Negara: Yordania

  • Inggris-Prancis-Jerman Kompak UNRWA Tidak Tergantikan dan Berupaya Wujudkan Solusi Dua Negara

    Inggris-Prancis-Jerman Kompak UNRWA Tidak Tergantikan dan Berupaya Wujudkan Solusi Dua Negara

    JAKARTA – Inggris, Prancis dan Jerman kompak menyebut peran badan bantuan PBB untuk Palestina (UNRWA) di Jalur Gaza tidak tergantikan, serta akan memanfaatkan momentum gencatan senjata Hamas-Israel untuk melakukan upaya mewujudkan solusi dua negara.

    Dalam pernyataan bersama yang diterbitkan Pemerintah Inggris, ketiga negara menegaskan kembali kekhawatiran besar atas penerapan undang-undang Israel yang melarang segala kontak antara pejabatnya dan UNRWA.

    “Kami mendesak pemerintah Israel untuk bekerja sama dengan mitra internasional, termasuk PBB, untuk memastikan kelangsungan operasi,” kata pernyataan bersama tersebut, melansir Reuters 31 Januari.

    Pernyataan para menteri luar negeri ketiga negara tersebut juga meminta Pemerintah Israel untuk mematuhi kewajiban internasionalnya dan memenuhi tanggung jawabnya untuk memastikan bantuan kemanusiaan secara penuh, cepat, aman dan tanpa hambatan serta penyediaan layanan dasar bagi penduduk sipil.

    “Tidak ada entitas atau badan PBB lain yang saat ini memiliki kapasitas atau infrastruktur untuk menggantikan mandat dan pengalaman UNRWA,” bunyi pernyataan bersama tersebut, dikutip dari WAFA.

    Pengungsi Gaza di sekolah UNRWA. (Sumber: WAFA)

    Para menteri menegaskan kembali dukungan mereka terhadap mandat PBB UNRWA untuk menyediakan layanan penting dan bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi Palestina di Wilayah Palestina yang Diduduki.

    Mereka menyoroti, UNRWA tetap menjadi penyedia layanan utama bagi para pengungsi Palestina di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur dan memainkan peran integral dalam menanggapi krisis kemanusiaan di Gaza.

    Dalam kesempatan yang sama, para menteri juga menyatakan dukungan penuh mereka terhadap perjanjian gencatan senjata, menyambut baik peningkatan bantuan kemanusiaan yang mencapai Gaza sejak gencatan senjata dimulai, mendesak semua pihak untuk memastikan kelangsungan bantuan tersebut.

    “Kami akan memainkan peran penuh kami dalam beberapa hari dan minggu mendatang untuk memanfaatkan peluang gencatan senjata ini dan memastikannya mengarah pada jalur yang kredibel menuju solusi dua negara di mana orang Israel dan Palestina dapat hidup berdampingan dalam damai,” kata pernyataan tersebut.

    Undang-undang yang diadopsi Knesset (Parlemen Israel) pada 28 Oktober 2023, mulai berlaku Kamis kemarin. Itu melarang UNRWA beroperasi di wilayah Israel dan mencegah badan tersebut melakukan kontak apa pun dengan otoritas Israel.

    Pejabat Israel menuduh beberapa staf UNRWA terlibat dalam serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas dan menjadi anggota kelompok militan Palestina.

    PBB sendiri pada Hari Kamis mengatakan, UNRWA terus memberikan bantuan dan layanan di Jalur Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

    Didirikan pada tahun 1949, UNRWA menyediakan bantuan, layanan kesehatan dan pendidikan kepada jutaan orang di wilayah Palestina dan negara-negara Arab tetangga seperti Suriah, Lebanon dan Yordania.

  • HNW Respons Donald Trump: Kalau Ingin Perdamaian, Bawa Saja Orang Israel ke Amerika – Halaman all

    HNW Respons Donald Trump: Kalau Ingin Perdamaian, Bawa Saja Orang Israel ke Amerika – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua MPR RI Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid (HNW), memberi respons wacana untuk merelokasi masyarakat Palestina, dari Gaza.

    Wacana itu sebelumnya disampaikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    HNW justru menyarankan agar Trump membawa warga Israel untuk pindah ke Amerika.

    “Lebih baik kalau Donald Trump justru melaksanakan janji kampanyenya, menghentikan perang, menghadirkan perdamaian, bawa saja orang-orang Israel itu ke Amerika Serikat,” kata HNW di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (31/1/2025).

    Sebab HNW menegaskan bahwa konflik yang terjadi di Jalur Gaza selama ini, karena adanya Israel yang menduduki wilayah Palestina.

    Sehingga HNW menyarankan agar warga Israel yang direlokasi.

    “Pasti masyarakat Amerika juga tidak keberatan kalau orang-orang Israel dipindah ke sana,” ucapnya.

    HNW menambahkan, Indonesia dan negara lain yang tergabung dalam liga Arab menolak wacana relokasi masyarakat Palestina. 

    HNW menduga usulan Trump itu untuk memuluskan Israel menduduki wilayah Palestina seutuhnya.

    “Jadi sekali lagi, kami bersama dengan PBB bersama dengan OKI liga Arab, Bersama juga dengan anggota tetap dewan keamanan PBB minus Amerika, kami menolak Karena itu memang bentuk lain daripada ethnic cleansing. Itu bentuk lain daripada memuluskan jalan Israel untuk menguasai sepenuhnya tanah-tanah Palestina,” pungkas HNW.

    Sebelumnya, Trump telah menyerukan keinginannya untuk merelokasi warga Gaza pada hari Sabtu (25/1/2025).

    Trump mengklaim bahwa pihaknya ‘hanya ingin membersihkan’ Gaza.

    Ia juga mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan panggilan telepon dengan  Raja Abdullah II dari Yordania pada hari sebelumnya dan akan berbicara dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza ke Mesir dan Yordania.

    “Saya ingin Mesir menerima orang-orang,” kata Trump, dikutip dari Al Jazeera.

    “Anda berbicara tentang sekitar satu setengah juta orang, dan kita hanya membersihkan semuanya dan berkata: ‘Anda tahu, ini sudah berakhir,” tambahnya.

    Trump mengatakan ia memuji Yordania karena telah berhasil menerima pengungsi Palestina.

    Kemudian ia mengklaim bahwa raja harus menerima lebih banyak warga Palestina karena ingin membersihkan Jalur Gaza.
    “Saya ingin Anda menerima lebih banyak pengungsi, karena saya sedang melihat seluruh Jalur Gaza sekarang, dan semuanya kacau. Benar-benar kacau,” terangnya.

    Menurut pengakuan Trump, pemindahan bisa bersifat sementara atau bahkan selamanya.

    “Penduduk Gaza dapat dipindah untuk sementara atau bisa juga untuk jangka panjang,” katanya.

  • Hamas Janji Bebaskan 3 Sandera Israel, Ditukar Dengan 90 Narapidana Palestina – Halaman all

    Hamas Janji Bebaskan 3 Sandera Israel, Ditukar Dengan 90 Narapidana Palestina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Militan sayap kanan Hamas, mengungkap rencana pembebasan tawanan Israel pada hari Sabtu (1/2/2025) sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata dan pertukaran sandera.

    Rencana ini diungkap oleh Juru bicara Klub Tahanan Palestina, Amani Sarahneh,

    Dalam keterangan resminya ia  mengatakan bahwa 3 tawanan Israel akan dikembalikan.

    Adapun ketiga sandera yang akan dibebaskan ini semuanya adalah laki-laki.

    Mereka adalah warga Israel Ofer Kalderon (53)  dan Yarden Bibas (34) serta warga Amerika-Israel Keith Siegel (65), sebagaimana dikutip dari BBC International.

    Rencana pembebasan sandera juga turut dikonfirmasi oleh pihak Israel yang mengatakan bahwa mereka telah menerima daftar 3 sandera yang akan dibebaskan Hamas besok Sabtu.

    Ini akan menandai pertukaran sandera dengan tahanan yang keempat sejak gencatan senjata mulai berlaku pada tanggal 19 Januari kemarin

    Israel Bebaskan 90 Tahanan Palestina

    Sebagai balasannya, Israel diketahui akan turut membebaskan 90 tahanan Palestina pada Sabtu besok.

    Pembebasan ini akan mencakup 81 tahanan yang menjalani hukuman jangka panjang dan sembilan lainnya yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

    Pertukaran seperti ini akan terus dilakukan Hamas dan Israel dalam 42 hari, setidaknya akan ada 33 sandera Israel akan dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan 1.700 hingga 2.000 tahanan Palestina.

    Selain itu, gencatan senjata mencakup mekanisme penting untuk memastikan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, dengan fokus pada penyediaan kebutuhan mendesak.

    Ratusan Truk Bantuan Antri Masuk Gaza

    Ratusan truk bantuan  kemanusiaan dilaporkan telah memasuki Jalur Gaza melalui penyeberangan Rafah pasca Hamas dan Israel melaksanakan gencatan senjata hari pertama.

    Adapun sebanyak  330 truk bantuan, termasuk 20 truk bahan bakar dilaporkan masuk ke Gaza melalui titik-titik perbatasan Al-Auja dan Kerem Shalom yang dikendalikan Israel.

    Selain itu bantuan tersebut juga diizinkan masuk ke Gaza melalui terminal di bagian utara Jalur Gaza dari Yordania.

    Tak hanya mengangkut bantuan pangan, mengutip dari Anadolu, truk kemanusiaan yang masuk juga turut membawa bahan bakar,serta berbagai pasokan alat medis.

    Sejalan dengan masuknya jumlah bantuan yang mengalir ke Gaza, Lebih dari 500.000 pengungsi Palestina dilaporkan telah pulang ke Gaza bagian utara dalam kurun waktu 72 jam.

    Para pengungsi baik pria wanita dan anak-anak berbondong-bondong berjalan kaki sambil membawa barang-barang mereka kembali setelah 15 bulan mengungsi.

    Meski banyak dari mereka kehilangan anggota keluarga serta kehilangan rumah, namun hal tersebut tak mengendurkan niat mereka untuk kembali ke kampung halaman.

    “Rasanya luar biasa ketika Anda kembali ke rumah, kembali ke keluarga, kerabat, dan orang-orang terkasih, dan memeriksa rumah Anda, apakah itu masih rumah,” kata pengungsi Gaza Ibrahim Abu Hassera kepada AFP, seperti dilansir New Arab.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Ribuan Warga Mesir Geruduk Perbatasan Rafah yang Akan Dibuka Militer Israel: Pasukan Eropa Datang – Halaman all

    Ribuan Warga Mesir Geruduk Perbatasan Rafah yang Akan Dibuka Militer Israel: Pasukan Eropa Datang – Halaman all

    Ribuan Warga Mesir Geruduk Perbatasan Rafah Gaza Selatan yang Akan Dibuka Militer Israel

    TRIBUNNEWS.COM – Otoritas Penyiaran Israel, KAN, mengutip sumber-sumber Palestina, melaporkan bahwa perbatasan Rafah akan dibuka Sabtu (1/2/2025) bukan pada Minggu seperti yang awalnya direncanakan berdasarkan perjanjian gencatan senjata Gaza.

    Kantor berita berbahasa Ibrani, Yedioth Ahronoth, mengutip seorang pejabat Uni Eropa, mengatakan bahwa Israel telah menanyakan tentang perkembangan proses pengerahan misi (pasukan keamanan) Eropa untuk membantu mengelola perlintasan perbatasan Rafah sebagai bagian dari upaya untuk membukanya kembali selama fase pertama gencatan senjata Gaza.

    Menurut pejabat tersebut, pasukan Eropa akan memainkan peran kunci dalam menstabilkan gencatan senjata.

    Peran pasukan Eropa ini berfokus pada rencana pembukaan kembali penyeberangan untuk memungkinkan warga sipil Palestina untuk bisa pergi ke luar Gaza, dengan memprioritaskan yang terluka, anak-anak, dan pasien yang membutuhkan perawatan medis di luar negeri.

    Pejabat itu menambahkan kalau petugas perbatasan Otoritas Palestina akan mengelola penyeberangan tersebut.

    “Sementara militer Israel akan tetap ditempatkan di sekitarnya untuk menjamin keamanan,” kata laporan RNTV, Jumat (31/1/2025).

    Laporan itu juga mencatat kalau UE berencana untuk mengerahkan hingga 100 petugas perbatasan sebagai bagian dari pengaturan keamanan baru, yang menggarisbawahi dukungan Eropa terhadap gencatan senjata dan kerja sama antara Tel Aviv dan Otoritas Palestina.

    DEMO BESAR – Sejumlah dari ribuan warga Mesir yang berunjuk rasa di perbatasan Rafah, di Sinai Utara yang berbatasan dengan Gaza Selatan, Jumat (31/1/2025). Mereka berdemo menentang seruan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang menyerukan perpindahan warga Gaza yang terusir agresi militer Israel ke wilayah Mesir.

    Digeruduk Ribuan Warga Mesir

    Sehari menjelang pembukaan perbatasan tersebut,  ribuan warga Mesir dilaporkan berkumpul di perbatasan Rafah di Sinai Utara, Jumat (31/1/2025).

    Ribuan warga Mesir itu datang  untuk memprotes rencana pengusiran paksa warga Palestina.

    Seperti dilansir media berita Mesir, Youm7, gerakan tersebut dimulai pada dini hari saat massa dalam jumlah besar dari berbagai provinsi, termasuk Qalyubia dan Ismailia, menuju Rafah.

    Mereka bergabung dalam perlawanan kolektif terhadap pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai rencana pemindahan paksa warga Palestina ke Mesir.

    Menurut laporan Youm7, unjuk rasa ini merupakan penolakan yang jelas terhadap segala upaya untuk menempatkan warga Palestina di Mesir sebagai bagian dari rencana yang diduga untuk menyelesaikan agresi Israel.

    Peserta demonstrasi besar ini terdiri dari anggota partai politik, kelompok masyarakat sipil, dan aktivis masyarakat, serta anggota badan legislatif Mesir.

    “Para demonstran menegaskan kembali dukungan mereka yang teguh terhadap penentuan nasib sendiri Palestina dan mengecam solusi apa pun yang melibatkan pemindahan penduduk,” kata laporan tersebut.

    Mereka menekankan bahwa satu-satunya solusi yang layak adalah solusi dua negara, sesuai resolusi internasional, yang menjamin pengembalian tanah Palestina berdasarkan perbatasan sebelum tahun 1967.

    Youm7 melaporkan kalau para pengunjuk rasa membawa spanduk dan meneriakkan slogan-slogan yang mengecam usulan presiden AS untuk memukimkan kembali warga Palestina secara paksa.

    Para demonstran menyatakan keyakinan mereka bahwa rencana tersebut tidak hanya merupakan pelanggaran hak-hak Palestina tetapi juga tindakan destruktif yang akan merusak perjuangan Palestina untuk mendapatkan tanah air.

    Mereka menegaskan bahwa Mesir tetap dan akan terus menjadi pendukung utama Palestina di dunia Arab.

    “Kami tidak akan membiarkan pemindahan paksa saudara-saudari Palestina kami,” kata salah satu pembicara dalam rapat umum tersebut. “Ini bukan solusi. Satu-satunya solusi adalah perdamaian yang adil berdasarkan hukum internasional dan pengakuan hak-hak Palestina.”

    Aksi unjuk rasa tersebut juga mendapat dukungan luas dari para anggota parlemen, yang bergabung dengan massa untuk menyatakan penolakan mereka terhadap usulan tersebut.

    “Dukungan publik mencerminkan konsensus nasional yang menolak segala bentuk penyelesaian yang akan merugikan perjuangan Palestina,” tulis laporan tersebut.

    Seruan Trump ini, dilaporkan sudah ditolak secara tegas oleh pemerintah Yordania dan Mesir.

    ANTRE MASUK GAZA – Antrean truk pembawa bantuan yang berderet terhenti di sisi Mesir pada Perbatasan Rafah pada September 2024 silam. Mesir menutup perbatasan negaranya dengan Gaza tersebut karena kendali sisi Palestina direbut secara penuh oleh Israel. (khaberni/HO)

    Hamas: Terima Kasih Mesir dan Yordania

    Sebelumnya, Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas menyatakan kalau mereka mengapresiasi sikap Yordania dan Mesir yang berani menolak permintaan Amerika Serikat (AS) terkait pengungsi Gaza yang terusir akibat agresi militer Israel.

    Sebelumnya, Presiden AS, Donald Trump menyatakan kalau dia telah berbicara dengan Raja Abdullah II dari Yordania mengenai pemindahan orang-orang dari Jalur Gaza yang hancur ke negara-negara tetangga.

    Trump mengindikasikan kalau dia juga akan berbicara dengan Presiden Mesir mengenai hal tersebut.

    Yordania dan Mesir belakangan dilaporkan menolak permintaan Trump ini.

    “Mesir dan Yordania menolak menggusur warga Palestina atau mendorong pemindahan mereka dari tanah mereka, setelah perjanjian gencatan senjata yang berlangsung selama lebih dari 15 bulan,” tulis laporan Khaberni, Senin (27/1/2025).

    Terkait sikap dua negara tetangga Palestina tersebut, Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan yang berbunyi:

    “Kami menghargai posisi sebenarnya dari Republik Arab Mesir dan Kerajaan Hashemite Yordania, yang menolak pengungsian rakyat Palestina atau mendorong pemindahan atau pencabutan tanah mereka dengan dalih atau pembenaran apa pun.”

    Hamas menambahkan, “Pada saat kami menegaskan kepatuhan rakyat Palestina terhadap tanah mereka dan penolakan mereka terhadap pengungsian dan deportasi, kami menyerukan kepada Liga Negara-negara Arab dan Organisasi Kerjasama Islam untuk menegaskan penolakan mereka terhadap segala bentuk pemindahan warga Palestina, rakyat Palestina kami, dan untuk mendukung hak nasional mereka untuk mendirikan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.”

    Warga Palestina yang mengungsi mulai kembali ke Gaza utara untuk pertama kalinya sejak perang genosida Israel dimulai, pada Senin 27 Januari 2025. (tangkap layar/Presstv)

    Seruan AS Sejalan Rencana Israel

    Juru bicara Hamas Hazem Qassem, terkait usulan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan penduduk Gaza ke Yordania dan Mesir, menyebut itu sebagai hal provokatif dan berbahaya.

    Seruan Trump ini, menurutnya, sejalan dengan rencana pihak Israel, khususnya, kelompok kanan ekstremis yang ingin menguasai tanah Palestina sepenuhnya menjadi pendudukan Israel.

    “Pernyataan Trump berbahaya dan sejalan dengan posisi kelompok ekstrem kanan Israel,” kata dia.

    Ia melanjutkan, “Usulan Trump tidak akan disetujui dan tidak akan diterima oleh warga Palestina mana pun.”

    Pemimpin Hamas Sami Abu Zuhri pada Minggu juga mengomentari usulan Presiden AS Donald Trump untuk “memindahkan penduduk Gaza ke negara-negara tetangga,” dengan mengatakan, “Rakyat Gaza menanggung kematian sehingga mereka tidak akan meninggalkan tanah air mereka.”

    Abu Zuhri mengatakan dalam konferensi pers: “Rakyat Gaza menanggung kematian agar tidak meninggalkan tanah air mereka, dan mereka tidak akan meninggalkannya karena alasan lain, jadi tidak perlu membuang waktu untuk proyek-proyek yang dicoba oleh Biden dan yang menyebabkan perang akan berkepanjangan.”

    Dia menambahkan: “Menerapkan perjanjian tersebut sudah cukup untuk menyelesaikan semua masalah di Jalur Gaza, dan upaya untuk menghindari perjanjian tersebut tidak ada gunanya.”

    Ratusan ribu warga Gaza yang terusir dan mengungsi karena agresi militer Israel, kembali ke rumah-rumah mereka ke wilayah Gaza Utara, Senin (27/1/2025). (RNTV/TangkapLayar)

    Yordania: Palestina untuk Palestina

    Sikap tegas Yordania atas seruan AS soal pengungsi Gaza ini ditegaskan oleh Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi.

    Safadi menegaskan kembali sikap mengenai perjuangan Palestina itu, dengan mengatakan kalau “Yordania adalah untuk Yordania, dan Palestina untuk Palestina”.

    Dalam konferensi pers dengan Koordinator Kemanusiaan dan Rekonstruksi Senior PBB untuk Gaza Sigrid Kaag, Safadi mengatakan, “Yordania bangga dengan perannya, di bawah kepemimpinan Raja Yang Mulia Abdullah, dalam memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza.”

    “Kami berharap dapat bekerja sama dengan pemerintah AS yang baru dan mendukung upaya perdamaian di kawasan ini,” kata Safadi.

    Dia menambahkan kalau Yordania tetap terlibat dengan semua pihak untuk mencapai perdamaian.

     “Soal Palestina harus diselesaikan dengan negara Palestina; di mana Yordania adalah untuk Yordania, dan Palestina untuk Palestina.

    “Posisi kami jelas – dua negara adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian, dan penolakan kami terhadap perpindahan tidak tergoyahkan,” tegasnya.

    Sementara itu, Sigrid Kaag memuji peran penting Yordania dalam memberikan dan memfasilitasi pengiriman bantuan ke Gaza.

    “Ada kesempatan untuk mencapai solusi dua negara dan memberdayakan kedua belah pihak untuk mencapainya,” kata Koordinator Kemanusiaan dan Rekonstruksi Senior PBB, menambahkan bahwa mereka “berharap untuk melanjutkan kemitraan kemanusiaan kami dengan Yordania.”

     

    (oln/khbrn/anews/rntv/*)

     
     

  • Ngototnya Trump Relokasi Warga Gaza ke Mesir dan Yordania

    Ngototnya Trump Relokasi Warga Gaza ke Mesir dan Yordania

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bersikeras merelokasi warga Palestina keluar dari Jalur Gaza. Trump meyakini Mesir dan Yordania bersedia menerima pengungsi Gaza.

    Dirangkum detikcom, Jumat (31/1/2025), komentar Trump ini muncul sehari setelah Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Raja Yordania Abdullah II menolak pemindahan paksa warga Gaza setelah perang antara Hamas dan Israel.

    “Mereka (Mesir dan Yordania-red) akan melakukannya. Mereka akan melakukannya,” tegas Trump saat ditanya apakah dirinya akan mempertimbangkan tindakan untuk menekan Kairo dan Amman agar menerima rencananya, termasuk mengenakan tarif.

    Demikian seperti dilansir AFP dan Anadolu Agency, Jumat (31/1/2025).

    “Mereka akan melakukannya, oke? Kita telah melakukan banyak hal untuk mereka, dan mereka akan melakukannya,” ucap Trump saat berbicara kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih. Dia tidak menyebut lebih lanjut soal “banyak hal” yang dilakukan AS untuk Mesir dan Yordania tersebut.

    Alasan Trump Ngotot

    Donald Trump. Foto: DW (News)

    Akhir pekan lalu, Trump melontarkan gagasan untuk “membersihkan” Gaza setelah perang antara Israel dan Hamas, yang berkecamuk selama lebih dari 15 bulan terakhir, menjadikan wilayah Palestina itu bagaikan “area penghancuran”.

    Dia mempertegas kembali gagasannya pada pada Senin (27/1) waktu setempat. Trump menyatakan keinginan untuk memindahkan warga Palestina keluar dari Jalur Gaza, menuju ke lokasi-lokasi yang “lebih aman”, seperti Mesir atau Yordania.

    Trump juga mengatakan dirinya “ingin membuat mereka (warga Palestina di Gaza-red) tinggal di area di mana mereka bisa hidup tanpa banyak gangguan dan revolusi dan kekerasan”.

    Ditolak Mesir dan Yordania

    Pilu warga Palestina mencari tempat yang aman. Foto: REUTERS/Dawoud Abu Alkas

    Rencana Trump itu langsung ditolak oleh Mesir dan Yordania, serta menuai kecaman banyak pihak, termasuk negara-negara sekutu AS sendiri.

    Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, dalam tanggapan publik pertamanya terhadap rencana Trump itu, mengatakan bahwa mengusir “rakyat Palestina dari tanah mereka adalah ketidakadilan yang tidak dapat kita ikut ambil bagian di dalamnya”.

    Sementara Raja Yordania Abdullah II, secara terpisah, menekankan “posisi tegas negaranya mengenai perlunya menjaga warga Palestina tetap di tanah mereka”.

    Kecaman untuk rencana Trump juga disampaikan oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang menegaskan warga Palestina “tidak akan meninggalkan tanah dan tempat-tempat suci mereka”. Jerman dan Prancis, sekutu AS di Eropa, kompak menyebut rencana Trump itu “tidak dapat diterima”.

    Halaman 2 dari 3

    (taa/maa)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Donald Trump Akan Paksa Mesir dan Yordania Tampung Pengungsi Gaza yang Terusir Agresi Israel – Halaman all

    Donald Trump Akan Paksa Mesir dan Yordania Tampung Pengungsi Gaza yang Terusir Agresi Israel – Halaman all

    Donald Trump Akan Paksa Mesir dan Yordania Tampung Pengungsi Gaza yang Terusir Agresi Israel

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengindikasikan akan melakukan langkah-langkah paksa ke Mesir dan Yordania untuk menerima warga Palestina yang mengungsi dari Jalur Gaza.

    Dua negara tetangga wilayah Palestina yang diduduki Israel tersebut sebelumnya telah menolak secara tegas rencana Trump merelokasi warga Gaza ke wilayah dua negara tersebut.

    Pernyataan Trump pada Kamis (30/1/2025) tersebut muncul sehari setelah Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Raja Yordania Abdullah II melontarkan penolakan pemindahan paksa warga Gaza.

    “Mereka (Yordania dan Mesir) akan melakukannya (menampung warga Gaza yang terusir),” kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval ketika ditanya tanggapannya terhadap penolakan Mesir dan Yordania, dilansir PressTV, Jumat (31/1/2025).

    “Mereka akan melakukannya. Kami (AS) melakukan banyak hal (membantu) untuk mereka, dan mereka akan melakukannya,” sambung Trump.

    KEMBALI PULANG – Ratusan ribu warga Gaza yang terusir dan mengungsi karena agresi militer Israel, kembali ke rumah-rumah mereka ke wilayah Gaza Utara, Senin (27/1/2025). Kepulangan mereka berkenaan dengan gencatan senjata antara Hamas dan Israel pada 19 Januari 2025. (RNTV/TangkapLayar)

    Pengusiran Paksa

    Minggu lalu, Trump mengusulkan pemindahan warga Palestina dari Jalur Gaza ke Yordania, Mesir, dan negara Arab lainnya untuk “hanya membersihkan” wilayah kantung Palestina yang dilanda perang tersebut.

    Niat Trump ini oleh para analis geopolitik dianggap sebagai upaya untuk mengusir warga Palestina dari tanah air mereka.

    Trump mengindikasikan pada Sabtu, kalau ia telah berbicara dengan Raja Abdullah II dari Yordania tentang kemungkinan membangun perumahan dan memindahkan lebih dari 1 juta warga Palestina dari Gaza ke negara-negara tetangga di sekitar.

    “Saya katakan kepadanya bahwa saya ingin Anda mengambil alih lebih banyak lagi karena saat ini saya melihat seluruh Jalur Gaza dan itu kacau balau, benar-benar kacau balau,” katanya kepada wartawan di dalam Air Force One, pesawat kepresidenan AS.

    “Saya ingin Mesir menampung orang-orang … Anda berbicara tentang satu setengah juta orang, dan kita hanya membersihkan semuanya. Anda tahu, selama seabad, ada banyak sekali konflik. Dan saya tidak tahu, sesuatu harus terjadi,” kata Trump.

    Presiden AS tersebut mengatakan bahwa perumahan potensial tersebut “bisa bersifat sementara” atau “bisa bersifat jangka panjang.”

    Ia mengklaim langkah tersebut dapat “membawa perdamaian” ke Asia Barat jika Mesir, Yordania, dan negara-negara Arab lainnya menerima cukup banyak pengungsi Palestina.

    Utusan Trump untuk Timur Tengah Steve Witkoff melakukan perjalanan langka ke Gaza minggu ini, kata Gedung Putih.

    KEMBALI PULANG – Warga Palestina kembali ke Gaza utara setelah Israel membuka blokade militer, Senin (25/1/2025). Pembukaan blokade ini berkenaan dengan gencatan senjata antara Hamas dan Israel pada 19 Januari 2025.  (tangkaplayar/Wafa)

    Penolakan Tegas Yordania-Mesir-Indonesia

    Presiden Mesir Sisi mengatakan pada hari Rabu dalam tanggapan publik pertamanya terhadap komentar Trump bahwa menggusur “rakyat Palestina dari tanah mereka adalah ketidakadilan yang tidak dapat kami lakukan.”

    Raja Yordania Abdullah II secara terpisah menekankan “posisi tegas negaranya mengenai perlunya mempertahankan Palestina di tanah mereka.”

    Ini bukan pertama kalinya Trump dan timnya mengusulkan relokasi warga Palestina, khususnya warga Gaza ke negara lain.

    Selama persiapan pelantikannya, utusan Trump untuk Asia Barat, Steve Witkoff, mengatakan Trump sedang mempertimbangkan untuk merelokasi penduduk Gaza ke Indonesia selama masa rekonstruksi.

    Namun, Indonesia mengecam gagasan tersebut dengan mengatakan, “Indonesia tetap teguh pada posisinya bahwa segala upaya untuk merelokasi penduduk Gaza tidak dapat diterima.”

    Selain Indonesia, mayoritas masyarakat internasional, terutama negara-negara Arab telah menolak rencana tersebut demi kedaulatan Palestina.

    Gagasan tentang apa yang disebut “migrasi sukarela” warga Gaza pertama kali dipromosikan selama pemerintahan Biden oleh menteri-menteri sayap kanan Israel.

    Seruan AS Sejalan Rencana Israel

    Terkait seruan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan penduduk Gaza ke Yordania dan Mesir, juru bicara Hamas Hazem Qassem, menyebut itu sebagai hal provokatif dan berbahaya.

    Seruan Trump ini, menurutnya, sejalan dengan rencana pihak Israel, khususnya, kelompok kanan ekstremis yang ingin menguasai tanah Palestina sepenuhnya menjadi pendudukan Israel.

    “Pernyataan Trump berbahaya dan sejalan dengan posisi kelompok ekstrem kanan Israel,” kata dia.

    Ia melanjutkan, “Usulan Trump tidak akan disetujui dan tidak akan diterima oleh warga Palestina mana pun.”

    Pemimpin Hamas Sami Abu Zuhri pada Minggu juga mengomentari usulan Presiden AS Donald Trump untuk “memindahkan penduduk Gaza ke negara-negara tetangga,” dengan mengatakan, “Rakyat Gaza menanggung kematian sehingga mereka tidak akan meninggalkan tanah air mereka.”

    Abu Zuhri mengatakan dalam konferensi pers: “Rakyat Gaza menanggung kematian agar tidak meninggalkan tanah air mereka, dan mereka tidak akan meninggalkannya karena alasan lain, jadi tidak perlu membuang waktu untuk proyek-proyek yang dicoba oleh Biden dan yang menyebabkan perang akan berkepanjangan.”

    Dia menambahkan: “Menerapkan perjanjian tersebut sudah cukup untuk menyelesaikan semua masalah di Jalur Gaza, dan upaya untuk menghindari perjanjian tersebut tidak ada gunanya.”

    Yordania: Palestina untuk Palestina

    Sikap tegas Yordania atas seruan AS soal pengungsi Gaza ini ditegaskan oleh Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi.

    Safadi menegaskan kembali sikap mengenai perjuangan Palestina itu, dengan mengatakan kalau “Yordania adalah untuk Yordania, dan Palestina untuk Palestina”.

    Dalam konferensi pers dengan Koordinator Kemanusiaan dan Rekonstruksi Senior PBB untuk Gaza Sigrid Kaag, Safadi mengatakan, “Yordania bangga dengan perannya, di bawah kepemimpinan Raja Yang Mulia Abdullah, dalam memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza.”

    “Kami berharap dapat bekerja sama dengan pemerintah AS yang baru dan mendukung upaya perdamaian di kawasan ini,” kata Safadi.

    Dia menambahkan kalau Yordania tetap terlibat dengan semua pihak untuk mencapai perdamaian.

     “Soal Palestina harus diselesaikan dengan negara Palestina; di mana Yordania adalah untuk Yordania, dan Palestina untuk Palestina.

    “Posisi kami jelas – dua negara adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian, dan penolakan kami terhadap perpindahan tidak tergoyahkan,” tegasnya.

    Sementara itu, Sigrid Kaag memuji peran penting Yordania dalam memberikan dan memfasilitasi pengiriman bantuan ke Gaza.

    “Ada kesempatan untuk mencapai solusi dua negara dan memberdayakan kedua belah pihak untuk mencapainya,” kata Koordinator Kemanusiaan dan Rekonstruksi Senior PBB, menambahkan bahwa mereka “berharap untuk melanjutkan kemitraan kemanusiaan kami dengan Yordania.”

     

    (oln/khbrn/anews/rntv/*)

     

     

     
     
     

  • 6 Fakta Presiden AS Donald Trump Serukan Pembersihan Etnis Gaza, Analis Sarankan Hati-hati Bereaksi – Halaman all

    6 Fakta Presiden AS Donald Trump Serukan Pembersihan Etnis Gaza, Analis Sarankan Hati-hati Bereaksi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut fakta-fakta terkait seruan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina dari Jalur Gaza ke Mesir dan Yordania.

    Jihad Islam Palestina (PIJ) memandang rencana Trump untuk memindahkan warga Palestina sebagai bagian dari upaya pembersihan etnis Gaza, Al Jazeera melaporkan.

    Gagasan Trump tidak hanya mengancam warga Gaza, tetapi juga menambah intensitas kekerasan yang berlangsung sejak Israel melancarkan perang di Gaza pada Oktober 2023.

    Fakta Seruan Donald Trump soal Pembersihan Etnis Gaza
    1. Seruan Kontroversial Trump

    Ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi mulai kembali ke rumah mereka di Gaza, setelah perang berlangsung lebih dari 15 bulan, seiring dengan diterapkannya gencatan senjata.

    Di tengah momen ini, Trump memunculkan sebuah usulan yang kontroversial: merelokasi seluruh penduduk Gaza ke negara tetangga seperti Mesir dan Yordania.

    2. Tanggapan Dunia terhadap Seruan Trump

    Dikutip dari Al Jazeera, usulan Trump untuk memindahkan penduduk Gaza ini langsung mendapat kecaman dari banyak pihak.

    Analis menganggap ini sebagai bentuk pembersihan etnis.

    Istilah pembersihan etnis merujuk pada usaha sistematis untuk mengusir kelompok etnis tertentu dari wilayah mereka dengan cara kekerasan atau penindasan.

    Meskipun ide tersebut mendapat banyak kritik, ada pula yang menyarankan agar berhati-hati dalam menanggapi perkataan Trump.

    “Meski seruan tersebut memalukan, kita perlu bersikap skeptis terhadap pernyataan Trump,” kata Yousef Munayyer, seorang analis Palestina,.

    Menurutnya, pernyataan Trump sering kali tidak berdasarkan pertimbangan matang dan  ide tanpa dasar yang jelas.

    3. Mesir dan Yordania Tolak Gagasan Trump

    Tidak hanya mendapat reaksi keras dari analis, usulan Trump juga ditanggapi dengan tegas oleh negara-negara Arab.

    Mesir dan Yordania langsung menolak rencana tersebut.

    Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi, menegaskan bahwa Mesir tidak akan terlibat dalam pemindahan warga Palestina dari Gaza.

    Sisi beralasan tindakan tersebut tidak adil dan akan membahayakan keamanan nasional Mesir.

    Yordania menyuarakan posisi yang sama, menegaskan bahwa mereka tidak akan menerima pengungsi dari Gaza.

    Kedua negara ini khawatir jika mereka menerima pengungsi dalam jumlah besar, stabilitas politik dan ekonomi mereka bisa terganggu.

    Reaksi dari rakyat Mesir dan Yordania yang sangat mendukung perjuangan Palestina juga menjadi pertimbangan besar, mengingat potensi reaksi negatif terhadap keputusan tersebut.

    4. Trump: Gaza Hancur Total

    Donald Trump tetap bersikeras pada pandangannya.

    Ia mengklaim bahwa Gaza telah hancur total akibat perang.

    Presiden AS ini memandang negara-negara tetangga, seperti Mesir dan Yordania dapat memberikan tempat yang lebih aman bagi warga Gaza.

    Trump bahkan mengatakan bahwa pengungsian tersebut bisa bersifat sementara atau dalam jangka panjang, meskipun pernyataannya masih dipertanyakan oleh banyak pihak.

    Meski demikian Mesir dan Yordania tetap dengan pendirian mereka untuk tidak menerima warga Palestina dalam jumlah besar.

    5. Pembersihan Etnis

    Pakar hukum internasional memperingatkan bahwa seruan Trump bisa dianggap sebagai pelanggaran hukum internasional.

    Bahkan serun untuk merelokasi warga Palestina ke Mesir dan Yordania ini bisa tergolong kejahatan perang.

    Mengingat, pembersihan etnis melibatkan pengusiran paksa suatu kelompok etnis.

    Israel mengungkapkan dukungannya terhadap pernyataan Trump, tapi banyak pihak yang menilai hal ini bukanlah solusi yang adil.

    “Menghancurkan Gaza dan memaksa penduduknya keluar hanya akan memperburuk keadaan,” imbuh Yousef Munayyer.

    6. Masa Depan Gaza

    Masa depan Gaza masih penuh ketidakpastian.

    Memang gencatan senjata telah dimulai, akan tetapi belum ada keputusan yang jelas mengenai siapa yang akan memerintah Gaza setelah perang.

    Amerika Serikat dan Israel menyatakan bahwa mereka tidak akan membiarkan Hamas tetap berkuasa di wilayah tersebut.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Trump Ngotot Mesir-Yordania Akan Tampung Warga Gaza, Ini Alasannya    
        Trump Ngotot Mesir-Yordania Akan Tampung Warga Gaza, Ini Alasannya

    Trump Ngotot Mesir-Yordania Akan Tampung Warga Gaza, Ini Alasannya Trump Ngotot Mesir-Yordania Akan Tampung Warga Gaza, Ini Alasannya

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menegaskan gagasan kontroversialnya soal relokasi warga Palestina keluar dari Jalur Gaza, yang menuai kritikan. Trump bersikeras mengatakan Mesir dan Yordania akan mematuhi dan menampung warga Gaza, meskipun kedua negara itu berulang kali menolak.

    “Mereka (Mesir dan Yordania-red) akan melakukannya. Mereka akan melakukannya,” tegas Trump saat ditanya apakah dirinya akan mempertimbangkan tindakan untuk menekan Kairo dan Amman agar menerima rencananya, termasuk mengenakan tarif.

    Demikian seperti dilansir AFP dan Anadolu Agency, Jumat (31/1/2025).

    “Mereka akan melakukannya, oke? Kita telah melakukan banyak hal untuk mereka, dan mereka akan melakukannya,” ucap Trump saat berbicara kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih. Dia tidak menyebut lebih lanjut soal “banyak hal” yang dilakukan AS untuk Mesir dan Yordania tersebut.

    Akhir pekan lalu, Trump melontarkan gagasan untuk “membersihkan” Gaza setelah perang antara Israel dan Hamas, yang berkecamuk selama lebih dari 15 bulan terakhir, menjadikan wilayah Palestina itu bagaikan “area penghancuran”.

    Dia mempertegas kembali gagasannya pada pada Senin (27/1) waktu setempat. Trump menyatakan keinginan untuk memindahkan warga Palestina keluar dari Jalur Gaza, menuju ke lokasi-lokasi yang “lebih aman”, seperti Mesir atau Yordania.

    Trump juga mengatakan dirinya “ingin membuat mereka (warga Palestina di Gaza-red) tinggal di area di mana mereka bisa hidup tanpa banyak gangguan dan revolusi dan kekerasan”.

    Rencana Trump itu langsung ditolak oleh Mesir dan Yordania, serta menuai kecaman banyak pihak, termasuk negara-negara sekutu AS sendiri.

    Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, dalam tanggapan publik pertamanya terhadap rencana Trump itu, mengatakan bahwa mengusir “rakyat Palestina dari tanah mereka adalah ketidakadilan yang tidak dapat kita ikut ambil bagian di dalamnya”.

    Sementara Raja Yordania Abdullah II, secara terpisah, menekankan “posisi tegas negaranya mengenai perlunya menjaga warga Palestina tetap di tanah mereka”.

    Sebelumnya, kecaman untuk rencana Trump disampaikan oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang menegaskan warga Palestina “tidak akan meninggalkan tanah dan tempat-tempat suci mereka”. Jerman dan Prancis, sekutu AS di Eropa, kompak menyebut rencana Trump itu “tidak dapat diterima”.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump Yakin Mesir dan Yordania Akan Terima Pengungsi Gaza

    Trump Yakin Mesir dan Yordania Akan Terima Pengungsi Gaza

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meyakini Mesir dan Yordania akan menerima pengungsi Gaza. Dia yakin meski kedua negara itu menolak rencana Trump memindahkan warga Palestina dari wilayah tersebut.

    Komentar Trump ini muncul sehari setelah Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Raja Yordania Abdullah II menolak pemindahan paksa warga Gaza setelah perang antara Hamas dan Israel.

    “Mereka akan melakukannya,” ucap Trump yakin kepada wartawan di Oval Office ketika ditanya tanggapannya terhadap penolakan Mesir dan Yordania, sebagaimana dilansir AFP, Jumat (31/1/2025).

    “Mereka akan melakukannya. Kami melakukan banyak hal untuk mereka, dan mereka akan melakukannya,” imbuh Trump.

    Setelah gencatan senjata Israel-Hamas mulai berlaku pada 19 Januari, Trump pekan lalu melontarkan rencana untuk ‘membersihkan’ Jalur Gaza. Oleh karena itu, dia berencana memindahkan warga Palestina ke Mesir atau Yordania.

    Dia mengatakan perang yang berlangsung selama 15 bulan telah menjadikan wilayah Palestina sebagai “tempat penghancuran.”

    Utusan Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, melakukan perjalanan yang jarang terjadi ke Gaza minggu ini, kata Gedung Putih, dalam upaya untuk menopang gencatan senjata yang rapuh. Ia juga bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Sisi dari Mesir, yang merupakan sekutu utama AS, pertama kali pada hari Rabu (29/1) menanggapi rencana Trump itu. Dia menilai rencana Trump itu tidak adil bagi warga Palestina.

    “Rakyat Palestina dari tanah mereka adalah ketidakadilan yang tidak dapat kita ambil bagian di dalamnya,” kata Sisi.

    Raja Yordania Abdullah II secara terpisah juga menegaskan menolak rencana Trump itu. Dia menilai warga Palestina harus tetap berada di tanah mereka.

    “Posisi tegas negaranya mengenai perlunya mempertahankan warga Palestina di tanah mereka,” ucap Abdullah.

    Diketahui, sejak dimulainya perang Israel-Hamas pada Oktober 2023, Mesir dan Yordania telah memperingatkan rencana untuk mengusir warga Palestina dari Gaza dan Tepi Barat melintasi perbatasan mereka.

    Lihat juga Video ‘Jumlah Korban Tewas di Gaza Meningkat Meski Sedang Gencatan Senjata’:

    (zap/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Iran Ejek Trump, Usul Kirim Warga Israel ke Greenland

    Iran Ejek Trump, Usul Kirim Warga Israel ke Greenland

    PIKIRAN RAKYAT – Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, baru-baru ini menyampaikan kritik pedas terhadap rencana relokasi warga Palestina dari Jalur Gaza yang diusulkan oleh Donald Trump.

    Araghchi juga menyoroti tantangan yang akan dihadapi dalam negosiasi nuklir antara Iran dan AS di masa depan.

    Menanggapi rencana relokasi warga Palestina, Araghchi dengan sarkastis menyarankan agar warga Israel yang direlokasi ke Greenland.

    Komentar ini merupakan bentuk protes terhadap usulan yang dianggap tidak manusiawi dan tidak adil bagi rakyat Palestina.

    “Saran saya berbeda. Alih-alih orang Palestina, usir saja orang Israel dan kirim mereka ke Greenland sehingga mereka bisa membunuh dua burung dengan satu batu,” kata Araghchi dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Iran International.

    Komentar ini muncul setelah adanya laporan bahwa Donald Trump telah berdiskusi dengan Raja Yordania Abdullah II tentang pembangunan perumahan untuk memindahkan lebih dari 1 juta warga Palestina dari Gaza ke negara-negara tetangga.

    Usulan ini pun telah ditolak mentah-mentah oleh Otoritas Palestina (PA) yang berpusat di Ramallah.

    Tantangan Negosiasi Nuklir

    Mengenai kemungkinan negosiasi ulang terkait program nuklir Iran, Araghchi menyatakan bahwa meskipun Teheran bersedia mendengarkan AS, mencapai kesepakatan baru akan jauh lebih menantang daripada tahun 2015, ketika kesepakatan nuklir awal berhasil dicapai.

    “Situasinya berbeda dan jauh lebih sulit daripada sebelumnya. Banyak hal yang harus dilakukan oleh pihak lain untuk mendapatkan kepercayaan kami… Kami belum mendengar apa pun kecuali kata ‘baik’, dan ini jelas tidak cukup,” katanya.

    Pernyataan ini menyiratkan bahwa Iran tidak akan terburu-buru untuk kembali ke meja perundingan tanpa adanya jaminan yang jelas dan langkah-langkah konkrit dari pihak AS untuk membangun kembali kepercayaan.

    Sikap Tegas Iran

    Araghchi juga menegaskan bahwa setiap serangan terhadap fasilitas nuklir Iran akan mendapatkan respons langsung.

    Ia menyebut tindakan semacam itu sebagai tindakan “gila” yang tidak akan membawa keuntungan bagi siapa pun.

    Sikap tegas Iran ini menunjukkan bahwa negara tersebut tidak akan ragu untuk mempertahankan kedaulatannya dan kepentingan nasionalnya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News