Negara: Venezuela

  • Venezuela Gagalkan Operasi CIA untuk Provokasi Perang

    Venezuela Gagalkan Operasi CIA untuk Provokasi Perang

    Caracas

    Pemerintah Venezuela mengklaim telah menggagalkan operasi yang direncanakan oleh badan intelijen pusat Amerika Serikat (AS), CIA, untuk memprovokasi perang di kawasan Karibia, saat ketegangan kedua negara semakin meningkat.

    Caracas menyebut serangan itu melibatkan kelompok yang didanai CIA, yang merencanakan serangan “false flag” atau serangan “bendera palsu” terhadap kapal-kapal perang AS yang dikerahkan ke kawasan Karibia bagian selatan, untuk kemudian secara keliru menyalahkan Venezuela.

    Serangan atau operasi bendera palsu merujuk pada operasi kambing hitam untuk menyamarkan pihak yang sebenarnya bertanggung jawab dan menjadikan pihak lain sebagai kambing hitam.

    Otoritas Venezuela, seperti dilansir AFP, Selasa (28/10/2025), mengatakan mereka telah membongkar sebuah operasi yang menargetkan kapal perang AS, USS Gravely, yang berlabuh di Trinidad dan Tobago untuk latihan militer gabungan pada Minggu (26/10) waktu setempat.

    Trinidad dan Tobago yang merupakan negara pulau kembar berpenduduk 1,4 juta jiwa di kawasan Karibia, terletak di dekat lepas pantai Venezuela dan berada dalam jarak tembak dari daratan utama Caracas.

    Menteri Dalam Negeri Venezuela, Diosdado Cabello, mengatakan pada Senin (27/10), bahwa sebuah sel yang “didanai oleh CIA” berencana menyerang USS Gravely dan menyalahkan Caracas.

    Cabello menyebut empat orang telah ditangkap oleh otoritas Venezuela, namun identitas mereka yang tidak ditangkap tidak diungkap ke publik. Caracas diketahui secara rutin mengklaim telah menangkap tentara-tentara bayaran yang didukung AS yang diklaim bekerja untuk mengganggu stabilitas pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.

    Kedatangan kapal perang AS itu ke dekat wilayahnya itu memicu kemarahan Venezuela, yang menyebutnya sebagai “provokasi” dan mengklaim pengerahan kapal itu “bertujuan untuk memprovokasi perang di Karibia”.

    Sebagai bagian dari kampanye militer Presiden AS Donald Trump, Pentagon sejauh ini telah mengerahkan tujuh kapal perang AS ke Karibia dan satu kapal perang lainnya ke Teluk Meksiko. Washington juga telah mengumumkan kedatangan segera kapal induk USS Gerald R Ford, kapal induk terbesar di dunia, beserta armada pendampingnya.

    Venezuela dan beberapa pengamat meyakini pemerintahan Trump menggunakan pengerahan militer ini untuk menekan pemerintah Caracas dan menggulingkan Maduro, yang tidak diakui oleh Washington sebagai presiden yang sah.

    Selain meningkatkan pengerahan militer, Trump baru-baru ini mengonfirmasi dirinya memberikan izin untuk operasi CIA di Venezuela dan mempertimbangkan serangan darat terhadap kartel di negara tersebut.

    Sejak September lalu, pasukan AS telah menghancurkan setidaknya 10 kapal yang diduga menyelundupkan narkoba, dan menurut penghitungan AFP berdasarkan data AS, telah menewaskan sedikitnya 43 orang di perairan internasional di kawasan Karibia.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • 2 Pesawat Pengebom AS Kembali Melintas di Dekat Venezuela

    2 Pesawat Pengebom AS Kembali Melintas di Dekat Venezuela

    Washington DC

    Dua pesawat pengebom B-1B milik Amerika Serikat (AS) kembali mengudara di atas Laut Karibia, tepatnya di lepas pantai Venezuela, pada Senin (27/10) waktu setempat. Ini menjadi aksi pamer kekuatan ketiga yang dilakukan pesawat-pesawat militer AS di kawasan tersebut dalam beberapa pekan terakhir.

    Penerbangan pesawat pengebom supersonik jarak jauh itu terjadi saat AS menggencarkan operasi militer terhadap para terduga pengedar narkoba di kawasan Karibia, dengan mengerahkan pasukan yang telah memicu kekhawatiran di Caracas bahwa perubahan rezim menjadi tujuan akhir Washington.

    Data pelacakan penerbangan dari situs Flightradar24, seperti dilansir AFP, Selasa (28/10/2025), menunjukkan dua pesawat pengebom B-1B terbang sejajar dengan pantai Venezuela sebelum menghilang dari pandangan. Kedua pesawat itu lepas landas dari sebuah pangkalan di North Dakota, AS.

    Aksi pamer kekuatan ini menyusul penerbangan lainnya di dekat Venezuela oleh setidaknya satu pesawat pengebom B-1B pekan lalu, dan satu penerbangan lainnya oleh beberapa pesawat pengebom B-52 pada awal bulan ini.

    Washington juga mengerahkan kelompok tempur kapal induk AS, USS Gerald R Ford, ke kawasan Amerika Latin, setelah mengerahkan 10 jet tempur siluman F-35 ke Puerto Rico, dan saat ini menempatkan tujuh kapal Angkatan Laut AS di Karibia, sebagai bagian dari apa yang disebutnya sebagai upaya menangkal narkotika.

    Pasukan AS telah melancarkan serangan terhadap setidaknya 10 kapal yang diduga penyelundup narkoba — yang terdiri atas sembilan kapal biasa dan satu kapal semi-summersible — sejak awal September lalu.

    Menurut penghitungan AFP berdasarkan data AS, sedikitnya 43 orang tewas dalam serangan-serangan itu.

    Namun Washington belum juga merilis bukti untuk menunjukkan kapal-kapal yang menjadi targetnya digunakan untuk menyelundupkan narkoba.

    Ketegangan regional telah meningkat akibat kampanye dan peningkatan pengerahan aset militer yang menyertainya, dengan Venezuela menuduh AS berkomplot untuk menggulingkan Presiden Nicolas Maduro, yang menuduh Washington “merekayasa perang”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Pesawat Asal Kanada Jatuh di Greenland, 1 Orang Tewas

    Pesawat Asal Kanada Jatuh di Greenland, 1 Orang Tewas

    Nuuk

    Sebuah pesawat ringan yang terbang dari Kanada, jatuh di wilayah Greenland. Otoritas Denmark yang menemukan posisi bangkai pesawat mengonfirmasi tidak ada korban selamat, dengan satu-satunya orang yang ada di dalam pesawat itu tewas.

    Otoritas bandara Denmark, Naviair, seperti dilansir AFP dan Anadolu Agency, Selasa (28/10/2025), mengumumkan bahwa lokasi jatuhnya pesawat telah ditemukan pada Senin (27/10) pagi waktu setempat.

    Pesawat ringan tersebut menghilang dari radar pada Sabtu (25/10) waktu setempat, saat mengudara di atas Pulau Sermitsiaq, sebelah utara Nuuk, ibu kota Greenland. Dikonfirmasi hanya ada satu orang di dalam pesawat tersebut, yang telah dipastikan tewas oleh otoritas setempat.

    “Pagi ini, lokasi kecelakaan telah ditemukan, dan sangat disayangkan, tidak ada korban selamat,” kata otoritas bandara Denmark, Naviair, dalam pernyataannya pada Senin (27/10) waktu setempat.

    Naviair, menurut laporan Anadolu Agency, mengonfirmasi bahwa pesawat ringan jenis Cessna T182 itu terdaftar atas nama perusahaan Amerika Serikat (AS), yang tidak disebut lebih lanjut.

    Pesawat ringan itu terbang dari wilayah Newfoundland and Labrador, yang merupakan sebuah provinsi di sebelah timur Kanada, sebelum hilang kontak di atas wilayah Greenland pada akhir pekan.

    Operasi pencarian dimulai pada akhir pekan, namun sempat dihentikan sementara pada Sabtu (25/10) karena cuaca buruk dan jarak pandang yang rendah. Upaya pencarian dilanjutkan pada Minggu (26/10) waktu setempat dan posisi pesawat akhirnya ditemukan pada Senin (27/10).

    Menurut media lokal Greenland, lokasi kecelakaan pesawat itu berhasil diidentifikasi setelah kabut, yang menyebut area tersebut pada akhir pekan, menghilang.

    “Pesawat itu ditemukan di Gunung Sermitsiaq, tetapi di lokasi yang saat ini tidak dapat diakses, sehingga menyulitkan otoritas setempat untuk mengambil tindakan lebih lanjut saat ini,” kata Brian Thomsen dari Kepolisian Greenland saat berbicara kepada surat kabar lokal Sermitsiaq.

    Otoritas setempat belum merilis informasi apa pun tentang satu-satunya korban tewas dalam kecelakaan pesawat ini.

    Penyebab jatuhnya pesawat tersebut juga belum diketahui secara jelas. Penyelidikan insiden ini telah diserahkan kepada kepolisian setempat.

    Lihat juga Video: Pesawat Piper Gagal Terbang, 2 Orang Tewas di Venezuela

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Perang Baru Trump Menggila, 2 Jet Bomber B-1B AS Sudah ‘Turun Gunung’

    Perang Baru Trump Menggila, 2 Jet Bomber B-1B AS Sudah ‘Turun Gunung’

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sepasang jet pengebom B-1B Amerika Serikat (AS) dilaporkan terbang di atas Laut Karibia di lepas pantai Venezuela pada hari Senin.

    Penerbangan pesawat pengebom supersonik jarak jauh ini terjadi saat pemerintah Presiden Donald Trump melancarkan perang terhadap narkoba di wilayah tersebut dengan mengerahkan pasukan besar-besaran, yang telah memicu kekhawatiran di Venezuela soal kemungkinan penggulingan rezim Presiden Nicolas Maduro oleh AS.

    Data dari situs web pelacakan Flightradar24, mengutip AFP Selasa (28/10/2025), menunjukkan kedua bomber yang lepas landas dari sebuah pangkalan di negara bagian Dakota Utara di AS, terbang sejajar dengan pantai Venezuela sebelum menghilang dari pandangan.

    Hal ini menyusul penerbangan lain di dekat Venezuela oleh setidaknya satu pesawat B-1B minggu lalu dan satu lagi oleh beberapa pesawat pengebom B-52 minggu sebelumnya.

    Sebelumnya, AS juga telah memerintahkan gugus tugas tempur kapal induk USS Gerald R. Ford ke Amerika Latin, dengan mengerahkan 10 jet tempur siluman F-35 ke Puerto Riko, Kamis lalu. Saat ini, ada tujuh kapal Angkatan Laut AS di Karibia.

    Kapal induk lain, USS Gravely juga bertengger di Trinidad dan Tobago sejak akhir pekan. Marinir AS disebut akan melakukan latihan gabungan dengan pasukan pertahanan lokal.

    Militer AS juga telah melakukan serangan terhadap setidaknya 10 kapal yang diduga sebagai penyelundup narkoba, sembilan kapal dan satu kapal semi-submersible, sejak awal September. Perang baru Trumo itu menewaskan sedikitnya 43 orang.

    Perlu diketahui, Washington dan Caracas telah berselisih selama bertahun-tahun. AS menolak kemenangan pemilu Maduro pada tahun 2018 dan 2024 sebagai penipuan.

    Maduro sendiri membantah tuduhan AS bahwa ia memimpin jaringan perdagangan narkoba. Ia menuduh Washington “mengada-adakan perang” untuk tujuan politik.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Memanas Laut Karibia Kala AS Bersitegang dengan Venezuela-Kolombia

    Memanas Laut Karibia Kala AS Bersitegang dengan Venezuela-Kolombia

    Jakarta

    Amerika Serikat (AS) kembali menyerang kapal yang diduga dioperasikan oleh geng penyelundup narkoba asal Venezuela. Sebanyak enam orang, yang disebutnya sebagai “teroris narkotika”, tewas dalam serangan AS di Laut Karibia tersebut.

    Seperti dilansir AFP, Jumat (25/10/2025), Menteri Pertahanan (Menhan) AS Pete Hegseth mengumumkan via postingan media sosial X pada Jumat (24/10) bahwa serangan pada malam hari itu dilancarkan terhadap kapal yang diduga dioperasikan geng penyelundup narkoba asal Venezuela, Tren de Aragua.

    “Enam pria teroris narkotika ada di atas kapal selama serangan, yang dilancarkan di perairan internasional — dan merupakan serangan pertama di malam hari,” kata Hegseth dalam pernyataannya.

    “Semua keenam teroris itu tewas,” ucapnya.

    “Jika Anda seorang teroris narkotika yang menyelundupkan narkoba di belahan Bumi kami, kami akan memperlakukan Anda seperti kami memperlakukan Al-Qaeda. Siang atau MALAM, kami akan memetakan jaringan Anda, melacak orang-orang Anda, memburu Anda, dan membunuh Anda,” tegas Hegseth.

    Screenshot video yang diunggah Donald Trump di media sosial menunjukkan sebuah kapal meledak (Foto: Donald Trump via Truth Social/via REUTERS Purchase Licensing Rights)

    10 Serangan AS

    Serangan militer terbaru itu menjadikan jumlah total serangan AS terhadap terduga penyelundup narkoba di Karibia dan Pasifik Timur menjadi setidaknya 10 serangan, yang menurut penghitungan AFP berdasarkan data AS, telah menewaskan total sedikitnya 43 orang.

    AS mulai melancarkan serangan militer yang menargetkan kapal-kapal yang diduga penyelundup narkoba pada awal September lalu, setelah mengerahkan aset-aset militer termasuk jet tempur siluman F-35, kapal Angkatan Laut, dan kapal selam bertenaga nuklir ke kawasan Karibia.

    Sejauh ini, otoritas Washington belum merilis bukti bahwa target serangannya adalah penyelundup narkoba. Para pakar mempertanyakan legalitas serangan AS terhadap kapal-kapal tersebut di perairan internasional, tanpa mencoba mencegat atau menangkap awak kapal dan mengadili mereka.

    Pengerahan aset militer dan serangan-serangan itu semakin memicu kekhawatiran dan ketegangan di kawasan Karibia, dengan Venezuela menuduh AS berkomplot untuk menggulingkan Presiden Nicolas Maduro.

    AS Serang Kapal Narkoba Kolombia

    Sebelumnya, Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengumumkan serangan terhadap kapal pemberontak Kolombia, yang diklaim menyelundupkan narkoba, di perairan internasional di kawasan Amerika Selatan. Serangan ini menandai perluasan operasi militer AS di kawasan tersebut.

    Dilansir AFP, Senin (20/10/2025), pengumuman mengenai serangan tersebut disampaikan oleh Menteri Pertahanan (Menhan) AS Pete Hegseth pada Minggu (19/10) waktu setempat. Serangan itu sendiri disebut oleh Hegseth telah dilancarkan pada Jumat (17/10) lalu.

    Menteri Pertahanan (Menhan) AS Pete Hegseth (Foto: 20Detik)

    Hegseth mengatakan bahwa pasukan AS menyerang sebuah kapal yang disebutnya berafiliasi dengan Tentara Pembebasan Nasional Kolombia, sebuah kelompok gerilya sayap kiri yang dikenal sebagai ELN dalam bahasa Spanyol.

    Disebutkan oleh Hegseth bahwa sedikitnya tiga awak kapal tersebut tewas akibat serangan AS.

    Dalam pernyataannya, Hegseth menyebut kapal itu diserang saat berlayar di perairan internasional yang masuk dalam wewenang Komando Selatan AS, yang mengawasi operasi militer AS di kawasan Amerika Latin. Dia tidak merinci lokasi serangan itu secara spesifik. Kolombia memiliki pesisir Karibia dan pesisir Pasifik.

    AS mengerahkan sejumlah kapal perang ke kawasan Karibia, di dekat lepas pantai Venezuela, sejak Agustus lalu. Sejauh ini, kapal-kapal perang Washington itu telah menyerang setidaknya enam kapal, yang diklaim menyelundupkan narkoba ke wilayah AS, hingga menewaskan sedikitnya 27 orang.

    Halaman 2 dari 2

    (kny/jbr)

  • AS Kirim Kapal Induk ke Karibia, Perangi Narkoba atau Lengserkan Maduro?

    AS Kirim Kapal Induk ke Karibia, Perangi Narkoba atau Lengserkan Maduro?

    Washington DC

    Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, menuduh Amerika Serikat “merekayasa perang”, setelah AS mengirim kapal perang terbesar di dunia ke Karibia.

    Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, memerintahkan kapal induk USS Gerald R Ford, yang dapat mengangkut hingga 90 pesawat tempur, untuk bertolak dari Laut Mediterania pada Jumat (24/10).

    “Mereka sedang merekayasa perang abadi yang baru,” kata Maduro kepada media pemerintah Venezuela. “Mereka berjanji tidak akan pernah lagi terlibat dalam perang, dan mereka sedang merekayasa perang,” tambahnya.

    AS sedang meningkatkan kekuatan militernya di Karibia. Washington DC telah mengerahkan sejumlah kapal perang, kapal selam nuklir, dan pesawat F-35 dalam tindakan yang mereka sebut sebagai operasi memerangi pengedar narkoba.

    Kapal induk USS Gerald Ford adalah kapal perang terbesar di dunia saat ini (Reuters)

    AS juga telah melakukan 10 serangan udara terhadap kapal-kapal yang diklaim milik para pengedar. Salah satu serangan, yang terjadi di Laut Karibia pada Jumat (24/10), menyebabkan “enam pria narko-teroris” tewas, menurut Hegseth.

    Pemerintahan Trump menyatakan sedang melancarkan perang melawan perdagangan narkoba. Namun, para ahli dan anggota Kongres menuding Trump sejatinya sedang melancarkan upaya menggoyahkan pemerintahan Maduro.

    Maduro adalah musuh bebuyutan Trump. Presiden Venezuela tersebut dituduh sebagai pemimpin organisasi perdagangan narkoba, yang dibantah Maduro.

    BBC

    BBC Verify telah memantau informasi pelacakan yang tersedia untuk umum terhadap kapal perang dan pesawat tempur AS di wilayah Karibia. Citra satelit dan foto-foto di media sosial juga dipantau untuk mencoba mengetahui seberapa besar kekuatan militer yang dikerahkan Trump.

    Penempatan pasukan berubah-ubah sehingga BBC memantau wilayah tersebut secara berkala untuk mendapatkan informasi terbaru.

    Per 23 Oktober, kami mengidentifikasi 10 kapal militer AS di wilayah tersebut, termasuk kapal perusak berpeluru kendali, kapal serbu amfibi, dan kapal tanker minyak untuk mengisi bahan bakar kapal di laut.

    Pengerahan kekuatan militer AS

    Pentagon telah memerintahkan pengerahan gugus tempur kapal induk ke wilayah Karibia.

    Gugus tugas ini mencakup USS Gerald R. Ford, kapal induk terbesar di dunia.

    Selain kapal-kapal AS di sekitar Puerto Rico tempat AS memiliki pangkalan militer citra satelit juga menunjukkan dua kapal sekitar 123 km sebelah timur Trinidad dan Tobago.

    Salah satunya adalah kapal penjelajah berpeluru kendali, USS Lake Erie.

    Kapal lainnya adalah MV Ocean Trader, menurut Bradley Martin, mantan kapten Angkatan Laut AS yang kini menjadi peneliti kebijakan senior di RAND Corp.

    Kapal kargo ini merupakan hasil modifikasi yang dirancang untuk mendukung misi pasukan khusus sekaligus menyatu dengan lalu lintas komersial. Kapal ini dapat menampung drone, helikopter, dan kapal kecil.

    Citra satelit menunjukkan kapal perang AS di lepas pantai Trinidad dan Tobago (BBC)

    Ada beragam misi yang dapat didukung kapal tersebut, termasuk pengintaian untuk mempersiapkan serangan. Namun, Martin menekankan bahwa kehadiran MV Ocean Trader “tidak selalu berarti bahwa kegiatan semacam itu sedang dilakukan atau direncanakan”.

    Para analis militer telah menunjukkan bahwa pencegatan pengiriman narkoba di laut tidak membutuhkan kekuatan militer sebesar saat ini.

    AS juga telah memperkuat Angkatan Udara di wilayah tersebut – BBC Verify telah mengidentifikasi sejumlah pesawat militer AS di Puerto Rico.

    Stu Ray, analis senior di McKenzie Intelligence Services, mengatakan citra satelit yang diambil pada 17 Oktober menunjukkan terdapat sejumlah pesawat jet tempur F-35 di landasan, kemungkinan F-35B.

    Citra satelit menunjukkan sejumlah pesawat F-35 di Bandara Jose Aponte De La Torre, Puerto Rico (BBC)

    Pesawat itu adalah jet siluman canggih yang mampu lepas landas di landasan pacu yang pendek dan bisa mendarat vertical.

    Di media sosial, seorang pilot jet pribadi membagikan video drone MQ-9 Reaper, yang direkam di Bandara Rafael Hernndez di Puerto Rico.

    Drone ini telah digunakan oleh AS untuk melakukan serangan dan pengawasan di Afghanistan, Suriah, Libya, dan Mali.

    Pada awal Oktober, BBC Verify melacak tiga pesawat pengebom B-52 yang terbang melintasi Karibia dan dekat dengan pantai Venezuela.

    BBC

    Angkatan Udara AS kemudian mengonfirmasi bahwa pesawat-pesawat tersebut telah mengambil bagian dalam “simulasi serangan bom”.

    Penerbangan pesawat pengebom B1 dan pesawat mata-mata P-8 Poseidon juga terlihat di platform pelacakan pesawat.

    Gambar di media sosial juga menunjukkan helikopter militer beroperasi di lepas pantai Trinidad dan Tobago.

    Beberapa di antaranya adalah Boeing MH-6M Little Birds – dijuluki “Telur Pembunuh” – yang digunakan oleh pasukan khusus AS.

    BBC

    Apakah pengerahan kekuatan militer AS semata-mata demi memerangi narkoba?

    Donald Trump telah menyatakan pengerahan kekuatan militer AS adalah perang terhadap pengedar narkotika. Dia mengklaim satu kapal yang ditabrak AS pada 16 Oktober “sebagian besar berisi fentanil.”

    Namun, fentanil terutama diproduksi di Meksikobukan Amerika Selatan dan masuk ke AS melalui perbatasan selatan.

    “Ini bukan tentang narkoba,” kata Dr. Sabatini. “Namun, dia telah mengadopsi bahasa oposisi Venezuela bahwa ini bukan sekadar kediktatoran ini adalah rezim kriminal.”

    Sejak 2020, Departemen Kehakiman AS telah menuduh Presiden Maduro memimpin organisasi perdagangan narkoba dan narkotika-terorisme, yang dibantahnya.

    Trump mengatakan dia telah mengizinkan CIA untuk melakukan operasi rahasia di Venezuela, sebagian karena “narkoba yang masuk” dari Venezuela.

    Venezuela tidak memproduksi kokain dalam jumlah besar tapi Kolombia, Peru, dan Bolivia. Ada beberapa kokain yang diperdagangkan melalui Venezuela, yang diklaim pemerintah Venezuela sedang ditindak.

    Laporan Badan Penegakan Narkoba AS (DEA) tahun 2025 menyebutkan 84% kokain yang disita di AS berasal dari Kolombia dan menyebutkan negara-negara lain. Namun, DEA tidak menyebutkan Venezuela sebagai negara asal pengiriman kokain.

    Tujuh serangan pertama AS dilakukan di Karibia, yang bukan merupakan jalur laut utama untuk perdagangan narkoba.

    AS belum merinci bukti-bukti yang menunjukkan Maduro memimpin organisasi perdagangan narkoba. Maduro telah berulang kali membantah tuduhan tersebut, dan justru menuduh AS melakukan imperialisme dan memperburuk krisis ekonomi negara melalui sanksi.

    Ada beberapa kasus yang mendakwa orang-orang dekatnya.

    Pada 2016, pengadilan federal New York menjatuhkan hukuman kepada dua keponakan istri Maduro karena berkonspirasi mengimpor kokain ke AS.

    Dalam kasus tersebut, mereka dituduh berencana menggunakan sebagian uang tersebut untuk mendanai kampanye politik istri Maduro. Mereka kemudian dibebaskan melalui perjanjian pertukaran tahanan dengan AS.

    Apa yang CIA bisa lakukan di Venezuela?

    Ketika ditanya apakah CIA telah diberi wewenang untuk menangkap Maduro, Donald Trump mengelak dan mengatakan akan “konyol” untuk menjawabnya.

    Ia juga mengatakan bahwa AS “sedang mempertimbangkan pendaratan”, merujuk pada kemungkinan operasi militer di Venezuela.

    CIA dipandang dengan penuh kecurigaan oleh banyak orang di Amerika Latin karena sejarah panjang intervensi rahasia, upaya pergantian rezim, dan dukungan terhadap kediktatoran militer sayap kanan di masa lalu, terutama di Chile dan Brasil.

    Ned Price, wakil perwakilan AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan mantan analis senior CIA serta penasihat senior Departemen Luar Negeri, mengatakan tindakan rahasia CIA dapat terjadi “dalam berbagai bentuk.”

    “Bisa berupa operasi informasi. Bisa berupa operasi sabotase. Bisa berupa pendanaan partai oposisi. Bisa sampai penggulingan rezim. Ada banyak pilihan antara opsi tingkat rendah dan tingkat tinggi.”

    Ini bisa mencakup agen yang digunakan untuk menargetkan tersangka perdagangan manusia di Venezuela. Menurut definisi AS, penargetan bisa mencakup Maduro.

    Demonstrasi di Venezuela pada Juli lalu, setelah Nicolas Maduro mengklaim telah memenangi pilpres (Reuters)

    Dr. Sabatini mengatakan, mengingat Venezuela bukan titik produksi utama narkoba, tidak ada laboratorium kokain atau fentanil yang bisa “dihilangkan”, tetapi ada lapangan udara atau pelabuhan yang bisa menjadi target AS.

    “Jika AS ingin agresif, AS bisa mengirim rudal ke barak militer. Ada informasi intelijen yang cukup kuat bahwa beberapa sektor militer terlibat dalam perdagangan kokain.”

    Operasi CIA bisa juga berupa “hancurkan dan rebut”, catatnya, yaitu menangkap Maduro atau beberapa pembantunya dan membawa mereka ke pengadilan di AS.

    Pertanyaan besar, menurutnya, adalah berapa lama Trump bersedia menyimpan begitu banyak aset militer AS di Karibia.

    Jika tujuan utama peningkatan kekuatan militer ini adalah untuk mengancam Maduro, tidak jelas apakah itu cukup untuk memicu pembelotan di Venezuela.

    Apakah itu sampai pada upaya nyata untuk menggulingkan rezim Maduro melalui kekerasan, kata Profesor Albertus, sulit untuk mengetahuinya.

    (nvc/nvc)

  • Presiden Brasil Kritik PBB ‘Tak Lagi Berfungsi’ Hadapi Genosida di Gaza

    Presiden Brasil Kritik PBB ‘Tak Lagi Berfungsi’ Hadapi Genosida di Gaza

    Kuala Lumpur

    Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva melontarkan kritikan untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga-lembaga multilateral lainnya, yang disebutnya “tidak lagi berfungsi” dan gagal melindungi korban perang Gaza.

    Kritikan itu, seperti dilansir AFP, Sabtu (25/10/2025), dilontarkan Lula da Silva saat berada di Malaysia setelah melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Anwar Ibrahim pada Sabtu (25/10), menjelang pertemuan puncak (KTT) ASEAN.

    “Siapa yang bisa menerima genosida yang telah berlangsung begitu lama di Jalur Gaza?” kata Lula da Silva kepada wartawan di Putrajaya, setelah pertemuan bilateral untuk mempererat hubungan antara Brasil dan Malaysia.

    “Lembaga-lembaga multilateral yang dibentuk untuk mencegah hal-hal itu terjadi telah berhenti berfungsi. Hari ini, Dewan Keamanan PBB dan PBB tidak lagi berfungsi,” kritiknya.

    Dalam pernyataannya, Luka da Silva juga melontarkan sindiran untuk Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang juga akan menghadiri KTT ASEAN di Kuala Lumpur. Lula da Silva dan Trump ada kemungkinan untuk bertemu di sela-sela KTT ASEAN

    “Bagi seorang pemimpin, berjalan dengan kepala tegak lebih penting daripada Hadiah Nobel,” ucapnya.

    Trump telah bertolak menuju ke Asia pada Jumat (24/10) malam waktu AS. Dia akan mengunjungi Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan (Korsel). Selain menghadiri KTT ASEAN, Trump juga akan menghadiri KTT APEC di Korsel dan melakukan pembicaraan penting dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT APEC.

    Sejak kembali ke Gedung Putih untuk masa jabatan kedua pada Januari lalu, Trump telah berulang kali menegaskan bahwa dirinya pantas menerima Nobel Perdamaian atas perannya dalam menyelesaikan berbagai konflik. Klaim Trump itu, oleh para pengamat, dinilai terlalu dibesar-besarkan.

    Ketika Komite Nobel Norwegia pada bulan ini menganugerahkan Nobel Perdamaian kepada pemimpin oposisi Venezuela Maria Corina Machado, Gedung Putih memberikan kecamannya untuk komite tersebut.

    Sementara itu, Lula da Silva dan Trump mulai memperbaiki perbedaan mereka setelah berbulan-bulan berseteru terkait persidangan dan vonis terhadap mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro, sekutu Trump.

    Trump telah memberlakukan tarif 50 persen terhadap banyak produk Brasil dan menjatuhkan sanksi kepada beberapa pejabat tinggi Brasilia, termasuk seorang hakim Mahkamah Agung, untuk menghukum Brasil atas apa yang disebutnya sebagai “perburuan penyihir” terhadap Bolsonaro.

    Mahkamah Agung Brasil menjatuhkan hukuman 27 tahun penjara kepada Bolsonaro pada September lalu, atas perannya dalam upaya kudeta yang gagal setelah kekalahan dari Lula da Silva dalam pemilu tahun 2022.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • 9
                    
                        AS Kerahkan Kapal Induk ke Amerika Selatan, Serang Terus Bandar Narkoba
                        Internasional

    9 AS Kerahkan Kapal Induk ke Amerika Selatan, Serang Terus Bandar Narkoba Internasional

    AS Kerahkan Kapal Induk ke Amerika Selatan, Serang Terus Bandar Narkoba
    Tim Redaksi
    WASHINGTON DC, KOMPAS.com
    – Amerika Serikat (AS) mengerahkan kapal induk ke perairan lepas pantai Amerika Selatan untuk memperkuat kehadiran militer di kawasan tersebut.
    Langkah ini dikonfirmasi oleh Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, pada Jumat (24/10/2024), seperti dilansir
    The Telegraph India
    .
    Dalam pernyataannya, Hegseth mengatakan bahwa militer AS melakukan serangan ke-10 terhadap kapal yang diduga menyelundupkan narkoba.
    Ia menuding kelompok Tren de Aragua, geng kriminal yang berasal dari dalam penjara Venezuela, sebagai operator kapal tersebut.
    “Serangan berlangsung tengah malam dan menjadi serangan malam hari pertama yang kami lakukan,” ujar Hegseth dalam unggahan di media sosial.
    Hegseth juga menegaskan sikap keras pemerintah terhadap kelompok penyelundup narkoba.
    “Apa pun
    narco-terrorist
    yang menyelundupkan narkoba di belahan bumi kami, akan kami perlakukan seperti kami memperlakukan Al Qaeda,” tegasnya.
    Sebanyak enam orang dilaporkan tewas dalam insiden yang terjadi di Laut Karibia tersebut.
    Bila sebelumnya serangan hanya terjadi setiap beberapa pekan sekali, pekan ini saja tercatat sudah tiga kali serangan dilakukan.
    Sejak awal September, total korban tewas akibat operasi militer ini mencapai sedikitnya 43 orang.
    Dua dari serangan terbaru terjadi di wilayah timur Samudra Pasifik. Hal ini menandai perluasan area operasi militer AS hingga ke salah satu jalur utama perdagangan kokain dunia.
    Menurut Hegseth, semua serangan berlangsung di wilayah perairan internasional. Ia menyebut operasi malam hari ini sebagai pencapaian tersendiri dalam strategi militer.
    Serangan terbaru ini kembali menyoroti kelompok Tren de Aragua, yang sebelumnya juga disebut dalam serangan perdana bulan lalu.
    Pemerintahan Presiden Donald Trump menetapkan geng ini sebagai organisasi teroris asing.
    Kelompok tersebut dituding sebagai penyebab kekerasan dan jaringan perdagangan narkoba lintas negara, termasuk di sejumlah kota di kawasan Amerika.
    Meskipun Hegseth tidak secara spesifik menyebut negara asal kapal yang diserang, pejabat pemerintah menyatakan, setidaknya empat kapal yang pernah menjadi target serangan berasal dari Venezuela.
    Peningkatan serangan dan pengerahan kekuatan militer AS di wilayah Laut Karibia serta perairan dekat Venezuela menimbulkan spekulasi, pemerintahan Trump sedang berupaya menggulingkan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro.
    Satu hari sebelum serangan malam dilakukan, militer AS juga diketahui menerbangkan dua pesawat pengebom berat supersonik ke lepas pantai Venezuela.
    Pemerintah AS berdalih bahwa semua langkah militer ini ditujukan untuk memberantas perdagangan narkoba yang mengalir ke wilayah Amerika Serikat.
    Namun, Presiden Maduro menilai langkah tersebut sebagai bagian dari tekanan politik terhadap pemerintahannya.
    “Ini adalah upaya terbaru mereka untuk memaksa saya turun dari kekuasaan,” ujar Maduro.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Makin Panas! Trump Kirim Kapal Induk AS ke Perairan Amerika Latin

    Makin Panas! Trump Kirim Kapal Induk AS ke Perairan Amerika Latin

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara dramatis meningkatkan pengerahan aset militer AS di kawasan Karibia, dengan mengirimkan armada kapal induk USS Gerald R Ford ke perairan Amerika Latin. Hal ini dilakukan saat AS bersitegang dengan Venezuela dan Kolombia terkait operasi antinarkotika mematikan.

    Pengerahan USS Gerald R Ford itu, seperti dilansir Reuters dan AFP, Sabtu (25/10/2025), diumumkan oleh juru bicara Pentagon atau Departemen Pertahanan AS, Sean Parnell, dalam pernyataan via media sosial X pada Jumat (24/10) waktu setempat.

    “Peningkatan kehadiran pasukan AS di USSOUTHCOM AOR akan memperkuat kapasitas AS untuk mendeteksi, memantau, dan menghentikan para aktor dan aktivitas ilegal yang membahayakan keselamatan dan kemakmuran tanah air Amerika Serikat serta keamanan kita di Belahan Barat,” kata Parnell.

    Dia tidak menyebutkan lebih lanjut soal kapan kapal induk AS itu akan bergerak ke kawasan Karibia. Namun beberapa hari yang lalu, diketahui bahwa USS Gerald R Ford telah berlayar melalui perairan Selat Gibraltar dan di perairan Eropa.

    Parnell, dalam pernyataannya, menyebut pengerahan USS Gerald R Ford dan kapal-kapal pendampingnya “akan meningkatkan dan menambah kemampuan yang ada untuk menghentikan perdagangan narkotika serta melemahkan dan membongkar TCO (organisasi kriminal transnasional)”.

    USS Gerald R Ford yang mulai beroperasi tahun 2017, merupakan kapal induk paling baru AS dan kapal induk terbesar di dunia, dengan membawa lebih dari 5.000 personel di dalamnya.

    Kapal induk yang dilengkapi sebuah reaktor nuklir ini, dapat menampung lebih dari 75 pesawat militer, termasuk jet tempur F-18 Super Hornet dan E-2 Hawkeye, yang dapat berfungsi sebagai sistem peringatan dini.

    Kapal induk ini memiliki persenjataan rudal, seperti Evolved Sea Sparrow Missile, yang merupakan rudal permukaan-ke-udara jarak menengah yang dapat digunakan untuk menghadapi drone dan pesawat terbang.

    Pengerahan kapal induk AS ini merupakan bagian dari pengumpulan aset militer AS oleh Trump di kawasan Karibia, yang mencakup delapan kapal perang Angkatan Laut AS dan 10 jet tempur siluman F-35, serta sebuah kapal selam nuklir.

    Keberadaan aset militer yang semakin banyak di Karibia, terutama di dekat Venezuela, semakin meningkatkan kekhawatiran soal tujuan akhir Washington, yang dicurigai untuk menggulingkan rezim Presiden Nicolas Maduro.

    Pada Agustus lalu, AS menggandakan tawaran imbalan untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Maduro, yang dituduh terlibat perdagangan narkoba dan kelompok kriminal, menjadi US$ 50 juta. Maduro telah membantah tuduhan tersebut.

    Sejak awal September, pasukan AS yang ada di kawasan tersebut telah melancarkan setidaknya 10 serangan terhadap kapal-kapal yang diduga mengangkut narkoba, sebagian besar di perairan Karibia. Serangan-serangan itu dilaporkan menewaskan sedikitnya 40 orang.

    Pentagon belum memberikan banyak informasi soal serangan semacam itu, namun disebutkan bahwa beberapa yang tewas merupakan warga Venezuela.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Pesawat Meledak Kobarkan Api Besar, 2 Orang Tewas Di Tempat

    Pesawat Meledak Kobarkan Api Besar, 2 Orang Tewas Di Tempat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah pesawat kecil jenis Piper Cheyenne I terbakar setelah gagal lepas landas di Bandara Paramillo, Táchira, Venezuela, pada Rabu (22/10) waktu setempat. Kecelakaan tragis itu menewaskan dua orang dan melukai dua lainnya.

    Laporan DailyMail, Jumat (24/2025), menyebut video yang beredar di media sosial memperlihatkan detik-detik pesawat berusaha terangkat dari landasan sebelum miring ke satu sisi dan jatuh, lalu meledak menjadi bola api besar. Teriakan saksi mata terdengar dalam rekaman saat pesawat kehilangan kendali.

    Pesawat tersebut diketahui digunakan untuk kegiatan logistik pemerintah Venezuela, menurut laporan media lokal El Nacional. Dua korban yang meninggal diidentifikasi secara tidak resmi sebagai Toni Bortone dan Juan Maldonado.

    Petugas dari Pemadam Kebakaran, Perlindungan Sipil Táchira, dan Polisi Nasional Bolivarian (PNB) segera dikerahkan ke lokasi kejadian. Dua korban selamat dilaporkan mengalami luka-luka dan telah dibawa ke rumah sakit terdekat.

    Sumber dari otoritas bandara menyebutkan bahwa pilot kehilangan kendali setelah salah satu ban pesawat meledak sesaat sebelum pesawat sepenuhnya lepas landas. Hingga kini, penyelidikan terhadap penyebab pasti kecelakaan masih berlangsung.

    “Tim teknis sedang memeriksa kondisi pesawat dan catatan penerbangan untuk memastikan penyebab kecelakaan,” kata seorang pejabat Perlindungan Sipil Táchira, dikutip dari El Nacional.

    Pesawat jenis Piper Cheyenne I (PA-31T1) buatan Piper Aircraft ini pertama kali diproduksi pada akhir 1970-an. Pesawat bermesin ganda tersebut dikenal memiliki performa tinggi dan efisiensi biaya operasional yang baik.

    Insiden ini menambah daftar kecelakaan udara di Venezuela dalam beberapa bulan terakhir. Pada September lalu, sebuah Learjet 55 jatuh di dekat Bandara Internasional Simón Bolívar, Caracas, akibat cuaca buruk dan angin kencang. Dua penumpang dalam insiden itu berhasil diselamatkan dan berada dalam kondisi stabil.

    Otoritas penerbangan Venezuela mengingatkan bahwa kondisi cuaca ekstrem dan tak menentu di kawasan pegunungan Caracas dan Táchira sering kali menjadi tantangan bagi pesawat kecil atau jet pribadi.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]