Negara: Uni Eropa

  • Dmitry Peskov: Rusia Tidak Akan Terlibat Perlombaan Senjata Dengan UE – Halaman all

    Dmitry Peskov: Rusia Tidak Akan Terlibat Perlombaan Senjata Dengan UE – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM  – Rusia mengungkapkan ketidakminatannya untuk terlibat dalam perlombaan senjata dengan Uni Eropa.

    Dalam pernyataan resmi, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menegaskan bahwa Rusia tidak akan mengikuti permainan ini dan akan lebih fokus pada kepentingan nasionalnya.

    Menurut Peskov, Rusia tidak merasa perlu untuk bersaing dengan Uni Eropa dalam konteks militer. “Moskow tidak akan terlibat dalam perlombaan senjata dengan Uni Eropa,” ungkapnya, seperti yang dilaporkan oleh Russian Today.

    Pendapat ini didukung oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang menegaskan kembali bahwa Rusia tidak berminat untuk berpartisipasi dalam perlombaan senjata tersebut.

    Meski demikian, Putin menggarisbawahi komitmen Rusia untuk menjaga keamanan nasional dan keamanan sekutunya.

    Tudingan Perdana Menteri Polandia Memicu Ketegangan

    Seruan untuk perlombaan senjata berasal dari cuitan Perdana Menteri Polandia, Donald Tusk, yang menyebut Rusia telah memulai kembali perlombaan senjata.

    Cuitan Tusk berkorespondensi dengan pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang mengidentifikasi Rusia sebagai ancaman bagi Uni Eropa.

    Rusia merespon dengan menyesalkan komentar Tusk.

    Peskov menyatakan bahwa pernyataan konfrontatif seperti itu hanya akan memperburuk hubungan antara Rusia dan Uni Eropa. “Kami menyesalkan pernyataan konfrontatif bahkan militeristik yang datang dari Warsawa dan Paris, yang menunjukkan Eropa belum menyesuaikan diri dengan dinamika baru antara Moskow dan Washington,” papar Peskov.

    Dapatkah Rusia Mengalahkan Uni Eropa dalam Perang?

    Secara teori, Rusia memiliki kekuatan militer yang signifikan, termasuk kemampuan nuklir dan sistem pertahanan udara canggih seperti S400.

    Dengan kekuatan militer yang besar, Rusia mampu memberikan kerusakan yang signifikan kepada negara-negara Eropa.

    Namun, potensi konflik langsung dengan Uni Eropa akan menghadapi banyak tantangan.

    Apa Tantangan Utama Jika Rusia Terlibat dalam Perang dengan Uni Eropa?

    Uni Eropa memiliki aliansi yang kuat dengan NATO, yang mencakup negara-negara dengan kemampuan militer besar seperti Amerika Serikat dan Kanada.

    Jika terjadi eskalasi menuju perang, baik Rusia maupun negara-negara Eropa akan menghadapi kerugian besar, terutama jika melibatkan senjata nuklir.

    Di samping itu, meskipun Rusia mungkin dapat meraih kemenangan dalam pertempuran konvensional, dampak jangka panjang dari perang tersebut sangat merugikan.

    Rusia akan berisiko menjadi terisolasi di pasar internasional, yang akan mengurangi investasi dan perdagangan.

    Situasi ini diperkirakan akan semakin memperburuk kondisi ekonomi Rusia, yang sudah menghadapi sanksi internasional akibat konflik di Ukraina.

    Apa yang Bisa Kita Harapkan ke Depan?

    Rusia tampaknya berkomitmen untuk tidak terlibat dalam perlombaan senjata dengan Uni Eropa, terlepas dari tudingan dan provokasi.

    Meskipun memiliki kemampuan militer yang kuat, tantangan dari aliansi internasional yang kokoh dan risiko kerugian ekonomi membuat keterlibatan dalam konflik bersenjata menjadi pilihan yang sangat berisiko.

    Perkembangan hubungan antara Rusia dan Uni Eropa ke depan akan sangat ditentukan oleh dinamika geopolitik yang terus berubah.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Jerman Masih Tertinggal dalam Hal Kesetaraan Gender di Perusahaan

    Jerman Masih Tertinggal dalam Hal Kesetaraan Gender di Perusahaan

    Jakarta

    Pada awal Maret, Petra Scharner-Wolff resmi menjadi CEO Otto Group, sebuah perusahaan online shopping ternama asal Jerman. Di Jerman, Otto adalah perusahaan ikonik yang terkenal dengan katalog dagang raksasanya. Barang jualannya banyak ditemui di rumah-rumah tangga selama puluhan tahun.

    Pada masa jayanya dulu, katalog Otto terbit dua kali setahun, terdiri lebih dari 1.000 halaman, dan berisi segala macam produk, mulai dari pakaian, mainan, hingga set kamar tidur lengkap.

    Saat ini, Otto tidak lagi mencetak katalog, namun telah bertransformasi menjadi salah satu platform e-commerce terbesar di dunia.

    Tahun lalu, perusahaan yang dimiliki secara pribadi ini memiliki sekitar 38.500 karyawan dan menghasilkan pendapatan sebesar €15 miliar. Platform online Otto kini menawarkan 18 juta produk untuk dijual.

    Perubahan di jajaran direksi berarti keluarga Otto tidak akan bertanggung jawab secara langsung untuk pertama kalinya dalam sejarah perusahaan. Kenaikan jabatan Petra Scharner-Wolff juga merupakan kemenangan kecil bagi kesetaraan di dunia bisnis yang didominasi laki-laki.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {

    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    adSlot.innerHTML = “;

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’)
    .addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”;
    ads[currentAdIndex]();
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function (entries) {
    entries.forEach(function (entry) {
    if (entry.intersectionRatio > 0.1) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    } else {
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.1 });

    function checkVisibility() {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    } else {
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    }

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function () {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) {
    console.error(“❌ Elemen #ad-slot tidak ditemukan!”);
    return;
    }
    ads[currentAdIndex]();
    observer.observe(adSlot);
    });

    var mutationObserver = new MutationObserver(function (mutations) {
    mutations.forEach(function (mutation) {
    if (mutation.type === “childList”) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    });
    });

    mutationObserver.observe(document.getElementById(“ad-slot”), { childList: true, subtree: true });

    Jerman tertinggal dalam kesetaraan gender di jajaran direksi

    Salah satu cara untuk mengukur kesetaraan gender adalah dengan menghitung perempuan dalam peran kepemimpinan di perusahaan. Meskipun pengukuran ini tidak sempurna karena tidak menghitung semua perempuan di pasar kerja atau memperhitungkan kesenjangan gaji berdasarkan gender, paling tidak, gagasan ini telah diterima.

    Dari 160 perusahaan besar yang terdaftar di bursa saham di Jerman pada bulan Maret 2025, perempuan mengisi 19,7% dari tim kepemimpinan eksekutif dan 37,4% dari dewan direksi, demikian menurut laporan oleh AllBright Foundation, sebuah lembaga nirlaba Swedia-Jerman yang mempromosikan lebih banyak perempuan dan keberagaman dalam bisnis. Secara keseluruhan, terdapat 561 pria dan 138 perempuan di tim kepemimpinan eksekutif.

    Jika melihat pada 40 perusahaan besar yang terdaftar di indeks saham DAX Jerman, hanya delapan yang memiliki tiga atau lebih perempuan di tim kepemimpinan eksekutif mereka. Porsche Holding adalah satu-satunya yang tidak memiliki perempuan sama sekali di tim puncak mereka.

    Sebagian masalahnya adalah budaya perusahaan yang konservatif di negara ini, ujar Co-direktur AllBright Foundation, Wiebke Ankersen. “Perusahaan-perusahaan sudah beroperasi dengan baik dalam waktu yang lama dan tidak ada cukup tekanan untuk melakukan perubahan,” keluh Ankersen kepada DW.

    Apakah semua ini disebabkan oleh proses alamiah? Atau ada masalah tambahan seperti aturan pajak yang membuat perempuan menikah kurang dimotivasi untuk bekerja.

    “Juga ada masalah kekurangan puluhan ribu tempat penitipan anak,” kata Ankersen. “Perempuan di Jerman sering kali hanya bekerja beberapa jam seminggu atau di bawah tingkat kualifikasi mereka dan bahkan tidak mengejar karier manajerial,” imbuhnya.

    Ada beberapa alasan lain mengapa partisipasi wanita dalam posisi manajerial di Jerman rendah, ujar Katharina Wrohlich, kepala Grup Penelitian Ekonomi Gender di Institut Penelitian Ekonomi Jerman DIW di Berlin.” Salah satu faktor yang signifikan adalah norma gender yang berlaku di pasar tenaga kerja,” jelas Wrohlich, yang juga merupakan profesor di bidang keuangan publik, gender, dan ekonomi keluarga di Universitas Potsdam.

    “Sikap sosial terhadap pekerjaan penuh waktu untuk ibu dengan anak kecil seringkali negatif, yang berdampak buruk pada peluang perempuan untuk memegang posisi kepemimpinan,” paparnya lebih lanjut.

    Stereotipe gender yang sudah sangat mendalam dalam budaya perusahaan seringkali menjadi penghalang. “Baik ayah maupun ibu seharusnya diizinkan untuk cuti karena alasan keluarga dan memiliki opsi untuk bekerja paruh waktu,” tandas Wrohlich kepada DW. Setelah itu, penting bagi perusahaan untuk mendorong mereka kembali bekerja penuh waktu.

    Masih 15 tahun lagi

    Selama dua dekade terakhir, Wrohlich telah melihat beberapa perbaikan, tetapi menurutnya Jerman masih jauh dari kesetaraan gender. “Masih belum pasti apakah kita akan terus melihat perkembangan positif di masa mendatang,” imbuhnya.

    “Kami telah melihat perkembangan positif selama lima tahun terakhir, meskipun tingkatnya masih rendah,” ujar Wiebke Ankersen.

    Ia menambahkan: “Sulit untuk menghadirkan dewan direksi tanpa seorang pun perempuan di dalamnya karena hal itu tidak lagi diterima secara sosial. Kesadaran akan kesempatan yang sama dan keberagaman telah tumbuh dan harapan terhadap perusahaan telah meningkat.”

    Namun, pada tatanan saat ini, akan dibutuhkan waktu 15 tahun lagi untuk memiliki jumlah perempuan sebanyak laki-laki dalam posisi manajemen dan pengambilan keputusan di perusahaan-perusahaan Jerman. “Kita tidak bisa menunggu selama itu,” keluh Ankersen.

    Jerman memiliki dua undang-undang yang mengamanatkan kuota gender untuk sebagian besar perusahaan yang terdaftar di bursa.

    Undang-undang pertama yang diberlakukan pada tahun 2015 mengharuskan dewan pengawas terdiri dari setidaknya 30% perempuan.

    Undang-undang kedua yang disahkan pada tahun 2021 mengharuskan dewan eksekutif perusahaan publik dengan lebih dari tiga anggota untuk memiliki setidaknya satu perempuan.

    Perusahaan-perusahaan ini juga harus menetapkan target untuk meningkatkan representasi perempuan di tingkat manajemen puncak lainnya.

    Uni Eropa ambil tindakan

    Di tingkat Uni Eropa, ada aturan serupa untuk mempromosikan kesetaraan gender dalam posisi kepemimpinan yang akan mulai berlaku pada bulan Juni 2026.

    Sejak 2010, perwakilan perempuan di dewan perusahaan telah meningkat di sebagian besar negara anggota Uni Eropa, namun kemajuannya bervariasi antar negara.

    “Pada tahun 2024, perempuan menyusun 39,6% dari anggota dewan di perusahaan terbesar yang terdaftar di negara-negara dengan kuota gender yang mengikat, dibandingkan dengan 33,8% di negara-negara dengan kebijakan yang lebih longgar, dan hanya 17% di negara-negara yang tidak mengambil tindakan sama sekali,” demikian menurut Komisi Eropa.

    Otto punya nama beken di Jerman

    Karena sebagian besar aturan kesetaraan gender berlaku untuk perusahaan publik, bisnis yang dimiliki keluarga sedikit lebih buruk performanya dalam memasukkan perempuan ke dalam posisi kepemimpinan di Jerman, demikian menurut studi lain dari AllBright Foundation yang diterbitkan pada Mei 2024.

    Dari 100 perusahaan keluarga terbesar di Jerman, perempuan hanya mewakili 12,6% dari tim kepemimpinan eksekutif. Dari 100 perusahaan tersebut, 53 di antaranya tidak memiliki satu pun perempuan di tim kepemimpinan mereka.

    Dalam hal ini, Otto Group lebih baik daripada rata-rata. CEO baru, Petra Scharner-Wolff, telah menjadi anggota dewan eksekutif sejak tahun 2015.

    Posisi pekerjaan lamanya sebagai kepala keuangan kini akan diisi oleh perempuan lain yang juga merupakan orang dalam perusahaan, Katy Roewer. Sekarang, dewan eksekutif yang terdiri dari enam orang akan terdiri dari dua perempuan dan empat pria.

    Roewer sudah bekerja empat hari dalam seminggu untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sebagai seorang ibu yang sibuk, dan dia berniat untuk mempertahankan jadwal tersebut dalam peran barunya.

    Diadaptasi dari artikel DW bahasa Inggris

    Lihat juga Video: Kesenjangan Gaji di Australia, Perempuan Dibayar 18,6% Lebih Rendah dari Pria

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Ukraina Tertekan: Veto Hungaria dan Kebijakan AS Hambat Bantuan – Halaman all

    Ukraina Tertekan: Veto Hungaria dan Kebijakan AS Hambat Bantuan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ukraina menghadapi tantangan besar dalam mendapatkan bantuan militer dari Uni Eropa setelah Hungaria memveto kesepakatan pengiriman paket bantuan senilai 30 miliar euro (sekitar Rp529 triliun).

    Kegagalan ini terjadi dalam pertemuan darurat Dewan Eropa di Brussels, Belgia, pada 6 Maret 2025.

    Veto Hungaria

    Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban, menolak usulan yang telah didukung oleh 26 negara anggota Uni Eropa lainnya.

    Ia beralasan bahwa dukungan militer untuk Ukraina bertentangan dengan posisi politik Hungaria yang lebih mengutamakan perdamaian. “Hungaria tentu saja tidak mendukungnya karena hal ini sepenuhnya bertentangan dengan posisi kami yang mendukung perdamaian,” ujar Orban.

    Dewan Eropa mengumumkan bahwa keputusan final mengenai dukungan militer untuk Ukraina ditunda hingga pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa berikutnya yang dijadwalkan pada 20 Maret 2025.

    Meskipun ada keberatan dari Hungaria, Presiden Dewan Eropa Antonio Costa menyatakan bahwa Uni Eropa tetap berusaha mencari jalan untuk melanjutkan bantuan militer kepada Ukraina.

    Rencana Alternatif

    Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mengusulkan kemungkinan pembentukan koalisi negara-negara yang bersedia memberikan bantuan militer kepada Ukraina tanpa memerlukan persetujuan bulat dari semua negara Uni Eropa.

    Ini mencerminkan pendekatan yang berbeda dari Hungaria, yang terisolasi di antara 27 negara anggota UE.

    Kebijakan AS dan Dampaknya

    Keputusan Uni Eropa juga dipengaruhi oleh kebijakan baru Presiden AS Donald Trump, yang baru-baru ini membekukan bantuan militer untuk Ukraina.

    Trump mendesak Uni Eropa untuk mengambil tanggung jawab lebih besar dalam mendukung Ukraina, terutama dalam upaya pertahanan negara tersebut.

    Meskipun keputusan mengenai bantuan militer Ukraina tertunda, Uni Eropa sepakat untuk meningkatkan anggaran pertahanan Eropa hingga 800 miliar euro (sekitar Rp14 kuadriliun) dalam inisiatif yang dikenal sebagai ReArm Europe.

    Referendum Keanggotaan Ukraina di Uni Eropa

    Orban juga mengumumkan rencana untuk mengadakan referendum mengenai keanggotaan Ukraina di Uni Eropa.

    Situasi Terkini Konflik Rusia-Ukraina

    Sementara itu, pada 7 Maret 2025, Rusia melancarkan serangan rudal balistik di Ukraina, mengakibatkan empat orang tewas dan 18 lainnya terluka di kota Dobropillia.

    Serangan ini terjadi di tengah persiapan delegasi Ukraina untuk bertemu mitranya dari AS di Arab Saudi untuk membahas kemungkinan akhir perang.

    Dengan perkembangan ini, Ukraina kini harus menghadapi tantangan besar dalam memperoleh dukungan internasional, baik dari Uni Eropa maupun negara-negara besar lainnya.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Zelensky Gigit Jari, Veto Hungaria Gugurkan Janji Uni Eropa Gelontorkan Bantuan Militer – Halaman all

    Zelensky Gigit Jari, Veto Hungaria Gugurkan Janji Uni Eropa Gelontorkan Bantuan Militer – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ukraina kini menghadapi hambatan besar dalam upayanya mendapatkan bantuan militer dari Uni Eropa.

    Setelah Amerika Serikat sebelumnya memutuskan untuk menangguhkan bantuan, kini Ukraina harus gigit jari setelah Uni Eropa gagal mencapai kesepakatan mengenai pengiriman paket bantuan militer senilai €30 miliar atau setara dengan Rp529 triliun.

    Kegagalan ini terjadi dalam pertemuan darurat Dewan Eropa yang digelar di Brussels, Belgia, pada Kamis (6/3/2025).

    Dalam pertemuan tersebut, Hungaria memveto keputusan yang telah didukung oleh 26 negara anggota Uni Eropa lainnya.

    Dikutip dari Russia Today, kesepakatan yang diusulkan mencakup lima poin utama.

    Antara lain, jaminan keamanan bagi Ukraina, komitmen bahwa tidak akan ada perundingan dengan Rusia tanpa kehadiran Kyiv, dan janji untuk menegakkan integritas teritorial Ukraina.

    Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban menolak usulan tersebut.

    Ia beralasan bahwa usulan tersebut bertentangan dengan posisi politik Hungaria yang lebih mengutamakan perdamaian.

    “Ia berbicara tentang perlunya Ukraina diperkuat agar dapat bertempur lebih jauh. Hungaria, tentu saja, tidak mendukungnya karena hal ini sepenuhnya bertentangan dengan posisi kami yang mendukung perdamaian,” jelas Orban.

    Menurut pernyataan Dewan Eropa, keputusan final mengenai dukungan militer untuk Ukraina ditunda hingga pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa berikutnya yang dijadwalkan pada 20 Maret 2025.

    Presiden Dewan Eropa, Antonio Costa, menyatakan meskipun ada keberatan dari Hungaria, Uni Eropa tetap berusaha mencari jalan agar bantuan militer untuk Ukraina dapat dilanjutkan.

    “Hungaria memiliki pendekatan yang berbeda terhadap Ukraina, artinya, Hungaria terisolasi di antara 27 negara anggota UE, dan 26 negara lainnya mendukung langkah ini,” ujar Costa.

    Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, juga menyarankan kemungkinan adanya rencana alternatif, termasuk pembentukan “koalisi yang bersedia”.

    Nantinya, negara-negara anggota dapat memberikan bantuan militer kepada Ukraina tanpa memerlukan persetujuan bulat dari semua negara Uni Eropa.

    Pertemuan darurat ini diadakan di tengah ketegangan yang meningkat.

    Sebuah laporan menunjukkan bahwa kebijakan baru Presiden AS Donald Trump, yang baru-baru ini membekukan bantuan militer untuk Ukraina, turut memengaruhi keputusan Uni Eropa.

    Trump juga mendesak Uni Eropa untuk mengambil tanggung jawab lebih besar dalam mendukung Ukraina, terutama dalam upaya pertahanan negara tersebut.

    Meski keputusan mengenai bantuan militer Ukraina tertunda, Uni Eropa setuju untuk melanjutkan inisiatif terpisah, yakni meningkatkan anggaran pertahanan Eropa hingga €800 miliar atau sekitar Rp14 kuadriliun.

    Rencana ini, yang dikenal dengan nama “ReArm Europe”, diluncurkan oleh Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, yang berencana mengajukan proposal hukum dalam dua minggu mendatang.

    Selain itu, pemerintah Hungaria juga berencana mengadakan referendum mengenai apakah Ukraina harus diterima sebagai anggota Uni Eropa.

    Viktor Orban menekankan pentingnya mempertimbangkan masalah ini dengan serius, mengatakan bahwa keputusan tersebut tidak bisa diambil tanpa konsultasi dengan rakyat.

    “Saya pikir kita harus menanggapi masalah keanggotaan Ukraina di Uni Eropa dengan serius,” kata Orban dalam pernyataannya, dikutip dari TASS.

    “Tidak mungkin membuat keputusan yang bertanggung jawab saat ini, dan saya tidak ingin keputusan ini dibuat tanpa sepengetahuan rakyat,” lanjutnya.

    Orban sebelumnya telah menyatakan bahwa penerimaan Ukraina ke Uni Eropa saat ini bisa merugikan sektor pertanian dan ekonomi Eropa secara keseluruhan.

    Ia juga mengkritik kebijakan Ukraina yang dinilai tidak menghormati hak-hak minoritas Hungaria di wilayahnya, serta tindakan Ukraina yang mengancam keamanan energi Hungaria.

    Namun, Orban juga tidak menutup kemungkinan untuk menerima Ukraina ke dalam Uni Eropa jika negara tersebut memenuhi semua persyaratan dan prasyarat yang diperlukan.

    Dengan perkembangan ini, Ukraina kini harus menghadapi tantangan besar dalam memperoleh dukungan internasional, baik dari Uni Eropa maupun negara-negara besar lainnya.

    Situasi Terkini Konflik Rusia vs Ukraina

    Ukraina Dihujani Rudal Balistik

    Pada Jumat (7/3/2025) pagi, Rusia melancarkan serangan rudal balistik dan pesawat tak berawak besar di Ukraina.
    Serangan ini terjadi sehari setelah Amerika Serikat menghentikan berbagi intelijen dengan Kyiv.

    Amerika Serikat sebelumnya memberikan peringatan dini tentang kemungkinan serangan tersebut.

    Serangan ini terjadi saat delegasi Ukraina sedang mempersiapkan diri untuk bertemu dengan mitranya dari AS di Arab Saudi minggu depan.

    Pertemuan itu bertujuan untuk membahas kemungkinan akhir dari perang, menurut laporan Luke Harding dan Dan Sabbagh.

    Di sisi lain, dalam sebuah posting di Truth Social, Donald Trump tampaknya mengkritik serangan Rusia terbaru.

    “Berdasarkan fakta bahwa Rusia benar-benar ‘menggempur’ Ukraina di medan perang saat ini, saya sangat mempertimbangkan sanksi bank, sanksi, dan tarif skala besar pada Rusia sampai gencatan senjata dan perjanjian penyelesaian akhir perdamaian tercapai,” tulis Trump, dikutip dari The Guardian.

    Secara terpisah, Trump menyatakan bahwa dia merasa lebih “mudah” untuk berurusan dengan Rusia daripada dengan Ukraina dalam upaya mengakhiri perang.

    Trump menyebutkan bahwa dia mempercayai Vladimir Putin, Presiden Rusia.

    “Saya percaya padanya,” ujar Trump.

    “Jujur saja, saya merasa lebih sulit untuk berurusan dengan Ukraina dan mereka tidak punya kartu,” tambahnya.

    “Mungkin lebih mudah berurusan dengan Rusia.”

    Rusia Gempur Kota Dobropillia

    Pada Jumat (7/3/2025) malam, pasukan Rusia melancarkan serangan di kota Dobropillia, Ukraina timur.

    Serangan tersebut mengakibatkan empat orang tewas dan 18 lainnya terluka, menurut gubernur daerah setempat.

    Vadym Filashki melaporkan melalui Telegram bahwa serangan tersebut terdiri dari tiga serangan malam.

    Serangan itu menargetkan kota di utara Pokrovsk, yang menjadi titik fokus kemajuan pasukan Rusia di Ukraina timur.

    Berdasarkan informasi awal, empat gedung apartemen bertingkat tinggi rusak dalam serangan tersebut.

    Petugas darurat telah diterjunkan ke lokasi kejadian.

    Sebelumnya, jaksa Donetsk menyatakan bahwa lima warga tewas akibat serangan Rusia yang melanda beberapa kota dan desa.

    Di antaranya, satu orang tewas di Pokrovsk, dua lainnya di desa-desa dekat Kostyantynivka, serta satu korban di dekat kota Kurakhove.

    Kurakhove direbut Rusia pada Januari lalu.

    Sementara itu, di pelabuhan Laut Hitam selatan Ukraina, Odessa, gubernur daerah Oleh Kiper melaporkan bahwa serangan pesawat tak berawak Rusia kembali merusak infrastruktur energi dan target lainnya.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Maxar Technologies Nonaktifkan Akses Citra Satelit untuk Ukraina – Halaman all

    Maxar Technologies Nonaktifkan Akses Citra Satelit untuk Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Konflik antara Rusia dan Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022 telah memasuki hari ke-1109.

    Pada Sabtu, 8 Maret 2025, perusahaan kedirgantaraan Maxar Technologies asal Amerika Serikat dilaporkan menonaktifkan akses Ukraina ke citra satelitnya.

    Tindakan ini dilakukan setelah adanya permintaan dari pemerintahan Presiden Donald Trump.

    Permintaan Trump

    Maxar Technologies mengungkapkan bahwa mereka memiliki kontrak dengan pemerintah AS dan negara-negara sekutu.

    Namun, mereka menegaskan bahwa setiap pelanggan memiliki keputusan independen dalam penggunaan dan pembagian data satelit.

    Serangan Rusia ke Ukraina
    Serangan Rudal Balistik

    Pada Jumat, 7 Maret 2025, Rusia melancarkan serangan rudal balistik dan pesawat tak berawak besar di Ukraina.

    Serangan ini terjadi sehari setelah Amerika Serikat menghentikan berbagi intelijen dengan Kyiv.

    Sementara itu, delegasi Ukraina sedang mempersiapkan pertemuan dengan mitra dari AS di Arab Saudi untuk membahas kemungkinan akhir dari perang.

    Serangan di Dobropillia

    Pada malam yang sama, pasukan Rusia menyerang kota Dobropillia di Ukraina timur, mengakibatkan empat orang tewas dan 18 lainnya terluka.

    Gubernur daerah setempat, Vadym Filashki, melaporkan bahwa tiga serangan malam menargetkan gedung apartemen di kota tersebut.

    Situasi di Kursk

    Ribuan tentara Ukraina yang menyerbu wilayah Kursk pada Agustus lalu kini hampir terjebak oleh pasukan Rusia.

    Menurut laporan Reuters, situasi di Kursk memburuk tajam dalam tiga hari terakhir, dengan pasukan Rusia berhasil merebut kembali wilayah tersebut.

    Upaya Eropa

    Eropa berencana untuk mencoba mengimbangi kekurangan intelijen akibat penghentian pembagian data intelijen oleh AS kepada Ukraina.

    Topik ini menjadi salah satu agenda utama dalam pertemuan puncak Uni Eropa di Brussels, di mana Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Prancis, Christophe Lemond, mengonfirmasi pentingnya penggantian data intelijen.

     

    Perang Rusia-Ukraina terus berlanjut dengan dinamika yang semakin kompleks.

    Permintaan Trump kepada Maxar Technologies untuk mencabut akses Ukraina ke citra satelit dan serangan yang terus berlanjut menunjukkan bahwa situasi di lapangan masih sangat genting.

    Sementara itu, upaya Eropa untuk mendukung Ukraina dalam menghadapi tantangan intelijen menjadi sorotan utama dalam konteks geopolitik saat ini.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Panas! China-Kanada Kobarkan Perang Dagang

    Panas! China-Kanada Kobarkan Perang Dagang

    Jakarta, CNBC Indonesia – China mengumumkan akan mengenakan tarif impor pada beberapa barang dari Kanada seperti produk pertanian dan makanan pada Sabtu (8/3/2025). Hal ini dilakukan sebagai balasan terhadap pungutan yang diberlakukan Kanada pada bulan Oktober lalu pada kendaraan listrik buatan China serta produk baja dan aluminium.

    Tarif yang diumumkan oleh Kementerian Perdagangan China itu akan mulai berlaku pada tanggal 20 Maret 2025. Hal ini, menambah daftar perang dagang baru yang terjadi oleh beberapa negara.

    Perang dagang ini sebagian besar terjadi imbas kebijakan baru menaikkan tarif oleh Presiden AS Donald Trump pada Kanada, Meksiko, dan Cina serta ancaman tindakan proteksionis pada negara-negara lain.

    China akan mengenakan tarif 100% untuk minyak lobak, bungkil minyak, dan kacang polong impor Kanada, serta bea masuk 25% untuk produk akuatik dan daging babi Kanada, kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan.

    Foto: Infografis/10 Barang Paling Banyak Diimpor AS, Banyak dari China-Meksiko-Kanada/Aristya Rahadian
    10 Barang Paling Banyak Diimpor AS, Banyak dari China-Meksiko-Kanada

    Menurut Kementerian China, tarif 100% Kanada untuk kendaraan listrik China dan pungutan 25% untuk produk aluminium dan baja.

    “Ini tentu melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan merupakan tindakan proteksionisme yang umum, dan merupakan tindakan diskriminatif yang sangat merugikan hak dan kepentingan sah China.

    Sementara itu, Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau mengatakan pada bulan Agustus bahwa Ottawa mengenakan pungutan tersebut untuk melawan apa yang disebutnya sebagai kebijakan kelebihan kapasitas yang diarahkan oleh negara China. Ini juga mengikuti jejak Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang keduanya juga telah menerapkan pungutan impor untuk kendaraan listrik buatan China. China adalah mitra dagang terbesar kedua Kanada, tertinggal jauh di belakang Amerika Serikat.

    (lih/wur)

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1109: Trump Minta Maxar Technologies Cabut Akses Kyiv ke Citra Satelit – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1109: Trump Minta Maxar Technologies Cabut Akses Kyiv ke Citra Satelit – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Konflik Rusia vs Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari 2022 telah memasuki hari ke-1109 pada Sabtu (8/3/2025).

    Pada 2025, perusahaan kedirgantaraan asal Amerika Serikat (AS), Maxar Technologies, dilaporkan telah menonaktifkan akses Ukraina ke citra satelitnya.

    Langkah ini diambil setelah adanya permintaan dari pemerintahan Presiden Donald Trump, The Guardian melaporkan.

    Maxar mengungkapkan bahwa mereka memiliki kontrak dengan pemerintah AS serta puluhan negara sekutu dan mitra.

    Mereka juga menegaskan bahwa setiap pelanggan memiliki keputusan independen dalam hal penggunaan dan pembagian data satelit tersebut.

    Simak rangkuman peristiwa yang terjadi dalam perang Rusia-Ukraina berikut ini.

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1109:

    Ukraina Dihujani Rudal Balistik

    Pada Jumat (7/3/2025) pagi, Rusia melancarkan serangan rudal balistik dan pesawat tak berawak besar di Ukraina.
    Serangan ini terjadi sehari setelah Amerika Serikat menghentikan berbagi intelijen dengan Kyiv.

    Amerika Serikat sebelumnya memberikan peringatan dini tentang kemungkinan serangan tersebut.

    Serangan ini terjadi saat delegasi Ukraina sedang mempersiapkan diri untuk bertemu dengan mitranya dari AS di Arab Saudi minggu depan.

    Pertemuan itu bertujuan untuk membahas kemungkinan akhir dari perang, menurut laporan Luke Harding dan Dan Sabbagh.

    Di sisi lain, dalam sebuah posting di Truth Social, Donald Trump tampaknya mengkritik serangan Rusia terbaru.

    “Berdasarkan fakta bahwa Rusia benar-benar ‘menggempur’ Ukraina di medan perang saat ini, saya sangat mempertimbangkan sanksi bank, sanksi, dan tarif skala besar pada Rusia sampai gencatan senjata dan perjanjian penyelesaian akhir perdamaian tercapai,” tulis Trump,

    Secara terpisah, Trump menyatakan bahwa dia merasa lebih “mudah” untuk berurusan dengan Rusia daripada dengan Ukraina dalam upaya mengakhiri perang.

    Trump menyebutkan bahwa dia mempercayai Vladimir Putin, Presiden Rusia.

    “Saya percaya padanya,” ujar Trump.

    “Jujur saja, saya merasa lebih sulit untuk berurusan dengan Ukraina dan mereka tidak punya kartu,” tambahnya.

    “Mungkin lebih mudah berurusan dengan Rusia.”

    Rusia Gempur Kota Dobropillia

    Pada Jumat (7/3/2025) malam, pasukan Rusia melancarkan serangan di kota Dobropillia, Ukraina timur.

    Serangan tersebut mengakibatkan empat orang tewas dan 18 lainnya terluka, menurut gubernur daerah setempat.

    Vadym Filashki melaporkan melalui Telegram bahwa serangan tersebut terdiri dari tiga serangan malam.

    Serangan itu menargetkan kota di utara Pokrovsk, yang menjadi titik fokus kemajuan pasukan Rusia di Ukraina timur.

    Berdasarkan informasi awal, empat gedung apartemen bertingkat tinggi rusak dalam serangan tersebut.

    Petugas darurat telah diterjunkan ke lokasi kejadian.

    Sebelumnya, jaksa Donetsk menyatakan bahwa lima warga tewas akibat serangan Rusia yang melanda beberapa kota dan desa.

    Di antaranya, satu orang tewas di Pokrovsk, dua lainnya di desa-desa dekat Kostyantynivka, serta satu korban di dekat kota Kurakhove.

    Kurakhove direbut Rusia pada Januari lalu.

    Sementara itu, di pelabuhan Laut Hitam selatan Ukraina, Odesa, gubernur daerah Oleh Kiper melaporkan bahwa serangan pesawat tak berawak Rusia kembali merusak infrastruktur energi dan target lainnya.

    Pasukan Ukraina Hampir Dikepung di Kursk

    Ribuan tentara Ukraina yang menyerbu wilayah Kursk, Rusia, pada Agustus lalu hampir dikepung oleh pasukan Rusia.
    Hal ini menciptakan pukulan besar bagi Kyiv.

    Sebelumnya, Ukraina berharap kehadirannya di wilayah tersebut bisa menjadi alat pengaruh terhadap Moskow dalam pembicaraan damai.

    Namun, menurut laporan Reuters yang mengutip peta sumber terbuka, situasi di Kursk memburuk tajam dalam tiga hari terakhir.

    Pasukan Rusia berhasil merebut kembali wilayah itu, The Guardian melaporkan.

    Serangan balik Rusia hampir memotong pasukan Ukraina menjadi dua.

    Hal ini memisahkan kelompok utama dari jalur pasokan utama mereka.

    Kondisi ini muncul setelah AS menghentikan pembagian intelijen dengan Kyiv.

    Keputusan tersebut meningkatkan kemungkinan pasukan Ukraina terpaksa mundur atau menghadapi risiko ditangkap atau dibunuh.

    “Situasi [untuk Ukraina di Kursk] sangat buruk,” kata Pasi Paroinen, analis militer dari Black Bird Group.

    Analis lainnya, Yan Matveev, mengatakan Ukraina kini dihadapkan pada pilihan yang sulit.

    Eropa Berupaya ‘Tambal’ Intelijen Ukraina

    Eropa berencana untuk mencoba mengimbangi kekurangan intelijen yang mungkin terjadi akibat penghentian pembagian data intelijen oleh AS kepada Ukraina.

    Hal ini dibahas dalam pertemuan puncak Uni Eropa di Brussels, Suspilne melaporkan.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis, Christophe Lemond, mengonfirmasi bahwa penggantian data intelijen AS menjadi salah satu topik utama dalam pembicaraan tersebut.

    Lemond juga menyatakan bahwa kebijakan pemerintahan Donald Trump merupakan masalah penting.

    Amerika Serikat telah memainkan peran besar dalam mendukung Ukraina sejak dimulainya invasi Rusia pada Februari 2022.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Investigasi Analis Ukraina Bongkar Tornado-S Rusia Berisi Komponen China, Amerika, Swiss, Inggris – Halaman all

    Investigasi Analis Ukraina Bongkar Tornado-S Rusia Berisi Komponen China, Amerika, Swiss, Inggris – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemeriksaan roket berpemandu dari sistem roket peluncur ganda Tornado-S milik Rusia, yang digunakan dalam perang melawan Ukraina, telah mengungkap penggunaan dua giroskop serat optik secara bersamaan untuk meningkatkan akurasi penargetan.

    Salah satunya adalah unit TIUS500, yang diproduksi oleh perusahaan Optolink Rusia, sedangkan yang lainnya adalah perangkat asing tanpa tanda dengan segel indikator dalam bahasa Cina, menyerupai produk dari BWSENSING milik Cina.

    Kedua giroskop menggunakan tiga interferometer cincin Sagnac yang disusun sepanjang sumbu ortogonal.

    Lalu dipasangkan dengan papan kontrol elektronik, dikutip dari Defence Express.

    Namun, elektroniknya berbeda.

    Di antaranya modul Rusia dibuat berdasarkan FPGA Altera Cyclone Amerika, sedangkan modul asing menggunakan mikrokontroler STMicroelectronics Swiss.

    Meskipun ada sanksi, modul Rusia menggabungkan komponen dari AS (Analog Devices, National Semiconductor, Maxim Integrated), Tiongkok (Panwoo Equipment Consulting, Mornsun), Swiss (STMicroelectronics), dan Inggris (Golledge Electronics).

    Hal ini menyoroti kerentanan rantai pasokan yang sedang berlangsung yang memungkinkan Rusia untuk mengintegrasikan teknologi asing ke dalam amunisi berpemandu presisinya.

    Seperti yang dilaporkan Defense Express sebelumnya, Dataset War&Sanctions Baru Mengungkapkan Komponen Asing dan Modifikasi Shahed-136 Terbaru.

    Zelensky ke Arab Saudi

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengatakan negaranya “siap untuk perdamaian” setelah Rusia menargetkan infrastruktur energi Ukraina dalam pemboman skala besar semalam, termasuk dengan rudal balistik Iskander.

    Zelensky berkata: “Ukrainalah yang menginginkan perdamaian sejak detik pertama perang ini,” ucapnya, dikutip dari LBC.

    “Tugasnya adalah memaksa Rusia menghentikan perang”.

    Selanjutnya, Zelensky akan bertemu dengan pejabat AS untuk perundingan damai minggu depan.

    Rusia dituduh “berusaha menyerang warga biasa” oleh menteri energi Ukraina, karena sedikitnya 10 orang, termasuk seorang anak, terluka.

    Zelensky menambahkan: “Ukraina masih hidup, masih berjuang dan berkembang berkat kekuatan dan keberanian rakyat kami, yang selalu mendukung mitra kami.

    “Terima kasih, orang Ukraina dan orang Ukraina, setiap kulit dan setiap kulit, bagi mereka yang melindungi dan melindungi negara Anda!”

    Adapun Rusia menyerang Odesa di selatan dan Kharkiv di timur.

    Di Kharkiv, delapan orang terluka dan infrastruktur serta sebuah bangunan tempat tinggal terkena serangan.

    Tujuh orang, termasuk dua gadis berusia tiga dan empat tahun, terluka di Slovyansk akibat ‘bom luncur’ Rusia.

    Sekitar 30 bangunan rusak atau hancur.

    Seorang anak terluka di Kramatorsk, dan dua orang, termasuk seorang anak, terluka di dekat Myrhorod.

    Di Odesa, infrastruktur energi dan bangunan tempat tinggal rusak. Serangan itu berlangsung hampir sepanjang malam, menurut laporan setempat.

    Menteri Energi Ukraina, German Galushchenko, mengunggah status daring: “Infrastruktur energi dan gas di berbagai wilayah Ukraina kembali menjadi sasaran penembakan rudal dan pesawat tak berawak besar-besaran.

    “Rusia berupaya menyakiti warga Ukraina biasa dengan menembaki fasilitas produksi energi dan gas, tanpa mengabaikan tujuannya untuk membuat kita tanpa listrik dan pemanas, serta menyebabkan kerugian terbesar bagi warga biasa.”

    Serangan terbaru ini terjadi beberapa jam setelah Zelensky mengatakan negaranya akan mengadakan pembicaraan dengan AS minggu depan untuk mengakhiri perang melawan Rusia.

    Zelensky mengatakan ia akan melakukan perjalanan ke Arab Saudi pada hari Senin dan timnya akan tinggal di sana untuk mengadakan pembicaraan dengan pejabat AS.

    “Saya dijadwalkan mengunjungi Arab Saudi untuk bertemu dengan putra mahkota,” kata Zelensky, merujuk pada Mohammed bin Salman, pewaris takhta kerajaan kaya minyak tersebut. “

    Setelah itu, tim saya akan tinggal di Arab Saudi untuk bekerja sama dengan mitra Amerika. Ukraina sangat tertarik pada perdamaian.”

    Ia menambahkan: “Seperti yang kami sampaikan kepada Presiden Trump, Ukraina tengah berupaya dan akan terus berupaya secara konstruktif demi tercapainya perdamaian yang cepat dan dapat diandalkan.”

    Dalam percakapan dengan wartawan pada hari Kamis, Presiden AS, Donald Trump, mengatakan ia yakin pemerintahannya telah membuat “banyak kemajuan” dalam beberapa hari terakhir dengan Ukraina dan Rusia, tetapi tidak menjelaskan secara rinci bagaimana.

    “Saya pikir yang akan terjadi adalah Ukraina ingin membuat kesepakatan, karena menurut saya mereka tidak punya pilihan lain,” kata Trump.

    “Saya juga berpikir bahwa Rusia ingin membuat kesepakatan karena dengan cara tertentu yang berbeda – cara berbeda yang hanya saya yang tahu, hanya saya yang tahu – mereka juga tidak punya pilihan lain.

    SERANGAN RUSIA – Rudal Rusia menghantam sebuah hotel di Kota Kryvyi Rih, Ukraina, pada hari Rabu malam, (5/3/2025). Setidaknya dua orang dilaporkan tewas. (Dinas Darurat Ukraina)

    Utusan khusus Trump, Steve Witkoff, mengonfirmasi, pejabat senior pemerintahan sedang mengatur pembicaraan dengan pejabat tinggi Ukraina di Arab Saudi.

    Witkoff mencatat, Zelensky telah meminta maaf dalam beberapa hari terakhir tentang ledakan di Gedung Putih dan menyatakan rasa terima kasih.

    Dia berhati-hati tentang apakah kesepakatan mineral akan ditandatangani selama pertemuan di Arab Saudi.

    “Kita lihat apakah dia akan menindaklanjutinya,” kata Witkoff.

    Pengumuman itu muncul saat para pemimpin Uni Eropa mengadakan pembicaraan darurat tentang cara untuk segera meningkatkan anggaran militer mereka setelah pemerintahan Trump mengisyaratkan bahwa Eropa harus menjaga keamanannya sendiri dan juga menangguhkan bantuan ke Ukraina.

    Hanya dalam waktu sebulan, Trump telah membatalkan kepastian lama tentang keandalan AS sebagai mitra keamanan, saat ia merangkul Rusia dan menarik dukungan Amerika untuk Ukraina.

    Pada hari Senin, Trump memerintahkan penghentian sementara pasokan militer AS ke Ukraina karena ia berusaha menekan Zelensky untuk terlibat dalam negosiasi guna mengakhiri perang dengan Rusia.

    AS juga menghentikan sementara pembagian informasi intelijen dengan Kyiv.

    Sebelumnya, Menteri Pertahanan Prancis, Sebastien Lecornu, mengatakan Prancis memberikan intelijen militer kepada Ukraina.

    Intelijen Amerika sangat penting bagi Ukraina untuk melacak pergerakan pasukan Rusia dan memilih target.

    Berbicara kepada radio France Inter pada hari Kamis, Lecornu mengatakan Prancis terus melanjutkan kegiatan berbagi intelijennya.

    “Intelijen kami berdaulat,” kata Lecornu. “Kami memiliki intelijen yang dapat dimanfaatkan Ukraina.”

    Lecornu menambahkan, menyusul keputusan AS untuk menangguhkan semua bantuan militer ke Ukraina, Presiden Prancis Emmanuel Macron memintanya untuk “mempercepat berbagai paket bantuan Prancis” guna menebus kurangnya bantuan Amerika.

    Lecornu mengatakan, menyusul keputusan AS tersebut, pengiriman bantuan untuk Ukraina yang berangkat dari Polandia telah ditangguhkan, namun, ia menambahkan, “Ukraina, sayangnya, telah belajar untuk berperang dalam perang ini selama tiga tahun dan tahu bagaimana cara menimbunnya”.

    Di Ukraina, rudal balistik Rusia menewaskan empat orang yang menginap di sebuah hotel di kota asal Presiden Zelensky pada malam hari.

    Zelensky, yang menghadiri pertemuan puncak Uni Eropa tentang pertahanan di Brussels, mengatakan relawan organisasi kemanusiaan telah pindah ke hotel di Kryvyi Rih, di Ukraina tengah, tepat sebelum serangan, termasuk warga negara Ukraina, Amerika, dan Inggris. Ia tidak mengatakan apakah orang-orang itu termasuk di antara 31 orang yang terluka.

    Rusia menembakkan 112 pesawat tanpa awak Shahed dan pesawat pengecoh, serta dua rudal balistik Iskander, ke Ukraina semalam, kata angkatan udara Ukraina.

    Kemudian pada hari Kamis, Kementerian Luar Negeri Rusia menolak proposal perdamaian dari Prancis dan Inggris, menggambarkannya sebagai upaya sekutu Eropa Kyiv untuk menawarkan keringanan kepada tentara Ukraina yang sedang berjuang.

    Juru bicara kementerian, Maria Zakharova, mengatakan usulan penghentian serangan udara dan laut merupakan upaya untuk “memberikan jeda bagi rezim Kyiv yang menderita, angkatan bersenjata Ukraina, dan mencegah keruntuhan garis depan”.

    Ia mengatakan Ukraina akan menggunakan jeda apa pun dalam pertempuran untuk memperkuat militernya, yang akan menyebabkan konflik berkepanjangan.

    Dan menteri luar negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengkritik keras klaim Macron, Rusia mengancam Eropa.

    “Ini merupakan ancaman bagi Rusia,” kata Lavrov dalam sebuah pengarahan di Moskow, seraya mencatat rencana Macron untuk mengadakan pertemuan para perwira militer tinggi Eropa guna membahas rencana agresif yang diduga dilakukan Moskow.

    Lavrov menepis tuduhan bahwa Rusia tengah menyusun rencana untuk menyerang negara-negara Eropa sebagai “tuduhan bodoh” dan “omong kosong”.

    “Bagi orang yang waras atau tidak, sangat jelas bahwa Rusia tidak membutuhkan ini,” katanya.

    (Tribunnews.com/ Chrysnha)

  • Negara NATO Uring-uringan, Sebut Bantuan ke Ukraina Bisa Rusak Eropa

    Negara NATO Uring-uringan, Sebut Bantuan ke Ukraina Bisa Rusak Eropa

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dinamika terus membayangi negara-negara anggota aliansi NATO terkait bantuan kepada Ukraina untuk melawan Rusia. Terbaru, manuver ini menjadi kekhawatiran salah satu anggota aliansi itu di Eropa, Hungaria.

    Perdana Menteri (PM) Hungaria Viktor Orbán mengatakan bahwa rencana sekutu NATO, yang sebagian besar juga merupakan bagian dari Uni Eropa (UE), untuk membiayai militer Ukraina adalah jalan buntu. Menurutnya, dengan bantuan persenjataan dari Amerika Serikat (AS) yang telah dihentikan, UE tak akan mampu membiayai Kyiv hingga menang.

    Ia juga mengkritik manuver UE yang berencana menaikan angka pengeluaran pertahanan dalam menjamin sendiri keamanan di wilayah itu. Diketahui, Orbán telah menolak usulan ini.

    “Cara UE mendukung Ukraina sekarang, sementara juga meningkatkan anggaran pertahanan Eropa sendiri, akan menghancurkan Eropa,” ungkapnya, dilansir Reuters.

    “Jika sekarang AS berhenti (membiayai perang), mengapa 26 negara anggota lainnya masih terus merasa memiliki kesempatan untuk mengakhiri perang ini?. Hari ini tampaknya saya telah memveto. Namun dalam beberapa minggu mereka akan kembali dan ternyata tidak ada uang untuk tujuan ini.”

    Hungaria sendiri merupakan kritikus keras reaksi NATO untuk membantu Ukraina. Orbán dan Perdana Menteri Slovakia. Robert Fico, telah lama secara terbuka mengkritik bantuan militer UE ke Ukraina dan sanksinya terhadap Rusia.

    Mereka juga mendukung manuver Presiden AS Donald Trump yang menegaskan bahwa penyelesaian damai adalah satu-satunya jalan yang layak untuk mengakhiri perang. Dua pemimpin Slovakia dan Hungaria ini juga telah lama dituduh menjalankan kebijakan yang bersahabat dengan Moskow meskipun negara mereka merupakan anggota UE dan NATO.

    UE Genjot Beli Senjata

    Sementara itu, para petinggi negara UE berkumpul di Brussels, Kamis kemarin. Mereka menancapkan komitmen untuk mendukung kenaikan belanja pertahanan serta tetap mendukung Ukraina di tengah dunia yang berubah karena pembalikan kebijakan AS oleh Donald Trump.

    “Hari ini kami telah menunjukkan bahwa UE bangkit menghadapi tantangan, membangun pertahanan Eropa dan berdiri bahu-membahu dengan Ukraina,” kata ketua pertemuan Antonio Costa kepada wartawan.

    Para pemimpin UE memuji usulan Komisi Eropa minggu ini untuk memberi mereka fleksibilitas fiskal dalam pengeluaran pertahanan, terutama terkait plafon pinjaman hingga 150 miliar euro (Rp 2.593 triliun) guna dipinjamkan kepada pemerintah negara anggota UE untuk dibelanjakan demi militer mereka.

    Dalam pernyataan bersama yang disetujui oleh semua 27 negara anggota, para pemimpin UE meminta para menteri mereka untuk segera memeriksa usulan ini secara terperinci.

    “Eropa harus menghadapi tantangan ini, perlombaan senjata ini. Dan harus memenangkannya,” kata Perdana Menteri Polandia Donald Tusk pada pertemuan puncak pertahanan khusus di Brussels.

    “Eropa secara keseluruhan benar-benar mampu memenangkan konfrontasi militer, keuangan, ekonomi dengan Rusia – kami lebih kuat,” tambahnya.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang pada hari Rabu telah mengatakan kepada para pemilih Prancis bahwa Rusia merupakan ancaman bagi Prancis dan Eropa, mengatakan semua ini hanyalah langkah pertama.

    “Apapun yang terjadi di Ukraina, kita perlu membangun kapasitas pertahanan otonom di Eropa,” ungkapnya.

    (luc/luc)

  • Pemerintah RI Dorong Penguatan Investasi Prancis Melalui Percepatan I-EU CEPA dan Aksesi di OECD – Halaman all

    Pemerintah RI Dorong Penguatan Investasi Prancis Melalui Percepatan I-EU CEPA dan Aksesi di OECD – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu dengan Chairman of the Board of Business France and France Ambassador for International Investments Pascal Cagni di Paris, Kamis (6/3/2025).

    Pertemuan membahas berbagai isu strategis dalam rangka memperkuat hubungan bisnis kedua negara, terutama terkait investasi antara Indonesia dan Prancis ini dilakukan di sela waktu acara OECD.

    Dalam pertemuan ini, kedua negara berkomitmen untuk meningkatkan kerja sama di berbagai sektor, termasuk perdagangan, investasi, industri pertahanan, dan komitmen Prancis untuk mendukung Indonesia dalam proses aksesi menjadi anggota penuh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

    Dalam pertemuan ini, Airlangga mendorong Prancis untuk dapat mendukung penyelesaian perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA).

    “Kesepakatan ini akan memberikan manfaat besar bagi sektor perdagangan dan investasi di Indonesia dengan Uni Eropa, termasuk peningkatan ekspor dan kemudahan investasi. Perundingan I-EU CEPA telah dilakukan sebanyak 19 putaran dalam 9 tahun terakhir,” kata Airlangga.

    Menurutnya, urgensi untuk segera menyelesaikan proses negosiasi, guna menangkap peluang kerja sama bagi Indonesia dan negara-negara Uni Eropa.

    Kondisi perdagangan global saat ini yang diwarnai proteksionisme membutuhkan strategi mitigasi untuk memastikan kelancaran arus perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Uni Eropa. 

    Airlangga juga mempromosikan peluang kerja sama dengan Prancis dalam mengembangkan inovasi teknologi hijau untuk mendukung industri nasional dalam memenuhi persyaratan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM).

    Dalam kesempatan ini Airlangga meminta dukungan Prancis dalam hal transfer teknologi, investasi, dan pengembangan kapasitas industri rendah karbon, khususnya di sektor baja, aluminium, dan pupuk.

    “Prancis memiliki keahlian dalam hal teknologi hidrogen. Indonesia dapat mengusulkan proyek percontohan pemanfaatan green hydrogen dalam produksi bahan dan pupuk yang rendah karbon,” ujar Airlangga.

    Selain itu, Indonesia juga mendorong realisasi komitmen Prancis dalam pembiayaan hijau terutama melalui inisiatif Just Energy Transition Partnership (JETP), khususnya guna membantu pendanaan transisi industri menuju kepatuhan terhadap kebijakan CBAM. 

    Sementara itu, Chairman Cagni mendukung penuh Indonesia dalam proses reformasi kebijakan yang sesuai dengan standar instrumen OECD.

    Hal ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan tata kelola publik sehingga dapat menarik investasi asing lebih banyak, termasuk dari Prancis.

    Prancis merupakan salah satu mitra utama Indonesia di bidang ekonomi.

    Bagi Indonesia, Prancis merupakan negara asal FDI terbesar ke-11 secara global dan  terbesar ke-3 dari Eropa, atau peringkat  terbesar ke-2 dari Uni Eropa pada tahun 2023. 

    Sebelumnya, Menko Airlangga telah menerima delegasi dari MEDEF Internasional (Asosiasi Pengusaha Internasional Prancis) di Jakarta pada 19 Februari 2025 yang membahas peluang investasi, khususnya pada sektor strategis seperti energi terbarukan, teknologi, inovasi, transportasi, dan pembangunan infrastruktur yang akan menopang transformasi ekonomi Indonesia ke depan.