Negara: Uni Eropa

  • Siap-siap Trump Ngamuk Lagi! Ada Negara Bakal Digetok Tarif Impor 70%

    Siap-siap Trump Ngamuk Lagi! Ada Negara Bakal Digetok Tarif Impor 70%

    Jakarta

    Pada 9 April lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan menunda selama tiga bulan penerapan tarif impor balasan (resiprokal). Negara-negara yang terdampak kebijakan tersebut diberi kesempatan negosiasi dengan Pemerintah AS hingga 9 Juli 2025

    Jika kata sepakat tak tercapai hingga batas waktu tersebut maka harus siap menghadapi tarif impor lebih tinggi.

    Jelang tenggat waktu berakhir, Gedung Putih bersiap menyampaikan pesan kepada sekitar selusin negara. AS seakan memperingatkan bahwa waktu mulai habis dan ada tarif baru yang akan berlaku.

    Pada Jumat pagi (4/7/2025), Trump menegaskan dia akan mengirim pemberitahuan ke 10 sampai 12 negara per hari. Isinya adalah tarif baru yang akan mulai diberlakukan pada 1 Agustus.

    “Nilainya bervariasi, mungkin ada yang dikenakan tarif 60% sampai 70%, ada juga yang 10% atau 20%. Kita sudah siapkan format akhirnya. Intinya menjelaskan berapa tarif yang harus dibayar tiap negara,” ujarnya, dikutip dari CNN, Sabtu (5/7/2025).

    Sebelumnya, Trump telah menetapkan tarif resiprokal hingga 50% untuk sebagian besar mitra dagang AS. Jadi tarif baru sebesar 60% atau 70% jelas lebih tinggi dari itu.

    Keputusan ini membuat pasar saham AS jatuh ke zona bearish, sementara obligasi dan dolar AS ikut tertekan. Pasar saham dan obligasi di AS tutup karena Hari Kemerdekaan, tapi pasar saham global langsung turun.

    Belum jelas negara mana saja yang akan menerima surat tarif itu. Tapi Trump pernah menyebut beberapa mitra dagang seperti Uni Eropa dan Jepang yang dianggap terlalu menekan dalam negosiasi.

    Trump juga mengancam akan mengirim surat ke Jepang yang disebutnya manja dan menetapkan tarif hingga 35%. Meski begitu, bisa jadi itu hanya taktik nego, dan belum bisa dipastikan apakah negara-negara itu termasuk yang kena tarif baru.

    Trump berharap surat-surat tersebut sudah dikirim sebelum batas waktu internal pemerintah, yaitu 9 Juli. Namun pemerintah sempat mengatakan tenggat itu bisa fleksibel jika ada negara yang benar-benar serius bernegosiasi.

    Seorang diplomat Uni Eropa mengatakan bahwa mereka sedang berada di tengah negosiasi yang sangat sulit, dan kemungkinan akan berlanjut hingga akhir pekan menjelang batas waktu itu. Diplomat yang enggan disebutkan namanya itu mengaku belum tahu apakah tenggat 9 Juli akan diperpanjang jika kesepakatan belum tercapai.

    Sementara itu, Juru bicara perdagangan dari Komisi Eropa, Olof Gill, belum mau membagikan rincian negosiasi karena prosesnya masih dalam tahap yang sangat sensitif.

    Tenggat Waktu Fleksibel

    Di sisi lain, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt menjelaskan bahwa tenggat waktu negosiasi sebenarnya tidak kaku, khususnya untuk negara-negara yang masih dalam proses pembicaraan dan belum mencapai kesepakatan seperti India.

    Hal itu juga ditegaskan oleh Menteri Keuangan Scott Bessent. Ia mengatakan negosiasi bisa saja selesai paling lambat Hari Buruh (Labor Day) yang jatuh pada 1 September 2025. Artinya ada kemungkinan waktu tambahan dibanding tenggat resmi 9 Juli.

    Namun Trump tampaknya mengoreksi sendiri pernyataan itu pada hari Jumat. Saat ditanya apakah masih ada kelonggaran untuk tenggat tarif, ia menjawab tidak ada.

    “Mereka akan mulai membayar tarif pada 1 Agustus. Uangnya akan mulai masuk ke Amerika Serikat sejak tanggal itu, hampir semuanya,” ujar Trump.

    Meski begitu, sehari sebelumnya Bessent memperkirakan akan ada gelombang kesepakatan sebelum 9 Juli. Bagi negara-negara yang belum mencapai kesepakatan, masih ada kemungkinan sekitar 100 negara hanya akan dikenakan tarif minimum sebesar 10%.

    (ily/hns)

  • Pengusaha Minta Indonesia Tetap Komitmen pada Energi Hijau – Page 3

    Pengusaha Minta Indonesia Tetap Komitmen pada Energi Hijau – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI), Anggawira, meminta pemerintah untuk tetap bertahan pada komitmen di jalur energi hijau.

    Di tengah seruan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang bakal kembali mendorong penggunaan energi fosil, dengan slogan, “Drill, Baby, Drill.”

    Anggawira mengatakan, meskipun Washington DC melalui kebijakan One Big Beautiful Bill Act (OBBBA) mencabut berbagai insentif energi bersih dan memperkuat eksploitasi minyak dan gas AS, mayoritas negara dunia justru mempercepat transisi energi.

    Ia mencontohkan Uni Eropa, yang tetap berkomitmen pada CBAM (Carbon Border Adjustment Mechanism) yang akan mengenakan pajak karbon pada barang ekspor dari negara yang tidak menerapkan standar rendah emisi.

    Kemudian China, dengan Belt and Road Initiative bakal mengedepankan green infrastructure dan investasi energi bersih. Termasuk negara-negara ASEAN seperti Vietnam dan Thailand, yang semakin agresif mengadopsi solar PV, EV, dan green hydrogen untuk menarik investor industri bersih.

    “Kesimpulannya, OBBBA bersifat domestik dan temporer, sedangkan arah global sudah mengunci jalur transisi energi,” ujar Anggawira kepada Liputan6.com, Sabtu (5/7/2025).

    Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batubara Indonesia (Aspebindo) tersebut menilai, Indonesia punya modal energi baru terbarukan (EBT) yang sangat besar, sehingga sayang untuk diabaikan. 

  • Trump Teken Surat Tawaran Negosiasi Tarif untuk 12 Negara

    Trump Teken Surat Tawaran Negosiasi Tarif untuk 12 Negara

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan bahwa dia telah menandatangani surat kepada 12 negara yang menguraikan berbagai tingkat tarif yang akan mereka hadapi atas barang yang mereka ekspor ke Negeri Paman Sam.

    Isi surat ini memberikan tawaran “terima atau tinggalkan” dan akan dikirimkan pada hari Senin depan (7/7/2025).

    Trump, yang berbicara kepada wartawan di atas Air Force One saat dia melakukan perjalanan ke New Jersey, menolak menyebutkan nama negara yang terlibat, dengan mengatakan bahwa hal itu akan diumumkan kepada publik pada hari Senin.

    Trump sebelumnya pada hari Kamis mengatakan kepada wartawan bahwa ia mengharapkan surat pertama akan dikirimkan pada hari Jumat, hari libur nasional di Amerika Serikat, meskipun tanggalnya sekarang telah berubah.

    Dalam perang dagang global yang telah menjungkirbalikkan pasar keuangan dan memicu perebutan di antara para pembuat kebijakan untuk menjaga ekonomi mereka, Trump pada bulan April mengumumkan tarif dasar 10% dan jumlah tambahan untuk sebagian besar negara, beberapa berkisar setinggi 50%.

    Namun, semua kecuali tarif dasar 10% kemudian ditangguhkan selama 90 hari untuk memberikan lebih banyak waktu bagi negosiasi untuk mengamankan kesepakatan.

    Periode tersebut berakhir pada 9 Juli mendatang, meskipun Trump pada Jumat pagi mengatakan tarif bisa lebih tinggi lagi – berkisar hingga 70% – dengan sebagian besar akan mulai berlaku pada 1 Agustus.

    “Saya menandatangani beberapa surat dan akan dikirim pada Senin, mungkin dua belas,” kata Trump, ketika ditanya tentang rencananya terkait tarif,” paparnya dikutip dari Reuters.

    “Jumlah uang yang berbeda, jumlah tarif yang berbeda,” sambungnya.

    Trump dan para menteri utamanya awalnya mengatakan mereka akan memulai negosiasi dengan sejumlah negara mengenai tarif, tetapi presiden AS tampaknya telah kecewa dengan proses tersebut setelah berulang kali mengalami kemunduran dengan mitra dagang utama, termasuk Jepang dan Uni Eropa.

    Dia menyinggung hal itu secara singkat pada Jumat malam, mengatakan kepada wartawan: “Surat-surat itu lebih baik … jauh lebih mudah untuk mengirim surat.”

    Sayangnya, dia tidak menanggapi prediksinya bahwa beberapa perjanjian perdagangan yang lebih luas dapat dicapai sebelum batas waktu 9 Juli.

    Pergeseran dalam strategi Gedung Putih mencerminkan tantangan dalam menyelesaikan perjanjian perdagangan pada segala hal mulai dari tarif hingga hambatan non-tarif seperti larangan impor pertanian, dan terutama pada proses yang dipercepat.

    Sebagian besar perjanjian dagang di masa lalu membutuhkan negosiasi selama bertahun-tahun untuk diselesaikan.

    Satu-satunya perjanjian dagang yang dicapai hingga saat ini adalah dengan Inggris, yang mencapai kesepakatan pada bulan Mei untuk mempertahankan tarif 10% dan memperoleh perlakuan istimewa untuk beberapa sektor termasuk mobil dan mesin pesawat terbang.

    Kemudian, dengan Vietnam, AS memangkas tarif pada banyak barang Vietnam menjadi 20% dari yang sebelumnya diancam sebesar 46%. Pasalnya, banyak produk AS akan diizinkan masuk ke Vietnam bebas bea.

    (haa/haa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 7 Update Perang Dagang AS, Trump Mulai Melunak

    7 Update Perang Dagang AS, Trump Mulai Melunak

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan perubahan besar dalam pendekatan perdagangan global negaranya dengan mengesampingkan rencana semula untuk melakukan puluhan kesepakatan dagang bilateral.

    Sebagai gantinya, mulai Jumat (4/7/2025), Washington akan mengirimkan surat resmi kepada negara-negara mitra dagang untuk memberitahukan tarif impor baru yang akan mereka hadapi saat memasukkan barang ke pasar AS.

    “Kami punya lebih dari 170 negara, dan berapa banyak kesepakatan yang bisa kita buat? Itu sangat jauh lebih rumit,” ujar Trump, seperti dilansir Reuters.

    Trump menyebutkan bahwa surat tersebut akan dikirim dalam kelompok 10 negara sekaligus, dengan tarif yang ditetapkan dalam kisaran 20% hingga 30%. Langkah ini menandai penyimpangan dari janji sebelumnya yang ambisius, yakni menyusun hingga 90 perjanjian dagang dalam 90 hari.

    Berikut update lain terkait perang dagang Trump, seperti dikutip CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Jumat.

    AS Longgarkan Ekspor ke China

    AS mulai melonggarkan pembatasan ekspor ke China, termasuk untuk perangkat lunak desain chip dan etana. Langkah ini menandai meredanya ketegangan dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, menyusul kesepakatan awal pada Mei untuk menyusun kerangka kerja menuju perjanjian dagang yang lebih luas.

    Perusahaan teknologi AS seperti Synopsys (SNPS) dan Cadence (CDNS) kini telah diizinkan kembali menjual perangkat lunak desain chip ke pelanggan di China. Selain itu, larangan ekspor etana yang diberlakukan beberapa minggu lalu juga telah dicabut.

    Vietnam Dapat Kesepakatan dari AS

    Trump pada Rabu mengumumkan telah mencapai kesepakatan dagang dengan Vietnam. Berdasarkan kesepakatan itu, tarif impor atas barang-barang Vietnam akan ditetapkan sebesar 20%, jauh lebih rendah dibanding ancaman tarif 46% pada April lalu.

    Namun, Trump menegaskan barang Vietnam yang merupakan hasil “rerouting” dari negara lain, seperti China, akan dikenakan tarif lebih tinggi, yakni hingga 40%. Sebagai imbalannya, banyak produk asal AS akan dibebaskan dari bea masuk saat masuk ke Vietnam.

    Jepang Disorot, Ancaman Tarif Meningkat

    Trump menyatakan bahwa pembicaraan dagang dengan Jepang memburuk dan menyebut akan menaikkan tarif menjadi “30%, 35%, atau berapa pun angka yang kami tetapkan,” melebihi tarif dasar “Hari Pembebasan” sebesar 24%.

    “Mereka sangat tangguh. Anda harus mengerti, mereka sangat manja,” ujar Trump saat mengomentari sikap Jepang.

    Uni Eropa Cari Celah Tarif 10%

    Uni Eropa telah menyatakan kesediaannya menerima tarif universal sebesar 10% untuk sebagian besar ekspor ke AS. Namun, blok tersebut meminta pengecualian untuk produk farmasi, alkohol, semikonduktor, dan pesawat komersial.

    Menurut penasihat perdagangan AS, Bessent, negosiasi dengan Uni Eropa akan berlanjut hingga akhir pekan. Sementara itu, Trump masih mengancam akan memberlakukan tarif hingga 50% bagi blok tersebut jika tak tercapai kesepakatan.

    Kanada Cabut Pajak Digital, Lanjutkan Pembicaraan

    Kanada memutuskan untuk membatalkan pajak layanan digital yang sebelumnya ditujukan pada raksasa teknologi AS. Keputusan ini membuka jalan untuk melanjutkan pembicaraan dagang dengan Washington, setelah sebelumnya Trump mengancam menghentikannya. Kedua negara kini menargetkan kesepakatan final pada pertengahan Juli.

    Mercedes hingga LVMH Tekan Uni Eropa agar Luluh Hadapi Tarif Trump

    Sejumlah perusahaan raksasa Eropa seperti Mercedes-Benz Group AG dan LVMH dilaporkan melemahkan posisi negosiasi Uni Eropa terhadap ancaman tarif Presiden AS Donald Trump.

    Menurut laporan Bloomberg News, para eksekutif dari industri otomotif dan barang mewah telah menggelar pertemuan tertutup dengan pejabat AS demi melindungi kepentingan bisnis mereka.

    Mereka juga mendesak pemerintah Eropa dan Brussels untuk segera mencapai kesepakatan dagang, bahkan menyarankan agar produk-produk ikonik AS, seperti bourbon, dihapus dari daftar barang yang akan dibalas tarif, guna mencegah eskalasi lebih lanjut.

    Dorongan ini muncul karena kekhawatiran perusahaan terhadap potensi kerugian besar dan ancaman tarif 50% dari AS yang akan berlaku pada hampir seluruh impor dari Uni Eropa jika kesepakatan tak tercapai sebelum tenggat 9 Juli.

    Bessent: Sekitar 100 Negara Terancam Kena Tarif Timbal Balik 10%

    Menteri Keuangan AS, Bessent, memperingatkan bahwa sekitar 100 negara kemungkinan akan dikenakan tarif “timbal balik” sebesar 10% jika tidak mencapai kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat sebelum tenggat waktu 9 Juli.

    “Kita akan melihat bagaimana Presiden ingin memperlakukan negara-negara yang sedang bernegosiasi, apakah ia menilai mereka beritikad baik atau tidak,” ujar Bessent kepada Bloomberg TV.

    “Saya pikir sekitar 100 negara akan dikenakan tarif minimum 10%, dan dari situ, semuanya akan berkembang. Jadi, kita akan melihat banyak aksi dalam beberapa hari ke depan,” tambahnya.

    Saat berbicara di CNBC pada Kamis, Bessent menegaskan bahwa keputusan memperpanjang tenggat waktu sepenuhnya ada di tangan Presiden Trump.

    “Kami akan mengikuti arahan Presiden. Dialah yang akan menentukan apakah negara-negara itu bernegosiasi dengan sungguh-sungguh atau tidak,” katanya. “Saya tidak akan memberikan perpanjangan tarif 10% di televisi nasional, sementara mereka sendiri belum menunjukkan upaya serius untuk mencapai kesepakatan.”

    Peringatan ini disampaikan di tengah semakin dekatnya batas waktu 9 Juli, saat tarif baru akan diberlakukan bagi negara-negara yang belum memiliki perjanjian dagang dengan AS.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 24 Nama Calon Dubes Beredar, DPR: Daftar Resmi Keluar Besok

    24 Nama Calon Dubes Beredar, DPR: Daftar Resmi Keluar Besok

    Jakarta, Beritasatu.com – Sebanyak 24 nama calon duta besar (dubes) Indonesia untuk berbagai negara beredar luas di kalangan wartawan, Jumat (4/7/2025). Meski begitu, Komisi I DPR belum memberikan konfirmasi atas keabsahan daftar tersebut.

    Anggota Komisi I DPR, Nico Siahaan menegaskan, daftar resmi baru akan diterima oleh DPR pada Sabtu (5/7/2025) pagi. Ia menolak memastikan kebenaran nama-nama yang sudah lebih dahulu beredar.

    “Kami belum dapat daftar aslinya, baru akan dikeluarkan besok pagi,” kata Nico Siahaan saat dikonfirmasi Beritasatu.com.

    Selain itu, menurut Nico, proses fit and proper test untuk para calon dubes tersebut juga akan dilakukan esok hari, begitu daftar resmi diterbitkan oleh pemerintah.

    Daftar 24 Nama Calon Dubes yang Beredar

    Berikut ini adalah nama-nama 24 calon dubes yang disebut dalam dokumen yang belum terkonfirmasi kebenarannya:

    Judha Nugraha – Uni Emirat Arab (Abu Dhabi)Yusron Ambari – Aljazair (Alger)Berlian Helmy – Azerbaijan (Baku)Hari Prabowo – Thailand (Bangkok)Abdul Kadir Jaelani – Jerman (Berlin)Andhika Chrisnayudhanto – Brasil (Brasilia)Redianto Heru Nurcahyo – Slowakia (Bratislava)Andi Rachmianto – Uni Eropa (Brussel)Lukman Hakim – Suriah (Damascus)Laurentius Amrih Jinangkung – Belanda (Den Haag)Listyowati – Bangladesh (Dhaka)Syahda Guruh Langkah Samudera – Qatar (Doha)Adam Mulawarman Tugio – Vietnam (Hanoi)Kuncoro Giri Waseso – Mesir (Kairo)Raden Dato Mohammad Iman Hascarya Kusumo – Malaysia (Kuala Lumpur)Andi Rahadian – Oman (Muscat)Okto Dorinus Manik – Papua Nugini (Port Moresby)Sidharto Reza Suryodipuro – PTRI JenewaUmar Hadi – PTRI New YorkGina Yoginda – Korea Utara (Pyongyang)Imam A’sari – Ekuador (Quito)Letjen (Purn) Hotmangaradja Panjaitan – SingapuraNurmala Kartini Sjahrir – Jepang (Tokyo)Dwisuryo Indroyono Soesilo – Amerika Serikat (Washington D.C.)

    Meski daftar tersebut telah beredar, publik diimbau menunggu pengumuman resmi dari pihak terkait. Pemerintah dan Komisi I DPR akan memastikan kesesuaian nama-nama calon dubes dalam rapat resmi pada Sabtu (5/7/2025).

    DPR, melalui Komisi I, memiliki wewenang untuk melakukan fit and proper test atau uji kelayakan dan kepatutan terhadap calon dubes, sebelum mereka disahkan presiden dan dilantik secara resmi.

  • Ponsel Samsung Tahan Dua Kali Lebih Banyak Pengisian Dibanding Pixel dan iPhone

    Ponsel Samsung Tahan Dua Kali Lebih Banyak Pengisian Dibanding Pixel dan iPhone

    JAKARTA – Label energi terbaru dari Uni Eropa mengungkap informasi menarik soal daya tahan baterai ponsel pintar: Samsung unggul jauh dibanding pesaingnya, dengan beberapa perangkatnya mampu bertahan hingga 2.000 siklus pengisian daya — dua kali lipat dari Pixel dan iPhone.

    Uni Eropa baru-baru ini mewajibkan produsen ponsel untuk mencantumkan label energi yang mencakup efisiensi daya, ketahanan perangkat keras, dan — yang paling menonjol — jumlah siklus pengisian daya yang dapat ditanggung baterai sebelum mulai menurun secara signifikan.

    Samsung Paling Tangguh

    Berdasarkan data dari European Product Registry for Energy Labelling (EPREL), Samsung menempati posisi teratas. Berikut adalah beberapa model Samsung dan daya tahannya:

    2.000 siklus: Galaxy S25, S25 Plus, S25 Ultra, S25 Edge, S24, S24 FE, Galaxy A56, A36, Galaxy XCover7 dan XCover7 Pro, Tab Active5 dan Active5 Pro, serta Tab S10 series dan Tab S10 FE.

    1.200 siklus: Galaxy A26, A16.

    Sementara itu, merek-merek besar lainnya memiliki daya tahan baterai sebagai berikut:

    Google Pixel: 1.000 siklus untuk semua model Pixel 9 dan Pixel 8a.

    Apple: iPhone 16 Pro Max hingga iPad Air M3 — semua tercatat hanya 1.000 siklus.

    Motorola: 1.000–1.200 siklus, bahkan ada yang hanya 800 siklus (seperti Moto G55).

    Fairphone: 1.300 siklus (Fairphone 5), 1.000 siklus (Gen 6).

    Nothing: 1.400 siklus untuk Phone 3 series dan CMF Phone 2 Pro.

    Sony: Xperia 1 VII tercatat di 1.400 siklus.

    OnePlus: OnePlus 13R mendapat 1.200 siklus, sementara OnePlus 13 hanya 1.000 siklus.

    Mengapa Samsung Bisa Unggul?

    Masih menjadi pertanyaan besar bagaimana Samsung berhasil mencapai angka 2.000 siklus di banyak perangkatnya. Bisa jadi ini terkait dengan rekayasa baterai yang lebih maju atau penggunaan material dan sistem pengelolaan daya yang lebih efisien. Namun, produsen sejauh ini belum memberikan rincian teknis resmi yang menjelaskan keunggulan ini.

    Perbedaan teknologi baterai juga bisa berperan. Misalnya, OnePlus menggunakan baterai silikon-karbon di OnePlus 13, yang meski canggih, tetap hanya diklaim mampu bertahan 1.000 siklus.

    Program label energi dari Uni Eropa ini menjadi langkah maju dalam transparansi konsumen. Kini, pembeli bisa mengetahui sejak awal seberapa lama baterai mereka bisa bertahan dalam penggunaan aktif. Namun, data ini tetap perlu dilengkapi dengan pemahaman tentang bagaimana siklus pengisian ini dihitung dalam praktik nyata.

    Dengan daya tahan baterai menjadi isu yang semakin penting di era ponsel modern, mungkin sudah saatnya semua produsen lebih terbuka dalam menyampaikan spesifikasi ini kepada pengguna mereka.

  • Facebook Tiba-Tiba Minta Izin Intip Foto di Kamera HP

    Facebook Tiba-Tiba Minta Izin Intip Foto di Kamera HP

    Jakarta, CNBC Indonesia – Facebook dikabarkan meminta akses untuk melihat foto. Tujuannya untuk menyarankan foto saat akan diedit menggunakan AI.

    Tech Crunch melaporkan akses foto akan muncul saat pengguna membuat Story baru di aplikasi. Nantinya akan muncul pesan pop-up untuk meminta izin akses tersebut.

    Pesan tersebut akan menanyakan apakah pengguna memilih pemrosesan awan (cloud processing) untuk mengizinkan “fitur saran” dari Facebook, dikutip Jumat (4/7/2025).

    Jika diizinkan, pengguna akan melihat sederet saran pengeditan foto, mulai dari kolase, ringkatsan, penataan ulang AI atau tema foto.

    Laporan yang sama menyebutkan Facebook akan mengunggah media dari rol kamera ke cloud atau dalam hal ini server secara berkelanjutan. Hal tersebut berdasarkan informasi seperti waktu, lokasi atau tema.

    Pesan juga menyebutkan izin tersebut hanya terkait saran pengedit. Facebook mengklaim akses bukan untuk iklan bertarget untuk penggunanya.

    Perlu dicatat, jika izin ini akan membuat pengguna menyetujui Persayaratan Layanan AI Meta. Yakni media dan fitur wajah pengguna akan dianalisa oleh AI.

    Informasi tanggal, lokasi dan objek foto juga akan digunakan untuk menyusun ide kreatif pengeditan.

    Juru bicara Meta, maria Cubeta mengonfirmasi keberadaan fitur ini. Namun fitur masih dalam tahap uji coba dan saran yang diberikan hanya bersifat opsional.

    “Saran-saran ini hanya bersifat opt-in dan hanya diperlihatkan kepada Anda, kecuali memutuskan membagikannya, dan dapat dinonaktifkan,” ujarnya.

    Kebijakan baru ini berkembang dari kiriman dan foto publik pengguna yang sudah digunakan untuk melatih AI milik Meta. Tech Spot mencatat pelatihan tersebut dilakukan sejak 2024 lalu.

    Untuk pengguna di AS, Tech Spot mengatakan satu-satunya cara tidak mengizinkan foto tersebut untuk AI adalah dengan membuatnya bersifat pribadi.

    Sementara pengguna di Uni Eropa dan Inggris memiliki opsi untuk tidak memberikan izin. Namun Tech Spot menyebutkan prosesnya dipersulit.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Mendag: IA-CEPA tunjukkan komitmen RI-Australia perdalam hubungan

    Mendag: IA-CEPA tunjukkan komitmen RI-Australia perdalam hubungan

    Semakin banyak kita mempunyai perjanjian dagang, maka akses pasar kita (ke negara lain) semakin bagus,

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Perdagangan RI Budi Santoso mengatakan, Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) menunjukkan komitmen antara kedua negara dalam meningkatkan hubungan yang saling menguntungkan.

    “Lima tahun ini kita evaluasi, nanti rencana tahun depan juga bisa kita review (tinjau), perjanjiannya kita lihat apakah implementatif dan sebagainya,” kata Budi di sela-sela acara peringatan “Lima Tahun Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA)” di Jakarta, Kamis.

    Budi menekankan bahwa pelaksanaan tinjauan perjanjian dagang tersebut tidak hanya dilakukan dengan Australia, tetapi ke semua negara yang memiliki perjanjian dagang dengan Indonesia.

    Menurutnya, sejauh ini Indonesia sudah melaksanakan 19 perjanjian dagang, 10 perjanjian sedang dalam proses ratifikasi, dan 16 lainnya masih dalam proses perundingan.

    “Semakin banyak kita mempunyai perjanjian dagang, maka akses pasar kita (ke negara lain) semakin bagus,”ujarnya.

    Budi juga mengatakan bahwa perjanjian dagang yang perundingannya sudah selesai tahun ini, yaitu Kanada, Uni Ekonomi Eurasia (EAEU), Tunisia, serta Uni Eropa (EU).

    Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) diberlakukan pada 5 Juli 2020, dan sejak saat itu, perdagangan bilateral antara kedua negara menunjukkan peningkatan sebesar dua kali lipat.

    Perdagangan gabungan barang dan jasa tumbuh dari 17,7 miliar dolar Australia (sekitar Rp188,7 triliun) pada 2019 menjadi 35,4 miliar dolar Australia (sekitar Rp377,4 triliun) pada 2024.

    Kini, Indonesia mengekspor lebih banyak barang dan jasa ke Australia, dan mencatat surplus perdagangan dengan Australia sebesar 3,13 miliar dolar Australia (sekitar Rp33,3 triliun) pada 2024.

    Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Mendag Targetkan IEU-CEPA Rampung Tahun Ini

    Mendag Targetkan IEU-CEPA Rampung Tahun Ini

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan sebanyak empat perjanjian perdagangan akan selesai tahun ini. Salah satunya adalah Indonesia dan Uni Eropa atau Indonesia—European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU—CEPA).

    Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan perjanjian dagang IEU—CEPA dan lainnya tengah dalam proses administrasi, sehingga ditargetkan rampung di tahun ini.

    Selain IEU—CEPA, perjanjian Indonesia—Canada CEPA, Indonesia—Eurasian Economic Union Free Trade Area (I—EAEU FTA), hingga Indonesia—Tunisia Preferential Trade Agreement (Indonesia—Tunisia PTA) juga tengah dalam proses administrasi.

    “Kanada kan tinggal tanda tangan, sekarang lagi proses ratifikasi. Eurasia I—EAEU sudah selesai. Kemudian IEU—CEPA juga sudah. Tunisia tinggal tanda tangan. Sebenarnya 4 [perjanjian dagang] ini selesai tahun ini,” kata Budi saat ditemui di Jakarta, Kamis (3/7/2025).

    Menurutnya, perjanjian dagang ini telah menimbulkan dampak psikologis meski belum diimplementasikan. Hal ini terlihat dari penjajakan bisnis (business matching) yang sudah berjalan, seperti Kanada.

    “Joint statement dia [Kanada] membawa banyak misi dagang. Karena mereka tahu bahwa ke depan hubungan kita semakin dekat, sehingga dia harus dimulai dari sekarang. Nah itu secara psikologis bagus,” ujarnya.

    Hingga saat ini, Kemendag telah mengantongi 19 perjanjian dagang yang telah terimplementasi, 10 perjanjian dagang yang sedang proses ratifikasi, dan 16 perjanjian dagang dalam proses perundingan.

    “Jadi semakin banyak kita mempunyai perjanjian dagang maka akses pasar kita semakin bagus, ekspor kita mudah-mudahan meningkat,” ujarnya.

    Namun, Budi menjelaskan bahwa Kemendag tetap melakukan evaluasi terhadap setiap perjanjian perdagangan. Dalam hal ini, pemerintah melakukan evaluasi setiap perjanjian perdagangan yang sudah terimplementasi untuk mendapatkan output terbaik bagi perdagangan internasional.

    Sebab, dia menyebut, perjanjian dagang harus saling menguntungkan kedua belah pihak. Dengan kata lain, proses neraca perdagangan antara kedua negara harus seimbang, tetapi saling menguntungkan.

  • Jerman Identifikasi Akun Disinformasi Rusia Dikendalikan dari Turki

    Jerman Identifikasi Akun Disinformasi Rusia Dikendalikan dari Turki

    Jakarta

    Sudah bukan rahasia lagi bahwa Jerman, sebagai negara yang terletak strategis dengan populasi terbesar di Uni Eropa, semakin sering menjadi sasaran kampanye disinformasi, terutama dari Rusia.

    Kini untuk pertama kalinya pemerintah di Berlin berhasil melakukan apa yang disebut “atribusi” atau penelusuran terhadap pelaku penyebaran disinformasi. Dalam kasus terbaru ini, tudingan diarahkan langsung kepada platform media daring bernama RED.

    Tingkat keyakinan pemerintah terhadap keabsahan temuan tersebut sebegitu tinggi, sampai-sampai laporannya diumumkan secara terbuka.

    Seperti disampaikan Kementerian Luar Negeri Jerman dalam konferensi pers pada Rabu (2/7) di Berlin, proses atribusi tersebut merupakan hasil kerja sama antara kemenlu, Kantor Kanselir, Kementerian Dalam Negeri, serta sejumlah lembaga pemerintah lainnya.

    Dari serangan siber ke disinformasi publik

    Sejak 2021, menurut keterangan dari sumber pemerintahan, terdapat 11 kasus di mana pelaku penyebaran informasi palsu berhasil diidentifikasi secara pasti. Namun, sebagian besar dari kasus tersebut adalah serangan siber seperti peretasan. Kini, pemerintah berhasil mengidentifikasi pelaku kasus manipulasi informasi asing berskala luas.

    Dalam pernyataan tertulis, Kementerian Luar Negeri menjelaskan bahwa RED, platform media yang terdaftar di Turki, menampilkan diri sebagai situs dokumentasi kiri revolusioner. Namun, menurut Jerman, terdapat kaitan erat secara personal dan finansial antara RED dan media milik pemerintah Rusia, Russia Today (RT).

    Rusia ingin lemahkan kohesi sosial Eropa

    Martin Giese, juru bicara Menteri Luar Negeri Johann Wadephul (CDU) menyatakan, tujuan utama kampanye semacam ini sangat jelas: ” Rusia menggunakan platform seperti RED untuk melemahkan kohesi sosial di Jerman dan di Eropa secara keseluruhan.”

    Fokus utama: Konflik di Timur Tengah

    Menurut Kementerian Luar Negeri, RED dalam beberapa tahun terakhir secara intensif memberitakan konflik di Timur Tengah, terutama dengan perspektif yang memecah belah.

    Dalam pernyataan tertulis disebutkan: “RED melaporkan secara langsung dari demonstrasi di Jerman, termasuk kejadian vandalisme dan penggunaan simbol Hamas. Dalam liputan tersebut, juga muncul tuduhan kekerasan polisi, sebagian tanpa dasar faktual.”

    Konten ini kemudian menyebar secara masif, terutama di kalangan pengguna media sosial berbahasa Arab.

    Uni Eropa jatuhkan sanksi

    Bahkan sebelum pengumuman dari pemerintah Jerman, Uni Eropa sudah lebih dulu mengambil tindakan. Pada Mei 2025, perusahaan RED yang secara resmi bernama Red/Afa Media dan pendirinya, Hüseyin Doru, dikenai sanksi oleh Uni Eropa.

    Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri, Doru telah dijatuhi larangan masuk ke wilayah Uni Eropa, dan seluruh asetnya di UE telah dibekukan.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Rizki Nugraha

    Editor: Agus Setiawan

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini