Negara: Yordania

  • TNI AU siapkan Hercules dan Boeing untuk evakuasi WNI dari Iran-Israel

    TNI AU siapkan Hercules dan Boeing untuk evakuasi WNI dari Iran-Israel

    Jakarta (ANTARA) – Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama TNI I Nyoman Suadnyana mengatakan TNI AU menyiapkan pesawat angkut Hercules hingga Boeing untuk membantu evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Iran dan Israel.

    “Pesawat sudah kita siapkan, baik pesawat Hercules maupun Boeing juga sama,” kata I Nyoman Suadnyana saat dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Jumat.

    Menurut ia, TNI AU tidak hanya mempersiapkan pesawat, melainkan juga kru dan pasukan telah disiagakan untuk menjalankan misi evakuasi.

    Namun, hingga saat ini TNI AU belum menerima perintah dari Mabes TNI untuk menjalankan misi evakuasi tersebut.

    Walau demikian, dia memastikan jajaran TNI AU siap diperintahkan kapan pun untuk menjalankan misi evakuasi WNI dari Iran dan Israel.

    “Intinya TNI AU siap melaksanakan perintah. Dari pimpinan turun, kita akan siap melaksanakan untuk melaksanakan evakuasi,” katanya.

    Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto mengatakan TNI mengerahkan 34 personel yang tergabung dalam tim khusus untuk mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Iran dan Israel.

    “Rencana evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Iran dan Israel akan melibatkan Crisis Response Team (CRT) yang terdiri dari 34 personel gabungan TNI,” kata Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI Mayjen TNI Kristomei Sianturi dalam siaran pers yang diterima ANTARA, Kamis (19/6).

    Kristomei mengatakan sebanyak 34 personel itu saat ini masih berada di Jakarta dan mereka siap menerima perintah jika diperlukan untuk mengevakuasi WNI saat masih Israel, Iran ataupun ketika sudah sampai di bandara Indonesia.

    Kristomei mengatakan berdasarkan data Kementerian Luar Negeri, saat ini terdapat 578 orang WNI di wilayah Iran dan Israel.

    Jumlah itu terdiri atas 386 orang di Iran dan 192 orang di Israel. Dari jumlah tersebut, sebanyak 115 orang WNI di Iran dan 11 orang WNI di Israel bersedia untuk dievakuasi.

    “Sebagian besar dari mereka adalah pelajar dan mahasiswa yang tinggal di wilayah-wilayah yang saat ini masuk dalam kategori rawan,” kata Kristomei.

    Nantinya, WNI dari Iran akan berangkat menuju Baku pada Jumat (20/6) pukul 07.00 waktu setempat (11.00 WIB).

    Sesampainya di Baku, para WNI akan transit selama dua malam sebelum melanjutkan penerbangan pulang ke Indonesia dengan pesawat komersial pada Minggu, 22 Juni 2025.

    Sedangkan rencana evakuasi WNI dari Israel direncanakan melalui Amman (Yordania), sebelum diberangkatkan melalui jalur udara ke Indonesia.

    Kristomei belum bisa menjelaskan secara rinci kapan 34 personel itu berperan dalam proses evakuasi. Dia hanya memastikan para personel TNI itu siap jika harus diberangkatkan ke wilayah rawan untuk mengevakuasi WNI.

    “TNI menegaskan bahwa perlindungan terhadap warga negara Indonesia, baik di dalam maupun luar negeri adalah bagian dari tugas konstitusional yang diemban, dan akan terus dilaksanakan secara maksimal dalam kerangka kepentingan nasional,” jelas Kristomei.

    Pewarta: Walda Marison
    Editor: Didik Kusbiantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kerahkan 34 Prajurit, TNI Beberkan Skema Evakuasi WNI dari Iran dan Israel

    Kerahkan 34 Prajurit, TNI Beberkan Skema Evakuasi WNI dari Iran dan Israel

    Jakarta

    Warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Iran dan Israel akan dievakuasi mulai besok (20/6). Evakuasi WNI melibatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

    Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Kristomei Sianturi menjelaskan rencana evakuasi WNI dari Iran dan Israel akan melibatkan Tim Crisis Response Team (CRT) yang terdiri dari 34 personel gabungan TNI. Penjemputan dilakukan besok, Jumat (20/6).

    WNI di Iran akan dievakuasi terlebih dahulu ke Baku, ibu kota Azerbaijan. Estimasi perjalanan sekitar 30 jam. Sesampainya di Baku, para WNI akan transit selama dua malam sebelum melanjutkan penerbangan pulang ke Tanah Air dengan pesawat komersial pada Minggu (22/6).

    Sedangkan evakuasi WNI dari Israel direncanakan akan melalui Amman, ibu kota Yordania, sebelum diberangkatkan melalui jalur udara.

    Foto: Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Kristomei Sianturi (dok istimewa)

    Berdasarkan data Kementerian Luar Negeri, terang Kristomei, ada 578 WNI yang berada di Iran dan Israel. Dari jumlah tersebut, sebanyak 115 WNI di Iran dan 11 WNI di Israel telah menyatakan kesediaannya untuk dievakuasi. Sebagian besar dari mereka adalah pelajar dan mahasiswa yang tinggal di wilayah-wilayah yang saat ini masuk dalam kategori rawan.

    Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto telah menginstruksikan jajaran untuk berkoordinasi erat dengan kementerian dan lembaga terkait guna memastikan kelancaran proses evakuasi, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan di lapangan. TNI juga menyiagakan unsur-unsur pendukung yang diperlukan sesuai perkembangan situasi dan kebutuhan pemerintah.

    Sebelumnya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Sugiono, mengatakan rencana evakuasi itu telah disusun oleh pemerintah. Namun, evakuasi WNI di Iran hanya bisa dilakukan melalui jalur darat akibat pesawat yang tidak bisa memasuki wilayah udara Iran.

    “Pesawat tidak bisa ke sana. Satu-satunya jalur darat,” ujar Sugiono di St. Petersburg, Rusia, Rabu (18/6) waktu setempat dilansir Antara, Kamis (19/6/2025).

    (isa/eva)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 34 Personel TNI Dikerahkan Evakuasi WNI di Iran dan Israel

    34 Personel TNI Dikerahkan Evakuasi WNI di Iran dan Israel

    34 Personel TNI Dikerahkan Evakuasi WNI di Iran dan Israel
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com-
    Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen
    Kristomei Sianturi
    mengungkapkan, ada 34 personel TNI yang akan dilibatkan dalam evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Iran dan Israel.
    “Rencana evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Iran dan Israel akan melibatkan Tim Crisis Response Team (CRT) yang terdiri dari 34 personel gabungan TNI,” kata Kristomei dalam siaran pers, Kamis (19/6/2025).
    Kristomei menjelaskan, evakuasi akan dimulai pada Jumat (20/6/2025) besok di mana para WNI dari Iran akan melakukan perjalanan darat menuju Baku, Azerbaijan, selama sekitar 30 jam.
    Para WNI akan transit di Baku selama dua malam sebelum pulang ke Indonesia dengan pesawat komersial pada Minggu (22/6/2025).
    “Sedangkan evakuasi WNI dari Israel direncanakan akan melalui Amman (Yordania), sebelum diberangkatkan melalui jalur udara,” ujar Kristomei.
    Kristomei mengatakan, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto telah menginstruksikan jajaran untuk berkoordinasi erat dengan kementerian dan lembaga terkait guna memastikan kelancaran proses evakuasi, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan di lapangan.
    TNI juga menyiagakan unsur-unsur pendukung yang diperlukan sesuai perkembangan situasi dan kebutuhan pemerintah.
    Kristomei menegaskan bahwa melindungi WNI di luar negeri adalah wujud kehadiran negara untuk memastikan keselamatan warga negara Indonesia dimanapun berada.
    Ia pun menekankan, evakuasi WNI ini merupakan amanat UU TNI yang menyatakan bahwa salah satu tugas TNI adalah membantu dalam melindungi dan menyelamatkan Warga Negara serta kepentingan nasional di luar negeri.
    “TNI siap menjalankan tugas ini dengan penuh tanggung jawab, demi melindungi rakyat, bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di tengah konflik internasional,” ujar Kristomei.
    Diberitakan sebelumnya, Menteri Luar Negeri Sugiono menyebutkan bahwa
    WNI di Iran
    dan Israel akan dievakuasi setelah meningkatnya eskalasi antara Iran dan Israel yang mulai menyasar target sipil
    “Yang disasar juga lagi bukan saja target-target militer tapi juga target-target sipil. (Evakuasi melalui) jalur darat, kalau udara nggak bisa,” kata Sugiono kepada awak media di St. Petersburg, Rusia, dikutip dari
    YouTube
    Sekretariat Presiden, Kamis.
    Kemenlu mencatat ada 386 orang WNI di Iran dan 194 orang
    WNI di Israel
    .
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Jepang Siapkan Pesawat Militer untuk Evakuasi Warganya dari Iran-Israel

    Jepang Siapkan Pesawat Militer untuk Evakuasi Warganya dari Iran-Israel

    Jakarta

    Pemerintah Jepang telah memerintahkan pesawat militer untuk bersiaga guna mengevakuasi warga negaranya dari Iran dan Israel.

    “Mengingat situasi yang semakin tegang di Timur Tengah, kami telah memutuskan untuk memindahkan pesawat Self-Defense Forces (militer Jepang) ke Djibouti,” kata juru bicara pemerintah Jepang, Yoshimasa Hayashi kepada wartawan, dilansir kantor berita AFP, Kamis (19/6/2025).

    Kedutaan besar Jepang di Iran dan Israel saat ini tengah bersiap menggunakan bus untuk mengevakuasi warga negara ke negara-negara tetangga, kata Hayashi, saat perang antara Iran dan Israel memasuki hari ketujuh.

    “Itu bisa terjadi paling cepat Kamis,” imbuh Hayashi, yang menolak menjelaskan lebih lanjut karena masalah keamanan.

    Sekitar 1.000 warga negara Jepang diyakini tinggal di Israel, dan sekitar 280 orang di Iran, kata Menteri Pertahanan Jepang Jenderal Nakatani, mengutip kementerian luar negeri Jepang.

    Hayashi mengatakan bahwa pesawat angkut C-2 akan “bersiap siaga untuk merespons dengan cepat, jika pengangkutan warga negara Jepang diperlukan”.

    Para pejabat juga sedang mempersiapkan operasi terpisah untuk mengevakuasi warga negara Jepang dari Israel ke Yordania, demikian media Kyodo News melaporkan pada Rabu malam lalu

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ratusan Warga Eropa Sudah Dipulangkan dari Israel Buntut Perang Iran

    Ratusan Warga Eropa Sudah Dipulangkan dari Israel Buntut Perang Iran

    Jakarta

    Negara-negara Eropa memulangkan ratusan warga negara mereka dari Israel saat konflik dengan Iran berkecamuk. Diperkirakan pemulangan warga ini masih akan berlanjut.

    Dilansir AFP, Kamis (19/6/2025), Jerman diperkirakan akan mengangkut sekitar 200 orang melalui penerbangan komersial yang disewa di Yordania, kata juru bicara kementerian luar negerinya Christian Wagner. Penerbangan kedua dari Amman dijadwalkan pada hari ini.

    Di Roma, Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani mengatakan penerbangan telah disediakan bagi warga negara Italia yang ingin meninggalkan Israel. Yunani mengatakan telah memulangkan 105 warga negaranya ditambah sejumlah warga negara asing.

    “Orang-orang yang dipulangkan diangkut ke Athena dari Sharm El-Sheikh, di Mesir, dengan pesawat C-130 dan C-27 angkatan udara Yunani,” katanya dalam sebuah pernyataan.

    Bersama warga negara Yunani dan keluarga mereka, orang lain dalam penerbangan tersebut termasuk warga negara Albania, Austria, Belgia, Bulgaria, Siprus, Prancis, Jerman, Georgia, Hungaria, Italia, Lithuania, Rumania, Swedia, Swiss, dan Amerika Serikat, katanya.

    Menteri Luar Negeri Polandia Radoslaw Sikorski mengatakan bahwa kelompok pertama warga Polandia dapat kembali ke negara asal mereka, dengan penerbangan lain dijadwalkan pada Kamis Kamis (19/6).

    Di Sofia, sebuah pesawat pribadi dengan 148 orang yang dievakuasi, termasuk 89 warga Bulgaria, mendarat pada malam hari dari Selasa (17/6) hingga Rabu (18/6).

    Daerah permukiman di kedua negara telah mengalami serangan mematikan sejak pertempuran pecah, dan pemerintah asing telah bergegas untuk mengevakuasi warga negara mereka.

    (rfs/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Aktivis Global March to Gaza Diculik dan Disiksa di Mesir, Krisis Hak Asasi Makin Terungkap

    Aktivis Global March to Gaza Diculik dan Disiksa di Mesir, Krisis Hak Asasi Makin Terungkap

    PIKIRAN RAKYAT – Gerakan solidaritas internasional bertajuk Global March to Gaza atau Global March to Gaza mendapat ujian berat di Mesir.

    Tiga aktivis internasional diculik dan diduga disiksa oleh aparat berpakaian sipil di ibu kota Kairo, di tengah gelombang penahanan, deportasi, dan intimidasi yang makin memburuk terhadap para pembela hak asasi manusia yang berupaya menyoroti krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.

    Menurut pernyataan resmi dari penyelenggara aksi pada Selasa 17 Juni 2025, tiga peserta aksi—Jonas Selhi dan Huthayfa Abuserriya dari Norwegia, serta Saif Abukeshek, warga negara Spanyol keturunan Palestina yang juga salah satu koordinator utama pawai—diculik dari sebuah kafe oleh orang-orang bersenjata yang tidak mengidentifikasi diri mereka.

    “Mereka dibekap, dipukuli, dan diinterogasi secara paksa. Abukeshek menghadapi penyiksaan berat. Kami belum mengetahui keberadaannya hingga saat ini,” ujar Jonas Selhi dalam kesaksiannya setelah dideportasi kembali ke Norwegia.

    Sementara itu, Abuserriya juga telah dipulangkan ke negaranya. Namun nasib Abukeshek masih belum jelas, memicu keprihatinan global terhadap tindakan keras Mesir terhadap aktivis damai.

    Gelombang Represi Mesir

    Aksi Global March to Gaza diluncurkan bulan ini dan berhasil menghimpun lebih dari 4.000 aktivis dari lebih dari 80 negara, dengan tujuan mendekati perbatasan Rafah secara damai untuk menyoroti penderitaan rakyat Gaza akibat blokade dan agresi Israel penjajah yang terus berlanjut.

    Namun sejak mendarat di Mesir, puluhan peserta melaporkan pengalaman pahit: interogasi berjam-jam di bandara, penahanan sewenang-wenang, deportasi mendadak, dan larangan keras menuju Semenanjung Sinai—jalur darat utama menuju Gaza.

    “Kami menghadapi intimidasi sistematis, bahkan sebelum sempat bergerak menuju Rafah. Ini adalah bentuk pembungkaman terhadap aksi damai,” kata seorang aktivis asal Argentina yang meminta namanya tidak dipublikasikan demi keselamatan.

    Respons Pemerintah Mesir: Bungkam dan Membantah

    Hingga kini, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Luar Negeri Mesir belum memberikan tanggapan resmi atas tuduhan penculikan dan kekerasan terhadap aktivis asing tersebut. Reuters juga belum dapat memverifikasi secara independen kondisi penahanan yang dilaporkan oleh para peserta.

    Dua sumber keamanan Mesir yang dikutip oleh Reuters membantah adanya penyiksaan, dengan menyatakan bahwa “selama tahanan mematuhi prosedur keamanan, tidak ada perlakuan kekerasan.” Mereka juga mengakui bahwa sekitar 400 orang telah dideportasi dan kurang dari 30 orang masih ditahan.

    Namun, keterangan resmi ini bertentangan dengan testimoni para korban yang menggambarkan pengalaman penyiksaan fisik dan penculikan di ruang publik tanpa dasar hukum.

    “Kami Mendesak Pembebasan Segera”

    Dalam pernyataan resminya, panitia Global March to Gaza menyerukan tekanan internasional kepada pemerintah Mesir.

    “Kami mendesak pihak berwenang Mesir untuk segera membebaskan Saif Abukeshek dan semua peserta aksi yang ditahan lainnya,” ucap pernyataan tersebut.

    Kelompok ini juga menyatakan bahwa seluruh rencana berbasis Mesir telah ditangguhkan, dan pihaknya akan mengalihkan upaya untuk melakukan koordinasi baru dengan otoritas yang bersedia menghormati prinsip-prinsip kemanusiaan.

    Kontroversi Izin Rafah dan Ketakutan Rezim

    Kementerian Luar Negeri Mesir sebelumnya menyatakan bahwa perjalanan ke wilayah Rafah memerlukan persetujuan khusus demi alasan keamanan. Namun penyelenggara March to Gaza mengklaim bahwa mereka telah berusaha menempuh semua jalur koordinasi yang sesuai, termasuk komunikasi diplomatik dengan negara-negara peserta.

    “Kami tidak datang untuk bentrok. Kami datang membawa solidaritas dan kemanusiaan. Tapi yang kami temui justru represi, ketakutan, dan kekerasan,” tutur salah satu penyelenggara dari Prancis.

    Ketakutan pemerintah Mesir terhadap aksi massa pro-Palestina bukan hal baru. Rezim Abdel Fattah el-Sisi telah dikenal menekan berbagai bentuk demonstrasi, bahkan yang berfokus pada isu luar negeri, karena khawatir akan memicu gelombang ketidakstabilan dalam negeri.

    Gema Global: Semua Mata Tertuju ke Mesir

    Tagar #AllEyesOnEgypt kini mulai menggema di media sosial, menyusul viralnya kampanye All Eyes on Rafah yang mengungkap pembantaian warga sipil Palestina oleh Israel penjajah. Warganet di berbagai negara mulai menyerukan agar perhatian dunia tidak hanya tertuju pada Gaza, tapi juga pada negara-negara yang secara aktif menghambat solidaritas global.

    “Mesir telah menutup Rafah, memukul aktivis, dan mengusir suara-suara yang bersuara untuk Gaza. Ini bukan netralitas—ini keterlibatan dalam penindasan,” kata seorang akademisi asal Yordania di Twitter, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.***

  • Iran Bisa Pasang Ranjau di Selat Hormuz Jika AS Gabung Serangan Israel

    Iran Bisa Pasang Ranjau di Selat Hormuz Jika AS Gabung Serangan Israel

    Washington DC

    Iran diperkirakan akan memasang ranjau laut di perairan strategis Selat Hormuz jika Amerika Serikat (AS) bergabung dalam serangan Israel. Pemasangan ranjau laut di Selat Hormuz berpotensi membuat kapal-kapal perang AS yang ada di perairan Teluk Persia terjebak.

    Situasi itu, jika memang terjadi, sangat mungkin memicu konfrontasi regional, bahkan berpotensi mengobarkan perang langsung antara AS dan Iran.

    Hal tersebut, seperti dilansir kantor berita Turki, Anadolu Agency, Rabu (18/6/2025), disampaikan para pejabat AS dalam laporan intelijen yang ditinjau oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump, saat Washington mempertimbangkan langkah menghadapi konflik sengit antara Israel dan Iran.

    Sejumlah spekulasi yang beredar menyebut Trump dimungkinkan untuk memerintahkan serangan AS terhadap Iran untuk mendukung Israel, sekutu dekatnya. Namun perintah semacam itu memiliki konsekuensi yang sangat besar, tidak hanya bagi kawasan Timur Tengah, tapi juga secara global.

    “Para pejabat mengatakan jika terjadi serangan (oleh AS), Iran dapat mulai memasang ranjau di Selat Hormuz, sebuah taktik yang dimaksudkan untuk menjebak kapal-kapal perang Amerika di Teluk Persia,” demikian disampaikan dalam laporan intelijen yang ditinjau oleh pemerintahan Trump, seperti dilaporkan media terkemuka AS, New York Times (NYT), pada Selasa (17/6).

    Ancaman tersebut menyoroti kekhawatiran yang berkembang bahwa konflik yang sudah tidak stabil dapat berubah menjadi perang yang lebih luas, yang mungkin melibatkan bentrokan langsung antara AS dan Iran.

    Peringatan itu muncul di tengah laporan yang menyebut Iran telah menyiapkan rudal balistik dan persenjataan lainnya untuk menyerang pangkalan AS di seluruh Timur Tengah jika Washington mendukung serangan Israel, khususnya kemungkinan serangan terhadap fasilitas nuklir bawah tanah Fordo milik Iran.

    Dilaporkan oleh sumber Pentagon bahwa senjata rudal Teheran sudah diposisikan untuk menyerang pasukan AS yang ada di Bahrain, Qatar dan Uni Emirat Arab, sehingga tidak memerlukan persiapan tambahan.

    Para komandan militer AS merespons dengan menempatkan lebih dari 40.000 tentara di kawasan tersebut, termasuk di Uni Emirat Arab, Yordania dan Arab Saudi, dalam keadaan siaga tinggi.

    Iran Akan Respons Tegas AS Jika Ikut Serangan Israel

    Otoritas Iran mengatakan telah menyampaikan kepada Washington, bahwa mereka akan merespons dengan tegas, jika AS terlibat langsung dalam serangan Israel.

    Hal itu disampaikan Duta Besar Iran untuk PBB, Ali Bahreini, yang juga menyebut AS sebagai “kaki tangan dalam apa yang dilakukan Israel.”

    “Kami akan merespons dengan tegas dan menghentikan agresi dari pihak mana pun, baik Israel maupun Amerika Serikat,” kata Ali Bahreini.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Timur Tengah Makin Ngeri, China Minta Warganya Tinggalkan Israel

    Timur Tengah Makin Ngeri, China Minta Warganya Tinggalkan Israel

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kedutaan Besar China di Israel mendesak warganya untuk meninggalkan negara itu “secepatnya” Selasa (17/6/2025). Saling serang rudal yang makin intens antara Israel dan Iran menjadi penyebab.

    “Misi China di Israel mengingatkan warga negara China untuk meninggalkan negara itu sesegera mungkin melalui penyeberangan perbatasan darat, dengan syarat mereka dapat menjamin keselamatan pribadi mereka,” kata kedutaan dalam sebuah pernyataan di WeChat, dikutip AFP.

    “Disarankan untuk berangkat ke arah Yordania,” imbuhnya.

    Perlu diketahui ketegangan terjadi setelah berpuluh-puluh tahun bermusuhan dan “perang bayangan” yang berkepanjangan. Jumat, Israel tiba-tiba meluncurkan kampanye udara mendadak terhadap target-target di seluruh Iran, dengan mengatakan bahwa mereka bertujuan untuk mencegah musuh bebuyutannya memperoleh senjata nuklir, sesuatu yang dibantah Teheran.

    Meningkatnya permusuhan secara tiba-tiba telah memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak Iran kembali ke meja perundingan setelah serangan Israel menggagalkan perundingan nuklir yang sedang berlangsung.

    “Konflik tersebut terus meningkat,” tulis Kedutaan Besar Beijing.

    “Banyak infrastruktur sipil telah rusak, korban sipil terus meningkat, dan situasi keamanan menjadi lebih serius,” katanya.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Langit Israel dan Iran Sepi Pesawat di Aplikasi FlightRadar24

    Langit Israel dan Iran Sepi Pesawat di Aplikasi FlightRadar24

    Jakarta

    Israel dan Iran masih saling berbalas serangan. Dampaknya, langit kedua negara kosong dari penerbangan dalam pantauan aplikasi FlightRadar24.

    Israel melancarkan serangan ke Iran sejak Jumat (13/6) yang menghancurkan komando militer Iran dan merusak situs nuklirnya. Iran juga telah bersumpah akan membuka ‘gerbang neraka’ sebagai serangan balasan terhadap Israel.

    Kementerian Kesehatan Iran mengatakan bahwa serangan Israel selama tiga hari di negara itu telah menewaskan 224 orang dan melukai lebih dari 1.200 orang. Upaya gencatan senjata yang ditengahi Oman dan Qatar belum membuahkan hasil untuk menghentikan perang Iran-Israel.

    Israel menyerang dengan 200 jet tempur yang menyerang 100 target. Iran membalas dengan 100 drone dan puluhan rudal yang sebagian ditangkis oleh Iron Dome milik Israel.

    Dampaknya begitu nyata untuk dunia penerbangan. Dipantau detikINET dari aplikasi pemantau penerbangan FlightRadar24, Senin (16/6/2025) langit Israel dan Iran bersih dari penerbangan pesawat.

    Bukan cuma Israel dan Iran, negara-negara yang terjepit di antara konflik Iran-Israel juga mengosongkan penerbangannya. Suriah, Irak, Kuwait, Lebanon dan Yordania juga tampak bersih dari jalur pesawat.

    Semua pesawat berputar menghindari kemungkinan jalur rudal dan jet tempur Israel yang menyerang Iran dan sebaliknya. Tampak ratusan pesawat berputar ke Selatan lewat UEA, menyusuri Teluk Persia, ke Arab Saudi, Mesir, lalu melanjutkan perjalanan ke Eropa atau sebaliknya ke Asia.

    Ada juga yang berputar ke Utara. Ratusan pesawat tampak dari Turki ke Azerbaijan, Turkmenistan, Afghanistan, Pakistan dan sebaliknya untuk yang mau ke Asia atau Eropa.

    Sementara itu, langit Ukraina juga kosong dari pesawat sebagai dampak perang dengan Rusia. Sehingga, saat ini tampak ada dua wilayah bolong di dunia ini yang tidak dilewati pesawat terbang yaitu Iran dan tetangganya serta Ukraina.

    Lihat Video ‘Malam Mencekam di Yerusalem, Sirene Meraung Kala Iran Bombardir Israel’:

    (fay/rns)

  • 42 WNI Terdampar di Tel Aviv, Apa Dampak Konflik Iran-Israel Bagi RI?

    42 WNI Terdampar di Tel Aviv, Apa Dampak Konflik Iran-Israel Bagi RI?

    Jakarta

    Sebanyak 42 WNI yang melakukan ziarah keagamaan dilaporkan terdampar di Tel Aviv setelah Bandara Ben Gurion ditutup menyusul memanasnya konflik Israel-Iran pada Jumat (13/06).

    Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, mengatakan perwakilan diplomatik di Yordania tengah memberikan asistensi agar puluhan WNI itu bisa keluar dari Israel melalui jalan darat.

    “[Para WNI itu] seharusnya keluar lewat Tel Aviv, tetapi tidak bisa karena bandara ditutup. Mereka sedang dibantu KBRI Amman untuk melintas ke Yordania,” ujar Judha Nugraha kepada BBC News Indonesia pada Minggu (15/06).

    Saat ini, Kemenlu mencatat ada 187 WNI yang berada di seluruh wilayah Israel. Menurut Judha, sebagian besar dari mereka berada di Aravah di selatan Israel.

    Pemerintah Indonesia, sambung Judha, sudah mengimbau agar para WNI yang memiliki rencana perjalanan ke Israel dan Palestina, termasuk untuk kunjungan ziarah untuk menunda niat mereka.

    “Sejak tahun lalu, wilayah Palestina dan Israel sudah ditetapkan Siaga 1 [level tertinggi kewaspadaan] oleh KBRI Amman,” tegasnya.

    Adapun di Iran, menurut Judha, KBRI Teheran sudah menetapkan status Siaga 2 sejak April 2024.

    “[Terbesar] kedua di Teheran, ada sekitar 90 WNI termasuk pelajar, pekerja migran, dan staf KBRI berikut keluarga mereka,” tutur Judha.

    Pada Jumat (13/06), pemerintah Israel menutup bandara mereka setelah melancarkan sejumlah serangan ke Iran dalam Operasi Rising Lion yang menyasar pusat nuklir, fasilitas militer, dan area berpenduduk.

    Pihak Israel mengeklaim serangan pihaknya dilakukan “atas dasar keselamatan” karena Iran dituding terus mengembangkan nuklir mereka.

    Iran mulai membalas serangan itu pada Jumat (13/06) malam melalui gempuran drone dan rudal balistik. Hingga berita ini diturunkan, gelombang serangan dari masing-masing negara masih terus berlangsung.

    ‘Belum ada permohonan evakuasi’

    BBC News Indonesia sudah menghubungi sejumlah warga Indonesia yang berada di Iran untuk menceritakan kondisi mereka di sana, tetapi mereka memilih bungkam karena sensitivitas isu.

    Jaringan internet setempat dilaporkan tidak stabil dan sangat lambat.

    Dalam siaran pers pada Jumat (13/06), Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) Iran mengimbau para WNI untuk “saling mengingatkan satu sama lain” terkait imbauan KBRI Teheran dan Kemenlu serta “saling menjaga komunikasi”.

    Selain itu, mereka juga meminta agar para WNI di Iran untuk “saling menenangkan dan tidak panik dalam kondisi apa pun agar memudahkan koordinasi dan melancarkan segala proses yang dilakukan KBRI Teheran dan Kemenlu.”

    IPI Iran juga mengingatkan agar para WNI untuk melakukan pengecekan di grup WNI di platform WhatsApp.

    Pihak IPI Iran mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya para korban sipil dan tokoh penting Iran dalam serangan Israel.

    Pihak IPI juga mengecam dan mengutuk serangan Israel sekaligus mengecam PBB yang mereka sebut “diam seribu bahasa” atas serangan Israel.

    Baca juga:

    Sementara itu, Judha mengatakan pihaknya terus berkomunikasi dengan WNI-WNI di Iran.

    “Saya sampaikan bahwa para WNI kita dalam keadaan baik, tidak ada yang menjadi korban dari serangan Israel,” ujar Judha.

    “Serangan yang dilakukan Israel saat menyasar instalasi-instalasi militer dan juga kepada beberapa petinggi dari Iran. Tapi tentu kita mengantisipasi bahwa eskalasi ini dapat lebih memburuk.”

    Berdasarkan pengamatan dari KBRI Teheran, kata Judha, situasi di Teheran masih terlihat normal meski terlihat antrean BBM yang cukup panjang di beberapa tempat.

    “Tapi tidak ada panic buying. Kegiatan dan kehidupan masyarakat masih berjalan dengan normal,” ujar Judha.

    Pernyataan Judha ini selaras dengan laporan IPI Iran yang menyebut laporan sejumlah WNI di kota-kota besar Iran mengatakan “tidak ada perubahan yang signifikan” setelah serangan Israel.

    Judha mengingatkan bahwa pihak pemerintah sejak April tahun lalu sudah mengimbau agar para WNI di Iran yang tidak memiliki kepentingan esensial untuk bisa pulang secara mandiri.

    Apalagi, saat ini, konflik antara Iran dan Israel membuat wilayah udara di kawasan tersebut ditutup sehingga menghalangi penerbangan.

    Terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Rolliansyah Soemirat, mengatakan untuk saat ini evakuasi belum perlu dilakukan bagi para WNI di Iran.

    “Namun, kita terus melakukan pematangan rencana apabila memang [evakuasi] diperlukan apabila situasi memburuk. Tentu kita berharap situasi buruk tidak terjadi,” ujar Roliansyah kepada BBC News Indonesia pada Minggu (15/06).

    Rolliansyah yang dilantik sebagai Dubes RI untuk Teheran (merangkap Turkmenistan) pada 24 Maret 2025, mengatakan sejauh ini “belum ada permohonan evakuasi” dari WNI di Iran.

    Di sisi lain, Rolliansyah menekankan bahwa pada akhirnya evakuasi merupakan pilihan dari para individu.

    “Pemerintah pada beberapa situasi konflik di beberapa tempat lain sering mengalami situasi dimana sudah menyarankan atau bahkan menyiapkan rencana evakuasi warganegara Indonesia, tapi banyak warga negara yang memutuskan untuk tidak melakukan evakuasi. Dan tentunya pemerintah harus menghargai keputusan dari masing-masing individu tersebut,” ujarnya.

    Meski begitu, Rolliansyah meminta agar para WNI terus mengabarkan situasi mereka secara berkala kepada perwakilan diplomatik setempat.

    Apakah konflik Iran dan Israel akan terus memanas?

    Asap membubung setelah ledakan terjadi di pusat kota Teheran pada 15 Juni 2025 (Getty Images)

    Pengamat hubungan internasional dari Universitas Katolik Parahyangan, Idil Syawfi, menilai potensi eskalasi konflik antara Iran dan Israel “sangat tinggi”.

    Menurut Idil, hal ini terlihat dari upaya retaliasi Israel yang menyerang depot minyak Iran serta kantor Kementerian Luar Negeri Iran di Teheran pada Minggu (15/06).

    Serangan kemudian dibalas dengan serangan misil Iran ke Haifa dan Tel Aviv.

    “Jika kita melihat pernyataan terakhir Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang mengirimkan pesan kepada masyarakat Iran, kita bisa tahu target utama Israel dari operasi militer ini adalah perubahan rezim di Iran,” ujar Idil kepada BBC News Indonesia.

    “Seperti diketahui Iran menjadi penyuplai dan pendukung bagi gerakan-gerakan yang menyerang Israel seperti Hamas, Houthi dan juga Hizbullah.”

    Baca juga:

    Idil menilai operasi militer yang dilakukan Israel pada Jumat (13/06) lalu sudah dipersiapkan sedemikian rupa. Sebagaimana diketahui, serangan tersebut menewaskan para ilmuwan dan petinggi militer Iran.

    “Pada sisi lain, Iran tidak punya banyak pilihan selain merespon dengan serangan militer,” ujar Idil.

    Iran, menurut Idil, berhadapan dengan dua pilihan: pertama, serangan balasan tetapi terbatas untuk mengurangi eskalasi tetapi kredibilitas pemerintah buruk di mata masyarakat.

    Kedua, membalas dengan lebih keras, tetapi sesuai keinginan Israel agar mendapat dukungan militer dari sekutunya, termasuk AS.

    Dihubungi terpisah, pengamat Timur Tengah dari Universitas Bina Nusantara, Tia Mariatul Kibtiah, menilai ada dua alasan mengapa Israel memutuskan untuk menyerang Iran.

    Yang pertama, popularitas Netanyahu di Israel. Ketika karier politik dia sedang tidak baik-baik saja, dia akan melakukan hal tidak terduga dan di luar nalar,” ujar Tia ketika dihubungi pada Minggu (13/0).

    Selain dinilai gagal menangani Hamas, masyarakat Israel juga menilai perekonomian negara merosot menyusul konflik Gaza.

    Alasan yang kedua, kata Tia, adalah Israel ingin menghentikan negosiasi antara AS dan Iran terkait nuklir.

    Di sisi lain, Tia berpendapat bahwa konflik ini kemungkinan besar tidak akan berlanjut ke eskalasi yang lebih luas.

    Hal ini didasari oleh kepentingan keamanan negara-negara Teluk, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Kuwait, yang secara geografis berdekatan dengan area konflik dan memiliki pangkalan militer AS.

    Tia memprediksi akan muncul banyak mediator, termasuk AS, untuk menekan agar saling serang antara Iran dan Israel. Dia juga menduga AS tidak akan terlibat dalam serangan balasan oleh Israel, tetapi alih-alih a akan membantu dalam upaya menangkal rudal Iran.

    Pada Minggu (15/06), Presiden AS Donald Trump menyatakan Iran dan Israel mesti mencapai kesepakatan dan mengatakan dirinya akan memfasilitasinya.

    CBS News, mitra BBC News di AS, melaporkan Trump sebelumnya memveto rencana Isrel untuk membunuh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

    Bagaimana dampak konflik Iran dan Israel ke Indonesia dan dunia?

    Idil mengatakan serangan Israel ke depot minyak Iran menunjukkan bahwa, selain isu nuklir, Israel juga ingin “menyakiti Iran” dalam hal energi.

    Menurut Idil, serangan Israel ini membuka opsi juga bagi Iran untuk merespons dengan menutup Selat Hormuz.

    “Selat Hormuz bisa jadi merupakan kartu yang bisa dimainkan oleh pemerintah Iran,” ujarnya.

    “Penutupan Selat Hormuz akan berimplikasi terhadap negara-negara lain, khususnya terhambatnya distribusi minyak global dan meningkatnya harga minyak.”

    Idil memprediksi harga minyak dunia akan melambung tinggi dalam pembukaan minggu depan, dan akan beranjak meningkat seiring dengan eskalasi konflik.

    “Hal ini selain karena produksi akan terhambat, distribusi juga akan sangat terbatas dikarenakan konflik ini,” ujarnya.

    Baca juga:

    Bagi Indonesia, Idil menekankan hal ini akan berdampak ke perekonomian negara mengingat sumber minyak yang paling besar berasal dari Timur Tengah yang didatangkan melalui Singapura.

    “Perlambatan ekonomi akan semakin terasa, dan kemungkinan inflasi yang saat ini tertahan akan meningkat kembali. Hal ini akan membuat pemerintah semakin kesulitan mencapai target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkannya,” ujarnya.

    Pendapat senada diungkapkan Tia.

    Meskipun secara geografis Iran dan Israel jauh dari Indonesia, dia mengingatkan konflik ini memiliki dampak ekonomi yang signifikan bagi Indonesia sebagai negara pengguna dan pengimpor energi yang besar.

    Apa yang dapat dilakukan pemerintah Indonesia?

    Pada Jumat (13/06), Menteri Luar Negeri Sugiono menyatakan Indonesia secara tegas mengutuk serangan Israel terhadap Iran yang disebutnya merupakan pelanggaran hukum dan melemahkan dasar-dasar hukum internasional.

    Sugiono mengatakan serangan tersebut akan menimbulkan banyak implikasi dan akan memperburuk situasi jika semua pihak yang terkait tidak menahan diri, sebagaimana dilaporkan Antara.

    Dia menambahkan akan terus memantau situasi tersebut lebih lanjut.

    Menanggapi ini, Idil mengaku sulit untuk membayangkan posisi Indonesia dalam konflik ini.

    “Karena kita tidak bisa dibilang sebagai ‘aktor’ dan memiliki kepentingan yang tinggi dalam konflik ini. Pernyataan dari Menlu Sugiono yang mengutuk serangan Israel dan berharap yang terburuk tidak terjadi sepertinya template [standar baku] yang sudah sesuai dengan koridor dan posisi Indonesia,” ujar Idil.

    Terpisah, Tia menyarankan agar Presiden Prabowo Subianto dapat berbicara langsung dengan para pemimpin negara yang memiliki pengaruh, seperti residen AS atau negara-negara OKI, untuk menyerukan penghentian konflik.

    “Minimal ada suara Indonesia di kancah politik global, di politik internasional, bahwa kita tidak suka dengan [Iran dan Israel] saling menyerang,” tegas Tia.

    Baik Idil maupun Tia sepakat bahwa fokus Indonesia perlu terpusat pada perlindungan WNI.

    Tia menyaran agar proses evakuasi WNI sebaiknya dilanjutkan apabila serangan terus berlanjut.

    Di dalam negeri, Idil mengatakan pemerintah Indonesia, khususnya pejabat bidang politik an ekonomi, harus siaga untuk menyiapkan strategi menghadapi berbagai skenario eskalasi yang muncul dari konflik Iran-Irael.

    Tonton juga Video Detik-detik Rudal Iran Hantam Bangunan di Tel Aviv

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini