Negara: Venezuela

  • Awas Perang Baru Amerika, Trump Tiba-Tiba Serang Kapal Negara Ini

    Awas Perang Baru Amerika, Trump Tiba-Tiba Serang Kapal Negara Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Venezuela kembali memanas. Ini terjadi setelah Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa pasukan AS telah menghantam sebuah kapal di lepas pantai Venezuela pada hari Sabtu.

    Berbicara di Naval Station Norfolk, Virginia, pada hari Minggu, Trump menyatakan bahwa setelah operasi maritim yang gencar, AS kini juga akan memfokuskan perhatiannya pada upaya penyelundupan narkoba yang terjadi di darat. “Mereka tidak datang lewat laut lagi, jadi sekarang kita harus mulai melihat ke darat karena mereka akan dipaksa pergi lewat darat,” ujar Trump dalam pidatonya di samping kapal induk Harry S. Truman, dikutip Senin (6/10/2025).

    Serangan pada hari Sabtu tersebut merupakan yang keempat kalinya dalam beberapa minggu terakhir dan dilaporkan menewaskan empat orang. Ini juga merupakan rentetan serangan aktif Trump terhadap kapal Venezuela, yang ditudingnya sebagai salah satu penyuplai obat-obat terlarang ke Negeri Paman Sam.

    Menanggapi pengumuman Trump, pemerintah Venezuela mengecam tindakan tersebut sebagai agresi AS. Presiden Nicolas Maduro merilis sebuah pesan video di mana ia menyatakan bahwa negaranya mengandalkan dukungan diplomatik.

    “Rakyat kami tidak pernah dan tidak akan pernah takut untuk mempertahankan hak mereka untuk hidup dan bebas,” kata Maduro, tanpa secara langsung merujuk pada komentar terbaru Trump. “Kami akan siap menghadapi skenario apa pun.”

    Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Venezuela, Yvan Gil, mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan mitranya dari Rusia, Sergei Lavrov, yang memberikan “ekspresi penuh dukungan dan solidaritas” kepada Caracas. Gil juga menambahkan bahwa ia telah mengirim surat kepada Paus Fransiskus XIV untuk meminta dukungannya dalam “mengonsolidasikan perdamaian di Venezuela.”

    Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, dalam sebuah wawancara dengan Fox News mengonfirmasi bahwa ia memiliki “setiap otorisasi yang diperlukan” untuk melakukan serangan di Karibia.

    (tps/tps)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Serangan AS Tewaskan 4 ‘Teroris Narkotika’ di Lepas Pantai Venezuela

    Serangan AS Tewaskan 4 ‘Teroris Narkotika’ di Lepas Pantai Venezuela

    Jakarta

    Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat Pete Hegseth mengatakan bahwa militer AS menewaskan empat “teroris narkotika” dalam sebuah serangan yang mematikan di lepas pantai Venezuela.

    Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (4/10/2025), dalam sebuah unggahan di media sosial X, Hegseth mengatakan serangan itu ditujukan terhadap sebuah organisasi teroris yang telah ditetapkan, tetapi tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.

    Tidak ada pasukan AS yang terluka dalam operasi pada Jumat (3/10) waktu setempat tersebut. Hegseth mengatakan serangan itu ditujukan terhadap sebuah kapal yang “mengangkut narkotika dalam jumlah besar – menuju Amerika untuk meracuni rakyat kami.”

    Hegseth menambahkan: “Intelijen kami, tanpa ragu, mengonfirmasi bahwa kapal ini menyelundupkan narkotika, orang-orang di dalamnya adalah teroris narkotika, dan mereka beroperasi di rute transit penyelundupan narkotika yang telah diketahui. Serangan ini akan terus berlanjut hingga serangan terhadap rakyat Amerika berakhir!!!!”

    Sebelumnya pada hari Kamis waktu setempat, Presiden Donald Trump menyatakan AS ‘konflik bersenjata’ dengan kartel narkoba. Trump juga telah mengerahkan kapal militer ke laut Karibia untuk menangkap penyelundup narkoba.

    “Presiden menetapkan kartel-kartel ini sebagai kelompok bersenjata non-negara, menetapkan mereka sebagai organisasi teroris, dan menetapkan bahwa tindakan mereka merupakan serangan bersenjata terhadap Amerika Serikat,” demikian bunyi pemberitahuan dari Pentagon sebagaimana dilansir AFP, Jumat (3/10/2025).

    Pernyataan Trump ini dikeluarkan melalui surat pemberitahuan kepada Kongres setelah serangan baru-baru ini terhadap kapal-kapal di lepas pantai Venezuela. Surat tersebut dirancang sebagai pembenaran hukum untuk tiga serangan baru di perairan internasional yang menewaskan sedikitnya 14 orang.

    Serangan AS baru-baru ini menargetkan kapal-kapal yang diduga memuat narkoba di lepas pantai Venezuela, tetapi para ahli hukum telah meragukan legalitas tindakan Washington.

    “Seperti yang telah kami katakan berkali-kali, presiden bertindak sesuai dengan hukum konflik bersenjata untuk melindungi negara kita dari mereka yang mencoba membawa racun mematikan ke pantai kita,” kata juru bicara Gedung Putih, Anna Kelly, kepada AFP.

    “Dia menepati janjinya untuk memberantas kartel dan menghilangkan ancaman keamanan nasional ini dengan membunuh lebih banyak warga Amerika,” imbuhnya.

    Lihat juga Video ‘Petugas ICE Banting Wanita di Kantor Imigrasi AS’:

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Jet-jet Tempur AS Melintas Dekat Wilayahnya, Venezuela Geram!

    Jet-jet Tempur AS Melintas Dekat Wilayahnya, Venezuela Geram!

    Caracas

    Pemerintah Venezuela mengecam keras apa yang mereka sebut sebagai “penyerbuan ilegal” oleh sejumlah jet tempur Amerika Serikat (AS) ke wilayah udara yang berada di bawah kendali lalu lintas udara Caracas. Venezuela menuduh AS melakukan “provokasi” yang “mengancam kedaulatan nasional”.

    Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan Venezuela, seperti dilansir AFP, Jumat (3/10/2025), mengatakan bahwa jet-jet tempur AS itu terdeteksi di wilayah udara berjarak “75 kilometer dari pantai kami”. Tidak dijelaskan lebih lanjut apakah jet-jet tempur AS itu melanggar wilayah udara Venezuela.

    Menteri Pertahanan Venezuela, Vladimir Padrino, mengklaim sebanyak lima jet tempur AS “berani mendekati pantai Venezuela” dan telah terdeteksi oleh sistem pertahanan udara dan pelacakan yang ada di Bandara Internasional Maiquetia, yang melayani ibu kota Caracas.

    Dalam pernyataan bersama, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan Venezuela menuduh AS telah melanggar hukum internasional dan membahayakan penerbangan sipil di Laut Karibia.

    Bulan lalu, Presiden AS Donald Trump mengirimkan 10 pesawat F-35 ke Puerto Rico, wilayah AS di Karibia, sebagai bagian dari pengerahan militer terbesar di wilayah tersebut dalam lebih dari tiga dekade terakhir.

    Trump juga mengerahkan delapan kapal perang dan satu kapal selam nuklir AS ke kawasan tersebut, sebagai bagian dari operasi untuk memerangi perdagangan narkoba yang melintasi kawasan Karibia menuju ke wilayah AS.

    Presiden Venezuela Nicolas Maduro sebelumnya menuduh Trump melakukan upaya rahasia untuk mengubah rezim di Caracas.

    Dalam beberapa pekan terakhir, menurut pengumuman Trump, pasukan militer AS telah meledakkan empat kapal yang diduga mengangkut narkoba. Sedikitnya 14 orang tewas dalam serangan-serangan militer AS di perairan internasional di kawasan Karibia.

    Serangan semacam itu menuai pertanyaan soal legalitasnya dari kelompok-kelompok hak asasi manusia dan para politisi Partai Demokrat serta Partai Republik AS.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Kartel Narkoba Dinyatakan Teroris, Trump Umumkan Konflik Bersenjata

    Kartel Narkoba Dinyatakan Teroris, Trump Umumkan Konflik Bersenjata

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan AS ‘konflik bersenjata’ dengan kartel narkoba. Trump juga telah mengerahkan kapal militer ke laut Karibia untuk menangkap penyelundup narkoba.

    “Presiden menetapkan kartel-kartel ini sebagai kelompok bersenjata non-negara, menetapkan mereka sebagai organisasi teroris, dan menetapkan bahwa tindakan mereka merupakan serangan bersenjata terhadap Amerika Serikat,” demikian bunyi pemberitahuan dari Pentagon sebagaimana dilansir AFP, Jumat (3/10/2025).

    Pernyataan Trump ini dikeluarkan melalui surat pemberitahuan kepada Kongres setelah serangan baru-baru ini terhadap kapal-kapal di lepas pantai Venezuela. Surat tersebut dirancang sebagai pembenaran hukum untuk tiga serangan baru di perairan internasional yang menewaskan sedikitnya 14 orang.

    Dalam surat pemberitahuan tersebut juga menyebut para tersangka penyelundup sebagai “pejuang ilegal”.

    Serangan AS baru-baru ini menargetkan kapal-kapal yang diduga memuat narkoba di lepas pantai Venezuela, tetapi para ahli hukum telah meragukan legalitas tindakan Washington.

    “Seperti yang telah kami katakan berkali-kali, presiden bertindak sesuai dengan hukum konflik bersenjata untuk melindungi negara kita dari mereka yang mencoba membawa racun mematikan ke pantai kita,” kata juru bicara Gedung Putih, Anna Kelly, kepada AFP.

    Sementara itu, Venezuela mengatakan mereka mendeteksi serangan oleh lima jet tempur AS. Jet itu terbang 75 kilometer dari pantai Venezuela.

    Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino mengecam dugaan penerbangan tersebut sebagai “provokasi” dan “ancaman bagi keamanan nasional kami”.

    (zap/dek)

  • Presiden Venezuela Siap Umumkan Keadaan Darurat Jika Diserang AS

    Presiden Venezuela Siap Umumkan Keadaan Darurat Jika Diserang AS

    Jakarta

    Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyatakan kesiapan untuk mengumumkan keadaan darurat atas ancaman “agresi” Amerika Serikat, menyusul serangkaian serangan mematikan AS terhadap kapal-kapal yang diduga mengangkut narkoba dari Venezuela.

    “Hari ini proses konsultasi dimulai…untuk menyatakan keadaan darurat sesuai dengan konstitusi dan melindungi rakyat kita, perdamaian kita, dan stabilitas kita jika Venezuela diserang oleh Amerika, diserang secara militer,” kata Maduro dalam pidato yang disiarkan televisi, dilansir kantor berita AFP, Selasa (30/9/2025).

    Sebelumnya, Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodriguez mengatakan kepada para diplomat asing bahwa Maduro telah menandatangani dekrit yang memberi dirinya “kekuasaan khusus” sebagai kepala negara untuk bertindak dalam masalah pertahanan dan keamanan, jika Amerika Serikat “berani menyerang tanah air kami.”

    Namun, sebuah sumber pemerintah mengatakan kepada AFP bahwa Maduro belum menandatangani dokumen tersebut.

    “Wakil presiden menyerahkan dokumen tersebut untuk menunjukkan bahwa semuanya telah siap dan bahwa presiden dapat menetapkannya kapan saja,” kata sumber tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim.

    Maduro, pemimpin otoriter sayap kiri, telah menempatkan Venezuela dalam siaga tinggi terkait pengerahan militer besar-besaran AS di dekat pesisir negaranya.

    Presiden AS Donald Trump telah mengerahkan delapan kapal perang dan sebuah kapal selam bertenaga nuklir ke Karibia selatan sebagai bagian dari rencana untuk memerangi perdagangan narkoba. Namun, tampaknya rencana tersebut secara khusus ditujukan untuk menekan Maduro.

    Pasukan AS telah menghancurkan setidaknya tiga kapal yang diduga mengangkut narkoba di Karibia dalam beberapa pekan terakhir, menewaskan 14 orang dalam sebuah tindakan yang dikecam sebagai “eksekusi di luar hukum” oleh para ahli PBB.

    Saat ini, para pejabat militer AS sedang menyusun opsi untuk menargetkan para pengedar narkoba di dalam perbatasan Venezuela, menurut sebuah laporan oleh media berita AS, NBC.

    Mendeklarasikan keadaan darurat akan memungkinkan Maduro menangguhkan untuk sementara hak-hak dasar rakyat Venezuela.

    Tonton juga video “Presiden Venezuela Sebut Israel Lakukan Genosida di Lebanon” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • AS Cabut Visa Presiden Kolombia Usai Ikut Aksi Pro-Palestina di New York

    AS Cabut Visa Presiden Kolombia Usai Ikut Aksi Pro-Palestina di New York

    New York

    Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan akan mencabut visa Presiden Kolombia Gustavo Petro. Washington menuding Petro telah melakukan “tindakan menghasut” selama berpartisipasi dalam aksi pro-Palestina di jalanan kota New York pekan ini.

    Insiden itu terjadi saat Petro sedang berada di New York untuk menghadiri Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    “Sebelumnya hari ini, Presiden Kolombia @petrogustavo berdiri di jalanan NYC (Kota New York) dan mendesak tentara AS untuk tidak mematuhi perintah dan menghasut kekerasan,” sebut Departemen Luar Negeri AS dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Sabtu (27/9/2025).

    “Kami akan mencabut visa Petro karena tindakannya yang sembrono dan menghasut,” tegas pernyataan Departemen Luar Negeri AS yang dirilis pada Jumat (26/9) waktu setempat.

    Via akun media sosialnya, Petro membagikan video dirinya berbicara dalam bahasa Spanyol kepada kerumunan besar menggunakan megafon pada Jumat (26/9), dengan penerjemahnya kemudian menyampaikan komentarnya yang menyerukan “negara-negara di dunia” untuk menyumbangkan tentara bagi angkatan bersenjata yang “lebih besar daripada Amerika Serikat”.

    “Itulah sebabnya, dari sini di New York, saya meminta semua tentara di militer Amerika Serikat untuk tidak mengarahkan senapan mereka kepada kemanusiaan. Tidak mematuhi perintah Trump! Patuhi perintah kemanusiaan!” kata Petro pada saat itu.

    Sumber dari kantor kepresidenan Kolombia mengonfirmasi kepada AFP bahwa Petro dalam perjalanan pulang ke Bogota pada Jumat (26/9) malam.

    Petro sebelumnya mengatakan dirinya juga memiliki kewarganegaraan Italia, dan tidak memerlukan visa untuk memasuki AS.

    Dalam pidatonya di Sidang Umum PBB, Petro mengecam keras pemerintahan Trump dan menyerukan penyelidikan kriminal atas serangan-serangan AS terhadap kapal-kapal yang dituduh mengangkut narkoba dari Venezuela.

    Petro mengatakan bahwa “anak-anak muda miskin” yang tidak bersenjata tewas dalam serangan tersebut — totalnya lebih dari selusin orang. Namun Washington menegaskan tindakan itu merupakan bagian dari operasi antinarkoba AS di area lepas pantai Venezuela.

    Tonton juga Video: Presiden Kolombia Demo di PBB, Desak Kirim Pasukan Bantu Palestina

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Khawatirkan Invasi AS, Venezuela Gelar Latihan Darurat

    Khawatirkan Invasi AS, Venezuela Gelar Latihan Darurat

    Caracas

    Venezuela akan menggelar latihan darurat untuk kesiapsiagaan bencana pada Sabtu (27/9) waktu setempat, di tengah kekhawatiran invasi Amerika Serikat (AS). Negara ini berada dalam kondisi siaga tinggi menyusul pengerahan militer AS di perairan lepas pantainya beberapa waktu terakhir.

    Presiden Venezuela Nicolas Maduro, seperti dilansir AFP, Sabtu (27/9/2025), sedang mempertimbangkan untuk mengaktifkan kekuatan darurat yang dimilikinya.

    Maduro menyerukan digelarnya latihan darurat itu pada Kamis (25/9) waktu setempat, beberapa jam setelah gempa bumi mengguncang negara tersebut. Situasi ini terjadi saat banyak warga Venezuela resah oleh rentetan serangan mematikan AS terhadap kapal-kapal pengangkut narkoba yang diklaim milik Venezuela.

    Presiden Donald Trump telah mengerahkan delapan kapal perang AS dan sebuah kapal selam bertenaga nuklir ke perairan Karibia bagian selatan sebagai bagian dari rencana yang diklaim untuk memerangi perdagangan narkoba.

    Maduro, yang dituduh memimpin kartel narkoba, mencurigai AS sedang mengupayakan pergantian rezim di Caracas.

    Ribuan warga Venezuela bergabung dengan milisi sipil sebagai respons atas seruan Maduro untuk memperkuat pertahanan negara. Banyak orang yang mengikuti pelatihan senjata yang digelar di barak militer dan area permukiman.

    Semakin menambah ketegangan, wilayah barat Venezuela diguncang serangkaian gempa bumi pada Rabu (24/9) dan Kamis (25/9) waktu setempat, dengan gempa paling kuat tercatat berkekuatan Magnitudo 6,3 namun tidak memicu kerusakan besar atau korban jiwa.

    Maduro merujuk pada “ancaman” AS ketika dia menyerukan latihan militer yang dimulai pada Sabtu (27/9) pagi, sekitar pukul 09.00 waktu setempat, untuk menguji “kesiapan rakyat terhadap bencana alam atau konflik bersenjata apa pun”.

    Sekolah-sekolah dan rumah sakit, sebut Maduro, akan ikut serta “untuk bersiap menghadapi keadaan apa pun”.

    Beberapa waktu terakhir, pasukan AS telah menghancurkan setidaknya tiga kapal yang diduga mengangkut narkoba di Karibia, hingga menewaskan lebih dari selusin orang dalam tindakan yang dikecam oleh para pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai “eksekusi di luar hukum”.

    Saat ini, menurut laporan NBC yang mengutip empat sumber yang memahami diskusi tersebut, para pejabat militer AS sedang menyusun opsi untuk menargetkan para pengedar narkoba di dalam perbatasan Venezuela.

    Serangan semacam itu, sebut laporan NBC, bisa terjadi “dalam beberapa minggu ke depan”, meskipun Trump belum menyetujuinya.

    Lihat juga Video: Tentara Israel Mulai Invasi Darat ke Lebanon!

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Video: Panas! Maduro Ajak Rakyat Angkat Senjata Lawan AS

    Video: Panas! Maduro Ajak Rakyat Angkat Senjata Lawan AS

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Venezuela Nicolas Maduro pada Kamis (11/9) amenyerukan warganya untuk bersiap menghadapi kemungkinan perjuangan bersenjata guna mempertahankan kedaulatan dan perdamaian nasional.

    Selengkapnya dalam program Nation Hub CNBC Indonesia, Jumat (26/09/2025).

  • Gempa M 6,2 Guncang Venezuela

    Gempa M 6,2 Guncang Venezuela

    Jakarta

    Gempa berkekuatan magnitudo 6,2 mengguncang wilayah Venezuela, termasuk Ibu Kota Venezuela, Caracas. Gempa ini dikategorikan sebagai gempa dangkal.

    Dilansir AFP, Kamis (25/9/2025), USGS mengatakan episentrum gempa berada di kedalaman 7,8 kiliometer (4,8 mil) atau sekitar 24 kilometer dari Mene Grande, sebuah kota penghasil minyak di daerah yang jarang penduduknya di negara bagian Zulia. Hingga saat ini belum ada laporan dari pemerintah mengenai ada atau tidaknya kerusakan.

    Survei Geologi Kolombia mencatat gempa berkekuatan 6,1 SR dikategorikan sebagai gempa “kedalaman dangkal” yang juga dirasakan di negara tetangga Kolombia dan di kepulauan Karibia seperti Aruba, Curacao, dan Bonaire.

    Di Venezuela, di mana gempa kuat jarang terjadi, bangunan-bangunan yang berguncang menimbulkan kekhawatiran di kota-kota termasuk Caracas dan Maracaibo.

    Orang-orang berhamburan ke jalan, tetapi Menteri Dalam Negeri Diosdado Cabello mengatakan di televisi pemerintah bahwa gempa tersebut “tanpa kerusakan struktural yang signifikan.”

    Sekitar 80 persen penduduk Venezuela tinggal di zona seismik, tetapi negara itu belum pernah mengalami bencana besar sejak tahun 1997, ketika 73 orang tewas ketika gempa melanda Cariaco di negara bagian Sucre di bagian timur.

    Pada tahun 1976, hampir 300 orang tewas dan 2.000 orang terluka ketika gempa melanda Caracas.

    (zap/yld)

  • Daftar Negara yang Mengakui dan Tidak Mengakui Palestina – Page 3

    Daftar Negara yang Mengakui dan Tidak Mengakui Palestina – Page 3

    Berikut daftar negara yang sudah mengakui Palestina:

    Pengakuan Terhadap Palestina Mulai 2024-2025

     

    Armenia 21 Juni 2024

    Slovenia 4 Juni 2024

    Irlandia 22 Mei 2024

    Norwegia 22 Mei 2024

    Spanyol 22 Mei 2024

    Bahama 8 Mei 2024

    Trinidad dan Tobago 3 Mei 2024

    Jamaika 24 April 2024

    Barbados 20 April 2024

    Armenia 21 Juni 2024

    Slovenia 4 Juni 2024

    Irlandia 22 Mei 2024

    Norwegia 22 Mei 2024

    Spanyol 22 Mei 2024

    Bahama 8 Mei 2024

    Trinidad dan Tobago 3 Mei 2024

    Jamaika 24 April 2024

    Barbados 20 April 2024

    Prancis 22 September 2025

    Luksemburg 22 September 2025

    Malta 22 September 2025

    Monako 22 September 2025

    Belgia 22 September 2025

    Andorra 22 September 2025

    Inggris 21 September 2025

    Australia 21 September 2025

    Kanada 21 September 2025

    Portugal 21 September 2025

    Meksiko 20 Maret 2025

     

    2010-2019

     

    Ekuador 27 Desember 2010

    Bolivia 17 Desember 2010

    Argentina 6 Desember 2010

    Islandia 15 Desember 2011

    Brasil 3 Desember 2011

    Grenada 25 September 2011

    Antigua dan Barbuda 22 September 2011

    Dominika 19 September 2011

    Belize 9 September 2011

    St. Vincent dan Grenadines 29 Agustus 2011

    Honduras 26 Agustus 2011

    El Salvador 25 Agustus 2011

    Suriah 18 Juli 2011

    Sudan Selatan 14 Juli 2011

    Liberia 1 Juli 2011

    Lesotho 3 Mei 2011

    Uruguay 16 Maret 2011

    Paraguay 29 Januari 2011

    Suriname 26 Januari 2011

    Peru 24 Januari 2011

    Guyana 13 Januari 2011

    Chili 7 Januari 2011

    Thailand 18 Januari 2012

    Haiti 27 September 2013

    Guatemala 9 April 2013

    Swedia 30 Oktober 2014

    St. Lucia 14 September 2015

    Tahta Suci 26 Juni 2015

    Kolombia 3 Agustus 2018

    St. Kitts dan Nevis 29 Juli 2019

     

    1991-2009

     

    Eswatini 1 Juli 1991

    Bosnia dan Herzegovina 27 Mei 1992

    Georgia 25 April 1992

    Turkmenistan 17 April 1992

    Azerbaijan 15 April 1992

    Kazakstan 6 April 1992

    Uzbekistan 25 September 1994

    Tajikistan 2 April 1994

    Kirgistan 1 November 1995

    Afrika Selatan 15 Februari 1995

    Papua Nugini 13 Januari 1995

    Malawi 23 Oktober 1998

    Timor Leste 1 Maret 2004

    Montenegro 24 Juli 2006

    Pantai Gading 1 Desember 2008

    Lebanon 30 November 2008

    Kosta Rika 5 Februari 2008

    Republik Dominika 15 Juli 2009

    Venezuela 27 April 2009

     

     1988-1989

     

    Bhutan 25 Desember 1988

    Republik Afrika Tengah 23 Desember 1988

    Burundi 22 Desember 1988

    Botswana 19 Desember 1988

    Nepal 19 Desember 1988

    Republik Demokratik Kongo 18 Desember 1988

    Polandia 14 Desember 1988

    Oman 13 Desember 1988

    Gabon 12 Desember 1988

    Sao Tome dan Principe 10 Desember 1988

    Mozambik 8 Desember 1988

    Angola 6 Desember 1988

    Republik Kongo 5 Desember 1988

    Sierra Leone 3 Desember 1988

    Uganda Desember 3, 1988

    Laos 2 Desember 1988

    Chad 1 Desember 1988

    Ghana 29 November 1988

    Togo 29 November 1988

    Zimbabwe 29 November 1988

    Maladewa 28 November 1988

    Bulgaria 25 November 1988

    Tanjung Verde 24 November 1988

    Korea Utara 24 November 1988

    Niger 24 November 1988

    Rumania 24 November 1988

    Tanzania 24 November 1988

    Hongaria 23 November 1988

    Mongolia 22 November 1988

    Senegal 22 November 1988

    Burkina Faso 21 November 1988

    Kamboja 21 November 1988

    Komoro 21 November 1988

    Guinea 21 November 1988

    Guinea-Bissau 21 November 1988

    Mali 21 November 1988

    Tiongkok 20 November 1988

    Belarus 19 November 1988

    Namibia 19 November 1988

    Rusia 19 November 1988

    Ukraina 19 November 1988

    Vietnam 19 November 1988

    Siprus 18 November 1988

    Republik Ceko 18 November 1988

    Mesir 18 November 1988

    Gambia 18 November 1988

    India 18 November 19881

    Nigeria 18 November 1988

    Seychelles Slowakia 18 November 1988

    Sri Lanka 18 November 1988

    Albania 17 November 1988

    Brunei Darussalam 17 November 1988

    Djibouti 17 November 1988

    Mauritius 17 November 1988

    Sudan 17 November 1988

    Afganistan 16 November 1988

    Bangladesh 16 November 1988

    Kuba 16 November 1988

    Yordania 16 November 1988

    Madagaskar 16 November 1988

    Nikaragua 16 November 1988

    Pakistan 16 November 1988

    Qatar 16 November, 1988

    Arab Saudi 16 November 1988

    Serbia 16 November 1988

    Uni Emirat Arab 16 November 1988

    Zambia 16 November 1988

    Aljazair 15 November 1988

    Bahrain 15 November 1988

    Indonesia 15 November 1988

    Irak 15 November 1988

    Kuwait 15 November 1988

    Libya Malaysia 15 November 1988

    Mauritania 15 November 1988

    Maroko 15 November 1988

    Somalia 15 November 1988

    Tunisia 15 November 1988

    Turki 15 November 1988

    Yaman 15 November 1988

    Iran 4 Februari 1988

    Filipina 1 September 1989

    Vanuatu 21 Agustus 1989

    Benin 1 Mei 1989

    Guinea Khatulistiwa 1 Mei 1989

    Kenya 1 Mei 1989

    Etiopia 4 Februari 1989

    Rwanda 2 Januari 1989