Negara: Vietnam

  • Gerah Banget! Cuaca Panas di Indonesia Bukan Heatwave

    Gerah Banget! Cuaca Panas di Indonesia Bukan Heatwave

    Jakarta

    Kalian merasakan suhu udara beberapa pekan belakangan gerah banget? Apakah Indonesia terkena dampak gelombang panas atau heatwave? Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa cuaca panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini bukanlah akibat heatwave.

    Berdasarkan karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan BMKG, fenomena cuaca panas tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.

    “Memang betul, saat ini gelombang panas sedang melanda berbagai negara Asia, seperti Thailand dengan suhu maksimum mencapai 52°C. Kamboja, dengan suhu udara mencapai level tertinggi dalam 170 tahun terakhir, yaitu 43°C pada minggu ini. Namun, khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya,” ungkap Kepala BMKG Dwikorita di Jakarta, Senin (6/5/2024).

    Dwikorita menerangkan, kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara. Sehingga dimungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik. Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia.

    Suhu panas yang terjadi, kata Dwikorita, adalah akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan.

    Sama halnya dengan kondisi gerah yang dirasakan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini, tambah dia, hal tersebut juga merupakan sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau, sebagai kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembaban yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini.

    “Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara, kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari,” paparnya.

    Sedangkan pada malam hari, kondisi gerah serupa juga dapat terasa jika langit masih tertutup awan dengan suhu udara serta kelembaban udara yang relatif tinggi. Selanjutnya, udara berangsur-angsur dirasakan mendingin kembali jika hujan sudah mulai turun.

    Suhu Udara Maksimum

    Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menyampaikan bahwa suhu udara maksimum tertinggi di Indonesia selama sepekan terakhir tercatat terjadi di Palu 37,8°C pada 23 April lalu.

    Suhu udara maksimum di atas 36,5°C juga tercatat di beberapa wilayah lain, yaitu pada tanggal 21 April di Medan, Sumatera utara yang mencapai 37,0°C, dan di Saumlaki, Maluku mencapai suhu maksimum sebesar 37.8°C, serta pada tanggal 23 April di Palu, Sulawesi Tengah mencapai 36,8°C.

    “Berdasarkan hasil pantauan jaringan pengamatan BMKG, hingga awal Mei 2024 menunjukkan bahwa baru sebanyak 8% wilayah Indonesia (56 Zona Musim atau ZOM) telah memasuki musim kemarau. Wilayah yang telah memasuki periodemusim kemarau tersebut meliputi sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, Riau bagian utara, sekitar Pangandaran Jawa Barat, sebagian Sulawesi Tengah dan sebagian Maluku Utara, kata Ardhasena.

    Pada periode hingga satu bulan ke depan, terdapat beberapa wilayah yang akan memasuki musim kemarau seperti sebagian Nusa Tenggara, sebagian pulauJawa, sebagian pulau Sumatera, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Maluku, serta Papua bagian timur dan selatan.

    “Meskipun demikian, sekitar 76 % wilayah Indonesia lainnya (530 ZOM) masih berada pada periode musim hujan,” imbuhnya.

    Gelombang Panas Landa Asia

    Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Fachri Radjab menjelaskan bahwa gelombang panas banyak melanda sejumlah negara di Asia. Dari Vietnam juga dilaporkan bahwa suhu maksimum di beberapa bagian utara dan tengah mencapai angka 44°C. Sementara itu di Filipina, fenomena gelombang panas menyebabkan pemerintah meliburkan sekolah-sekolah.

    “Serangkaian gelombang panas ini diduga disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, gerakan semu Matahari pada akhir April dan awal Mei ini berada di atas lintang 10 derajat Lintang Utara yang bertepatan dengan wilayah-wilayah Asia Tenggara daratan. Hal ini menyebabkan penyinaran Matahari sangat terik dan memberikan background kondisi yang panas,” kata Fachri.

    Faktor kedua, lanjut dia, adalah anomali iklim El Nino 2023/2024. Analisis data historis menunjukkan bahwa saat terjadi El Nino, wilayah Asia Tenggara daratan akan mengalami anomali suhu hingga mencapai 2 derajat di atas normal pada periode Maret-April-Mei.

    Adapun faktor ketiga yaitu pengaruh pemanasan global, yang menyebabkan suhu terus meningkat dari tahun ke tahun. Kombinasi ketiga faktor tersebut menyebabkan suhu udara pada April-Mei ini menjadi sangat ekstrem di wilayah Asia Tenggara.

    “Mudah-mudahan situasi tersebut tidak terjadi di Indonesia,” pungkasnya.

    (rns/rns)

  • Pendiri Twitter Dukung Protes Anti Israel di Kampus AS

    Pendiri Twitter Dukung Protes Anti Israel di Kampus AS

    Jakarta

    Sedang merebak protes anti Israel dan pro Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat. Pendiri Twitter, Jack Dorsey, mengutarakan dukungannya terhadap demonstrasi mahasiswa itu, khususnya yang berlangsung sengit di Columbia University.

    Kabar terbaru, sekitar 300 mahasiswa ditangkap oleh aparat kepolisian karena demonstrasi anti Israel itu, di mana mahasiswa menduduki kampus. Dorsey, yang mundur dari jabatan CEO Twitter di tahun 2021, tampak mengkritik tindakan aparat yang berlebihan.

    Dorsey menyetujui pendapat podcaster Kylie Kulinsky yang membandingkan protes anti Israel dengan demonstrasi anti perang Irak dan Vietnam dulu. “Dulu, pemrotes perang Irak dibenci. Sama dengan pengkritik perang Vietnam. Saat ini, orang dengan otak berfungsi menyadari bahwa mereka 100% benar,” tulisnya.

    Postingan itu di-retweet oleh Dorsey dengan perkataan ‘yes’ yang berarti ia mendukung pendapat Kylie. Dorsey punya sekitar 6,4 juta follower di X, nama baru untuk X semenjak dinakhodai oleh Elon Musk.

    [Gambas:Twitter]

    Tidak hanya itu, Dorsey yang sekarang memimpin perusahaan keuangan Block Inc yang juga ia dirikan, juga mengomentari video pengerahan kendaraan berat oleh kepolisian NYPD untuk menghadapi protes para mahasiswa.

    “Level peralatan militer oleh polisi lokal cukup menggelisahkan,” tulis seorang user X bernama Luke Rudkowski. Dorsey menyebut hal semacam itu sudah biasa terjadi. “Ini sudah terjadi di seluruh negeri salam lebih dari satu dekade,” tulisnya.

    Dorsey menyetujui postingan lain yang menyatakan keheranan mengapa banyak orang senang dengan kekuatan negara semacam itu. Dia kemudian memposting kicauan yang menilai Amerika Serikat pada saat ini sudah berubah menjadi negara polisi.

    (fyk/fay)

  • Heboh Ratusan Ribu Ikan Mati Mendadak di Vietnam

    Heboh Ratusan Ribu Ikan Mati Mendadak di Vietnam

    Jakarta

    Cuaca sangat panas tengah melanda Asia Tenggara dan menimbulkan beberapa dampak buruk. Salah satunya adalah kematian massal ikan di waduk di provinsi Dong Nai, Vietnam selatan, menjadi ‘tumbal’ atas melonjaknya suhu di Asia Tenggara.

    Nelayan di sana brusaha mengumpulkan ratusan ribu ikan mati yang memenuhi waduk Song May seluas 300 hektar di tengah gelombang panas yang ganas. Kekeringan hebat melanda bagian selatan Vietnam pada bulan April ketika suhu melonjak hingga hampir 40 derajat Celcius, menyebabkan petani kesulitan menjaga tanaman mereka.

    Warga dan media lokal menyalahkan kekeringan, gelombang panas, dan masalah pengelolaan waduk sebagai faktor penyebab kematian massal ikan itu. Air di danau dilaporkan terlalu dangkal bagi hewan-hewan tersebut untuk bertahan hidup karena tidak ada curah hujan selama berminggu-minggu.

    Nghia, seorang warga di provinsi tersebut, mengatakan bahwa banyak sekali ikan mati karena kekurangan air. Baunya pun sangat terasa. “Hidup kami telah berubah drastis selama 10 hari terakhir karena baunya,” katanya seperti dikutip detikINET dari CNN.

    Bahkan dengan banyaknya ember dan jaring, menyingkirkan semua ikan yang sudah mati itu tetap sangat sulit. Media lokal melaporkan bahwa sebanyak 200 ton ikan mati karena kepanasan.

    Dalam foto, tampak dasar waduk terlihat tampak kering, retak, dan berlumpur, dengan banyak ikan mati yang mengapung di sisa air. Nghia mengatakan bahwa upaya penyelamatan antara lain dengan memasang pompa untuk menghilangkan lumpur sehingga ikan memiliki lebih banyak ruang untuk bergerak tidak berhasil.

    Pihak berwenang sedang menyelidiki fenomena kematian massal ikan ini seiring dengan upaya yang terus dilakukan untuk menghilangkan ikan yang mati tersebut.

    Negara-negara Asia Tenggara dan Selatan saat ini memang sedang mengalami gelombang panas yang dinilai bersejarah dengan kondisi yang sangat panas sehingga memicu tindakan darurat di seluruh wilayah. “Ini merupakan peristiwa paling ekstrem dalam sejarah iklim dunia,” tulis sejarawan cuaca Maximiliano Herrera di X.

    (fyk/rns)

  • Intelijen Korsel Beberkan Rencana Korut Serang Kedutaannya

    Intelijen Korsel Beberkan Rencana Korut Serang Kedutaannya

    Seoul

    Badan intelijen Korea Selatan (Korsel) membeberkan rencana Korea Utara (Korut) untuk melancarkan serangan “teroris” menargetkan para pejabat diplomatik dan warga negara Korsel di luar negeri. Rencana serangan ini mendorong Seoul menaikkan level kewaspadaan pada misi diplomatiknya di sebanyak lima negara.

    Seperti dilansir AFP, Jumat (3/5/2024), Badan Intelijen Nasional (NIS) Korsel mengungkapkan bahwa pihaknya baru-baru ini “mendeteksi banyak tanda bahwa Korea Utara sedang mempersiapkan serangan teroris terhadap staf kedutaan atau warga negara kami di berbagai negara”.

    “Seperti China, Asia Tenggara, dan Timur Tengah,” sebut NIS dalam pernyataannya pada Jumat (3/5) waktu setempat.

    “Korea Utara telah mengirimkan agen-agennya ke negara-negara ini untuk memperluas pengintaian terhadap Kedutaan Besar Korea Selatan dan juga terlibat dalam aktivitas spesifik seperti mencari warga Korea Selatan yang berpotensi menjadi target teroris,” ungkap pernyataan NIS tersebut.

    Badan intelijen Korsel, dalam pernyataannya, menyebut hal itu tampaknya terkait dengan gelombang pembelotan warga elite Korut yang terjebak di luar negeri selama pandemi virus Corona (COVID-19), dan kini berusaha menghindari pulang ke negaranya setelah Pyongyang melonggarkan kontrol perbatasan yang ketat.

    Korut menganggap pembelotan sebagai tindak kejahatan serius dan diyakini telah memberikan hukuman berat kepada para pelanggar, keluarga mereka, dan bahkan orang-orang yang terkait insiden tersebut.

    Para pejabat Kedutaan Besar Korut, menurut laporan NIS, mungkin mengirimkan laporan palsu yang menyalahkan “faktor eksternal” atas pembelotan sukarela dari rekan-rekan mereka, dalam upaya menghindari hukuman.

    Akibatnya, sebut NIS, Pyongyang mungkin “merencanakan pembalasan” terhadap staf Kedutaan Besar Korsel dengan alasan seperti itu.

    Lihat juga Video ‘Korut Tembakkan Rudal Balistik ke Laut Jepang’:

    Dengan adanya informasi itu, maka Kementerian Luar Negeri Korsel mengumumkan pihaknya telah menaikkan status peringatan antiterorisme di sebanyak lima misi diplomatiknya di luar negeri, yakni Kedutaan Besar di Kamboja, Laos dan Vietnam, juga konsulat di Vladivostok, Rusia dan di Shenyang, China.

    Baik Seoul maupun Pyongyang sama-sama memiliki kedutaan besar atau konsulat di kelima lokasi tersebut.

    Menurut Kementerian Unifikasi di Seoul, Korut memiliki hubungan diplomatik dengan lebih dari 150 negara, namun jumlah misi diplomatik yang dijalankan di luar negeri telah menyusut sejak tahun 1990-an karena kendala keuangan.

    Akhir tahun lalu, Korut menutup beberapa kedutaannya termasuk di negara sekutu utamanya di Afrika, seperti Angola dan Uganda, serta di sejumlah negara mulai dari Spanyol hingga Hong Kong.

    Langkah itu dinilai oleh Seoul sebagai pertanda memburuknya kondisi perekonomian negara tersebut. Namun Pyongyang membela diri dengan menyebutnya sebagai perampingan birokrasi.

    Sementara itu, laporan Kementerian Unifikasi Seoul menyebut sebanyak 196 pembelot Korut tiba di wilayah Korsel sepanjang tahun lalu, dengan sekitar 10 pembelot di antaranya berasal dari kalangan elite Pyongyang seperti diplomat dan anak-anak mereka.

    Angka itu, menurut Seoul, merupakan yang tertinggi untuk jumlah pembelotan elite Korut ke Korsel sejak tahun 2017 lalu.

    Lihat juga Video ‘Korut Tembakkan Rudal Balistik ke Laut Jepang’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Polisi Tangkap Ratusan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina di New York

    Polisi Tangkap Ratusan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina di New York

    New York City

    Sekitar 300 orang ditahan pihak kepolisian di Columbia University dan City college di New York. Sementara itu, bentrokan antara kelompok pengunjuk rasa yang berseteru pecah di Los Angeles, Amerika Serikat (AS).

    Pada Rabu (01/05), pihak kepolisian mendapat panggilan dari sejumlah perguruan tinggi di Amerika Serikat menyusul gelombang aksi protes mahasiswa pro-Palestina.

    Aksi demonstrasi ini dilakukan oleh mahasiswa untuk memprotes dukungan akademik dan pemerintah di tengah gempuran serangan Israel terhadap Gaza.

    Berdasarkan klaim data dari Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, lebih dari 34.500 orang di wilayah Palestina tewas sejak awal operasi militer Israel.

    Merespons aksi demonstrasi ini, Israel menudingnya sebagai contoh antisemitisme dari universitas-universitas di Amerika. Tuduhan Israel ini kemudian dibantah oleh sejumlah kelompok mahasiswa.

    Perkemahan mahasiswa pro-Palestina merupakan aksi demonstrasi paling luas dan berkepanjangan, yang mengguncang sejumlah kampus di Amerika Serikat sejak aksi protes menentang perang Vietnam pada tahun 1960-an dan 1970-an.

    Polisi bubarkan demonstran di Columbia University

    Pada Selasa (30/04) malam waktu setempat, polisi New York membubarkan demonstrasi yang telah melumpuhkan aktivitas di Columbia University selama hampir dua minggu. Dalam pembubaran itu, polisi menangkap puluhan orang.

    Dia mengklaim bahwa pendudukan gedung perkuliahan itu dipimpin oleh “sejumlah oknum yang tidak berafiliasi dengan pihak kampus.” Namun, dia tidak memberikan bukti untuk pernyataan ini.

    Shafik juga meminta kepolisian untuk tetap berjaga di kampus setidaknya sampai tanggal 17 Mei demi “memastikan perkemahan tidak didirikan lagi.”

    Acara wisuda Columbia University biasanya digelar di alun-alun pusat kampus, tempat di mana perkemahan demonstran didirikan. Wisuda kampus ini sendiri direncanakan berlangsung pada 15 Mei.

    Pada Rabu (01/05), Wali Kota New York, Eric Adams, turut menuding bahwa aksi massa pro-Palestina bukanlah mahasiswa. Menurutnya, demonstran tersebut merupakan para penghasut profesional. Namun, dia tidak memberikan bukti terkait hal ini.

    “Setelah saya mengetahui adanya oknum dari luar yang ikut dalam insiden ini. Seperti yang disebutkan dalam surat permintaan pihak Columbia kepada kepolisian New York, jelas bahwa kami harus mengambil tindakan yang tepat, karena divisi intelijen kami mengidentifikasi bahwa demonstran adalah profesional yang terlatih,” kata Eric Adams dalam acara CBS Morning.

    Bentrok antar pengunjuk rasa di UCLA

    Pada Rabu (01/05), pihak University of California, Los Angeles (UCLA) turut memanggil pihak kepolisian. Saat itu, dua kelompok pengunjuk rasa yang saling bermusuhan bentrok di dalam kampus.

    Dalam sebuah rekaman yang telah diverifikasi kantor berita Reuters, para demonstran yang saling berseteru itu terlihat menggunakan tongkat dan galah untuk menyerang sebuah tenda yang didirikan oleh para massa aksi pro-Palestina.

    Rektor UCLA Gene Block menyebut bahwa orang-orang yang “tidak berafiliasi dengan kampus kami” terlibat dalam insiden tersebut. Hanya saja, dia tidak memberikan bukti atas klaimnya tersebut.

    Pihak kepolisian Los Angeles kemudian mengonfirmasi bahwa mereka datang karena merespons permintaan dari pihak kampus untuk memulihkan ketertiban “lantaran adanya sejumlah tindak kekerasan terhadap perkemahan di kampus mereka.”

    Katy Yaroslavsky, seorang anggota dewan Los Angeles yang daerah pilihannya mencakup kampus UCLA, mengatakan bahwa situasi sudah tidak terkendali.

    “Setiap orang punya hak untuk bebas berbicara dan melakukan protes, tapi situasi di kampus UCLA sudah tidak terkendali dan tidak aman,” ujar dia di akun media sosial.

    Penangkapan di sejumlah kampus di seluruh Amerika Serikat

    Penangkapan telah terjadi di sejumlah kampus di Amerika Serikat dalam beberapa hari terakhir.

    Dalam sebuah rekaman yang diunggah pada Selasa (30/04), pihak kepolisian terlibat dalam bentrokan dengan para aksi massa pro-Palestina di City College of New York. Petugas terlihat menjatuhkan pengunjuk rasa ke tanah.

    Selain itu, petugas juga menurunkan bendera Palestina yang dikibarkan pada tiang bendera kampus, dan menggantinya dengan bendera Amerika.

    Pada hari yang sama di Northern Arizona University, polisi anti huru-hara berpakaian lengkap, menangkap sekitar 20 orang karena dianggap masuk tanpa izin. Satu orang dijatuhkan ke tanah.

    Polisi juga membubarkan perkemahan pro-Palestina di Tulane University, New Orleans pada Rabu (01/05). Setidaknya enam orang ditangkap, dan pihak kampus juga menskors tujuh mahasiswa.

    Sementara itu, Brown University di negara bagian East Coast, Rhode Island, membuat kesepakatan dengan aksi massa pro-Palestina. Pihak pengunjuk rasa bakal menutup perkemahan mereka dengan imbalan para administrator akan mengadakan pemungutan suara pada Oktober guna mempertimbangkan untuk melepaskan diri dari Israel.

    mh/pkp/hp (AP, AFP, Reuters)

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kekeringan Menyingkap Kota Berusia 300 Tahun yang Hilang di Filipina

    Kekeringan Menyingkap Kota Berusia 300 Tahun yang Hilang di Filipina

    Manila

    Fenomena cuaca panas terik di Filipina mengakibatkan sebuah bendungan besar di negara itu mengering sampai-sampai memunculkan puing-puing kota berusia hampir 300 tahun.

    Kota Pantabangan ditenggelamkan pada tahun 1970-an untuk kepentingan pembangunan waduk. Pada keadaan ekstrem yang langka ketika cuaca kering dan panas kota ini muncul dari permukaan air.

    Munculnya kembali Kota Pantabangan ini terjadi karena hampir separuh Filipina tengah dilanda kekeringan di beberapa daerah, suhu mencapai titik tertinggi.

    Marlon Paladin, seorang ahli dari dinas pemerintahan yang mengoperasikan bendungan itu, mengatakan kepada AFP bahwa sejak bendungan itu dibangun, ini adalah waktu terlama kota yang hilang tersebut berada di atas air

    Panas yang ekstrem mengganggu keseharian jutaan warga Filipina. Sekolah-sekolah ditutup selama berhari-hari dan para pekerja kantoran disarankan untuk bekerja dari rumah.

    Kota Pantabangan ditenggelamkan pada tahun 1970-an untuk kepentingan pembangunan waduk. Pada kondisi ekstrem yang langka ketika cuaca kering dan panas kota ini muncul dari permukaan air. (Getty Images)

    Benison Estareja, ahli meteorologi dari badan cuaca milik pemerintah Pagasa, berkata kepada BBC News bahwa suhu udara masih bisa sedikit lebih panas dalam beberapa hari mendatang.

    “Dampak umum perubahan iklim terhadap Filipina adalah suhu yang lebih hangat. Panas kita alami sekarang ini dapat terus meningkat dalam beberapa hari mendatang,” ujar Estareja.

    Filipina termasuk negara paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Musim penghujan bisa membawa badai bak monster, seperti Topan Super Haiyan salah satu topan terkuat dalam sejarah pada tahun 2013.

    Waduk Pantabangan menyediakan air untuk persawahan di wilayah sekitar. (Getty Images)

    “Ketinggian air bendungan akan turun, termasuk di Pantabangan dan daerah lainnya,” imbuh Estareja.

    Berdasarkan data resmi, tinggi muka air sudah turun hampir 50 meter dari level normal yang paling tinggi yakni 221 meter.

    Paladin mengatakan kepada AFP bahwa reruntuhan Kota Pantabangan mulai muncul kembali pada bulan Maret karena daerah tersebut hampir tidak mendapat hujan.

    Munculnya kembali reruntuhan tersebut telah menarik wisatawan ke kota yang berjarak sekitar 202 kilometer di utara Manila.

    Baca juga:

    Musim panas dan kemarau di Filipina saat ini diperparah oleh El Nino atau pemanasan tidak normal di permukaan air di Samudra Pasifik. Seluruh pantai timur negara kepulauan ini menghadap ke Pasifik.

    Seperti diberitakan kantor berita Reuters, sekolah-sekolah di Filipina ditutup dan pemerintahan setempat memperingatkan kelebihan beban di jaringan listriknya.

    Pada hari Minggu (28/04), Kementerian Pendidikan Filipina membatalkan kelas tatap muka di sekolah-sekolah negeri selama dua hari. Kondisi ini mirip dengan Bangladesh yang juga memberlakukan penangguhan sekolah dan berdampak terhadap 33 juta siswa.

    “Kami mendapatkan laporan-laporan para siswa dan guru mengalami tekanan darah tinggi, sakit kepala, hingga pingsan dalam beberapa hari terakhir,” tutur Benjo Basas, ketua Teachers Dignity Coalition, kepada stasiun radio DWPM.

    Sisa-sisa Kota Pantabangan yang kembali muncul ke permukaan menjadi daya tarik wisata. (Getty Images)

    Badan cuaca Filipina menyebut indeks panas suhu aktual yang dirasakan oleh tubuh termasuk kelembaban relatif diperkirakan akan tetap berada pada rekor 45 derajat Celcius.

    Kisaran ini dikategorikan “bahaya” karena kondisinya dapat memicu serangan panas akibat paparan yang berkepanjangan.

    Gelombang panas juga menekan pasokan listrik di pulau utama Luzon yang menyumbang tiga perempat dari hasil ekonomi Filipina.

    Operator jaringan listrik Filipina menyatakan cadangan listrik di sana menipis setelah 13 pembangkit listrik ditutup awal bulan ini.

    Orang-orang mengunjungi sisa-sisa kota tua Pantabangan yang tenggelam pada 28 April 2024 di provinsi Nueva Ecija, Filipina. (Getty Images)

    Bagaimana dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya?

    Negara-negara di seluruh Asia Tenggara sudah mengeluarkan berbagai peringatan kesehatan menjelang gelombang panas parah yang mematikan.

    Di Myanmar, suhu udara melonjak di atas 45 derajat Celcius.

    Adapun di Vietnam, media pemerintah memberitakan bagaimana masyarakat berupaya kabur dari sengatan panas dengan mengunjungi mal-mal ber-AC di pusat bisnis Kota Ho Chi Minh.

    Badan cuaca nasional Vietnam mengeluarkan peringatan risiko kebakaran hutan, dehidrasi, dan serangan panas.

    Pada Minggu (28/04), otoritas cuaca Vietnam melaporkan suhu maksimum di beberapa bagian di wilayah utara dan tengah Vietnam berkisar antara 40,2 dan 44,0 derajat Celcius.

    Di Vietnam, orang-orang berlindung dari panas dengan menyambangi pusat perbelanjaan. (Getty Images)

    Di sisi lain, perusahaan listrik negara Vietnam mendesak konsumen untuk tidak menggunakan AC secara berlebihan mengingat konsumsi listrik mencapai rekor tertinggi dalam beberapa hari terakhir.

    Di Thailand, suhu di Bangkok dan wilayah tengah dan utara negara itu diperkirakan akan melampaui 40 derajat. Badan meteorologi menyarankan orang-orang untuk menghindari berada di luar ruangan untuk waktu yang lama.

    Di Lampang, kota Thailand bagian utara, suhu melonjak hingga 44,2 derajat Celcius di pada 22 April. Departemen meteorologi pada Senin (29/04) memperkirakan panas ekstrem akan berlanjut pekan ini.

    Kementerian Kesehatan Thailand sendiri menyatakan 30 orang meninggal akibat sengatan panas antara Januari dan 17 April tahun ini. Pada tahun 2023, 37 orang dilaporkan meninggal karena sengatan panas.

    Sementara di Malaysia, badan meteorologi setempat pada hari Minggu (28/04) mengumumkan peringatan cuaca panas untuk 16 daerah yang suhunya mencapai antara 35 dan 40 derajat Celcius selama tiga hari berturut-turut.

    Kementerian Kesehatan Malaysia melaporkan sebanyak 45 kasus penyakit terkait panas meski tidak disebutkan kapan kasus-kasus itu mulai dilacak. Dalam pernyataannya, kementerian melaporkan dua kematian akibat serangan panas.

    Di negara tetangga Singapura, layanan meteorologi setempat mengatakan suhu di sana bisa melampaui tahun 2023 yang merupakan tahun terpanas keempat di Singapura sejak pencatatan dimulai pada 1929.

    Hari terpanas Singapura tercatat pada 13 Mei 2023 ketika suhu maksimum harian tertinggi mencapai 37 derajat Celcius.

    Sejak bulan lalu, beberapa sekolah melonggarkan aturan seragam supaya para siswa boleh mengenakan pakaian olahraga yang lebih nyaman di tengah panas yang bertubi-tubi.

    Bagaimana dengan negara kita?

    Di Indonesia, memanasnya suhu mendorong peningkatan kasus demam berdarah, infeksi yang dibawa nyamuk. Kementerian Kesehatan menyatakan angkanya naik lebih dari dua kali lipat menjadi 35.000 dari 15.000 setahun sebelumnya.

    Juru bicara Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan kepada kantor berita Antara bahwa pola cuaca El Nino telah memperpanjang musim kemarau sementara suhu yang lebih panas mempercepat siklus hidup nyamuk penyebab demam berdarah.

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Mesranya Hubungan Vatikan-Pemerintah Komunis Vietnam, Ada Apa?

    Mesranya Hubungan Vatikan-Pemerintah Komunis Vietnam, Ada Apa?

    Jakarta

    Awal bulan ini, Uskup Agung Paul Richard Gallagher, sekretaris Vatikan untuk hubungan dengan negara-negara dan organisasi internasional, menyelesaikan perjalanan kerja enam hari ke Vietnam untuk mengantisipasi rumor kunjungan Paus Fransiskus di akhir tahun.

    Gallagher, diplomat tertinggi kepausan, bertemu dengan perdana menteri dan menteri luar negeri Vietnam dan menyatakan “terima kasih” Vatikan atas kemajuan yang dicapai dalam meningkatkan hubungan antara kedua negara, termasuk keputusan Hanoi tahun lalu yang mengizinkan Vatikan mengirimkan duta besar pertamanya ke Vietnam dalam beberapa dekade.

    Sebuah kelompok kerja gabungan dibentuk pada 2009 untuk memperbaiki hubungan yang terputus pada tahun 1975, setelah Partai Komunis Vietnam merebut kekuasaan atas seluruh negeri setelah berakhirnya Perang Vietnam.

    Dialog mencapai puncaknya pada Juli lalu dengan kunjungan mantan presiden Vietnam, Vo Van Thuong ke Vatikan, yang juga bertemu dengan Paus Fransiskus. Pada bulan Desember, Vatikan menunjuk perwakilan tetapnya yang pertama di Vietnam dalam beberapa dekade terakhir.

    Hanoi juga mengundang Paus Fransiskus untuk mengunjungi Vietnam, yang diyakini telah dibahas selama kunjungan Gallagher bulan ini dan ketika Paus bertemu dengan delegasi Partai Komunis Vietnam di Roma pada bulan Januari.

    Namun pengunduran diri Thuong sebagai presiden bulan lalu di tengah kampanye anti-korupsi nasional mungkin mempersulit perundingan mengenai kunjungan Paus, meskipun kunjungan tersebut diperkirakan tetap dilakukan akhir tahun ini.

    Kekhawatiran atas hak beragama

    Meskipun umat Katolik hanya berjumlah 6% dari populasi Vietnam, mereka mewakili sekitar setengah dari seluruh penduduk Vietnam yang mengaku beragama, menurut sensus 2019.

    Pada Desember 2022, Amerika Serikat memasukkan Vietnam ke dalam daftar pengawasan khusus mengenai kebebasan beragama karena “telah terlibat atau menoleransi pelanggaran berat terhadap kebebasan beragama.” Beberapa bulan kemudian, otoritas komunis menerbitkan buku putih tentang kebijakan agama yang dimaksudkan untuk menguraikan kebijakan “komprehensif” untuk menjamin kebebasan beragama.

    Pada awal 2018, Vietnam mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan komunitas keagamaan untuk mendaftarkan organisasi dan tempat ibadah mereka kepada pemerintah sebelum mereka diizinkan untuk melakukan kegiatan keagamaan.

    Ancaman pengaruh asing

    Awal tahun ini, sebuah kelompok kampanye hak asasi manusia membocorkan Directive 24, sebuah dokumen “keamanan nasional” yang dibuat oleh Politbiro Partai Komunis yang menurut para analis menunjukkan keinginan pihak berwenang untuk meningkatkan penindasan terhadap institusi dan gagasan yang dapat dipengaruhi oleh pemerintah asing.

    Laporan ini berfokus pada identitas agama dan etnis, termasuk nasihat kepada pihak berwenang untuk “mencegah pembentukan organisasi buruh berdasarkan etnis dan agama.”

    Seorang aktivis hak-hak beragama di Vietnam, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan, mengatakan bahwa pemulihan hubungan dengan Vatikan dapat menyebabkan negara Vietnam mengurangi kendali atas urusan umat Katolik di dalam negeri.

    Namun aktivis tersebut menambahkan bahwa meskipun ada peningkatan hak bagi umat Katolik, hal ini tidak mungkin terjadi pada kelompok agama lain yang tertindas, seperti umat Buddha Theravada dari Khmer Krom, kelompok minoritas di selatan, atau Protestan Dega di dataran tinggi tengah Vietnam.

    Aktivis hak asasi manusia terkemuka lainnya berargumen bahwa Vietnam dimanfaatkan secara sinis oleh Vatikan agar Gereja Katolik bisa bersahabat dengan negara-negara komunis, misalnya Tiongkok, yang juga terlibat dalam perundingan pemulihan hubungan dengan Vatikan.

    Desember lalu, Paus Fransiskus mengatakan perlu dilakukan lebih banyak upaya untuk menyangkal klaim bahwa “gereja tidak menerima budaya atau nilai-nilai [Tiongkok], atau bahwa gereja bergantung pada kekuatan asing.”

    Agama tidak lagi menjadi fokus Uni Eropa

    Hubungan Vatikan-Vietnam juga menimbulkan pertanyaan tentang seberapa serius Eropa memperhatikan hak-hak beragama di negara-negara otoriter seperti Vietnam.

    “Fakta yang menyedihkan adalah Uni Eropa dan sebagian besar negara anggotanya tidak sadarkan diri ketika harus membela kebebasan beragama di Vietnam,” kata Phil Robertson, wakil direktur divisi Asia Human Rights Watch.

    “Uni Eropa harus mempunyai alasan yang sama dengan AS dan negara-negara lain yang berpikiran sama untuk menuntut pemerintah Vietnam mencabut kontrol administratifnya yang ketat terhadap agama, dan membiarkan para pemimpin agama dan pengikutnya menjalankan ibadah tanpa campur tangan terus-menerus,” tambahnya. (rs/hp)

    Lihat juga Video ‘Paus Fransiskus Kutuk Serangan di Moskow: Tindakan Menyinggung Tuhan’:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kesaksian Mahasiswa Indonesia Soal Protes Perang Gaza di Kampus AS

    Kesaksian Mahasiswa Indonesia Soal Protes Perang Gaza di Kampus AS

    Jakarta

    Kepolisian Amerika Serikat (AS) telah menangkap ratusan pengunjuk rasa di berbagai lokasi di Amerika, seiring demonstrasi menentang perang di Gaza meluas di kampus-kampus elite dan universitas.

    Sejumlah mahasiswa Indonesia turut dalam aksi demonstrasi tersebut. Salah satu di antara mereka merasa berkewajiban untuk membela Palestina, sementara yang lain memilih untuk tidak terlibat secara langsung karena statusnya sebagai mahasiswa internasional penerima beasiswa.

    Seorang mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi di New York mengungkapkan sejumlah kawan mahasiswa dan dosen di kampusnya ditahan oleh aparat kepolisian.

    Perempuan tersebut yang meminta BBC untuk tidak mengungkap namanya dengan alasan keamanan mengungkapkan alasan mengapa dia turut dalam aksi demonstrasi, kendati berisiko terhadap dirinya yang berstatus sebagai mahasiswa internasional.

    “Yang membuat aku ikut dalam aksi, mungkin karena aku sendiri banyak belajar tentang apa yang terjadi di Palestina sekarang dan sudah melihat banyak human rights violations yang terjadi di Palestina,” ujarnya, Jumat (26/04).

    “[Saya] merasa punya personal obligation untuk amplify perubahan dalam bentuk protes ini,” katanya kemudian.

    Baru-baru ini, sekitar 108 penangkapan dilakukan di Emerson College, kata polisi Boston kepada mitra BBC AS, CBS News. Sebelumnya, 93 orang di Universitas Southern California (USC) di Los Angeles ditahan atas tuduhan masuk tanpa izin.

    Para pengunjuk rasa dan polisi juga bentrok di Universitas Texas di Austin. Pihak berwenang menyebut 34 orang telah ditangkap.

    Universitas-universitas di Amerika telah menyaksikan semakin banyak mahasiswa keluar dari kelas atau mencoba mendirikan tenda-tenda sebagai bentuk solidaritas terhadap tenda-tenda pengungsian yang ada di Palestina untuk memprotes aksi militer Israel di Gaza.

    Penangkapan terbaru ini menyusul penangkapan-penangkapan sebelumnya di Universitas Columbia, Yale dan New York.

    ‘Human chain’ untuk melindungi mahasiswa yang akan ditangkap

    Sejumlah mahasiswa asal Indonesia turut dalam aksi demonstrasi membela Palestina dan menentang perang di Gaza dalam gelombang demonstrasi mahasiswa baru-baru ini di AS.

    Salah satu dari merekayang menolak mengungkap identitasnya atas alasan keamananmengatakan ia sempat turut dalam demonstrasi dan protes di New York setelah penangkapan mahasiswa terjadi di salah satu kampus lain.

    “Salah satu [demonstrasi] yang terbesar, mungkin yang terjadi di kampusku, ada encampment, ketika para protester membangun tenda-tenda dan tenda-tenda ini sebagai bentuk solidaritas tenda-tenda pengungsian yang ada di Palestina,” ujarnya.

    Ketika dia datang, akunya, banyak orang yang telah berkumpul di sekitar tenda-tenda sambil melakukan orasi. Pada saat yang sama, pihak pengamanan kampus tampak berjaga di sekitar lokasi demonstrasi.

    ReutersMahasiswa di New York terus melakukan protes di tenda-tenda, sebagai solidaritas terhadap pengungsi Palestina di Gaza.

    “Satpam kampus ini kemudian membatasi orang-orang yang bukan organizer atau mereka-mereka yang bukan dari kampus enggak boleh lewat ke area tenda-tenda dan tidak bisa melakukan aksi protes di area tenda,” terangnya.

    Dia kemudian menjelaskan bahwa di seberang area tenda-tenda yang didirikan peserta demonstrasi, ada demonstrasi tandingan yang dilakukan oleh sejumlah orang pro-Israel yang membawa bendera Israel.

    “Saya kebetulan tidak sampai malam, karena ternyata setelah malam hari situasi semakin memanas dan kebetulan waktu itu dosen-dosen sudah ikut terlibat.”

    “Kemudian mereka membangun human chain, bergandengan tangan, untuk melindungi mahasiswa yang waktu itu posisinya sudah diancam akan ada penangkapan oleh polisi kalau tidak bubar,” kata dia.

    ReutersKepolisian New York berjaga di sekitar lokasi demonstrasi mendukung Israel di luar kampus Universitas Columbia, di tengah protes mahasiswa yang mendukung Palestina, 25 April 2024.

    Akan tetapi, situasi makin memanas sehingga kepolisian setempat mengeluarkan tembakan gas paper spray. Dalam insiden itu sekitar 120 orang, baik mahasiswa dan dosen, ditangkap pihak berwenang.

    Penangkapan itu tidak menyurutkan niat untuk melakukan demonstrasi membela Palestina. Hingga Kamis (25/04) demonstrasi terus berlangsung

    “Sampai hari ini demonstrasi terus berlangsung tiap hari dan dilakukan di beberapa titik di sekitar kampus dan sekitar kota NYC,” akunya.

    Dia menegaskan, keterlibatan dalam demonstrasi tersebut karena dia merasa terpanggil untuk membuat perubahan atas apa yang terjadi terhadap warga Palestina.

    “Rasanya aku punya personal obligation sebagai orang yang cukup privilege, dalam artian tidak terefek langsung dari konfliknya atau genosidanya. [Saya] merasa punya personal obligation untuk amplify perubahan dalam bentuk protes ini,” katanya.

    Kendati begitu, sejumlah mahasiswa Indonesia yang lain memilih untuk tidak terlibat secara langsung karena statusnya sebagai mahasiswa internasional penerima beasiswa.

    Mahasiswa Indonesia di Universitas New York, Nafasya Ramadini Maura, berkata penangkapan yang dilakukan terhadap pendemo baru-baru ini membuatnya harus berpikir dua kali untuk mengikuti aksi demonstrasi.

    “Memang semuanya bentuk protes, sebagai bentuk tuntutan justice untuk Palestina, tapi kalau sebagai stance mahasiswa internasional, aku menilai masih ada cara lain untuk menyuarakan ini,” jelas Nafasya, yang menempuh studi public relations and corporate communication di Universitas New York sejak 2023 silam.

    ‘Bebaskan Palestina’

    Sementara itu, penangkapan di USC, Los Angeles dilakukan ketika para mahasiswa berkumpul di Taman Alumni tempat upacara wisuda di universitas tersebut dijadwalkan berlangsung bulan depan.

    Petugas polisi yang mengenakan perlengkapan antihuru-hara membersihkan perkemahan pro-Palestina di pusat kampus, mencegah para demonstran berkumpul.

    Siswa mendapat peringatan 10 menit dari helikopter polisi untuk membubarkan diri. Mereka yang menolak, ditangkap atas tuduhan masuk tanpa izin.

    Protes tersebut awalnya dilaporkan berlangsung damai, namun kemudian berubah memanas dengan kehadiran polisi yang terus berlanjut.

    Ketika polisi mencoba menahan seorang perempuan, pengunjuk rasa melemparkan botol air ke arah mereka dan meneriakkan, “Lepaskan dia!”

    ReutersPolisi menangkap seorang pengunjuk rasa pro-Palestina di kampus USC di Los Angeles, California, pada 25 April 2024, seperti terlihat dalam tangkapan layar yang diperoleh dari sebuah video.

    Para pengunjuk rasa berkumpul di sekitar aparat polisi, menenggelamkan peringatan polisi dengan nyanyian “bebaskan Palestina”.

    Para pelajar, beberapa di antaranya mengenakan kaffiyeh, memegang tanda “zona pembebasan”, sambil menabuh genderang.

    Di tempat lain di negara itu, polisi Boston mengatakan kepada CBS bahwa tiga petugas terluka dalam demonstrasi di kota itu salah satunya dalam kondisi serius.

    Tidak ada pengunjuk rasa yang terluka, tambah polisi.

    Para siswa dikatakan telah berkemah sejak Minggu, diduga mengabaikan peringatan untuk pergi.

    Emerson College belum mengomentari penangkapan tersebut. Dalam pernyataan sebelumnya, mereka mengatakan mereka mendukung hak untuk melakukan demonstrasi damai sambil mendesak para aktivis untuk mematuhi hukum.

    EPAMahasiswa dan anggota masyarakat dalam solidaritas pro-Palestina di USC, Los Angeles, California, pada 24 April 2024

    Kekacauan di Universitas Texas

    Sebelumnya, terjadi kekacauan di kampus Universitas Texas di Austin ketika ratusan polisi lokal dan negara bagian menunggang kuda sambil memegang pentungan, membubarkan pengunjuk rasa.

    Gubernur Greg Abbott mengerahkan Garda Nasional untuk menghentikan para demonstran yang bergerak melintasi kampus, dengan mengatakan, mereka “pantas dipenjara”.

    Rekaman video yang diunggah di media sosial menunjukkan petugas mendorong ke arah kerumunan, sambil memperingatkan para demonstran melalui pengeras suara untuk meninggalkan lokasi atau menghadapi penangkapan.

    “Saya perintahkan Anda atas nama rakyat negara bagian Texas untuk membubarkan diri,” demikian bunyi pengumuman tersebut.

    Sebanyak 34 orang ditangkap, kata para pejabat.

    Seorang fotografer Fox News 7 Austin terlihat terjatuh ke tanah dengan kameranya saat dikepung oleh polisi anti huru hara. Outlet media AS tersebut kemudian mengonfirmasi bahwa juru kameranya telah ditangkap.

    Pengunjuk rasa lainnya terlihat dikepung oleh polisi anti huru hara. Namun segera setelah itu sekitar 300 demonstran berkumpul kembali, duduk di rumput di bawah menara jam ikonik sekolah dan meneriakkan “bebaskan Palestina”.

    Dinodai dugaan antisemitisme

    Gelombang demonstrasi mahasiswa dinodai oleh dugaan insiden antisemitisme, yang dikecam oleh Gedung Putih.

    Demonstrasi serta perdebatan sengit mengenai perang Israel-Gaza dan kebebasan berpendapat telah mengguncang kampus-kampus AS sejak serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, yang memicu serangan balik Israel. Perang di Gaza terus berkecamuk hingga kini.

    Di AS, terjadi pelonjakan insiden antisemitisme dan Islamofobia sejak saat itu, menurut sejumlah mahasiswa dari kedua pihak.

    Ketika ditanya tentang demonstrasi pada Senin (22/04), Presiden AS Joe Biden mengatakan dia mengutuk “demonstrasi antisemitisme” serta “mereka yang tidak memahami apa yang terjadi dengan rakyat Palestina”.

    Gerakan protes ini menjadi sorotan pekan lalu setelah polisi Kota New York dipanggil ke Universitas Columbia dan menangkap lebih dari 100 demonstran.

    Getty ImagesDemonstrasi mahasiswa menentang perang di Gaza di Universitas New York

    Demonstrasi telah meluas sejak saat itu. Selain NYU dan Yale, mahasiswa yang berdemonstrasi telah mendirikan kemah-kemah di Universitas California di Berkeley, Institut Teknologi Massachusetts (MIT), Universitas Michigan, Emerson College, dan Tufts.

    Seperti kawan-kawan mereka di universitas lain, para pengunjuk rasa di NYU menyerukan institusi pendidikan mereka untuk melepaskan sokongan “finansial dan dana abadi terhadap produsen senjata dan perusahaan yang berkepentingan dengan pendudukan Israel”.

    Seorang mahasiswa, Alejandro Tanon, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa AS berada pada “momen kritis”, menyamakan protes tersebut dengan demonstrasi bersejarah menentang Perang Vietnam dan apartheid di Afrika Selatan.

    “Kami mendukung Palestina dan kami mendukung pembebasan semua orang,” kata seorang pengunjuk rasa kepada mitra BBC di AS, CBS News.

    Sementara itu, seseorang yang berdiri di seberang jalan lokasi demonstrasi menentang perang di Palestina digelar, sambil mengibarkan bendera Israel berkata: “Ada satu sisi di sini dan satu sisi sejarah. Sisi yang benar ada di sini.”

    NYU mengungkapkan sekitar 50 orang terlibat dalam aksi demonstrasi di luar kampus tersebut. Mereka menggambarkan protes tersebut tidak sah dan mengganggu aktivitas perkuliahan.

    Polisi mulai menangkap mereka pada Senin (22/04) malam; jumlah pasti mereka yang ditahan hingga kini belum diketahui.

    Beberapa jam sebelumnya, hampir 50 pengunjuk rasa ditangkap di Universitas Yale di New Haven, Connecticut. Pihak berwenang mengatakan ratusan orang telah berkumpul; banyak dari mereka menolak seruan untuk membubarkan demonstrasi.

    EPASiswa mendengarkan pembicara pada protes di Emerson College

    Pada Senin (22/04), kepala Universitas Columbia, Dr Minouche Shafik, meminta mahasiswa untuk menjauh dari kampus, dengan alasan adanya insiden “perilaku yang mengintimidasi dan melecehkan”. Sebagai gantinya, kelas diadakan secara virtual.

    Dr Shafik mengatakan ketegangan di kampus telah “dieksploitasi dan diamplifikasi oleh individu-individu yang tidak berafiliasi dengan Columbia yang datang ke kampus dengan agenda mereka sendiri”.

    Pihak berwenang di NYU juga menyatakan bahwa pengunjuk rasa yang tidak memiliki hubungan dengan universitas telah bermunculan.

    Mereka melaporkan adanya insiden antisemitisme pada Senin (22/04) hari pertama hari raya Paskah Yahudi dan menjadi lembaga terbaru yang melaporkan hal tersebut.

    Video terbaru yang diunggah di dunia maya menunjukkan beberapa pengunjuk rasa di dekat Univesitas Columbia menyatakan dukungannya akan serangan Hamas terhadap Israel, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Anggota Kongres dari Partai Demokrat, Kathy Manning, yang mengunjungi Universitas Columbia pada Senin, mengatakan dia melihat pengunjuk rasa di sana menyerukan kehancuran Israel.

    Chabad, kelompok Hasid di Universitas Columbia mengatakan mahasiswa Yahudi diteriaki dan dijadikan sasaran retorika yang merugikan mereka.

    Sementara itu, seorang rabi yang terafiliasi dengan universitas tersebut dilaporkan memperingatkan mahasiswa Yahudi untuk menghindari kampus sampai situasinya membaik.

    Anggota kelompok pendemo yang memberikan pernyataan publik telah membantah tudingan antisemitisme yang ditujukan kepada mereka, dengan alasan bahwa kritik mereka ditujukan untuk negara Israel dan para pendukungnya.

    Mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Columbia Students for Justice in Palestine bilang mereka “dengan tegas menolak segala kebencian dan kefanatikan” dan mengkritik “individu yang tidak mewakili kami”.

    EPAMahasiswa yang berkemah di MIT

    Dalam sebuah pernyataan, Dr Shafik mengatakan sebuah kelompok kerja telah dibentuk di Columbia untuk “mencoba membawa krisis ini ke sebuah resolusi”.

    Pekan lalu, Dr Shafik memberikan kesaksian di hadapan komite kongres mengenai upaya Columbia untuk mengatasi antisemitisme.

    Dia menghadapi tekanan dari berbagai pihak, termasuk kemungkinan kecaman dari senat universitas atas penangkapan massal di kampus yang terjadi sehari setelah kesaksiannya.

    Sekelompok anggota parlemen federal, yang dipimpin oleh Perwakilan Partai Republik di New York, Elise Stefanik, juga telah menandatangani surat yang memintanya untuk mundur karena “kegagalan dalam mengakhiri gerombolan mahasiswa dan agitator yang menyerukan tindakan terorisme terhadap mahasiswa Yahudi” .

    EPADemonstrasi mahasiswa mendukung Palestina di Universitas Cambridge, pada 22 April 2024.

    Partai Demokrat juga telah meminta Columbia untuk memastikan bahwa pelajar Yahudi merasa aman dan diterima.

    Staf kampus bahkan bersikap kritis terhadap penanganan protes tersebut.

    Dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke BBC pada Senin (22/04) malam, Knight First Amendment Institute di Columbia menyerukan “koreksi arah yang mendesak” dan mengatakan pihak berwenang di luar negeri hanya boleh terlibat ketika ada “bahaya yang jelas dan nyata” terhadap orang atau properti.

    Serangan terhadap Israel spada tanggal 7 Oktober menyebabkan sekitar 1.200 warga Israel dan orang asing sebagian besar warga sipil terbunuh dan 253 lainnya disandera di Gaza, menurut penghitungan Israel.

    Israel menanggapinya dengan melancarkan perang paling intens yang pernah terjadi di Gaza, dengan tujuan menghancurkan Hamas dan membebaskan para sandera.

    Lebih dari 34.000 warga Palestina di Gaza kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan perempuan tewas dalam konflik tersebut, kata kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.

    Mayoritas warga Amerika kini tidak menyetujui tindakan Israel di Gaza, menurut survei Gallup baru-baru ini, setelah terjadi pergeseran opini sejak pecahnya konflik saat ini.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Demo Protes Perang Gaza Meluas di Kampus Elite AS, Ratusan Pedemo Ditangkap

    Demo Protes Perang Gaza Meluas di Kampus Elite AS, Ratusan Pedemo Ditangkap

    Washington DC

    Kepolisian Amerika Serikat (AS) telah menangkap ratusan pengunjuk rasa di berbagai lokasi di Amerika, seiring demonstrasi menentang perang di Gaza meluas di kampus-kampus elite dan universitas.

    Sekitar 108 penangkapan dilakukan di Emerson College, kata polisi Boston kepada mitra BBC AS, CBS News.

    Sebelumnya, 93 orang di Universitas Southern California (USC) di Los Angeles ditahan atas tuduhan masuk tanpa izin. Para pengunjuk rasa dan polisi juga bentrok di Universitas Texas di Austin. Pihak berwenang menyebut 34 orang telah ditangkap.

    Universitas-universitas di Amerika telah menyaksikan semakin banyak mahasiswa yang keluar dari kelas atau mencoba mendirikan perkemahan untuk memprotes aksi militer Israel di Gaza.

    Penangkapan terbaru ini menyusul penangkapan-penangkapan sebelumnya di Universitas Columbia, Yale dan New York.

    Kepolisian membubarkan aksi mahasiswa di Universitas New York (NYU) pada Senin (22/4) malam dan melakukan sejumlah penangkapan.

    Belasan mahasiswa di Yale ditahan pada hari sebelumnya, sementara Universitas Columbia membatalkan kelas tatap muka imbas dari demonstrasi di kampus tersebut.

    ‘Bebaskan Palestina’

    Penangkapan di USC, Los Angeles dilakukan ketika para mahasiswa berkumpul di Taman Alumni tempat upacara wisuda di universitas tersebut dijadwalkan berlangsung bulan depan.

    Petugas polisi yang mengenakan perlengkapan antihuru-hara membersihkan perkemahan pro-Palestina di pusat kampus, mencegah para demonstran berkumpul.

    Siswa mendapat peringatan 10 menit dari helikopter polisi untuk membubarkan diri. Mereka yang menolak, ditangkap atas tuduhan masuk tanpa izin.

    Protes tersebut awalnya dilaporkan berlangsung damai, namun kemudian berubah memanas dengan kehadiran polisi yang terus berlanjut.

    Ketika polisi mencoba menahan seorang perempuan, pengunjuk rasa melemparkan botol air ke arah mereka dan meneriakkan, “Lepaskan dia!”

    ReutersPolisi menangkap seorang pengunjuk rasa pro-Palestina di kampus USC di Los Angeles, California, pada 25 April 2024, seperti terlihat dalam tangkapan layar yang diperoleh dari sebuah video.

    Para pengunjuk rasa berkumpul di sekitar aparat polisi, menenggelamkan peringatan polisi dengan nyanyian “bebaskan Palestina”.

    Para pelajar, beberapa di antaranya mengenakan kaffiyeh, memegang tanda “zona pembebasan”, sambil menabuh genderang.

    Di tempat lain di negara itu, polisi Boston mengatakan kepada CBS bahwa tiga petugas terluka dalam demonstrasi di kota itu salah satunya dalam kondisi serius.

    Tidak ada pengunjuk rasa yang terluka, tambah polisi.

    Para siswa dikatakan telah berkemah sejak Minggu, diduga mengabaikan peringatan untuk pergi.

    Emerson College belum mengomentari penangkapan tersebut. Dalam pernyataan sebelumnya, mereka mengatakan mereka mendukung hak untuk melakukan demonstrasi damai sambil mendesak para aktivis untuk mematuhi hukum.

    EPAMahasiswa dan anggota masyarakat dalam solidaritas pro-Palestina di USC, Los Angeles, California, pada 24 April 2024

    Kekacauan di Universitas Texas

    Sebelumnya, terjadi kekacauan di kampus Universitas Texas di Austin ketika ratusan polisi lokal dan negara bagian menunggang kuda sambil memegang pentungan, membubarkan pengunjuk rasa.

    Gubernur Greg Abbott mengerahkan Garda Nasional untuk menghentikan para demonstran yang bergerak melintasi kampus, dengan mengatakan, mereka “pantas dipenjara”.

    Rekaman video yang diunggah di media sosial menunjukkan petugas mendorong ke arah kerumunan, sambil memperingatkan para demonstran melalui pengeras suara untuk meninggalkan lokasi atau menghadapi penangkapan.

    “Saya perintahkan Anda atas nama rakyat negara bagian Texas untuk membubarkan diri,” demikian bunyi pengumuman tersebut.

    Sebanyak 34 orang ditangkap, kata para pejabat.

    Seorang fotografer Fox News 7 Austin terlihat terjatuh ke tanah dengan kameranya saat dikepung oleh polisi anti huru hara. Outlet media AS tersebut kemudian mengonfirmasi bahwa juru kameranya telah ditangkap.

    Pengunjuk rasa lainnya terlihat dikepung oleh polisi anti huru hara. Namun segera setelah itu sekitar 300 demonstran berkumpul kembali, duduk di rumput di bawah menara jam ikonik sekolah dan meneriakkan “bebaskan Palestina”.

    Dinodai dugaan antisemitisme

    Gelombang demonstrasi mahasiswa dinodai oleh dugaan insiden antisemitisme, yang dikecam oleh Gedung Putih.

    Demonstrasi serta perdebatan sengit mengenai perang Israel-Gaza dan kebebasan berpendapat telah mengguncang kampus-kampus AS sejak serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, yang memicu serangan balik Israel. Perang di Gaza terus berkecamuk hingga kini.

    Di AS, terjadi pelonjakan insiden antisemitisme dan Islamofobia sejak saat itu, menurut sejumlah mahasiswa dari kedua pihak.

    Ketika ditanya tentang demonstrasi pada Senin (22/4), Presiden AS Joe Biden mengatakan dia mengutuk “demonstrasi antisemitisme” serta “mereka yang tidak memahami apa yang terjadi dengan rakyat Palestina”.

    Gerakan protes ini menjadi sorotan pekan lalu setelah polisi Kota New York dipanggil ke Universitas Columbia dan menangkap lebih dari 100 demonstran.

    Getty ImagesDemonstrasi mahasiswa menentang perang di Gaza di Universitas New York

    Demonstrasi telah meluas sejak saat itu. Selain NYU dan Yale, mahasiswa yang berdemonstrasi telah mendirikan kemah-kemah di Universitas California di Berkeley, Institut Teknologi Massachusetts (MIT), Universitas Michigan, Emerson College, dan Tufts.

    Seperti kawan-kawan mereka di universitas lain, para pengunjuk rasa di NYU menyerukan institusi pendidikan mereka untuk mengungkap dan melepaskan sokongan “finansial dan dana abadi dari produsen senjata dan perusahaan yang berkepentingan dengan pendudukan Israel”.

    Seorang mahasiswa, Alejandro Tanon, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa AS berada pada “momen kritis”, menyamakan protes tersebut dengan demonstrasi bersejarah menentang Perang Vietnam dan apartheid di Afrika Selatan.

    “Kami mendukung Palestina dan kami mendukung pembebasan semua orang,” kata seorang pengunjuk rasa kepada mitra BBC di AS, CBS News.

    Sementara itu, seseorang yang berdiri di seberang jalan lokasi demonstrasi menentang perang di Palestina digelar, sambil mengibarkan bendera Israel berkata: “Ada satu sisi di sini dan satu sisi sejarah. Sisi yang benar ada di sini.”

    NYU mengungkapkan sekitar 50 orang terlibat dalam aksi demonstrasi di luar kampus tersebut. Mereka menggambarkan protes tersebut tidak sah dan mengganggu aktivitas perkuliahan.

    Polisi mulai menangkap mereka pada Senin (22/04) malam; jumlah pasti mereka yang ditahan hingga kini belum diketahui.

    Beberapa jam sebelumnya, hampir 50 pengunjuk rasa ditangkap di Universitas Yale di New Haven, Connecticut. Pihak berwenang mengatakan ratusan orang telah berkumpul; banyak dari mereka menolak seruan untuk membubarkan demonstrasi.

    EPASiswa mendengarkan pembicara pada protes di Emerson College

    Pada Senin (22/04), kepala Universitas Columbia, Dr Minouche Shafik, meminta mahasiswa untuk menjauh dari kampus, dengan alasan adanya insiden “perilaku yang mengintimidasi dan melecehkan”. Sebagai gantinya, kelas diadakan secara virtual.

    Dr Shafik mengatakan ketegangan di kampus telah “dieksploitasi dan diamplifikasi oleh individu-individu yang tidak berafiliasi dengan Columbia yang datang ke kampus dengan agenda mereka sendiri”.

    Pihak berwenang di NYU juga menyatakan bahwa pengunjuk rasa yang tidak memiliki hubungan dengan universitas telah bermunculan.

    Mereka melaporkan adanya insiden antisemitisme pada Senin (22/04) hari pertama hari raya Paskah Yahudi dan menjadi lembaga terbaru yang melaporkan hal tersebut.

    Video terbaru yang diunggah di dunia maya menunjukkan beberapa pengunjuk rasa di dekat Univesitas Columbia menyatakan dukungannya akan serangan Hamas terhadap Israel, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Anggota Kongres dari Partai Demokrat, Kathy Manning, yang mengunjungi Universitas Columbia pada Senin, mengatakan dia melihat pengunjuk rasa di sana menyerukan kehancuran Israel.

    Chabad, kelompok Hasid di Universitas Columbia mengatakan mahasiswa Yahudi diteriaki dan dijadikan sasaran retorika yang merugikan mereka.

    Sementara itu, seorang rabi yang terafiliasi dengan universitas tersebut dilaporkan memperingatkan mahasiswa Yahudi untuk menghindari kampus sampai situasinya membaik.

    Anggota kelompok yang melukan demonsgtrasi yang memberikan pernyataan publik telah membantah tudingan antisemitisme yang ditujukan kepada mereka, dengan alasan bahwa kritik mereka ditujukan untuk negara Israel dan para pendukungnya.

    Mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Columbia Students for Justice in Palestine bilang mereka “dengan tegas menolak segala kebencian dan kefanatikan” dan mengkritik “individu yang tidak mewakili kami”.

    EPAMahasiswa yang berkemah di MIT

    Dalam sebuah pernyataan, Dr Shafik mengatakan sebuah kelompok kerja telah dibentuk di Columbia untuk “mencoba membawa krisis ini ke sebuah resolusi”.

    Pekan lalu, Dr Shafik memberikan kesaksian di hadapan komite kongres mengenai upaya Columbia untuk mengatasi antisemitisme.

    Dia menghadapi tekanan dari berbagai pihak, termasuk kemungkinan kecaman dari senat universitas atas penangkapan massal di kampus yang terjadi sehari setelah kesaksiannya.

    Sekelompok anggota parlemen federal, yang dipimpin oleh Perwakilan Partai Republik di New York, Elise Stefanik, juga telah menandatangani surat yang memintanya untuk mundur karena “kegagalan dalam mengakhiri gerombolan mahasiswa dan agitator yang menyerukan tindakan terorisme terhadap mahasiswa Yahudi” .

    EPADemonstrasi mahasiswa mendukung Palestina di Universitas Cambridge, pada 22 April 2024.

    Partai Demokrat juga telah meminta Columbia untuk memastikan bahwa pelajar Yahudi merasa aman dan diterima.

    Staf kampus bahkan bersikap kritis terhadap penanganan protes tersebut.

    Dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke BBC pada Senin (22/04) malam, Knight First Amendment Institute di Columbia menyerukan “koreksi arah yang mendesak” dan mengatakan pihak berwenang di luar negeri hanya boleh terlibat ketika ada “bahaya yang jelas dan nyata” terhadap orang atau properti.

    Serangan terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober menyebabkan sekitar 1.200 warga Israel dan orang asing sebagian besar warga sipil terbunuh dan 253 lainnya disandera di Gaza, menurut penghitungan Israel.

    Israel menanggapinya dengan melancarkan perang paling intens yang pernah terjadi di Gaza, dengan tujuan menghancurkan Hamas dan membebaskan para sandera.

    Lebih dari 34.000 warga Palestina di Gaza kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan perempuan tewas dalam konflik tersebut, kata kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.

    Mayoritas warga Amerika kini tidak menyetujui tindakan Israel di Gaza, menurut survei Gallup baru-baru ini, setelah terjadi pergeseran opini sejak pecahnya konflik saat ini.

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Investasi Apple di Vietnam Rp 256 Triliun, Indonesia Cuma 1,6 Triliun

    Investasi Apple di Vietnam Rp 256 Triliun, Indonesia Cuma 1,6 Triliun

    Jakarta

    Dibandingkan dengan negara tetangga, investasi Apple di Indonesia terbilang kecil. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi pun bersuara terkait investasi ‘kecil’ Apple di Indonesia.

    Kedatangan CEO Apple Tim Cook, Rabu (17/4) untuk meningkatkan komitmen raksasa perusahaan teknologi itu di Indonesia, seperti salah satunya pengembangan Apple Developer Academy. Ada empat akademi yang dibangun Apple dengan total investasi Rp 1,6 triliun.

    Nilainya investasinya memang terlihat cukup besar, namun investasi Apple di Singapura ternyata lebih besar, mencapai sekitar Rp 4 triliun. Bahkan, kalau dibandingkan dengan investasi Apple di Vietnam jauh lebih lebih fantastis, yakni mencapai Rp 256 triliun.

    “Banyak orang yang nggak paham kalau investasi manufaktur Vietnam itu tax holiday 50 tahun. Kita mau nggak? Itu Vietnam kasih insentifnya bombastis, tapi kan semua negara punya kepentingan. Bayangin, tax holiday, tanah free 75 tahun. Orang tanya kepentingan Vietnam apa? Tenaga kerja ada 200 ribu,” ujar Budi di Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta, Jumat (19/4/2024).

    Lebih lanjut, Budi mengungkapkan bahwa pemerintah memiliki perhitungan tersendiri untuk membujuk Apple berinvestasi di Indonesia.

    “Kalau kita masih mikir, mesti gimana nanti kan, bukan urusan saya juga itu. Itu urusan Menteri Keuangan, (Menteri) Investasi, (Menteri) Perindustrian. Karena Vietnam menawarkan (insentif) luar biasa, tapi kan kita sebagai negara harus hitung dong. Seperti itu,” jelas Budi,

    Diberitakan sebelumnya, CEO Apple Tim Cook menyambangi Indonesia dan bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (17/4) lalu.

    Pertemuan Jokowi dan Cook itu membahas investasi dan komitmen perusahaan Cupertino, AS, di Indonesia, seperti pengembangan talenta berupa Apple Developer Academy, permintaan dibangunnya pabrik rakitan iPhone cs, hingga adanya Apple Store Indonesia.

    Selepas itu, Cook menyambangi Museum Wayang di kawasan Kota, Jakarta Pusat. Di sana dia sempat menikmati pertunjukan wayang kulit kelahiran Gatotkaca yang dimainkan dalang Fakih Tri Sera Fil Ardhi bareng fotografer Nyimas Laula.

    Sebelum menyambangi Apple Developer Academy di BSD, Tangerang Selatan, ia pun sempat menemui Menteri Pertahanan RI sekaligus pemenang Pilpres 2024, Prabowo Subianto. Pertemuan yang digelar di ruang kerja Menhan, Kementerian Pertahanan, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, membahas berbagai hal, khususnya kolaborasi antara Apple dan Pemerintah Indonesia.

    (agt/fay)