Negara: Venezuela

  • Presiden Negara Ini Jadi Buronan AS, Hadiahnya Naik Jadi Rp825 Miliar

    Presiden Negara Ini Jadi Buronan AS, Hadiahnya Naik Jadi Rp825 Miliar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) resmi menaikkan hadiah penangkapan Presiden Venezuela Nicolas Maduro menjadi US$50 juta atau sekitar Rp825 miliar. Situasi ini menandai tekanan terbaru Washington terhadap pemimpin negara Amerika Latin yang dituduh sebagai pengedar narkoba kelas kakap.

    Dalam video yang diunggah ke media sosial pada Kamis (7/8/2025), Jaksa Agung AS Pam Bondi menuduh Maduro terlibat dalam jaringan perdagangan narkoba transnasional yang berkolaborasi dengan kelompok kriminal terorganisasi seperti Tren de Aragua, Cartel of the Suns, dan Kartel Sinaloa dari Meksiko.

    “Dia adalah salah satu pengedar narkoba terbesar di dunia dan merupakan ancaman bagi keamanan nasional kita. Oleh karena itu, kami menggandakan hadiahnya menjadi US$50 juta,” kata Bondi, seperti dikutip Al Jazeera pada Jumat (8/8/2025).

    Maduro sebelumnya telah didakwa oleh pengadilan federal AS pada 2020, di masa pemerintahan Presiden Donald Trump, atas tuduhan konspirasi perdagangan narkoba. Saat itu, hadiah untuk penangkapannya ditetapkan sebesar US$15 juta, yang kemudian dinaikkan menjadi US$25 juta oleh pemerintahan Biden. Nilai tersebut setara dengan hadiah atas buronan teroris Osama bin Laden pasca serangan 11 September 2001.

    Bondi juga mengungkapkan bahwa Departemen Kehakiman AS telah menyita aset terkait Maduro senilai lebih dari US$700 juta, termasuk dua jet pribadi dan sembilan kendaraan. Ia menambahkan bahwa berton-ton kokain yang berhasil disita otoritas AS dapat ditelusuri langsung ke jaringan Maduro.

    “Di bawah kepemimpinan Presiden Trump, Maduro tidak akan lolos dari keadilan, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas kejahatannya yang keji,” tegas Bondi.

    Pemerintah Venezuela langsung merespons tuduhan tersebut. Menteri Luar Negeri Venezuela Yvan Gil menyebut langkah AS sebagai “tipuan paling konyol yang pernah ada” dan menyindir bahwa langkah itu hanya pengalihan isu dari skandal Epstein yang sedang menyeret elit politik AS.

    “Martabat tanah air kami tidak untuk diperjualbelikan. Kami menolak operasi propaganda politik yang kasar ini,” kata Gil dalam pernyataan di Telegram.

    Jaringan Narkoba

    AS sebelumnya menuduh Maduro dan rekan-rekan dekatnya mengoperasikan kartel narkoba berskala negara yang disebut Cartel of the Suns, bersama pejabat tinggi militer dan intelijen Venezuela.

    Salah satu tokoh kunci, Hugo Carvajal, mantan kepala intelijen militer Venezuela, telah diekstradisi ke AS dan mengaku bersalah atas empat dakwaan, termasuk konspirasi narkotika-terorisme.

    Carvajal sebelumnya adalah diplomat yang mewakili pemerintahan Maduro, namun membelot dan mendukung oposisi pro-AS. Ia ditangkap di Spanyol dan diekstradisi ke AS pada Juli 2023 setelah lebih dari satu dekade menjadi target buruan AS.

    Meski menjadi buronan AS, Maduro tetap mempertahankan kekuasaan. Ia kembali terpilih sebagai Presiden Venezuela pada 2024 dalam pemilu yang disebut “curang” oleh AS, Uni Eropa, dan sejumlah negara Amerika Latin.

    Pada Juni lalu, Washington dan Caracas diam-diam mencapai kesepakatan pertukaran tahanan: 10 warga AS dibebaskan dari penjara Venezuela, sementara Caracas menerima puluhan orang yang dideportasi dari AS di bawah kebijakan imigrasi baru pemerintahan Trump.

    Menariknya, Gedung Putih juga memberi kelonggaran pada sanksi energi dengan mengizinkan Chevron melanjutkan pengeboran minyak di Venezuela, membuka kembali peluang ekonomi bagi negara yang sebelumnya terisolasi.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • AS Umumkan Hadiah Uang Rp 815 M untuk Penangkapan Presiden Venezuela

    AS Umumkan Hadiah Uang Rp 815 M untuk Penangkapan Presiden Venezuela

    Washington DC

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) menambah hadiah uang untuk penangkapan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, yang menghadapi dakwaan perdagangan narkoba ke wilayah AS. Imbalan untuk penangkapan Maduro ditambah oleh Washington menjadi US$ 50 juta, atau setara Rp 815 miliar.

    Otoritas Venezuela mengecam tawaran imbalan tersebut sebagai hal yang “menyedihkan” dan “konyol”.

    AS tidak mengakui dua kemenangan Maduro dalam dua pemilu sebelumnya, dan menuduh pemimpin Venezuela itu memimpin geng penyelundup kokain.

    Pengumuman penambahan imbalan untuk penangkapan Maduro itu disampaikan oleh Jaksa Agung AS, Pam Bondi, dalam pernyataan video yang diposting ke media sosial, seperti dilansir AFP, Jumat (8/8/2025).

    “Hari ini, Departemen Kehakiman dan Departemen Luar Negeri mengumumkan hadiah bersejarah sebesar US$ 50 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Nicolas Maduro,” ucap Bondi dalam pernyataan video yang dirilis pada Kamis (7/8) waktu setempat.

    “Dia merupakan salah satu pengedar narkoba terbesar di dunia dan merupakan ancaman bagi keamanan nasional kita,” sebutnya.

    Imbalan itu bertambah banyak jika dibandingkan dengan imbalan yang ditawarkan AS pada Januari lalu, yang mencapai US$ 25 juta (Rp 407,5 miliar).

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Venezuela, Yvan Gil, dalam tanggapannya menyebut imbalan yang ditawarkan Jaksa Agung AS itu “menyedihkan”.

    “Tabir asap paling konyol yang pernah kami lihat,” ucapnya.

    “Martabat tanah air kami tidak untuk dijual. Kami menolak operasi propaganda politik yang kasar ini,” tegas Gil dalam pernyataan via Telegram.

    Tahun 2020 lalu, selama masa jabatan pertama Presiden Donald Trump, pengadilan federal New York mendakwa Maduro dan beberapa pejabat tinggi Venezuela atas sejumlah tuduhan, termasuk berpartisipasi dalam konspirasi “narko-terorisme”.

    Departemen Kehakiman AS menuduh Maduro memimpin geng penyelundup kokain bernama “Kartel Matahari”, yang mengirimkan ratusan ton narkotika ke wilayah AS selama dua dekade, dan meraup uang ratusan juta dolar Amerika.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Harga Minyak Dunia Turun Imbas Target Produksi Dikerek

    Harga Minyak Dunia Turun Imbas Target Produksi Dikerek

    Jakarta

    Harga minyak dunia merosot pada awal perdagangan Asia pagi ini. Penurunan ini terjadi usai negara-negara penghasil minyak terbesar dunia, OPEC+ akan menaikkan produksi minyak pada September.

    Dikutip dari CNBC, Senin (4/8/2025), harga minyak mentah Brent turun 43 sen, atau 0,62%, menjadi US$ 69,24 per barel pada pukul 22.18 GMT. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di level US$ 66,94 per barel, turun 39 sen, atau 0,58%.

    Kenaikan produksi minyak yang disepakati OPEC+ sebesar 547.000 barel per hari untuk bulan September. Ini dinilai menjadi langkah terbaru dalam serangkaian percepatan kenaikan produksi untuk mendapatkan kembali pangsa pasar di tengah meningkatnya kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan dunia.

    Keputusan itu diambil usai beberapa anggota OPEC+ mengadakan pertemuan virtual singkat di tengah meningkatnya tekanan AS terhadap India untuk menghentikan pembelian minyak Rusia. Adapun anggota OPEC+ terdiri dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Irak, Iran, Aljazair, Angola, Libya, Nigeria, Kongo, Guinea Ekuatorial, Gabon, dan Venezuela.

    Namun dalam pertemuan terbaru ini hanya dihadiri oleh delapan anggota. Untuk diketahui, anggota OPEC+ adalah negara yang memproduksi sekitar separuh minyak dunia. Mereka sempat memangkas produksi selama beberapa tahun untuk menopang harga minyak.

    Beberapa bulan belakangan, negara OPEC+ telah meningkatkan produksi pada bulan April dengan kenaikan moderat sebesar 138.000 barel per hari. Kemudian diikuti oleh kenaikan yang lebih besar dari yang direncanakan sebesar 411.000 barel per hari pada bulan Mei, Juni, dan Juli, lalu 548.000 barel per hari pada bulan Agustus, dan sekarang 547.000 barel per hari untuk bulan September.

    Anggota OPEC+ akan dijadwalkan bertemu kembali pada 7 September. Sebanyak dua sumber menyebut, ada potensi akan dilakukannya pemangkasan produksi minyak dengan total sekitar 1,65 juta barel per hari. Pemangkasan tersebut saat ini berlaku hingga akhir tahun depan.

    (ada/ara)

  • Batas Masa Jabatan Dicabut, Presiden El Salvador Bisa Nyapres 3 Periode

    Batas Masa Jabatan Dicabut, Presiden El Salvador Bisa Nyapres 3 Periode

    San Salvador

    Presiden El Salvador Nayib Bukele mendapatkan hak untuk mencalonkan diri kembali dalam pilpres tanpa batas masa jabatan. Hal ini setelah kongres El Salvador, yang dikuasai partainya Bukele, menyetujui reformasi konstitusi secara luas, yang menghapuskan batas masa jabatan untuk presiden.

    Reformasi konstitusi itu juga memperpanjang masa jabatan presiden dari lima tahun menjadi enam tahun.

    Bukele yang berusia 44 tahun telah menjabat sebagai Presiden El Salvador sejak tahun 2019, dan kembali terpilih untuk menjabat periode kedua pada tahun 2024 lalu, dengan perolehan 85 persen suara dukungan dalam pemilu negara tersebut.

    Sekarang Bukele dan partainya, Nuevas Ideas, memegang kendali hampir sepenuhnya atas lembaga-lembaga negara di El Salvador. Kubu oposisi menyebut hal tersebut sebagai “kediktatoran”.

    Dalam voting yang dipercepat, seperti dilansir AFP, Jumat (1/8/2025), sebanyak 57 dari 60 anggota parlemen El Salvador menyetujui undang-undang (UU) yang memungkinkan pemilihan kembali “tanpa syarat atau batasan”. Dengan diloloskannya UU ini, berarti Bukele akan bisa maju capres untuk periode ketiga.

    UU tersebut juga mengatur perpanjangan masa jabatan presiden dari yang tadinya lima tahun, menjadi enam tahun, dan menghapuskan putaran kedua pemungutan suara dalam pemilu di negara tersebut.

    Tak hanya itu saja, reformasi konstitusi yang diatur dalam UU itu juga memperpendek masa jabatan untuk presiden saat ini — Bukele sendiri — sebanyak dua tahun, kemudian mempercepat pemilu pada Maret 2027 — yang memungkinkan Bukele untuk menjabat lebih lama di periode ketiganya jika dia menang pemilu.

    Dalam voting yang sama, para anggota parlemen El Salvador juga memilih untuk menyelaraskan pemilu legislatif, pemilihan presiden (pilpres), dan pemilihan wali kota atau pejabat daerah.

    Tonton juga video “238 Gangster Venezuela Kiriman Trump Tiba di Penjara El Salvador” di sini:

    Hasil voting parlemen itu menuai perayaan yang diwarnai kembang api di alun-alun utama ibu kota San Salvador, saat para anggota parlemen El Salvador meratifikasi reformasi konstitusi tersebut dalam sesi pleno kedua yang berlangsung hingga larut malam pada Kamis (31/7) waktu setempat.

    “Terima kasih telah mengukir sejarah, rekan-rekan,” kata Presiden Majelis atau parlemen El Salvador, Ernesto Castro, yang berasal dari partai Bukele yang berkuasa.

    Bukele mendapatkan dukungan yang sangat besar di dalam negeri atas kampanye kerasnya melawan geng-geng kriminal, yang telah menurunkan tingkat kekerasan di negara itu ke titik terendah dalam sejarah.

    Namun dia juga menuai kritikan tajam dari kelompok hak asasi manusia (HAM) internasional terkait gelombang penangkapan yang menargetkan para pembela HAM dan pengkritik pemerintah, yang mendorong puluhan jurnalis dan pekerja kemanusiaan untuk meninggalkan negara tersebut.

    Kritikan dan kecaman dilontarkan kubu oposisi terhadap keputusan parlemen El Salvador. “Hari ini, demokrasi telah mati di El Salvador. Mereka telah melepas topeng mereka… Mereka tidak tahu malu,” ucap anggota parlemen dari oposisi, Marcela Villatoro.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Tarif Trump 19% Berlaku 7 Agustus 2025, Begini Respons Pemerintah

    Tarif Trump 19% Berlaku 7 Agustus 2025, Begini Respons Pemerintah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah resmi menandatangani executive order terkait pengenaan tarif yang berlaku bagi negara-negara mitra dagang utamanya.

    Trump mempertahankan tarif dasar 10% ke negara-negara di mana AS memiliki surplus perdagangan. Lalu, memberlakukan tarif 15% ke mitra dagang utama seperti Uni Eropa (UE), Jepang, dan Korea Selatan (Korsel).

    Sedangkan bagi Indonesia dan beberapa negara ASEAN lainnya tarif yang diterapkan masih sama sesuai hasil negosiasi, yaitu di kisaran 19-20%. Untuk Indonesia masih tetap dikenakan 19% dari sebelumnya 32%.

    Pemerintah menganggap, besaran tarif bea masuk yang telah diumumkan Trump pada Kamis malam lalu itu sudah cukup untuk memberikan daya saing ekspor komoditas-komoditas Indonesia ke AS dibanding negara mitra dagang AS lainnya.

    “Indonesia kan seperti kita ketahui sudah selesai dan berlaku tanggal 7 dan seluruh negara ASEAN hampir selesai dan negara-negara yang di ASEAN 19%, kecuali Singapura tarifnya yang paling rendah,” kata Menteri Koordinator Bidang Airlangga Hartarto di kantornya, Jakarta, Jumat (1/8/2025).

    Menurut pemerintah, besaran tarif itu akan membuat kinerja ekspor Indonesia terjaga baik ke AS karena tak mengalami perbedaan dengan negara-negara kompetitor seperti Thailand, Kamboja, Malaysia, Filipina, maupun Pakistan.

    “Karena beberapa negara ASEAN kan 19%, dan paling rendah negara yang memang dengan AS relatif baik. Selama ini juga sama, punya competitiveness terhadap Thailand maupun Malaysia dan sektornya agak mirip tapi ada perbedaan juga, yang penting india agak tinggi sedikit,” ungkap Airlangga.

    Menurut Airlangga, meski tarif perdagangan resiprokal atau bea masuk yang dikenakan Trump ke Indonesia 19%, namun untuk sejumlah komoditas telah resmi ditetapkan menjadi lebih rendah hingga 0%, terutama komoditas-komditas strategis yang tidak dimiliki AS.

    “Bahkan untuk copper konsentrat dan copper catode di nol kan jadi itu yang sejalan dengan pembicaraan untuk mineral strategis antara lain copper dan itu US sudah umumkan juga,” papar Airlangga.

    ‘Jadi itu yang Indonesia sebut industrial comodities jadi secondary process sesudah ore, jadi sudah sejalan dengan apa yang kemarin diumumkan juga oleh secretary commerce dari white house,” tegasnya.

    Berikut ini daftar negara yang tarifnya telah diumumkan Trump dan berlaku 7 Agustus 2025:

    Suriah

    Laos

    Myanmar

    Swiss

    Irak

    Serbia

    Aljazair

    Bosnia dan Herzegovina

    Libya

    Afrika Selatan

    Brunei

    India

    Kazakhstan

    Moldova

    Tunisia

    Bangladesh

    Sri Lanka

    Taiwan

    Vietnam

    Indonesia

    Kamboja

    Malaysia

    Pakistan

    Filipina

    Thailand

    Nikaragua

    Afghanistan

    Angola

    Bolivia

    Botswana

    Kamerun

    Chad

    Kosta Rika

    Pantai Gading

    Republik Demokratik Kongo

    Ekuador

    Equatorial Guinea

    Fiji

    Ghana

    Guyana

    Islandia

    Israel

    Jepang

    Yordania

    Lesotho

    Liechtenstein

    Madagaskar

    Malawi

    Mauritius

    Mozambik

    Namibia

    Nauru

    Selandia Baru

    Nigeria

    Makedonia Utara

    Norwegia

    Papua Nugini

    Korea Selatan

    Trinidad dan Tobago

    Turki

    Uganda

    Vanuatu

    Venezuela

    Zambia

    Zimbabwe

    Brasil

    Kepulauan Falkland

    Inggris

    Uni Eropa

    (arj/haa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Harga Minyak Naik Nyaris 1 Persen ke US$ 69 Per Barel

    Harga Minyak Naik Nyaris 1 Persen ke US$ 69 Per Barel

    New York, Beritasatu.com – Harga minyak naik 1 persen karena penarikan berita bahwa Amerika Serikat (AS) akan menarik minyak mentah mereka dan perkiraan pemangkasan ekspor bensin Rusia.

    Harga minyak mentah Brent berjangka ditutup pada US$ 69,18 per barel, naik 67 sen atau 0,98 persen. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup pada US$ 66,03 per barel, naik 78 sen atau 1,20 persen.

    Harga minyak mentah sempat turun pada perdagangan sore hari di tengah berita bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump sedang bersiap untuk mengizinkan operasi minyak terbatas di negara OPEC yang dikenai sanksi, Venezuela.

    Nantinya, eksplorasi itu akan dipimpin oleh perusahaan minyak besar Chevron (CVX.N). Sebelumnya, WTI telah naik lebih dari US$ 1 dan minyak mentah Brent mendekati level tersebut.

    “Berita tentang Chevron yang dapat kembali ke Venezuela dan memproduksi minyak kembali membuat pasar goncang,” kata, analis Again Capital LLC, John Kilduff, seperti dilansir dari Reuters, Jumat (25/7/2025).

    Meski begitu, Kilduff mengatakan pasar tidak menyangka pemerintahan Trump akan membuka Venezuela bagi perusahaan minyak AS lainnya. “Ini kejadian unik yang tak terduga,” tambahnya.

    Harga minyak rebound di akhir sesi perdagangan di tengah berita bahwa Rusia berencana memangkas ekspor bensin ke semua negara kecuali beberapa sekutu dan negara seperti Mongolia, yang memiliki perjanjian pasokan dengan Rusia.

    “Keinginan Rusia untuk memangkas ekspor bensin memberikan dorongan bagi pasar. Pasar sedang mencari alasan untuk menguat,” jelas analis senior Price Futures Group, Phil Flynn.

    Data Badan Informasi Energi AS menunjukkan persediaan minyak mentah turun pekan lalu sebesar 3,2 juta barel menjadi 419 juta barel, jauh melampaui ekspektasi analis sebesar 1,6 juta barel.

  • Ketika Suara Rakyat Ditukar dengan Liter Dolar

    Ketika Suara Rakyat Ditukar dengan Liter Dolar

    OLEH: DENNY JA

    PADA awal Januari 2012, Presiden Goodluck Jonathan mengumumkan penghapusan subsidi bahan bakar bensin. Maka harga yang selama ini sangat murah, sekitar ?65, naik menjadi ?141 per liter. 

    Kenaikan harga ini memicu kemarahan publik. Terutama ibu-ibu dan keluarga miskin protes.  Mereka mengandalkan transportasi murah untuk kebutuhan dasar seperti pergi ke pasar atau ke puskesmas.

    Seorang ibu di Lagos, Antonia Arosanwo, menggambarkan efeknya dengan jelas:

    “Saya marah. Biaya perjalanan saya di bus melambung dua kali lipat sejak subsidi dihapus.”   

    Gerakan ini meluas menjadi protes nasional yang dikenal sebagai Occupy Nigeria (2?”14 Januari 2012). 

    Unjuk rasa besar dilakukan. Bus dihentikan, jalan diblokir. Dan puluhan orang tewas akibat bentrokan dengan aparat  .

    Hanya dalam dua minggu, pemerintah tersentak, mengembalikan harga bensin ke level sekitar ?97 per liter. 

    Ketika pencabutan subsidi menentukan nasib pemimpin, apakah ini jenis demokrasi yang sehat?

    Dalam sejarah negara-negara berkembang, subsidi energi adalah candu politik. Ia menenangkan protes, menekan inflasi, dan membeli loyalitas instan. 

    Di Mesir, revolusi Arab Spring dipicu bukan hanya oleh otoritarianisme, tapi juga pencabutan subsidi bahan pokok. 

    Di Venezuela, rezim Chávez bertahan bertahun-tahun di atas fondasi bensin gratis. Di Indonesia, lebih dari Rp500 triliun anggaran pernah dikucurkan hanya untuk menjaga harga BBM tetap “terasa murah”.

    Padahal, data membongkar ilusi itu. Menurut Bank Dunia, 70% subsidi BBM di Indonesia justru dinikmati oleh 30% kelompok terkaya. 

    Pemilik mobil SUV mendapat porsi lebih besar dibanding pengayuh becak atau nelayan. Subsidi ini bukan keadilan sosial.

    Melainkan ini hadiah politik untuk kelas menengah urban yang paling vokal di media sosial dan paling menentukan di TPS kota.

    Kita dimenangkan hari ini. Tapi esok hari, sekolah anak kita kekurangan guru. Puskesmas tak punya vaksin. Jalan desa tetap berlubang.

    Inilah ironi: energi memberi panas yang cepat, tapi meninggalkan arang yang panjang. Subsidi memang populis. Tapi ia seringkali memiskinkan.

    Jauh di balik kampanye dan baliho, ada sumber uang yang lebih berkuasa daripada rakyat: sumur minyak dan tambang batu bara. 

    Kita hidup di era ketika industri energi bukan sekadar penggerak ekonomi, tapi pendonor utama pesta demokrasi.

    Contoh paling vulgar adalah Brasil: skandal Petrobras menyeret presiden, anggota parlemen, hingga eksekutif top ke penjara. 

    Di Nigeria, “oil bunkering” ilegal melahirkan tentara bayaran yang lebih setia pada pengusaha energi daripada konstitusi.

    Dan Indonesia? Kita punya cerita sendiri: Petral, anak usaha Pertamina yang pernah menjadi ladang mafia impor minyak. 

    Ada juga permainan tender yang membiayai koalisi politik. Surat izin tambang berubah menjadi mata uang politik: siapa mendukung siapa, akan dapat konsesi dimana.

    Banyak suara rakyat ditukar satu kontrak blok migas. Itulah mata uang baru demokrasi.

    Negara yang hidup dari rente minyak kerap menjadi negara yang malas. Pajak tak lagi dikembangkan secara adil. 

    Regulasi tunduk pada pemain besar. Dan pembangunan institusi demokrasi tertunda, karena yang diperlukan bukan sistem meritokrasi, tapi jaringan loyalis yang bisa mengamankan blok eksplorasi.

    Kita bisa belajar dari sejarah: di era Orde Baru, Soeharto membagikan ladang minyak kepada kroni dan militer. Dari sinilah tumbuh kekuatan bisnis-politik yang kini masih bertahan, dengan wajah baru.

    Di Malaysia, Petronas pernah menjadi ATM partai penguasa UMNO. Transparansi hanya menjadi etalase.

    Di Meksiko, selama puluhan tahun, minyak adalah milik negara?”tapi negara hanya milik satu partai.

    Negara tidak lagi rasional. Ia menjadi korporasi raksasa dengan dewan direksi yang dipilih bukan oleh rakyat, tapi oleh pemilik modal.

    Kita tahu kekayaan alam Indonesia melimpah. Tapi siapa yang menikmatinya? Di Aceh, ladang gas Arun mengalir ke Jakarta, tapi desa sekitar tak punya listrik. Konflik bersenjata ikut lahir dari rasa ketidakadilan itu.

    Di Papua, tambang emas dan eksplorasi migas berjalan, tapi kampung-kampung adat hanya menerima debu dan penggusuran. 

    Di sana, suara rakyat tak pernah diukur dalam desibel, hanya dalam meter kubik minyak yang bisa ditambang.

    Inilah luka struktural yang tak kunjung sembuh. Ketika energi tak dibagi secara adil, maka demokrasi tak akan lahir secara utuh.

    Kita tak perlu pesimis. Dunia telah menunjukkan jalan lain. Norwegia, negeri penghasil minyak, justru menjadi salah satu negara paling demokratis. 

    Dana abadi mereka menyimpan ratusan miliar dolar, dikelola secara transparan, dan setiap warga bisa mengakses informasi keuangan negara secara daring.

    Extractive Industries Transparency Initiative (EITI) jadi standar global. Negara yang mau jujur, akan dihormati pasar dan rakyat sekaligus.

    Bahkan di Afrika, negara seperti Botswana berhasil mengelola kekayaan tambang secara relatif adil?”bukan karena mereka kaya, tapi karena mereka berani.

    Maka pertanyaannya bukan: apakah bisa? Tapi: apakah kita cukup berani?

    Indonesia: Di Persimpangan Sumur dan Suara

    Indonesia kini bukan lagi negara pengekspor minyak. Kita sudah menjadi importir. Tapi mentalitas elite kita masih seperti pemilik sumur raksasa.

    Politik masih didanai oleh bisnis batu bara, kontrak migas, dan rente eksplorasi. Transisi energi dibicarakan, tapi tak sungguh dijalankan, karena para pemilik warisan lama belum rela melepaskan kendali.

    Apakah koperasi energi lokal bisa lahir? Apakah rakyat bisa terlibat dalam tata kelola sumber daya? Apakah kita bisa menciptakan demokrasi yang tak lagi tunduk pada harga bensin?

    Jalan tengah itu masih belum jelas. Tapi sejarah menanti mereka yang berani menulis bab baru.

    Demokrasi bukan hanya pemilu lima tahunan. Ia hidup dari kontrol rakyat atas sumber dayanya. Jika sumur dimiliki rakyat, suara pun tak bisa dibeli.

    Tapi jika energi hanya dikuasai oleh elite yang takut kehilangan kuasa, maka demokrasi kita bukan sedang tumbuh?”melainkan dalam koma yang panjang.

    Apa yang bisa Indonesia pelajari?

    Bahwa kedaulatan energi bukan tentang siapa yang menguasai ladang, tapi siapa yang berani membagi hasilnya secara adil. 

    Bahwa demokrasi bukan soal harga BBM, tapi siapa yang menentukan anggaran negara: suara, atau rente?

    Indonesia wajib membentuk badan independen pengawas energi dengan kewenangan memveto kontrak merugikan. 

    Juga ia mengalokasikan 30% pendapatan migas langsung ke dana desa terpencil.”

    Jika kita ingin demokrasi yang sehat, maka energi harus kembali ke tangan rakyat.

    “(Energi adalah darah negara. Tapi jika darah itu hanya mengalir ke jantung oligarkhi elite, maka demokrasi kita bukan sedang hidup -melainkan koma.”)

  • Harga Minyak Merosot Jelang Pertemuan OPEC+ – Page 3

    Harga Minyak Merosot Jelang Pertemuan OPEC+ – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak anjlok menjelang pertemuan OPEC+ yang akan menghasilkan kenaikan produksi yang substansial. Sementara itu,  ancaman tarif terbaru Presiden AS Donald Trump mengurangi minat terhadap risiko yang lebih luas.

    Mengutip Yahoo Finance, Sabtu (5/7/2025), harga minyak Brent turun 68 sen atau 0,98% ke posisi USD 68,43 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun di bawah USD 67 per barel, memperpanjang penurunan 0,7% pada Kamis pekan ini. Kartel itu mempertimbangkan untuk mempercepat pemulihan produksi minyak lebih jauh dan akan membahas kenaikan lebih dari 411.000 barel per hari untuk Agustus pada pertemuan Sabtu pekan ini, demikian disampaikan delegasi.

    Kebijakan perdagangan global juga menjadi fokus, mendorong saham di Asia dan wilayah lainnya turun. Presiden AS Donald Trump menuturkan, pemerintahannya akan mulai mengirimkan surat kepada mitra dagang untuk menetapkan tarif unilateral sebelum batas waktu 9 Juli dan pungutan baru akan mulai berlaku pada Agustus.

    Harga minyak mentah bergejolak dalam beberapa minggu terakhir, diguncang oleh kekhawatiran perang Israel-Iran akan menghambat pasokan.

    Pasar meski telah tenang, kekhawatiran masih ada atas negosiasi dengan Iran, pembicaraan perdagangan yang dipimpin AS, dan kebijakan yang berkembang oleh OPEC+.

    “Fundamental absolut pasar sedang mengambil alih,” ujar Senior Vice President Rystad Energy di Calgary, Susan Bell.

    “Premi risiko telah keluar dari pasar dan fundamentalnya cukup lemah,” ia menambahkan.

    Mengenai Iran, Washington berencana untuk memulai kembali pembicaraan nuklir, dan utusan Timur Tengah AS Steven Witkoff akan bertemu Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi di Oslo minggu depan, Axios melaporkan. Sementara itu, AS mengambil langkah-langkah baru untuk membatasi perdagangan minyak Republik Islam, yang terus menekan Teheran.

    Di Kanada, kebakaran hutan terjadi di wilayah Fort McMurray, sekitar 20 kilometer (12 mil) dari lokasi produksi pasir minyak utama. Produksi dari Alberta turun ke level terendah dalam dua tahun pada bulan Mei, bersamaan dengan penurunan produksi dari Meksiko dan larangan pengiriman dari Venezuela untuk memperkuat harga minyak mentah yang tinggi.

  • Banjir dan Longsor Terjang Venezuela, Rumah Hancur-Jalan Putus

    Banjir dan Longsor Terjang Venezuela, Rumah Hancur-Jalan Putus

    Pemandangan drone dari jembatan yang runtuh dekat Ospino, Portuguesa, Venezuela Kamis (26/6/2025). Hujan lebat yang melanda Venezuela dalam beberapa hari terakhir telah memicu banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah. Bencana ini berdampak parah pada lima negara bagian. (Primitivo Cedeno via Facebook/Handout via REUTERS)

  • Antisipasi Meluasnya Konflik Iran dan Israel, Pertamina Evakuasi Pekerja dari Irak

    Antisipasi Meluasnya Konflik Iran dan Israel, Pertamina Evakuasi Pekerja dari Irak

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP) akhirnya mengevakuasi tujuh orang pekerja dari wilayah rawan konflik di Timur Tengah, khususnya di Basra, Irak.

    Proses evakuasi pekerja yang dilakukan anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang minyak, gas alam, dan energi dengan lingkup kerja luar neger ini sebagai langkah antisipatif terhadap meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan.

    Plt Direktur Utama PIEP, Julius Wiratno menjelaskan bahwa proses evakuasi telah dimulai secara bertahap sejak 19 Juni 2025, menyusul potensi meluasnya konflik antara Iran dan Israel yang dapat berdampak pada keamanan operasional di Irak dan sekitarnya.

    “Evakuasi dilakukan melalui jalur darat dari Basra ke Kuwait, yang dinilai lebih aman. Selanjutnya, tujuh perwira [pekerja Pertamina] diterbangkan ke Indonesia dan telah tiba dengan selamat di Jakarta pada 23 Juni,” kata Julius dalam keterangannya, Kamis (26/6/2025).

    Terkait dengan pemulangan karyawan ke Indonesia, PIEP sebelumnya telah menjalin komunikasi dan koordinasi erat dengan berbagai pihak, termasuk Kementerian Luar Negeri melalui Direktorat Timur Tengah, KBRI Baghdad dan KBRI Kuwait, serta Kedutaan Kuwait di Jakarta. “Koordinasi juga dilakukan dengan Perlindungan Warga Negara Indonesia [PWNI] untuk memastikan kelancaran evakuasi,” tuturnya.

    Sejalan dengan itu, imbuhnya, PIEP juga terus memantau kondisi geopolitik di wilayah operasi, termasuk lapangan West Qurna 1 di Irak yang dikelola bersama PetroChina, serta lapangan MLN di Aljazair.

    Julius mengungkapkan bahwa untuk saat ini kegiatan operasional di Aljazair masih berjalan normal berdasarkan hasil kajian risiko, tetapi perusahaan tetap memperhitungkan rute perjalanan paling aman dalam setiap rotasi personel.

    Secara keseluruhan, seluruh lapangan di zona operasi PIEP—termasuk di Irak, Aljazair, dan Malaysia—masih beroperasi seperti biasa dengan pengawasan ketat.

    “Peningkatan tensi di Timur Tengah dan global menjadi perhatian serius bagi kami. PIEP terus melakukan pemantauan berkala dan penyesuaian strategi mitigasi risiko, termasuk melalui country risk assessment untuk memastikan keberlangsungan bisnis sekaligus keselamatan para perwira kami,” kata Julius.

    Adapun, PIEP tak hanya fokus pada teknis evakuasi karyawan tetapi juga memberikan perhatian khusus pada keluarga pekerja.

    Syamsu Yudha, Country Manager PT Pertamina Irak EP (PIREP) menerangkan bahwa perusahaan secara intensif menjaga komunikasi dengan keluarga pekerja serta memastikan bahwa setiap anggota keluarga memahami rencana dan tahapan proses evakuasi pekerja.

    “Di tengah ketidakpastian, serta terbatasnya jalur komunikasi di lapangan, komunikasi dengan keluarga menjadi hal yang sangat penting. Kami memahami kekhawatiran mereka, dan berupaya menjaga ketenangan para keluarga di Tanah Air,” tuturnya.

    Salah satu momen yang menyentuh adalah saat keluarga menerima kabar bahwa para perwira Pertamina di Irak telah melintasi perbatasan dengan selamat. “Itu bukan hanya kabar baik, tapi juga kabar yang menenangkan hati mereka,” ujarnya.

    Sebanyak tujuh orang karyawan PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP) yang bekerja di Irak berhasil dipulangkan ke Tanah Air. /Istimewa-PIEP

    Setali tiga uang, Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menegaskan bahwa Pertamina berkomitmen dalam menjaga keselamatan para perwira di luar negeri, khususnya di wilayah konflik di Irak dan Kawasan Timur Tengah lainnya.

    “Pertamina memastikan perwira yang bertugas di wilayah Timur Tengah sudah tiba di Indonesia dengan aman,” ujarnya.

    Sebagai gambaran, PIEP didirikan berdasarkan kebutuhan untuk mengelola aset-aset internasional dengan fokus utama yaitu mengelola aset luar negeri yang dimiliki Pertamina.

    Didirikan pada 18 November 2013, PIEP melakukan inovasi dalam mengakuisisi dan mengelola lapangan migas overseas serta mencari sumber-sumber migas di berbagai negara.

    Hingga saat ini, Pertamina telah memiliki aset lapangan migas luar negeri yang tersebar di 11 negara yaitu Aljazair, Malaysia, Irak, Prancis, Italia, Tanzania, Gabon, Nigeria, Kolombia, Angola, dan Venezuela.