Negara: Venezuela

  • Daftar Negara yang Mengakui dan Tidak Mengakui Palestina – Page 3

    Daftar Negara yang Mengakui dan Tidak Mengakui Palestina – Page 3

    Berikut daftar negara yang sudah mengakui Palestina:

    Pengakuan Terhadap Palestina Mulai 2024-2025

     

    Armenia 21 Juni 2024

    Slovenia 4 Juni 2024

    Irlandia 22 Mei 2024

    Norwegia 22 Mei 2024

    Spanyol 22 Mei 2024

    Bahama 8 Mei 2024

    Trinidad dan Tobago 3 Mei 2024

    Jamaika 24 April 2024

    Barbados 20 April 2024

    Armenia 21 Juni 2024

    Slovenia 4 Juni 2024

    Irlandia 22 Mei 2024

    Norwegia 22 Mei 2024

    Spanyol 22 Mei 2024

    Bahama 8 Mei 2024

    Trinidad dan Tobago 3 Mei 2024

    Jamaika 24 April 2024

    Barbados 20 April 2024

    Prancis 22 September 2025

    Luksemburg 22 September 2025

    Malta 22 September 2025

    Monako 22 September 2025

    Belgia 22 September 2025

    Andorra 22 September 2025

    Inggris 21 September 2025

    Australia 21 September 2025

    Kanada 21 September 2025

    Portugal 21 September 2025

    Meksiko 20 Maret 2025

     

    2010-2019

     

    Ekuador 27 Desember 2010

    Bolivia 17 Desember 2010

    Argentina 6 Desember 2010

    Islandia 15 Desember 2011

    Brasil 3 Desember 2011

    Grenada 25 September 2011

    Antigua dan Barbuda 22 September 2011

    Dominika 19 September 2011

    Belize 9 September 2011

    St. Vincent dan Grenadines 29 Agustus 2011

    Honduras 26 Agustus 2011

    El Salvador 25 Agustus 2011

    Suriah 18 Juli 2011

    Sudan Selatan 14 Juli 2011

    Liberia 1 Juli 2011

    Lesotho 3 Mei 2011

    Uruguay 16 Maret 2011

    Paraguay 29 Januari 2011

    Suriname 26 Januari 2011

    Peru 24 Januari 2011

    Guyana 13 Januari 2011

    Chili 7 Januari 2011

    Thailand 18 Januari 2012

    Haiti 27 September 2013

    Guatemala 9 April 2013

    Swedia 30 Oktober 2014

    St. Lucia 14 September 2015

    Tahta Suci 26 Juni 2015

    Kolombia 3 Agustus 2018

    St. Kitts dan Nevis 29 Juli 2019

     

    1991-2009

     

    Eswatini 1 Juli 1991

    Bosnia dan Herzegovina 27 Mei 1992

    Georgia 25 April 1992

    Turkmenistan 17 April 1992

    Azerbaijan 15 April 1992

    Kazakstan 6 April 1992

    Uzbekistan 25 September 1994

    Tajikistan 2 April 1994

    Kirgistan 1 November 1995

    Afrika Selatan 15 Februari 1995

    Papua Nugini 13 Januari 1995

    Malawi 23 Oktober 1998

    Timor Leste 1 Maret 2004

    Montenegro 24 Juli 2006

    Pantai Gading 1 Desember 2008

    Lebanon 30 November 2008

    Kosta Rika 5 Februari 2008

    Republik Dominika 15 Juli 2009

    Venezuela 27 April 2009

     

     1988-1989

     

    Bhutan 25 Desember 1988

    Republik Afrika Tengah 23 Desember 1988

    Burundi 22 Desember 1988

    Botswana 19 Desember 1988

    Nepal 19 Desember 1988

    Republik Demokratik Kongo 18 Desember 1988

    Polandia 14 Desember 1988

    Oman 13 Desember 1988

    Gabon 12 Desember 1988

    Sao Tome dan Principe 10 Desember 1988

    Mozambik 8 Desember 1988

    Angola 6 Desember 1988

    Republik Kongo 5 Desember 1988

    Sierra Leone 3 Desember 1988

    Uganda Desember 3, 1988

    Laos 2 Desember 1988

    Chad 1 Desember 1988

    Ghana 29 November 1988

    Togo 29 November 1988

    Zimbabwe 29 November 1988

    Maladewa 28 November 1988

    Bulgaria 25 November 1988

    Tanjung Verde 24 November 1988

    Korea Utara 24 November 1988

    Niger 24 November 1988

    Rumania 24 November 1988

    Tanzania 24 November 1988

    Hongaria 23 November 1988

    Mongolia 22 November 1988

    Senegal 22 November 1988

    Burkina Faso 21 November 1988

    Kamboja 21 November 1988

    Komoro 21 November 1988

    Guinea 21 November 1988

    Guinea-Bissau 21 November 1988

    Mali 21 November 1988

    Tiongkok 20 November 1988

    Belarus 19 November 1988

    Namibia 19 November 1988

    Rusia 19 November 1988

    Ukraina 19 November 1988

    Vietnam 19 November 1988

    Siprus 18 November 1988

    Republik Ceko 18 November 1988

    Mesir 18 November 1988

    Gambia 18 November 1988

    India 18 November 19881

    Nigeria 18 November 1988

    Seychelles Slowakia 18 November 1988

    Sri Lanka 18 November 1988

    Albania 17 November 1988

    Brunei Darussalam 17 November 1988

    Djibouti 17 November 1988

    Mauritius 17 November 1988

    Sudan 17 November 1988

    Afganistan 16 November 1988

    Bangladesh 16 November 1988

    Kuba 16 November 1988

    Yordania 16 November 1988

    Madagaskar 16 November 1988

    Nikaragua 16 November 1988

    Pakistan 16 November 1988

    Qatar 16 November, 1988

    Arab Saudi 16 November 1988

    Serbia 16 November 1988

    Uni Emirat Arab 16 November 1988

    Zambia 16 November 1988

    Aljazair 15 November 1988

    Bahrain 15 November 1988

    Indonesia 15 November 1988

    Irak 15 November 1988

    Kuwait 15 November 1988

    Libya Malaysia 15 November 1988

    Mauritania 15 November 1988

    Maroko 15 November 1988

    Somalia 15 November 1988

    Tunisia 15 November 1988

    Turki 15 November 1988

    Yaman 15 November 1988

    Iran 4 Februari 1988

    Filipina 1 September 1989

    Vanuatu 21 Agustus 1989

    Benin 1 Mei 1989

    Guinea Khatulistiwa 1 Mei 1989

    Kenya 1 Mei 1989

    Etiopia 4 Februari 1989

    Rwanda 2 Januari 1989

  • AS-Venezuela Tegang, Trump Tolak Ajakan Maduro untuk Berunding

    AS-Venezuela Tegang, Trump Tolak Ajakan Maduro untuk Berunding

    Jakarta

    Gedung Putih menolak permintaan Presiden Venezuela Nicolas Maduro untuk berunding dengan Presiden Donald Trump guna meredakan ketegangan antara kedua musuh bebuyutan tersebut.

    Penolakan ini terjadi ketika dua pemimpin oposisi Venezuela mendukung peningkatan kekuatan angkatan laut AS di dekat negara Amerika Selatan tersebut, yang disebutnya penting bagi pemulihan demokrasi.

    Dilansir kantor berita AFP, Selasa (23/9/2025), Trump telah mengirimkan delapan kapal perang dan satu kapal selam ke Karibia selatan dalam operasi antinarkoba, yang dikhawatirkan Venezuela dapat menjadi awal dari invasi.

    Pasukan AS telah menghancurkan setidaknya tiga kapal yang diduga milik Venezuela dalam beberapa pekan terakhir, menewaskan lebih dari selusin orang.

    Sebelumnya pada hari Minggu (21/9) lalu, pemerintah Venezuela merilis surat yang dikirimkan Maduro kepada Trump.

    Dalam surat tersebut, Maduro menolak tuduhan AS bahwa ia memimpin kartel narkoba. Dia menyebutnya sebagai tuduhan yang “benar-benar salah” dan mendesak Trump untuk berdialog guna “menjaga perdamaian.”

    Itu adalah “surat pertama, saya pasti akan mengirimkan lebih banyak lagi,” kata Maduro dalam program televisi mingguannya, di mana ia mengatakan tujuannya adalah “untuk membela kebenaran Venezuela.”

    “Jika mereka menutup pintu, Anda membuka jendela, dan jika mereka menutup jendela, Anda membuka pintu dengan kebenaran negara Anda, menerangi dunia, menerangi Gedung Putih dengan cahaya kebenaran Venezuela,” imbuh Maduro.

    Menanggapi hal itu pada hari Senin (22/9) waktu setempat, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan surat Maduro berisi “banyak kebohongan.”

    Ia menambahkan bahwa posisi pemerintahan Trump terhadap Venezuela “tidak berubah” dan memandang rezim tersebut “tidak sah.”

    Pengerahan pasukan AS ini merupakan yang terbesar di Karibia dalam beberapa tahun terakhir.

    Maduro menuduh Trump — yang selama masa jabatan pertamanya gagal mempercepat penggulingan presiden Venezuela — berusaha mempengaruhi perubahan rezim.

    Lihat juga Video: Presiden Maduro Hapus WhatsApp dari HP-nya, Sebut Ancaman Bagi Venezuela

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • AS-Venezuela Tegang, Trump Tolak Ajakan Maduro untuk Berunding

    Bantah Dirinya Pengedar Narkoba, Presiden Venezuela Ajak Trump Dialog

    Caracas

    Presiden Venezuela Nicolas Maduro menolak tuduhan Amerika Serikat (AS) yang menyebut dirinya seorang pengedar narkoba. Maduro pun meminta Presiden Donald Trump untuk berdialog dengannya, saat ketegangan antara kedua negara semakin meningkat.

    Permintaan dialog itu, seperti dilansir AFP, Senin (22/9/2025), disampaikan dalam surat yang dikirimkan oleh Maduro kepada Trump tertanggal 6 September lalu, namun isinya baru dirilis ke publik oleh Caracas pada Minggu (21/9) waktu setempat.

    Surat itu dikirimkan beberapa hari setelah AS mengerahkan sejumlah kapal perang ke lepas pantai Venezuela dan melancarkan serangan pertama dari serangkaian serangan terhadap kapal-kapal yang bermarkas di Venezuela, yang dituduh oleh Washington mengangkut narkoba.

    Serangan pertama AS itu menewaskan sedikitnya 11 orang, dan diikuti oleh dua serangan serupa lainnya, meskipun Maduro telah mengirimkan surat permohonan perdamaian ke Washington.

    Dalam suratnya, Maduro menolak tuduhan AS soal dirinya memimpin kartel narkoba. Dia menyebut tuduhan itu “sepenuhnya salah”.

    “Ini adalah berita palsu terburuk yang telah diluncurkan terhadap negara kami dalam eskalasi politik bersenjata yang akan menyebabkan kerusakan besar di seluruh dunia,” demikian bunyi penggalan surat Maduro untuk Trump.

    Maduro, dalam suratnya, mendesak Trump untuk “menjaga perdamaian melalui dialog dan pemahaman di seluruh belahan Bumi”.

    Sejak surat itu dikirimkan, pasukan AS di kawasan Karibia telah menyerang dua kapal lainnya, yang diklaim oleh Washington mengangkut narkoba. Satu kapal diserang di lepas pantai Venezuela, sedangkan satu kapal lainnya di perairan sebelah utara, di lepas pantai Republik Dominika.

    Pengerahan militer AS ke kawasan Karibia menuai kecaman oleh negara-negara Amerika Latin. Pengerahan itu menuai kekhawatiran bahwa Washington berencana untuk menyerang Caracas.

    Setidaknya ada delapan kapal perang dan sebuah kapal selam bertenaga nuklir yang telah dikerahkan AS ke Karibia bagian selatan, tepatnya di lepas pantai Venezuela. Sebanyak 10 jet tempur juga dikirimkan Washington ke Puerto Rico, bagian wilayah AS yang terletak di sebelah utara Venezuela.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • AS Mau Invasi Negara Ini, Ramai-Ramai Warga Latihan Tempur

    AS Mau Invasi Negara Ini, Ramai-Ramai Warga Latihan Tempur

    Militer AS telah meningkatkan kehadirannya di Karibia selatan, termasuk kapal perang dan jet tempur, menyusul serangan terhadap kapal-kapal yang diklaim Washington mengangkut para pengedar narkoba. Venezuela membantah tuduhan ini dan mengecam tindakan AS sebagai dalih untuk intervensi. (REUTERS/Gaby Oraa)

  • Pecah Perang Baru, Cek Perbandingan Militer AS Vs Venezuela

    Pecah Perang Baru, Cek Perbandingan Militer AS Vs Venezuela

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat kembali melakukan operasi anti-narkotika di perairan internasional pada awal September yang menewaskan sedikitnya tiga orang. Sejak operasi pertama, total 17 orang yang dituduh penyelundup narkoba telah tewas tanpa proses pengadilan.

    Dalam pernyataan di Truth Social, Trump menyebut tiga korban terbaru sebagai “narcoterrorists” dan mengklaim intelijen memastikan kapal mereka membawa narkotika. Namun, kelompok HAM mengecam tindakan ini sebagai eksekusi di luar hukum.

    “Intelijen memastikan kapal itu membawa narkotika, melintasi jalur yang dikenal sebagai rute penyelundupan narkoba untuk meracuni rakyat Amerika,” tulis Trump, tanpa menyebut lokasi pasti keberangkatan maupun titik serangan.

    Presiden Venezuela Nicolás Maduro mengecam Washington dan menuding serangan tersebut sebagai upaya penggulingan rezim.

    Serangan ini terjadi di tengah peningkatan besar kehadiran militer AS di kawasan Karibia selatan. Laporan @trtworld menyebut lima jet tempur F-35 mendarat di Puerto Rico pada akhir pekan, menyusul perintah Trump untuk mengirim 10 pesawat siluman itu.

    Selain itu, sedikitnya tujuh kapal perang dan satu kapal selam bertenaga nuklir AS juga sudah siaga di kawasan tersebut.

    Peta Kekuatan Militer Global

    Ketegangan ini mencuat di tengah jurang besar kekuatan militer kedua negara. Berdasarkan laporan Global Firepower (GFP) 2025, AS menempati peringkat pertama militer terkuat dunia dengan Power Index 0,0744, sementara Venezuela hanya berada di urutan ke-50 dengan Power Index 0,8882.

    Perbandingan Kekuatan Militer AS vs Venezuela:

    Jumlah Tentara Aktif: AS 1.328.000 vs Venezuela 109.000

    Anggaran Pertahanan: AS US$895 miliar vs Venezuela US$4,09 miliar

    Pesawat Tempur: AS 1.790 vs Venezuela 30

    Helikopter Serang: AS 1.002 vs Venezuela 10

    Tank: AS 4.640 vs Venezuela 172

    Kendaraan Lapis Baja: AS 391.963 vs Venezuela 9

    Self-Propelled Artillery: AS 671 vs Venezuela 48

    Mobile Rocket Projectors: AS 641 vs Venezuela 36

    Armada Laut: AS 440 kapal (11 kapal induk, 70 kapal selam) vs Venezuela 34 kapal (1 kapal selam, tanpa kapal induk)

    Dari indikator ini, AS unggul hampir di semua lini kecuali sumber daya alam dan geografi. Kekuatan udara, laut, hingga darat AS jauh melampaui Venezuela.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Trump Bilang AS Musnahkan 3 Kapal Narkoba dari Venezuela

    Trump Bilang AS Musnahkan 3 Kapal Narkoba dari Venezuela

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan negaranya telah “mengeliminasi” total tiga kapal dari Venezuela, yang diduga mengangkut narkoba. Hal ini disampaikan sehari setelah dia mengumumkan serangan mematikan kedua AS terhadap terduga pengedar narkoba di kawasan Karibia.

    “Kami sebenarnya telah mengeliminasi tiga kapal, bukan dua kapal, tetapi Anda melihat dua,” ungkap Trump saat berbicara kepada wartawan di Gedung Putih sebelum terbang ke Inggris, seperti dilansir AFP, Rabu (17/9/2025).

    Trump tidak menjelaskan lebih lanjut soal apa yang terjadi dengan kapal ketiga, atau apakah ada korban jiwa lainnya.

    Pada Senin (15/9) malam, Trump mengumumkan bahwa pasukan militer AS telah menyerang kapal kedua di perairan internasional, hingga menewaskan tiga orang yang dia sebut sebagai “narkoteroris”.

    Pemerintahan Trump menghadapi serangkaian pertanyaan mengenai dasar hukum untuk serangan semacam itu, sejak serangan pertama dilancarkan pada awal bulan ini, yang disebut telah menewaskan 11 orang yang diklaim sebagai anggota geng Venezuela, Tren de Aragua.

    Washington telah merilis video dari dua serangan yang diumumkan tersebut, dan mengklaim mereka memiliki bukti tak terbantahkan bahwa orang-orang yang tewas merupakan para pengedar yang berupaya menyelundupkan narkoba mematikan ke wilayah AS.

    Akan tetapi, otoritas AS belum memberikan bukti lebih lanjut untuk mendukung klaim tersebut. Diketahui bahwa perdagangan narkoba bukanlah pelanggaran hukum yang bisa dihukum mati, menurut aturan hukum yang berlaku di AS.

    Serangan-serangan AS itu dilancarkan saat ketegangan di kawasan Karibia semakin meningkat karena penambahan kekuatan Angkatan Laut AS secara besar-besaran yang memicu spekulasi bahwa Washington mungkin sedang mengupayakan pergantian rezim di Caracas.

    AS menuduh Presiden Venezuela Nicolas Maduro memimpin kartel perdagangan kokain, dan baru-baru ini menggandakan tawaran hadiah untuk penangkapan Maduro menjadi US$ 50 juta atau setara Rp 821 miliar.

    Sebagian besar komunitas internasional menolak terpilihnya kembali Maduro dalam pemilu Juli 2024 lalu, sedangkan kubu oposisi mengklaim adanya kecurangan yang meluas.

    Saat ditanya oleh wartawan soal pesan apa yang ingin dia sampaikan kepada Maduro, Trump mengatakan: “Hentikan pengiriman narkoba ke Amerika Serikat.”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Trump Klaim Bombardir Kapal Narkoba Venezuela, 3 Orang Tewas

    Trump Klaim Bombardir Kapal Narkoba Venezuela, 3 Orang Tewas

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa pasukan militer negaranya telah melancarkan serangan kedua terhadap sebuah kapal yang diduga mengangkut narkotika dari Venezuela menuju ke wilayah AS. Trump menyebut sedikitnya tiga orang tewas dalam serangan tersebut.

    Pengumuman soal serangan terbaru AS ini, seperti dilansir Reuters, Selasa (16/9/2025), diumumkan Trump dalam pernyataan via media sosial Truth Social pada Senin (15/9) waktu setempat. Ini menjadi serangan kedua AS terhadap kapal pengangkut narkoba dari Venezuela dalam beberapa pekan terakhir.

    Trump menyebut serangan itu terjadi di perairan internasional. Namun dia tidak memberikan bukti untuk mendukung klaimnya soal kapal itu mengangkut narkoba.

    “Pagi ini, atas perintah saya, Pasukan Militer AS melancarkan serangan kinetik KEDUA terhadap kartel perdagangan narkoba dan para narkoteroris yang teridentifikasi positif dan sangat kejam di wilayah tanggung jawab SOUTHCOM,” tulis Trump dalam pernyataannya.

    SOUTHCOM atau Komando Selatan AS merupakan komando tempur militer yang mencakup 31 negara di Amerika Selatan dan Amerika Tengah, serta Karibia.

    “Serangan itu terjadi ketika para narkoteroris yang terkonfirmasi dari Venezuela ini berada di perairan internasional sedang mengangkut narkotika ilegal (SENJATA MEMATIKAN YANG MERACUNI WARGA AMERIKA!) menuju ke AS,” sebut Trump.

    “Kartel perdagangan narkoba yang sangat kejam ini MENJADI ANCAMAN bagi keamanan nasional AS, kebijakan luar negeri, dan kepentingan vital AS,” tegasnya.

    Disebutkan oleh Trump bahwa serangan pasukan AS itu menewaskan tiga orang. “Serangan itu mengakibatkan tiga teroris pria terbunuh dalam aksi. Tidak ada pasukan AS yang terluka dalam serangan ini,” ucapnya.

    “PERINGATAN — JIKA ANDA MENGANGKUT NARKOBA YANG DAPAT MEMBUNUH WARGA AMERIKA, KAMI MEMBURU ANDA!” kata Trump dalam peringatannya.

    Postingan Trump itu juga menyertakan video berdurasi hampir 30 detik, dengan catatan berbunyi “UNCLASSIFIED” pada bagian atas video, yang tampaknya memperlihatkan sebuah kapal di lautan meledak dan kemudian terbakar.

    Belum ada tanggapan langsung dari pemerintah Venezuela terkait pernyataan terbaru Trump tersebut.

    Itu menjadi serangan kedua AS setelah serangan pertama pada 2 September lalu, yang diklaim menewaskan 11 orang yang juga disebut Trump sebagai “narkoteroris” yang merupakan anggota geng Venezuela, Tren de Aragua. Klaim ini telah dibantah oleh otoritas Caracas,

    Dalam pernyataan terpisah kepada wartawan pada Senin (15/9), Trump mengisyaratkan bahwa operasi militer semacam itu juga dapat dilakukan di darat terhadap para tersangka penyelundup narkoba.

    “Ketika mereka datang melalui darat, kita akan menghentikan mereka dengan cara yang sama seperti kita menghentikan kapal-kapal tersebut. Tetapi mungkin dengan membicarakannya sedikit, hal itu tidak akan terjadi,” ujarnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/dhn)

  • Negara Ini Tuduh AS Cari-Cari Insiden, Komunikasi Diplomatik Terhenti

    Negara Ini Tuduh AS Cari-Cari Insiden, Komunikasi Diplomatik Terhenti

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuding Amerika Serikat (AS) sengaja memprovokasi insiden di Karibia. Ia menegaskan komunikasi diplomatik dengan Washington kini sebagian besar terputus setelah serangkaian aksi militer AS yang disebutnya sebagai agresi.

    “Ini bukan ketegangan. Ini agresi di semua lini, ini agresi yudisial ketika mereka mengkriminalisasi kami, agresi politik dengan pernyataan ancaman mereka setiap hari, agresi diplomatik, dan agresi berkelanjutan yang berkarakter militer,” kata Maduro dalam konferensi pers, Senin (15/9/2025), yang dihadiri petinggi militer, seperti dikutip Reuters.

    Pemerintahan Presiden Donald Trump meningkatkan kehadiran militer di Karibia selatan dengan alasan memberantas penyelundupan narkoba. Namun, awal bulan ini, operasi militer AS menewaskan 11 orang dan menenggelamkan kapal Venezuela yang dituduh membawa narkotika ilegal.

    Maduro menyebut tindakan itu sebagai upaya pembenaran atas “serangan kriminal” terhadap negaranya. “Komunikasi dengan pemerintah AS telah dibuang, komunikasi tersebut telah dibuang oleh mereka dengan ancaman bom, kematian, dan pemerasan,” ujarnya.

    Meski begitu, Maduro mengakui masih ada komunikasi terbatas untuk memfasilitasi pemulangan warga Venezuela dari AS. Caracas juga membantah tuduhan Washington bahwa korban tewas merupakan anggota geng narkoba Tren de Aragua.

    Di sisi lain, pemerintahan Trump hanya memberikan sedikit informasi soal operasi militer tersebut, meski anggota Kongres AS mendesak agar ada penjelasan resmi.

    Akhir pekan lalu, pemerintah Venezuela menuding kapal perusak AS secara ilegal mencegat dan menduduki kapal penangkap ikan tuna di Zona Ekonomi Eksklusif Venezuela selama delapan jam. Maduro menegaskan bahwa Washington “sedang mencari-cari insiden” untuk memicu konflik.

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 5 Anggota Geng Los Maleantes Ditangkap Terkait Pembunuhan Diplomat RI

    5 Anggota Geng Los Maleantes Ditangkap Terkait Pembunuhan Diplomat RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Polisi Peru telah menangkap lima pria asal Venezuela yang diduga terlibat dalam pembunuhan staf Kedutaan Besar Indonesia di Peru, Zetro Leonardo Purba. Kelimanya disebut sebagai anggota geng kriminal Los Maleantes del Cono.

    Menurut kantor berita Peru, Andina yang dikutip dari Detikcom Minggu (14/9/2025), penangkapan dilakukan pada Selasa (9/9). Dalam aksi tersebut, Kepolisian Nasional Peru juga menyita pistol yang diduga digunakan untuk menembak Zetro.

    Stasiun TV Canal N melaporkan, ahli menyimpulkan bahwa peluru dari senjata yang disita identik dengan peluru yang ditemukan di tubuh korban dan lokasi kejadian. Salah satu dari lima tersangka diketahui sebagai pemilik sepeda motor yang diduga digunakan dalam serangan terhadap diplomat tersebut.

    Di hari yang sama, Kepolisian Nasional Peru mengumumkan di media sosial bahwa kelima orang tersebut telah ditahan. Namun, Polisi tidak menyebutkan kewarganegaraan atau mengindikasikan bahwa mereka terkait dengan serangan mematikan terhadap Zetro.

    “Di distrik San Martin de Porres (Lima), setelah operasi intelijen, Polisi menangkap terduga anggota geng kriminal ‘Los Maleantes del Cono’. Sebuah pistol berisi peluru, lima bahan peledak, dan sekring sepanjang 15 meter disita, narkoba, 10 ponsel, dan sebuah sepeda motor juga disita,” tulis polisi Peru.

    Sebagaimana diketahui, korban diserang para pembunuh bayaran di pintu masuk gedung apartemennya di Distrik Lince, Lima, ketika ia baru tiba dengan sepeda. Polisi belum mengungkap secara rinci motif di balik pembunuhan tersebut

    “Keadaan dan motif di balik viktimisasi orang ini belum diketahui, tetapi kemungkinan pembunuhan bayaran tidak dapat dikesampingkan,” ujar Komisaris Kantor Polisi Lince, David Guivar, kepada stasiun TV Peru.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Peru Tangkap 5 Anggota Geng Terkait Pembunuhan Zetro Staf KBRI

    Peru Tangkap 5 Anggota Geng Terkait Pembunuhan Zetro Staf KBRI

    Lima

    Polisi Peru menangkap lima orang pria asal Venezuela atas dugaan keterlibatan dalam pembunuhan diplomat Kedutaan Besar Indonesia di Peru, Zetro Leonardo Purba. Kelima orang itu disebut sebagai anggota geng Los Maleantes del Cono.

    Dilansir kantor berita Peru, Andina, Minggu (14/9/2025), penangkapan dilakukan pada Selasa (9/9) lalu. Kepolisian Nasional Peru juga menyita pistol yang diduga digunakan untuk menembak staf Kedutaan Besar Indonesia tersebut.

    Stasiun TV Canal N melaporkan ahli telah menyimpulkan peluru dari senjata yang disita sama dengan yang ditemukan di tubuh korban dan di tempat kejadian perkara. Salah satu dari lima tersangka itu merupakan pemilik sepeda motor yang diduga digunakan dalam serangan terhadap diplomat tersebut.

    Kepolisian Nasional Peru mengumumkan di media sosial pada hari Selasa yang sama bahwa kelima orang tersebut telah ditahan. Namun, Kepolisian Nasional Peru tidak menyebutkan kewarganegaraan mereka atau mengindikasikan bahwa mereka terkait dengan serangan mematikan terhadap diplomat negara Asia tersebut.

    “Di distrik San Martin de Porres (Lima), setelah operasi intelijen, Polisi menangkap terduga anggota geng kriminal ‘Los Maleantes del Cono’. Sebuah pistol berisi peluru, lima bahan peledak, dan sekring sepanjang 15 meter disita, narkoba, 10 ponsel, dan sebuah sepeda motor juga disita,” tulis polisi Peru.

    Korban diserang oleh para pembunuh bayaran di pintu masuk gedung tempat tinggalnya di distrik Lince, Lima, saat dia tiba dengan sepeda. Polisi belum menjelaskan detail apa motif pembunuhan itu.

    “Keadaan dan motif di balik viktimisasi orang ini belum diketahui, tetapi kemungkinan pembunuhan bayaran tidak dapat dikesampingkan,” ujar Komisaris Kantor Polisi Lince, David Guivar, kepada stasiun TV Peru.

    Stasiun yang sama melaporkan diplomat berusia 40 tahun itu telah tinggal di Peru selama 5 bulan bersama keluarganya di gedung yang sama tempat dia dibunuh pada 1 September. Jenazah Zetro telah dibawa ke Indonesia dan dimakamkan oleh keluarga.

    Tonton juga video “Dubes Peru: Penyelidikan Pembunuhan Zetro Jadi Prioritas Tertinggi” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (haf/imk)