Negara: Yordania

  • Peneliti Israel Ungkap Fakta Sumber Kekayaan Nabi Sulaiman

    Peneliti Israel Ungkap Fakta Sumber Kekayaan Nabi Sulaiman

    Jakarta, CNBC Indonesia – Nabi Sulaiman merupakan seorang raja yang kaya-raya. Fakta baru soal sumber kekayaannya terungkap oleh peneliti Israel.

    Peneliti Israel mengungkap soal kegiatan pertambangan di zaman kuno lewat penelitian di “tambang Nabi Sulaiman.” Kegiatan pertambangan ribuan tahun lalu ternyata jauh lebih “bersih” dibanding kegiatan pertambangan di era modern.

    Sejak 1990-an, ada perdebatan besar soal dampak praktik pertambangan di era sebelum Revolusi Industri terhadap kesehatan manusia dan ekosistem lingkungan hidup. Sebagian percaya bahwa aktivitas metalurgi di Zaman Perunggu dan Zaman Besi memperkenalkan logam polutan baru yang terdeteksi di level global. Kelompok ahli lain berpendapat pertambangan di era tersebut punya dampak minimal terhadap lingkungan hidup.

    Erez Ben-Yosef dan tim dari Tel Aviv University melakukan penelitian geokimia di situs tambang tembaga di Timna Valley, Israel. Area tersebut telah ditambang sejak abad ke-10 dan sering disebut sebagai lokasi tambang yang menjadi sumber kekayaan Nabi Sulaiman.

    Hasil penelitian tim dari Tel Aviv University menunjukkan bahwa polusi dari industri tembaga dari tambang tembaga di area tersebut kecil dan terbatas di wilayah yang sempit. Aktivitas pertambangan juga menimbulkan risiko yang kecil bagi manusia, baik yang hidup saat ini atau pada era kuno. Studi Ben-Yosef juga tak menemukan bukti produksi tembaga dari zaman dulu menimbulkan polusi.

    “Kami memeriksa dua situs produksi tembaga di Timna Valley, satu dari Zaman Besi atau dari era Nabi Sulaiman dan satu situs yang 1.500 tahun lebih tua,” kata Ben-Yosef.

    “Studi kami sangat luas. Kami mengambil ratusan sampel tanah dari kedua situs untuk analisis kimia, menciptakan peta resolusi tinggi dari kemunculan logam berat di wilayah tersebut. Kami menemukan bahwa level polusi di situs tembaga Timna sangat rendah dan terbatas di lokasi tungku smelter kuno.”

    Konsentrasi timbal, sumber polusi utama di industri logam, turun hingga 200 ppm hanya beberapa meter dari tungku. Sebagai perbandingan, Badan Perlindungan Lingkungan Hidup Amerika Serikat (EPA) menggunakan kriteria bagi pekerja bagi area industri dengan emisi timbal 1.200 PPM. Area perumahan dengan tingkat polusi 200 ppm dikelompokkan aman untuk anak-anak.

    Hasil penelitian Ben-Yosef memperkuat sebuah studi di wilayah Wadi Faynan di Yordania. Salah satu studi hanya menemukan sisa polusi di gigi 3 tengkorak dari 36 tengkorak di sekitar pertambangan Zaman Besi.

    “Timna dan Faynan adalah situs ideal untuk riset karena mereka tidak diusik oleh pertambangan modern, seperti yang terjadi di Siprus. Karena iklim yang kering, sisa logam di tanah juga tidak terbawa air,” kata Ben-Yesef.

    Menurut IFL Science, penelitian ini menunjukkan bahwa produksi logam bukan sumber utama dari polusi, meskipun dilakukan dalam skala besar. Sumber polusi utama dari aktivitas pertambangan adalah industri yang menggunakan timbal beracun.

    (fab/fab)

  • Wamenaker Tanggapi Hastag Kabur Aja Dulu dengan Guyonan, Cuitan Presiden Prabowo ke Yordania kembali Dikaitkan

    Wamenaker Tanggapi Hastag Kabur Aja Dulu dengan Guyonan, Cuitan Presiden Prabowo ke Yordania kembali Dikaitkan

    FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Pernyataan Wakil Menteri Tenaga Kerja (Wamenaker) Immanuel Ebenezer (Noel) mengomentari #kaburajadulu mendapat banyak respon.

    Immanuel Ebenezer mengaku tidak peduli dengan hastag-hastag tersebut.

    “Hashtag hashtag enggak apa-apalah, masa hashtag kita peduliin,” kata Noel di Kantor Kemendes PDTT.

    Dengan nada bercanda, Noel mempersilakan siapa saja yang mau ke luar negeri untuk merantau.

    “Mau kabur, kabur ajalah, kalau perlu jangan balik lagi hihihi,” ujar Noel.

    Pernyataan terkait hastag #kaburajadulu terus dikaitkan dengan pernyataan Presiden Prabowo Subianto terkait dirinya yang dulu mengasingkan diri ke Yordania.

    Dicuitannya itu, Presiden Prabowo mungungkap alasannya memilih untuk mengasingkan diri ke Yordania.

    “Pada pertengahan tahun 1998, saya dituduh macam-macam. Karenanya, saya memilih untuk mengasingkan diri ke Yordania,” tulis Prabowo Subianto dicuitan lamanya itu.

    (Erfyansyah/fajar)

  • Israel Bentuk Badan Khusus Tangani Keberangkatan Sukarela Warga Gaza

    Israel Bentuk Badan Khusus Tangani Keberangkatan Sukarela Warga Gaza

    Jakarta

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa sebuah badan khusus akan dibentuk untuk menangani “keberangkatan sukarela” warga Gaza. Ini disampaikan setelah pemerintah Israel menyatakan komitmennya terhadap usulan Amerika Serikat untuk mengambil alih wilayah Palestina dan memindahkan penduduknya.

    “Menteri Pertahanan Israel Katz mengadakan pertemuan hari ini (Senin) mengenai keberangkatan sukarela penduduk Gaza, yang pada akhirnya ia memutuskan bahwa sebuah direktorat untuk keberangkatan sukarela penduduk Gaza akan dibentuk di dalam kementerian pertahanan,” kata sebuah pernyataan Kementerian Pertahanan Israel, dilansir Al Arabiya dan AFP, Selasa (18/2/2025).

    Awal bulan ini, Katz mengatakan bahwa ia telah memerintahkan tentara untuk merumuskan rencana guna mengizinkan warga Palestina meninggalkan Gaza. Dia menambahkan bahwa ia menyambut baik rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang dapat memungkinkan sebagian besar penduduk Gaza untuk pindah ke berbagai tempat di seluruh dunia.”

    Rencana awal yang disampaikan selama pertemuan pada hari Senin (17/2) tersebut, “mencakup bantuan ekstensif yang akan memungkinkan setiap penduduk Gaza yang ingin beremigrasi secara sukarela ke negara ketiga untuk menerima paket komprehensif, yang mencakup, antara lain, pengaturan keberangkatan khusus melalui laut, udara, dan darat,” demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Israel.

    Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa dia “berkomitmen pada rencana Trump untuk menciptakan Gaza yang berbeda.”. Netanyahu juga bertekad bahwa setelah perang, “tidak akan ada Hamas maupun Otoritas Palestina” yang memerintah wilayah tersebut.

    Usulan Trump untuk “pengambilalihan” Gaza oleh AS dan relokasi warga Palestina di negara-negara lain seperti Mesir dan Yordania tidak memiliki rincian, tetapi telah memicu kemarahan internasional yang meluas.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Arab Saudi Tempat Netral bagi Trump Pulihkan Hubungan AS-Rusia, MBS Menentang Rencana Trump di Gaza – Halaman all

    Arab Saudi Tempat Netral bagi Trump Pulihkan Hubungan AS-Rusia, MBS Menentang Rencana Trump di Gaza – Halaman all

    Arab Saudi Tempat Netral bagi Trump Pulihkan Hubungan AS-Rusia, MBS Menentang Rencana Trump di Gaza

    TRIBUNNEWS.COM- Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) di Riyadh pada hari Senin (17/2/2025).

    Pemimpin Saudi berusia 39 tahun itu berada di persimpangan serangkaian konflik yang membentang dari Ukraina hingga Gaza yang ingin diselesaikan oleh pemerintahan Donald Trump.

    Di Ukraina, Arab Saudi telah muncul sebagai mediator yang nyaman bagi pemerintahan Donald Trump, mencerminkan seberapa cepat kebijakan luar negeri AS berubah di Eropa Timur.

    Arab Saudi menyambut Presiden Rusia Vladimir Putin dalam kunjungannya pada tahun 2023 ketika pemerintahan Joe Biden melobi para mitra untuk menjauhi pemimpin Rusia tersebut.

    Sekarang, dengan Donald Trump menjabat dan sekutu NATO AS dikesampingkan.

    Riyadh menjadi tempat netral yang disukai Kremlin dan Washington untuk mulai membahas diakhirinya perang di Ukraina, pembicaraan bersejarah yang menurut para analis dapat mengubah arsitektur keamanan Eropa.

    Rubio, penasihat keamanan nasional Mike Waltz, dan utusan Timur Tengah Steve Witkoff akan bertemu delegasi pejabat Rusia.

    Termasuk Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov dan penasihat Putin Yuri Ushakov, di Riyadh pada hari Selasa.

    Namun, di panggung lain, Putra Mahkota Mohammed bin Salman merupakan peserta aktif dan secara resmi berselisih dengan pemerintahan Trump.

    Rubio tiba di Arab Saudi sebagai bagian dari perjalanan Timur Tengah yang lebih luas dengan pemberhentian pertama di Israel. 

    Di sana, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memanfaatkan rencana kontroversial Trump agar AS “mengambil alih” Gaza dan mengubahnya menjadi pembangunan mewah setelah menggusur paksa penduduk Palestina di sana.

    “Setelah perang di Gaza, tidak akan ada Hamas maupun Otoritas Palestina. Saya berkomitmen pada rencana Presiden AS Trump untuk menciptakan Gaza yang berbeda,” kata Netanyahu pada hari Senin.

    Arab Saudi dengan Tegas Menolak Rencana Imigrasi Sukarela

    Sebagai tanda bahwa Israel terus maju dengan upaya untuk mengosongkan Jalur Gaza dari warga Palestina, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengumumkan pada hari Senin sebuah direktorat telah ada untuk memfasilitasi “imigrasi sukarela” warga Palestina keluar dari Gaza melalui darat, laut dan udara.

    Arab Saudi dengan tegas menolak rencana tersebut. 

    Bahkan, setelah Trump melontarkan gagasan pengambilalihan oleh AS, Riyadh menegaskan kembali prasyaratnya untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, dengan mengatakan bahwa langkah tersebut hanya akan terjadi setelah negara Palestina didirikan.

    Dorongan Netanyahu bahwa Palestina dapat mendirikan negara di kerajaan Teluk itu disambut dengan tanggapan marah dari media yang dikendalikan pemerintah Saudi.

    Di Israel, Rubio membela rencana Trump sebagai “berani”, tetapi dalam wawancara sebelumnya, ia mengatakan bahwa jika negara-negara Arab menentang usulan Trump, mereka harus mengajukan tawaran, dengan menyatakan, “Seseorang harus menghadapi orang-orang itu [Hamas].  Bukan tentara Amerika yang akan melakukannya. Dan jika negara-negara di kawasan itu tidak dapat menemukan jalan keluarnya, maka Israel harus melakukannya.”

    Bahkan beberapa sekutu terdekat Trump di AS mempertanyakan mengapa seorang presiden Amerika yang berkampanye untuk melepaskan AS dari perang asing ingin “memiliki” Gaza.

    Dalam kunjungannya ke Israel, Senator Republik Lindsey Graham mengatakan pada hari Selasa bahwa ada “sangat sedikit keinginan” bagi AS untuk mengambil alih Gaza “dengan cara, bentuk, atau wujud apa pun”. 

    Senator Demokrat Richard Blumenthal mengatakan Raja Yordania Abdullah telah memberitahunya bahwa negara-negara Arab memiliki rencana untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, mencapai penentuan nasib sendiri Palestina dan memperluas perjanjian pertahanan regional dengan Israel. 

    Sky News Arabia melaporkan pada hari Senin bahwa Hamas setuju untuk menyerahkan kendali Gaza kepada Otoritas Palestina di bawah tekanan dari Mesir. 

    Menanggapi laporan tersebut, juru bicara Netanyahu Omer Dostri menjawab di X, “Tidak akan terjadi.”

    Ketegangan Saudi-Trump? 

    Putra Mahkota Mohammed bin Salman memiliki hubungan dekat dengan lingkaran dalam Donald Trump selama masa jabatan pertamanya. 

    Ia menjalin persahabatan dengan penasihat dan menantu Trump, Jared Kushner, dan kemudian berinvestasi di grup ekuitas swasta miliknya, Affinity Partners. 

    Kushner mengusulkan penggusuran paksa warga Palestina dari Gaza sebelum Trump dan mengalokasikannya sebagai investasi real estat.

    Arab Saudi akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak multilateral Arab pada hari Kamis untuk membahas proposal bagi Gaza pascaperang. 

    Tetangga Teluk Arab Saudi sekaligus “musuh bebuyutannya”, UEA, telah memutuskan hubungan. Duta Besar UEA untuk AS mengatakan ia tidak melihat “alternatif” untuk rencana Trump.

    Arab Saudi semakin dekat untuk menormalisasi hubungan dengan Israel sebelum serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan, sebuah kesepakatan yang ingin disegel oleh pemerintahan Trump, tetapi putra mahkota Saudi telah berubah pikiran.

    Para diplomat dan analis mencoba menguraikan seberapa besar retorika sang putra mahkota ditujukan untuk konsumsi dalam negeri atau posisi tawar-menawar. 

    Sang putra mahkota secara terbuka mengatakan bahwa Israel telah melakukan genosida di Gaza.

    Dalam kemungkinan adanya ketegangan antara AS dan Arab Saudi, siaran pers dari kedua negara tersebut tidak seperti biasanya, singkat. 

    Departemen Luar Negeri tidak menyebutkan peran mediator Arab Saudi dengan Rusia – sebuah rahasia yang ingin digembar-gemborkan oleh Saudi – dan juga tidak menyebutkan rakyat Palestina.

    Arab Saudi mengeluarkan video pendek putra mahkota dan Rubio yang sedang berbicara.

    Pemerintahan Trump tidak senang dengan Arab Saudi dalam beberapa hal, kata seorang pejabat keamanan nasional AS kepada Middle East Eye.

    Kerajaan itu mengabaikan seruan Trump untuk memompa lebih banyak minyak bulan lalu. Jika seruan itu hanya gertakan, keputusan Arab Saudi untuk terus mencegah AS melancarkan serangan terhadap Houthi Yaman dari pangkalan udara adalah titik yang menyakitkan dalam hubungan tersebut.

    Trump kembali menunjuk Houthi sebagai organisasi teroris asing pada bulan Januari atas serangan mereka terhadap kapal-kapal komersial. 

    AS mengatakan Rubio dan putra mahkota membahas “keamanan Laut Merah dan kebebasan navigasi”. Arab Saudi sebagian besar telah menghentikan perangnya terhadap Houthi dan sedang dalam perundingan damai.

    Israel juga melobi pemerintahan Trump untuk mendukung serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Iran telah sangat dilemahkan oleh perang regional yang dipicu oleh serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Sebagai tanda berkurangnya pengaruhnya, pemerintah baru Lebanon yang pro-AS melarang penerbangan dari Iran tanpa batas waktu pada hari Senin. Hizbullah adalah pencegah utama Iran terhadap serangan langsung Israel.

    Meskipun Arab Saudi mendukung langkah pemerintahan Trump untuk meninggalkan kesepakatan nuklir 2015 pada tahun 2018, sejak itu Arab Saudi berupaya mengelola hubungan dengan Republik Islam melalui diplomasi, bahkan ketika berupaya menggantikannya di Suriah dan Lebanon.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST EYE

  • Menteri Garis Keras Israel Bilang Hamas Harus Tinggalkan Gaza

    Menteri Garis Keras Israel Bilang Hamas Harus Tinggalkan Gaza

    Jakarta

    Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mengatakan bahwa kelompok Hamas harus menyerahkan senjata mereka dan meninggalkan Gaza.

    Menteri garis keras Israel itu berbicara pada Senin (17/2) waktu setempat menjelang rapat kabinet untuk membahas fase berikutnya dari gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

    Dilansir kantor berita AFP, Selasa (18/2/2025), Smotrich dalam sebuah pernyataan video mengatakan ia “akan mendesak pemungutan suara” oleh para menteri atas rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump tentang Gaza, dan bahwa Israel harus “mengeluarkan ultimatum yang jelas kepada Hamas — segera bebaskan semua sandera, tinggalkan Gaza dan pergi ke negara lain, dan letakkan senjata Anda”.

    “Jika Hamas menolak ultimatum ini, Israel akan membuka gerbang neraka,” kata Smotrich, mengulang kata-kata yang dilontarkan sebelumnya oleh Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Sebagai penentang keras penghentian perang Gaza, Smotrich mengancam akan keluar dari koalisi yang berkuasa di bawah Netanyahu, jika perang tidak dilanjutkan setelah berakhirnya tahap pertama gencatan senjata.

    Rencana Trump kurang terperinci tetapi telah memicu kemarahan yang meluas secara internasional atas seruannya untuk memukimkan kembali warga Palestina di negara-negara lain seperti Mesir dan Yordania, di bawah “pengambilalihan” AS atas Gaza.

    Smotrich mengatakan Israel harus melakukan “penaklukan penuh” atas wilayah tersebut.

    “Mereka atau kita. Kita hancurkan Hamas, atau Hamas akan menghancurkan kita,” kata Smotrich.

    “Saya meminta perdana menteri untuk menyatakan bahwa begitu perang berlanjut setelah Fase Satu, Israel akan, sejak hari pertama, merebut 10 persen wilayah Gaza, membangun kedaulatan penuh di sana, dan segera menerapkan hukum Israel”, tambahnya.

    “Lebih jauh, harus diumumkan bahwa begitu pertempuran dimulai lagi, semua bantuan kemanusiaan akan dihentikan sepenuhnya.” Smotrich lebih lanjut mengatakan bahwa menurut rencana yang saat ini sedang dipersiapkan, “penduduk Gaza akan diizinkan pergi, tetapi hanya ke satu arah — tanpa kemungkinan untuk kembali”.

    Sejak fase pertama gencatan senjata dimulai bulan lalu, 19 sandera Israel telah dibebaskan dengan imbalan lebih dari 1.100 tahanan Palestina. Dari 251 orang yang ditangkap dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel, sebanyak 70 orang masih berada di Gaza, termasuk 35 orang yang menurut militer Israel telah tewas.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Macron Tawarkan Prancis sebagai Gerbang India ke Eropa

    Macron Tawarkan Prancis sebagai Gerbang India ke Eropa

    Jakarta

    Perdana Menteri India Narendra Modi mengakhiri lawatannya ke Prancis pekan dengan mengunjungi Marseille, kota pelabuhan di Mediterania. Presiden Prancis Emmanuel Macron mempromosikan Marseille sebagai pintu gerbang utama Eropa bagi Koridor Ekonomi India-Timur Tengah-Eropa, IMEC.

    IMEC, yang diumumkan pada KTT G20 2023 di New Delhi, adalah proyek jalur rel dan maritim yang bertujuan meningkatkan perdagangan antara India dan Eropa melalui Israel, Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi. Koridor ini disebut-sebut sebagai pesaing potensial bagi inisiatif Sabuk dan Jalan, BRI, milik Cina.

    Amerika Serikat, di bawah pemerintahan Joe Biden, memimpin inisiatif ini dengan dukungan Prancis, Italia, dan Jerman yang bergabung bersama India, Arab Saudi, serta UEA sebagai penandatangan perjanjian.

    “Marseille bisa menjadi pintu masuk utama ke pasar Eropa,” kata Macron, menggambarkan IMEC sebagai “katalis luar biasa” bagi proyek investasi dan kerja sama konkret.

    Di Marseille, Modi menghadiri presentasi CMA CGM Group, perusahaan logistik dan perkapalan Prancis yang ingin berkontribusi dalam merealisasikan IMEC.

    “Saat India memperluas jaringan perdagangan dan maritimnya, kerja sama dengan para pemimpin industri akan berperan penting dalam meningkatkan konektivitas, rantai pasokan, dan pertumbuhan ekonomi,” tulis Modi di media sosial.

    Prancis Incar Peran Sentral

    Tahun lalu, Macron menunjuk utusan khusus untuk IMEC guna memperkuat peran Prancis dalam proyek ini.

    Namun, analis India Swasti Rao mengatakan bahwa meskipun Prancis bisa menjadi jalur utama perdagangan India dengan Uni Eropa, Marseille bukan satu-satunya opsi.

    “Pelabuhan Marseille memang memiliki kapasitas besar, tetapi India juga mempertimbangkan opsi lain, seperti Pelabuhan Trieste di Italia,” katanya kepada DW.

    Italia bahkan dikabarkan akan menunjuk utusan khusus untuk IMEC guna memperdalam keterlibatannya dalam proyek ini.

    IMEC Hadapi Tantangan Besar

    Para ahli menilai IMEC menghadapi berbagai tantangan, mengingat pembangunan sepanjang 4.800 kilometer jalur pelabuhan, rel, dan infrastruktur transportasi lainnya yang melewati zona geopolitik sensitif.

    Arab Saudi telah mengumumkan investasi senilai USD20 miliar Namun, jumlah itu dinilai belum cukup untuk membangun infrastruktur yang diperlukan. Hingga kini, Uni Eropa belum mengalokasikan dana untuk proyek ini.

    Koridor IMEC dirancang untuk mengangkut barang dari India melalui Pelabuhan Khalifa di UEA, kemudian diteruskan dengan kereta melalui Arab Saudi dan Yordania ke Pelabuhan Haifa di Israel, sebelum dikirim ke Eropa melalui Laut Mediterania. Namun, banyak jalur rel di Timur Tengah masih belum tersedia.

    Saat ini, Cina adalah eksportir terbesar ke UE, sementara India berada di peringkat kesembilan. India masih sangat bergantung pada impor dari Cina, yang menimbulkan kekhawatiran bahwa rantai pasokannya tetap terhubung dengan ekonomi Cina, membuat negara-negara Eropa tetap rentan terhadap dominasi pasokan dari Beijing.

    Perang Israel-Hamas yang berkecamuk sejak serangan Hamas pada 7 Oktober telah menghambat upaya normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel, menimbulkan keraguan atas kelangsungan IMEC melalui Timur Tengah.

    Prancis Jadi Mitra Strategis India di Eropa

    Meskipun IMEC menghadapi banyak tantangan, kunjungan Modi ke Prancis menunjukkan bahwa India tetap berupaya memperkuat hubungan bilateral dan perdagangan dengan Prancis.

    “Dari perspektif India, IMEC adalah cara ideal untuk membuka jalur perdagangan baru. Namun, situasi di Timur Tengah mengubah strategi,” kata analis Rao.

    “Kini India berupaya memperkuat konektivitas dengan Eropa, baik melalui IMEC maupun jalur lainnya,” tambahnya.

    „Prancis adalah pusat strategis India di Eropa,” ujarnya, menegaskan bahwa kerja sama bilateral bertujuan meningkatkan perdagangan India dengan UE, terlepas dari apakah IMEC benar-benar terwujud.

    India Incar Jet Tempur Prancis

    Selain perdagangan, kerja sama pertahanan juga menjadi pilar utama hubungan India-Prancis.

    Sumber DW melaporkan bahwa India berencana membeli 26 jet tempur Rafale buatan Prancis, menambah 33 unit yang sudah dimiliki Angkatan Udara India, IAF.

    India juga tengah mempertimbangkan pembelian tiga kapal selam Scorpene dari Prancis, melengkapi enam unit yang telah dibeli sebelumnya. Total nilai kontrak pertahanan ini mencapai €10,6 miliar.

    “Militer India tidak lagi tertarik pada peralatan Rusia,” ujar analis pertahanan Rahul Bedi dari New Delhi, merujuk pada dampak perang Ukraina terhadap reputasi senjata Rusia.

    Menurut laporan Stockholm International Peace Research Institute, SIPRI, tahun lalu, Prancis kini menjadi eksportir senjata terbesar kedua di dunia, menggeser Rusia ke posisi ketiga.

    Pada KTT Kecerdasan Buatan (AI) di Paris, Modi duduk di antara Macron dan Wakil Presiden AS JD Vance, menegaskan persaingan Prancis dan AS dalam menjual peralatan militer ke India, yang merupakan pengimpor senjata terbesar di dunia.

    Setelah meninggalkan Prancis, Modi bertolak ke Amerika Serikat untuk bertemu dengan Presiden Donald Trump, yang mengumumkan rencana peningkatan penjualan senjata AS ke India senilai miliaran dolar, termasuk jet tempur.

    Namun, analis India menilai New Delhi lebih memilih peralatan militer Prancis, meskipun harganya lebih mahal.

    “Peralatan Prancis lebih mahal dibanding buatan AS, tetapi memiliki lebih sedikit pembatasan,” kata Bedi.

    “Amerika Serikat menerapkan banyak protokol mengenai di mana dan terhadap siapa peralatan dapat digunakan. Prancis jauh lebih fleksibel,” tambahnya.

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Sesumbar Netanyahu Buka Gerbang Neraka Jika Hamas Tak Bebaskan Sandera

    Sesumbar Netanyahu Buka Gerbang Neraka Jika Hamas Tak Bebaskan Sandera

    Jakarta

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tiba-tiba sesumbar memperingatkan Hamas. Dia mengatakan akan membuka gerbang neraka jika Hamas tidak membebaskan semua sandera yang tersisa.

    Peringatan ini disampaikan Netanyahu dalam pernyataan bersama dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Marco Rubio. Pernyataan itu disampaikan Netanyahu kepada Marco yang sedang berkunjung ke Yerusalem pada Minggu (16/2/2025) waktu setempat.

    Netanyahu dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, mengklaim Israel dan AS, sekutu dekatnya, memiliki strategi gabungan untuk menghadapi Hamas dan militan lainnya di Jalur Gaza.

    “Kami memiliki strategi yang sama, dan kami tidak selalu bisa membagikan rincian strategi ini kepada publik, termasuk kapan gerbang neraka akan dibuka, karena itu pasti akan terjadi jika semua sandera kami tidak dibebaskan hingga yang paling terakhir,” tegas Netanyahu dalam pernyataannya.

    “Kami akan memusnahkan kemampuan militer Hamas dan kekuasaan politiknya di Gaza,” cetusnya.

    Netanyahu Akan Pulangkan Sandera

    Foto: Netanyahu (AFP/JIM WATSON).

    Netanyahu berjanji akan memulangkan para sandera. Dia mengatakan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.

    “Kami akan memulangkan semua sandera kami, dan kami akan memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel,” ucap Netanyahu.

    Dia menambahkan bahwa AS selalu mendukung Israel terkait isu Gaza. “Dukungan tegas Amerika Serikat soal Gaza akan membantu kami dalam mencapai tujuan ini lebih cepat dan mengarahkan kami menuju masa depan yang berbeda,” sebutnya.

    Netanyahu juga mengatakan bahwa dirinya membahas dengan Rubio soal “visi berani masa depan Gaza” yang dicetuskan Presiden AS Donald Trump, dan menegaskan “akan berupaya memastikan visi tersebut menjadi kenyataan”.

    Trump baru-baru ini mencetuskan agar AS mengambil alih Jalur Gaza dan mengubah wilayah Palestina itu menjadi “Riviera-nya Timur Tengah”, setelah merelokasi lebih dari dua juta penduduk Gaza ke negara-negara lainnya, seperti Mesir dan Yordania.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/fas)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Parlemen Yordania: 12 Ribu Pasukan Israel Sudah di Depan Pintu, Pelanggaran Kedaulatan! – Halaman all

    Parlemen Yordania: 12 Ribu Pasukan Israel Sudah di Depan Pintu, Pelanggaran Kedaulatan! – Halaman all

    Parlemen Yordania: 12 Ribu Pasukan Israel Sudah di Ujung Hidung, Caplok Lembah Yordan

    TRIBUNNEWS.COM – Anggota Parlemen Yordania, Saleh Abdul Karim Al-Armouti dilaporkan mengajukan pertanyaan kepada Perdana Menteri Yordania, Dr Jaafar Hassan, seputar stablitas keamanan di perbatasan negara tersebut dengan Israel.

    Pertanyaan itu berisi tentang langkah-langkah politik, hukum, diplomatik, keamanan dan media yang diambil oleh pemerintah Yordania terkait manuver Israel membangun tembok di perbatasan.

    “Pernyataan sehubungan dengan pengumuman musuh Zionis (Israel) tentang proyek untuk menutup apa yang disebut “perbatasan timur” dengan Yordania dengan membangun tembok pemisah rasis sepanjang 238 km,” tulis laporan Khaberni, mengutip isi surat parlemen dari Saleh Abdul Karim Al-Armouti ke pihak ekskutif.

    Pertanyaan juga menyinggung soal kehadiran pasukan Israel (IDF) di ‘depan pintu’ Yordania.

    “Parlemen juga mempertanyaan langkah pemerintah Yordania atas kehadiran pasukan Israel di garis depan barat yang diperkirakan berjumlah tidak kurang dari 12.000 tentara Zionis, dan pengumuman aneksasi Lembah Yordan dan Laut Mati utara ke entitas Zionis,” tulis laporan Khaberni.

    Pertanyaan Al-Armouti adalah: “Apakah pemerintah tidak tahu bahwa ini merupakan serangan terhadap kedaulatan, keamanan, dan stabilitas negara Yordania, dan pelanggaran hukum internasional, konvensi internasional, dan semua perjanjian yang ditandatangani Yordania dengan musuh?”

    PAGAR PERBATASAN – Garis perbatasan antara wilayah pendudukan Israel dan Yordania. Israel dilaporkan akan membangun tembok ratusan kilomter di sepanjang perbatasan ini. (khaberni/HO)

    Al-Armouti menanyakan kepada Hassan apakah pemerintah Yordania memiliki keinginan untuk mengajukan pengaduan ke Mahkamah Kriminal Internasional, dengan mempertimbangkan hal ini sebagai pelanggaran perdamaian dan keamanan internasional serta kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Al-Armouti juga mempertanyakan apakah pemerintah Yordania memiliki niat untuk mengajukan pengaduan ke Mahkamah Internasional di Den Haag, yang sebelumnya pada tahun 2004 telah memutuskan untuk mempertimbangkan pembangunan tembok sepanjang tidak kurang dari 142 km di wilayah Palestina yang diduduki sebagai tembok rasis yang bertentangan dengan hukum internasional dan harus dihilangkan.

    Israel Hendak Caplok Lembah Yordan-Tepi Barat

    Niat Israel membangun apa yang mereka sebut sebagai “infrastruktur penghalang” di sepanjang perbatasan dengan Yordania belakangan dicurigai sebagai bagian dari upaya aneksasi dua wilayah Palestina.

    Ulasan Khaberni, Kamis (5/12/2024) lalu, menyebut kecurigaan tentang motif sebenarnya Israel membangun pagar pembatas ini muncul saat entitas pendudukan itu “meningkatkan proyek-proyek dan langkah-langkahnya di berbagai tingkat dalam upaya untuk melaksanakan rencana untuk mencaplok Tepi Barat dan Lembah Yordan.”

    “Hal ini (pembangunan pagar pembatas) juga terjadi pada tahap di mana pendudukan bergerak menuju penerapan fakta-fakta yang tidak dapat dibantah kalau mereka berusaha mencapai tujuannya di Tepi Barat, yang paling penting adalah aneksasi,” kata ulasan tersebut.

    Sebagai informasi, perbatasan antara wilayah pendudukan Israel dan Yordania memiliki panjang 335 km, 238 km di antaranya berada di wilayah pendudukan dan 97 km berada di Tepi Barat.

    Tujuan Politik

    Sekretaris Jenderal Kampanye Akademik Internasional Menentang Pendudukan dan Apartheid, Ramzi Odeh, dikutip dari ulasan Khaberni, menegaskan kalau proyek pembangunan tembok di perbatasan dengan Yordania terutama memiliki tujuan politik.

    “Dan tujuan Israel ini sangat berbahaya bagi perjuangan Palestina, dengan menjadikan pendudukan di Tepi Barat sebagai penguasaan permanen, meskipun faktanya resolusi internasional mengakui bahwa pendudukan tersebut bersifat sementara,” kata dia.

    Dalam persiapan proyek ini, pendudukan Israel melontarkan banyak tuduhan, termasuk kekhawatiran akan infiltrasi lintas batas, penyelundupan senjata, atau operasi serangan lintas-perbatasan.

    Odeh menambahkan kalau dalih-dalih ini hanyalah argumen yang diajukan oleh pendudukan Israel untuk membenarkan pembangunan tembok tersebut di hadapan komunitas internasional.

    Odeh menggarisbawahi, Israel menerapkan kontrol keamanannya di perbatasan dengan Yordania melalui kehadiran sistem keamanan dan pengawasan yang canggih, yang berarti tembok ini tidak akan memberikan “aspek keamanan” yang lebih besar.

    “Bagi Israel, tujuan di balik pembangunan tembok ini adalah aneksasi dan memaksakan kedaulatan,” kata dia.

    Dia melanjutkan, “Membangun tembok pada akhirnya akan mengarah pada pencaplokan Lembah Yordan dan Tepi Barat secara nyata dan praktis, mengubah rencana tersebut menjadi kenyataan penyitaan tambahan ribuan dunum tanah Palestina milik desa-desa dekat perbatasan,”.

    Hal ini berarti hal ini akan meningkatkan aneksasi tanah dan pengusiran penduduknya oleh Israel.

    “Ini bisa diartikan mengarah pada aneksasi total sebagian Lembah Yordan,” paparnya.

    Tembok perbatasan sepanjang ratusan kilometer dari garis perbatasan Israel dengan Yordania. IDF mempertimbangkan membentuk divisi militer baru di perbatasan dengan Yordania karena meningkatnya ancaman. (khaberni)

    Blue Print Lama untuk Halangi Terbentuknya Negara Palestina

    Proyek dan rencana aneksasi dianggap sebagai proyek lama yang berakar pada mentalitas Israel, namun pemerintahan sayap kanan saat ini yang dipimpin oleh Netanyahu berpacu dengan waktu dan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan pembangunannya.

    Odeh mengatakan, upaya ini jelas terlihat dengan pemberian tugas dan wewenang besar kepada menteri ekstremis dan pemimpin Partai Religius Zionis Bezalel, yang juga memimpin “rencana resolusi” yang berupaya memaksakan fakta-fakta baru di lapangan, dan juga berupaya mewujudkan rencana aneksasi.

    Odeh menjelaskan kalau “tembok keamanan” yang saat ini sedang direncanakan adalah salah satu alat penentu paling penting yang menghilangkan kemungkinan penarikan pasukan pendudukan dari Tepi Barat sebagai pendudukan sementara sesuai dengan resolusi internasional.

    Berdirinya tembok itu, akan membuat Tepi Barat menjadi area pendudukan permanen.

    “Dengan demikian, (aneksasi Tepi Barat) menghilangkan kemungkinan berdirinya negara Palestina,” ujar Odeh.

    Dia melanjutkan: “Untuk melaksanakan proyek aneksasi, pendudukan telah melakukan beberapa upaya selama bertahun-tahun, termasuk: merebut tanah di wilayah Lembah Yordan dengan berbagai dalih dan proyek, termasuk “proyek cagar alam,” yang telah diintensifkan oleh otoritas pendudukan Israel. 

    Odeh menambahkan, lewat alasan-alasan itu Israel lewat berbagai entitasnya -termasuk pemukim ekstremis- telah menyita ribuan dunam tambahan di wilayah Lembah Yordan.

    “Pendudukan juga berupaya memperluas pemukiman untuk memecah-belah Lembah Yordan dan memisahkannya dari wilayah lain di Tepi Barat. Akhirnya, sebuah rencana muncul. “Tembok keamanan” di perbatasan ini adalah untuk melengkapi langkah-langkah sebelumnya untuk mewujudkan rencana aneksasi menjadi kenyataan,” katanya.

    Emblem di seragam tentara IDF dalam operasi militer di Gaza yang menggambarkan peta Israel Raya. (rntv/tangkap layar)

    Risiko Bagi Yordania

    Selain konsekuensi politik yang serius dari pembangunan tembok ini di pihak Palestina, risikonya juga meluas ke Yordania, menurut Odeh.

    Dia menilai kalau kehadiran perbatasan buatan permanen antara Israel dan Yordania merupakan ancaman langsung dan berkelanjutan terhadap keamanan nasional Yordania.

    “Seperti dalam situasi saat ini Israel adalah negara pendudukan di Tepi Barat. Menurut hukum internasional, Israel harus mengakhiri pendudukannya, tetapi jika tembok ini didirikan, akan ada kekuatan musuh yang permanen di perbatasan dengan Yordania,” kata dia.

    Odeh memperkirakan pelaksanaan pembangunan pagar ini akan menghadapi banyak kendala dan tidak dapat dilakukan dengan mudah, serta akan mendapat penolakan yang besar, terutama dari Yordania.

    Hubungan Yordania-Israel diperkirakan akan tegang dan Yordania akan mengerahkan upaya diplomasi yang besar demi menekan atau menghentikan pembangunan pagar pembatas ini.

     

    (oln/khbrn/*)

     

      
     
     

  • YDSF dan Masjid Jogokariyan Salurkan Bantuan Musim Dingin untuk Pengungsi Palestina

    YDSF dan Masjid Jogokariyan Salurkan Bantuan Musim Dingin untuk Pengungsi Palestina

    Yogyakarta (beritajatim.com) – Tim Kemanusiaan Yayasan Dana Sosial al Falah (YDSF) bersama Masjid Jogokariyan Yogyakarta kembali menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi pengungsi Palestina.

    Bantuan yang diberikan berupa perlengkapan musim dingin serta kebutuhan pokok, disalurkan langsung ke beberapa kamp pengungsian di Yordania pada Senin (17/02/2025). Kamp Gaza di Provinsi Jerash dan Provinsi Irbid menjadi lokasi utama penerima bantuan ini.

    Paket bantuan musim dingin (Winter Kit) yang dibagikan mencakup jaket, pakaian tebal, sarung tangan, penutup kepala, dan kebutuhan lainnya. Sementara itu, paket kebutuhan pokok terdiri dari beras, gula, minyak, susu, roti, makanan kaleng, daging beku, pasta, mie spageti, serta kacang-kacangan. Selain itu, makanan siap saji (hot meal) juga didistribusikan kepada para pengungsi.

    Direktur Program YDSF, Imron Wahyudi, yang turut serta dalam misi kemanusiaan ini, menegaskan bahwa bantuan ini merupakan bentuk amanah dari para donatur yang peduli terhadap kondisi pengungsi Palestina.

    “Melihat kondisi seperti itu, kami berupaya menyalurkan bantuan untuk mereka sesuai dengan amanah para donatur YDSF,” ujar Imron Wahyudi.

    Kondisi pengungsi di kamp-kamp tersebut sangat memprihatinkan, terutama dalam menghadapi musim dingin ekstrem yang membutuhkan perlindungan tambahan.

    Kamp Gaza di Jerash saat ini menampung lebih dari 50 ribu pengungsi, sementara Kamp Irbid dihuni oleh lebih dari 25 ribu orang. Pasokan logistik, khususnya bahan makanan dan pakaian hangat, menjadi kebutuhan mendesak di wilayah tersebut.

    Total bantuan yang disalurkan kali ini senilai hampir Rp2 miliar, mencakup lebih dari 2.000 paket bantuan. Misi kemanusiaan ini merupakan kelanjutan dari tahap pertama yang telah dilakukan pada Juli-Agustus 2024.

    “Insya Allah kami akan terus mengupayakan bantuan-bantuan lain sesuai kebutuhan pengungsi. Terima kasih untuk semua donatur dan masyarakat yang telah ikut serta mendukung program Solidaritas Kemanusiaan untuk Rakyat Palestina YDSF,” kata Khoirul Anam, Humas YDSF yang juga terlibat dalam penyaluran bantuan.

    Setelah gencatan senjata, YDSF berencana untuk fokus pada pemulihan dan rekonstruksi, termasuk pembangunan masjid, sekolah, serta fasilitas umum lainnya guna mendukung kehidupan pengungsi Palestina ke depan. [ian]

  • Netanyahu: Gerbang Neraka Akan Terbuka Jika Hamas Tak Bebaskan Sandera

    Netanyahu: Gerbang Neraka Akan Terbuka Jika Hamas Tak Bebaskan Sandera

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa “gerbang neraka akan terbuka” di Gaza jika kelompok Hamas tidak membebaskan semua sandera yang tersisa.

    Peringatan ini disampaikan Netanyahu dalam pernyataan bersama dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Marco Rubio yang sedang berkunjung ke Yerusalem pada Minggu (16/2) waktu setempat.

    Netanyahu dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (17/2/2025), mengklaim Israel dan AS, sekutu dekatnya, memiliki strategi gabungan untuk menghadapi Hamas dan militan lainnya di Jalur Gaza.

    “Kami memiliki strategi yang sama, dan kami tidak selalu bisa membagikan rincian strategi ini kepada publik, termasuk kapan gerbang neraka akan dibuka, karena itu pasti akan terjadi jika semua sandera kami tidak dibebaskan hingga yang paling terakhir,” tegas Netanyahu dalam pernyataannya.

    “Kami akan memusnahkan kemampuan militer Hamas dan kekuasaan politiknya di Gaza,” cetusnya.

    “Kami akan memulangkan semua sandera kami, dan kami akan memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel,” ucap Netanyahu.

    Dia menambahkan bahwa AS selalu mendukung Israel terkait isu Gaza. “Dukungan tegas Amerika Serikat soal Gaza akan membantu kami dalam mencapai tujuan ini lebih cepat dan mengarahkan kami menuju masa depan yang berbeda,” sebutnya.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Netanyahu juga mengatakan bahwa dirinya membahas dengan Rubio soal “visi berani masa depan Gaza” yang dicetuskan Presiden AS Donald Trump, dan menegaskan “akan berupaya memastikan visi tersebut menjadi kenyataan”.

    Trump baru-baru ini mencetuskan agar AS mengambil alih Jalur Gaza dan mengubah wilayah Palestina itu menjadi “Riviera-nya Timur Tengah”, setelah merelokasi lebih dari dua juta penduduk Gaza ke negara-negara lainnya, seperti Mesir dan Yordania.

    Gagasan itu menuai penolakan dan kritikan global.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu