Negara: Yordania

  • Presiden Palestina Kecam Keras Rencana Trump Relokasi Warga Gaza!

    Presiden Palestina Kecam Keras Rencana Trump Relokasi Warga Gaza!

    Jakarta

    Presiden Palestina Mahmud Abbas mengecam “proyek apa pun” untuk merelokasi warga Gaza ke luar wilayah tersebut. Hal ini disampaikan, setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyarankan untuk merelokasi warga Gaza ke Mesir dan Yordania.

    Dilansir kantor berita AFP, Senin (27/5/2025), tanpa menyebut nama pemimpin AS tersebut, Abbas “menyatakan penolakan dan kecaman keras terhadap proyek apa pun yang bertujuan untuk menggusur warga kami dari Jalur Gaza”. Demikian menurut sebuah pernyataan dari kantornya, seraya menambahkan bahwa warga Palestina “tidak akan meninggalkan tanah dan tempat-tempat suci mereka”.

    Sebelumnya, Trump mengatakan pada hari Sabtu bahwa ia ingin Yordania dan Mesir mengambil warga Palestina dari Gaza, menyarankan “kita bersihkan saja semua itu”.

    Gagasan itu langsung ditolak oleh Yordania. Mesir juga sebelumnya telah menentang segala usulan bahwa warga Gaza dapat dipindahkan ke negara tersebut.

    Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh kepresidenan Palestina, Abbas mengatakan: “Kami tidak akan membiarkan terulangnya bencana yang menimpa rakyat kami pada tahun 1948 dan 1967.”

    Bencana tersebut dikenal oleh warga Palestina sebagai Nakba, atau “malapetaka”, ketika ratusan ribu orang mengungsi selama perang yang bertepatan dengan berdirinya Israel.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Hamas, Mesir, Yordania Tolak Ide Trump untuk Usir Warga Gaza: Ini Pembersihan Etnis – Halaman all

    Hamas, Mesir, Yordania Tolak Ide Trump untuk Usir Warga Gaza: Ini Pembersihan Etnis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Wakil ketua Hamas di luar negeri, Musa Abu Marzouk, mengomentari pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tentang pengusiran warga Palestina dari Jalur Gaza.

    Dia mengatakan gagasan Donald  Trump untuk menggusur warga Jalur Gaza sudah lama diungkapkan di publik.

    “Tidak ada orang Palestina atau Arab yang akan menerima gagasan perpindahan dari Donald Trump,” kata Abu Marzouk kepada Al Arabiya, Minggu (26/1/2025).

    “Gagasan Presiden AS tentang pengungsian berarti pembersihan etnis masyarakat Gaza,” lanjutnya.

    Dia mengatakan ide tersebut tidak akan berhasil.

    Sementara itu, Mesir dan Yordania juga menanggapi pernyataan Donald Trump tentang pengusiran warga Palestina dari Jalur Gaza.

    Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Al-Safadi, mengatakan solusi terhadap masalah Palestina adalah solusi Palestina.

    Ia menegaskan Yordania menolak pengungsian warga Palestina dari wilayah Palestina mana pun.

    “Kerajaan Yordania adalah untuk rakyat Yordania dan Negara Palestina adalah untuk rakyat Palestina,” tegasnya.

    Menteri tersebut mengatakan Yordania melanjutkan penyaluran bantuan ke Jalur Gaza, sebelum upaya rekonstruksi.

    Yordania juga berharap dapat bekerja sama dengan sekutu utama Israel, Amerika Serikat (AS), untuk mencapai perdamaian di kawasan tersebut.

    Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan masalah Palestina belum selesai karena Israel menunda untuk menyelesaikannya, di antaranya Israel belum mengakhiri pendudukannya dan memulihkan hak rakyat Palestina.

    “Mesir menolak setiap pelanggaran terhadap hak-hak yang tidak dapat dicabut ini, baik melalui pemukiman atau pencaplokan tanah atau mengevakuasi tanah dari pemiliknya melalui penggusuran atau mendorong warga Palestina pergi dari tanah mereka, baik sementara atau jangka panjang,” kata kementerian itu.

    Mesir menyerukan komunitas internasional untuk mulai mengimplementasikan solusi dua negara, termasuk perwujudan negara Palestina sesuai dengan resolusi legitimasi internasional dan garis tanggal 4 Juni 1967.

    Donald Trump Ingin Usir Warga Palestina dari Jalur Gaza

    Presiden AS Donald Trump mengatakan dia ingin Mesir dan Yordania menerima warga Palestina dari Gaza.

    Donald Trump mengatakan dia telah mengajukan permintaan tersebut kepada Raja Yordania Abdullah dan berencana menanyakannya kepada presiden Mesir pada Minggu juga.

    Sebelumnya, Donald Trump menggambarkan Gaza sebagai “lokasi pembongkaran”.

    “Anda berbicara tentang sekitar satu setengah juta orang, dan kami hanya membersihkan seluruh tempat itu. Pemindahan itu bisa bersifat sementara atau bisa bersifat jangka panjang,” kata Donald Trump, Minggu, seperti diberitakan BBC.

    Baik Hamas maupun Otoritas Palestina, mengecam usulan tersebut. Yordania dan Mesir juga menolak gagasan tersebut.

    Pemerintah AS merupakan sekutu utama Israel dan pendonor terbesar untuk militer Israel sejak pendirian negara tersebut di Palestina pada 1948 dan menyalurkan bantuan militer per tahun ke Israel.

    Selain itu, banyak warga Israel yang memiliki kewarganegaraan ganda, termasuk dari AS, dan mendirikan pemukiman ilegal di wilayah Palestina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Mesir dan Yordania Tolak Ide Trump Relokasi Warga Gaza

    Mesir dan Yordania Tolak Ide Trump Relokasi Warga Gaza

    Kairo

    Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memiliki ide untuk merelokasi warga Gaza ke Mesir dan Yordania. Menanggapi hal tersebut, pemerintah Mesir dan Yordania kompak menolak ide Trump.

    Dilansir AFP, Senin (27/1/2025), Mesir tegas menolak rencana Trump yang ingin ‘pembersihan’ jalur Gaza. Kementerian Luar Negeri Mesir mendukung penuh masyarakat Gaza untuk menetap di tanah mereka sendiri.

    “Dukungan berkelanjutan Mesir terhadap ketabahan rakyat Palestina di tanah mereka,” pernyataan Kementerian Luar Negeri Mesir.

    Mesir mengkritik keras pengusiran warga Gaza dari tanah mereka. Mesir menolak mentah-mentah segala bentuk pencaplokan tanah Palestina oleh Israel.

    “Menolak segala pelanggaran terhadap hak-hak yang tidak dapat dicabut, baik melalui pemukiman atau pencaplokan tanah, atau dengan depopulasi penduduk di tanah tersebut melalui pengungsian, atau mendorong pemindahan atau pengusiran warga Palestina dari tanah mereka, baik untuk sementara atau jangka panjang,” tegasnya.

    Hal yang sama juga diutarakan otoritas Yordania. Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi tegas menolak pemindahan paksa warga Palestina.

    “Penolakan kami terhadap pengungsian warga Palestina adalah tegas dan tidak akan berubah. Yordania adalah untuk warga Yordania dan Palestina adalah untuk warga Palestina,” kata Safadi dalam sebuah pernyataan dilansir AFP.

    “Saya katakan kepadanya bahwa saya ingin Anda menerima lebih banyak lagi, karena saya melihat seluruh Jalur Gaza saat ini dan itu berantakan, benar-benar berantakan,” katanya kepada wartawan di Air Force One.

    (isa/isa)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump dan Sederet Kejutannya Setelah Jadi Presiden As Lagi

    Trump dan Sederet Kejutannya Setelah Jadi Presiden As Lagi

    Washington

    Banyak sekali perubahan kebijakan Amerika Serikat (AS) usai Donald Trump resmi menjadi Presiden. Yang paling fenomenal yakni ide memindahkan warga Gaza ke Mesir dan Yordania serta setuju mengirim bom seberat 2.000 untuk Israel.

    Terbaru, Trump mencabut penangguhan pengiriman pasokan bom seberat 2.000 pon ke Israel. Padahal, pengiriman bom itu sempat disetop AS era Joe Biden.

    “Kami merilisnya. Kami merilisnya hari ini. Dan mereka akan menerimanya. Mereka telah membayarnya dan telah menunggunya untuk waktu yang lama. Bom-bom itu telah disimpan,” kata Trump kepada wartawan di atas Air Force One, dilansir Reuters, Minggu (26/1/2025).

    Biden sendiri menunda mengirim bom karena khawatir dampaknya akan dirasakan warga sipil, khususnya di Rafah, Gaza. Bom seberat 2.000 pon itu dianggap dapat merobek beton dan logam tebal, menciptakan radius ledakan yang luas.

    Reuters melaporkan tahun lalu bahwa pemerintahan Biden telah mengirim ribuan bom seberat 2.000 pon ke Israel setelah serangan 7 Oktober 2023 oleh militan Hamas Palestina dari Gaza tetapi telah menahan satu pengiriman.

    AS sendiri mengirim bantuan dana untuk Israel senilai miliaran dolar sejak perang dimulai. Ketika ditanya mengapa ia melepaskan bom yang kuat itu, Trump menjawab, “Karena mereka membelinya.”

    Trump Minta Yordania dan Mesir Tampung Pengungsi Gaza

    Ilustrasi. Pengungsi korban perang Gaza (Foto: REUTERS/Dawoud Abu Alkas)

    Trump juga menginginkan pengungsi Gaza ditampung di negara-negara yang berdekatan dengan Gaza. Sebut saja Yordania hingga Mesir.

    Sampai-sampai, Trump menelepon Raja Yordania, Abdullah II, dan Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi. Trump berencana membangun perumahan dan memindahkan lebih dari 1 juta warga Palestina dari tanah mereka sendiri.

    “Saya katakan kepadanya bahwa saya ingin Anda menerima lebih banyak lagi, karena saya melihat seluruh Jalur Gaza saat ini dan itu berantakan, benar-benar berantakan,” katanya kepada wartawan di Air Force One.

    “Anda berbicara tentang satu setengah juta orang, dan kami hanya membersihkan semuanya,” kata Trump, seraya menambahkan bahwa telah terjadi konflik selama berabad-abad di wilayah tersebut.

    Menurut Trump, Gaza saat ini seperti lokasi pembongkaran bangunan. Hampir semua bangunan di Gaza hancur oleh ulah sekutu AS sendiri, Israel.

    “Jadi saya lebih suka terlibat dengan beberapa negara Arab dan membangun perumahan di lokasi lain di mana saya pikir mereka mungkin bisa hidup dengan damai untuk perubahan,” sambungnya.

    Perumahan yang disinggung Trump ini hanya bersifat sementara. Tapi ia juga menyebut ‘bisa bersifat jangka panjang’.

    Trump dan Biden telah menjadi pendukung kuat sekutu AS yaitu Israel bahkan ketika AS telah dikritik oleh para pembela hak asasi manusia atas krisis kemanusiaan di Gaza akibat serangan militer Israel. Para pengunjuk rasa telah menuntut embargo senjata namun tidak berhasil.

    AS mengatakan bahwa mereka membantu Israel mempertahankan diri dari kelompok militan yang didukung Iran seperti Hamas di Gaza, Hizbullah di Lebanon, dan Houthi di Yaman. Tapi, serangan Israel itu sebagian juga menyasar ke perempuan dan anak-anak. Puluhan ribu orang tewas karena aksi militer Israel ini.

    Gencatan senjata Gaza mulai berlaku seminggu yang lalu dan telah menyebabkan pembebasan beberapa sandera Israel yang ditahan Hamas dengan imbalan tahanan Palestina yang ditahan Israel.

    Halaman 2 dari 2

    (isa/isa)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Langgar Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza, Hadang Warga Palestina Kembali ke Rumah – Halaman all

    Israel Langgar Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza, Hadang Warga Palestina Kembali ke Rumah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas memantau pergerakan Israel yang melakukan penghadangan terhadap warga Palestina yang ingin kembali dari Gaza selatan ke utara.

    Menurut Hamas, tindakan penghadangan oleh Israel ini adalah sebagai bentuk pelanggaran perjanjian gencatan senjata.

    Berdasarkan kesepakatan, Israel pada Sabtu (25/1/2025) akan mulai mengizinkan warga Palestina untuk kembali ke rumah mereka di Gaza utara.

    Hamas menegaskan bahwa Israel telah menunda pelaksanaan perjanjian gencatan senjata.

    Dikutip dari Al Mayadeen, kelompok Palestina itu menganggap pendudukan Israel bertanggung jawab atas keterlambatan dalam melaksanakan gencatan senjata.

    “Kami bekerja secara bertanggung jawab dengan para mediator untuk mencapai solusi yang menjamin kembalinya para pengungsi,” tegas Hamas.

    Times of Israel mengutip sumber diplomatik yang mengatakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu “bersikukuh pada keputusannya untuk tidak mengizinkan warga Gaza melewati Koridor Netzarim ke utara”.

    Akibat keributan ini, salah seorang warga Palestina harus tewas dan tujuh orang lainnya terluka akibat tembakan dari Israel.

    Pria itu ditembak dan dua lainnya terluka Sabtu malam, menurut Rumah Sakit Awda, yang menerima korban.

    Lima warga Palestina lainnya, termasuk seorang anak, terluka Minggu dini hari dalam penembakan terpisah, kata rumah sakit itu.

    Belum ada komentar langsung dari militer Israel.

    Dikutip dari Arab News, Israel telah menarik diri dari beberapa wilayah Gaza sebagai bagian dari gencatan senjata, yang mulai berlaku Minggu lalu.

    Tetapi, militer Israel telah memperingatkan orang-orang untuk menjauh dari pasukannya, yang masih beroperasi di zona penyangga di dalam Gaza di sepanjang perbatasan dan di koridor Netzarim.

    Awal Mula Kekacauan

    Kekacauan ini bermula ketika proses pembebasan sandera, di mana Hamas diharuskan untuk membebaskan empat wanita Israel pada Sabtu.

    Namun, berdasarkan ketentuan perjanjian penyanderaan, warga sipil perempuan Israel, Arbel Yehoud, seharusnya dibebaskan sebelum keempat tentara tersebut.

    Yehoud termasuk dalam kategori ini bersama dengan Shiri Bibas dan kedua putranya, Kfir dan Ariel.

    Akibatnya, setelah keempat sandera dikembalikan dengan selamat ke Israel, kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa warga Gaza tidak akan diizinkan kembali ke bagian utara Jalur Gaza sampai Yehoud dikembalikan dengan selamat.

    “Israel hari ini menerima empat tentara wanita yang diculik dari organisasi Hamas, dan sebagai gantinya, akan membebaskan tahanan keamanan sesuai dengan kesepakatan yang disepakati,” kata Kantor Netanyahu, dikutip dari The Jerusalem Post.

    “Sesuai dengan kesepakatan tersebut, Israel tidak akan mengizinkan warga Gaza menyeberang ke Jalur Gaza utara – hingga pembebasan warga sipil Arbel Yehoud, yang seharusnya dibebaskan hari ini, diatur,” lanjut mereka.

    Hamas mengatakan telah membuktikan kepada Israel bahwa sandera Arbel Yehoud masih hidup.

    Kelompok tersebut menyalahkan Israel karena melanggar persyaratan kesepakatan penyanderaan dalam pengumuman resmi pada hari Minggu.

    “Kami menindaklanjuti dengan para mediator mengenai pencegahan pendudukan terhadap kembalinya para pengungsi dari selatan ke utara (Gaza), yang merupakan pelanggaran perjanjian gencatan senjata,” kata Hamas.

    “Pendudukan terhenti dengan dalih tahanan Arbel Yehoud, meskipun kami telah memberi tahu para mediator bahwa dia masih hidup, dan kami telah memberikan semua jaminan yang diperlukan untuk pembebasannya.”

    “Kami menganggap pendudukan bertanggung jawab atas hambatan dalam pelaksanaan perjanjian, dan kami menindaklanjuti dengan para mediator dengan tanggung jawab penuh untuk mencapai solusi yang mengarah pada pemulangan para pengungsi,” pungkas mereka.

    Trump Minta Yordania dan Mesir Terima Warga Palestina

    Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump meminta kepada Yordania dan Mesir untuk menerima lebih banyak warga Palestina dari Gaza.

    Ketika ditanya apakah ini merupakan solusi sementara atau jangka panjang untuk Gaza, Trump mengatakan: “Bisa jadi salah satunya”.

    Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich, yang telah berulang kali menyerukan kembalinya pemukim Yahudi ke Gaza, menyambut seruan Trump sebagai “ide yang sangat bagus” dan mengatakan dia akan berupaya mengembangkan rencana untuk melaksanakannya.

    Namun seorang pejabat Hamas bereaksi dengan curiga, menyuarakan ketakutan lama warga Palestina tentang pengusiran permanen dari rumah mereka.

    “Palestina tidak akan menerima tawaran atau solusi apa pun, bahkan jika (tawaran tersebut) tampaknya memiliki niat baik dengan kedok rekonstruksi, seperti yang diumumkan dalam proposal Presiden AS Trump,” kata anggota biro politik Hamas, Basem Naim kepada Reuters.

    Pejabat Hamas lainnya, Sami Abu Zuhri, mendesak Trump untuk tidak mengulangi ide-ide “gagal” yang dicoba oleh pendahulunya, Joe Biden.

    “Warga Gaza telah menanggung kematian dan menolak meninggalkan tanah air mereka dan mereka tidak akan meninggalkannya apa pun alasannya,” kata Abu Zuhri kepada Reuters.

    Yordania juga tampaknya menolak usulan Trump, dengan Menteri Luar Negerinya Ayman Safadi mengatakan kepada wartawan bahwa pendirian negara itu terhadap pemindahan warga Palestina dari Gaza tetap “tegas dan tidak tergoyahkan”.

    Mesir belum berkomentar, tetapi telah mengatakan pada beberapa kesempatan bahwa negara itu menolak pemindahan warga Palestina.

    Washington tahun lalu menyatakan menentang pemindahan paksa warga Palestina.

    Kelompok hak asasi manusia dan lembaga kemanusiaan selama berbulan-bulan menyuarakan keprihatinan atas situasi di Gaza, dengan perang yang menyebabkan hampir seluruh penduduk mengungsi dan menyebabkan krisis kelaparan.

    “Saya katakan kepadanya, saya ingin Anda menangani lebih banyak hal karena saya melihat seluruh Jalur Gaza saat ini dan keadaannya kacau, benar-benar kacau. Saya ingin dia menangani orang-orang,” kata Trump setelah menelepon Raja Yordania, Abdullah pada hari Sabtu.

    “Saya ingin Mesir menerima orang-orang itu,” ucap Trump.

    Trump menambahkan bahwa ia akan berbicara dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pada hari Minggu.

    “Anda berbicara tentang satu setengah juta orang, dan kita baru saja membersihkan semuanya,” ujarnya. (*)

  • Bahas Isu Global, Sembilan Siswa jadi Delegasi pada Konferensi AYIMUN di Malaysia – Halaman all

    Bahas Isu Global, Sembilan Siswa jadi Delegasi pada Konferensi AYIMUN di Malaysia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sembilan pelajar asal Indonesia berpartisipasi dalam konferensi internasional Asia Youth International Model United Nations (AYIMUN) ke-16, yang diadakan di Hotel Berjaya Times Square, Kuala Lumpur, Malaysia. 

    Dengan lebih dari 1.000 delegasi dari 38 negara, acara ini menjadi wadah bagi generasi muda untuk berdiskusi dan mencari solusi atas isu-isu global yang relevan.

    Siswa asal SMA Islam Sinar Cendekia ini mengambil peran sebagai delegasi dari berbagai negara di tiga council yang berbeda, yaitu Social, Humanitarian, and Cultural Committee (SOCHUM), United Nations Human Rights Council  (UNHRC), dan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC). 

    Masing-masing council menyajikan topik kompleks untuk didiskusikan. 

    Mulai dari SOCHUM dengan tema “Navigating The Balance Between Censorship and Free Speech”. 

    UNHRC dengan tema “The Right to Live vs The Right to Die: Assisted Suicide for Terminally Ill Individuals”, dan UNODC, dengan tema “Mitigating the Worst Impact of Illicit Online Activities: Illegal Gambling and Cybercrime”.

    Muhammad Fahrizal, Presiden International Global Network selaku penyelenggara AYIMUN, memberikan apresiasi kepada para siswa dan sekolah atas partisipasi mereka.

    “Saya patut mengacungi jempol pada teman-teman dari SMA Islam Sinar Cendekia atas keberaniannya tampil di dalam forum internasional ini. Apalagi, di AYIMUN 16 ini kami banyak mengangkat tema yang cukup rumit namun juga sangat penting untuk dibahas,” katanya Fahrizal melalui keterangan tertulis, Minggu (26/1/2025).

    Nama-nama peserta beserta council dan negara yang mereka wakili yakni untuk UNHCR, yakni Kayyisha (Mesir), Cheryl (Sri Lanka), Nurul Ashilah (Kuwait), dan Sazhia Ghina (Bangladesh) 

    Lalu untuk UNODC, adalah Taskiyah (Republik Ceko), Izzuddin (China), dan Nayla (Yordania). Serta untuk SOCHUM, adalah Salma Dhiya Melbina Astra (Swiss) dan Maysa (Selandia Baru). 

    “Saya harap sepulangnya dari acara ini, mereka mendapatkan pengetahuan dan perspektif baru dari teman-teman lainnya yang mereka temui di sini,” pungkasnya. 

    Partisipasi aktif para siswa ini mencerminkan semangat belajar dan keberanian untuk terlibat dalam diskursus global bersama para pelajar dari belahan dunia yang lain. 

    Variasi pengalaman dan perspektif adalah hal yang penting untuk dimiliki generasi muda Indonesia agar lebih siap menghadapi masa depan yang serba tak pasti. 

  • Hamas Menentang Ide Trump Relokasi Warga Gaza ke Mesir-Yordania

    Hamas Menentang Ide Trump Relokasi Warga Gaza ke Mesir-Yordania

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali melontarkan gagasan yang memantik sorotan publik. Trump kini mengeluarkan terkait relokasi warga Palestina di Gaza.

    Trump telah menelepon Raja Yordania, Abdullah II, dan Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi perihal ide barunya itu. Trump menyampaikan usulannya terkait wacana membangun perumahan dan memindahkan lebih dari satu juta Palestina dari Gaza ke negara lain, seperti Yordania dan Mesir.

    Dilansir CNN, Minggu (26/1/2025), Trump mengatakan bahwa ia telah meminta pemimpin dua negara itu untuk menerima lebih banyak warga Palestina ke negaranya.

    “Saya katakan kepadanya bahwa saya ingin Anda menerima lebih banyak lagi, karena saya melihat seluruh Jalur Gaza saat ini dan itu berantakan, benar-benar berantakan,” katanya kepada wartawan di Air Force One.

    Trump mengatakan bahwa ia ingin Yordania dan Mesir menampung orang-orang dari Gaza. Trump mengaku akan berbicara dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi tentang masalah tersebut.

    “Anda berbicara tentang satu setengah juta orang, dan kami hanya membersihkan semuanya,” kata Trump, seraya menambahkan bahwa telah terjadi konflik selama berabad-abad di wilayah tersebut.

    “Saya tidak tahu, sesuatu harus terjadi, tetapi saat ini tempat itu benar-benar seperti lokasi pembongkaran. Hampir semuanya dihancurkan dan orang-orang sekarat di sana, jadi saya lebih suka terlibat dengan beberapa negara Arab dan membangun perumahan di lokasi lain di mana saya pikir mereka mungkin bisa hidup dengan damai untuk perubahan,” sambungnya.

    Penolakan Keras dari Hamas

    Foto: Suasana di Gaza (REUTERS/Mahmoud Al-Basos)

    Hamas lantas buka suara merespons usulan dari Trump. Seorang pejabat senior Hamas menentang gagasan Trump yang menyebut akan merelokasi warga Gaza tersebut.

    “Karena mereka telah menggagalkan setiap rencana pemindahan dan tanah air alternatif selama beberapa dekade, rakyat kami juga akan menggagalkan proyek-proyek tersebut,” kata anggota biro politik Hamas, Bassem Naim, merujuk pada komentar Trump, dilansir AFP, Minggu (26/1/2025).

    Kelompok Jihad Islam Palestina juga mengecam rencana Trump untuk merelokasi warga Gaza ke Mesir dan Yordania tersebut. Kelompok militan Palestina menyebut rencana Trump sebagai dorongan untuk kejahatan perang.

    Kelompok tersebut menggambarkan gagasan Trump sebagai “menyedihkan”. Kelompok itu menyebut hal itu sebagai paksaan agar rakyat Palestina meninggalkan tanah airnya.

    “Usulan ini termasuk dalam kerangka mendorong kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dengan memaksa rakyat kami meninggalkan tanah mereka,” sambungnya.

    Halaman 2 dari 2

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Donald Trump Ingin Mesir dan Yordania Terima Lebih Banyak Pengungsi Gaza – Halaman all

    Donald Trump Ingin Mesir dan Yordania Terima Lebih Banyak Pengungsi Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengusulkan agar Yordania, Mesir, dan negara-negara Arab lainnya menerima lebih banyak pengungsi Palestina dari Jalur Gaza.

    Usulan ini bertujuan untuk membersihkan area yang hancur akibat perang dan menciptakan awal yang baru bagi pengungsi.

    Namun, baik Yordania maupun Mesir telah menolak usulan tersebut, menganggapnya sebagai ancaman.

    Kedua negara menyinggung Israel yang menolak memberikan komitmen untuk mengizinkan para pengungsi kembali ke Gaza.

    Menurut laporan dari The Times of Israel, banyak warga Palestina yang khawatir tidak akan bisa kembali ke Gaza setelah mengungsi.

    Sejak dimulainya perang di Gaza 1,5 tahun lalu, lebih dari 100.000 warga Gaza telah berhasil mengungsi ke Mesir.

    Namun, mereka sering kali diminta membayar biaya tinggi untuk memasuki wilayah Mesir dan tidak mendapatkan bantuan karena Mesir menolak mengakui mereka sebagai pengungsi.

    Gagasan pemindahan pengungsi Gaza juga pernah diusulkan oleh pemerintahan Presiden Joe Biden, tetapi ditolak oleh Yordania dan Mesir.

    Kini, di bawah kepemimpinan Trump, wacana ini kembali digulirkan.

    Saat diwawancarai di dalam pesawat Air Force One, Trump menyebut Gaza sebagai lokasi pembongkaran dan mengungkapkan keinginannya untuk berbicara lebih lanjut dengan pemimpin Yordania dan Mesir.

    “Saya akan senang jika Anda menerima lebih banyak pengungsi karena saya melihat seluruh wilayah Gaza saat ini dan Gaza berantakan,” ungkap Trump kepada Raja Yordania Abdullah II.

    Ia menambahkan bahwa pemindahan tersebut bisa menjadi solusi sementara atau jangka panjang.

    Respons Israel

    Usulan Trump disambut baik oleh pejabat Israel.

    Menteri Keamanan Israel Bezalel Smotrich menyebut gagasan pemindahan warga Gaza ke negara-negara Arab sebagai ide yang sangat bagus.

    “Setelah 76 tahun, mayoritas penduduk Gaza dipaksakan berada di tempat buruk. Gagasan membantu mereka menemukan tempat baru untuk memulai hidup baru adalah ide yang sangat bagus,” ujarnya.

    Itamar Ben Gvir, mantan Menteri Keamanan Israel, juga mendukung usulan tersebut dan menekankan pentingnya mendorong emigrasi sukarela.

    “Salah satu permintaan kami kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu adalah mendorong emigrasi sukarela. Ketika presiden negara adikuasa terhebat di dunia, Trump, secara pribadi membawa ide itu, pemerintah Israel pantas menerapkannya, dukung emigrasi sekarang!” kata Ben Gvir.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Usulan Relokasi Warga Gaza oleh Trump Ditentang Hamas – Halaman all

    Usulan Relokasi Warga Gaza oleh Trump Ditentang Hamas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Anggota biro politik Hamas, Bassem Naim, menyatakan bahwa kelompok militan Palestina tersebut akan menolak gagasan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, tentang merelokasi warga Gaza ke Mesir dan Yordania.

    Naim menegaskan bahwa rakyat Palestina akan menggagalkan usulan tersebut.

    Pada 25 Januari 2025, Donald Trump mengungkapkan keinginannya agar Yordania, Mesir, dan negara-negara Arab lainnya meningkatkan jumlah pengungsi Palestina yang mereka terima dari Jalur Gaza.

    Ia menyebutkan bahwa langkah ini dapat membantu “membersihkan” daerah yang dilanda perang untuk menciptakan keadaan yang lebih baik.

    “Sama seperti mereka telah menggagalkan setiap rencana pemindahan dan Tanah Air alternatif selama beberapa dekade, rakyat kami juga akan menggagalkan proyek-proyek semacam itu,” ujar Bassem Naim, merujuk pada komentar Trump.

    Trump juga mengungkapkan bahwa ia telah berbicara dengan Raja Abdullah II dari Yordania dan Presiden Abdel Fattah el-Sissi dari Mesir mengenai rencananya.

    Ia menyebutkan, “Saya ingin Mesir menerima orang-orang,” dan menambahkan bahwa situasi di Gaza saat ini sangat kacau.

    Dampak Usulan Pemindahan

    Usulan pemindahan penduduk Gaza secara drastis akan bertentangan dengan identitas Palestina dan hubungan mereka yang erat dengan tanah kelahiran mereka.

    Meskipun Trump mengatakan bahwa pemukiman kembali bisa bersifat sementara atau jangka panjang, banyak yang melihatnya sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian dari masalah mendasar yang dihadapi rakyat Palestina.

    Trump menekankan perlunya keterlibatan negara-negara Arab untuk membangun perumahan di lokasi yang berbeda agar pengungsi dapat hidup dengan damai. “Sesuatu harus terjadi,” kata Trump.

    Hingga saat ini, konflik antara Israel dan Hamas telah menewaskan lebih dari 47.000 warga Palestina, dengan lebih dari separuhnya adalah wanita dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

    Gencatan senjata yang berlangsung sejak 19 Januari 2025, bertujuan untuk mengakhiri perang yang dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Sementara itu, Hamas mengklaim tidak akan membebaskan sandera yang tersisa tanpa mengakhiri perang, sementara Israel mengancam untuk melanjutkan serangannya hingga Hamas dihancurkan.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Warga Palestina Bertekad Kembali ke Gaza Utara – Halaman all

    Warga Palestina Bertekad Kembali ke Gaza Utara – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Warga Palestina yang berkumpul di sepanjang Jalan Al-Rasheed menunjukkan tekad kuat untuk kembali ke Gaza utara, meskipun wilayah tersebut hancur akibat serangan militer Israel selama 15 bulan terakhir.

    Mereka menegaskan bahwa mereka adalah pemilik sah tanah tersebut.

    Keinginan untuk Kembali

    Seorang warga yang berkemah di sepanjang jalan menyatakan, “Kami sudah di sini sejak tadi malam dan kami di sini bersikeras untuk kembali, bahkan jika kami tinggal di reruntuhan rumah kami.”

    Ia menekankan bahwa leluhurnya telah memegang kunci rumah mereka selama tujuh dekade, sejak pendudukan Israel di Palestina dimulai, yang mengakibatkan pengusiran 750.000 orang dalam peristiwa yang dikenal sebagai Nakba.

    Insiden Penembakan

    Sementara itu, pada Sabtu malam (25 Januari 2025), seorang pria Palestina tewas dan tujuh orang lainnya terluka akibat tembakan Israel.

    Hal ini dilaporkan oleh pejabat kesehatan setempat pada hari Minggu.

    Rumah Sakit Awda yang merawat korban mencatat bahwa dua orang terluka dalam insiden tersebut.

    Lima warga Palestina lainnya, termasuk seorang anak, juga mengalami luka-luka dalam penembakan terpisah pada Minggu dini hari.

    Gencatan Senjata dan Usulan Pemindahan

    Gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah berlangsung selama seminggu, bertujuan untuk mengakhiri konflik yang berkepanjangan.

    Dalam konteks ini, Presiden AS Donald Trump mengusulkan agar sebagian besar penduduk Gaza dipindahkan sementara ke negara lain, termasuk Mesir dan Yordania, untuk membersihkan daerah yang dilanda perang.

    Namun, usulan tersebut ditolak oleh Mesir, Yordania, dan Palestina sendiri.

    Sesuai dengan gencatan senjata, Israel berencana untuk mulai mengizinkan warga Palestina kembali ke rumah mereka di Gaza utara melalui koridor Netzarim.

    Namun, langkah ini ditunda hingga Hamas membebaskan seorang sandera yang menjadi syarat bagi Israel untuk melanjutkan proses pengembalian tersebut.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).