Negara: Yordania

  • Mikrofon PM Kanada Juga Mati Saat Pidato Dukung Negara Palestina di PBB

    Mikrofon PM Kanada Juga Mati Saat Pidato Dukung Negara Palestina di PBB

    New York

    Peristiwa mikrofon mati di tengah pidato soal Palestina di PBB juga dialami Perdana Menteri Kanada Mark Carney. Mikrofon itu mati setelah durasi 5 menit berakhir.

    Dilihat dari siaran langsung KTT PBB untuk solusi dua negara Palestina dan Israel di kanal YouTube DW News, Selasa (23/9/2025), Presiden Prancis Emmanuel Macron yang memimpin KTT ini bersama Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud telah menyampaikan ada batas waktu 5 menit bagi setiap kepala negara yang berpidato.

    Jika lewat dari 5 menit, maka mikrofon yang digunakan akan mati secara otomatis. Macron juga menyebut durasi pidato untuk menteri atau perwakilan lain dibatasi 3 menit.

    “Kami ingatkan delegasi dibatasi 5 menit untuk kepala pemerintahan dan untuk menteri dibatasi 3 menit. Mikrofon akan dimatikan secara otomatis,” ujar Macron.

    Setelah menyampaikan regulasi itu, Macron mempersilakan Raja Yordania Abdullah II untuk berpidato pada urutan pertama. Setelahnya, giliran Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang berpidato.

    Mikrofon yang digunakan Erdogan mati otomatis setelah 5 menit. Mikrofon itu mati usai Erdogan menyampaikan desakan ‘Israel, segera tarik pasukan dari Gaza’. Erdogan tetap melanjutkan pidatonya dan mengakhirinya sekitar 1 menit setelah mikrofon mati.

    Dilansir Antara, mikrofon mati juga dialami Prabowo. Mikrofon itu mati saat Prabowo menyampaikan kalimat ‘Kami bersedia menyediakan pasukan perdamaian’.

    Prabowo tampak melanjutkan pidatonya setelah mikrofon mati. Prabowo mengakhiri pidato sekitar 1 menit setelah mikrofon mati dan disambut tepuk tangan delegasi yang hadir dalam KTT tersebut.

    Momen mikrofon mati juga terjadi saat PM Kanada Mark Carney berpidato di forum tersebut. Dalam pidatonya, Carney mendeklarasikan dukungan Kanada terhadap negara Palestina. Dia menyatakan Kanada selalu mendukung solusi dua negara, Palestina dan Israel, sejak tahun 1947.

    “Sejak 1947, telah menjadi kebijakan setiap pemerintahan Kanada untuk mendukung solusi dua negara bagi perdamaian abadi di Timur Tengah. Posisi ini merupakan visi dari deklarasi dukungan terhadap negara Palestina yang berdaulat dan demokratis membangun masa depan perdamaian dan keamanan berdampingan dengan negara Israel,” ujar Carney dalam bahasa Inggris.

    Carney menggunakan bahasa Inggris dan Prancis dalam pidatonya. Carney kembali menegaskan pengakuan Kanada atas negara Palestina.

    “Kanada mengakui negara Palestina,” ujar Carney yang disambut tepuk tangan delegasi dalam KTT tersebut.

    Dia mengatakan negara Palestina itu harus dipimpin oleh otoritas Palestina. Dia juga mengatakan berdirinya negara Palestina harus menjadi akhir dari keberadaan Hamas. Dia mengatakan Kanada berpandangan bahwa perdamaian dan keamanan bagi Israel juga akan didapatkan lewat solusi dua negara.

    Setelah durasi 5 menit berakhir, mikrofon yang digunakan Carney langsung mati. Namun, Carney tetap berpidato dan baru mengakhirinya sekitar 1 menit kemudian.

    Halaman 2 dari 3

    (haf/imk)

  • Seperti Dialami Prabowo, Mikrofon Erdogan Mati karena Pidato Lewati Durasi di PBB

    Seperti Dialami Prabowo, Mikrofon Erdogan Mati karena Pidato Lewati Durasi di PBB

    New York

    Mikrofon yang digunakan Presiden Prabowo Subianto mati otomatis karena melewati batas waktu 5 menit saat pidato dalam KTT terkait solusi dua negara untuk Palestina dan Israel. Hal serupa dialami Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

    Dilihat dari siaran langsung KTT PBB untuk solusi dua negara Palestina dan Israel di kanal YouTube DW News, Selasa (23/9/2025), Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang memimpin KTT ini bersama Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, telah menyampaikan ada batas waktu 5 menit bagi setiap kepala negara yang berpidato.

    Jika lewat dari 5 menit, mikrofon yang digunakan akan mati secara otomatis. Setelah menyampaikan regulasi itu, Macron mempersilakan Raja Yordania Abdullah II untuk berpidato.

    Setelah Abdullah menyampaikan pidatonya, giliran Erdogan yang berpidato. Erdogan menegaskan soal pentingnya pengakuan terhadap negara Palestina.

    Dia juga mendesak gencatan senjata, tidak dibatasinya bantuan kemanusiaan ke Gaza serta agar Israel sesegera mungkin menarik pasukannya dari Gaza. Mikrofon Erdogan kemudian mati setelah dia menyampaikan desakan agar Israel segera menarik pasukan dari Gaza.

    “Sekarang adalah saatnya untuk mendeklarasikan gencatan senjata dan jangan batasi bantuan kemanusiaan ke Gaza. Dan untuk Israel, segera tarik pasukan dari Gaza,” ujar Erdogan yang diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh interpreter dalam siaran langsung.

    Dilansir Anadolu Agency, Direktorat Komunikasi Turki menyatakan Erdogan tidak diinterupsi saat pidato. Turki menyebut mikrofon yang digunakan Erdogan memang otomatis mati karena durasi 5 menit yang diberikan kepada para pemimpin negara telah berakhir.

    “Pidato Kepala Negara dan Pemerintahan diberikan waktu 5 menit, sementara pembicara lainnya diberikan waktu 3 menit,” demikian pernyataan tersebut.

    Turki menyatakan Erdogan bukan tidak diizinkan berbicara atau kata-katanya diinterupsi selama pidato. Turki menyatakan mikrofon dimatikan secara otomatis pada akhir menit kelima sesuai dengan prosedur teknis yang berlaku.

    “Presiden kemudian menyelesaikan pidatonya tak lama kemudian. Demikian pula, mikrofon Presiden Indonesia juga dimatikan sesuai dengan prosedur yang sama,” ujarnya.

    “Sebagaimana di semua platform, Turki diwakili di tingkat tertinggi di Majelis Umum PBB, dan pidato-pidato Presiden kami diikuti dengan saksama sebagai pesan yang membentuk agenda global dan menciptakan dampak yang luas,” tambahnya.

    Konferensi Internasional Tingkat Tinggi untuk Penyelesaian Damai Masalah Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara, yang diketuai bersama oleh Prancis dan Arab Saudi, bertujuan untuk mengintensifkan upaya-upaya untuk menghidupkan kembali solusi dua negara dan menyediakan jalan menuju perdamaian.

    Halaman 2 dari 2

    (haf/imk)

  • Akui Negara Palestina, Macron Desak Israel Setop Perang Gaza Segera

    Akui Negara Palestina, Macron Desak Israel Setop Perang Gaza Segera

    Jakarta

    Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Senin (22/9) waktu setempat secara resmi mengakui Negara Palestina. Dia pun mendesak diakhirinya segera perang di Gaza, dengan menyatakan bahwa “waktunya untuk perdamaian telah tiba.”

    Dilansir kantor berita AFP, Selasa (23/9/2025), berbicara pada pembukaan konferensi internasional tingkat tinggi tentang penerapan solusi dua negara, Macron mengatakan saatnya telah tiba bagi Israel dan Palestina “untuk hidup berdampingan dalam damai dan aman.”

    “Namun, saat ini, Israel terus memperluas operasi militernya di Gaza, dengan tujuan yang dinyatakan untuk menghancurkan Hamas,” kata Macron, mengecam serangan yang sedang berlangsung.

    Ia menekankan korban jiwa akibat konflik tersebut: “Ratusan ribu orang telah mengungsi, terluka, kelaparan, dan trauma. Kehidupan mereka masih terus dihancurkan. Tidak ada yang membenarkan perang yang sedang berlangsung di Gaza. Tidak ada.”

    Macron juga mengumumkan bahwa Prancis akan membuka kedutaan besar untuk Negara Palestina setelah semua sandera di Gaza dibebaskan dan gencatan senjata tercapai.

    Portugal, Monako, Kanada, Belgia, Luksemburg, dan Malta kemudian juga turut mengakui Negara Palestina.

    Mesir akan menjadi tuan rumah konferensi rekonstruksi Gaza

    Perdana Menteri Mesir Mostafa Madbouly mengatakan bahwa negaranya akan menjadi tuan rumah konferensi rekonstruksi Gaza segera setelah gencatan senjata tercapai di Gaza.

    “Mesir akan, segera setelah kita mencapai gencatan senjata, menjadi tuan rumah konferensi rekonstruksi internasional di Jalur Gaza untuk memobilisasi dana yang diperlukan bagi rencana rekonstruksi Arab-Islam,” ujarnya di konferensi tersebut.

    Sementara itu, Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump akan mengadakan pertemuan multilateral dengan Qatar, Arab Saudi, Indonesia, Turki, Pakistan, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Yordania.

    Trump juga akan mengadakan serangkaian pertemuan penting di Perserikatan Bangsa-Bangsa minggu ini, dimulai dengan pembicaraan bilateral dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan para pemimpin dari Ukraina, Argentina, dan Uni Eropa.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Trump Akan Gelar Pertemuan dengan Pemimpin Negara Muslim, Termasuk RI

    Trump Akan Gelar Pertemuan dengan Pemimpin Negara Muslim, Termasuk RI

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan mengadakan pertemuan multilateral dengan sejumlah pemimpin negara-negara Muslim di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Negara-negara tersebut adalah Qatar, Arab Saudi, Indonesia, Turki, Pakistan, Mesir, Uni Emirat Arab dan Yordania. Demikian disampaikan Gedung Putih pada hari Senin (22/9) waktu setempat.

    Dilansir Reuters dan Al Arabiya, Selasa (23/9/2025), pertemuan tersebut akan digelar pada hari Selasa (23/9) waktu setempat di sela-sela pertemuan Majelis Umum PBB di New York untuk membahas cara-cara mengakhiri perang di Gaza.

    Pertemuan tersebut akan berlangsung beberapa hari sebelum Trump menjamu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada 29 September mendatang.

    Pertemuan ini juga akan berlangsung di tengah gelombang pengakuan Negara Palestina oleh negara-negara Barat dan ancaman Israel untuk membalas dengan mencaplok sebagian wilayah Tepi Barat yang diduduki.

    Trump juga akan mengadakan serangkaian pertemuan penting di PBB minggu ini, dimulai dengan pembicaraan bilateral dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan para pemimpin dari Ukraina, Argentina, dan Uni Eropa, kata juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt.

    (ita/ita)

  • Prabowo Desak Semua Negara Akui Palestina Saat di PBB: Damai Sekarang, Damai Segera

    Prabowo Desak Semua Negara Akui Palestina Saat di PBB: Damai Sekarang, Damai Segera

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden RI Prabowo Subianto mendesak negara lain untuk segera mengakui negara Palestina sebagai satu-satunya jalan menuju perdamaian abadi di Timur Tengah.

    Hal ini disampaikan dalam pidato di High-level International Conference on the Peaceful Settlement of the Question of Palestine and the Implementation of Two-State Solution di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Selasa (23/9/2025) dini hari WIB.

    “Hanya solusi dua negara ini yang akan mengarah pada perdamaian. Kita harus menjamin kenegaraan bagi Palestina. Namun, Indonesia juga menyatakan bahwa begitu Israel mengakui kemerdekaan dan kenegaraan Palestina, Indonesia akan segera mengakui Negara Israel dan kami akan mendukung semua jaminan untuk keamanan Israel,” tegas Prabowo.

    Prabowo juga menegaskan pentingnya kredibilitas PBB dalam menyelesaikan persoalan Palestina. Ia mengatakan bahwa pengakuan kenegaraan harus diiringi dengan peluang nyata menuju perdamaian yang adil dan abadi.

    “Pengakuan harus berarti peluang nyata menuju perdamaian abadi. Ini harus menjadi perdamaian nyata untuk semua pihak, untuk semua pihak yang terlibat. Yang Mulia, kami memuji negara-negara terkemuka di dunia yang telah mengambil langkah berprinsip ini. Prancis, Kanada, Australia, Inggris, Portugal, dan banyak negara terkemuka lainnya di dunia telah mengambil langkah di sisi yang benar dari sejarah,” lanjutnya.

    Orang nomor satu di Indonesia itu pun mengajak negara-negara lain untuk ikut melakukan hal yang sama, mengakui negara Palestina sebagai langkah yang benar di sisi sejarah.

    “Pengakuan Negara Palestina adalah langkah yang benar di sisi sejarah yang benar. Kepada mereka yang belum bertindak, kami katakan sejarah tidak menunggu,” tegas Prabowo.

    Sebagai bentuk komitmen nyata, Prabowo menyatakan kesiapan Indonesia untuk turut serta menjaga perdamaian dengan menyediakan pasukan perdamaian di bawah mandat PBB.

    “Kami siap mengambil bagian kami dalam perjalanan menuju perdamaian ini. Kami bersedia menyediakan pasukan penjaga perdamaian,” ujarnya.

    Pidato tersebut ditutup dengan seruan penuh harapan agar dunia segera menghentikan kekerasan dan membuka jalan bagi perdamaian yang abadi.

    “Damai. Perdamaian sekarang. Perdamaian segera. Kita butuh perdamaian,” pungkas Prabowo.

    Sekadar informasi, Konferensi yang dipimpin bersama oleh Prancis dan Arab Saudi ini menjadi salah satu forum penting bagi komunitas internasional untuk meneguhkan kembali komitmen global terhadap solusi dua negara, sekaligus menggalang dukungan nyata bagi implementasinya. Indonesia hadir dengan peran sentral sebagai salah satu anggota core group yang mengawal proses perdamaian tersebut.

    Bagi Indonesia, keikutsertaan dalam forum ini bukan sekadar kehadiran formal. Kehadiran Presiden Prabowo di ruang sidang Majelis Umum PBB menegaskan posisi Indonesia yang konsisten memperjuangkan kemerdekaan dan pengakuan terhadap Negara Palestina.

    Palestina Butuh Dukungan Internasional

    Prabowo mengatakan dengan dukungan internasional yang luas, posisi Palestina diharapkan semakin kuat dalam memperjuangkan perdamaian yang adil, bermartabat, dan sesuai dengan prinsip hukum internasional.

    Konferensi dibuka dengan pidato dari lima tokoh, yakni Presiden Prancis Emmanuel Macron, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan Al Saud, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, Presiden SMU PBB ke-80 Annalena Baerbock, serta Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang menyampaikan pidato secara langsung dari Palestina melalui video.

    Presiden Prabowo mendapat kesempatan berbicara pada urutan ke-5 dari total 33 negara dan organisasi internasional yang diundang memberikan pandangan. Kepala Negara menyampaikan pernyataannya setelah Yordania, Turkiye, Brasil, dan Portugal.

    Jumlah pembicara dalam forum ini dibatasi hingga 33, dengan prioritas diberikan kepada negara-negara core group yang memiliki peran krusial dalam mengawal proses implementasi solusi dua negara, termasuk Indonesia.

    Kehadiran Presiden Prabowo Subianto di antara para pemimpin dunia mencerminkan tekad Indonesia untuk terus mengawal isu Palestina hingga terwujud solusi yang damai, permanen, dan berkeadilan bagi seluruh rakyat Palestina. 

    Para Pemimpin Dunia juga menegaskan dukungan bagi implementasi penuh New York Declaration menuju terwujudnya Two-State Solution. Sebagai anggota Core Group, Indonesia berperan penting dalam penyusunan dokumen yang telah disahkan oleh Majelis Umum PBB ini

  • Presiden Prancis Emmanuel Macron Akui Palestina di PBB, Prabowo Beri Standing Ovation

    Presiden Prancis Emmanuel Macron Akui Palestina di PBB, Prabowo Beri Standing Ovation

    Bisnis.com, JAKARTA – Momen bersejarah terjadi di Markas Besar PBB, New York, ketika Presiden Prancis Emmanuel Macron secara resmi mengumumkan pengakuan negaranya terhadap Palestina dalam Konferensi Tingkat Tinggi PBB mengenai solusi dua negara, Selasa (22/9/2025).

    Pernyataan Macron sontak disambut tepuk tangan meriah dan standing ovation, termasuk dari Presiden RI Prabowo Subianto dan delegasi Indonesia.

    “Waktunya telah tiba, ini adalah saat komitmen yang bersejarah dari negara saya untuk mendukung perdamaian antara rakyat Israel dan Palestina. Ini alasan saya mengumumkan hari ini Prancis mengakui Palestina,” kata Macron disambut riuh tepuk tangan para hadirin.

    Prabowo terlihat langsung berdiri dan bertepuk tangan bersama Menteri Luar Negeri Sugiono, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, Menteri HAM Natalius Pigai, serta Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Perkasa Roeslani.

    Presiden Ke-8 RI itu juga menyampaikan pidato yang menegaskan posisi Indonesia. Dia menekankan, solusi dua negara adalah jalan untuk mewujudkan perdamaian permanen.

    “Hanya solusi dua negara ini yang akan mengarah pada perdamaian. Kita harus menjamin kenegaraan bagi Palestina. Namun, Indonesia juga menyatakan bahwa begitu Israel mengakui kemerdekaan dan kenegaraan Palestina, Indonesia akan segera mengakui Negara Israel dan kami akan mendukung semua jaminan untuk keamanan Israel,” tegas Prabowo.

    Prabowo juga menegaskan pentingnya kredibilitas PBB dalam menyelesaikan persoalan Palestina. Dia mengatakan bahwa pengakuan kenegaraan harus diiringi dengan peluang nyata menuju perdamaian yang adil dan abadi.

    “Pengakuan harus berarti peluang nyata menuju perdamaian abadi. Ini harus menjadi perdamaian nyata untuk semua pihak, untuk semua pihak yang terlibat. Yang Mulia, kami memuji negara-negara terkemuka di dunia yang telah mengambil langkah berprinsip ini. Prancis, Kanada, Australia, Inggris, Portugal, dan banyak negara terkemuka lainnya di dunia telah mengambil langkah di sisi yang benar dari sejarah,” lanjutnya.

    Prabowo pun mengajak negara-negara lain untuk ikut melakukan hal yang sama, mengakui negara Palestina sebagai langkah yang benar di sisi sejarah.

    “Pengakuan Negara Palestina adalah langkah yang benar di sisi sejarah yang benar. Kepada mereka yang belum bertindak, kami katakan sejarah tidak menunggu,” tegas Prabowo.

    Sekadar informasi, Konferensi yang dipimpin bersama oleh Prancis dan Arab Saudi ini menjadi salah satu forum penting bagi komunitas internasional untuk meneguhkan kembali komitmen global terhadap solusi dua negara, sekaligus menggalang dukungan nyata bagi implementasinya. Indonesia hadir dengan peran sentral sebagai salah satu anggota core group yang mengawal proses perdamaian tersebut.

    Bagi Indonesia, keikutsertaan dalam forum ini bukan sekadar kehadiran formal. Kehadiran Presiden Prabowo di ruang sidang Majelis Umum PBB menegaskan posisi Indonesia yang konsisten memperjuangkan kemerdekaan dan pengakuan terhadap Negara Palestina. Dengan dukungan internasional yang luas, posisi Palestina diharapkan semakin kuat dalam memperjuangkan perdamaian yang adil, bermartabat, dan sesuai dengan prinsip hukum internasional.

    Konferensi dibuka dengan pidato dari lima tokoh, yakni Presiden Prancis Emmanuel Macron, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan Al Saud, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Presiden SMU PBB ke-80 Annalena Baerbock, serta Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang menyampaikan pidato secara langsung dari Palestina melalui video.

    Presiden Prabowo mendapat kesempatan berbicara pada urutan ke-5 dari total 33 negara dan organisasi internasional yang diundang memberikan pandangan. Kepala Negara menyampaikan pernyataannya setelah Yordania, Turkiye, Brasil, dan Portugal.

    Jumlah pembicara dalam forum ini dibatasi hingga 33, dengan prioritas diberikan kepada negara-negara core group yang memiliki peran krusial dalam mengawal proses implementasi solusi dua negara, termasuk Indonesia. Kehadiran Presiden Prabowo Subianto di antara para pemimpin dunia mencerminkan tekad Indonesia untuk terus mengawal isu Palestina hingga terwujud solusi yang damai, permanen, dan berkeadilan bagi seluruh rakyat Palestina.

    Para Pemimpin Dunia juga menegaskan dukungan bagi implementasi penuh New York Declaration menuju terwujudnya Two-State Solution. Sebagai anggota Core Group, Indonesia berperan penting dalam penyusunan dokumen yang telah disahkan oleh Majelis Umum PBB ini

     

  • Presiden Abbas: Hamas Harus Serahkan Senjata ke Otoritas Palestina

    Presiden Abbas: Hamas Harus Serahkan Senjata ke Otoritas Palestina

    Jakarta

    Presiden Palestina Mahmud Abbas mengapresiasi Presiden Prancis Emmanuel Macron karena telah mengakui Palestina sebagai sebuah negara. Abbas meminta Hamas untuk menyerahkan senjata ke otoritas Palestina.

    Hal itu disampaikan Abbas melalui video dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (KTT) PBB tentang solusi dua negara untuk Palestina, di New York, Amerika Serikat (AS).

    “Hamas tidak akan memiliki peran dalam pemerintahan (Gaza). Hamas dan faksi-faksi lainnya harus menyerahkan senjata mereka kepada Otoritas Palestina,” ujar Abbas, seperti dilansir AFP, Selasa (23/9/2025).

    “Kami juga mengecam pembunuhan dan penahanan warga sipil, termasuk tindakan Hamas pada 7 Oktober 2023,” imbuhnya.

    Dilansir Aljazeera, Abbas juga menyerukan untuk gencatan senjata segera di Gaza. Menurutnya, bantuan sangat diperlukan di Gaza.

    “Kami menyerukan gencatan senjata segera. Kami perlu mengirimkan bantuan ke Gaza. Kami membutuhkan pembebasan tawanan. Kami memuji peran Mesir dan Qatar dalam memediasi berakhirnya perang, dan juga Mesir dan Yordania, yang telah menolak rencana pemindahan warga Palestina,” kata Abbas.

    (lir/lir)

  • Prabowo Hadiri KTT PBB soal Palestina, Didampingi Menlu-Seskab

    Prabowo Hadiri KTT PBB soal Palestina, Didampingi Menlu-Seskab

    Jakarta

    Presiden RI Prabowo Subianto tiba di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat (AS). Prabowo menghadiri Konferensi Internasional Tingkat Tinggi untuk Penyelesaian Damai atas Masalah Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara.

    Dilansir Antara, Presiden Prabowo memasuki ruang Sidang Majelis Umum PBB sekitar pukul 15.00 waktu setempat, Selasa (22/9/2025). Prabowo mengenakan setelan jas berwarna abu-abu gelap dan kopiah hitam.

    Presiden Prabowo duduk di bagian tengah kanan dari arah panggung, diapit oleh India dan Iran.

    Turut mendampingi Kepala Negara adalah Menteri Luar Negeri Sugiono, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Perkasa Roeslani, Menteri Hak Asasi Manusia Natalius Pigai, dan Wakil Tetap Republik Indonesia untuk PBB Umar Hadi.

    KTT yang digelar oleh PBB dalam rangkaian acara Sidang Majelis Umum PBB itu akan berlangsung pada pukul 15.00 hingga 18.00 waktu setempat.

    KTT ini diketuai oleh Prancis dan Arab Saudi. Presiden Emmanuel Macron mengumumkan Prancis mengakui negara Pelestina usai membuka KTT ini.

    “Hari ini, saya menyatakan bahwa Prancis mengakui Negara Palestina,” ujar Macron.

    Sementara itu, Presiden Prabowo mendapat urutan kelima sebagai kepala negara yang akan menyampaikan pernyataan dalam forum tersebut setelah Yordania, Turki, Brazil, dan Portugal.

    Deputi Wakil Tetap Republik Indonesia di New York Hari Prabowo menyampaikan bahwa sesi mengenai Palestina pada rangkaian Sidang Majelis Umum PBB bertujuan untuk menggalang lebih banyak negara yang memberi pengakuan terhadap Negara Palestina.

    “High Level Conference Two State Solution ini tujuannya adalah untuk menggalang sebanyak mungkin negara yang memberikan pengakuan terhadap State of Palestine. Sehingga akan meningkatkan leverage Palestina dalam proses negosiasi damai,” kata Hari Prabowo dalam pengarahan media di PTRI New York, Amerika Serikat, Sabtu (20/9).

    Hari menuturkan bahwa konferensi yang diketuai bersama oleh Prancis dan Arab Saudi itu berupaya membuat posisi Palestina di mata dunia setara dengan Israel sehingga tercipta kedamaian di kawasan dan keadilan bagi bangsa Indonesia.

    Keterlibatan Indonesia dalam mewujudkan solusi dua negara bagi Palestina, lanjutnya, ditunjukkan melalui partisipasi Indonesia sebagai kelompok inti (core group) untuk menggalang pengakuan negara Palestina.

    “Main inisiator-nya itu adalah Prancis dan Saudi, tapi ada core group’. Nah Indonesia salah satu dari core group-nya, total ada 19. Nah 19 ini, terus terang saja, di luar layar juga melakukan berbagai upaya menggalang sebanyak mungkin negara-negara yang memberikan pengakuan pada State of Palestine,” kata Hari.

    Dia optimistis menjelang hari pelaksanaan konferensi mengenai masalah Palestina, akan ada lagi beberapa negara yang secara resmi mengakui Palestina sebagai negara.

    Sejumlah negara, baru-baru ini, menyampaikan bahwa mereka akan secara resmi mengakui Palestina menjelang sidang PBB. Sejumlah negara itu adalah Inggris, Prancis, Portugal, dan Malta.

    Sidang Majelis Umum PBB pada Jumat (12/9) telah mengadopsi sebuah draf resolusi yang mengesahkan Deklarasi New York tentang Penyelesaian Damai Isu Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara.

    (lir/lir)

  • Prabowo Akan Hadiri KTT PBB soal Solusi Dua Negara untuk Palestina

    Prabowo Akan Hadiri KTT PBB soal Solusi Dua Negara untuk Palestina

    Jakarta

    Presiden Prabowo Subianto akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi untuk Penyelesaian Damai Masalah Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat. KTT ini diketuai oleh Prancis dan Arab Saudi.

    Dilansir Antara, KTT yang diselenggarakan oleh PBB sebagai bagian dari Majelis Umum ini akan berlangsung dari pukul 15.00 hingga 18.00 waktu New York, Senin (22/9/2025).

    Konferensi akan dibuka dengan sambutan dari Presiden Majelis Umum PBB Annalena Baerbock dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

    Presiden Prabowo dijadwalkan menjadi kepala negara kelima yang menyampaikan pernyataan di forum tersebut, setelah para pemimpin dari Yordania, Turki, Brasil, dan Portugal.

    Wakil Tetap Republik Indonesia (PTRI) di New York, Hari Prabowo, mengatakan sesi tentang Palestina di Majelis Umum bertujuan untuk mendorong lebih banyak negara mengakui Negara Palestina.

    “Tujuan Konferensi Tingkat Tinggi tentang Solusi Dua Negara adalah untuk mendorong sebanyak mungkin negara mengakui Negara Palestina,” kata Hari Prabowo dalam jumpa pers di Perutusan Tetap Indonesia di New York, Sabtu (20/9).

    “Dengan demikian, pengaruh Palestina dalam proses negosiasi perdamaian akan semakin meningkat,” tambahnya.

    Hari menjelaskan bahwa KTT yang diketuai bersama oleh Prancis dan Arab Saudi ini bertujuan untuk menempatkan Palestina setara dengan Israel di tingkat internasional, sehingga mendorong perdamaian di kawasan dan keadilan bagi rakyat Palestina.

    Dia mengatakan komitmen Indonesia untuk mewujudkan solusi dua negara, ditunjukkan melalui perannya sebagai bagian dari kelompok inti yang mendorong pengakuan negara Palestina.

    “Prancis dan Arab Saudi adalah pemrakarsa utama, tetapi ada kelompok inti, dan Indonesia adalah salah satu dari 19 anggota. Ke-19 negara ini telah melakukan berbagai upaya untuk memobilisasi sebanyak mungkin negara yang mungkin ingin mengakui Negara Palestina,” ujarnya.

    Hari Prabowo juga menyatakan optimismenya bahwa lebih banyak negara akan secara resmi mengakui Palestina menjelang konferensi.

    (lir/lir)

  • Raja Salman Cs Respons Inggris Dkk Akui Negara Palestina, Bilang Ini

    Raja Salman Cs Respons Inggris Dkk Akui Negara Palestina, Bilang Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Beberapa negara dan organisasi Arab menyambut baik pengakuan resmi negara Palestina oleh negara-negara Barat. Hal ini diungkapkan setelah Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal mengakui Palestina sebagai sebuah negara.

    Arab Saudi menyambut baik langkah tersebut. Riyadh mengatakan bahwa langkah tersebut “menegaskan komitmen tulus negara-negara sahabat ini untuk mendukung jalan perdamaian dan memajukan solusi dua negara berdasarkan resolusi PBB yang sah dan relevan”.

    Kuwait, dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri, memuji pengakuan tersebut. Negara itu mengatakan bahwa hal itu “akan berkontribusi untuk meningkatkan peluang perdamaian di kawasan dan mendukung upaya internasional yang bertujuan untuk solusi dua negara.”

    “Kami menekankan perlunya semua negara lain mengambil langkah serupa untuk menjaga keamanan, stabilitas, dan kemakmuran kawasan,” ujar Kementerian Kuwait, dikutip Senin (22/9/2025)

    Oman juga menyambut baik pengumuman tersebut. Muscat menganggapnya sebagai perkembangan yang sangat signifikan terkait solusi dua negara serta keamanan dan perdamaian regional.

    “Mengakui negara Palestina untuk menjamin hak sah rakyat Palestina untuk mendirikan negara merdeka mereka berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” seru Kementerian Luar Negeri Oman.

    Raja Yordania Abdullah II memuji keputusan Australia untuk mengakui negara Palestina dalam pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Anthony Albanese di New York.

    “Pengakuan resmi oleh Inggris, Kanada, dan Australia” sejalan dengan meningkatnya keinginan internasional untuk mengakhiri pendudukan dan mewujudkan hak asasi rakyat Palestina untuk mendirikan negara mereka berdasarkan solusi dua negara.

    Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) menyebut pengumuman tersebut sebagai “perkembangan sejarah yang penting menuju tercapainya keadilan dan legitimasi internasional”.

    Sebelumnya, Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal secara resmi mengakui Palestina menjelang Sidang Umum PBB. Dengan tambahan ini, sekitar tiga perempat negara anggota PBB telah mengakui Palestina, dengan Irlandia, Spanyol, dan Norwegia telah meresmikan pengakuan tahun lalu.

    (tps/șef)

    [Gambas:Video CNBC]