Negara: Uni Eropa

  • Produk ekspor tekstil sampai sawit RI dapat tarif 0 persen di IEU-CEPA

    Produk ekspor tekstil sampai sawit RI dapat tarif 0 persen di IEU-CEPA

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan produk-produk ekspor Indonesia mulai dari tekstil sampai dengan sawit dan turunannya dapat tarif 0 persen dalam Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA)

    “Jadi untuk apparel contohnya, dapat zero (tariff) saat Entry Into Force atau EIF (tahap pemberlakuan). Jadi alas kaki, apparel, tekstil, makanan olahan, bahkan sawit dan turunannya, semua akan dapat Entry Into Force,” ujar Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Djatmiko Bris Witjaksono di Jakarta, Senin.

    Ia menjelaskan, arsitektur dan ruang lingkup IEU-CEPA salah satunya adalah akses pasar barang yakni komitmen eliminasi kedua pihak di mana 98 persen dari total pos tarif dan 99 persen dari total nilai impor.

    Akses pasar optimal untuk produk dengan keunggulan komparatif antara lain alas kaki, tekstil dan produk tekstil, perikanan, makanan olahan, sawit dan turunannya termasuk biodiesel, elektronik, hasil pertanian dan kehutanan, serta besi baja.

    IEU-CEPA merupakan perjanjian dagang bilateral yang paling komprehensif yang dimiliki Indonesia terdiri dari 25 bab mencakup elemen liberalisasi, fasilitas perdagangan, kerja sama dan isu-isu baru.

    Djatmiko mengatakan, kalau melihat komitmennya itu 98 persen dari seluruh pos tarif itu akan mendapatkan preferensi. Jadi sangat sedikit yang Uni Eropa kecualikan.

    “Kalau dari total nilai Uni Eropa impor dari Indonesia, sudah 100 persen kalau menurut saya ya, 99 persen seluruh ekspor Indonesia ke EU akan dapat preferensi. Ya cuma beda-beda saja waktunya, tapi hampir seluruhnya di EIF, ada yang di tahun ketiga, ada yang di tahun kelima ini masih berunding.,” katanya.

    Pewarta: Aji Cakti
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Terancam Tarif 39%, Swiss Siap Revisi Proposal Dagang ke Trump

    Terancam Tarif 39%, Swiss Siap Revisi Proposal Dagang ke Trump

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Swiss siap merevisi tawaran dagangnya kepada AS guna menghindari ancaman tarif 39% dari Presiden Donald Trump, yang dikhawatirkan dapat mendorong Swiss ke jurang resesi.

    Menteri Ekonomi Guy Parmelin mengatakan pemerintah akan bergerak cepat sebelum tarif diberlakukan pada 7 Agustus 2025. Kabinet Swiss dijadwalkan menggelar rapat khusus pada Senin untuk menentukan langkah selanjutnya.

    Parmelin menyebut, pihaknya harus memahami sepenuhnya alasan di balik keputusan Presiden AS. Setelah hal tersebut jelas, Swiss akan memutuskan arah negosiasi.

    “Waktunya sangat mepet. Mungkin sulit mencapai kesepakatan sebelum 7 Agustus, tapi kami akan menunjukkan iktikad baik dan siap merevisi tawaran kami,” kata Parmelin dikutip dari Reuters, Senin (4/8/2025).

    Parmelin menyebut Trump menyoroti defisit dagang AS dengan Swiss yang tahun lalu mencapai 38,5 miliar franc Swiss (US$48 miliar). Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah pembelian gas alam cair (LNG) asal AS oleh Swiss, seperti yang dijanjikan Uni Eropa dalam kesepakatan dagangnya dengan Washington.

    Opsi lain yang tengah dikaji adalah mendorong peningkatan investasi perusahaan-perusahaan Swiss di AS, yang merupakan pasar ekspor terbesar bagi produk farmasi, jam tangan, dan mesin buatan Swiss.

    “Lihat saja Uni Eropa, mereka berkomitmen membeli LNG. Swiss juga mengimpor LNG — mungkin itu salah satu jalannya. Atau melalui investasi tambahan. Tapi untuk melanjutkan pembicaraan, kami harus memahami benar apa yang diharapkan AS,” ujar Parmelin.

    Parmelin juga menyampaikan dirinya dan Presiden Swiss Karin Keller-Sutter siap terbang ke Washington jika diperlukan untuk membuka jalur dialog.

    Pemerintah Swiss membantah laporan bahwa keputusan tarif tinggi diambil setelah percakapan telepon panas antara Keller-Sutter dan Trump pada Kamis malam.

    “Panggilan itu memang tidak menghasilkan hasil yang baik bagi Swiss. Tapi tidak ada pertengkaran. Trump sejak awal menyatakan bahwa menurutnya tarif 10% tidak cukup,” kata salah satu sumber pemerintah.

    “Kami terus berupaya mencari solusi dan sedang menjalin komunikasi dengan pihak AS. Kami berharap solusi dapat ditemukan sebelum 7 Agustus,” tambahnya.

    Ekonom dari ETH Zurich, Hans Gersbach, memperingatkan bahwa tarif baru bisa berdampak besar terhadap perekonomian Swiss yang sangat bergantung pada ekspor. 

    Dia memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Swiss dapat menyusut antara 0,3% hingga 0,6% jika tarif 39% benar-benar diberlakukan, dan bisa melebihi 0,7% jika produk farmasi turut dikenai tarif. Jika gangguan perdagangan berlangsung lama, kontraksi ekonomi bisa menembus 1%.

    “Ada risiko resesi,” kata Gersbach.

    Saham-saham Swiss diperkirakan akan terkena tekanan saat pasar dibuka kembali pada Senin, setelah libur Hari Nasional Swiss pada Jumat.

    Menurut proyeksi Nomura, Swiss National Bank (SNB) berpotensi menurunkan suku bunga pada September mendatang sebagai respons terhadap tekanan dari tarif AS.

    “Kami memperkirakan SNB akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada September, menjadi -0,25%,” tulis Nomura dalam risetnya.

    Laporan tersebut melanjutkan, tekanan terhadap pertumbuhan akibat tarif ekspor dari AS bisa memperlemah ekspansi ekonomi dan meningkatkan tekanan deflasi, yang akan memperkuat kemungkinan pelonggaran ke tingkat suku bunga negatif.

  • Trump Ancam Denda, India Bakal Tetap Beli Minyak dari Rusia – Page 3

    Trump Ancam Denda, India Bakal Tetap Beli Minyak dari Rusia – Page 3

    Pada 14 Juli, Trump mengancam akan mengenakan tarif 100 persen kepada negara-negara yang membeli minyak Rusia kecuali Moskow mencapai kesepakatan damai besar dengan Ukraina. Rusia adalah pemasok utama ke India, yang bertanggung jawab atas sekitar 35 persen dari total pasokan India.

    Rusia terus menjadi pemasok minyak utama ke India selama enam bulan pertama 2025, menyumbang sekitar 35 persen dari total pasokan India, diikuti oleh Irak, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

    India, importir dan konsumen minyak terbesar ketiga di dunia, menerima sekitar 1,75 juta barel minyak Rusia per hari pada Januari-Juni tahun ini, naik 1 persen dari tahun lalu, menurut data yang diberikan kepada Reuters oleh sejumlah sumber.

    Nayara Energy, salah satu pembeli utama minyak Rusia, baru-baru ini dikenai sanksi oleh Uni Eropa karena kilang tersebut mayoritas sahamnya dimiliki oleh entitas-entitas Rusia, termasuk perusahaan minyak besar Rosneft.

    Bulan lalu, Reuters melaporkan CEO Nayara telah mengundurkan diri setelah sanksi Uni Eropa diberlakukan, dan veteran perusahaan Sergey Denisov telah ditunjuk sebagai CEO.

    Tiga kapal yang memuat produk minyak dari Nayara Energy belum membongkar muatannya, terhambat oleh sanksi baru Uni Eropa terhadap kilang yang didukung Rusia tersebut, Reuters melaporkan akhir bulan lalu.

  • Microsoft Kesulitan Jaga Kedaulatan Data Uni Eropa Akibat Aturan Cloud AS

    Microsoft Kesulitan Jaga Kedaulatan Data Uni Eropa Akibat Aturan Cloud AS

    Bisnis.com, JAKARTA — Microsoft mengungkapkan kesaksian mengejutkan di hadapan Senat Prancis, bahwa mereka tidak dapat menjamin data pengguna Eropa aman dari otoritas Amerika Serikat (AS).

    Dalam sidang yang diadakan di Prancis (10/07/25), Microsoft ditanya, jika mereka mengklaim telah melakukan permintaan data yang dibingkai dengan baik, apakah perusahaan akan “diwajibkan untuk mengirimkan data?”.

    Direktur urusan publik dan hukum Microsoft Prancis, Anton Carniaux menjawab dengan mengatakan memang ada kewajiban mengirimkan data, tetapi menurutnya, hal tersebut tidak akan mempengaruhi perusahaan Eropa atau badan sektor publik mana pun, berdasarkan laporan transparansi perusahaannya.

    Namun, setelah ditanya mengenai apakah data warga negara Prancis tidak dapat dikirimkan ke pemerintah AS tanpa persetujuan tegas dari pemerintah Prancis, Carniaux gagal memberikan jawaban yang meyakinkan.

    “Tidak, Saya tidak dapat menjaminnya, tetapi sekali lagi, hal itu belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Carniaux, di hadapan Senat Prancis, dilansir The Register Minggu (3/8/25).

    Pernyataan tersebut memiliki implikasi yang besar bagi semua negara Uni Eropa yang bergantung pada layanan Microsoft.

    CEO layanan cloud computing, Civo, Mark Boost, bahkan menyayangkan pernyataan pihak Microsoft tersebut.

    “Satu kesaksian baru saja menegaskan bahwa penyedia hyperscaler AS tidak mampu menjamin kedaulatan data di Eropa,” ujar Boost, dikutip dari The Register.

    Perusahaan teknologi asal AS mengakui secara terbuka mengenai rahasia umum undang-undang Cloud Act. Berdasarkan undang-undang tersebut, otoritas AS dapat memaksa akses ke data yang dimiliki oleh penyedia cloud Amerika, terlepas dari lokasi fisik data tersebut.

    Kebijakan yang diterapkan pemerintah AS terhadap Microsoft itu lebih dari sekadar masalah teknis. Itu adalah masalah dunia nyata yang dapat mempengaruhi keamanan nasional, privasi pribadi, dan daya saing bisnis. 

    Contoh nyata yang terjadi adalah seperti kasus kepolisian Skotlandia, ketika data sensitif mereka ditransfer keluar dari yurisdiksi dan itu terjadi di luar kendali seharusnya. Kesaksian Microsoft dalam sidang tersebut menunjukkan bagaimana kasus kepolisian Skotlandia dapat terjadi atas permintaan otoritas AS.

    Senat Prancis pun telah menetapkan preseden dengan menuntut jawaban, Inggris serta negara Eropa lainnya memiliki kesempatan untuk melakukan hal yang sama. 

    Di Eropa, sudah terlihat pergeseran ke arah pembangunan solusi lokal yang mendukung kedaulatan data, alih-alih residensi data. Maka dari itu, pemerintah di sana perlu membantu industri cloud mempercepat tren ini dengan mengurangi ketergantungan berlebihan pada hyperscaler AS. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • Negara Uni Eropa Ini Jadi yang Pertama Berani Embargo Senjata Israel

    Negara Uni Eropa Ini Jadi yang Pertama Berani Embargo Senjata Israel

    Jakarta, CNBC Indonesia — Salah satu negara di negara Uni Eropa mengumumkan akan melarang semua perdagangan senjata dengan Israel terkait perang di Gaza. Langkah ini menjadi yang pertama dilakukan oleh sebuah negara Uni Eropa.

    Negara tersebut adalah Slovenia yang mengumumkan akan melarang semua perdagangan senjata dengan Israel terkait perang di Gaza. Pemerintah Slovenia, yang sering kali mengkritik Israel atas konflik tersebut, tahun lalu telah mengakui negara Palestina sebagai bagian dari upaya untuk mengakhiri pertempuran di Gaza sesegera mungkin. Ljubljana mengatakan manuver ini diambil tanpa tekanan apa pun.

    “Slovenia adalah negara Eropa pertama yang melarang impor, ekspor, dan transit senjata ke dan dari Israel,” kata pemerintah dalam sebuah pernyataan pada Kamis malam dikutip Minggu (3/7/2025).

    Pemerintah Slovenia menyatakan bahwa mereka mengambil langkah ini secara independen. Hal ini dilakukan karena blok Uni Eropa tidak dapat mengadopsi langkah-langkah konkret karena perselisihan dan perpecahan internal.

    Ditambahkan pula bahwa pemerintah belum mengeluarkan izin apa pun untuk ekspor senjata dan peralatan militer ke Israel sejak Oktober 2023 karena adanya konflik.

    Awal Juli ini, Slovenia, juga sebagai yang pertama di Uni Eropa, melarang dua menteri sayap kanan Israel masuk ke negaranya. Pada Juni 2024, Parlemen Slovenia mengesahkan dekrit yang mengakui negara Palestina, mengikuti jejak Irlandia, Norwegia, dan Spanyol.

    Langkah ini sebagian besar didorong oleh kecaman terhadap pengeboman Israel di Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang hingga saat ini terus terjadi dan menewaskan sekitar 60 ribu warga sipil wilayah kantong Palestina itu.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Hamas Tolak Lucuti Senjata hingga Negara Palestina Terbentuk

    Hamas Tolak Lucuti Senjata hingga Negara Palestina Terbentuk

    Gaza

    Hamas telah menegaskan tidak akan setuju untuk melucuti senjata kecuali negara Palestina yang berdaulat didirikan. Hal itu merupakan tanggapan atas salah satu tuntutan utama Israel dalam perundingan gencatan senjata di Gaza.

    Dilansir BBC, Minggu (3/8/2025), kelompok bersenjata Palestina tersebut mengatakan mereka menanggapi pernyataan yang dikaitkan dengan utusan Timur Tengah Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, bahwa Hamas telah ‘menyatakan kesediaannya’ untuk meletakkan senjata.

    Israel menganggap perlucutan senjata Hamas sebagai salah satu dari beberapa syarat utama bagi kesepakatan apa pun untuk mengakhiri konflik. Negosiasi tidak langsung antara Israel dan Hamas untuk mengamankan gencatan senjata dan pembebasan sandera terhenti pekan lalu.

    Dalam beberapa hari terakhir, pemerintah Arab telah mendesak Hamas untuk melucuti senjata dan menyerahkan kendali atas Gaza. Desakan itu muncul setelah sejumlah negara Barat, termasuk Prancis dan Kanada, mengumumkan rencana untuk mengakui negara Palestina. Inggris mengatakan akan melakukannya jika Israel tidak memenuhi persyaratan tertentu pada bulan September.

    Hamas yang dianggap kelompok teror terlarang di AS, Inggris, dan Uni Eropa menyatakan mereka tidak dapat melepaskan haknya untuk melakukan perlawanan dan persenjataannya kecuali negara Palestina yang merdeka dan berdaulat penuh dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya didirikan.

    Letnan Jenderal Eyal Zamir dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memperingatkan pertempuran di Gaza tidak akan berhenti jika negosiasi pembebasan sandera yang ditawan oleh Hamas gagal. Keluarga sandera, Evyatar David, mengeluarkan pernyataan setelah Hamas merilis video yang memperlihatkan sandera itu bertelanjang dada dan kurus kering di sebuah terowongan remang-remang.

    Mereka menuduh Hamas membuatnya kelaparan sebagai bagian dari kampanye propaganda dan meminta pemerintah Israel dan Amerika Serikat untuk melakukan segala yang mungkin untuk menyelamatkannya. Witkoff telah mengunjungi Israel sementara pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghadapi tekanan yang semakin besar atas memburuknya kondisi kemanusiaan di Gaza.

    Badan-badan PBB telah memperingatkan adanya kelaparan massal akibat ulah Israel di Gaza. Israel selama ini mengendalikan masuknya pasokan makanan ke Gaza. Israel bersikeras tidak ada pembatasan pengiriman bantuan dan tidak ada kelaparan.

    Angka terbaru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan setidaknya 1.373 warga Palestina telah tewas saat mencari makanan sejak akhir Mei. Mayoritas korban tewas dibunuh oleh militer Israel di dekat lokasi distribusi Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang didukung Israel dan AS.

    Halaman 2 dari 2

    (haf/imk)

  • Warga AS Kencangkan Ikat Pinggang! Ini Daftar Barang Naik Harga Gegara Trump

    Warga AS Kencangkan Ikat Pinggang! Ini Daftar Barang Naik Harga Gegara Trump

    Jakarta

    Kebijakan Presiden Donald Trump mengerek tarif impor ke banyak negara bakal memicu kenaikan harga barang di Amerika Serikat (AS). Meski Trump menyangkal bahwa tarif membuat harga-harga naik, namun data ekonomi berkata sebaliknya.

    Mengutip CNN, Sabtu (2/8/2025), hal itu tercermin dari inflasi yang sebelumnya relatif stabil mulai merangkak naik akibat tarif tersebut. Kenaikan tarif yang akan berlaku minggu depan langsung membuat barang impor dari negara-negara terdampak menjadi lebih mahal di pasar AS.

    Meski banyak pelaku usaha berusaha menanggung sebagian beban biaya ini, pada akhirnya mereka kemungkinan besar terpaksa membebankannya kepada konsumen. Alhasil, harga barang untuk masyarakat Amerika akan naik.

    Berikut sederet barang yang bakal naik imbas tarif Trump:Komputer dan produk elektronik lainnya

    Departemen Perdagangan AS mencatat bahwa komputer merupakan salah satu barang impor utama AS tahun lalu. Negara pemasok terbesar adalah China, Meksiko, Taiwan, Vietnam, dan Malaysia.

    Barang dari China sudah dikenakan tarif minimal 30%, meski ada beberapa pengecualian, dan bisa naik lebih tinggi jika tidak ada kesepakatan dagang dengan Beijing sebelum 12 Agustus.

    Sementara itu, produk dari Meksiko masih bebas bea jika memenuhi ketentuan perjanjian dagang yang diteken Trump di masa jabatan pertamanya. Produk dari Taiwan, Vietnam, dan Malaysia justru akan dikenai tarif hampir dua kali lipat dari tarif saat ini mulai minggu depan.

    Meski secara umum kenaikan harga masih moderat, harga komputer pada Juni tahun ini tercatat hampir 5% lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. India memang bukan pemasok lima besar, tapi tetap menjadi pemain penting untuk produk komputer dan elektronik di AS, yang akan dikenai tarif minimal 25%.

    Menurut perkiraan ekonom di Yale Budget Lab, tarif yang diumumkan Trump, jika berlaku tanpa batas waktu, bisa mendorong harga komputer dan elektronik naik 18,2% dalam jangka pendek dan 7,7% dalam jangka panjang.

    Pakaian

    Seperti elektronik, sebagian besar pakaian yang dijual di AS berasal dari luar negeri. Pemasok utamanya adalah China, Vietnam, Bangladesh, India, dan Indonesia.

    Tarif baru yang dikenakan Trump pada negara-negara ini punya dampak besar pada harga pakaian, apalagi ini termasuk salah satu kategori impor terbesar AS. Yale Budget Lab memperkirakan harga pakaian bisa melonjak 37,5% dalam jangka pendek dan 17,4% dalam jangka panjang.

    Jam tangan

    Jam tangan menjadi salah satu ekspor utama Swiss ke AS, dan akan dikenai tarif resiprokal sebesar 39%. Tahun lalu, Swiss mengirim jam tangan senilai lebih dari US$ 4 miliar ke pasar ASa. Harga produk kulit, termasuk jam tangan, diperkirakan naik 39,7% dalam jangka pendek dan 18,9% dalam jangka panjang.

    Sepatu

    China, Vietnam, dan Indonesia adalah produsen sepatu utama untuk pasar AS, dan ketiganya akan dikenai tarif minimal 19% mulai minggu depan. Sama seperti jam tangan, banyak sepatu menggunakan bahan kulit, sehingga berpotensi mengalami kenaikan harga serupa.

    Minuman beralkohol

    Minuman anggur dan spirit impor mencakup 35% pendapatan pasar alkohol AS, menurut Wine and Spirits Wholesalers of America. Tarif untuk produk dari Uni Eropa-pemasok utama minuman beralkohol seperti wine, wiski, dan vodka-akan naik dari 10% menjadi 15%.

    Furnitur

    Vietnam menjadi pemasok utama furnitur impor AS, disusul China.

    Mainan

    China dan Vietnam adalah pemasok terbesar mainan ke AS. Produsen mainan sudah mengingatkan adanya potensi kenaikan harga akibat tarif barang China, dan kenaikan tarif untuk produk Vietnam juga akan menambah tekanan harga.

    Kapan kenaikan harga akibat tarif akan terasa?

    Sejauh ini, banyak perusahaan belum sepenuhnya membebankan tarif kepada konsumen. Bahkan, demi mengantisipasi pajak impor yang lebih tinggi, sebagian sudah menimbun stok barang selama beberapa bulan terakhir.

    Hal ini pula yang membuat ekonom Goldman Sachs memperkirakan dibutuhkan sekitar delapan bulan hingga dampak kenaikan biaya impor benar-benar tercermin penuh pada harga barang konsumsi di tingkat konsumen.

    (ily/hns)

  • India Tetap Beli Minyak Rusia Meski Diancam Trump

    India Tetap Beli Minyak Rusia Meski Diancam Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – India akan tetap membeli minyak dari Rusia meski Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi.

    Melansir Reuters, Sabtu (2/8/2025), sikap India tersebut disampaikan oleh dua pejabat pemerintah India yang enggan disebutkan namanya.

    “Ini adalah kontrak minyak jangka panjang,” kata salah satu sumber. “Tidak semudah itu untuk menghentikan pembelian secara tiba-tiba.”

    Bulan lalu, dalam posting di Truth Social, Trump mengindikasikan bahwa India akan menghadapi sanksi tambahan atas pembelian senjata dan minyak Rusia. Pada Jumat, Trump mengatakan kepada wartawan bahwa dia mendengar India tidak akan lagi membeli minyak dari Rusia.

    The New York Times pada Sabtu memberitakan bahwa dua pejabat India senior yang tidak disebutkan namanya, mengatakan tidak ada perubahan dalam kebijakan pemerintah India. Salah satu pejabat mengatakan bahwa pemerintah tidak memberikan arahan kepada perusahaan minyak India untuk mengurangi impor dari Rusia.

    Pekan ini, Reuters melaporkan bahwa perusahaan pengolah minyak milik negara India menghentikan pembelian minyak Rusia dalam sepekan terakhir setelah diskon menyempit pada Juli.

    “Dalam hal kebutuhan pasokan energi kami … kami melihat apa yang tersedia di pasar, apa yang ditawarkan, dan juga situasi atau kondisi global yang berlaku,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri India Randhir Jaiswal kepada wartawan selama briefing rutin pada Jumat.

    Jaiswal menambahkan bahwa India memiliki kemitraan yang stabil dan teruji waktu dengan Rusia, dan bahwa hubungan New Delhi dengan berbagai negara didasarkan pada nilai-nilai masing-masing dan tidak boleh dilihat melalui kacamata negara ketiga.

    Pemerintah AS tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait hal tersebut.

    Perusahaan pengolahan minyak India mulai mengurangi impor minyak mentah Rusia karena diskon menyusut ke level terendah sejak 2022, saat sanksi Barat pertama kali diberlakukan terhadap Rusia, akibat penurunan ekspor Rusia dan permintaan yang stabil, menurut sumber yang dikutip awal pekan ini.

    Perusahaan pengolahan minyak negara India – Indian Oil Corp, Hindustan Petroleum Corp, Bharat Petroleum Corp, dan Mangalore Refinery Petrochemical Ltd,- tidak mencari pasokan minyak mentah Rusia dalam seminggu terakhir, kata empat sumber yang familiar dengan rencana pembelian perusahaan pengolah minyak kepada Reuters.

    Pada 14 Juli 2025, Trump mengancam akan memberlakukan tarif 100% terhadap negara-negara yang membeli minyak Rusia kecuali Rusia mencapai kesepakatan damai besar dengan Ukraina. Rusia merupakan pemasok utama minyak ke India.

    Rusia tetap menjadi pemasok minyak terbesar ke India selama 6 bulan pertama tahun 2025, menyumbang sekitar 35% dari total pasokan minyak India, diikuti oleh Irak, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

    India, sebagai importir dan konsumen minyak terbesar ketiga di dunia, menerima sekitar 1,75 juta barel per hari minyak Rusia pada Januari-Juni 2025, naik 1% dibandingkan tahun lalu, menurut data yang diberikan kepada Reuters oleh sumber-sumber.

    Nayara Energy, pembeli utama minyak Rusia, baru-baru ini dikenai sanksi oleh Uni Eropa karena kilang tersebut mayoritas sahamnya dimiliki oleh raksasa migas Rusia, Rosneft.

  • Permintaan Listrik Global Melonjak, EBT dan Nuklir Jadi Tumpuan

    Permintaan Listrik Global Melonjak, EBT dan Nuklir Jadi Tumpuan

    Bisnis.com, JAKARTA – International Energy Agency (IEA) memperkirakan permintaan listrik global akan mengalami pertumbuhan tercepat dalam lebih dari satu dekade, didorong oleh peningkatan kebutuhan di sektor industri, peralatan rumah tangga, pendingin udara, pusat data, kendaraan listrik (EV), dan lainnya. 

    Menurut laporan terbaru dari IEA bertajuk “Electricity Mid-Year Update”, permintaan listrik diproyeksikan tumbuh 3,3% pada 2025 dan 3,7% pada 2026. 

    Angka ini dua kali lebih cepat dari total pertumbuhan permintaan energi dalam periode yang sama. Meskipun sedikit melambat dari lonjakan 4,4% pada 2024, pertumbuhan ini tetap di atas rata-rata 2,6% yang tercatat antara 2015-2023.

    Direktur Pasar Energi dan Keamanan IEA, Keisuke Sadamori menyoroti pentingnya investasi yang lebih besar dalam infrastruktur listrik. Menurutnya, meskipun dinamika ekonomi global tidak menentu, pertumbuhan permintaan listrik global diperkirakan akan tetap kuat hingga 2026.

    “Ekspansi kuat energi terbarukan dan nuklir secara stabil membentuk kembali pasar listrik di banyak wilayah. Namun, ini harus diimbangi dengan investasi yang lebih besar dalam jaringan, penyimpanan, dan sumber fleksibilitas lainnya untuk memastikan sistem tenaga dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat secara aman dan terjangkau,” ujarnya seperti dikutip dari laman resmi IEA, Sabtu (2/8/2025).

    IEA memperkirakan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan diperkirakan akan menggeser batu bara sebagai sumber listrik terbesar di dunia pada tahun ini atau selambat-lambatnya 2026, tergantung pada kondisi cuaca dan harga bahan bakar. 

    Sementara itu, produksi tenaga nuklir juga diprediksi mencapai rekor tertinggi, didorong oleh pengaktifan kembali reaktor di Jepang, jumlah yang meningkat di Amerika Serikat dan Prancis, serta penambahan fasilitas baru, terutama di Asia. 

    Peningkatan stabil dari pembangkit listrik tenaga gas juga akan terus menggantikan PLTU dan minyak di sektor listrik di banyak wilayah.

    Sebagai hasilnya, emisi karbon dioksida dari pembangkit listrik diperkirakan akan mendatar pada tahun 2025 dan sedikit menurun pada tahun 2026, meskipun lintasan ini bisa berubah tergantung pada kondisi cuaca dan ekonomi.

    Asia Pimpin Pertumbuhan

    IEA memperkirakan Negara-negara berkembang di Asia menyumbang sebagian besar pertumbuhan permintaan listrik global. China dan India diperkirakan akan mendorong 60% peningkatan konsumsi listrik global pada 2025 dan 2026.

    Pertumbuhan permintaan diproyeksikan akan meningkat menjadi 5,7% di China dan 6,6% di India tahun depan, dari masing-masing 5% dan 4% pada 2025.

    Di Amerika Serikat, ekspansi pesat pusat data diperkirakan akan menjaga pertumbuhan permintaan listrik tahunan di atas 2% pada 2025 dan 2026, lebih dari dua kali lipat tingkat pertumbuhan rata-rata selama dekade terakhir. 

    Sebaliknya, konsumsi listrik di Uni Eropa diperkirakan akan tumbuh lebih lambat tahun ini, sekitar 1%, meskipun akselerasi moderat diharapkan terjadi pada 2026.

  • Amnesti, abolisi, dan tantangan demokrasi digital

    Amnesti, abolisi, dan tantangan demokrasi digital

    Terdakwa kasus dugaan suap Pergantian Antarwaktu (PAW) untuk anggota DPR Harun Masiku dan perintangan penyidikan, Hasto Kristiyanto meninggalkan Rutan Kelas Jakarta Timur Cabang Rutan KPK, Jakarta, Jumat (1/8/2025). Hasto dibebaskan usai mendapatkan amnesti dari Presiden Prabowo Subianto yang disetujui oleh DPR pada Kamis (31/7). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

    Amnesti, abolisi, dan tantangan demokrasi digital
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Sabtu, 02 Agustus 2025 – 12:43 WIB

    Elshinta.com – Langkah Presiden Prabowo Subianto memberikan amnesti kepada Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan abolisi kepada Tom Lembong, mantan co-pilot tim sukses Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, bukanlah sikap politik pragmatis.

    Keputusan yang diambil menjelang HUT ke-80 Proklamasi Kemerdekaan, 17 Agustus 2025, ini memancarkan refleksi kenegarawanan seorang Prabowo, termasuk kemampuannya menavigasi persimpangan hukum, politik, dan aspirasi publik sehingga jauh dari carut marut.

    Namun, di era digital yang riuh, langkah ini juga mengundang pertanyaan kritis: apakah ini murni rekonsiliasi nasional, atau justru berisiko melemahkan kepercayaan pada supremasi hukum?

    Keputusan Prabowo tersebut membawa pesan simbolis bahwa kemerdekaan bukanlah seremoni kosong, melainkan panggilan untuk memperkuat persatuan, demokrasi, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia (HAM). Namun, dalam sorotan opini publik yang diamplifier oleh kekuatan media sosial, amnesti dan abolisi menjadi ujian bagi demokrasi Indonesia: sejauh mana keadilan hukum dengan kepekaan politik berdiri di ruang netral?

    Independensi yudikatif diuji

    Prabowo menunjukkan sikap terpuji dengan menahan diri dari intervensi terhadap proses hukum Hasto dan Lembong selama peradilan berlangsung. Padahal rayuan dalam tekanan politik dan sorotan media sosial terus bergulir, terutama di platform X. Arus opini publik terus mengalir mempengaruhi Istana agar masuk ke ruang yudikatif.

    Namun sekali lagi, Presiden Prabowo tidak tertarik untuk mencampuri urusan tersebut. Sikap ini selaras dengan pandangan Dr. Larry Diamond dari Stanford University yang menegaskan bahwa “demokrasi tergantung pada kepercayaan terhadap proses hukum yang adil.”

    Dengan menjaga independensi yudikatif, Prabowo telah mempertahankan kredibilitas institusi hukum, baik di mata rakyat maupun dunia internasional.

    Sebagai hak konstitusional presiden, pemberian amnesti dan abolisi adalah sah. Jika melihat kondisi ekonomi dan politik global saat ini, langkah tersebut akan menjaga ekuilibrium antara kekuatan politik Islam dan nasionalis, serta menjadi modal Prabowo untuk tampil sebagai pemimpin kuat di mata dunia. Yang tidak kalah penting, ini juga akan menjadi modal bagi kita untuk bisa melawan kekuatan ekonomi dunia.

    Namun di sisi lain, pemberian amnesti dan abolisi pasca-proses hukum selesai memunculkan dilema baru. Apakah ini benar-benar mencerminkan keseimbangan antara hukum dan rekonsiliasi, atau justru membuka celah bagi persepsi bahwa hukum dapat “diakali” demi kepentingan politik?

    Kritik dari pegiat antikorupsi, yang khawatir keputusan ini melemahkan penegakan hukum, tidak bisa diabaikan. Dalam konteks global, hal ini berpotensi menurunkan kepercayaan investor atau peringkat Indonesia dalam Corruption Perceptions Index dari Transparency International.

    Media sosial dalam demokrasi

    Dinamika opini publik di media sosial menjadi katalis penting dalam keputusan ini. Narasi tentang “rekayasa hukum” dan “kriminalisasi politik” membanjiri X, menciptakan tekanan publik yang sulit diabaikan.

    Media sosial kini bukan sekadar alat komunikasi, melainkan arena kekuasaan yang mampu mengguncang dan mempengaruhi stabilitas politik, sebagaimana terlihat pada gerakan #BlackLivesMatter atau Arab Spring.

    Media sosial adalah “pedang bermata dua.” Di satu sisi, ia memperkuat demokrasi partisipatif dengan memberi ruang bagi suara rakyat. Di sisi lain, ia rentan terhadap disinformasi dan manipulasi emosional yang dapat membelokkan prinsip hukum.

    Dalam kasus ini, gelombang narasi di X mendorong perhatian pada Hasto dan Lembong, tetapi juga menggarisbawahi urgensi literasi digital. Tanpa kemampuan kritis dalam menilai informasi, publik berisiko terjebak dalam polarisasi yang dapat merusak demokrasi.

    Legitimasi dan panggung global

    Dukungan penuh DPR terhadap keputusan Prabowo menunjukkan bahwa amnesti dan abolisi bukan keputusan sepihak, melainkan bagian dari konsolidasi politik yang sah. Prof. Anne-Marie Slaughter menyebut sinergi eksekutif-legislatif sebagai tanda “demokrasi yang matang.”

    Dukungan ini memperkuat legitimasi politik Prabowo dan menegaskan kepercayaan publik pada institusi negara.

    Di kancah internasional, keputusan ini memiliki bobot strategis. Menjelang pidato perdana Prabowo di Sidang Umum PBB tahun ini, amnesti dan abolisi ini menjadi sinyal bahwa Indonesia terbuka terhadap perbedaan politik dan menghormati HAM.

    Pembebasan tokoh-tokoh yang dituduh “makar tanpa kekerasan” atau “menghina presiden” menjawab kritik global soal kriminalisasi politik, meningkatkan citra Indonesia sebagai negara demokrasi yang inklusif di mata PBB, Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), dan negara-negara Barat.

    Khususnya, abolisi untuk Tom Lembong, figur yang dikenal di kalangan investor global, mengirim pesan bahwa Indonesia tetap ramah terhadap investasi asing. Ini dapat memperlancar negosiasi perdagangan seperti Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Uni Eropa atau Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF).

    Demokrasi digital

    Keputusan pemberian amnesti dan abolisi menawarkan tiga pelajaran penting bagi demokrasi Indonesia. Pertama, media sosial adalah alat demokrasi yang ampuh, tetapi tanpa literasi digital, ia dapat menjadi ancaman bagi keadilan hukum.

    Kedua, independensi yudikatif adalah fondasi negara hukum yang harus dijaga, meski di tengah tekanan politik.

    Ketiga, kepemimpinan sejati adalah kemampuan menyeimbangkan hukum, politik, dan kemanusiaan tanpa mengorbankan prinsip. Prabowo menunjukkan bahwa menjadi pemimpin bukan hanya soal ketegasan, tetapi juga kepekaan sosial dan kebijaksanaan.

    Amnesti dan abolisi ini bukan sekadar pengampunan, melainkan pengakuan bahwa persatuan nasional adalah aset terbesar bangsa. Dalam konteks global, stabilitas politik yang dihasilkan memungkinkan Indonesia fokus pada agenda diplomatik, seperti kepemimpinan ASEAN atau negosiasi perdagangan.

    Namun, tantangan ke depan tidak ringan. Prabowo harus memastikan bahwa langkah ini tidak dipandang sebagai “politik transaksional” yang mengorbankan hukum demi stabilitas. Komunikasi publik yang transparan dan komitmen nyata terhadap penegakan hukum di masa depan akan menentukan apakah keputusan ini benar-benar menjadi tonggak pendidikan politik, atau sekadar episode sementara dalam dinamika kekuasaan.

    Jika demokrasi adalah ruang belajar bersama, maka keputusan Prabowo adalah teks terbuka yang mengundang refleksi kritis. Ini adalah momen untuk merenungkan bagaimana kita, sebagai bangsa, menyeimbangkan hukum, politik, dan kemanusiaan di era digital yang penuh gejolak.

    Dengan literasi digital yang lebih baik, independensi yudikatif yang terjaga, dan kepemimpinan yang bijak, Indonesia memiliki peluang untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga bersinar sebagai demokrasi yang matang di panggung dunia.

    Sumber : Antara