Negara: Yordania

  • 7 Update Perang Iran-Israel, Trump Murka ke Israel-Tiba-Tiba Bela Iran

    7 Update Perang Iran-Israel, Trump Murka ke Israel-Tiba-Tiba Bela Iran

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Israel dan Iran mengatakan pada Selasa bahwa mereka telah menyetujui usulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk gencatan senjata setelah perang memasuki hari ke-12.

    Israel menyatakan telah mencapai semua tujuan militernya, termasuk menghentikan ancaman dari program nuklir dan rudal balistik Iran.

    “Kami telah menyingkirkan ancaman eksistensial ganda. Namun, kami tetap waspada dan akan menanggapi tegas setiap pelanggaran,” ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Israel, Letkol Ariel Mizrachi, seperti dikutip AFP.

    Sementara itu, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menegaskan bahwa Teheran akan mematuhi kesepakatan selama Israel juga menahan diri.

    “Jika rezim Zionis tidak melanggar gencatan senjata, Iran juga tidak akan melanggarnya,” kata Pezeshkian dalam percakapan dengan PM Malaysia Anwar Ibrahim, dikutip dari situs resmi kepresidenan Iran.

    Berikut perkembangan terbaru dari panasnya perang Iran dan Israel serta AS, seperti dihimpun dari berbagai sumber pada Rabu (25/6/2025).

    1. Serangan Terakhir Sebelum Gencatan Senjata

    Menjelang dimulainya gencatan senjata, Israel masih melancarkan serangan udara terakhir yang menghancurkan instalasi radar Iran. Serangan itu dilakukan setelah percakapan telepon antara Presiden Trump dan PM Netanyahu.

    “Setelah percakapan Presiden Trump dengan Perdana Menteri Netanyahu, Israel menahan diri dari serangan lebih lanjut,” bunyi pernyataan resmi Kantor Perdana Menteri Israel.

    Namun, pada saat yang hampir bersamaan, media pemerintah Iran melaporkan peluncuran gelombang rudal ke Israel. Serangan tersebut menyebabkan empat orang tewas dan dua lainnya luka-luka di Beersheba, Israel selatan.

    Kementerian Kesehatan Iran menyebut sedikitnya 610 warga sipil tewas akibat serangan Israel selama konflik. Termasuk di antaranya ilmuwan nuklir Mohammad Reza Seddighi Saber, yang disebut media Iran sebagai korban serangan malam terakhir sebelum gencatan senjata.

    2. Ilmuwan Nuklir Kembali Iran Jadi Korban Israel

    Iran telah mengidentifikasi seorang ilmuwan nuklir senior negaranya tewas dalam sebuah serangan Israel. Hal ini disampaikan saat Tel Aviv berada dalam ketegangan geopolitik dengan Tehran.

    Media Pemerintah Iran, Press TV, pada Selasa (24/6/2025), mengatakan bahwa ilmuwan yang tewas itu bernama Mohammad Reza Seddighi Saber. Ia diduga sedang bekerja dalam pengembangan dan pengayaan nuklir Tehran.

    “Saber dibunuh dalam serangan terbaru Israel di wilayah utara ibu kota, Tehran,” ujar laporan itu yang juga dikutip CNN International.

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Selasa juga mengkonfirmasi bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah menewaskan seorang lagi ilmuwan nuklir Iran. Namun mereka tidak menyebutkan nama Seddighi Saber.

    “Dalam 24 jam terakhir, IDF telah menyerang target-target utama rezim di jantung kota Teheran, melenyapkan ratusan anggota Basij-pasukan penindas internal rezim-dan membunuh seorang lagi ilmuwan nuklir senior,” demikian pernyataan dari kantor Netanyahu.

    Seddighi Saber termasuk di antara beberapa individu yang dijatuhi sanksi awal tahun ini oleh Departemen Luar Negeri dan Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) karena keterkaitan mereka dengan program nuklir Iran.

    Menurut Departemen Luar Negeri AS, ia adalah kepala sebuah kelompok yang mengerjakan proyek-proyek terkait bahan peledak diorganisasi pertahanan, inovasi, dan riset Iran, SPND. Proyek-proyek kelompok tersebut mencakup penelitian dan pengujian yang dapat diterapkan pada pengembangan perangkat peledak nuklir.

    Sementara itu, sejauh ini kedua negara telah berada dalam tahapan gencatan senjata yang dimediasi Washington. Meski begitu, Israel menyebut akan kembali menyerang Iran lantaran menuding Negeri Para Mullah itu telah melanggar kesepakatan untuk menghentikan serangan.

    3. Trump Kecam Israel di Tengah Gencatan Senjata yang Goyah

    Presiden AS Donald Trump melontarkan kritik tajam terhadap Israel pada Selasa pagi, setelah gencatan senjata antara Israel dan Iran yang ia mediasi tampak mulai runtuh.

    Meski menyalahkan kedua pihak atas ketegangan terbaru, Trump secara khusus menyoroti tindakan Israel yang dinilainya gegabah.

    “Segera setelah kami mencapai kesepakatan, Israel langsung meluncurkan serangan udara besar-besaran ke Iran. Itu belum pernah saya lihat sebelumnya,” kata Trump saat berbicara kepada wartawan sebelum bertolak ke KTT NATO di Belanda. “Saya tidak senang dengan mereka.”

    Trump menegaskan bahwa ia belum menganggap gencatan senjata resmi dilanggar, namun menuduh Israel bertindak di luar batas.

    “Saya katakan, ‘Kalian punya waktu 12 jam.’ Tapi mereka langsung menyerang di jam pertama. Itu bukan tindakan yang bijak,” ujarnya. “Saya juga tidak senang dengan Iran, tapi Israel melangkah terlalu jauh.”

    Melalui unggahan di Truth Social, Trump menegaskan kembali kekecewaannya dengan nada lebih keras: “ISRAEL. JANGAN JATUHKAN BOM ITU. JIKA ANDA MELAKUKANNYA, ITU ADALAH PELANGGARAN BESAR. BAWA PILOT KALIAN PULANG, SEKARANG!”

    Trump menggambarkan konflik ini sebagai pertikaian lama yang sulit diurai. “Kedua negara ini sudah terlalu lama berperang hingga mereka lupa apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan,” katanya.

    4. Trump: Tidak Ada Agenda Perubahan Rezim

    Dalam perjalanan menuju KTT NATO di Belanda, Presiden Trump menepis dugaan bahwa AS ingin menggulingkan rezim Iran.

    “Saya tidak menginginkan perubahan rezim. Saya hanya ingin semuanya segera tenang,” kata Trump kepada wartawan di Air Force One. “Perubahan rezim berarti kekacauan, dan kami tidak mencari kekacauan lebih lanjut.”

    Sebelumnya, Trump sempat mengisyaratkan ide perubahan rezim melalui media sosial, sementara Netanyahu secara terbuka meminta rakyat Iran menggulingkan pemimpinnya.

    5. Dunia Sambut Gencatan Senjata dengan Hati-Hati

    Berbagai pemimpin dunia menyambut baik kesepakatan gencatan senjata antara Iran dan Israel, meskipun tetap mengingatkan akan rapuhnya situasi.

    “Jika gencatan senjata memang telah tercapai, ini hanya dapat disambut baik,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan, “Sangat baik bahwa Presiden Trump menyerukan gencatan senjata, tapi situasinya masih sangat rapuh.”

    Sementara itu, Kanselir Jerman Friedrich Merz menambahkan, “Jika gencatan senjata ini berhasil, itu bisa menjadi perkembangan yang sangat positif bagi stabilitas Timur Tengah dan dunia.”

    Arab Saudi menyambut baik perkembangan ini, sementara China menekankan pentingnya “gencatan senjata yang sesungguhnya”.

    Pasar keuangan merespons positif: indeks saham menguat dan harga minyak dunia menurun setelah Trump menyatakan bahwa China tetap dapat membeli minyak Iran.

    6. AS Evakuasi Ratusan Warganya dari Wilayah Konflik

    Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi telah membantu sekitar 400 orang, termasuk warga negara AS, penduduk tetap, dan keluarga dekat mereka, meninggalkan Israel sejak Sabtu.

    “Kami tahu masih banyak warga yang ingin keluar dari Israel. Situasi wilayah udara sangat dinamis,” kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri kepada pers.

    Informasi evakuasi telah dibagikan kepada lebih dari 27.000 orang. Evakuasi dilakukan melalui penerbangan terbatas, jalur darat ke Yordania dan Mesir, serta kapal ke Siprus.

    Ratusan warga AS juga dilaporkan telah meninggalkan Iran melalui Azerbaijan. Turkmenistan yang awalnya membatasi akses kini telah membuka pintunya bagi warga AS setelah intervensi diplomatik.

    Meski demikian, pejabat tersebut mengaku masih memverifikasi laporan tentang beberapa warga AS yang kemungkinan ditahan di Iran, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    7. Gencatan Senjata Iran-Israel Angkat Wall Street, Harga Minyak Turun

    Saham-saham di Wall Street melonjak pada Selasa setelah gencatan senjata antara Iran dan Israel tampak bertahan di hari pertama, disertai penurunan harga minyak.

    Tiga indeks utama bergerak di zona hijau sepanjang hari, seiring kedua negara menahan diri dari serangan lanjutan usai rentetan serangan menit terakhir.

    “Dengan deeskalasi konflik, pasar terlihat membaik,” kata Art Hogan, Kepala Strategi Pasar di B. Riley Wealth. Ia juga menyebut kesaksian Ketua Federal Reserve Jerome Powell di Kongres sebagai sinyal positif bagi pasar saham.

    Melansir AFP, Dow Jones naik 1,2% ke 43.089,02, S&P 500 menguat 1,1% ke 6.092,18, dan Nasdaq melonjak 1,4% ke 19.912,53.

    Dalam kesaksian pertamanya, Powell menyatakan The Fed masih menunggu dampak penuh dari tarif sebelum memutuskan langkah suku bunga berikutnya.

    Meski demikian, menurut Hogan, Powell “tidak menutup pintu” bagi kemungkinan pemotongan suku bunga di masa mendatang.

    (tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Perang Iran-Israel, legislator minta Pemerintah evakuasi WNI dan desak PBB hentikan konflik 

    Perang Iran-Israel, legislator minta Pemerintah evakuasi WNI dan desak PBB hentikan konflik 

    Sumber foto: Efendi Murdiono/elshinta.com.

    Perang Iran-Israel, legislator minta Pemerintah evakuasi WNI dan desak PBB hentikan konflik 
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 23 Juni 2025 – 19:41 WIB

    Elshinta.com – Anggota Komisi I DPR RI Oleh Soleh menyerukan kepada Pemerintah Indonesia agar mengambil langkah aktif dan tegas bersama negara-negara Islam lainnya untuk mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menghentikan eskalasi konflik bersenjata antara Iran, Israel, dan Amerika Serikat.

    Oleh Soleh menyatakan keprihatinan mendalam atas konflik yang terus meluas dan menelan korban jiwa, serta berpotensi menyeret dunia ke dalam krisis global yang lebih besar. “Perang ini bukan hanya tragedi kemanusiaan di kawasan Timur Tengah, tetapi juga ancaman nyata terhadap perdamaian dan stabilitas global. Jika tidak segera dihentikan, situasi ini bisa menjadi pemicu Perang Dunia Ketiga,” ujarnya, Senin (23/06).

    Ia mendorong Pemerintah Indonesia, yang selama ini dikenal aktif dalam diplomasi perdamaian internasional, untuk memanfaatkan posisinya di berbagai forum global, termasuk Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan PBB, guna menginisiasi gencatan senjata dan dialog damai antara pihak-pihak yang bertikai.

    “Kita tidak boleh diam. Indonesia harus mengambil peran kepemimpinan moral dan politik, bersama negara-negara Islam lainnya, untuk menyerukan penghentian perang dan perlindungan terhadap warga sipil,” tegasnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Efendi Murdiono, Senin (23/6). 

    Oleh Soleh juga meminta semua pihak di dalam negeri untuk tetap menjaga persatuan dan tidak terprovokasi oleh sentimen yang bisa merusak harmoni sosial. Ia menegaskan bahwa suara kolektif dari masyarakat internasional sangat diperlukan untuk menghentikan konflik yang terus membesar ini.

    “Kita semua berharap perang ini segera berakhir, dan dunia tidak lagi dibayangi ancaman perang global,” paparnya.

    Mantan anggota DPRD Jawa Barat itu juga meminta Pemerintah Indonesia untuk terus menjamin keselamatan WNI di Iran, dengan melakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman.

    “Keselamatan WNI harus menjadi prioritas. Evakuasi menjadi hal yang harus dilakukan. Semua warga Indonesia harus dievakuasi, sehingga aman dari dampak perang yang semakin memanas,” beber legislator asal Dapil Jawa Barat XI itu.

    Sebelumnya, dari total 386 WNI di Iran, Pemerintah Indonesia sudah melakukan evakuasi terhadap  97 orang. Rinciannya, 93 WNI, 3 staf kedutaan, dan 1 warga negara asing yang merupakan pasangan dari salah seorang WNI. 

    Mereka dievakuasi melewati jalur darat menggunakan bus melalui perbatasan Iran-Azerbaijan. Di saat yang bersamaan, sebanyak 4 WNI juga dievakuasi dari Israel via jalur darat melalui Yordania. 

    “Selain melakukan evakuasi WNI, Pemerintah Indonesia bersama negara Islam lainnya untuk mendorong PBB menghentikan perang Iran-Israel. Jangan sampai perang ini berlanjut,” pungkas Oleh Soleh.

    Sumber : Radio Elshinta

  • 5 Fakta Terkait AS Gempur Tiga Situs Nuklir Iran – Page 3

    5 Fakta Terkait AS Gempur Tiga Situs Nuklir Iran – Page 3

    Di tengah memuncaknya ketegangan di Timur Tengah, Iran memperingatkan akan adanya “konsekuensi berat” bagi Amerika Serikat (AS) setelah AS bergabung dengan pasukan Israel untuk menyerang tiga lokasi nuklir di Iran pada Minggu 22 Juni 2025.

    Televisi pemerintah Iran menyatakan bahwa “setiap warga negara atau personel militer AS” di Asia Barat kini menjadi “target” setelah serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.

    Hossein Shariatmadari, orang dekat Pemimpin Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei dan pemimpin redaksi surat kabar garis keras Kayhan, menulis editorial pada Minggu yang menyerukan kepada pasukan Iran untuk menyerang armada laut AS di Bahrain dan menutup Selat Hormuz bagi kapal-kapal AS, Inggris, Jerman, dan Prancis.

    “Sekarang giliran kita untuk bertindak tanpa penundaan. Sebagai langkah pertama, kita harus meluncurkan serangan rudal terhadap armada laut AS di Bahrain dan secara bersamaan menutup Selat Hormuz bagi kapal-kapal AS, Inggris, Jerman, dan Prancis,” tulisnya seperti dilansir NDTV.

    Editorial yang ditulis Shariatmadari ini menyusul peringatan langsung dari Khamenei sendiri, yang sebelumnya memperingatkan AS akan adanya konsekuensi berat atas intervensi militernya.

    Sementara Iran merencanakan langkah balasannya, sejumlah pangkalan militer utama AS di Timur Tengah menjadi sorotan karena dinilai bisa menjadi target.

    Di seluruh Timur Tengah, AS dilaporkan menempatkan lebih dari 40.000 tentara di berbagai pangkalan militer dan kapal perang milik AS—yang berada di bawah komando militer AS untuk kawasan tersebut, yaitu Komando Pusat AS (CENTCOM). Konsentrasi utama pasukan AS di kawasan ini berada di Qatar, Bahrain, Irak, Suriah, Kuwait, dan Uni Emirat Arab (UEA).

    Berikut sejumlah pangkalan utama AS di Timur Tengah:

    Bahrain: Armada Kelima Angkatan Laut AS dan Komando Pusat Angkatan Laut AS bermarkas di Bahrain—sebuah kerajaan kecil di Teluk yang memainkan peran strategis bagi AS di kawasan Teluk Persia sejak lama hingga sekarang.

    Pelabuhan laut dalam milik Bahrain mampu menampung beberapa kapal militer terbesar milik AS, termasuk kapal induk. Pangkalan ini menjadi rumah bagi empat kapal pemburu ranjau AS dan dua kapal pendukung logistik. Menurut laporan The Times of Israel, Penjaga Pantai AS juga mengoperasikan kapal-kapalnya di negara tersebut.

    Pangkalan ini telah digunakan oleh Angkatan Laut AS sejak tahun 1948, ketika masih dioperasikan oleh Angkatan Laut Kerajaan Inggris.

    Qatar: Pangkalan Udara Al Udeid, yang merupakan pangkalan militer terbesar milik AS di Timur Tengah, terletak di Qatar. Pangkalan ini dilaporkan menjadi markas bagi komponen terdepan Komando Pusat AS (CENTCOM), serta menampung kekuatan angkatan udara dan pasukan operasi khusus AS di kawasan.

    Al Udeid menjadi lokasi penempatan bergilir pesawat-pesawat tempur AS, sekaligus markas bagi Wing Ekspedisi Udara ke-379—satuan udara tempur yang dapat dikerahkan untuk berbagai operasi militer di wilayah tersebut.

    Irak: AS memiliki berbagai instalasi militer di Irak, termasuk Pangkalan Udara Al Asad di Provinsi Al-Anbar dan Pangkalan Udara Al Harir di Erbil. Baghdad bukan hanya sekutu dekat Washington sejak perang 2003, namun juga merupakan musuh bebuyutan Iran di kawasan.

    Negara ini menampung sekitar 2.500 tentara AS sebagai bagian dari koalisi internasional dalam perang melawan ISIS.

    Iran pernah menargetkan Pangkalan Udara Al Asad pada 2020, setelah terbunuhnya pemimpin Pasukan Quds Qasem Soleimani. Pangkalan Udara Al Harir pernah menjadi sasaran serangan drone yang dilancarkan oleh kelompok proksi Iran.

    Suriah: Selama bertahun-tahun, AS mempertahankan kehadiran militer di sejumlah instalasi di Suriah sebagai bagian dari upaya internasional melawan kelompok ISIS, yang muncul dari perang saudara di negara itu dan sempat menguasai sebagian besar wilayah Suriah serta negara tetangganya, Irak. Garnisun Al Tanf milik AS terletak di wilayah selatan Suriah, dekat perbatasan dengan Irak dan Yordania.

    Kuwait: Kuwait menjadi tuan rumah bagi beberapa pangkalan militer AS, termasuk Pangkalan Udara Ali al-Salem yang terletak sekitar 32,19 km dari perbatasan Irak. Pangkalan ini menampung anggota Wing Ekspedisi Udara ke-386 Angkatan Udara AS, satuan yang bertanggung jawab atas pengangkutan logistik dan pasukan di kawasan.

    Pangkalan Ali al-Salem dikenal sebagai pusat pengangkutan udara utama dan gerbang strategis untuk mengirimkan kekuatan tempur kepada pasukan gabungan dan koalisi di Timur Tengah.

    Uni Emirat Arab (UEA): Pangkalan Udara Al Dhafra milik AS terletak di Uni Emirat Arab dan menjadi markas bagi Wing Ekspedisi Udara ke-380 Angkatan Udara AS. Satuan ini mengoperasikan jet tempur F-22 Raptor, serta berbagai jenis pesawat pengintai dan drone, termasuk MQ-9 Reaper.

    Selain itu, Pangkalan Udara Al Dhafra juga menjadi lokasi Gulf Air Warfare Centre, fasilitas pelatihan pertahanan udara dan rudal yang digunakan untuk memperkuat kemampuan tempur serta koordinasi operasi udara antara AS dan sekutunya di kawasan.

  • Maskapai Ogah Lewat, Langit Iran-Israel Kosong

    Maskapai Ogah Lewat, Langit Iran-Israel Kosong

    Jakarta, CNBC Indonesia — Sejumlah maskapai penerbangan komersial terus menghindari wilayah udara di Timur Tengah pada Minggu (22/6/2025), menyusul serangan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran.

    Menurut data situs pelacakan penerbangan FlightRadar24, pola ini merupakan lanjutan dari pengalihan rute yang sudah berlangsung sejak pekan lalu akibat meningkatnya ketegangan dan aksi saling serang rudal di kawasan tersebut.

    “Setelah serangan AS ke fasilitas nuklir Iran, lalu lintas penerbangan komersial di kawasan ini masih beroperasi sesuai dengan pembatasan wilayah udara yang diberlakukan sejak minggu lalu,” tulis FlightRadar24 di platform X dikutip kantor berita Reuters di Jakarta, Minggu (22/6/2025).

    Situs tersebut menunjukkan, maskapai tidak lagi melintasi wilayah udara Iran, Irak, Suriah, dan Israel. Sebagai gantinya, mereka memilih jalur alternatif melalui utara lewat Laut Kaspia atau selatan melalui Mesir dan Arab Saudi. Meskipun rute ini menyebabkan waktu tempuh lebih lama dan biaya bahan bakar serta kru meningkat, langkah ini dinilai lebih aman.

    Situs informasi risiko penerbangan, Safe Airspace yang dijalankan oleh OPSGROUP (organisasi berbasis keanggotaan yang memantau risiko penerbangan global) memperingatkan, serangan AS terhadap Iran dapat meningkatkan risiko bagi operator penerbangan asal AS di wilayah tersebut.

    “Meski belum ada ancaman spesifik terhadap penerbangan sipil, Iran sebelumnya telah memperingatkan akan membalas dengan menyerang kepentingan militer AS di Timur Tengah, baik secara langsung maupun lewat kelompok proksi seperti Hizbullah,” tulis Safe Airspace.

    Sejak Israel melancarkan serangan ke Iran pada 13 Juni lalu, sejumlah maskapai telah menangguhkan penerbangan ke negara-negara terdampak. Beberapa negara mengatur penerbangan evakuasi dari kawasan, sementara maskapai seperti American Airlines dan United Airlines telah menghentikan sementara layanan ke Qatar dan Dubai.

    Safe Airspace juga memperingatkan, risiko wilayah udara dapat meluas ke negara-negara lain seperti Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. “Kami terus menyarankan kewaspadaan tinggi saat ini,” ujarnya.

    Maskapai Israel seperti El Al, Arkia, dan Israir juga mengumumkan penangguhan penerbangan evakuasi hingga pemberitahuan lebih lanjut. El Al memperpanjang pembatalan penerbangan terjadwal hingga 27 Juni. Otoritas bandara Israel menyatakan, wilayah udara negara tersebut ditutup untuk semua penerbangan, meskipun jalur darat ke Mesir dan Yordania masih dibuka.

    Akibat kondisi ini, puluhan ribu warga Israel dan wisatawan yang telah memesan tiket menuju Israel kini tertahan di luar negeri. Sekitar 40 ribu turis yang saat ini berada di Israel juga berusaha meninggalkan negara tersebut, baik melalui perbatasan darat menuju Amman, Yordania, maupun dengan kapal ke Siprus.

    Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Jepang menyatakan telah mengevakuasi 21 orang termasuk 16 warga negara Jepang melalui jalur darat dari Iran menuju Azerbaijan. Ini merupakan evakuasi kedua sejak Kamis lalu. Jepang juga menyatakan siap melakukan evakuasi lanjutan jika diperlukan.

    Selain itu, Pemerintah Selandia Baru mengumumkan, mereka akan mengirimkan pesawat angkut militer Hercules C-130J ke Timur Tengah sebagai langkah siaga untuk mengevakuasi warganya. Pesawat dan tim pemerintah dijadwalkan berangkat dari Auckland pada Senin, meski dibutuhkan beberapa hari untuk mencapai kawasan. Pemerintah Selandia Baru juga menjajaki kerja sama dengan maskapai komersial untuk mendukung upaya evakuasi.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Guru Besar UGM: Indonesia konsisten terapkan politik bebas aktif

    Guru Besar UGM: Indonesia konsisten terapkan politik bebas aktif

    Prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif terbukti menjadi pedoman untuk tidak terjebak dalam arus geopolitik internasional ….

    Yogyakarta (ANTARA) – Guru Besar Bidang Geopolitik Timur Tengah Universitas Gadjah Mada (UGM) Siti Mutiah Setiawati menilai Indonesia konsisten menerapkan politik luar negeri bebas aktif dalam menyikapi konflik di kawasan Timur Tengah, terutama dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina.

    “Indonesia tetap pada sikap mendukung perjuangan Palestina, baik secara politik maupun kemanusiaan, meskipun dihadapkan pada dilema geopolitik dan tekanan kepentingan global,” ujar Prof. Siti Mutiah Setiawati dalam keterangannya di Yogyakarta, Minggu.

    Menurut dia, sikap tersebut berpijak pada tiga prinsip utama politik luar negeri Indonesia. Prinsip pertama adalah bebas aktif, yakni tidak memihak blok mana pun, tetapi tetap aktif dalam penyelesaian persoalan internasional.

    “Prinsip ini mencerminkan pemikiran tentang bagaimana Indonesia harus bersikap dalam menghadapi situasi persaingan internasional antara Blok Barat dan Blok Timur,” ujarnya.

    Prinsip kedua, termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) NRI Tahun 1945 yang menegaskan bahwa penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan keadilan.

    Prinsip ketiga, lanjut Prof. Siti, adalah kebijakan bertetangga baik atau good neighbour policy.

    Prof. Siti menilai konsistensi Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina telah membentuk identitas Indonesia sebagai negara yang menolak penjajahan dan mendorong perdamaian dunia. Namun, Indonesia menghadapi sejumlah tantangan.

    “Perpecahan tajam antara kelompok Hamas dan Fatah menjadi hambatan utama,” katanya.

    Sementara itu, dominasi Israel yang mendapat dukungan kuat dari Amerika Serikat membuat penyelesaian konflik bergantung pada kemauan politik negara-negara besar.

    Dikatakan pula bahwa Indonesia dituntut memahami posisi geografis serta dinamika kedua kekuatan ini agar dukungan yang diberikan tidak salah arah. Bahkan, Indonesia juga mengalami kesulitan dalam upaya mendamaikan kedua kelompok tersebut demi menghadapi tantangan bersama dari Israel.

    Ia juga menyoroti lemahnya solidaritas negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab.

    Sejumlah negara seperti Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab, dan Bahrain, menurut Prof. Siti, justru menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, terutama setelah penandatanganan Abraham Accord pada tahun 2020.

    Siti menambahkan bahwa perundingan antara pihak Arab-Palestina dan Israel selama ini pun tidak secara eksplisit membahas kemerdekaan Palestina, padahal kemerdekaan seharusnya menjadi syarat utama dalam penyelesaian konflik.

    Meski begitu, Indonesia tetap menunjukkan komitmen melalui bantuan kemanusiaan dan diplomasi, termasuk aktif menggalang dukungan dari negara-negara yang memiliki hak veto di Dewan Keamanan PBB agar mendorong penghentian perang dan memberlakukan gencatan senjata secara permanen.

    Langkah diplomasi itu, kata dia, menjadi bagian penting dari upaya Indonesia mewujudkan perdamaian dan penghapusan penjajahan, sesuai dengan amanat konstitusi.

    “Prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif terbukti menjadi pedoman untuk tidak terjebak dalam arus geopolitik internasional yang tidak menentu arah dan tujuannya,” ujar Prof. Siti.

    Pewarta: Luqman Hakim
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Dihujani Rudal Iran, Warga Israel Mulai Berbondong Mengungsi ke Luar Negeri

    Dihujani Rudal Iran, Warga Israel Mulai Berbondong Mengungsi ke Luar Negeri

    GELORA.CO – Ratusan warga dan orang asing meninggalkan Israel menuju Siprus dengan kapal pesiar, setelah penutupan wilayah udara Israel akibat meningkatnya konflik Israel Iran, menurut laporan Haaretz pada Selasa, 17 Juni 2025. Media tersebut menggambarkan suasana di dermaga Herzliya seperti terminal darurat, dengan setidaknya seratus orang bersiap untuk berangkat pada suatu pagi.

    Dikutip dari palestinechronicle.com, artikel tersebut mengutip sebuah grup Facebook khusus yang membahas jalur pelarian lewat laut, sebagai bukti bahwa ratusan orang mencoba meninggalkan Israel dengan cara ini. Permintaan yang tinggi membuat sejumlah pihak bersedia menyediakan jasa tersebut dengan tarif tertentu, ungkap laporan tersebut. Beberapa penumpang menyebutkan bahwa mereka membayar sekitar 2.500 shekel atau Rp 11,7 juta untuk perjalanan yang bisa memakan waktu hingga 25 jam.

    “Seseorang menawari saya tarif 6.000 shekel,” kata seorang penumpang kepada Haaretz, seraya menambahkan bahwa harga sangat bergantung pada mekanisme penawaran dan permintaan. Penumpang lain menyatakan bahwa biaya juga ditentukan oleh jenis kapal, fasilitas yang tersedia, serta kecepatan pelayaran.

    🤣🇮🇱 The land was promised to them 3,000 years ago but now they flee to Cyprus… pic.twitter.com/aOoSHNlbBo

    — Jackson Hinkle 🇺🇸 (@jacksonhinklle) June 21, 2025

    Sebagian kapal dilaporkan menyediakan kabin pribadi, dan ada pula yang menggunakan bahan bakar diesel sehingga bisa menempuh perjalanan ke Siprus hanya dalam delapan jam. Namun, menurut seorang kapten komersial, beberapa kapal beroperasi secara ilegal karena pemiliknya memungut bayaran tanpa asuransi yang sah untuk membawa penumpang.

    Haaretz mencatat bahwa hanya sedikit orang di marina Herzliya yang mengakui bahwa mereka melarikan diri karena ancaman serangan rudal Iran. Tidak satu pun dari mereka bersedia berbicara secara terbuka kepada media.

    Beberapa menyatakan bahwa mereka bukan warga tetap Israel dan hanya ingin pulang ke negara asal, sementara yang lain mengaku hendak menemui pasangan atau anak-anak di luar negeri. Seorang ibu yang berangkat bersama suami dan anaknya yang berusia empat tahun mengaku, “Kami lelah dengan rudal-rudal itu,” demikian laporan tersebut. Laporan terpisah dari Haaretz juga menyebutkan bahwa sekitar 40.000 turis asing masih berada di Israel.

    Warga Israel Terjebak di Luar Negeri

    Penutupan Bandara Internasional Ben-Gurion pada Jumat malam menyebabkan antara 100.000 hingga 200.000 warga Israel tertahan di luar negeri. Meskipun jalur darat menuju Yordania dan Mesir masih dibuka, jam operasional terbatas dan lonjakan permintaan membuat antrean di perbatasan menjadi panjang, tanpa jaminan bisa menyeberang.

    Ketegangan antara Israel dan Iran meningkat sejak Jumat dini hari, ketika Israel, dengan dukungan diam-diam dari AS, meluncurkan Operasi Rising Lion, sebuah serangan udara besar-besaran terhadap fasilitas nuklir dan infrastruktur militer Iran.

    Sebagai balasan, Iran meluncurkan Janji Sejati 3 pada malam harinya, dengan menghujani kota-kota Israel menggunakan puluhan rudal balistik dan drone, yang menurut sumber Israel menewaskan sedikitnya 13 orang dan melukai ratusan lainnya. Korban jiwa dan luka terus bertambah di kedua belah pihak.

    Presiden Iran Masoud Pezeshkian memperingatkan bahwa jika serangan dari Israel berlanjut, maka tanggapan Iran akan jauh lebih tegas dan keras. Ia menyebut respons militer Iran sejauh ini telah dilakukan dengan tepat dan terukur.

    Israel Larang Warga Kabur

    Dinukil dari middleeastmonitor.com, Israel telah memberlakukan larangan bagi warganya untuk bepergian ke luar negeri dengan alasan situasi keamanan yang memburuk akibat meningkatnya ketegangan dengan Iran. Seperti dilaporkan Haaretz, pemerintah telah memerintahkan maskapai penerbangan domestik untuk melarang warga negara Israel menaiki penerbangan internasional, seiring dengan kekhawatiran meningkatnya risiko serangan balasan Iran terhadap bandara-bandara di Israel.

    Bandara Ben-Gurion sebagai gerbang internasional utama negara tersebut, kini telah ditutup “sampai pemberitahuan lebih lanjut.” Keputusan ini didasari oleh kekhawatiran dari para pejabat keamanan bahwa jika terjadi serangan di tengah kepadatan penumpang, jumlah korban bisa sangat besar.

    Menteri Transportasi Israel Miri Regev, menyampaikan bahwa pada tahap ini, warga Israel tidak diizinkan untuk meninggalkan negara. Ia menegaskan hanya warga asing, termasuk diplomat dan wisatawan yang masih diizinkan terbang keluar dari Israel.

    Regev juga mengungkapkan bahwa pemerintah tengah menyiapkan rencana untuk memulangkan lebih dari 100.000 warga Israel yang masih berada di luar negeri. Ia menjanjikan proses evakuasi akan dilakukan secara bertahap dan terorganisir.

    Namun, kebijakan ini menimbulkan kontroversi. Pemimpin Partai Persatuan Nasional dan anggota kabinet perang Benny Gantz, mengkritik keras pernyataan Regev. Dalam unggahan di platform X, ia menyoroti dampak larangan itu terhadap individu-individu yang rentan dan mendesak pemerintah untuk fokus pada pemulangan warga, bukan menilai keadaan mereka.

    Larangan bepergian ini muncul setelah Israel melancarkan serangan terhadap Bandara Mashhad di Iran. Walaupun Iran belum membalas serangan terhadap fasilitas penerbangan Israel, serangan tersebut telah memicu kekhawatiran bahwa bandara bisa menjadi target potensial dalam eskalasi berikutnya. [] 

  • Mesin-Mesin Perang AS Mulai Bidik Iran? 52 Pesawat Tempur Bergerak, Trump Siapkan 30.000 Pon Bom

    Mesin-Mesin Perang AS Mulai Bidik Iran? 52 Pesawat Tempur Bergerak, Trump Siapkan 30.000 Pon Bom

    PIKIRAN RAKYAT – Pergerakan masif pesawat militer Amerika Serikat ke Timur Tengah, termasuk ke wilayah udara Inggris, menandai babak baru eskalasi konflik Iran-Israel penjajah. Mungkinkah ini tanda-tanda keterlibatan langsung Washington dalam perang?

    Dalam empat hari terakhir, 52 pesawat militer AS tercatat melintasi kawasan Mediterania timur menuju Timur Tengah. Dari total tersebut, 25 pesawat melalui Bandara Chania di Pulau Kreta, Yunani, angka yang melonjak tajam dibanding paruh pertama bulan Juni.

    “Ini menunjukkan pembangunan kemampuan bertempur yang sebelumnya tidak ada di wilayah tersebut,” ucap Forbes McKenzie, pendiri McKenzie Intelligence.

    Dari pesawat-pesawat yang terdeteksi, 32 pesawat merupakan angkut pasukan atau logistik, 18 pengisian bahan bakar udara ke udara, dan 2 pesawat pengintaian. Tidak termasuk pesawat tempur siluman seperti F-22 Raptor dan F-35, yang sengaja tidak menyalakan sinyal pelacak.

    Rekaman lalu lintas udara pada Rabu 18 Juni 2025 mnunjukkan sejumlah F-22 Raptors melintasi Atlantik, sementara 12 unit F-35 dikonfirmasi berangkat dari Inggris menuju Timur Tengah.

    Keberadaan C-17A Globemaster III dan C-130 Hercules yang mendarat di Bandara Prestwick, Skotlandia, juga terekam pada Kamis. Salah satu pesawat tersebut tercatat sebelumnya datang dari Yordania via Jerman.

    Data ini mengindikasikan bahwa AS telah mengaktifkan jalur logistik militer untuk menyalurkan peralatan dan personel tempur ke zona konflik secara sistematis.

    Trump vs Iran: Bom Bunker Buster Masuk Meja Pertimbangan

    Presiden Donald Trump disebut tengah mempertimbangkan untuk menggunakan GBU-57 “bunker buster”, bom konvensional seberat 30.000 pon, terhadap situs nuklir Fordow yang terletak di bawah gunung.

    “Bom ini dirancang khusus untuk menghancurkan target sangat dalam di bawah tanah,” tutur Forbes McKenzie.

    “Itu adalah satu-satunya senjata non-nuklir yang bisa menembus pertahanan bunker Iran,” ujarnya menambahkan.

    Meski Israel penjajah telah menyerang sebagian besar pangkalan rudal Iran di barat, para analis menilai bahwa hanya AS yang memiliki kapasitas operasional dan logistik jangka panjang untuk mengeksekusi misi penghancuran nuklir skala penuh.

    Persenjataan Pengisi Bahan Bakar Udara: Kunci Invasi Udara Jarak Jauh

    Sebanyak 18 dari 52 pesawat AS di Mediterania adalah pesawat pengisi bahan bakar udara ke udara.

    “Ini sangat penting karena jarak antara Israel dan target-target utama di Iran mencapai hampir 1.500 km. Tanpa pengisian bahan bakar di udara, pesawat tempur tidak bisa menjangkau dan kembali,” kata analis Sky News, Sean Bell

    Dengan bantuan AS, pesawat Israel penjajah dapat membawa amunisi berat seperti bom penghancur bunker, meningkatkan efektivitas serangan terhadap silo rudal dan terowongan rahasia milik Iran.

    Dampak Serangan Israel: Iran Terpaksa Mundur ke Tengah Negeri

    Strategi Israel penjajah untuk menargetkan pangkalan rudal di barat Iran telah memaksa militer Teheran mengalihkan pusat operasinya ke wilayah tengah seperti Isfahan. Ini memperpanjang garis tempur dan membuat Iran semakin rentan terhadap serangan udara jarak jauh.

    Namun Iran masih memiliki rudal Sijjil-1 berbahan bakar padat, satu-satunya rudal jarak jauh (lebih dari 1.500 km) yang bisa menjangkau Israel penjajah secara langsung. Iran mengklaim telah menembakkannya untuk pertama kali pada 18 Juni.

    Ledakan Rudal Iran: Rumah Sakit dan Gedung Pemerintahan Jadi Sasaran

    Serangan rudal Iran telah menewaskan 24 warga Israel penjajah dan melukai ratusan lainnya. Bahkan markas Kementerian Pertahanan di Tel Aviv nyaris terkena serangan langsung.

    “Kami menyerang pusat pelatihan siber IDF di dekat taman teknologi,” ucap Menlu Iran, Abbas Araghchi.

    Namun kenyataannya, rudal menghantam langsung atap rumah sakit Pusat Medis Soroka di Beersheba, melukai lebih dari 70 orang.

    AS Didorong untuk Turun Langsung, Tapi Senat Terpecah

    Senator Chris Van Hollen (D-Md) menuduh PM Israel penjajah Benjamin Netanyahu berusaha menyeret AS ke dalam konflik bersenjata dengan Iran.

    “Perdana Menteri Netanyahu selalu ingin menarik Amerika Serikat ke dalam perang dengan Iran,” ujar Van Hollen.

    “Tujuannya selalu adalah tindakan militer terhadap Iran,” ucapnya menambahkan.

    Senator Demokrat Tim Kaine tengah menggagas resolusi yang mewajibkan otorisasi kongres sebelum Trump dapat mengerahkan kekuatan militer ke Iran. Namun pemimpin Demokrat lain seperti Chuck Schumer belum menyatakan sikap, menekankan pentingnya mencegah Iran memiliki senjata nuklir.

    Netanyahu: Kami Bisa Menang Tanpa Amerika

    Meskipun sinyal keterlibatan AS menguat, Perdana Menteri Israel penjajah tetap menunjukkan kepercayaan diri.

    “Kami akan mencapai semua tujuan kami dan menyerang semua fasilitas nuklir mereka,” kata Netanyahu.

    “Kami memiliki kemampuan untuk melakukan itu,” ujarnya menambahkan.

    Namun, analis McKenzie menyanggah ketahanan operasional Israel penjajah.

    “Mereka hanya punya sebanyak itu bahan bakar dan amunisi. Amerika bisa menjaga ritme operasi untuk jangka panjang,” tuturnya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Sky News dan The Hill.***

  • Menlu Sebut 97 WNI Telah Dievakuasi dari Kawasan Konflik Iran-Israel – Page 3

    Menlu Sebut 97 WNI Telah Dievakuasi dari Kawasan Konflik Iran-Israel – Page 3

    Sugiono juga memaparkan, pihaknya juga mengevakuasi empat WNI yang berada di wilayah Israel melalui Yordania.

    “Kemudian dalam waktu yang bersamaan juga, kita telah berhasil mengevakuasi 4 orang WNI (dari Israel) melalui Yordania,” jelas dia.

    Sugiono terus melakukan komunikasi para WNI dan akan memonitor terus proses evakuasi ini. Dia bersyukur, tahap pertama evakuasi berjalan dengan baik.

    Saat ini, Sugiono sedang berada di Istanbul Turkiye untuk mengikuti Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang ke-51.

    “Kami berharap dukungan dan doa dari saudara-saudara sekalian agar proses evakuasi saudara-saudara kita bisa berjalan dengan lancar, dan situasi ini segera mereda. Ada keinginan dan kebijaksanaan untuk bisa membawa ketegangan konflik ini ke meja perundingan,” pungkasnya.

     

     

    Reporter: Genantan Saputra/Merdeka.com

  • Irak Tuduh 50 Pesawat Tempur Israel Langgar Wilayah Udaranya

    Irak Tuduh 50 Pesawat Tempur Israel Langgar Wilayah Udaranya

    New York

    Irak menuduh sebanyak 50 pesawat tempur Israel telah melanggar wilayah udaranya, saat pertempuran sengit terus berlanjut antara Tel Aviv dan Iran selama sepekan terakhir.

    Tuduhan itu, seperti dilansir Reuters, Sabtu (21/6/2025), disampaikan oleh perwakilan Irak untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau charge d’affaires misi Irak di PBB, Abbas Kadhom Obaid Al-Fatlawi, saat berbicara sebelum konflik Iran-Israel dibahas dalam pertemuan PBB pada Jumat (20/6).

    Dia menyebut bahwa puluhan pesawat tempur Israel itu datang dari area perbatasan Suriah-Yordania.

    “Diawali oleh sekitar 20 pesawat terbang, kemudian diikuti oleh 30 pesawat terbang yang mengudara ke wilayah selatan Irak, dan pesawat-pesawat itu terbang di atas kota Basra, Najaf, dan Karbala,” sebut Al-Fatlawi dalam pernyataannya.

    “Pelanggaran-pelanggaran ini merupakan pelanggaran hukum internasional dan Piagam PBB,” tuduhnya.

    “Pelanggaran ini juga merupakan ancaman terhadap tempat-tempat suci dan kawasan yang mungkin menimbulkan reaksi keras dari masyarakat, mengingat pentingnya tempat-tempat suci ini bagi rakyat kami,” ucap Al-Fatlawi.

    Pernyataan tersebut disampaikan saat Israel dan Iran terus saling melancarkan serangan udara selama sepekan terakhir, atau sejak 13 Juni lalu, ketika Tel Aviv melancarkan serangan besar-besaran terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran yang diklaim bertujuan mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir.

    Lihat juga Video: Momen Warga Irak Bersukacita Sambut Serangan Iran ke Israel

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Iran membalas dengan rentetan serangan rudal dan drone terhadap wilayah Israel. Teheran juga kembali menegaskan bahwa program nuklirnya bersifat damai.

    Area-area permukiman di kedua negara turut terdampak perang udara yang berlangsung sengit tersebut, dengan Tel Aviv dan Teheran saling menuding menargetkan warga sipil.

    Menurut laporan Human Rights Activists News Agency, sedikitnya 639 orang tewas di berbagai wilayah Iran akibat serangkaian serangan udara Israel. Mereka yang tewas termasuk pejabat eselon atas militer dan para ilmuwan nuklir Iran, serta para warga sipil.

    Sementara otoritas Tel Aviv melaporkan sedikitnya 25 orang tewas akibat serangan-serangan rudal Iran.

    Lihat juga Video: Momen Warga Irak Bersukacita Sambut Serangan Iran ke Israel

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Menkopolkam Pastikan Proses Evakuasi WNI di Iran Dimulai Hari ini

    Menkopolkam Pastikan Proses Evakuasi WNI di Iran Dimulai Hari ini

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menkopolkam) Budi Gunawan memastikan WNI yang berada di Iran dievakuasi dari kota Teheran mulai hari ini.

    Evakuasi para WNI itu, lanjut Budi, akan menggunakan jalur darat lantaran dianggap lebih aman. Budi melanjutkan, mereka akan bergerak menuju Baku, Azerbaijan.

    “Berdasarkan informasi dari Kementerian Luar Negeri, tahap pertama akan dimulai pada 20 Juni 2025, dengan 115 WNI diberangkatkan menggunakan empat bus dari Teheran,” kata Budi Gunawan dilansir dari Antara, Jumat (20/6/2025).

    Setelah itu, Budi Gunawan akan berkoordinasi dengan dengan Kementerian Luar Negeri hingga Badan Intelijen Negara (BIN) guna memastikan langkah evakuasi selanjutnya.

    Pria yang akrab disapa BG ini juga memastikan pemerintah akan membuka jalur jalur komunikasi darurat bagi WNI di zona konflik.

    Dengan langkah-langkah ini, BG memastikan proses evakuasi WNI dari Iran akan berjalan dengan lancar.

    “Kami mengimbau seluruh WNI di Iran untuk tetap tenang, mengikuti arahan perwakilan RI, dan segera melapor bila memerlukan bantuan,” kata BG.

    Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI Mayjen TNI Kristomei Sianturi mengatakan sebanyak 115 WNI dari Iran dan 11 WNI dari Israel bersedia untuk dievakuasi.

    “Sebagian besar dari mereka adalah pelajar dan mahasiswa yang tinggal di wilayah-wilayah yang saat ini masuk dalam kategori rawan,” kata Kristomei, Kamis (19/6).

    Nantinya, kata dia, WNI dari Iran akan berangkat menuju Baku pada Jumat (20/6) pukul 07.00 waktu setempat (11.00 WIB).

    Sesampainya di Baku, para WNI akan transit selama dua malam sebelum melanjutkan penerbangan pulang ke Indonesia dengan pesawat komersial pada Minggu, 22 Juni 2025.

    Sedangkan rencana evakuasi WNI dari Israel direncanakan akan melalui Amman (Yordania), sebelum diberangkatkan melalui jalur udara ke Indonesia.

    Kristomei sendiri mengatakan pihaknya sudah menyiapkan 34 personel TNI yang tergabung dalam tim khusus untuk menjalankan misi evakuasi WNI.

    Namun demikian, Kristomei belum bisa menjelaskan secara rinci kapan 34 personel itu berperan dalam proses evakuasi. Pasukan itu dipastikan siap bergerak jika mendapat perintah langsung dari Panglima TNI ataupun Presiden.

    Kristomei melanjutkan, para personel TNI itu siap jika harus diberangkatkan ke wilayah rawan konflik untuk mengevakuasi WNI.

    “TNI menegaskan bahwa perlindungan terhadap warga negara Indonesia, baik di dalam maupun luar negeri adalah bagian dari tugas konstitusional yang diemban, dan akan terus dilaksanakan secara maksimal dalam kerangka kepentingan nasional,” jelas Kristomei.