Negara: Venezuela

  • Brasil Ambil Peran Cegah Amerika dan Venezuela Berperang

    Brasil Ambil Peran Cegah Amerika dan Venezuela Berperang

    Jakarta

    Demi “menghindari konflik bersenjata” antara Washington dan Caracas, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menawarkan diri menjadi mediator antara Amerika Serikat (AS) dan Venezuela. AS dan Venezuela bersitegang beberapa waktu terakhir.

    Seperti dilansir AFP, Sabtu (20/12/2025), Lula da Silva, yang merupakan salah satu pemimpin paling berpengaruh di Amerika Latin, mengatakan kepada wartawan bahwa Brasil “sangat khawatir” tentang krisis yang semakin meningkat antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Venezuela Nicolas Maduro.

    Tokoh sayap kiri berusia 80 tahun itu mengungkapkan bahwa dirinya telah memberitahu Trump jika “masalah tidak akan terselesaikan dengan baku tembak, bahwa lebih baik duduk bersama untuk mencari solusi”.

    Lula da Silva juga mengatakan dirinya telah menawarkan bantuan Brasil kepada kedua pemimpin untuk “menghindari konflik bersenjata di Amerika Latin” dan mungkin akan berbicara lagi dengan Trump sebelum Natal untuk menyampaikan kembali tawarannya.

    “Agar kita dapat mencapai kesepakatan diplomatik dan bukan perang saudara,” ujarnya.

    “Saya siap membantu Venezuela dan AS untuk berkontribusi pada solusi damai di benua kita,” tegas Lula da Silva dalam pernyataannya.

    Pemerintahan Trump menuduh Maduro memimpin kartel perdagangan narkoba. AS telah melancarkan rentetan serangan mematikan terhadap kapal-kapal yang diduga menyelundupkan narkoba, menyita kapal tanker minyak, dan menjatuhkan sanksi kepada kerabat Maduro.

    Trump juga mengawasi pengerahan militer besar-besaran di lepas pantai Venezuela, dan pekan ini mengumumkan blokade terhadap “kapal minyak yang dikenai sanksi” yang berlayar dari dan ke Caracas.

    Sementara Maduro menuduh AS berupaya menggulingkan rezimnya, bukan hanya memerangi perdagangan narkoba.

    Lula da Silva, dalam pernyataannya, mengakui dirinya khawatir tentang apa yang ada di balik operasi militer AS di kawasan Amerika Latin.

    “Ini tidak mungkin hanya tentang menggulingkan Maduro. Apa kepentingan lainnya yang belum kita ketahui?” ucapnya, sembari menambahkan bahwa dirinya tidak mengetahui apakah itu soal minyak Venezuela, atau mineral penting, atau logam tanah jarang.

    “Tidak ada yang pernah mengatakan secara konkret mengapa perang ini diperlukan,” kata Lula da Silva.

    Halaman 2 dari 2

    (kny/jbr)

  • Brasil Ambil Peran Cegah Amerika dan Venezuela Berperang

    Presiden Brasil Tawarkan Diri Jadi Mediator Trump-Maduro Demi Cegah Perang

    Brasilia

    Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menawarkan diri untuk menjadi mediator antara Amerika Serikat (AS) dan Venezuela, yang bersitegang beberapa waktu terakhir. Lula da Silva mengatakan dirinya bersedia menjadi mediator demi “menghindari konflik bersenjata” antara Washington dan Caracas.

    Lula da Silva, yang merupakan salah satu pemimpin paling berpengaruh di Amerika Latin, seperti dilansir AFP, Sabtu (20/12/2025), mengatakan kepada wartawan bahwa Brasil “sangat khawatir” tentang krisis yang semakin meningkat antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Venezuela Nicolas Maduro.

    Tokoh sayap kiri berusia 80 tahun itu mengungkapkan bahwa dirinya telah memberitahu Trump jika “masalah tidak akan terselesaikan dengan baku tembak, bahwa lebih baik duduk bersama untuk mencari solusi”.

    Lula da Silva juga mengatakan dirinya telah menawarkan bantuan Brasil kepada kedua pemimpin untuk “menghindari konflik bersenjata di Amerika Latin” dan mungkin akan berbicara lagi dengan Trump sebelum Natal untuk menyampaikan kembali tawarannya.

    “Agar kita dapat mencapai kesepakatan diplomatik dan bukan perang saudara,” ujarnya.

    “Saya siap membantu Venezuela dan AS untuk berkontribusi pada solusi damai di benua kita,” tegas Lula da Silva dalam pernyataannya.

    Pemerintahan Trump menuduh Maduro memimpin kartel perdagangan narkoba. AS telah melancarkan rentetan serangan mematikan terhadap kapal-kapal yang diduga menyelundupkan narkoba, menyita kapal tanker minyak, dan menjatuhkan sanksi kepada kerabat Maduro.

    Trump juga mengawasi pengerahan militer besar-besaran di lepas pantai Venezuela, dan pekan ini mengumumkan blokade terhadap “kapal minyak yang dikenai sanksi” yang berlayar dari dan ke Caracas.

    Sementara Maduro menuduh AS berupaya menggulingkan rezimnya, bukan hanya memerangi perdagangan narkoba.

    Lula da Silva, dalam pernyataannya, mengakui dirinya khawatir tentang apa yang ada di balik operasi militer AS di kawasan Amerika Latin.

    “Ini tidak mungkin hanya tentang menggulingkan Maduro. Apa kepentingan lainnya yang belum kita ketahui?” ucapnya, sembari menambahkan bahwa dirinya tidak mengetahui apakah itu soal minyak Venezuela, atau mineral penting, atau logam tanah jarang.

    “Tidak ada yang pernah mengatakan secara konkret mengapa perang ini diperlukan,” kata Lula da Silva.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Brasil Ambil Peran Cegah Amerika dan Venezuela Berperang

    Presiden Brasil Tawarkan Diri Jadi Mediator Trump-Maduro Demi Cegah Perang

    Brasilia

    Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menawarkan diri untuk menjadi mediator antara Amerika Serikat (AS) dan Venezuela, yang bersitegang beberapa waktu terakhir. Lula da Silva mengatakan dirinya bersedia menjadi mediator demi “menghindari konflik bersenjata” antara Washington dan Caracas.

    Lula da Silva, yang merupakan salah satu pemimpin paling berpengaruh di Amerika Latin, seperti dilansir AFP, Sabtu (20/12/2025), mengatakan kepada wartawan bahwa Brasil “sangat khawatir” tentang krisis yang semakin meningkat antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Venezuela Nicolas Maduro.

    Tokoh sayap kiri berusia 80 tahun itu mengungkapkan bahwa dirinya telah memberitahu Trump jika “masalah tidak akan terselesaikan dengan baku tembak, bahwa lebih baik duduk bersama untuk mencari solusi”.

    Lula da Silva juga mengatakan dirinya telah menawarkan bantuan Brasil kepada kedua pemimpin untuk “menghindari konflik bersenjata di Amerika Latin” dan mungkin akan berbicara lagi dengan Trump sebelum Natal untuk menyampaikan kembali tawarannya.

    “Agar kita dapat mencapai kesepakatan diplomatik dan bukan perang saudara,” ujarnya.

    “Saya siap membantu Venezuela dan AS untuk berkontribusi pada solusi damai di benua kita,” tegas Lula da Silva dalam pernyataannya.

    Pemerintahan Trump menuduh Maduro memimpin kartel perdagangan narkoba. AS telah melancarkan rentetan serangan mematikan terhadap kapal-kapal yang diduga menyelundupkan narkoba, menyita kapal tanker minyak, dan menjatuhkan sanksi kepada kerabat Maduro.

    Trump juga mengawasi pengerahan militer besar-besaran di lepas pantai Venezuela, dan pekan ini mengumumkan blokade terhadap “kapal minyak yang dikenai sanksi” yang berlayar dari dan ke Caracas.

    Sementara Maduro menuduh AS berupaya menggulingkan rezimnya, bukan hanya memerangi perdagangan narkoba.

    Lula da Silva, dalam pernyataannya, mengakui dirinya khawatir tentang apa yang ada di balik operasi militer AS di kawasan Amerika Latin.

    “Ini tidak mungkin hanya tentang menggulingkan Maduro. Apa kepentingan lainnya yang belum kita ketahui?” ucapnya, sembari menambahkan bahwa dirinya tidak mengetahui apakah itu soal minyak Venezuela, atau mineral penting, atau logam tanah jarang.

    “Tidak ada yang pernah mengatakan secara konkret mengapa perang ini diperlukan,” kata Lula da Silva.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Trump Akui Tak Kesampingkan Perang dengan Venezuela

    Trump Akui Tak Kesampingkan Perang dengan Venezuela

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membiarkan kemungkinan tetap terbuka untuk perang melawan Venezuela. Trump mengatakan bahwa Washington tidak mengesampingkan kemungkinan tindakan militer terhadap Caracas.

    Ketegangan antara Trump dan Presiden Venezuela Nicolas Maduro mencapai titik kritis beberapa waktu terakhir, terutama setelah Presiden AS itu membahas soal kehadiran angkatan laut besar-besaran yang mengepung Caracas dan memerintahkan blokade total terhadap kapal tanker minyak di negara tersebut.

    Saat ditanya dalam wawancara dengan media terkemuka AS, NBC News, soal potensi terjadinya perang dengan Venezuela, seperti dilansir AFP dan Anadolu Agency, Sabtu (20/12/2025), Trump mengatakan: “Saya tidak mengesampingkannya, tidak.”

    Trump menolak untuk mengatakan secara jelas apakah dirinya ingin menggulingkan Maduro, meskipun dalam wawancara sebelumnya dia menyebut kekuasaan Presiden Venezuela itu tinggal “menghitung hari”.

    “Dia (Maduro-red) mengetahui persis apa yang saya inginkan,” ucap Trump, sembari mengisyaratkan penyitaan tambahan terhadap kapal tanker minyak.

    “Dia mengetahui lebih baik daripada siapa pun,” sebutnya.

    Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Marco Rubio juga menolak untuk menjawab secara eksplisit ketika ditanya wartawan soal apakah AS bermaksud menggulingkan rezim Maduro.

    “Jelas bahwa status quo saat ini dengan rezim Venezuela tidak dapat ditoleransi oleh Amerika Serikat,” ucapnya. “Jadi iya, tujuan kami adalah untuk mengubah dinamika itu, dan itulah mengapa presiden melakukan apa yang dia lakukan,” kata Rubio merujuk pada Trump.

    Trump, awal pekan ini, menyatakan bahwa Venezuela “sepenuhnya dikelilingi oleh armada terbesar yang pernah dikumpulkan dalam sejarah Amerika Selatan”. Dia bersumpah bahwa AS akan menghentikan pengiriman minyak Venezuela, yang dia gambarkan sebagai penegakan sanksi yang diberlakukan secara sepihak oleh Washington.

    Rubio menambahkan: “Tidak ada yang akan menghalangi kemampuan kami untuk menegakkan hukum AS dalam hal sanksi.”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Kenapa AS Ingin Gulingkan Rezim Nicolas Maduro di Venezuela?

    Kenapa AS Ingin Gulingkan Rezim Nicolas Maduro di Venezuela?

    Washington DC

    Apakah Amerika Serikat (AS) sedang berusaha menyingkirkan Presiden Venezuela Nicolas Maduro? Jika mengacu kepada wawancara terbaru yang diterbitkan di majalah politik Vanity Fair, jawabannya adalah ya.

    Wawancara tersebut menjadi sorotan pekan ini, di mana kepala staf Presiden AS Donald Trump, Susie Wiles, mengatakan bahwa bosnya “akan terus menenggelamkan kapal-kapal sampai Maduro mengalah”, ungkapnya.

    Penenggelaman itu merujuk pada operasi maritim berskala besar oleh AS untuk menghancurkan kapal-kapal narkoba Venezuela yang konon menyelusup di Karibia.

    Awalnya, Trump menegaskan bahwa fokus kampanye militer di Karibia adalah menghentikan arus narkoba. Ia sejak lama berusaha menutup jalur penyelundup narkoba ke AS, dan pekan ini mendeklarasikan fentanyl, obat penahan sakit yang bikin kecanduan, sebagai “senjata pemusnah massal.”

    Selain itu, sempat muncul spekulasi bahwa narkoba adalah kedok untuk mengintimidasi Venezuela agar menyerahkan konsesi minyak dan logam tanah jarang kepada AS. Trump kini telah memerintahkan blokade terhadap kapal tanker minyak yang disanksi.

    Namun wawancara Wiles mengubah asumsi, atau setidaknya mengurangi spekulasi mengenai tujuan operasi militer AS. Presiden Maduro, yang memimpin Venezuela sejak 2013, menjadi target kampanye Trump.

    “Saya rasa itu bukan tujuan pada Januari tahun ini ketika pemerintahan kedua Trump mulai bekerja,” kata Paul Hare, diplomat Inggris yang sudah pensiun dan mantan Duta Besar, sekarang menjabat sebagai direktur sementara Pusat Studi Amerika Latin di Universitas Boston.

    Selera untuk perubahan?

    Menjatuhkan Maduro bukan perkara mudah, tetapi mungkin lebih mudah bagi pemerintahan Trump dibandingkan konflik di Ukraina atau Gaza.

    Hal ini juga sejalan dengan strategi keamanan nasional pemerintahan Trump kedua, yang menekankan kembali pengaruh AS di Belahan Bumi barat, wilayah yang mencakup seluruh benua Amerika dan barat Eropa.

    Jesus Renzullo, analis politik Amerika Latin di German Institute for Global and Area Studies, mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Trump, Marco Rubio, seorang pembela kebijakan luar negeri yang keras dan lawan kuat rezim Maduro, mungkin melihat peluang untuk menekan Kuba juga.

    Kuba adalah kediktatoran yang secara militer dan ekonomi lebih lemah dan sangat bergantung pada Venezuela untuk pasokan energi.

    “Venezuela adalah satu-satunya kartu liar yang masih bisa diandalkan Kuba yang dekat dengan wilayah mereka, dekat di kawasan ini,” kata Renzullo. “Kuba akan sangat terdampak dan menderita secara ekonomi.”

    Renzullo berpandangan bahwa AS perlu meningkatkan tekanannya terhadap Venezuela secara drastis untuk memaksa perubahan kepemimpinan, sebelum pihak lain mempertimbangkan pemerintahan beralih perhatian ke tempat lain.

    “Fakta bahwa mereka sedang diblokade saja tidak cukup. Caracas sudah pernah mengalami sanksi yang jauh lebih besar selama ‘tekanan maksimum’ pada 2019, dan mereka masih bertahan,” kata Renzullo.

    Hare sendiri tidak melihat adanya upaya besar-besaran AS untuk campur tangan di Amerika Latin selain rezim Maduro.

    “Maduro memang tidak sah, tapi saya pikir ini lebih dianggap sebagai kasus khusus, dan saya rasa tidak akan diikuti dengan agresi ke negara lain,” kata Hare.

    “Saya pikir mereka [pemerintahan Trump] memang benar-benar khawatir dengan ketidaklegalan kehadiran Maduro.”

    Memperhatikan warisan dan menarik pemilih

    Meski rencana pergantian rezim telah terbuka berkat wawancara Wiles di Vanity Fair, motivasinya mungkin tidak sesederhana itu.

    Pemerintahan Trump, khususnya melalui Rubio, telah mendukung oposisi Venezuela, yang dipimpin oleh pemenang Hadiah Nobel Perdamaian baru-baru ini, Maria Corina Machado.

    Machado juga vokal mendukung intervensi Trump di Karibia.

    Namun bagi Trump, rencananya mungkin kurang tentang memasang demokrasi di Venezuela, seperti yang dilakukan presiden AS sebelumnya, melainkan lebih pada kepuasan pribadi menyingkirkan rival politik.

    “Ini bukan soal minyak,” kata Jim Marckwardt, pensiunan letnan kolonel Angkatan Darat AS, kini fakultas co-lead untuk Studi Amerika di Johns Hopkins School of Advanced International Studies.

    “Dan hal lainnya bukan soal demokrasi, setidaknya khusus dalam kasus pemerintahan Trump.”

    Ini mungkin mengejutkan, mengingat Trump pernah mengakui pemimpin oposisi pro-demokrasi Juan Guaido sebagai pemimpin Venezuela pada 2019.

    Namun Maduro tetap berkuasa dan kembali berhasil menghalangi upaya memaksa dirinya keluar dari jabatan, bahkan setelah pemilu Venezuela 2024, yang secara independen diamati dimenangkan oleh pihak oposisi.

    Sebaliknya, Marckwardt mengatakan Trump ingin membangun warisan politiknya.

    “2019 adalah saat krisis Venezuela meledak dengan Juan Guaido, dan itu tidak terselesaikan saat itu. Biden belum menyelesaikannya, dan ada banyak bukti bahwa Trump peduli dengan warisannya,” kata Marckwardt.

    “Dia sudah mencoba menyelesaikan masalah Gaza… dia cukup keras bekerja untuk proses perdamaian antara Ukraina dan Rusia, dan satu yang lebih dekat di hemisfer ini adalah Venezuela, dan saya kira secara arguable lebih mudah untuk diselesaikan.”

    Trump juga melihat popularitasnya menurun dalam jajak pendapat sejak terpilih kembali, termasuk di kalangan diaspora Amerika Latin yang membantu mengantarkannya kembali ke Gedung Putih, dan yang merupakan blok pemilih signifikan di basis kekuatan Trump di Florida.

    “Ini cara mudah untuk menarik diaspora tersebut, yang memiliki konsentrasi besar kekuatan voting di Florida, jadi sebagian juga untuk menyenangkan pemilih itu.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Rahka Susanto
    Editor: Rizki Nugraha

    (nvc/nvc)

  • Harga Minyak Dunia Perkasa usai Trump Tabuh Genderang Perang dengan Venezuela

    Harga Minyak Dunia Perkasa usai Trump Tabuh Genderang Perang dengan Venezuela

    Dikutip dari CNBC, Sabtu (20/12/2025), pada penutupan perdagangan, harga minyak mentah Amerika Serikat atau West Texas Intermediate (WTI) naik 51 sen atau 0,91% ke level USD 56,66 per barel.

    Sementara itu, harga minyak mentah acuan global Brent menguat 65 sen atau 1,09% dan ditutup di posisi USD 60,47 per barel.

    Meski mencatatkan kenaikan, pasar minyak sebenarnya masih dibayangi sentimen bearish. Harga minyak AS sempat menyentuh level terendah dalam empat tahun terakhir pada awal pekan ini.

    Tekanan tersebut muncul seiring ekspektasi pasar terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan damai di Ukraina, yang berpotensi membuka kembali pasokan minyak Rusia ke pasar global. Kondisi ini dinilai dapat menambah suplai di pasar yang saat ini sudah relatif longgar.

    Namun, meningkatnya ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Venezuela kembali menjadi faktor penahan penurunan harga minyak dunia, terutama jika konflik berkembang menjadi eskalasi militer.

     

  • Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Kekhawatiran Gangguan Pasokan

    Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Kekhawatiran Gangguan Pasokan

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak dunia bergerak naik tipis pada perdagangan Kamis, seiring pelaku pasar menilai meningkatnya risiko gangguan pasokan global. Sentimen tersebut dipicu oleh potensi sanksi tambahan Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia, serta ancaman pasokan akibat pemblokiran kapal tanker minyak Venezuela.

    Mengutip CNBC, Jumat (19/12/2025), harga minyak mentah Brent naik 14 sen atau 0,23 persen dan ditutup di level USD 59,82 per barel. Sementara itu, minyak mentah AS jenis West Texas Intermediate (WTI) menguat 21 sen atau 0,38 persen ke posisi USD 56,15 per barel.

    Senior Vice President of Trading BOK Financial, Dennis Kissler, mengatakan kontrak berjangka minyak mentah mulai mencari pijakan dari situasi di Venezuela.

    “Kontrak minyak mentah mencoba mendapatkan dukungan dari pemblokiran ekspor minyak Venezuela. Jika kondisi ini berlanjut, produksi di wilayah tersebut kemungkinan akan terhenti karena tidak ada tujuan pengiriman,” ujarnya.

    Sebelumnya, dilaporkan AS tengah menyiapkan sanksi baru terhadap sektor energi Rusia jika Moskow tidak menyepakati perjanjian damai dengan Ukraina.

    Namun, seorang pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden Donald Trump belum mengambil keputusan terkait sanksi tambahan terhadap Rusia.

     

     

  • Trump Kirim Pasukan AS ke Ekuador untuk Perangi Narkoba

    Trump Kirim Pasukan AS ke Ekuador untuk Perangi Narkoba

    Jakarta

    Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan pengerahan sementara para personel Angkatan Udara ke Ekuador. Langkah ini dilakukan untuk memerangi perdagangan narkoba di salah satu pusat penyelundupan narkoba terbesar di Amerika Latin tersebut.

    Pengerahan pasukan AS ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan produsen minyak Amerika Latin, Venezuela, yang pemimpinnya dituduh Washington melakukan perdagangan narkoba.

    Para personel AS akan ditempatkan di pangkalan angkatan udara Manta di Ekuador, yang berfungsi sebagai pangkalan AS selama satu dekade hingga tahun 2009.

    Sebelumnya, warga Ekuador pada bulan November lalu secara besar-besaran menolak upaya Presiden Daniel Noboa untuk mencabut larangan pangkalan militer asing di negara tersebut.

    Menurut kedutaan besar AS di Quito, ibu kota Ekuador, penempatan ini adalah “operasi sementara bersama Angkatan Udara Ekuador di Manta.”

    “Upaya bersama jangka pendek” ini akan “meningkatkan kapasitas pasukan militer Ekuador untuk memerangi teroris narkoba, termasuk memperkuat pengumpulan intelijen dan kemampuan anti-perdagangan narkoba, dan dirancang untuk melindungi Amerika Serikat dan Ekuador dari ancaman yang kita hadapi bersama,” kata kedutaan besar tersebut, dilansir kantor berita AFP, Kamis (18/12/2025).

    Pelabuhan Guayaquil dan Manta telah menjadi titik keluar utama untuk kokain yang diproduksi di negara tetangga Kolombia dan Peru.

    Noboa yang berhaluan kanan, berpendapat bahwa Ekuador membutuhkan bantuan dari luar negeri untuk melawan geng-geng yang bersaing untuk menguasai rute perdagangan narkoba.

    (ita/ita)

  • Harga Perak Antam Hari Ini 18 Desember 2025 Melambung Rp 1.300

    Harga Perak Antam Hari Ini 18 Desember 2025 Melambung Rp 1.300

    Sebelumnya, harga perak dan emas mencatat kenaikan pada perdagangan Rabu, 17 Desember 2025. Kenaikan harga emas dipicu harapan penurunan suku bunga oleh the Federal Reserve (the Fed) kembali muncul setelah tanda-tanda pasar tenaga kerja yang lemah dan meningkatnya ketegangan Amerika Serikat (AS)-Venezuela meningkatkan permintaan aset safe haven.

    Harga emas di pasar spot naik 0,7% menjadi USD 4.332,21 per ounce pada pukul 12.10 siang ET, setelah naik lebih dari 1% sebelumnya pada hari itu. Harga kontrak berjangka emas AS juga menguat 0,7% menjadi USD 4.364.

    Sementara itu, harga perak melampaui USD 66 per ounce dan menyentuh rekor tertinggi. Harga perak spot naik sekitar 4% menjadi USD 66,3 per ounce, setelah menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di USD 66,51.

    “Perak menarik emas bersamanya, ada beberapa rotasi uang yang keluar dari emas dan masuk ke perak, platinum, dan paladium,” ujar Analis Marex, Edward Meir.

    Ia menuturkan, target harga perak berikutnya di USD 70 per ounce menjadi target logis berikutnya dalam jangka pendek. Harga perak sudah naik 126% pada 2025, dan melampaui emas yang mencatat kenaikan tahunan sebesar 65%.

    Pada Selasa, data menunjukkan peningkatan lapangan kerja yang lebih kuat dari perkiraan, yaitu 64.000 pekerjaan di AS bulan lalu, tetapi tingkat pengangguran naik menjadi 4,6%, level tertinggi sejak September 2021.

     

  • Harga Emas Antam Hari Ini 18 Desember 2025 Kembali Cetak Rekor, Simak Rinciannya di Sini

    Harga Emas Antam Hari Ini 18 Desember 2025 Kembali Cetak Rekor, Simak Rinciannya di Sini

    Sebelumnya, harga perak dan emas mencatat kenaikan pada perdagangan Rabu, 17 Desember 2025. Kenaikan harga emas dipicu harapan penurunan suku bunga oleh the Federal Reserve (the Fed) kembali muncul setelah tanda-tanda pasar tenaga kerja yang lemah dan meningkatnya ketegangan Amerika Serikat (AS)-Venezuela meningkatkan permintaan aset safe haven.

    Harga emas di pasar spot naik 0,7% menjadi USD 4.332,21 per ounce pada pukul 12.10 siang ET, setelah naik lebih dari 1% sebelumnya pada hari itu. Harga kontrak berjangka emas AS juga menguat 0,7% menjadi USD 4.364.

    Sementara itu, harga perak melampaui USD 66 per ounce dan menyentuh rekor tertinggi. Harga perak spot naik sekitar 4% menjadi USD 66,3 per ounce, setelah menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di USD 66,51.

    “Perak menarik emas bersamanya, ada beberapa rotasi uang yang keluar dari emas dan masuk ke perak, platinum, dan paladium,” ujar Analis Marex, Edward Meir.

    Ia menuturkan, target harga perak berikutnya di USD 70 per ounce menjadi target logis berikutnya dalam jangka pendek. Harga perak sudah naik 126% pada 2025, dan melampaui emas yang mencatat kenaikan tahunan sebesar 65%.

    Pada Selasa, data menunjukkan peningkatan lapangan kerja yang lebih kuat dari perkiraan, yaitu 64.000 pekerjaan di AS bulan lalu, tetapi tingkat pengangguran naik menjadi 4,6%, level tertinggi sejak September 2021.