjadi setelah tiga tentara Washington tewas dalam serangan drone di pangkalan Yordania sehari sebelumnya.

    Seperti dilansir AFP, Selasa (30/1/2024), pasukan AS yang ditempatkan di Irak dan Suriah menghadapi lonjakan serangan sejak pertengahan Oktober tahun lalu. Kebanyakan serangan itu diklaim oleh aliansi kelompok militan yang didukung oleh Iran, yang menentang dukungan AS terhadap Israel dalam perang di Jalur Gaza.

    “Beberapa roket diluncurkan terhadap pasukan AS dan koalisinya di Pangkalan Patroli Shaddadi, Suriah. Tidak ada korban luka yang dilaporkan dan tidak ada kerusakan pada infrastruktur,” ucap seorang pejabat pertahanan AS, yang enggan disebut namanya, merujuk pada instalasi di timur laut Suriah.

    AS memiliki sekitar 900 tentara di Suriah dan 2.500 tentara di Irak, yang menjadi bagian koalisi internasional melawan kelompok radikal Islamic State (ISIS) yang pernah menguasai sebagian wilayah strategis di kedua negara tersebut.

    Dituturkan pejabat AS itu bahwa pasukan AS dan koalisinya telah diserang setidaknya 165 kali sejak pertengahan Oktober tahun lalu, dengan rincian 66 serangan di Irak, 98 serangan di Suriah dan satu serangan di Yordania, dengan “kombinasi serangan drone, roket, mortir dan rudal balistik jarak dekat”.

    Puluhan personel militer AS mengalami luka-luka dalam serangan-serangan sebelumnya, namun belum pernah ada yang terbunuh akibat serangan di Timur Tengah sejak dimulainya perang Israel-Hamas di Jalur Gaza.

    Tonton juga Video: Ganjar-Mahfud Hadir Virtual Hajatan Rakyat WNI Serentak di AS

    Serangan drone yang menewaskan tiga tentara AS dan melukai 30 orang lainnya di Yordania menjadi kematian pertama untuk personel militer AS di kawasan tersebut. Gedung Putih bersumpah akan memberikan “respons yang signifikan” terhadap serangan mematikan di Yordania.

    Serangan yang diduga didalangi oleh militan yang didukung Iran itu, telah meningkatkan kekhawatiran akan meningkatnya konflik di kawasan Timur Tengah.

    Kemarahan atas serangan tanpa henti Israel di Jalur Gaza, yang dilancarkan setelah serangan Hamas pada Oktober lalu, semakin meningkat di seluruh kawasan tersebut. Rentetan serangan yang melibatkan kelompok-kelompok yang didukung Iran di Lebanon, Irak, dan Suriah, serta Yaman sedang marak.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini