Negara: Venezuela

  • Trump Klaim Bombardir Kapal Narkoba Venezuela, 3 Orang Tewas

    Trump Klaim Bombardir Kapal Narkoba Venezuela, 3 Orang Tewas

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa pasukan militer negaranya telah melancarkan serangan kedua terhadap sebuah kapal yang diduga mengangkut narkotika dari Venezuela menuju ke wilayah AS. Trump menyebut sedikitnya tiga orang tewas dalam serangan tersebut.

    Pengumuman soal serangan terbaru AS ini, seperti dilansir Reuters, Selasa (16/9/2025), diumumkan Trump dalam pernyataan via media sosial Truth Social pada Senin (15/9) waktu setempat. Ini menjadi serangan kedua AS terhadap kapal pengangkut narkoba dari Venezuela dalam beberapa pekan terakhir.

    Trump menyebut serangan itu terjadi di perairan internasional. Namun dia tidak memberikan bukti untuk mendukung klaimnya soal kapal itu mengangkut narkoba.

    “Pagi ini, atas perintah saya, Pasukan Militer AS melancarkan serangan kinetik KEDUA terhadap kartel perdagangan narkoba dan para narkoteroris yang teridentifikasi positif dan sangat kejam di wilayah tanggung jawab SOUTHCOM,” tulis Trump dalam pernyataannya.

    SOUTHCOM atau Komando Selatan AS merupakan komando tempur militer yang mencakup 31 negara di Amerika Selatan dan Amerika Tengah, serta Karibia.

    “Serangan itu terjadi ketika para narkoteroris yang terkonfirmasi dari Venezuela ini berada di perairan internasional sedang mengangkut narkotika ilegal (SENJATA MEMATIKAN YANG MERACUNI WARGA AMERIKA!) menuju ke AS,” sebut Trump.

    “Kartel perdagangan narkoba yang sangat kejam ini MENJADI ANCAMAN bagi keamanan nasional AS, kebijakan luar negeri, dan kepentingan vital AS,” tegasnya.

    Disebutkan oleh Trump bahwa serangan pasukan AS itu menewaskan tiga orang. “Serangan itu mengakibatkan tiga teroris pria terbunuh dalam aksi. Tidak ada pasukan AS yang terluka dalam serangan ini,” ucapnya.

    “PERINGATAN — JIKA ANDA MENGANGKUT NARKOBA YANG DAPAT MEMBUNUH WARGA AMERIKA, KAMI MEMBURU ANDA!” kata Trump dalam peringatannya.

    Postingan Trump itu juga menyertakan video berdurasi hampir 30 detik, dengan catatan berbunyi “UNCLASSIFIED” pada bagian atas video, yang tampaknya memperlihatkan sebuah kapal di lautan meledak dan kemudian terbakar.

    Belum ada tanggapan langsung dari pemerintah Venezuela terkait pernyataan terbaru Trump tersebut.

    Itu menjadi serangan kedua AS setelah serangan pertama pada 2 September lalu, yang diklaim menewaskan 11 orang yang juga disebut Trump sebagai “narkoteroris” yang merupakan anggota geng Venezuela, Tren de Aragua. Klaim ini telah dibantah oleh otoritas Caracas,

    Dalam pernyataan terpisah kepada wartawan pada Senin (15/9), Trump mengisyaratkan bahwa operasi militer semacam itu juga dapat dilakukan di darat terhadap para tersangka penyelundup narkoba.

    “Ketika mereka datang melalui darat, kita akan menghentikan mereka dengan cara yang sama seperti kita menghentikan kapal-kapal tersebut. Tetapi mungkin dengan membicarakannya sedikit, hal itu tidak akan terjadi,” ujarnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/dhn)

  • Negara Ini Tuduh AS Cari-Cari Insiden, Komunikasi Diplomatik Terhenti

    Negara Ini Tuduh AS Cari-Cari Insiden, Komunikasi Diplomatik Terhenti

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuding Amerika Serikat (AS) sengaja memprovokasi insiden di Karibia. Ia menegaskan komunikasi diplomatik dengan Washington kini sebagian besar terputus setelah serangkaian aksi militer AS yang disebutnya sebagai agresi.

    “Ini bukan ketegangan. Ini agresi di semua lini, ini agresi yudisial ketika mereka mengkriminalisasi kami, agresi politik dengan pernyataan ancaman mereka setiap hari, agresi diplomatik, dan agresi berkelanjutan yang berkarakter militer,” kata Maduro dalam konferensi pers, Senin (15/9/2025), yang dihadiri petinggi militer, seperti dikutip Reuters.

    Pemerintahan Presiden Donald Trump meningkatkan kehadiran militer di Karibia selatan dengan alasan memberantas penyelundupan narkoba. Namun, awal bulan ini, operasi militer AS menewaskan 11 orang dan menenggelamkan kapal Venezuela yang dituduh membawa narkotika ilegal.

    Maduro menyebut tindakan itu sebagai upaya pembenaran atas “serangan kriminal” terhadap negaranya. “Komunikasi dengan pemerintah AS telah dibuang, komunikasi tersebut telah dibuang oleh mereka dengan ancaman bom, kematian, dan pemerasan,” ujarnya.

    Meski begitu, Maduro mengakui masih ada komunikasi terbatas untuk memfasilitasi pemulangan warga Venezuela dari AS. Caracas juga membantah tuduhan Washington bahwa korban tewas merupakan anggota geng narkoba Tren de Aragua.

    Di sisi lain, pemerintahan Trump hanya memberikan sedikit informasi soal operasi militer tersebut, meski anggota Kongres AS mendesak agar ada penjelasan resmi.

    Akhir pekan lalu, pemerintah Venezuela menuding kapal perusak AS secara ilegal mencegat dan menduduki kapal penangkap ikan tuna di Zona Ekonomi Eksklusif Venezuela selama delapan jam. Maduro menegaskan bahwa Washington “sedang mencari-cari insiden” untuk memicu konflik.

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 5 Anggota Geng Los Maleantes Ditangkap Terkait Pembunuhan Diplomat RI

    5 Anggota Geng Los Maleantes Ditangkap Terkait Pembunuhan Diplomat RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Polisi Peru telah menangkap lima pria asal Venezuela yang diduga terlibat dalam pembunuhan staf Kedutaan Besar Indonesia di Peru, Zetro Leonardo Purba. Kelimanya disebut sebagai anggota geng kriminal Los Maleantes del Cono.

    Menurut kantor berita Peru, Andina yang dikutip dari Detikcom Minggu (14/9/2025), penangkapan dilakukan pada Selasa (9/9). Dalam aksi tersebut, Kepolisian Nasional Peru juga menyita pistol yang diduga digunakan untuk menembak Zetro.

    Stasiun TV Canal N melaporkan, ahli menyimpulkan bahwa peluru dari senjata yang disita identik dengan peluru yang ditemukan di tubuh korban dan lokasi kejadian. Salah satu dari lima tersangka diketahui sebagai pemilik sepeda motor yang diduga digunakan dalam serangan terhadap diplomat tersebut.

    Di hari yang sama, Kepolisian Nasional Peru mengumumkan di media sosial bahwa kelima orang tersebut telah ditahan. Namun, Polisi tidak menyebutkan kewarganegaraan atau mengindikasikan bahwa mereka terkait dengan serangan mematikan terhadap Zetro.

    “Di distrik San Martin de Porres (Lima), setelah operasi intelijen, Polisi menangkap terduga anggota geng kriminal ‘Los Maleantes del Cono’. Sebuah pistol berisi peluru, lima bahan peledak, dan sekring sepanjang 15 meter disita, narkoba, 10 ponsel, dan sebuah sepeda motor juga disita,” tulis polisi Peru.

    Sebagaimana diketahui, korban diserang para pembunuh bayaran di pintu masuk gedung apartemennya di Distrik Lince, Lima, ketika ia baru tiba dengan sepeda. Polisi belum mengungkap secara rinci motif di balik pembunuhan tersebut

    “Keadaan dan motif di balik viktimisasi orang ini belum diketahui, tetapi kemungkinan pembunuhan bayaran tidak dapat dikesampingkan,” ujar Komisaris Kantor Polisi Lince, David Guivar, kepada stasiun TV Peru.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Peru Tangkap 5 Anggota Geng Terkait Pembunuhan Zetro Staf KBRI

    Peru Tangkap 5 Anggota Geng Terkait Pembunuhan Zetro Staf KBRI

    Lima

    Polisi Peru menangkap lima orang pria asal Venezuela atas dugaan keterlibatan dalam pembunuhan diplomat Kedutaan Besar Indonesia di Peru, Zetro Leonardo Purba. Kelima orang itu disebut sebagai anggota geng Los Maleantes del Cono.

    Dilansir kantor berita Peru, Andina, Minggu (14/9/2025), penangkapan dilakukan pada Selasa (9/9) lalu. Kepolisian Nasional Peru juga menyita pistol yang diduga digunakan untuk menembak staf Kedutaan Besar Indonesia tersebut.

    Stasiun TV Canal N melaporkan ahli telah menyimpulkan peluru dari senjata yang disita sama dengan yang ditemukan di tubuh korban dan di tempat kejadian perkara. Salah satu dari lima tersangka itu merupakan pemilik sepeda motor yang diduga digunakan dalam serangan terhadap diplomat tersebut.

    Kepolisian Nasional Peru mengumumkan di media sosial pada hari Selasa yang sama bahwa kelima orang tersebut telah ditahan. Namun, Kepolisian Nasional Peru tidak menyebutkan kewarganegaraan mereka atau mengindikasikan bahwa mereka terkait dengan serangan mematikan terhadap diplomat negara Asia tersebut.

    “Di distrik San Martin de Porres (Lima), setelah operasi intelijen, Polisi menangkap terduga anggota geng kriminal ‘Los Maleantes del Cono’. Sebuah pistol berisi peluru, lima bahan peledak, dan sekring sepanjang 15 meter disita, narkoba, 10 ponsel, dan sebuah sepeda motor juga disita,” tulis polisi Peru.

    Korban diserang oleh para pembunuh bayaran di pintu masuk gedung tempat tinggalnya di distrik Lince, Lima, saat dia tiba dengan sepeda. Polisi belum menjelaskan detail apa motif pembunuhan itu.

    “Keadaan dan motif di balik viktimisasi orang ini belum diketahui, tetapi kemungkinan pembunuhan bayaran tidak dapat dikesampingkan,” ujar Komisaris Kantor Polisi Lince, David Guivar, kepada stasiun TV Peru.

    Stasiun yang sama melaporkan diplomat berusia 40 tahun itu telah tinggal di Peru selama 5 bulan bersama keluarganya di gedung yang sama tempat dia dibunuh pada 1 September. Jenazah Zetro telah dibawa ke Indonesia dan dimakamkan oleh keluarga.

    Tonton juga video “Dubes Peru: Penyelidikan Pembunuhan Zetro Jadi Prioritas Tertinggi” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (haf/imk)

  • Kapal Nelayannya Ditahan, Venezuela Anggap AS Lagi Pancing Perang

    Kapal Nelayannya Ditahan, Venezuela Anggap AS Lagi Pancing Perang

    Caracas

    Venezuela mengecam Amerika Serikat (AS) yang mereka tuduh telah menahan kapal penangkap ikan selama 8 jam di zona ekonomi eksklusifnya. Militer AS diketahui berpatroli di Karibia dengan alasan menyasar kartel narkoba.

    Dilansir AFP, Minggu (14/9/2025), Menteri Luar Negeri Venezuela, Yvan Gil, menyebut kapal yang membawa sembilan nelayan tuna itu ditahan ‘secara ilegal dan bermusuhan’ pada Jumat (12/9) oleh kapal perusak USS Jason Dunham.

    “Kapal perang tersebut mengerahkan 18 agen bersenjata yang menaiki dan menduduki kapal kecil yang tidak berbahaya itu selama 8 jam,” katanya.

    Dia menganggap hal itu sebagai provokasi langsung. Dia menyebut tindakan AS itu ilegal.

    “Provokasi langsung melalui penggunaan sarana militer yang berlebihan secara ilegal,” ujarnya.

    Gil menyebut pihak yang memerintahkan penyitaan kapal itu sedang mencari alasan untuk perang. Dia menuding AS berupaya mengganti pemerintahan di Venezuela.

    “Sedang mencari insiden untuk membenarkan eskalasi perang di Karibia, dengan tujuan pergantian rezim,” ujarnya.

    Gil menuntut AS segera menghentikan tindakan-tindakan yang membahayakan keamanan dan perdamaian di Karibia. Komando selatan militer AS, yang mengawasi wilayah tersebut, tidak menanggapi permintaan komentar terkait peristiwa yang dituduhkan Venezuela.

    Ketegangan antara kedua negara telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir setelah Washington memerintahkan pengerahan angkatan laut terbesar di Karibia dalam beberapa tahun terakhir. Presiden AS Donald Trump menyerukan penargetan para pengedar narkoba Venezuela dalam operasi tersebut dan meningkatkan tekanan terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro.

    AS menuduh Maduro memimpin kartel perdagangan kokain dan baru-baru ini menggandakan hadiahnya menjadi USD 50 juta untuk penangkapannya. Awal bulan ini, pasukan AS meledakkan sebuah kapal yang diduga mengangkut narkoba di Karibia dan menewaskan 11 orang.

    Trump mengatakan kapal itu milik Tren de Aragua. Dia menyebutnya organisasi kriminal Venezuela yang terkait dengan Maduro.

    Penggunaan militer AS untuk apa yang secara historis merupakan isu penegakan hukum merupakan hal yang tidak biasa. Maduro, seorang tokoh sayap kiri yang berapi-api yang pemilihan terakhirnya pada tahun 2024 dianggap tidak sah oleh Washington, telah membantah hubungannya dengan perdagangan narkoba.

    Dia mengecam penumpukan militer AS sebagai ‘ancaman terbesar yang pernah dihadapi benua kita dalam 100 tahun terakhir’. Dia telah mengerahkan pasukan di sepanjang pesisir Karibia dan perbatasan dengan Kolombia.

    Ia juga mendesak rakyat Venezuela untuk bergabung dengan milisi sipil negara itu yang terkait dengan angkatan bersenjata. Pada Sabtu (13/9), para relawan telah datang dengan bus dan mobil ke instalasi militer Fuerte Tiuna yang besar di Caracas untuk pelatihan senjata.

    Halaman 2 dari 3

    (haf/imk)

  • 5 Anggota Geng Los Maleantes Ditangkap Terkait Pembunuhan Diplomat RI

    5 Warga Venezuele Ditangkap Terkait Pembunuhan Diplomat RI di Peru

    Jakarta, CNBC Indonesia – Lima orang ditangkap setelah diduga terlibat dalam pembunuhan diplomat Kedutaan Besar Indonesia di Peru, Zetro Leonardo Purba. Semua tersangka itu ditanah di ibu kota Lima.

    Laporan media lokal menyebutkan kelima orang itu berasal dari Venezuela. Sementara kepolisian Peru tak menyebut kewarganegaraan atau terkait dengan serangan pada diplomat tersebut.

    Kepolisian setempat mengatakan menangkap lima orang itu pada Selasa lalu (9/9/2025). Sejumlah barang diamankan dalam penangkapan tersebut.

    Salah satunya adalah sebuah pistol juga disita karena diduga sebagai alat pembunuh Zetro. Seorang ahli menyimpulkan peluru dari senjata yang sama ditemukan pada tubuh korban serta tempat kejadian, mengutip dari Andina, Sabtu (13/9/2025).

    Selain itu, salah satu tersangka diketahui sebagai pemilik motor yang digunakan saat serangan. Dalam rilisnya, kepolisian juga menemukan bahan peledak hingga narkoba.

    “Di distrik San Martin de Porres (Lima) setelah operasi intelijen, polisi menangkap yang diduga sebagai anggota kriminal Los Maleantes del Cono (The Cone Thugs). Disita pistol berisi peluru, lima bahan peledak, dan sekering sepanjang 15 meter, narkoba, 10 ponsel dan sepeda motor,” jelas pihak kepolisian.

    Pembunuhan diplomat 40 tahun itu terjadi pada 1 September 2025. Dia diserang oleh para pembunuh bayaran di pintu masuk tempat tinggalnya, distrik Lince.

    Namun motif kejahatan itu belum diketahui. Komisaris Kantor Polisi Lince, David Guivar mengatakan pihaknya mempertimbangkan alasan balas dendam.

    “Keadaan dan motif di balik kejahatan ini tidak diketahui. Namun tidak dikesampingkan soal kemungkinan balas dendam,” jelasnya.

    (fsd/fsd)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Presiden Kolombia Tolak Wilayahnya Dipakai Invasi ke Venezuela

    Presiden Kolombia Tolak Wilayahnya Dipakai Invasi ke Venezuela

    JAKARTA – Presiden Kolombia Gustavo Petro menegaskan negaranya tidak akan mengizinkan wilayahnya dipakai untuk intervensi militer ke Venezuela.

    “Kolombia tidak akan meminjamkan wilayahnya untuk invasi oleh negara tetangga mana pun atau warga negaranya,” kata Petro dalam pidatonya pada peresmian Amazon Center for International Police Cooperation di Manaus, Brasil dilansir ANTARA dari Anadolu, Rabu, 10 September.

    Dia juga menyerukan penyelesaian politik di kawasan di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Venezuela.

    Petro menegaskan serangan kapal perang AS terhadap kapal sipil Venezuela di Karibia, yang diduga membawa narkoba dan menewaskan 11 orang, harus diperlakukan sebagai pembunuhan.

    Dia memperingatkan jika negara-negara Amerika Selatan tidak memprotes tindakan AS itu, mereka bisa mengalami tindakan serupa.

    “Amerika Latin, yang memiliki Karibia, tak boleh tinggal diam. Jika kita diam, maka bom bisa jatuh di Bogota, Rio de Janeiro, Manaus, dan kota-kota lain di kawasan ini,” kata Petro.

    AS telah mengerahkan delapan kapal perang bersenjata rudal, sebuah kapal selam bertenaga nuklir, serta jet-jet tempur F-35 ke pangkalan udara Puerto Riko.

    Sebagai balasan, Venezuela mengerahkan kapal perang, jutaan milisi, dan pasukan khusus di lima wilayah pesisir Karibia dan Atlantik.

    Berbicara di depan Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva dan Wakil Presiden Ekuador Maria Jose Pinto pada acara itu, Petro menekankan pentingnya Amerika Selatan bersatu untuk membantu Venezuela keluar dari krisis.

    “Inilah saat untuk bicara. Saya mengajak negara-negara Amerika Selatan membentuk kelompok yang kembali mempromosikan dialog politik di Venezuela. Rakyat Venezuela harus bersatu menghadapi ancaman invasi,” kata Petro.

    Dia kembali mendorong gagasan memperkuat persatuan kawasan, bahkan mengusulkan nama Amazonia untuk menegaskan identitas bersama di Amerika Selatan.

    Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengatakan bahwa pengerahan militer AS di Karibia adalah untuk memerangi narkoba.

    Namun, Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodriguez menegaskan negaranya bukan pusat perdagangan narkoba dan menilai niat AS berbeda dengan klaimnya.

  • Memanas! Presiden Venezuela Kerahkan 25.000 Tentara ke Perbatasan

    Memanas! Presiden Venezuela Kerahkan 25.000 Tentara ke Perbatasan

    Caracas

    Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengerahkan 25.000 tentara ke pesisir Karibia dan ke wilayah perbatasan dengan Kolombia. Pengerahan ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Dalam pernyataan via media sosial, seperti dilansir AFP, Selasa (9/9/2025), Maduro mengatakan dirinya telah mengerahkan “25.000 personel pria dan wanita dari Angkatan Bersenjata Nasional Bolivarian kita yang agung” ke perbatasan dengan Kolombia dan ke pesisir timur laut, lokasi kilang minyak terbesar negara tersebut.

    Maduro, dalam pernyataan pada Minggu (7/9) malam itu, menyebut pengerahan tersebut bertujuan untuk memastikan “pertahanan kedaulatan nasional, keamanan negara, dan perjuangan untuk perdamaian”.

    Dalam pernyataannya, Maduro tidak secara tegas merujuk pada Trump, yang telah menyebutkan perlunya memerangi pengedar narkoba Venezuela, khususnya dalam memerintahkan penambahan armada angkatan laut terbesar di Karibia dalam beberapa tahun terakhir.

    Pekan lalu, militer AS meledakkan sebuah kapal yang diduga mengangkut narkoba dari Venezuela. Sedikitnya 11 orang yang ada di dalam kapal itu tewas.

    Trump pada saat itu menyebut kapal tersebut milik geng kriminal Venezuela, Tren de Aragua, namun dia tidak memberikan bukti untuk klaimnya itu.

    Sang Presiden AS juga mengancam akan menembak jatuh jet tempur Venezuela jika mereka membahayakan pasukan AS, setelah dua pesawat Caracas terdeteksi terbang di dekat kapal Angkatan Laut Washington di perairan internasional.

    Menurut sumber-sumber militer, Angkatan Bersenjata Venezuela memiliki sekitar 123.000 personel. Maduro sebelumnya mengklaim sebanyak 220.000 orang telah terdaftar dalam milisi sipil.

    Sementara itu, pada Senin (8/9), Menteri Pertahanan (Menhan) AS Pete Hegseth melakukan kunjungan mendadak ke Puerto Rico, bagian wilayah AS yang terletak sebelah utara Venezuela. Hegseth datang mengunjungi para personel marinir di atas kapal perang AS yang dikerahkan ke lepas pantai Puerto Rico.

    Saat berbicara kepada para pelaut dan Marinir AS di Puerto Rico, Hegseth mengingatkan bahwa mereka tidak dikerahkan ke kawasan Karibia untuk pelatihan, melainkan dikirim ke “garis depan” misi kontra-narkotika yang krusial.

    “Apa yang Anda lakukan sekarang — itu bukan pelatihan,” tegasnya saat berbicara di atas kapal serbu amfibi USS Iwo Jima. “Ini adalah latihan di dunia nyata atas nama kepentingan nasional vital Amerika Serikat untuk mengakhiri peracunan rakyat Amerika,” sebutnya.

    Kapal perang AS, USS Iwo Jima, kini ditempatkan di lepas pantai Puerto Rico, bagian wilayah AS yang terletak di sebelah utara Venezuela di kawasan Karibia.

    Tonton juga video “Presiden Venezuela Sebut Israel Lakukan Genosida di Lebanon” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • AS Kerahkan Jet Tempur ke Karibia, Venezuela Tambah Pasukan

    AS Kerahkan Jet Tempur ke Karibia, Venezuela Tambah Pasukan

    Caracas

    Venezuela bertekad menambah jumlah pasukan militer secara signifikan di wilayah pesisir demi memberantas perdagangan narkoba. Langkah ini diambil setelah Amerika Serikat (AS) memerintahkan pengerahan 10 jet tempur tambahan ke kawasan Karibia, tepatnya ke Puerto Rico yang ada di sebelah utara Venezuela.

    Pengerahan jet-jet tempur itu, menurut Washington, dimaksudkan untuk melaksanakan operasi melawan kartel narkoba.

    Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino, seperti dilansir Reuters, Senin (8/9/2025), mengatakan bahwa Presiden Nicolas Maduro telah memerintahkan penambahan pasukan di wilayah Guajira di negara bagian Zulia dan Semenanjung Paraguana di Falcon.

    Padrino menyebut wilayah-wilayah tersebut merupakan “rute perdagangan narkoba”.

    Kehadiran militer di Pulau Nueca Esparta dan di negara bagian Sucre serta Delta Amacuro juga akan diperluas.

    Sekitar 25.000 tentara, sebut Padrino, akan dikerahkan — angka ini tercatat meningkat dari 10.000 tentara yang telah dikerahkan ke negara bagian Zulia dan Tachira yang berbatasan dengan Kolombia.

    “Tidak akan ada yang datang dan melakukan pekerjaan untuk kita. Tidak akan ada yang menginjakkan kaki di tanah ini dan melakukan apa yang seharusnya kita lakukan,” tegas Padrino dalam pernyataan video yang diunggah ke media sosial.

    Ketegangan antara Venezuela dan AS semakin meningkat menyusul pendekatan baru Presiden Donald Trump dalam memerangi narkotika ilegal.

    Pengerahan jet-jet tempur itu menambah kehadiran militer AS di kawasan Karibia. Pengerahan tambahan tersebut terjadi setelah serangan militer AS pekan lalu yang menewaskan sedikitnya 11 orang dan menenggelamkan kapal dari Venezuela yang, menurut Trump, mengangkut narkoba.

    Maduro menuduh AS mengupayakan pergantian rezim.

    Namun Trump, pada Jumat (5/9), mengatakan bahwa AS tidak sedang membicarakan soal pergantian rezim, tetapi membandingkan kematian ratusan ribu warga Amerika akibat overdosis dengan kematian akibat perang.

    Menurut sejumlah sumber yang dikutip CNN, Trump sedang mempertimbangkan opsi untuk serangan lebih lanjut, termasuk kemungkinan menyerang target-target yang diduga merupakan kartel narkoba di dalam wilayah Venezuela. Serangan lanjut semacam itu berpotensi memicu eskalasi besar.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Jenazah Staf KBRI Lima Zetro Purba Segera Dipulangkan, Bagaimana Kelanjutan Kasusnya?
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        8 September 2025

    Jenazah Staf KBRI Lima Zetro Purba Segera Dipulangkan, Bagaimana Kelanjutan Kasusnya? Nasional 8 September 2025

    Jenazah Staf KBRI Lima Zetro Purba Segera Dipulangkan, Bagaimana Kelanjutan Kasusnya?
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Kepulangan jenazah Staf KBRI Kota Lima, Peru, Zetro Leonardo Purba, segera dipulangkan.
    Pemulangan jenazah tersebut dilakukan kurang lebih sepekan setelah kematian Zetro dalam peristiwa penembakan oleh orang tak dikenal pada Senin (1/9/2025) lalu.
    Dia ditembak di dekat tempat tinggalnya, di Av. Cesar Vallejo, Lince, Kota Lima, Peru.
    Sebelum dinyatakan meninggal, Zetro sempat dibawa ke Clínica Javier Prado, namun nyawanya tidak tertolong.
    Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Vahd Nabyl, mengatakan bahwa untuk mengungkap peristiwa kriminal tersebut, jenazah Zetro diotopsi oleh aparat penegak hukum setempat sehari setelah kematiannya, pada Selasa (2/9/2025).
    Proses otopsi tersebut memakan waktu cukup lama, hingga akhirnya pada Minggu (7/9/2025) pemerintah Indonesia mendapat kepastian bahwa jenazah bisa dipulangkan ke Tanah Air.
    “Perkembangan selanjutnya adalah bahwa saat ini proses pemulangan jenazah tengah dikoordinasikan dengan pihak rumah duka dan juga sarana transportasi untuk pengiriman jenazah. Apabila semua berjalan lancar, diharapkan jenazah akan dapat tiba di Indonesia pada 9 September 2025,” imbuh Nabyl.
    Lantas, seperti apa perkembangan kasus yang menimpa Zetro?
    Proses otopsi yang dilakukan kepolisian Peru memakan waktu selama enam hari, terhitung sejak 2-7 September 2025.
    Nabyl mengatakan, proses otopsi tersebut dilakukan pada Selasa dan baru selesai pada hari Minggu.
    “Sehubungan dengan wafatnya pejabat kanselerai pada KBRI Lima, Bapak Zetro Leonardo Purba, dapat kami sampaikan perkembangan bahwa proses otopsi oleh pihak Kepolisian Peru telah selesai dilakukan,” ucap Nabyl.
    Tidak ada keterangan lain yang diberikan Nabyl terkait proses otopsi, hanya menyebutkan bahwa proses tersebut telah selesai dan jenazah bisa dipulangkan ke Indonesia.
    Dikutip dari The Guardian, Rabu (3/9/2025), pemerintah Peru menduga penembakan yang menewaskan Zetro bukanlah perampokan biasa, melainkan pembunuhan bayaran.
    Rekaman kamera keamanan memperlihatkan pelaku menembak Zetro dari jarak dekat.
    Saat korban jatuh tersungkur, peluru kedua diarahkan ke kepala.
    Pelaku kemudian melarikan diri menggunakan sepeda motor yang sudah menunggu di lokasi.
    Dalam rekaman itu, terlihat istri Zetro berada di sisinya sebelum Zetro dilarikan ke rumah sakit.
    Namun, nyawa pria berusia 40 tahun tersebut tak tertolong.
    Menteri Dalam Negeri Peru, Carlos Malaver, menegaskan bahwa peristiwa ini memiliki indikasi kuat sebagai pembunuhan yang direncanakan.
    “Tidak ada barang yang diambil darinya. Mereka jelas menunggu korban, dan peluru diarahkan ke kepala. Kami tidak menutup kemungkinan apa pun,” ujar Malaver dalam pidatonya di Kongres Peru, Selasa (2/9/2025).
    Media lokal La Republica melaporkan, kepolisian menduga kelompok kriminal “One Family” terlibat.
    Sindikat ini dipimpin sosok bernama “El Chino” yang dikenal bergerak dalam pemerasan, prostitusi, dan pembunuhan bayaran.
    Seorang penyidik kepolisian menyebut, dugaan itu muncul setelah ditemukan sejumlah nomor perempuan asal Venezuela dan Kolombia di ponsel korban.
    “Korban tidak terkait dengan praktik prostitusi, tapi ia diduga memiliki kedekatan atau hubungan dengan seorang perempuan di daerah tersebut dan sosok yang dikenal sebagai ‘El Chino’ diduga terlibat dalam kematiannya,” ujarnya.
    Namun, hingga kini belum ada kesimpulan terkait motif dan pelaku pembunuh Zetro yang dirilis secara resmi oleh otoritas Peru.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.