Negara: Uni Eropa

  • Pertama di Dunia, Albania Angkat Bot AI Jadi Menteri untuk Tangkal Korupsi

    Pertama di Dunia, Albania Angkat Bot AI Jadi Menteri untuk Tangkal Korupsi

    Tirane

    Perdana Menteri (PM) Albania Edi Rama mengangkat seorang “menteri” yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan atau AI untuk menangkal korupsi dan mendorong transparansi serta inovasi dalam kabinet barunya.

    Sebagai bot yang dihasilkan oleh AI, sang menteri baru itu diyakini akan kebal terhadap suap, ancaman, atau upaya untuk menjilat.

    PM Rama yang segera memulai masa jabatan keempatnya, seperti dilansir Reuters dan Associated Press, Sabtu (13/9/2025), mengumumkan penunjukan bot AI yang bernama Diella sebagai menteri baru dalam pernyataannya pada Kamis (11/9). Dalam bahasa Albania, Diella adalah bentuk perempuan dari kata “matahari”.

    “Diella merupakan anggota kabinet pertama yang tidak hadir secara fisik, tetapi secara virtual diciptakan oleh AI,” kata PM Rama dalam pidato peresmian kabinet barunya.

    Dijelaskan oleh PM Rama bahwa Diella akan bertugas mengelola dan memutuskan pemberian semua tender publik, di mana pemerintah mengontrak perusahaan swasta untuk berbagai proyek.

    PM Rama juga mengatakan bahwa Diella akan membantu untuk memastikan bahwa “tender publik akan 100 persen bebas dari korupsi” dan akan membantu pemerintah bekerja lebih cepat dan dengan transparansi penuh.

    Tender publik telah sejak lama menjadi sumber skandal korupsi di Albania, sebuah negara Balkan, yang menurut para pakar, merupakan pusat bagi geng-geng yang ingin mencuci uang mereka dari perdagangan narkoba dan senjata di seluruh dunia, dan di mana korupsi telah mencapai koridor kekuasaan.

    Citra tersebut telah mempersulit upaya Albania untuk bergabung dengan Uni Eropa, yang ingin diwujudkan PM Rama pada tahun 2030 mendatang. Namun menurut para analis politik, target itu merupakan hal yang ambisius.

    PM Albania Edi Rama Foto: Leon Neal/Pool via REUTERS/File Photo Purchase Licensing Rights

    Pemerintah Albania tidak menjelaskan lebih lanjut tentang pengawasan manusia yang mungkin dilakukan terhadap Diella, atau membahas risiko manipulasi bot AI tersebut.

    Diella awalnya diluncurkan sebagai asisten virtual AI dalam platform layanan publik e-Albania, yang membantu warga dan pelaku bisnis untuk mendapatkan dokumen negara.

    Diella, yang digambarkan sebagai sosok wanita mengenakan pakaian tradisional Albania, memberikan bantuan melalui perintah suara dan menerbitkan dokumen dengan stempel elektronik, sehingga mengurangi penundaan birokrasi.

    Diciptakan pada awal tahun ini dalam kerja sama dengan Microsoft, menurut situs web Badan Nasional untuk Masyarakat Informasi Albania, Diella menggunakan model dan teknik AI terkini untuk menjamin akurasi dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

    Merespons penunjukan itu, tidak semua orang meyakini apa yang disampaikan oleh PM Rama. Seorang pengguna Facebook mengatakan: “Bahkan Diella akan dikorupsi di Albania”. Yang lainnya berkata: “Pencurian akan terus berlanjut dan Diella akan disalahkan.”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Nasib Proyek Kilang Minyak RI saat Tren Global Berguguran

    Nasib Proyek Kilang Minyak RI saat Tren Global Berguguran

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah memastikan pengembangan kilang minyak di dalam negeri akan terus dilakukan meski bisnis kilang secara global tengah tertekan.

    Bisnis kilang dari perusahaan migas dunia saat ini kesulitan mendapatkan margin lantaran rendahnya harga minyak serta kondisi kelebihan pasok (oversupply) minyak mentah dan produk kilang.

    Berdasarkan data yang dicatat PT Pertamina (Persero), oversupply minyak dunia saat ini mencapai sekitar 2 juta barel per hari. Kelebihan ini disebabkan oleh tambahan suplai dari kilang baru yang beroperasi atau onstream.

    Kondisi tersebut menyebabkan profitabilitas atau spread produk kilang rendah. Rerata spread (selisih antara harga produk kilang dan harga minyak mentah), khususnya gasoline, berada di bawah biaya operasi (processing cost).

    Imbasnya sebanyak 26 kilang di berbagai dunia diperkirakan akan tutup menjelang 2030. Lebih terperinci, pada 2027, diperkirakan akan ada sembilan kilang yang tutup di AS, Eropa, Asia, Australia, dan Selandia Baru. Lalu, sebanyak 17 kilang di Afrika, Uni Eropa, dan Asia diperkirakan tutup pada 2030.

    Sementara itu, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menuturkan bahwa Indonesia masih perlu menambah kapasitas kilang minyak seiring masih terus meningkatnya konsumsi BBM dalam negeri.

    Menurutnya, tutupnya kilang minyak di sejumlah negara maju disebabkan transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan.

    “Ini kan ada yang diolah di dalam kilang dalam negeri, ada yang berasal dari impor. Jadi ini kita lihat, ini bagaimana optimalisasi kilang yang ada dalam negeri,” kata Yuliot di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (12/9/2025).

    Dia mencontohkan, transisi energi di China yang masif dilakukan lewat shifting kendaraan listrik, termasuk kendaraan pribadi, angkutan umum, hingga angkutan berat yang menggunakan baterai.

    Kondisi shifting penggunaan energi di sektor transportasi China saat ini disebut telah mencapai 50% menggunakan baterai listrik. Bahkan, Yuliot menyebut SPBU BBM di China telah tutup lebih dari 60% dari kondisi awal.

    “Jadi kan kita melihat ini karena ada perubahan penggunaan energi juga, ya ini mungkin itu dampaknya adalah terhadap ini kilang-kilang secara global,” tuturnya,

    Namun, jika dibandingkan dengan Indonesia, konsumsi BBM atau bahan bakar dari fosil masih tinggi mengikuti daya beli masyarakat saat ini. Adapun, kebutuhan BBM nasional saat ini mencapai 1,5 juta barel per hari.

    Bahkan, kebutuhan tersebut belum sejalan dengan kemampuan produksi dari kilang dalam negeri. Alhasil, pemerintah masih perlu mengimpor minyak dari negara dengan tetap mempertimbangkan neraca perdagangan.

    “Kalau tidak tercukupi dari kilang dalam negeri, berarti kita harus melakukan impor dari luar negeri, tapi ini dalam neraca trade balance, ya kita juga harus mengulangi komitmen kita,” tuturnya.

    Adapun, saat ini terdapat 18 proyek kilang modular dengan nilai investasi sekitar Rp160 triliun. Proyek prioritas hilirisasi dan ketahanan energi ini diserahkan oleh Satgas Hilirisasi kepada BPI Danantara.

    Selain itu, terdapat sejumlah proyek kilang yang menjadi proyek strategis nasional (PSN), antara lain Kilang Bontang, Kilang Minyak Tuban (ekspansi), Refinery Development Master Plan (RDMP) Refinery Unit (RU) VI Balongan, dan RDMP RU IV Cilacap (rescoping).

    Terkait tantangan bisnis kilang, Pjs. Corporate Secretary PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Milla Suciyani mengatakan bahwa pihaknya masih terus fokus dalam pengembangan operasional kilang, baik dari sisi kapasitas maupun pengembangan produk melalui inovasi-inovasi.

    “KPI juga terus menjaga komitmen untuk mendukung ketahanan energi untuk Indonesia,” ujar Milla kepada Bisnis, Jumat (12/9/2025).

    Tantangan Keekonomian

    Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan, prospek bisnis kilang minyak di Indonesia bisa sangat menarik jika dikembangkan dengan tepat.

    “Ini butuh peran pemerintah juga dan tadi saya bilang, keekonomian kilang di Indonesia kan enggak terlalu bagus. Jadi harus ada yang bisa ditawarkan sebagai tambahan, seperti petrokimia atau enggak jaminan dari pemerintah, misalkan untuk investor di kilang minyak,” kata Moshe kepada Bisnis.

    Dia pun menyoroti rencana investasi Danantara Indonesia untuk membangun 17 kilang minyak modular senilai US$8 miliar bersama perusahaan asal Amerika Serikat (AS).

    Menurut Moshe, kilang modular tidak berisiko dari segi kapasitas yang terbilang kecil yakni di kisaran 100.000 barel ke bawah. Meskipun risikonya rendah, dari segi nilai keekonomian tetap dinilai rentan.

    “Jadi, risiko harus berbagi jangan semua risiko itu diserap oleh Danantara itu sendiri. Jadi kita harus cari partner sama-sama untuk mengurangi risiko, dari sisi keekonomian itu juga sangat rentan,” ujarnya.

    Dalam hal ini, dia menegaskan bahwa investasi di kilang berisiko dari segi keekonomian karena cost over run atau biaya tidak terduga yang bisa membengkak.

    “Misalkan US$100 juta, tiba-tiba membengkak jadi US$200 juta, pembengkakan biaya itu yang menjadi risiko. Pengembangan kilang itu sendiri apalagi kalau keekonomiannya tipis,” jelasnya.

    Apalagi daya beli masyarakat di Indonesia terbilang rendah sehingga kilang di dalam negeri harus menyesuaikan harga agar tidak terlalu tinggi. Untuk itu, dia mendorong untuk menambah manfaat kilang untuk produksi petrokimia.

    “Jadi saya pikir bukan karena itu yang jadi masalah di Indonesia, kilang ini kan memang dari awal memang sudah dibilang proyek yang risiko tinggi dengan keekonomian yang tidak begitu besar,” tuturnya.

    Di sisi lain, dia juga menerangkan bahwa tren kilang global yang diperkirakan akan tutup tidak akan berpengaruh ke sentimen di Indonesia. Pasalnya, kebutuhan dalam negeri masih terus tumbuh tinggi.

    Senada, Founder & Advisor Research Institute for Mining and Energy Economics (ReforMiner Institute) Pri Agung Rakhmanto menilai penambahan kapasitas kilang minyak dalam negeri menjadi keniscayaan untuk mendukung ketahanan energi nasional.

    Dia mengatakan, bagi negara-negara berkembang di wilayah Asia Pasifik, kebutuhan kapasitas kilang terus meningkat, utamanya negara yang tidak masuk dalam The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). 

    “Indonesia, sebagaimana tergolong non-OECD yang masih memerlukan fosil untuk pertumbuhan ekonomi, jelas memerlukan penambahan kapasitas kilang,” kata Pri.

    Sementara itu, dia menilai negara Uni Eropa dan AS belakangan ini tidak menambah kapasitas kilang karena telah menerapkan energi baru terbarukan yang dapat diandalkan.

    “Sementara di Middle East [Timur Tengah] juga karena memang overcapacity, dan juga karena akan pembaruan, untuk dibangun kilang-kilang baru yang juga sekaligus kilang petrokimia, untuk menghasilkan nilai tambah lebih tinggi. Beda konteks dengan keadaan dan kebutuhan Indonesia,” tuturnya. 

    Bahkan, negara-negara OECD cenderung mempertahankan bahkan mengurangi kapasitas kilang dalam beberapa dekade terakhir. Sementara itu, negara non-OECD terus mengembangkan industri kilang hingga saat ini. 

    Dalam catatannya yang dikutip dari berbagai sumber, terdapat 25 rencana penambahan kilang hingga tahun 2028. Adapun, 5 kilang di antaranya akan dibangun China, 11 kilang di India, 2 kilang Iran, Bahrain, Iraq, Jordan, Oman, Arab Saudi, Nigeria, dan Meksiko. 

    Pada 2000, hampir separuh kapasitas kilang dunia 45% tercatat berada di Amerika Serikat, Eropa Barat, dan Jepang. Namun, beberapa tahun terakhir, kapasitas kilang di Timur Tengah, China dan India tumbuh hampir setiap tahun dan lebih dari 34% kapasitas kilang dunia pada 2024. 

    Kondisi inilah yang juga terjadi di Indonesia. Pri menilai RI justru harus lebih ekspansif membangun kilang, pasalnya dia justru melihat Indonesia masih stagnan dalam pengembangan ekosistem di hulu migas ini. 

    “Jadi, membangun kilang, untuk Indonesia, saya melihatnya positif dan itu memang kebutuhan ya. Dari perspektif kebijakan energi, itu memang bagian dari hilirisasi migas untuk ketahanan energi yang kita perlukan. Bukan hanya untuk ketahanan energi, tapi juga ketahanan ekonomi,” tuturnya. 

    Sebab, kemandirian energi lewat produksi minyak dalam negeri dapat mengurangi devisa impor migas dan membuat Indonesia terlepas dari kondisi pasar migas global. 

    Dia menegaskan bahwa pengembangan kilang menjadi keharusan bagi Indonesia. Sebab, selama ini pembangunan kilang dalam negeri stagnan dan tersendat aspek politik, pendanaan, serta prioritas pilihan investasi. 

    “Bagaimanapun, impor crude [minyak mentah] tetap lebih baik daripada dibandingkan impor hasil olahannya [bahan bakar]. Ada tahapan dan proses peningkatan nilai tambah ekonomi yang didapat dari keberadaan kilang yang mengolah itu,” pungkasnya. 

  • Trump Minta Negara G7 Beri Sanksi Tarif 100% untuk China dan India karena Beli Minyak Rusia

    Trump Minta Negara G7 Beri Sanksi Tarif 100% untuk China dan India karena Beli Minyak Rusia

    Bisnis.com, JAKARTA — Amerika Serikat mendorong negara-negara G7 untuk menerapkan tarif hingga 100% terhadap China dan India sebagai bentuk tekanan atas pembelian minyak dari Rusia. Langkah ini diharapkan bisa memaksa Presiden Vladimir Putin mengakhiri perang di Ukraina.

    Dikutip dari Bloomberg, Sabtu (13/9/2025) Presiden AS Donald Trump mengatakan kesabarannya terhadap Putin sudah hampir habis dan mengancam akan menjatuhkan sanksi baru yang menargetkan sektor perbankan, minyak, dan perdagangan.

    AS juga mengusulkan agar negara-negara G7 menyusun landasan hukum untuk menyita aset-aset Rusia yang dibekukan, dan menggunakan aset tersebut guna mendanai pertahanan Ukraina. Sekitar US$300 miliar aset Rusia yang dibekukan mayoritas tersimpan di Eropa.

    Pejabat AS dan Eropa dilaporkan telah membahas wacana penyitaan bertahap atas aset-aset tersebut. Untuk saat ini, hasil keuntungan dari aset Rusia telah digunakan sebagai pinjaman kepada Ukraina.

    Pertemuan darurat para menteri keuangan G7 diselenggarakan oleh Kanada pada Jumat lalu. Pertemuan ini membahas langkah-langkah tambahan untuk menekan ekonomi Rusia dan menghentikan dukungan terhadap perang.

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan bahwa G7 seharusnya bergabung dengan AS dalam memberlakukan tarif terhadap negara-negara yang masih membeli minyak Rusia. Ia menyebut langkah ini sebagai bentuk komitmen nyata untuk menghentikan perang.

    Dalam dokumen proposal yang diajukan AS, disebutkan bahwa tarif sekunder antara 50% hingga 100% akan dikenakan terhadap China dan India. Selain itu, akan ada pembatasan ekspor-impor guna menghentikan aliran energi dan teknologi ke Rusia.

    Proposal tersebut juga mencakup sanksi terhadap kapal tanker Rusia yang beroperasi, perusahaan energi Rosneft, serta larangan layanan asuransi maritim untuk ekspor minyak Rusia.

    Sanksi tambahan akan menargetkan lembaga yang mendukung industri militer Rusia, bank regional, serta layanan yang terkait dengan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi keuangan di zona ekonomi khusus Rusia.

    Trump telah menaikkan tarif terhadap India menjadi 50% karena tetap membeli minyak Rusia. Namun, sanksi langsung terhadap Rusia sendiri belum dijatuhkan meski beberapa tenggat waktu yang ditetapkan AS telah terlewati.

    Presiden AS itu juga menyatakan kepada pejabat Uni Eropa bahwa ia hanya akan memberlakukan tarif tambahan terhadap China dan India jika negara-negara Eropa juga mengambil langkah serupa.

    Sementara itu, Uni Eropa sedang menyiapkan paket sanksi ke-19 terhadap Rusia, yang diperkirakan akan menyasar lebih banyak bank serta memperketat pembatasan terhadap perdagangan minyak.

    Namun, langkah-langkah ini menghadapi hambatan karena sejumlah negara Uni Eropa, termasuk Hungaria, menolak sanksi yang lebih keras terhadap sektor energi Rusia.

  • Menggandakan Ekspor Komoditas Nonmigas Unggulan

    Menggandakan Ekspor Komoditas Nonmigas Unggulan

    Bisnis.com, JAKARTA — Kira-kira sepekan setelah peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, panel Organisasi Perdagangan Dunia mengambil satu keputusan strategis terkait dengan nasib Indonesia.

    Panel World Trade Organization (WTO) mengambil sikap untuk mendukung posisi Indonesia atas sejumlah klaim dalam pengaduan terkait pengenaan bea masuk imbalan (countervailing duties) oleh Uni Eropa terhadap impor biodiesel asal Indonesia. 

    Pengajuan sengketa dilakukan sejak 2023 atas pengenaan bea masuk oleh Uni Eropa atas biodiesel dari negara Asia Tenggara yang tidak sejalan dengan aturan WTO.

    Panel WTO lantas memberi rekomendasi agar Uni Eropa menyelaraskan langkah-langkahnya dengan kewajiban yang berlaku berdasarkan Agreement on Subsidies and Countervailing Measures (SCM Agreement).

    Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Uni Eropa merupakan pasar penting bagi produk minyak sawit dan biodiesel Indonesia. Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia.

    Airlangga menuturkan keputusan Panel WTO tersebut menegaskan posisi Indonesia dalam memperjuangkan akses pasar yang adil bagi produk-produk unggulan nasional.

    “Ini berita baik dimana Panel WTO mendukung Indonesia di dalam keputusan terkait dengan dikenakannya dumping duty biodiesel di Eropa. Sebagai konsekuensi dari keputusan Panel WTO tersebut, maka tentu Uni Eropa perlu untuk mencabut dumping yang diberikan. Nah kita Indonesia tinggal menunggu bagaimana Uni Eropa merespons terhadap keputusan Panel WTO tersebut,” ujar Airlangga dalam keterangan resminya.

    Terkait dengan putusan tersebut, dia menyampaikan apresiasi dan berupaya mempersiapkan langkah-langkah implementasi yang diperlukan secara terukur.

    Menko Airlangga juga menerangkan bahwa keputusan tersebut tentu menjadi katalisator bagi perkembangan komoditas andalan ekspor Indonesia.

    Pemerintah Indonesia, katanya juga berkomitmen terus mengawal keputusan dengan pendekatan yang solutif, mengutamakan kolaborasi internasional, sekaligus memperjuangkan kepentingan nasional pada kancah perdagangan global.

    Komoditas Nonmigas Unggulan

    Produk crude palm oil (CPO) atau kelapa sawit merupakan satu dari tiga produk komoditas nonmigas unggulan Indonesia untuk pasar ekspor, selain batu bara dan besi-baja.

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor CPO dan produk turunannya asal Indonesia ke sejumlah negara mencapai US$14,02 miliar sepanjang Januari—Juli 2025. Nilai itu tumbuh 32,92% year-on-year (YoY).

    Secara pertumbuhan, CPO dan turunannya melaju paling tinggi dibandingkan dengan besi-baja yang tumbuh 10,29% YoY dari US$14,59 miliar pada Januari—Juli 2024 menjadi US$16,09 miliar pada Januari—Juli 2025.

    Sementara itu, komoditas nonmigas unggulan lain yakni batu bara nilai ekspornya turun 21,74% menjadi US$13,82 miliar tahun ini dibandingkan dengan US$17,66 miliar pada Januari—Juli 2024.

    Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Edy Mahmud menuturkan nilai ekspor komoditas nonmigas unggulan RI paling tinggi masih bersumber dari besi-baja yang porsinya sebesar 10,57%.

    Adapun, produk CPO dan turunannya memiliki share sebesar 9,21% dan batu bara 9,02%.

    Edy menyatakan dari sisi volume, ekspor CPO dan turunannya pada periode Januari—Juli 2025 mencapai 13,64 juta ton.

    “Ada kenaikan sebesar 10,95% secara tahunan,” katanya dalam pernyataan resmi dikutip Sabtu (13/9/2025).

    Komoditas besi-baja juga tercatat naik 10,23% dengan volume mencapai 13,16 juta ton. Sementara itu, komoditas batu bara terkoreksi mendekati 7% dengan volume 214,71 juta ton.

    Edy menuturkan negara-negara utama tujuan ekspor komoditas nonmigas Indonesia paling tinggi ke China dengan market share 22,64% diikuti ke negara lain seperti Amerika Serikat (11,75%) dan India (7,14%).

    Adapun secara gabungan, negara di Asia Tenggara tercatat memiliki porsi 19,64%, kemudian Uni Eropa 7,3%, dan negara-negara lainnya 31,53%. (*)

  • Gaduh Lagi Cemaran Pestisida, Mi Instan Indonesia Sebenarnya Aman Nggak Sih?

    Gaduh Lagi Cemaran Pestisida, Mi Instan Indonesia Sebenarnya Aman Nggak Sih?

    Jakarta

    Kasus dugaan cemaran etilen oksida (EtO) kembali mencuat dan lagi-lagi menyeret mi instan produksi Indonesia. Otoritas keamanan pangan Taiwan melaporkan adanya residu EtO pada Indomie varian Soto Banjar Limau Kuit, yang melebihi ambang batas aman versi regulasi setempat.

    Sebagai langkah cepat pemerintah Taiwan, produk Indomie dengan varian Soto Banjar Limau Kuit ditarik dari peredaran dan masyarakat diimbau tidak mengonsumsinya.

    Laporan resmi Food and Drug Administration (FDA) Taiwan menyebut satu batch Indomie Soto Banjar Limau Kuit dengan tanggal kedaluwarsa 19 Maret 2026 mengandung EtO di atas standar atau batas aman yang ditolerir. Produk yang terdeteksi mengandung residu pestisida itu dinilai tidak memenuhi persyaratan keamanan pangan Taiwan.

    Menindaklanjuti laporan tersebut, Centre for Food Safety (CFS) Taiwan menarik seluruh stok Indomie Soto Banjar Limau Kuit dari pasaran, mengimbau masyarakat membuang produk dan berhenti mengonsumsinya, hingga melakukan investigasi terkait kemungkinan distribusi produk ke Hong Kong dan pasar internasional.

    Mereka juga memantau penjualan daring serta pergerakan lintas negara untuk memastikan konsumen tidak lagi mendapatkan akses pembelian Indomie varian Soto Banjar Limau Kuit.

    “Pembelian produk melalui platform daring atau perjalanan internasional tidak dapat dikecualikan. Konsumen harus membuang produk dan tidak mengonsumsinya,” tulis pernyataan CFS pada 9 September 2025.

    BPOM RI Buka Suara

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) langsung merespons laporan Taiwan tersebut. Kepala BPOM RI Taruna Ikrar menegaskan bahwa produk yang ada di Taiwan bukan berasal dari eksportir resmi.

    “Produk tersebut bukan merupakan ekspor secara resmi dari produsen ke Taiwan,” tulis BPOM RI dalam keterangan resminya, Jumat (12/9/2025.

    “Ekspor produk diduga dilakukan oleh trader dan bukan importir resmi dari produsen serta diekspor tanpa sepengetahuan produsen,” lanjut pernyataan tersebut.

    BPOM menegaskan bahwa saat ini, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (Indofood) telah melakukan penelusuran bahan baku yang digunakan serta penyebab terjadinya temuan.

    “Hasil penelusuran akan dilaporkan segera kepada BPOM,” kata BPOM.

    Indomie Varian Sama di RI Aman Dikonsumsi

    BPOM sadar bahwa temuan ini membuat konsumen dalam negeri menjadi panik. BPOM menegaskan bahwa mi instan varian yang sama di dalam negeri aman untuk dikonsumsi.

    “Berdasarkan hasil penelusuran pada data registrasi BPOM, produk dengan varian tersebut telah memiliki izin edar BPOM sehingga dapat beredar di Indonesia dan tetap dapat dikonsumsi,” kata BPOM.

    Apa Itu Etilen Oksida?

    Etilen oksida adalah zat kimia berbentuk gas tak berwarna dengan bau manis. Dalam industri pangan, EtO digunakan untuk fumigasi, sterilisasi, dan pengawetan. Namun, menurut Cancer.gov, paparan jangka panjang EtO dapat menimbulkan efek kesehatan serius. Zat ini dikategorikan karsinogenik, dengan risiko:

    Kanker darah seperti limfoma dan leukemia,Kanker lambung dan kanker payudara,Gangguan reproduksi dan efek genotoksik pada sel.

    Meski beberapa negara masih memperbolehkan penggunaan EtO dalam batas tertentu, standar ambang batas berbeda-beda antar negara, sehingga sering menimbulkan perbedaan kebijakan ekspor-impor.

    Untuk diketahui, Taiwan menerapkan kadar EtO total harus tidak terdeteksi dalam produk pangan. Standar ini berbeda dengan standar beberapa negara lain termasuk Amerika, Uni Eropa, dan Indonesia yang memisahkan batasan syarat untuk EtO dengan 2-kloroetanol (2-CE) sebagai analitnya dan bukan sebagai batasan EtO total.

    Sampai saat ini, Codex Allimentarius Commission (CAC) sebagai organisasi internasional di bawah WHO/FAO belum mengatur batas maksimal residu EtO.

    Bukan Kasus Pertama

    Kasus cemaran EtO pada produk Indomie bukan yang pertama. Pernah terjadi pada Indomie varian lain. Namun saat itu, BPOM RI memastikan produk Indomie Rasa Ayam Spesial Aman dikonsumsi karena residu etilen oksida masih berada di bawah ambang batas maksimal 85 ppm. Ini mengacu pada regulasi Kepala BPOM Nomor 229 Tahun 2022 soal Pedoman Mitigasi Risiko Kesehatan Senyawa Etilen Oksida.

    “Dengan demikian, kadar yang terdeteksi pada sampel mi instan di Taiwan (0,34 ppm) masih jauh di bawah batas maksimal residu di Indonesia dan di sejumlah negara lain, seperti Amerika dan Kanada. Oleh karena itu, di Indonesia produk mi instan tersebut aman dikonsumsi, karena telah memenuhi persyaratan keamanan dan mutu produk sebelum beredar,” kata pihak BPOM.

    Pada 2022, produk Mie Sedaap juga pernah mengalami kasus yang sama. Tiga negara termasuk Hong Kong, Singapura, hingga Malaysia meminta warganya untuk lebih hati-hati dalam konsumsi beberapa varian Mie Sedaap.

    Pihak Mie Sedaap saat itu juga sudah membantah adanya kandungan etilen oksida atau pestisida yang kemungkinan dipakai sebagai bahan pengawet.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Langkah BPOM Usai Taiwan Larang Produk Indomie Soto Banjar”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)

  • Aspermigas Buka-bukaan Tantangan Investasi Kilang Minyak di Indonesia

    Aspermigas Buka-bukaan Tantangan Investasi Kilang Minyak di Indonesia

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) mengungkap sejumlah tantangan keekonomian dalam pembangunan kilang minyak di Indonesia. Untuk itu, iklim investasi kilang harus diiringi inovasi pengembangan dan dukungan pemerintah.

    Ketua Komite Investasi Aspermigas Moshe Rizal mengatakan, prospek bisnis kilang minyak di Indonesia bisa sangat menarik jika dikembangkan dengan tepat. 

    “Ini butuh peran pemerintah juga dan tadi saya bilang, keekonomian kilang di Indonesia kan enggak terlalu bagus. Jadi harus ada yang bisa ditawarkan sebagai tambahan, seperti petrokimia atau enggak jaminan dari pemerintah, misalkan untuk investor di kilang minyak,” kata Moshe kepada Bisnis, Jumat (12/9/2025).

    Dia pun menyoroti rencana investasi Danantara Indonesia untuk membangun 17 kilang minyak modular senilai US$8 miliar bersama perusahaan asal Amerika Serikat (AS). 

    Menurut Moshe, kilang modular tidak berisiko dari segi kapasitas yang terbilang kecil yakni di kisaran 100.000 barel ke bawah. Meskipun risikonya rendah, dari segi nilai keekonomian tetap dinilai rentan.  

    “Jadi, risiko harus berbagi jangan semua risiko itu diserap oleh Danantara itu sendiri. Jadi kita harus cari partner sama-sama untuk mengurangi risiko, dari sisi keekonomian itu juga sangat rentan,” ujarnya. 

    Dalam hal ini, dia menegaskan bahwa investasi di kilang berisiko dari segi keekonomian karena cost over run atau biaya tidak terduga yang bisa membengkak. 

    “Misalkan US$100 juta, tiba-tiba membengkak jadi US$200 juta, pembengkakan biaya itu yang menjadi risiko. Pengembangan kilang itu sendiri apalagi kalau keekonomiannya tipis,” jelasnya. 

    Apalagi daya beli masyarakat di Indonesia terbilang rendah sehingga kilang di dalam negeri harus menyesuaikan harga agar tidak terlalu tinggi. Untuk itu, dia mendorong untuk menambah manfaat kilang untuk produksi petrokimia. 

    “Jadi saya pikir bukan karena itu yang jadi masalah di Indonesia, kilang ini kan memang dari awal memang sudah dibilang proyek yang risiko tinggi dengan keekonomian yang tidak begitu besar,” tuturnya.

    Di sisi lain, dia juga menerangkan bahwa tren kilang global yang diperkirakan akan tutup tidak akan berpengaruh ke sentimen di Indonesia. Pasalnya, kebutuhan dalam negeri masih terus tumbuh tinggi. 

    Kabar penutupan kilang minyak global seperti di Eropa dan Amerika Serikat (AS) disebabkan isu lingkungan dan transisi energi. Dia melihat dua kawasan tersebut tak lagi mau mengelola kilang minyak karena isu lingkungan. 

    “Tapi bukan berarti mereka enggak beli BBM lagi karena permintaan BBM tetap naik, mau itu di Eropa, di Amerika maupun di Asia,” imbuhnya. 

    Tak hanya AS dan Eropa, China juga mengurangi konsumsi BBM karena beralih ke energi baru terbarukan lewat masifnya penggunaan kendaraan listrik. Namun, dia melihat investasi kilang kini masif di negara-negara berkembang. 

    “Jadi kalau dibilang 26 tutup, banyak juga yang buka, misalkan kita lihat, kalau enggak salah Nigeria kemarin baru meresmikan petroleum, kilang terbesar di benua Afrika. Kalau enggak hampir setengah juta barel per hari,” tuturnya. 

    Sebelumnya, Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Oki Muraza mengungkapkan 26 kilang minyak dan gas bumi (migas) di dunia bakal tutup menjelang 2030. Hal ini tak lepas dari kondisi kelebihan pasok (oversupply) dan rendahnya profitabilitas atau spread produk yang menekan bisnis kilang.

    Oki menuturkan, beberapa perusahaan migas dunia tengah menghadapi tantangan dalam mendapatkan keuntungan dari bisnis kilang. Menurutnya, perusahaan kelas dunia seperti BP, TotalEnergies, hingga Chevron mengalami tantangan serupa.

    “Ada banyak kilang dunia yang ditutup di Eropa, di Amerika, di Australia dan diperkirakan ada 17 kilang yang akan tutup menjelang tahun 2030,” ucap Oki dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (11/9/2025).

    Berdasarkan bahan paparan Pertamina, pada 2027, diperkirakan akan ada sembilan kilang yang tutup di AS, Eropa, Asia, Australia, dan Selandia Baru. 

    Lalu, sebanyak 17 kilang di Afrika, Uni Eropa, dan Asia diperkirakan tutup pada 2030.

  • BPOM: Indomie Mengandung Pestisida di Taiwan Bukan Ekspor Resmi, Diduga Ulah Trader!

    BPOM: Indomie Mengandung Pestisida di Taiwan Bukan Ekspor Resmi, Diduga Ulah Trader!

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan RI buka suara terkait produk mi instan Indomie rasa Soto Banjar Limau Kuit ditemukan mengandung etilen oksida di Taiwan. Menurut BPOM, produk tersebut tidak diekspor secara resmi.

    “BPOM telah menerima laporan dan penjelasan produsen bahwa produk yang ditemukan tidak memenuhi ketentuan di Taiwan. Produk tersebut bukan merupakan ekspor secara resmi dari produsen ke Taiwan,” tulis BPOM RI dalam keterangan resminya, Jumat (12/9/2025).

    “Ekspor produk diduga dilakukan oleh trader dan bukan importir resmi dari produsen serta diekspor tanpa sepengetahuan produsen,” lanjut pernyataan tersebut.

    BPOM menegaskan bahwa saat ini, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (Indofood) telah melakukan penelusuran bahan baku yang digunakan serta penyebab terjadinya temuan.

    “Hasil penelusuran akan dilaporkan segera kepada BPOM,” kata BPOM.

    Untuk diketahui, Taiwan menerapkan kadar EtO total harus tidak terdeteksi dalam produk pangan. Standar ini berbeda dengan standar beberapa negara lain termasuk Amerika, Uni Eropa, dan Indonesia yang memisahkan batasan syarat untuk EtO dengan 2-kloroetanol (2-CE) sebagai analitnya dan bukan sebagai batasan EtO total.

    Sampai saat ini, Codex Allimentarius Commission (CAC) sebagai organisasi internasional di bawah WHO/FAO belum mengatur batas maksimal residu EtO.

    “BPOM akan terus berkoordinasi dengan otoritas kompeten di Taiwan serta pihak lain yang terkait untuk menindaklanjuti dan memantau perkembangan hal ini,” tutur BPOM.

    Produk Aman di Indonesia

    BPOM sadar bahwa temuan ini membuat konsumen dalam negeri menjadi panik. BPOM menegaskan bahwa mi instan varian yang sama di dalam negeri aman untuk dikonsumsi.

    “Berdasarkan hasil penelusuran pada data registrasi BPOM, produk dengan varian tersebut telah memiliki izin edar BPOM sehingga dapat beredar di Indonesia dan tetap dapat dikonsumsi,” kata BPOM.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/up)

  • BPOM RI ‘Colek’ Produsen soal Larangan Indomie Soto Banjar di Taiwan, Ini Hasilnya

    BPOM RI ‘Colek’ Produsen soal Larangan Indomie Soto Banjar di Taiwan, Ini Hasilnya

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) tengah menindaklanjuti laporan otoritas Taiwan terkait temuan etilen oksida (EtO) di mi instan Indomie Rasa Soto Banjar Limau Kuit produksi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (Indofood).

    Setelah ditelusuri, produk yang tersedia di Taiwan bukan berasal dari ekspor resmi produsen.

    “Ekspor produk diduga dilakukan oleh trader dan bukan importir resmi dari produsen serta diekspor tanpa sepengetahuan produsen,” beber BPOM RI dalam keterangan resminya, Jumat (12/9/2025).

    Meski begitu, produsen disebut BPOM RI tengah melakukan penelusuran lebih lanjut terkait pemicu temuan etilen oksida di luar ambang batas aman menurut otoritas Taiwan.

    “Hasil penelusuran akan dilaporkan segera kepada BPOM,” lanjut BPOM.

    Menurut BPOM RI, temuan tersebut dilaporkan lantaran Taiwan memiliki kebijakan penetapan kadar EtO total. Standar yang berbeda dengan beberapa negara lain termasuk Amerika, Uni Eropa, dan Indonesia.

    Kebijakan di Indonesia yakni memisahkan batasan syarat untuk EtO dengan kloroetanol (2-CE) sebagai analitnya dan bukan sebagai batasan EtO total.

    “Sampai saat ini, Codex Allimentarius Commission (CAC) sebagai organisasi internasional di bawah WHO/FAO belum mengatur batas maksimal residu EtO,” tutur BPOM.

    Meski begitu, BPOM RI terus berkomunikasi dengan otoritas di Taiwan dan pihak lain yang tengah melakukan investigasi temuan terkait. Masyarakat diimbau BPOM RI untuk tidak panik, lantaran mi instan varian Rasa Soto Banjar Limau Kuit, sebetulnya sudah terdaftar di data registrasi BPOM.

    “Sehingga dapat beredar di Indonesia dan tetap dapat dikonsumsi,” tegasnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Langkah BPOM Usai Taiwan Larang Produk Indomie Soto Banjar”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)

  • Akankah Serangan Israel di Qatar Luapkan Perang di Timur Tengah?

    Akankah Serangan Israel di Qatar Luapkan Perang di Timur Tengah?

    Jakarta

    Sejauh ini, respons Qatar terhadap serangan Israel terhadap sebuah gedung di ibu kota Doha, pada Selasa (9/9), masih terbatas pada kecaman verbal.

    Insiden itu menewaskan lima pemimpin politik berpangkat rendah kelompok militan Hamas serta seorang petugas keamanan lokal.

    Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, mengecam serangan tersebut dan menyatakan negaranya menuntut Israel “bertanggung jawab atas segala konsekuensi.”

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut serangan itu “sepenuhnya dibenarkan” mengingat Hamas merupakan dalang serangan teror pada 7 Oktober 2023 di Israel yang menewaskan lebih dari 1.200 orang dan membuat sekitar 250 orang disandera.

    Netanyahu juga mengaitkan hal itu dengan penembakan di Yerusalem Timur yang diduduki, yang menewaskan enam orang pada Senin (8/9) yang diklaim Hamas.

    Sementara itu, Hamas — kelompok militan Islam yang dikategorikan sebagai organisasi teroris oleh Israel, AS dan Uni Eropa, hanya mengonfirmasi bahwa Himam al-Hayya, putra negosiator utama Hamas Khalil al-Hayya, turut tewas.

    Menurut kantor berita AFP, Khalil al-Hayya dan pemimpin Hamas di luar negeri Khaled Meshaal juga berada di gedung yang menjadi target. Sejauh ini, keduanya belum bisa dihubungi oleh media Prancis tersebut.

    Diplomasi atau eskalasi militer?

    “Serangan ini adalah alarm bagi seluruh kawasan, di mana batas-batas kemitraan dan aliansi tradisional sedang didefinisikan ulang,” ujar Sanam Vakil, Direktur Program Timur Tengah dan Afrika Utara di lembaga kajian Chatham House yang berbasis di London, kepada DW.

    “Negara-negara Teluk tahu bahwa kemitraan mereka dengan Amerika Serikat (sekutu terkuat Israel, red.) penting secara ekonomi maupun keamanan, jadi sulit membayangkan adanya perpecahan segera,” tambahnya.

    Hugh Lovatt, peneliti di European Council on Foreign Relations, meragukan situasi saat ini akan berkembang menjadi konflik langsung antara Qatar dan Israel.

    “Qatar sama sekali tidak akan membalas secara militer,” katanya kepada DW. Dia berspekulasi Qatar bisa menggunakan dana kekayaan negara untuk menekan secara ekonomi.

    Pandangan serupa disampaikan Neil Quilliam, pakar hubungan luar negeri di firma konsultan Azure Strategy yang berbasis di London.

    “Qatar tidak siap untuk meningkatkan eskalasi,” ujarnya. “Pembalasan dengan senjata hanya akan mengundang respons Israel dengan kekuatan lebih besar, dan keyakinan Doha terhadap perlindungan AS pasti terguncang saat ini.”

    Qatar dan AS, yang merupakan sekutu utama Israel sekaligus pendukung kuat perang Israel di Gaza, juga memiliki aliansi strategis. Qatar menampung pangkalan militer terbesar AS di kawasan dan menggunakan sistem pertahanan udara buatan AS.

    Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada media AS bahwa dirinya “tidak senang” dengan serangan tersebut. Dalam sebuah unggahan di media sosial, dia menyebut tidak diberi tahu sebelumnya mengenai serangan di Qatar. “Ini keputusan Perdana Menteri Netanyahu; bukan keputusan saya,” tulisnya.

    “Saya memandang Qatar sebagai sekutu dan sahabat dekat AS, dan sangat menyesalkan lokasi serangan itu,” lanjut Trump, seraya menekankan bahwa menurutnya mengeliminasi Hamas tetap merupakan “tujuan yang pantas.”

    Apakah negosiasi Gaza terancam?

    Serangan Israel di Doha juga dikhawatirkan mengganggu putaran terbaru perundingan mengenai gencatan senjata di Gaza serta kemungkinan pembebasan sandera Hamas setelah hampir dua tahun perang.

    Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman mengatakan kepada wartawan bahwa pihaknya tidak gentar akibat serangan itu.

    “Qatar tidak pernah berhenti berupaya menghentikan perang ini dan akan melakukan apa pun untuk menghentikan perang, menghentikan permusuhan di Gaza,” ujarnya, menambahkan bahwa mediasi “akan berlanjut, dan tidak ada yang akan menghalangi kami untuk terus memainkan peran ini.”

    Posisi Qatar sebagai mediator utama antara Israel dan Hamas berakar dari hubungan uniknya dengan kedua pihak.

    Menurut Quilliam, “Qatar benar-benar mediator luar biasa di kawasan ketika menyangkut Israel.”

    Peran ini kian menonjol sejak 2012, ketika pimpinan politik Hamas pindah dari Suriah ke Doha. Saat itu, Washington ingin mencegah Hamas berpindah ke Iran — pendukung kuat kelompok militan itu yang juga menentang Israel dan AS. Di Doha, menurut asumsi Washington, Hamas akan lebih mudah diawasi.

    Quilliam menyebut hubungan Qatar dengan Hamas sebagai hubungan kerja. “Qatar lebih condong pada ekspresi Islam politik di kawasan,” katanya. Negara tetangga seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab lebih vokal menentang kelompok Islamis.

    Dia menambahkan, Qatar juga merupakan pengkritik keras Israel, berbeda dengan negara lain di kawasan, seperti Bahrain atau Uni Emirat Arab yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel melalui Abraham Accords yang ditengahi AS pada 2020.

    Namun, dia menekankan bahwa meskipun Qatar menghormati Hamas sebagai gerakan politik dan perlawanan, Doha tidak pernah secara terbuka mendukung kontrol penuh Hamas atas Gaza.

    Sikap Qatar secara umum dihargai Israel, yang telah menumbuhkan kepercayaan pada kemampuan mediasi Qatar. Meski demikian, Qatar dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik formal, namun tetap menjalin hubungan pragmatis sejak 1990-an.

    Bagi pemerintahan Netanyahu, mempertahankan Qatar di meja perundingan sangat penting mengingat meningkatnya tekanan dari dalam Israel maupun luar negeri untuk mengakhiri perang di Gaza yang dipicu serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Sejak saat itu, lebih dari 64.500 warga Palestina telah tewas menurut angka yang belum terverifikasi tetapi dianggap kredibel dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas. Sekitar 50 sandera masih ditahan Hamas, dengan hanya 20 yang diyakini masih hidup.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Rizki Nugraha
    Editor: Yuniman Farid


    (ita/ita)

  • ESDM Pastikan Bisnis Kilang di RI Prospektif saat Tren Global Berguguran

    ESDM Pastikan Bisnis Kilang di RI Prospektif saat Tren Global Berguguran

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan kebutuhan kilang minyak di Indonesia masih tinggi di tengah tekanan bisnis kilang secara global.

    Kebutuhan tambahan kilang baru dalam negeri itu seiring dengan konsumsi bahan bakar yang terus meningkat. 

    Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan, penyebab tutupnya kilang minyak di sejumlah negara maju disebabkan transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan.  

    “Ini kan ada yang diolah di dalam kilang dalam negeri, ada yang berasal dari impor. Jadi ini kita lihat, ini bagaimana optimalisasi kilang yang ada dalam negeri,” kata Yuliot di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (12/9/2025). 

    Dia mencontohkan, transisi energi di China yang masif dilakukan lewat shifting kendaraan listrik, termasuk kendaraan pribadi, angkutan umum, hingga angkutan berat yang menggunakan baterai. 

    Kondisi shifting penggunaan energi di sektor transportasi China saat ini disebut telah mencapai 50% menggunakan baterai listrik. Bahkan, Yuliot menyebut SPBU BBM di China telah tutup lebih dari 60% dari kondisi awal. 

    “Jadi kan kita melihat ini karena ada perubahan penggunaan energi juga, ya ini mungkin itu dampaknya adalah terhadap ini kilang-kilang secara global,” tuturnya, 

    Namun, jika dibandingkan dengan Indonesia, konsumsi BBM atau bahan bakar dari fosil masih tinggi mengikuti daya beli masyarakat saat ini. Adapun, kebutuhan BBM nasional saat ini mencapai 1,5 juta barel per hari. 

    Bahkan, kebutuhan tersebut belum sejalan dengan kemampuan produksi dari kilang dalam negeri. Alhasil, pemerintah masih perlu mengimpor minyak dari negara dengan tetap mempertimbangkan neraca perdagangan. 

    “Kalau tidak tercukupi dari kilang dalam negeri, berarti kita harus melakukan impor dari luar negeri, tapi ini dalam neraca trade balance, ya kita juga harus mengulangi komitmen kita,” tuturnya. 

    Diberitakan Bisnis sebelumnya, Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Oki Muraza mengungkapkan 26 kilang minyak dan gas bumi (migas) di dunia bakal tutup menjelang 2030. Hal ini tak lepas dari kondisi kelebihan pasok (oversupply) dan rendahnya spread produk (selisih antara harga produk kilang dan harga minyak mentah) yang menekan bisnis kilang. 

    Oki menuturkan, beberapa perusahaan migas dunia tengah menghadapi tantangan dalam mendapatkan keuntungan dari bisnis kilang. Menurutnya, perusahaan kelas dunia seperti BP, TotalEnergies, hingga Chevron mengalami tantangan serupa. 

    “Ada banyak kilang dunia yang ditutup di Eropa, di Amerika, di Australia dan diperkirakan ada 17 kilang yang akan tutup menjelang tahun 2030,” ucap Oki dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (11/9/2025). 

    Berdasarkan bahan paparan Pertamina, pada 2027, diperkirakan akan ada sembilan kilang yang tutup di AS, Eropa, Asia, Australia, dan Selandia Baru.

    Lalu, sebanyak 17 kilang di Afrika, Uni Eropa, dan Asia diperkirakan tutup pada 2030.