Negara: Venezuela

  • Venezuela Adukan Serangan AS ke Dewan Keamanan PBB

    Venezuela Adukan Serangan AS ke Dewan Keamanan PBB

    Caracas

    Pemerintah Venezuela mengadukan Amerika Serikat (AS) ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), terkait rentetan serangan mematikan terhadap kapal-kapal yang diduga mengangkut narkoba di lepas pantainya. Caracas meminta Dewan Keamanan PBB menetapkan serangan Washington tersebut adalah ilegal.

    Otoritas Venezuela juga meminta Dewan Keamanan PBB merilis pernyataan yang mendukung kedaulatan negara mereka.

    Permintaan tersebut, seperti dilansir Reuters, Jumat (17/10/2025), tertuang dalam surat yang dikirimkan oleh Duta Besar Venezuela untuk PBB, Samuel Moncada, kepada Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara, termasuk AS. Surat itu tertanggal 15 Oktober.

    Presiden AS Donald Trump telah memerintahkan pengerahan militer dalam jumlah besar ke kawasan Karibia bagian selatan, di dekat Venezuela. Pasukan AS di kawasan tersebut telah melancarkan setidaknya lima serangan terhadap kapal-kapal, yang menurut pemerintahan Trump, terlibat dalam perdagangan narkoba.

    Dalam suratnya kepada Dewan Keamanan PBB, Moncada menuduh AS telah membunuh sedikitnya 27 orang dalam serangan-serangan terhadap “kapal-kapal sipil yang melintasi perairan internasional”.

    Dia meminta Dewan Keamanan PBB untuk “menyelidiki” serangan-serangan tersebut guna “menentukan sifatnya yang ilegal”, dan mengeluarkan pernyataan yang “menegaskan kembali prinsip penghormatan tanpa batas terhadap kedaulatan, kemerdekaan politik, dan integritas teritorial negara-negara”, termasuk Venezuela.

    Trump, dalam pernyataan terbaru, mengatakan dirinya sedang mempertimbangkan serangan darat menargetkan kartel-kartel narkoba di wilayah Venezuela. Dia juga secara tidak langsung mengonfirmasi dirinya telah mengizinkan Badan Intelijen Pusat (CIA) untuk melakukan operasi rahasia di Venezuela.

    Meskipun Trump menolak untuk menjawab saat ditanya wartawan apakah dirinya memberikan wewenang kepada CIA untuk “menyingkirkan” Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Laporan New York Times (NYT), yang mengutip sejumlah pejabat AS. menyebut strategi pemerintahan Trump untuk Venezuela bertujuan menggulingkan Maduro dari kekuasaan.

    Di Caracas, Maduro mengatakan bahwa meskipun CIA telah lama dikaitkan dengan kudeta di seluruh dunia, belum pernah ada pemerintahan sebelumnya yang secara terbuka menyatakan telah memerintahkan CIA untuk “membunuh, menggulingkan, dan menghancurkan negara-negara”.

    Maduro menuduh CIA diberi wewenang untuk melakukan operasi yang bertujuan mengganggu perdamaian di Venezuela.

    “Namun rakyat kami jelas, bersatu, dan sadar. Mereka memiliki sarana untuk sekali lagi mengalahkan konspirasi terbuka ini yang menentang perdamaian dan stabilitas Venezuela,” kata Maduro dalam sebuah acara yang disiarkan televisi pemerintah Venezuela.

    Terlepas dari itu, Dewan Keamanan PBB dinilai tidak akan dapat mengambil tindakan apa pun selain menggelar pertemuan mengenai situasi tersebut, karena AS memegang hak veto.

    Lihat juga Video ‘Trump Tidak Akan Pakai Militer AS untuk Melucuti Senjata Hamas’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Peru Umumkan Keadaan Darurat Buntut Demo Rusuh

    Peru Umumkan Keadaan Darurat Buntut Demo Rusuh

    Lima

    Pemerintah baru Peru mengumumkan keadaan darurat di Lima, ibu kota Peru, menyusul unjuk rasa antipemerintah yang berlangsung selama berminggu-minggu. Aksi protes itu kembali diwarnai kerusuhan pada Rabu (15/10) waktu setempat, hingga menewaskan sedikitnya satu orang dan melukai puluhan orang lainnya.

    “Kami akan mengumumkan keputusan untuk menetapkan keadaan darurat setidaknya di Metropolitan Lima,” kata kepala kabinet Ernesto Alvarez dalam konferensi pers, seperti dilansir AFP, Jumat (17/10/2025).

    Unjuk rasa memprotes maraknya praktik korupsi dan tindak kejahatan terorganisir di Peru itu awalnya berlangsung damai. Namun bentrokan terjadi setelah beberapa demonstran berupaya menerobos pagar pembatas di sekitar Gedung Kongres saat malam tiba.

    Sejumlah demonstran lainnya, yang ada di tengah kerumunan, melemparkan batu dan menyalakan kembang api. Situasi itu direspons polisi antihuru-hara dengan melepaskan tembakan gas air mata.

    Kematian seorang demonstran bernama Eduardo Ruiz diumumkan langsung oleh Presiden Jose Jeri.

    Kepala Kepolisian Peru, Jenderal Oscar Arriola, kemudian mengatakan pada Kamis (16/10) bahwa seorang polisi dari Direktorat Investigasi Kriminal diyakini telah menembakkan peluru yang menewaskan Ruiz, seorang rapper berusia 32 tahun yang ikut unjuk rasa pada Rabu (15/10).

    Disebutkan Arriola bahwa polisi tersebut, yang diserang oleh massa, telah ditahan dan akan diberhentikan dari jabatannya.

    Ruiz menjadi korban tewas pertama dalam unjuk rasa yang dipimpin secara kolektif oleh Gen Z di Peru. Sekitar 113 orang lainnya mengalami luka-luka ketika ribuan demonstran turun ke jalanan ibu kota Lima pada Rabu (15/10) waktu setempat. Para korban luka terdiri atas 29 warga sipil dan 84 polisi.

    Peru diguncang rentetan unjuk rasa selama berminggu-minggu, dengan para anggota parlemen negara itu, pada Jumat (10/10) lalu, memutuskan untuk memakzulkan Presiden Dina Boluarte, pendahulu Jeri. Boluarte disalahkan atas lonjakan tindak kriminal dan dituduh melakukan korupsi.

    Tindak pemerasan dan pembunuhan kontrak telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari di berbagai wilayah Peru. Geng-geng kriminal seperti Los Pulpos dan Tren de Aragua dari Venezuela, yang beroperasi di Amerika Latin, menyandera orang-orang dari berbagai lapisan untuk mendapatkan uang tebusan.

    Kegagalan pemerintahan baru yang dipimpin Jeri dalam mengatasi krisis kejahatan yang semakin memburuk, mendorong ribuan warga Peru turun ke jalanan ibu kota Lima dan kota-kota lainnya di negara tersebut untuk berunjuk rasa.

    Jeri, yang menjabat sebagai presiden sementara hingga pemilu digelar pada April tahun depan, telah bersumpah untuk “menyatakan perang” terhadap kejahatan terorganisir dalam upaya meredakan protes. Dia meminta Kongres memberinya wewenang khusus untuk memberlakukan undang-undang keamanan darurat, tanpa harus melakukan voting di parlemen.

    Lihat juga Video ‘Gas Air Mata Warnai Aksi Protes Massal Tolak Presiden Baru Peru’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Makin Panas, Trump Akui Beri Izin Operasi Rahasia CIA di Venezuela

    Makin Panas, Trump Akui Beri Izin Operasi Rahasia CIA di Venezuela

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengonfirmasi bahwa dirinya mengizinkan Badan Intelijen Pusat (CIA) untuk melakukan operasi rahasia di wilayah Venezuela. Hal ini menandai peningkatan tajam dalam upaya AS untuk menekan pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.

    Arahan rahasia Trump itu dilaporkan oleh media terkemuka AS, New York Times (NYT), yang mengutip sejumlah pejabat AS yang mengetahui keputusan tersebut. Laporan NYT menyebut strategi pemerintahan Trump untuk Venezuela bertujuan menggulingkan Maduro dari kekuasaan.

    Washington telah menawarkan imbalan US$ 50 juta (setara Rp 828,7 miliar) untuk informasi yang mengarah pada penangkapan dan hukuman untuk Maduro terkait tuduhan perdagangan narkoba.

    Wewenang baru tersebut, menurut NYT, akan memungkinkan CIA untuk melakukan operasi mematikan di Venezuela dan melakukan berbagai operasi di Karibia.

    Trump, seperti dilansir Reuters dan AFP, Kamis (16/10/2025), awalnya menolak untuk mengomentari secara detail laporan NYT tersebut.

    Namun ketika ditanya oleh wartawan di Ruang Oval Gedung Putih, pada Rabu (15/10), soal mengapa dirinya mengizinkan CIA beroperasi di Venezuela, Trump mengatakan bahwa alasannya adalah migrasi warga Venezuela ke AS dan perdagangan narkoba.

    “Saya mengizinkannya karena dua alasan,” ujarnya. “Pertama, mereka telah mengosongkan penjara-penjara mereka ke Amerika Serikat… mereka masuk melalui perbatasan. Mereka masuk karena perbatasan kita terbuka,” kata Trump.

    “Dan alasan lainnya adalah narkoba,” imbuhnya.

    Trump tidak memberikan bukti atas klaimnya bahwa Venezuela mengirimkan mantan tahanan mereka ke wilayah AS.

    Ketika ditanya lebih lanjut soal apakah dirinya memberikan wewenang kepada CIA untuk “menyingkirkan” Maduro, Trump menjawab: “Itu pertanyaan konyol yang diberikan kepada saya. Bukan pertanyaan konyol juga, tetapi bukankah itu akan menjadi pertanyaan konyol yang harus saya jawab?”

    Tidak diketahui secara jelas mengenai tindakan spesifik seperti apa yang telah diizinkan Trump untuk dilakukan CIA di Venezuela. Gedung Putih menolak untuk menjelaskan lebih lanjut komentar Trump.

    Namun secara historis, keterlibatan CIA dalam operasi semacam itu sangat bervariasi, mulai dari keterlibatan paramiliter langsung hingga pengumpulan intelijen dan peran pendukung dengan sedikit atau tanpa kehadiran fisik.

    Venezuela Berikan Respons Serius

    Pernyataan terbaru Trump itu semakin menuai kekhawatiran di Caracas bahwa sang Presiden AS berupaya mendorong perubahan rezim.

    “Tidak untuk perang di Karibia… Tidak untuk perubahan rezim… Tidak untuk kudeta yang diatur oleh CIA,” kata Maduro dalam pidatonya di hadapan komite yang dibentuk setelah AS mengerahkan kapal-kapal perangnya ke kawasan Karibia.

    Maduro sebelumnya memerintahkan latihan militer di permukiman kumuh terbesar di Venezuela, setelah AS kembali menyerang kapal narkoba lainnya di lepas pantai negara itu pada Selasa (14/10), yang menurut Trump, menewaskan enam “teroris narkotika”.

    Lihat juga Video ‘238 Gangster Venezuela Kiriman Trump Tiba di Penjara El Salvador’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Peru Umumkan Keadaan Darurat Buntut Demo Rusuh

    Demo Antikriminal di Peru Berujung Ricuh, 1 Orang Tewas-Puluhan Luka

    Lima

    Unjuk rasa memprotes maraknya aksi kriminal diwarnai kerusuhan dan kekerasan di Lima, ibu kota Peru, pada Rabu (15/10) waktu setempat. Sedikitnya satu orang tewas dan puluhan orang lainnya, termasuk personel kepolisian, mengalami luka-luka.

    Aksi protes kembali muncul di berbagai wilayah Peru setelah Presiden Jose Jeri, yang baru menjabat beberapa hari, gagal meredam kemarahan rakyat terhadap pemerintah, yang dipicu oleh maraknya tindak kriminal di negara tersebut.

    Unjuk rasa yang dipimpin kalangan muda ini melibatkan ribuan warga Peru, yang merasa frustrasi dengan kegagalan pemerintah mengatasi krisis kejahatan yang semakin memburuk, yang turun ke jalanan di Lima dan beberapa kota lainnya.

    Kantor Ombudsman dalam laporannya, seperti dilansir AFP, Kamis (16/10/2025), menyebut sekitar 102 orang mengalami luka-luka akibat berbagai tindak kekerasan selama unjuk rasa berlangsung. Jumlah korban tewas itu terdiri atas 24 warga sipil dan 78 polisi.

    Sejumlah demonstran, menurut koresponden AFP, berupaya menerobos pagar pembatas di sekitar gedung Kongres Peru pada malam hari. Para demonstran lainnya juga melemparkan batu dan menyalakan kembang api.

    Para polisi dengan perlengkapan antihuru-hara merespons aksi para demonstran dengan tembakan gas air mata.

    Presiden Jeri mengumumkan satu kematian dalam bentrokan saat unjuk rasa.

    “Saya menyesalkan kematian seorang warga berusia 32 tahun, Eduardo Ruiz Sanz,” kata Presiden Jeri dalam pernyataan via media sosial X, namun tanpa merinci lebih lanjut soal penyebab kematian tersebut.

    Koordinator Hak Asasi Manusia Nasional, sebuah LSM, menyebut kematian itu disebabkan oleh tembakan polisi berpakaian preman.

    Presiden Jeri juga mengatakan bahwa “unjuk rasa damai” telah disusupi oleh para penjahat yang ingin “menimbulkan kekacauan”.

    Peru telah diselimuti unjuk rasa selama berminggu-minggu, dan para anggota parlemen negara itu, pada Jumat (10/10) lalu, memutuskan untuk memakzulkan Presiden Dina Boluarte, pendahulu Presiden Jeri. Boluarte disalahkan atas lonjakan tindak kriminal dan dituduh melakukan korupsi.

    Tindak pemerasan dan pembunuhan kontrak telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari di berbagai wilayah Peru. Geng-geng kriminal seperti Los Pulpos dan Tren de Aragua dari Venezuela, yang beroperasi di Amerika Latin, menyandera orang-orang dari berbagai lapisan untuk mendapatkan uang tebusan.

    Jeri, yang menjabat sebagai presiden sementara hingga pemilu digelar pada April tahun depan, telah bersumpah untuk “menyatakan perang” terhadap kejahatan terorganisir dalam upaya meredakan protes.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Trump Pertimbangkan Serangan Darat terhadap Kartel Narkoba di Venezuela

    Trump Pertimbangkan Serangan Darat terhadap Kartel Narkoba di Venezuela

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dirinya sedang mempertimbangkan serangan darat menargetkan kartel-kartel narkoba di wilayah Venezuela. Hal ini semakin menambah ketegangan setelah pasukan AS, beberapa waktu terakhir, menyerang kapal-kapal narkoba di lepas pantai Venezuela.

    Trump dalam pernyataan terbarunya, seperti dilansir AFP dan Reuters, Kamis (16/10/2025), mengatakan bahwa AS telah membuat kemajuan dalam mencegat pengiriman narkoba via jalur laut. Dia menambahkan bahwa upaya tambahan kini difokuskan pada rute darat.

    “Kita tentu saja sedang mempertimbangkan serangan darat sekarang, karena kita telah mengendalikan laut dengan sangat baik,” kata Trump saat berbicara kepada para wartawan di Ruang Oval Gedung Putih, saat ditanya apakah dirinya mempertimbangkan serangan di darat.

    Pernyataan ini disampaikan Trump setelah mengumumkan bahwa pasukan militer AS kembali melancarkan serangan terhadap sebuah kapal yang diduga menyelundupkan narkoba di lepas pantai Venezuela. Trump menyebut serangan tersebut menewaskan sedikitnya enam tersangka pengedar narkoba.

    Trump menyebut serangan yang dilakukan pada Selasa (14/10) itu menargetkan organisasi teroris yang telah masuk daftar hitam AS. Namun dia tidak menyebutkan lebih lanjut nama organisasi teroris tersebut.

    “Intelijen mengonfirmasi bahwa kapal tersebut menyelundupkan narkotika, yang terkait dengan jaringan teroris narkotika ilegal,” sebutnya.

    Serangan itu merupakan serangan kelima yang dilakukan Washington dalam beberapa pekan terakhir, yang menargetkan kapal-kapal yang diduga mengangkut narkoba yang akan dibawa ke wilayah AS.

    Total sedikitnya 27 orang tewas akibat rentetan serangan AS terhadap kapal-kapal yang diduga mengangkut narkoba di perairan Karibia.

    Para pakar mempertanyakan legalitas penggunaan kekuatan mematikan di perairan asing atau perairan internasional terhadap tersangka-tersangka yang belum dicegat atau diinterogasi.

    AS, dalam beberapa waktu terakhir, semakin meningkatkan pengerahan aset militer ke kawasan Karibia, yang diklaim sebagai bagian dari misi memerangi perdagangan narkoba.

    Selain mengerahkan jet-jet tempur F-35 ke Puerto Rico yang terletak di sebelah utara Venezuela, AS juga mengirimkan delapan kapal perang, yang membawa ribuan pelaut dan marinir, ke kawasan tersebut, serta mengerahkan satu kapal selam bertenaga nuklir.

    Presiden Venezuela Nicolas Maduro berulang kali menuduh AS ingin menggulingkan dirinya dari kekuasaan. Pada Agustus lalu, Washington menggandakan tawaran imbalan untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Maduro menjadi US$ 50 juta.

    AS menuduh Maduro memiliki hubungan dengan sindikat perdagangan narkoba dan kelompok kriminal. Tuduhan itu telah dibantah keras oleh Maduro.

    Lihat juga Video ‘238 Gangster Venezuela Kiriman Trump Tiba di Penjara El Salvador’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • AS Serang Lagi Kapal Narkoba di Lepas Pantai Venezuela, 6 Orang Tewas

    AS Serang Lagi Kapal Narkoba di Lepas Pantai Venezuela, 6 Orang Tewas

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan pasukan militernya kembali melancarkan serangan terhadap sebuah kapal yang diduga menyelundupkan narkoba di lepas pantai Venezuela. Trump menyebut serangan tersebut menewaskan sedikitnya enam tersangka pengedar narkoba.

    Dalam pernyataan terbaru, seperti dilansir Reuters dan Anadolu Agency, Rabu (15/10/2025), Trump menyebut serangan yang dilakukan pada Selasa (14/10) itu menargetkan organisasi teroris yang telah masuk daftar hitam AS. Namun dia tidak menyebutkan lebih lanjut nama organisasi teroris tersebut.

    “Di bawah wewenang tetap saya sebagai panglima tertinggi, pagi ini, Menteri Perang, memerintahkan serangan kinetik mematikan terhadap sebuah kapal yang berafiliasi dengan Organisasi Teroris yang Ditetapkan (DTO) yang melakukan penyelundupan narkotika di wilayah tanggung jawab USSOUTHCOM — tepat di lepas pantai Venezuela,” kata Trump dalam postingannya via media sosial Truth Social.

    “Intelijen mengonfirmasi bahwa kapal tersebut menyelundupkan narkotika, yang terkait dengan jaringan teroris narkotika ilegal,” sebutnya.

    Postingan Trump itu menyertakan sebuah video berdurasi 30 detik, yang tampak memperlihatkan sebuah kapal dalam kondisi diam di perairan sedang dihantam proyektil sebelum akhirnya meledak.

    “Serangan itu dilakukan di perairan internasional, dan enam pria teroris narkotika di atas kapal tersebut tewas dalam serangan itu. Tidak ada pasukan AS yang terluka,” sebut Trump dalam postingannya.

    Serangan itu merupakan serangan kelima yang dilakukan Washington dalam beberapa pekan terakhir, yang menargetkan kapal-kapal yang diduga mengangkut narkoba yang akan dibawa ke wilayah AS.

    Screenshot video yang diunggah Trump di media sosial menunjukkan sebuah kapal meledak Foto: Donald Trump via Truth Social/via REUTERS Purchase Licensing Rights

    AS, dalam beberapa waktu terakhir, semakin meningkatkan pengerahan aset militer ke kawasan Karibia, yang diklaim sebagai bagian dari misi memerangi perdagangan narkoba.

    Selain mengerahkan jet-jet tempur F-35 ke Puerto Rico yang terletak di sebelah utara Venezuela, AS juga mengirimkan delapan kapal perang, yang membawa ribuan pelaut dan marinir, ke kawasan tersebut, serta mengerahkan satu kapal selam bertenaga nuklir.

    Pemerintahan Trump hanya memberikan sedikit informasi mengenai serangan-serangan sebelumnya, termasuk soal identitas tersangka yang tewas atau detail muatan narkoba yang diklaim diangkut kapal-kapal yang diserang.

    Presiden Venezuela Nicolas Maduro berulang kali menuduh AS ingin menggulingkan dirinya dari kekuasaan. Pada Agustus lalu, Washington menggandakan tawaran imbalan untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Maduro menjadi US$ 50 juta.

    AS menuduh Maduro memiliki hubungan dengan sindikat perdagangan narkoba dan kelompok kriminal. Tuduhan itu telah dibantah keras oleh Maduro.

    Lihat juga Video ‘238 Gangster Venezuela Kiriman Trump Tiba di Penjara El Salvador’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Banjir Terjang Venezuela, 14 Orang Penambang Emas Tewas

    Banjir Terjang Venezuela, 14 Orang Penambang Emas Tewas

    Jakarta

    Banjir menerjang Venezuela timur usai hujan deras melanda daerah tersebut. Sebanyak 14 orang penambang dilaporkan tewas.

    Dilansir AFP, Rabu (15/10/2025), badan-badan bantuan bencana dan militer mengatakan bahwa mereka sedang berupaya mengevakuasi jenazah para pekerja dari sebuah tambang emas di Kota El Callao di negara bagian Bolívar.

    Para pekerja sedang berada di bawah tanah ketika hujan deras turun di wilayah yang berbatasan dengan Guyana dan Brasil. Air membanjiri beberapa lubang tambang.

    “Mereka terkejut,” kata Gubernur Bolívar Yulisbeth Garcia dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa upaya penyelamatan masih terus berlanjut.

    Video yang diunggah di media sosial menunjukkan para pekerja mengangkat beberapa jenazah berlumpur dari tambang.

    “Apa yang kami alami sungguh mengerikan,” ujar Elizabeth Zerpa, yang kehilangan dua kerabatnya dalam bencana tersebut-saudara laki-laki dari keluarga yang sama-kepada AFP.

    Pertambangan emas merupakan tulang punggung perekonomian El Callao, sebuah kota sekitar 800 kilometer di tenggara Caracas. Wilayah ini merupakan rumah bagi sekitar 60.000 penambang.

    Tidak jelas apakah tambang tersebut beroperasi secara legal atau ilegal.

    Kecelakaan mematikan sering terjadi di tambang emas ilegal di seluruh Amerika Selatan. Antara tahun 2023 dan 2024, setidaknya 30 penambang tewas dalam runtuhnya tambang emas di negara bagian Bolivar.

    Lihat juga Video Korban Banjir Meksiko: 64 Orang Meninggal Dunia, 65 Hilang

    (lir/lir)

  • Dia Berbuat Banyak untuk Selesaikan Krisis Dunia

    Dia Berbuat Banyak untuk Selesaikan Krisis Dunia

    Dushanbe

    Presiden Rusia Vladimir Putin melontarkan pujian untuk Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang disebutnya telah “berbuat banyak” untuk menyelesaikan “krisis” dunia. Trump mengucapkan terima kasih untuk pujian yang disampaikan pemimpin Kremlin tersebut.

    Soal Trump yang tidak berhasil meraih Nobel Perdamaian, Putin enggan mengomentari dengan mengatakan bahwa bukan wewenangnya untuk memutuskan apakah Trump layak menerima penghargaan tersebut.

    “Bukan wewenang saya untuk menilai apakah Presiden AS saat ini layak menerima hadiah Nobel — saya tidak tahu,” kata Putin kepada wartawan di sela-sela kunjungannya ke Tajikistan, ketika ditanya apakah Trump layak menerima penghargaan tersebut, seperti dilansir AFP, Sabtu (11/10/2025).

    “Tetapi dia benar-benar telah berbuat banyak untuk menyelesaikan krisis kompleks ini, yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun,” ucapnya merujuk pada Trump.

    Mengenai situasi di kawasan Timur Tengah, Putin mengatakan: “Jika kita berhasil mencapai semua yang diperjuangkan Donald… itu akan menjadi peristiwa bersejarah.”

    Namun Putin juga mengkritik Komite Nobel karena di masa lalu, memberikan hadiah perdamaian kepada “orang-orang yang tidak melakukan apa pun untuk perdamaian”.

    “Menurut pendapat saya, keputusan-keputusan ini telah sangat merusak kredibilitas hadiah ini,” sebut Putin dalam pernyataannya.

    Trump membagikan video komentar Putin tersebut via akun media sosial Truth Social miliknya, dengan mengatakan: “Terima kasih untuk Presiden Putin!”

    Sejak kembali ke Gedung Putih untuk masa jabatan keduanya, Trump berulang kali mengatakan dirinya pantas menerima Nobel Perdamaian atas perannya dalam menyelesaikan berbagai konflik — klaim yang menurut para pengamat, dibesar-besarkan.

    Komite Nobel Norwegia, pada Jumat (10/10), menganugerahkan Nobel Perdamaian kepada pemimpin oposisi Venezuela, Maria Corina Machado, yang mendedikasikan penghargaan tersebut untuk Trump. Machado berterima kasih atas “dukungan tegas” Trump bagi gerakan pro-demokrasi di Venezuela.

    Komite Nobel Norwegia memuji Machado untuk “kerja kerasnya yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan hak-hak demokrasi bagi rakyat Venezuela dan atas perjuangannya untuk mencapai transisi yang adil dan damai dari kediktatoran menuju demokrasi”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Pemimpin Oposisi Venezuela Raih Hadiah Nobel Perdamaian

    Pemimpin Oposisi Venezuela Raih Hadiah Nobel Perdamaian

    Jakarta

    Pemimpin oposisi Venezuela, Maria Corina Machado, meraih Hadiah Nobel Perdamaian 2025 pada hari Jumat (10/10).

    Ia memenangkan penghargaan tersebut “atas kerja kerasnya yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan hak-hak demokrasi bagi rakyat Venezuela dan atas perjuangannya untuk mencapai transisi yang adil dan damai dari kediktatoran menuju demokrasi,” demikian pernyataan Komite Nobel Norwegia dalam kutipannya, dilansir kantor berita Reuters, Jumat (10/10/2025).

    Komite Nobel memilih untuk berfokus pada Venezuela saat ini, di tengah pernyataan publik Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang berulang kali menyatakan bahwa ia layak menerima Hadiah Nobel Perdamaian.

    Menjelang pengumuman, para ahli penghargaan tersebut mengatakan bahwa Trump tidak akan memenangkannya karena ia sedang menghancurkan tatanan dunia internasional yang dijunjung tinggi oleh Komite Nobel.

    Ketua Komite Nobel Jorgen Watne Frydnes mengatakan bahwa Machando adalah pejuang perdamaian yang berani dan berkomitmen. Dia menjaga “nyala api demokrasi di tengah kegelapan yang semakin besar di Venezuela”.

    “Ia telah menyatukan oposisi di negaranya. Ia tak pernah goyah dalam melawan militerisasi masyarakat Venezuela. Ia teguh dalam mendukung transisi damai menuju demokrasi,” ujar Frydnes.

    Hadiah Nobel Perdamaian, senilai 11 juta krona Swedia, atau sekitar US$1,2 juta, dijadwalkan akan dipersembahkan di Oslo, ibu kota Norwegia pada 10 Desember mendatang, bertepatan dengan peringatan wafatnya industrialis Swedia, Alfred Nobel, yang mendirikan penghargaan tersebut dalam surat wasiatnya pada tahun 1895.

    Simak juga Video ‘238 Gangster Venezuela Kiriman Trump Tiba di Penjara El Salvador’:

    (ita/ita)

  • Trump-Maduro Bersitegang, Qatar Ajukan Diri Jadi Mediator AS-Venezuela

    Trump-Maduro Bersitegang, Qatar Ajukan Diri Jadi Mediator AS-Venezuela

    JAKARTA – Qatar mengajukan diri untuk menjadi mediator normalisasi hubungan Amerika Serikat dan Venezuela yang semakin memanas.

    Hal ini dilaporkan surat kabar New York Times pada Kamis, 9 Oktober mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut.

    Qatar berupaya memediasi konflik antara AS dan Venezuela, di tengah upaya Presiden AS Donald Trump membangun kekuatan militer di Karibia dan melancarkan serangan terhadap kapal-kapal sipil, demikian papar laporan tersebut.

    Pemerintahan Venezuela dan Presiden Nicolas Maduro mendukung upaya Qatar, sementara pemerintahan Trump tidak menunjukkan minat terhadap inisiatif tersebut, tambah laporan tersebut, kembali mengutip sumber.

    Dilansir ANTARA, menurut New York Times, Qatar berupaya menjaga saluran komunikasi tetap terbuka antara AS dan Venezuela, ujar seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya kepada surat kabar tersebut.

    Qatar, saat ini, telah menjadi mediator dalam 12 dialog diplomatik internasional yang berbeda, termasuk beberapa yang melibatkan AS dan negara-negara lain, tambahnya.

    Sebelumnya pada Rabu (8/10), Venezuela meluncurkan latihan militer komprehensif yang melibatkan personel militer dan sipil karena ketegangan dengan AS terkait pengerahan kapal perang AS di lepas pantai negara Amerika Selatan itu yang terus meningkat.

    Pada Senin (6/10), surat kabar New York Times melaporkan Trump baru-baru ini telah memerintahkan utusan khususnya, Richard Grenell, untuk menghentikan kontak diplomatik dengan Presiden Maduro dan para pejabat senior Venezuela, yang telah berlangsung sejak Februari.

    Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt pada 19 Agustus, mengatakan Trump siap menggunakan “setiap elemen kekuatan Amerika” untuk memerangi perdagangan narkoba, tanpa mengesampingkan kemungkinan operasi militer di Venezuela.

    Pernyataan tersebut dibuat menyusul laporan Washington mengerahkan lebih dari 4.000 marinir dan pelaut, serta beberapa kapal militer ke perairan lepas Amerika Latin dan Karibia, dengan dalih untuk melawan kartel narkoba.