Negara: Uni Eropa

  • Panduan investasi forex yang aman

    Panduan investasi forex yang aman

    Memilih broker forex yang aman menjadi faktor terpenting dalam investasi forex. (ANTARA/HO-OctaInvestasiBerjangka)

    Panduan investasi forex yang aman
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Sabtu, 01 Maret 2025 – 09:47 WIB

    Elshinta.com – Prinsip investasi high risk high return memang tak pernah usang. Namun, untuk mencapai titik low risk high return, seseorang harus benar-benar memahami jenis investasi yang dipilihnya.

    Forex atau foreign exchange, tak terkecuali. Selama ini jenis investasi itu dikenal menjanjikan potensi keuntungan yang besar.

    Forex merupakan jenis investasi yang melibatkan penggunaan modal untuk memperoleh keuntungan dari perubahan nilai tukar mata uang.

    Sama seperti saham atau obligasi, forex memberikan peluang bagi trader untuk mendapatkan keuntungan jika mereka mampu memprediksi pergerakan harga dengan benar.

    Wajar jika jenis investasi ini menarik cukup banyak peminat karena memang menawarkan benefit tinggi dengan cepat, sepanjang tahu cara mainnya. Apalagi, teknologi yang berkembang dengan begitu dinamis membuat akses terhadap pasar ini semakin mudah.

    Kendati begitu, di balik peluang yang ditawarkan, selalu ada risiko yang tidak bisa diabaikan.

    Misalnya saja, kemudahan dari sisi teknologi yang membuka celah bagi broker-broker nakal untuk beroperasi tanpa izin resmi. Banyak trader, terutama yang masih pemula, tidak menyadari bahwa tidak semua platform trading bisa dipercaya.

    Mereka kerap tertarik pada promosi yang menggiurkan, seperti bonus besar atau spread rendah, tanpa benar-benar memahami legalitas dan keamanan platform yang digunakan.

    Fungsional Umum Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu, Hanifah Setyaningrum,  menuliskan dalam kajiannya bahwa dengan masifnya promosi investasi menggiurkan namun ilegal, semakin menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan investasi dimaksud

    Prinsip hidup seperti You Only Live Once (YOLO) dan Fear of Missing Out (FOMO) membuat seorang individu merasa tertinggal ketika tidak mengikuti tren.

    Hal ini mengakibatkan masyarakat dengan mudahnya melakukan investasi tanpa memeriksa keamanan instrumen investasi yang dipilih dengan iming-iming return yang tinggi dan cepat.

    Sehingga dalam forex trading pun, pemilihan broker menjadi salah satu faktor terpenting yang akan menentukan sukses tidaknya dalam berinvestasi.

    Pilihan broker

    Memilih broker akan menentukan apakah seorang trader akan menjalani pengalaman yang aman dan transparan, atau justru terjebak dalam sistem yang merugikan.

    Terlebih sekarang ini, banyak sekali broker yang bagi para pemula menjadi pedang bermata dua, sukses investasi berkat pemilihan broker tepat atau justru buntung lantaran memilih broker abal-abal.

    Misalnya ada kasus nama broker yang nyaris serupa, Octa Investama Berjangka dan OctaFX, bisa menjadi contoh yang relevan untuk menggambarkan pentingnya memahami legalitas sebuah broker sebelum memulai trading.

    Octa Investama Berjangka dikenal sebagai salah satu contoh broker yang memiliki izin dari BAPPEBTI dan telah beroperasi secara resmi sejak tahun 2012. Broker ini juga mendapatkan penghargaan Most Transparent Broker (Indonesia) dari Capital Finance International pada tahun 2022, yang menunjukkan komitmennya terhadap transparansi dan perlindungan dana nasabah.

    Sebaliknya, ada broker seperti OctaFX, yang meskipun populer dan merupakan broker forex internasional yang teregulasi oleh otoritas seperti Cyprus Securities and Exchange Commission (CySEC) di Uni Eropa dan Mwali International Services Authority (MISA), ternyata tidak memiliki izin resmi dari BAPPEBTI.

    Bahkan pada tahun 2022, Satgas Waspada Investasi (SWI) melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memasukkan OctaFX dalam daftar investasi ilegal.

    Broker ini bahkan sempat diblokir, tetapi kemudian muncul kembali dengan nama baru, Octa Broker, sebagai upaya untuk tetap beroperasi di Indonesia. Namun, hal ini berarti bahwa layanan mereka tidak berada di bawah pengawasan dan perlindungan hukum Indonesia, yang dapat menimbulkan risiko bagi trader lokal. ​

    Banyak trader yang melaporkan kesulitan menarik dana mereka, akun yang tiba-tiba dibekukan, hingga perubahan kebijakan yang merugikan tanpa ada mekanisme perlindungan.

    Perbedaan antara broker legal dan broker ilegal inilah yang menunjukkan betapa pentingnya memahami regulasi sebelum memilih tempat untuk berinvestasi.

    Legalitas bukan sekadar formalitas, ini adalah jaminan bahwa dana nasabah dikelola dengan aman, transaksi dilakukan secara transparan, dan ada mekanisme penyelesaian sengketa jika terjadi masalah.

    Trader yang memilih broker legal memiliki perlindungan hukum, sementara mereka yang memilih broker ilegal harus menghadapi risiko yang jauh lebih besar.

    Hal ini tak seharusnya lagi-lagi terjadi, apalagi nilai kerugian masyarakat Indonesia akibat investasi ilegal (investasi bodong) terus meningkat. Data OJK mencatat kerugian mencapai Rp139,67 triliun sejak tahun 2017 hingga tahun 2023. Meski sejak tahun 2017, OJK telah menutup 10.890 entitas ilegal yang meliputi investasi ilegal dan pinjaman online (pinjol) ilegal.

    Pastikan keamanan

    Untuk memastikan keamanan dalam trading, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat memilih broker. Hal yang pasti adalah broker harus memiliki izin resmi dari regulator yang diakui.

    Di Indonesia, regulator yang bertanggung jawab dalam mengawasi perdagangan berjangka adalah Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI).

    Lembaga inilah yang akan memastikan bahwa broker yang beroperasi memiliki izin resmi dan mematuhi standar yang telah ditetapkan untuk melindungi nasabah.

    Legalitas bisa dicek melalui situs resmi regulator. Kemudian, periksa reputasi broker melalui ulasan pengguna, penghargaan yang diterima, serta rekam jejak dalam dunia trading.

    Broker yang memiliki banyak keluhan atau pernah diblokir oleh regulator patut dicurigai. Selanjutnya juga penting untuk memperhatikan bagaimana broker mengelola dana nasabah.

    Broker yang kredibel akan menggunakan sistem segregasi dana, yang berarti uang trader disimpan terpisah dari dana operasional perusahaan. Ini penting untuk menghindari potensi penyalahgunaan dana oleh pihak broker.

    Selain juga harus diperhatikan transparansi kebijakan dan biaya. Karena broker yang baik akan memberikan informasi jelas mengenai spread, biaya transaksi, serta aturan lainnya.

    Kasus di atas bukanlah satu-satunya contoh broker ilegal yang beroperasi tanpa pengawasan. Ada banyak broker lain yang menggunakan strategi serupa untuk menarik trader yang tidak waspada.

    Mereka mungkin menawarkan keuntungan besar, tetapi tanpa jaminan legalitas, trader bisa saja kehilangan dana mereka tanpa ada jalan keluar. Keberadaan broker resmi menunjukkan bahwa ada pilihan yang lebih aman bagi mereka yang ingin serius dalam dunia trading forex.

    Memahami perbedaan antara broker legal dan ilegal bukan hanya penting bagi trader yang sudah berpengalaman, tetapi juga bagi masyarakat umum agar tidak mudah tergiur dengan iming-iming investasi cepat untung.

    Tidak sedikit kasus di mana seseorang tertarik untuk mencoba trading setelah melihat iklan yang menjanjikan keuntungan besar, tetapi akhirnya mengalami kerugian karena mereka memilih broker yang salah.

    Edukasi dan literasi mengenai regulasi, keamanan dana, serta cara mengenali broker yang kredibel perlu terus disebarluaskan agar semakin banyak orang yang terhindar dari jebakan investasi ilegal.

    Pada akhirnya, keputusan untuk memilih broker ada di tangan masing-masing individu. Namun, keputusan ini harus diambil dengan penuh kesadaran akan risiko yang ada.

    Jika ada satu hal yang bisa dipelajari dari kasus Octa Investama Berjangka dan OctaFX, itu adalah bahwa keamanan dan legalitas harus menjadi prioritas utama dalam memilih broker.

    Tidak peduli seberapa menarik penawaran sebuah platform, jika mereka tidak memiliki izin resmi, risikonya akan jauh lebih besar daripada keuntungannya.

    Lebih baik memilih broker yang telah teruji dan memiliki regulasi yang jelas daripada mengambil risiko besar dengan platform yang tidak memiliki perlindungan hukum.

    Keamanan dalam trading bukan hanya soal strategi atau analisis pasar, tetapi juga soal memilih platform yang bisa dipercaya.

    Sebelum tergiur dengan janji-janji keuntungan besar, pastikan bahwa broker yang digunakan benar-benar memiliki izin dan diawasi oleh lembaga yang kredibel.

    Dengan begitu, trader bisa fokus pada aktivitas tradingnya tanpa khawatir kehilangan dana akibat sistem yang tidak transparan. Keputusan cerdas dalam memilih broker adalah langkah awal menuju investasi yang lebih aman dan berkelanjutan.

    Sumber : Antara

  • Tegas! Pemerintah RI Sebut EUDR ‘Musuh Bersama’ Dunia

    Tegas! Pemerintah RI Sebut EUDR ‘Musuh Bersama’ Dunia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Peraturan Uni Eropa terkait deforestasi atau yang disebut dengan European Union Deforestation Regulation (EUDR) mendapat perlawanan dari banyak pihak karena memiliki ketentuan yang bermasalah, termasuk Indonesia.

    Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno mengatakan ada tiga masalah yang ada di EUDR dan mendapat pertentangan dari dunia.

    Pertama adalah kewajiban pengusaha dan pemerintah untuk berbagai data di sektor perkebunan, yang belum ada kepastian standar hingga keamanan penggunaan datanya.

    “Data protection-nya itu aja nggak ada kejelasan dari EU,” kata Arif di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, dikutip Sabtu (1/3/2025).

    Regulasi bermasalah selanjutnya adalah terkait Benchmark Risiko Negara yang tak jelas dasarnya. “Dan kita nggak jelas yang di benchmark apa, apakah negara atau komoditas,” tegas Arif.

    Ketiga, Arif menegaskan bahwa sejumlah perusahaan di Eropa, seperti di Jerman, menentang EUDR, bahkan sampai menggugat keseluruhan peraturan yang dibuat Parlemen dan Dewan Eropa itu, khususnya terkait data sharing.

    “Jadi enggak cuma kita saja, Amerika Serikat bermasalah, Brazil bermasalah dengan EUDR, seluruh dunia bermasalah dengan EUDR, termasuk industri Jerman sendiri,” ungkap Arif.

    (dce)

  • Ramai-ramai Pemimpin Dunia Dukung Zelensky yang Adu Mulut dengan Trump

    Ramai-ramai Pemimpin Dunia Dukung Zelensky yang Adu Mulut dengan Trump

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terlibat adu mulut saat bertemu di Gedung Putih. Wakil Presiden AS JD Vance juga ikut terlibat dalam hal ini.

    Pada Jumat (28/2), Zelensky mempertanyakan condongnya Trump pada Rusia dan mempertanyakan “diplomasi” yang diserukan Vance dalam pertemuan itu, dengan menyinggung pelanggaran komitmen yang dilakukan Moskow selama bertahun-tahun di panggung global.

    Trump kemudian menyebut Zelensky “mempertaruhkan nyawa jutaan orang” dan “bertaruh dengan Perang Dunia III”, serta menuduh Presiden Ukraina itu “sangat tidak menghormati negara ini”. Sedangkan Vance menuduh Zelensky “tidak tahu berterima kasih”.

    Kejadian adu mulut ini mengejutkan pemimpin dunia. Pemimpin negara-negara Eropa kompak memberikan dukungan kepada Zelensky.

    Dilansir AFP, Sabtu (1/3/2025), ramai-ramai negara negara Eropa memberikan dukungan kepada Zelensky, kecuali Hungaria. Negara tersebut merupakan sekutu Rusia, yang melontarkan pujian untuk Trump.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Sementara Rusia tampak senang dengan cekcok yang terjadi.

    Simak berita di halaman selanjutnya.

    Tanggapan Negara-negara Eropa

    Berikut ini tanggapan yang diberikan pemimpin berbagai negara terhadap cekcok antara Trump dan Zelensky:

    Uni Eropa

    Tokoh pemimpin Uni Eropa Ursula von der Leyen dan Antonio Costa memastikan Zelensky “tidak pernah sendirian” usai cekcok dengan Trump terjadi.

    “Jadilah kuat, berani, jangan takut. Kami akan terus bekerja sama dengan Anda demi perdamaian yang adil dan abadi,” demikian pernyataan bersama dari Ketua Komisi dan Ketua Dewan Eropa tersebut.

    Prancis

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut Rusia-lah yang menjadi “agresor” dalam perang Ukraina. Dia menegaskan Paris akan terus membantu Kyiv dalam perang melawan Rusia.

    “Ada agresor yaitu Rusia. Ada masyarakat yang menjadi target agresi yaitu Ukraina. Kita semua benar dengan membantu Ukraina dan memberikan sanksi kepada Rusia tiga tahun lalu dan terus melakukan hal yang sama,” ucap Macron kepada wartawan.

    “Jika ada yang bermain-main dalam Perang Dunia III, itu adalah Vladimir Putin,” sebut Macron merujuk pada tuduhan yang dilontarkan Trump kepada Zelensky saat cekcok.

    Jerman

    Calon Kanselir terbaru Jerman, Friedrich Merz, memastikan dukungan negara untuk Zelensky dalam komentar yang disampaikan usai cekcok terjadi di Gedung Putih.

    “Kita tidak seharusnya bingung antara agresor dan korban dalam perang yang mengerikan ini,” ujarnya dalam pernyataan via media sosial X.

    Dukungan untuk Zelensky juga disampaikan Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock, yang mengatakan bahwa “perjuangan Kyiv untuk perdamaian dan keamanan adalah milik kita”.

    Inggris

    Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer menyatakan dirinya berdiri bersama pemimpin Eropa lainnya dalam mendukung Ukraina. Kantor PM Inggris menyebut Starmer “melakukan semua hal yang dia bisa untuk menemukan jalan menuju perdamaian abadi berdasarkan kedaulatan dan keamanan Ukraina”.

    Italia

    PM Italia Giorgia Meloni menyerukan AS, Eropa dan sekutu-sekutunya untuk berkumpul membahas perang Ukraina “tanpa penundaan”.

    “Perlu diadakan pertemuan puncak tanpa penundaan… untuk membicarakan secara jujur mengenai bagaimana kita berniat mengatasi tantangan-tantangan besar saat ini, dimulai dari Ukraina, yang bersama-sama telah kita bela dalam beberapa tahun terakhir,” cetusnya.

    Belanda

    PM Belanda Dick Schoof menegaskan dukungan untuk Ukraina usai Zelensky cekcok dengan Trump di Gedung Putih.

    “Dukungan Belanda terhadap Ukraina masih belum berkuang. Apalagi saat ini. Kami menginginkan perdamaian abadi dan diakhirinya perang agresi yang telah dimulai oleh Rusia,” tegasnya.

    Polandia

    Polandia yang merupakan sekutu setia Ukraina, menegaskan dukungan untuk rakyat Ukraina usai cekcok di Gedung Putih.

    “Teman-teman Ukraina yang terkasih, Anda tidak sendirian,” tegas PM Polandia Donald Trusk dalam pernyataan via media sosial X yang ditujukan kepada Zelensky.

    Spanyol

    PM Spanyol Pedro Sanchez mengatakan negaranya akan mendukung Ukraina usai cekcok terjadi antara Zelensky dan Trump.

    “Ukraina, Spanyol mendukung Anda,” tulis Sanchez dalam pernyataan via media sosial X.

    Hungaria

    PM Hungaria Viktor Orban, yang merupakan mitra terdekat Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, justru berterima kasih kepada sang Presiden AS karena “secara berani memperjuangkan perdamaian”.

    “Orang kuat membuat perdamaian, orang lemah membuat perang,” tulisnya via X.

    Australia

    PM Australia Anthony Albanese mengatakan negaranya akan “terus mendukung Ukraina” selama mungkin yang diperlukan.

    “Kami akan terus mendukung Ukraina selama diperlukan karena ini adalah perjuangan negara demokratis melawan rezim otoriter yang dipimpin oleh Vladimir Putin, yang jelas-jelas memiliki rancangan imperialistik tidak hanya terhadap Ukraina, tapi juga terhadap seluruh kawasan,” ucap Albanese kepada wartawan.

    Kanada

    PM Kanada Justin Trudeau menegaskan negaranya akan mendukung Ukraina. Dia menyebut perjuangan Ukraina melawan Rusia sebagai pertahanan untuk demokrasi yang “penting bagi kita semua”.

    “Kanada akan terus mendukung Ukraina,” tegasnya.

  • Militan Kurdi Umumkan Gencatan Senjata dengan Turki Usai Konflik 40 Tahun

    Militan Kurdi Umumkan Gencatan Senjata dengan Turki Usai Konflik 40 Tahun

    Ankara

    Militan Kurdi mengumumkan gencatan senjata dengan Turki menyusul seruan penting dari pemimpin Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dipenjara, Abdullah Ocalan, yang meminta kelompok itu membubarkan diri. Gencatan senjata ini berarti mengakhiri konflik bersenjata selama 40 tahun dengan Ankara.

    Pengumuman gencatan senjata ini, seperti dilansir AFP, Sabtu (1/3/2025), merupakan reaksi pertama dari PKK setelah Ocalan menyerukan pembubaran kelompok tersebut dan meminta para pejuang PKK meletakkan senjata mereka setelah bertempur melawan militer Turki selama lebih dari empat dekade terakhir.

    “Demi membuka jalan bagi penerapan seruan pemimpin Apo (sebutan untuk Ocalan-red) untuk perdamaian dan masyarakat demokratis, kami mendeklarasikan gencatan senjata yang berlaku mulai hari ini,” tegas Komite Eksekutif PKK dalam pernyataan via kantor berita pro-PKK, ANF, pada Sabtu (1/3) waktu setempat.

    “Kami setuju dengan isi seruan tersebut dan kami mengatakan bahwa kami akan mematuhi dan melaksanakannya,” kata komite yang berbasis di Irak bagian utara.

    “Tidak satu pun dari pasukan kami akan mengambil tindakan bersenjata kecuali diserang,” imbuh komite tersebut dalam pernyataannya.

    PKK yang ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Turki, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa, telah mengobarkan pertempuran dan pemberontakan sejak tahun 1984 silam dengan tujuan membentuk tanah air bagi etnis Kurdi, yang jumlahnya mencapai 20 persen dari total 85 juta jiwa penduduk Turki.

    Sejak Ocalan dipenjara tahun 1999, terdapat sejumlah upaya untuk mengakhiri pertumpahan darah, yang telah merenggut lebih dari 40.000 nyawa.

    Meskipun Erdogan mendukung pemulihan hubungan itu, pemerintahannya meningkatkan tekanan terhadap oposisi, menangkap ratusan politisi, aktivis dan wartawan.

    Usai sejumlah pertemuan dengan Ocalan digelar di penjara tempat dia ditahan, partai DEM yang pro-Kurdi menyampaikan seruannya agar PKK meletakkan senjata dan menggelar kongres untuk mengumumkan pembubaran kelompok tersebut.

    PKK mengatakan pada Sabtu (1/3) bahwa mereka siap menggelar kongres seperti yang dicetuskan Ocalan, tetapi “agar hal ini dapat terwujud, lingkungan yang aman harus diciptakan” dan Ocalan “harus secara pribadi mengarahkan dan memimpin demi keberhasilan kongres”.

    PKK dalam pernyataannya juga mencetuskan agar kondisi penjara Ocalan diringankan, dan menambahkan bahwa dia “harus dapat hidup dan bekerja dalam kebebasan fisik dan dapat menjalin hubungan tanpa hambatan dengan siapa pun yang dia inginkan, termasuk teman-temannya”.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Adu Mulut Trump-Zelensky Kejutkan Pemimpin Dunia

    Adu Mulut Trump-Zelensky Kejutkan Pemimpin Dunia

    Brussels

    Pemimpin dunia dikejutkan oleh adu mulut yang terjadi antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih. Pemimpin negara-negara Eropa kompak memberikan dukungan kepada Zelensky.

    Zelensky, pada Jumat (28/2), terlibat adu mulut dengan Trump dan Wakil Presiden AS JD Vance. Zelensky mempertanyakan condongnya Trump pada Rusia dan mempertanyakan “diplomasi” yang diserukan Vance dalam pertemuan itu, dengan menyinggung pelanggaran komitmen yang dilakukan Moskow selama bertahun-tahun di panggung global.

    Trump kemudian menyebut Zelensky “mempertaruhkan nyawa jutaan orang” dan “bertaruh dengan Perang Dunia III”, serta menuduh Presiden Ukraina itu “sangat tidak menghormati negara ini”. Sedangkan Vance menuduh Zelensky “tidak tahu berterima kasih”.

    Negara-negara Eropa dalam tanggapannya, seperti dilansir AFP, Sabtu (1/3/2025), ramai-ramai memberikan dukungan kepada Zelensky. Kecuali Hungaria, yang merupakan sekutu Rusia, yang melontarkan pujian untuk Trump.

    Sementara Rusia tampak senang dengan cekcok yang terjadi.

    Berikut tanggapan yang diberikan pemimpin berbagai negara terhadap cekcok antara Trump dan Zelensky:

    Uni Eropa

    “Jadilah kuat, berani, jangan takut. Kami akan terus bekerja sama dengan Anda demi perdamaian yang adil dan abadi,” demikian pernyataan bersama dari Ketua Komisi dan Ketua Dewan Eropa tersebut.

    Prancis

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut Rusia-lah yang menjadi “agresor” dalam perang Ukraina. Dia menegaskan Paris akan terus membantu Kyiv dalam perang melawan Rusia.

    “Ada agresor yaitu Rusia. Ada masyarakat yang menjadi target agresi yaitu Ukraina. Kita semua benar dengan membantu Ukraina dan memberikan sanksi kepada Rusia tiga tahun lalu dan terus melakukan hal yang sama,” ucap Macron kepada wartawan.

    “Jika ada yang bermain-main dalam Perang Dunia III, itu adalah Vladimir Putin,” sebut Macron merujuk pada tuduhan yang dilontarkan Trump kepada Zelensky saat cekcok.

    Jerman

    Calon Kanselir terbaru Jerman, Friedrich Merz, memastikan dukungan negara untuk Zelensky dalam komentar yang disampaikan usai cekcok terjadi di Gedung Putih.

    “Kita tidak seharusnya bingung antara agresor dan korban dalam perang yang mengerikan ini,” ujarnya dalam pernyataan via media sosial X.

    Dukungan untuk Zelensky juga disampaikan Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock, yang mengatakan bahwa “perjuangan Kyiv untuk perdamaian dan keamanan adalah milik kita”.

    Inggris

    Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer menyatakan dirinya berdiri bersama pemimpin Eropa lainnya dalam mendukung Ukraina. Kantor PM Inggris menyebut Starmer “melakukan semua hal yang dia bisa untuk menemukan jalan menuju perdamaian abadi berdasarkan kedaulatan dan keamanan Ukraina”.

    Italia

    PM Italia Giorgia Meloni menyerukan AS, Eropa dan sekutu-sekutunya untuk berkumpul membahas perang Ukraina “tanpa penundaan”.

    “Perlu diadakan pertemuan puncak tanpa penundaan… untuk membicarakan secara jujur mengenai bagaimana kita berniat mengatasi tantangan-tantangan besar saat ini, dimulai dari Ukraina, yang bersama-sama telah kita bela dalam beberapa tahun terakhir,” cetusnya.

    Belanda

    PM Belanda Dick Schoof menegaskan dukungan untuk Ukraina usai Zelensky cekcok dengan Trump di Gedung Putih.

    “Dukungan Belanda terhadap Ukraina masih belum berkuang. Apalagi saat ini. Kami menginginkan perdamaian abadi dan diakhirinya perang agresi yang telah dimulai oleh Rusia,” tegasnya.

    Polandia

    Polandia yang merupakan sekutu setia Ukraina, menegaskan dukungan untuk rakyat Ukraina usai cekcok di Gedung Putih.

    “Teman-teman Ukraina yang terkasih, Anda tidak sendirian,” tegas PM Polandia Donald Trusk dalam pernyataan via media sosial X yang ditujukan kepada Zelensky.

    Spanyol

    PM Spanyol Pedro Sanchez mengatakan negaranya akan mendukung Ukraina usai cekcok terjadi antara Zelensky dan Trump.

    “Ukraina, Spanyol mendukung Anda,” tulis Sanchez dalam pernyataan via media sosial X.

    Hungaria

    PM Hungaria Viktor Orban, yang merupakan mitra terdekat Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, justru berterima kasih kepada sang Presiden AS karena “secara berani memperjuangkan perdamaian”.

    “Orang kuat membuat perdamaian, orang lemah membuat perang,” tulisnya via X.

    Australia

    PM Australia Anthony Albanese mengatakan negaranya akan “terus mendukung Ukraina” selama mungkin yang diperlukan.

    “Kami akan terus mendukung Ukraina selama diperlukan karena ini adalah perjuangan negara demokratis melawan rezim otoriter yang dipimpin oleh Vladimir Putin, yang jelas-jelas memiliki rancangan imperialistik tidak hanya terhadap Ukraina, tapi juga terhadap seluruh kawasan,” ucap Albanese kepada wartawan.

    Kanada

    PM Kanada Justin Trudeau menegaskan negaranya akan mendukung Ukraina. Dia menyebut perjuangan Ukraina melawan Rusia sebagai pertahanan untuk demokrasi yang “penting bagi kita semua”.

    “Kanada akan terus mendukung Ukraina,” tegasnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Analis nilai perang dagang Trump picu gejolak pasar kripto

    Analis nilai perang dagang Trump picu gejolak pasar kripto

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Analis nilai perang dagang Trump picu gejolak pasar kripto
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Jumat, 28 Februari 2025 – 20:32 WIB

    Elshinta.com – Analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur menilai perang dagang yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pada 20 Januari 2025 memicu gejolak pasar kripto hingga terkoreksi kian dalam.

    Per hari ini, harga Bitcoin anjlok ke bawah 80.000 dolar AS atau tepatnya 79.700 dolar AS setelah serangkaian sentimen negatif mengguncang pasar kripto. Altcoin utama seperti Ethereum (ETH), XRP, Solana (SOL) dan Dogecoin (DOGE) turut terkoreksi hingga 9 persen, memperpanjang tren penurunan selama sebulan terakhir.

    “Sejak Presiden AS Donald Trump mengumumkan perang dagang pada 20 Januari, kapitalisasi pasar kripto merosot dari 3,7 triliun dolar AS menjadi 2,6 triliun dolar AS, mencatat kerugian lebih dari 900 miliar dolar AS,” kata Fyqieh dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

    Pukulan terbesar datang ketika Trump memberlakukan tarif 25 persen terhadap Kanada dan Meksiko, diikuti ancaman tarif tambahan 10 persen untuk China.

    Fyqieh memandang sentimen ini menciptakan ketidakpastian ekonomi global, menyeret Bitcoin jatuh lebih dalam.

    Menurut Farside Investors, penerbit ETF Bitcoin melaporkan arus keluar bersih sebesar 754,6 juta dolar AS pada 26 Februari.

    Arus keluar pada hari Rabu memperpanjang rangkaian arus keluar menjadi delapan hari berturut-turuti.

    Penerbit menghadapi prospek arus keluar selama 9 hari berturut-turut pada 27 Februari, yang selanjutnya menekan Bitcoin.

    Fyqieh menjelaskan sentimen bearish semakin menguat dengan Crypto Fear & Greed Index mencapai level “Extreme Fear”, yang merupakan titik terendah sejak jatuhnya FTX pada tahun 2022.

    Lonjakan arus keluar dari ETF Bitcoin, ketidakpastian tarif Trump, serta gejolak ekonomi global menjadi faktor utama yang menekan harga Bitcoin.

    “Beberapa faktor turut memperparah situasi, seperti maraknya skandal penipuan di sektor koin meme yang merusak kepercayaan investor. Selain itu, perusahaan besar yang berinvestasi dalam Bitcoin, seperti Strategy, mengalami kerugian besar, meskipun telah menghabiskan 2 miliar dolar untuk Bitcoin. Tarif yang diusulkan oleh Trump terhadap Uni Eropa sebesar 25 persen juga semakin menambah tekanan pada pasar kripto,” jelasnya.

    Pemegang Bitcoin besar (whales) juga turut mencairkan asetnya. Sejak minggu lalu, mereka menjual sekitar 6.813 Bitcoin, senilai sekitar 540 juta dolar AS, yang menjadi aksi jual terbesar sejak Juli lalu. Tekanan jual ini memperburuk kejatuhan harga dan meningkatkan ketidakpastian investor.

    Lebih lanjut, Fyqieh menerangkan kemungkinan pergerakan Bitcoin selanjutnya.

    Laporan data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) AS yang akan datang dapat mengubah narasi pada hari Jumat (28/2) malam.

    Inflasi AS yang lebih rendah dan pendapatan serta pengeluaran pribadi yang lebih rendah dapat meningkatkan taruhan pada beberapa pemotongan suku bunga The Fed pada tahun 2025. 

    Sikap The Fed yang lebih dovish dapat memicu permintaan untuk aset berisiko, termasuk Bitcoin.

    Saat ini, Bitcoin diperdagangkan di sekitar 79.700 dolar AS setelah kehilangan level support penting di 80.313 dolar AS.

    Jika tekanan jual berlanjut, Bitcoin kemungkinan akan menguji support berikutnya di 76.741 dolar AS.

    “Jika level ini gagal bertahan, harga bisa merosot lebih jauh ke 71.529 dolar AS, memperpanjang tren bearish yang sedang berlangsung,” ucapnya.

    Untuk membatalkan skenario bearish ini, lanjut Fyqieh, Bitcoin perlu kembali ke atas 80.313 dolar AS dan mencoba menembus kembali ke level 85.000 dolar AS.

    Jika ini terjadi, ada kemungkinan bahwa pasar akan memulai pemulihan yang lebih stabil menjelang pertengahan tahun 2025.

    Meskipun kondisi pasar saat ini menunjukkan tren penurunan yang tajam, para analis masih melihat peluang bagi pasar kripto untuk bangkit lebih kuat di masa mendatang.

    “Namun, ketidakpastian ekonomi global tetap menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan oleh para investor,” tuturnya.

    Adapun Fyqieh memaparkan adanya dua skenario. Pertama, dalam skenario bearish: Kekhawatiran perang dagang, data ekonomi AS yang lebih kuat, sikap agresif Fed, dan resistensi terhadap Cadangan Bitcoin Strategis AS (SBR) dapat menyebabkan Bitcoin akan terus di bawah 80.000 dolar AS.

    Kedua, skenario bullish: Meredanya ketegangan perdagangan, inflasi AS yang lebih rendah, sinyal Fed yang dovish, dan kemajuan SBR dapat mendorong Bitcoin menuju level resistensi kuatnya 90.000 dolar AS.

    Sumber : Antara

  • Resep Menjadi Negara Adikuasa Regional dan Macan Asia yang Disegani

    Resep Menjadi Negara Adikuasa Regional dan Macan Asia yang Disegani

    Resep Menjadi Negara Adikuasa Regional dan Macan Asia yang Disegani
    Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.
    KEINGINAN
    Presiden
    Prabowo Subianto
    untuk menjadikan
    Indonesia
    sebagai negara kuat di banyak bidang agar disegani negara-negara lain cukup bisa dipahami.
    Toh nyatanya Indonesia secara umum dan simbolik memang besar, setidaknya untuk ukuran regional.
    Dari sisi demografis, sisi ekonomi, dan sisi karakteristik negara kepulauan yang melekat (archipelago), mengindikasikan bahwa Indonesia sebenarnya dan semestinya telah lama menjadi “regional great power”, setidaknya untuk level Asia Tenggara.
    Sehingga cukup bisa dimaklumi mengapa Prabowo sangat berambisi untuk menyesuaikan potensi besar tersebut dengan kenyataan di lapangan di dalam waktu yang diasumsikan relatif singkat, maksimum dua periode pemerintahan beliau.
    Memang selama ini, secara simbolik Indonesia ditahbiskan oleh publik global sebagai “negara senior” di kawasan Asia tenggara, khususnya di dalam Organisasi seperti
    ASEAN

    Namun secara faktual, nyatanya “gelar simbolik” tersebut belum didukung oleh fakta yang ada, karena itulah ditahbiskan hanya secara simbolik.
    Dari sisi militer, boleh jadi jumlah dan kekuatan pertahanan Indonesia terbilang besar. Namun dari sisi kecanggihan teknologi pertahanan, misalnya, dibanding Singapura, tentu Indonesia harus rela berada di bawahnya.
    Dari sisi demografis pun demikian, jumlah penduduk Indonesia terbesar di Asia Tenggara. Namun lagi-lagi dari sisi kualitas SDM, Indonesia masih jauh di bawah Malaysia atau Vietnam, bahkan Filipina, alih-alih Singapura.
    Pun secara geopolitis, di level Asia Tenggara saja, Indonesia bukanlah negara dan kekuatan yang benar-benar bisa dikategorikan “leader”.
    Tidak ada negara anggota ASEAN yang benar-benar bergantung kepada Indonesia secara geopolitis di satu sisi dan tak ada negara di ASEAN yang benar-benar berada di bawah “sphere of influence” Indonesia di sisi lain.
    Sebut saja, misalnya, ketika kudeta terjadi di Myanmar beberapa tahun lalu. Terbukti Indonesia sebagai “pemimpin simbolik” ASEAN tidak bisa berbuat apa-apa untuk memengaruhinya.
    Bahkan, China yang dianggap berada di belakang kudeta tersebut tak berkomunikasi sedikitpun dengan Indonesia.
    Mengapa bisa demikian? Karena memang Myanmar, sekalipun secara kategoris dari berbagai sisi terbilang berada di bawah Indonesia, tidak berada di dalam “ruang lingkup pengaruh” Indonesia di satu sisi dan karena Indonesia secara faktual memang dianggap bukan “Regional Great Power” di sisi lain.
    Apalagi dari sisi
    soft power
    , secara ekonomi, budaya, pendidikan,
    governance
    , dan SDM, misalnya, Indonesia boleh jadi masih setara atau bahkan berada di bawah Filipina.
    Di level ASEAN, secara agregate memang ekonomi Indonesia paling besar, sama dengan aspek demografi. Namun, secara ekonomi, finansial Singapura sangat jelas memiliki “soft power” ketimbang Indonesia.
    Singapura memiliki layanan finansial berkelas dunia, sistem perdagangan yang juga tak kalah mendunianya, pun sistem pendidikan berkualitas global, tata kelola pemerintahan yang diakui semua pihak, budaya disiplin plus budaya antikorupsi kelas wahid, dan SDM-SDM yang memiliki
    skill
    yang setara dengan di negara-negara maju.
    Semua itu membuat negeri Singa itu menjadi “role model” di banyak bidang, bukan saja untuk negara-negara Asia Tenggara, tapi juga dunia.
    Ambil contoh lain, misalnya, tentang pengaruh
    soft power
    negara lain terhadap generasi muda Indonesia.
    Secara faktual budaya K-Pop terbukti lebih berhasil menjadi kiblat gaya hidup anak muda di Indonesia hari ini, setelah generasi sebelumnya juga sangat dipengaruhi oleh budaya “Hollywood” dari Paman Sam dan “Bollywood” dari India, plus budaya “anime” dari Jepang.
    Hanya sinteron yang sangat dramatis-artifisial yang mampu memengaruhi “emak-emak” Indonesia, itupun dalam konotasi negatif.
    Bahkan dalam perkembangan mutakhirnya, dengan viralnya tagar “Kabur Saja Dulu”, semakin memperjelas fakta orientasi psikologis dan kultural generasi muda kita yang sudah jauh berada di luar sana, tidak lagi ada di sini di negerinya sendiri, Indonesia.
    Jadi kembali kepada ambisi Prabowo Subianto untuk menempatkan Indonesia di tengah-tengah radar internasional sebagai “regional great power”, ambisi tersebut tentu sangat bisa dipahami dan semestinya juga didukung semua pihak di Indonesia.
    Selama dilakukan dengan cara dan jalan yang bisa diterima oleh semua pihak, bukan dengan jalan melemahkan demokrasi atau dengan jalan menciptakan oligarki-oligarki baru yang berada di bawah lindungan pemimpin baru, sekaligus menikmati berbagai fasilitas serta kemudahan dari pemerintah, misalnya.
    Karena dengan cara dan strategi yang tidak tepat, Indonesia berpotensi stagnan alias tak bergerak ke atas dalam konteks dan hierarki status geopolitik internasional.
    Misalnya, semakin bersemi korupsi dan nepotisme di Indonesia, maka serta merta akan mendegradasi Indonesia secara geopolitik di tingkat global dan stempel sebagai kepala negara koruptor akan melekat di jidat para pimpinannya sekaligus.
    Oleh karena itu, ambisi regional Prabowo tersebut cukup sejalan dengan semangat antikorupsi yang memang sudah sejak dulu beliau suarakan.
    Namun, apakah sudah didukung oleh fakta yang ada setelah selama beberapa bulan beliau menjadi presiden?
    Nampaknya masih jauh “panggang dari api”. Semoga beberapa kasus korupsi yang mulai diproses belakangan bukanlah bagian dari perang politik, tapi murni proses penegakan “law enforcement”. Sehingga masih tersisa harapan baik untuk waktu mendatang.
    Selain masalah korupsi, masalah demokrasi juga semestinya bisa menjadi “nilai unggul” Indonesia di tataran regional.
    Indonesia adalah negara yang paling demokratis di Asia Tenggara, dengan tatanan dinasti politik (
    dynastic politics
    ) yang lebih rendah dibanding Filipina, yakni negara demokratis lainnya di Asia Tenggara.
    Untuk menjadi kiblat budaya politik demokratis di kawasan Asia Tenggara, sangat jelas sekali Indonesia berpotensi besar.
    Selama Prabowo mewujudkan ambisi antikorupsinya di satu sisi dan melestarikan demokrasi yang substansial di sisi lain, maka Indonesia akan menjadi negara yang memiliki
    soft power
    politik di tingkat Asia Tenggara.
    Penduduk dari negara-negara yang setengah hati menjalankan demokrasi di Asia Tenggara tentu akan menjadikan Indonesia sebagai patokan demokrasi yang ingin mereka dapatkan.
    Namun, jika Indonesia justru mengesampingkan “political comparative advantage” tersebut, risikonya Indonesia justru akan menjadi “follower” di Asia dan Asia Tenggara, karena menganggap bahwa
    political comparative advantage
    dari status negara paling demokratis di Asia Tenggara bukanlah sebagai “soft power” dan justru dikesampingkan.
    Yang terjadi kemudian adalah bahwa Indonesia akan ditertawakan di pentas internasional karena mencatumkan demokrasi di dalam konstitusinya, tapi yang dijalankan justru bentuk politik yang sama sekali tidak demokratis.
    Lalu secara geopolitik, langkah yang dituju oleh Prabowo untuk mencoba bersanding dengan para pemimpin dari negara “Regional Great Power” lainnya, seperti Vladimir Putin, Xi Jinping, Recep Tayyip Erdo?an, Narendra Modi, dan memasukkan Indonesia ke dalam BRICS, pun segera akan memasuki OECD, sejatinya baru setengah jalan.
    Karena setengah jalan lagi ada di kawasan di mana Indonesia berada, yakni Asia Tenggara.
    Rusia berusaha terus mempertahankan pengaruhnya di negara-negara bekas bagian Uni Soviet dulu, sebagai infrastruktur geopolitik Rusia menjadi
    Great Power
    .
    China pun sama, hampir semua negara saat ini sangat bergantung kepada China dalam satu dan lain hal, terutama Asia dan Afrika.
    India pun tak berbeda, negara-negara yang dianggap satu rumpun budaya dan religius dengan India masih sangat bergantung kepada India secara geopolitis, seperti Bangladesh dan Sri Langka, misalnya.
    Pun apa yang dilakukan Erdogan di Suriah baru-baru ini serta peran Turkiye di Libya juga adalah bagian dari upaya geopolitik Turkiye untuk menunjukkan ototnya (
    sphere of influence
    ) sebagai negara regional
    great power
    di kawasan Asia Minor, persis seperti apa yang dilakukan Iran di Suriah dan Lebanon, misalnya, karena Iran juga mencandra dirinya sebagai regional
    Great Power.
    Tak terkecuali dengan Arab Saudi yang terus menunjukkan pengaruhnya di Afghanistan dan Yaman, misalnya, sebagai simbol dari upaya Arab Saudi dalam mempertahankan statusnya sebagai salah satu
    the great power
    di wilayah Timur Tengah dalam rangka menyaingi Iran.
    Dengan kata lain, berusaha menyejajarkan diri dengan pemimpin-pemimpin negara regional
    great power
    lain adalah salah satu strategi penting, tapi menentukan kawasan yang menjadi domain di mana pengaruh sebuah “regional great power” direalisasikan adalah hal penting lainnya.
    Karena itu, sangat penting bagi pemerintahan yang baru di sini untuk merangkul negara-negara Asia Tenggara lainnya secara halus (secara geopolitik), menebar dan memperlihatkan otot yang ada (
    sphere of influence
    ), dan mendapatkan pengakuan dari mereka atas status Indonesia sebagai
    great power
    di Asia Tenggara, adalah langkah strategis lanjutan yang harus diambil oleh Presiden Prabowo Subianto.
    Namun, masalahnya tentu tak semudah membalik telapak tangan. Secara ekonomi, misalnya, perekonomian Indonesia harus benar-benar bisa tumbuh tinggi sekaligus progresif alias membesar secara signifikan, di mana perekonomian negara-negara Asia Tenggara lainnya menjadi sangat terpengaruh dengan apapun perkembangan yang terjadi di Indonesia.
    Celakanya, faktanya hari ini ekonomi Indonesia bergerak cukup positif, tapi negara-negara lain di Asia Tenggara tidak terlalu bergantung kepada Indonesia.
    Mitra dagang utama Indonesia secara regional bukanlah ASEAN, tapi negara lain, seperti China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
    Bandingkan dengan Amerika Serikat, misalnya, meskipun defisitnya sangat besar dengan China, tapi mitra dagang utamanya tetap Kanada dan Meksiko, sebagai dua negara besar yang dianggap berada di bawah “sphere of influence” negeri Paman Sam.
    Ketegasan Presiden Donald Trump kepada dua negara ini sejak terpilih kembali menjadi presiden adalah bagian dari pertunjukan taring Amerika Serikat sebagai negara
    Great Power.
    Lebih dari itu, secara geopolitik, Indonesia harus bisa bertindak bahwa Indonesia adalah protektor Asia Tenggara dalam segala urusan.
    Sehingga apapun yang ingin dilakukan oleh negara besar dan
    great power/super power
    lain di Asia Tenggara, seharusnya menjadikan Indonesia sebagai negara pertama yang akan diajak untuk berbicara.
    Sayangnya hal itu pun masih jauh dari harapan. Bung Karno mengampanyekan “ganyang Malaysia” pada awalnya adalah karena ketersinggungan beliau terhadap rencana Inggris yang ingin memerdekakan Malaysia (termasuk Singapura kala itu), tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan Indonesia yang di mata Bung Karno kala itu adalah “Regional Great Power” di Asia Tenggara.
    Hari ini, Presiden Prabowo Subianto yang kerap mereferensikan dirinya kepada kepemimpinan nasionalistik Sukarno tentu harus belajar banyak dari kegagalan-kegagalan di masa lalu bahwa untuk menjadi negara besar dan “great power regional” tidak bisa sekadar didukung oleh narasi-narasi perlawanan terhadap negara adikuasa, tapi juga harus membangun Indonesia dari dalam di satu sisi dan membangun “ruang pengaruh/sphere of influence” tersendiri di kawasan Asia tenggara di sisi lain, agar Indonesia benar-benar secara defacto dianggap sebagai
    great power
    di tingkat regional.
    Faktanya, karena Indonesia belum mampu bertindak sebagai “great power” di Asia Tenggara, maka hampir semua anggota ASEAN justru berada dalam pengaruh dua kekuatan besar dunia, yakni Amerika Serikat dan China.
    Apalagi, ketika Prabowo bertemu dengan Xi Jinping tempo hari dan memberikan pernyataan bahwa penyelesaian masalah Laut China Selatan di Laut Natuna antara Indonesia dengan China bisa diselesaikan dengan jalur bilateral, serta merta membuat negara-negara anggota ASEAN justru mencurigai Indonesia dan semakin pesimistis bahwa Indonesia layak dianggap sebagai
    Great Power
    kawasan Asia Tenggara.
    Pasalnya, apa yang disampaikan oleh Presiden Prabowo melenceng dari “soliditas keserumpunan ASEAN” yang selama ini telah dibangun di satu sisi dan melenceng dari komitmen awal ASEAN untuk penyelesaian masalah Laut China Selatan dengan China harus melalui jalur multilateral dan jalur ASEAN.
    Dengan kata lain, yang disampaikan Prabowo justru membuat Indonesia berpotensi dikucilkan di Asia Tenggara, alih-alih dianggap sebagai “senior” di Asia Tenggara.
    Jadi secara geopolitik di Asia Tenggara, Indonesia harus mulai bersuara lantang dan menggandeng negara-negara yang bisa mengambil keuntungan ekonomi dan politik dari Indonesia, dalam makna positif tentunya, di mana Indonesia melebarkan sayap-sayap ekonominya ke negara-negara seperti Timor Leste, Brunei Darussalam, Myanmar, Filipina, dan bahkan Malaysia, sebelum Indonesia bisa menggandeng Singapura dan Vietnam, misalnya, yang dalam banyak hal tercandra lebih progresif dari Indonesia.
    Bahkan catatan khusus harus diberikan untuk Timor Leste, misalnya. Sekalipun pernah lepas dari Indonesia, tapi karena langsung bersebelahan dengan Indonesia, Indonesia semestinya harus bisa merebut kembali Timor Leste dalam makna geopolitis.
    Jangan biarkan pihak lain “cawe-cawe” di negara kecil yang berbatasan langsung dengan Indonesia itu.
    Bahkan Indonesia harus mendorong BUMN dan para oligar-oligar dalam negeri untuk mencari peluang investasi dan berekspansi ke negara tetangga, termasuk Timor Leste, agar tidak hanya menjadi raja kandang yang terus-menerus disusui oleh ibu pertiwi.
    Hal ini sangat strategis dan urgen dilakukan, mengingat dari berbagai sisi, Indonesia bisa menjadi mitra strategis bagi negara-negara tersebut di satu sisi dan bisa memberikan “sesuatu”, baik secara ekonomi maupun geopolitik dan pertahanan, di sisi lain.
    Gunanya tentu untuk menapaki jalan dalam mendapatkan pengakuan dari negara-negara tetangga terdekat sebagai negara regional
    great power.
    Pun langkah tersebut bisa dijadikan bagian dari bidak catur geopolitik Indonesia untuk mengunci pengakuan dari negara-negara terdekat atas kedaulatan teritorial Indonesia, terutama di daerah-daerah yang sedang berkonflik dengan pemerintahan pusat, seperti Papua.
    Tujuan teknisnya tentu seperti yang dilakukan China di lembaga-lembaga internasional di mana mayoritas negara di dunia tak lagi mempersoalkan kebijakan-kebijakan China di Xinjiang dan Tibet, misalnya, karena mayoritas negara di dunia kini sudah semakin bergantung kepada China, terutama dari sisi ekonomi, teknologi, dan militer.
    Dan tentu saja langkah-langkah strategis yang “outward looking” ini harus dijalankan bersamaan dengan pembenahan dan penguatan kapasitas internal Indonesia dari segala sisi secara “superserius” dan “superfokus”, terutama dari sisi ekonomi, pertahanan, SDM, dan ilmu pengetahuan serta teknologi. Semoga!
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pemerintah Negara Ini Terancam karena Pangkas Anggaran

    Pemerintah Negara Ini Terancam karena Pangkas Anggaran

    Jakarta, CNBC Indonesia – Rumania, salah satu negara Eropa, telah melakukan pemangkasan biaya pemerintah untuk mengekang defisit anggaran dan mencegah penurunan peringkat ekonomi. Namun situasi ini menyebabkan reaksi sosial.

    Bahkan hal ini membahayakan pemerintah. Langkah tersebut berisiko meningkatkan dukungan ke oposisi, kandidat sayap kanan pro-Moskow, dalam pemilihan presiden ulang bulan Mei mendatang.

    Melansir Reuters Jumat (28/2/2025), beberapa pekerja yang terkena dampak pemotongan anggaran pemerintah, yang mencakup pembekuan gaji dan pensiun sektor publik, mengatakan eksekutif sebenarnya tak melakukan apapun. Tindakan efisiensi yang dilakukan hanya “mengulang” hal yang sama.

    “Semua tindakan ini diambil terhadap kami. Selalu begitu,” kata Maxim Liceanu (49), seorang pegawai di perusahaan kereta api negara CFR Calatori, yang menghentikan sekitar 240 layanan pada Januari, termasuk banyak jalur komuter ke ibu kota Bukares.

    Subsidi perjalanan untuk pelajar juga dibatasi. Sementara pemotongan upah lembur yang lebih tinggi telah memangkas pendapatan bulanan mekanik kereta api Danut Stoica sekitar seperlima.

    Di tempat lain pekerja jaringan listrik mengancam akan mogok. Ini akan mereka lakukan Maret karena pemotongan gaji.

    “Kami lebih baik tinggal di rumah daripada memenuhi jadwal kami,” kata warga Stoica (54) di Bukares.

    Sebenarnya, lembaga pemeringkat Fitch menggarisbawahi akan ada pertumbuhan yang lebih lemah di Rumania. Ini akan diikuti guncangan politik dalam negeri.

    Beberapa investor pun memberikan kritik soal pembatalan pemilu yang membuat risiko. Perlu diketahui, kemenangan Calin Georgescu dalam pemilihan umum bulan Desember dibatalkan karena dugaan campur tangan Rusia, meski ia mengungguli semua kandidat di negeri anggota Uni Eropa dan NATO itu.

    Georgescu memperoleh 22,94% suara, mengalahkan kandidat sayap kiri liberal Elena Lasconi, yang memperoleh 19,18%. Namun pengadilan menganulir kemenangan Georgescu menjelang pemungutan suara putaran kedua, dengan mengutip klausul dalam undang-undang negara yang menekankan perlunya memastikan kebenaran dan legalitas pemilihan umum, dengan peradilan mengumumkan bahwa pemilihan umum akan dilakukan kembali di kemudian hari.

    Georgescu sendiri sempat mengklaim bahwa NATO menggunakan Rumania sebagai “pintu untuk perang,” yang bertujuan untuk melancarkan serangan besar ke Rusia. Ia telah menyuarakan kekhawatirannya atas penumpukan militer di Pangkalan Udara Mihail Kogalniceanu (MK), fasilitas NATO terbesar di dekat Laut Hitam.

    Perekonomian Rumania melambat tajam tahun lalu meskipun terjadi lonjakan belanja pra-pemilu. Tarif AS terhadap Eropa dapat semakin menghambat pertumbuhan, menantang asumsi pemerintah sebesar 2,5% yang mendukung upaya pengurangan defisitnya.

    (sef/sef)

  • Uni Eropa Serukan agar Status Khusus Yerusalem Dipertahankan – Halaman all

    Uni Eropa Serukan agar Status Khusus Yerusalem Dipertahankan – Halaman all

    Uni Eropa Serukan agar Status Khusus Yerusalem Dipertahankan

    TRIBUNNEWS.COM- Uni Eropa (UE) kemarin menyerukan agar status khusus Yerusalem dipertahankan, dan memperingatkan konsekuensi dari setiap upaya untuk mengubah situasi saat ini, di tengah tindakan ketat Israel yang membatasi akses umat Muslim ke Masjid Al-Aqsa selama bulan Ramadan.

    Dalam sebuah pernyataan , para kepala misi Uni Eropa di Yerusalem dan Ramallah mengatakan: 

    “Uni Eropa dan negara-negara anggotanya mengingat kembali pentingnya Situs Suci dan menyerukan dengan tegas untuk menegakkan Status Quo, sesuai dengan pemahaman sebelumnya. Dalam kerangka ini, para jamaah harus dapat mengakses situs suci mereka dengan bebas.”

    “Uni Eropa dan negara-negara anggotanya juga mengingat peran khusus Yordania dalam menegakkan Status Quo dan menegaskan kembali dukungan mereka terhadap pelaksanaan peran ini melalui Wakaf Yerusalem.”

    Mereka menyoroti bahwa para pemimpin gereja di Yerusalem Timur telah menjelaskan “tekanan keuangan yang terus mereka hadapi dari otoritas Israel setempat melalui penerapan pajak kota secara retroaktif atas properti mereka, terlepas dari penggunaannya, yang berbeda dengan praktik lama dan perjanjian sebelumnya untuk tidak mengenakan pajak atas properti gereja.”

    “Posisi Uni Eropa terhadap Yerusalem tetap tidak berubah: status dan karakter khusus Yerusalem dan Kota Tua, keutuhan tempat-tempat sucinya, dan kelangsungan hidup semua komunitasnya harus dilestarikan dan dihormati oleh semua pihak.”

    Mereka memperingatkan bahwa “setiap upaya sepihak untuk mengubah Status Quo akan menimbulkan dampak yang sangat tidak stabil.”

    Pada hari Minggu, Perusahaan Penyiaran Publik Israel ( Kan ) melaporkan bahwa polisi Israel telah disiagakan tinggi sebagai persiapan untuk Ramadan, dengan rencana untuk mengerahkan 3.000 petugas setiap hari di pos pemeriksaan menuju Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa.

    Seperti tahun sebelumnya, polisi merekomendasikan agar pemerintah memberikan izin masuk ke Masjid Al-Aqsa hanya untuk 10.000 warga Palestina dari Tepi Barat yang diduduki. 

    Menurut rekomendasi tersebut, izin akan diberikan kepada pria berusia 55 tahun ke atas, wanita berusia 50 tahun ke atas, dan anak-anak hingga usia 12 tahun jika didampingi oleh orang dewasa.

    Pernyataan Uni Eropa tersebut mencatat bahwa para kepala misinya mengunjungi Al-Haram Al-Sharif (Masjid Al-Aqsa) pada hari Selasa dan bertemu dengan Departemen Wakaf Islam di Yerusalem. 

    Kunjungan tersebut digambarkan sebagai bagian dari pertukaran informasi rutin yang didedikasikan untuk keragaman agama dan budaya di Yerusalem dan Kota Tua.

    Selama kunjungan tersebut, Wakaf memberi pengarahan kepada delegasi tentang perkembangan dan kekhawatiran terkini, termasuk pelanggaran yang memengaruhi status quo saat ini. 

    Wakaf juga menyatakan keprihatinan atas pembatasan yang diberlakukan terhadap akses ke Al-Aqsa selama bulan suci Ramadan, yang akan dimulai akhir pekan ini.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR

  • Bos Bursa Sebut Tiga Faktor Penyebab IHSG Sepekan Anjlok

    Bos Bursa Sebut Tiga Faktor Penyebab IHSG Sepekan Anjlok

    Jakarta, Beritasatu.com – Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menyampaikan penyebab indeks harga saham gabungan (IHSG) sepekan yang anjlok.

    Dikatakan Iman, indeks tercatat mengalami pelemahan 4,67% sepekan atau week on week (wow) pada periode 21-27 Februari 2025. Pelemahan ini disebabkan oleh faktor global, domestik, dan korporasi perusahaan itu sendiri.

    “Indeks itu (turun) pasti karena tiga hal, yakni bagaimana global, domestik, dan korporasinya sendiri. Itu tiga hal yang jadi isu,” ujar Iman di kantornya, Jakarta, Jumat (28/2/2025) siang.

    Pertama, yakni perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan negara mitra dagang, seperti Meksiko dan Kanada sehingga memengaruhi aliran modal asing.

    Menurutnya, banyak dana asing yang mengalir ke AS karena faktor keamanan. Hal ini pun turut berdampak pada negara emerging market, termasuk Indonesia.

    “Trump 2.0 tidak gampang dan menarik, bahwa ya 70% dana itu fly to quality to US. Jadi memang juga tidak gampang. Asing itu sekarang masuk ke US ya, termasuk juga selalu ada ancaman tarif. Kemarin Meksiko sama Kanada, Kanada melawan, lalu muncul lagi UE (Uni Eropa). Jadi selalu ada cerita tentang tarif,” ucapnya saat IHSG sepekan anjlok.

    Di sisi lain, kebijakan The Fed yang diekspektasikan dapat menurunkan suku bunga, ternyata tidak memberikan dampak sesuai ekspektasi. Menurutnya, The Fed paling banyak akan menurunkan suku bunga acuan satu kali pada tahun ini.

    “Jadi sekarang kita tahu interest rate ini sensitif terhadap bursa, terhadap equity. Kalau interest yang naik di US,” ujar Iman.

    Kedua, yakni ketidakpastian ekonomi domestik dan dominasi asing. Iman mengungkapkan, jumlah investor di pasar modal Indonesia masih didominasi oleh investor asing, yakni sebesar 40%.

    Iman menyebut, kondisi tersebut memengaruhi kondisi indeks karena ketika investor asing menarik diri sehingga pasar domestik yang lebih terbatas tidak mampu menopang pergerakan indeks.

    Ketiga, yakni koreksi pasar dan laporan keuangan emiten. Iman mengatakan, meskipun ada beberapa emiten yang melaporkan kenaikan laba, tetapi hasil tersebut masih di bawah ekspektasi konsensus pasar.

    “Ini yang menjadi kondisi-kondisi yang juga memperparah (IHSG),” tandasnya ketika berkomentar terkait IHSG sepekan yang anjlok.