Negara: Uni Eropa

  • Pakar: Putin Menikmati Drama Global akibat Tarif Impor yang Ditetapkan Trump – Halaman all

    Pakar: Putin Menikmati Drama Global akibat Tarif Impor yang Ditetapkan Trump – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Rusia, Vladimir Putin, sedang menikmati drama global yang terjadi akibat tarif impor yang diberlakukan Presiden AS, Donald Trump, terhadap puluhan negara di dunia, menurut pakar.

    Pada Rabu (2/9/2025) lalu, Trump menetapkan tarif timbal balik sebesar 10 persen terhadap puluhan negara, dan tarif yang lebih tinggi kepada negara-negara tertentu, termasuk China dan Indonesia.

    Langkah ini sempat memicu anjloknya pasar saham global, Mirror UK melaporkan.

    Saat pasar saham terguncang dan blok-blok dagang serta negara-negara besar mulai memicu perang dagang dengan AS, China menyatakan, akan membalas tindakan Trump dengan tarif timbal baliknya sendiri.

    Di sisi lain, Putin—yang negaranya tidak dikenai tarif oleh Trump—dilaporkan tengah mengamati kekacauan ini dengan penuh kepuasan.

    Trump tidak menerapkan tarif terhadap Rusia karena pada dasarnya hubungan perdagangan antara kedua negara sangat terbatas.

    Rusia juga saat ini dikenai sanksi ekonomi akibat perangnya melawan Ukraina.

    Namun, seorang pakar memperingatkan bahwa kegembiraan Putin atas situasi ini bisa berubah menjadi penderitaan besar bagi Eropa, apabila kebijakan tarif Trump tidak terkendali.

    PRESIDEN RUSIA – Tangkapan layar YouTube Kremlin pada Selasa (25/2/2025) yang menunjukkan wawancara jurnalis Pavel Zarubin dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin (24/2/2025). Pakar menyebut, Putin saat ini sedang menikmati drama global akibat penetapan tarif impor AS. (Tangkapan layar YouTube Kremlin)

    Profesor politik dari Universitas Buckingham, Anthony Glees, mengatakan:

    “Bahaya besar di sini adalah bahwa sejarah menunjukkan kebijakan tarif berkaitan erat dengan nasionalisme agresif.”

    “Baik pada tahun 1880-an ketika Kekaisaran Jerman menerapkan tarif, maupun pada 1930-an ketika AS dan kemudian Nazi Jerman melakukan hal yang sama, perang segera menyusul.”

    “Jika Amerika Serikat terjebak dalam kebijakan proteksionis ekstrem, maka Eropa akan menghadapi ancaman serius dari Rusia.”

    “Putin menikmati setiap detik dari drama psikologis besar ini.”

    “Ada pihak yang meyakini bahwa Trump tengah menyerang China dengan ‘senjata’ ekonomi terbesar yang dimilikinya.”

    Sementara itu, Partai Republik berargumen bahwa tarif dapat mendorong relokasi produksi dan manufaktur ke dalam negeri, serta menciptakan lapangan kerja besar-besaran di AS.

    Namun, para kritikus menilai, tarif justru akan meningkatkan harga barang bagi konsumen, sementara banyak orang mengalami kesulitan finansial.

    Update terbaru soal penerapan tarif impor AS

    Mengutip The Guardian, berikut perkembangan terbaru mengenai penerapan tarif timbal balik Donald Trump.

    – Gelombang tarif baru yang diberlakukan Trump terhadap puluhan negara mulai berlaku pada Rabu (9/4/2025), termasuk pungutan sebesar 104 persen terhadap barang-barang dari China.

    China menjadi negara yang paling terdampak oleh kebijakan ini, namun belum menunjukkan tanda-tanda akan mundur.

    China bersumpah untuk melanjutkan perang dagang dengan AS “sampai akhir”, dan menjanjikan tindakan balasan demi melindungi kepentingan nasionalnya.

    Tarif balasan dari China sebesar 34 persen terhadap barang-barang asal AS dijadwalkan mulai berlaku pada Kamis (10/4/2025).

    – Trump menyatakan pada Selasa bahwa pemerintahannya sedang merancang kesepakatan dengan sejumlah mitra dagang.

    Gedung Putih menegaskan, negara-negara sekutu seperti Jepang dan Korea Selatan akan diprioritaskan dalam proses negosiasi.

    Pejabat perdagangan utama Trump, Jamieson Greer, mengatakan kepada Senat bahwa Argentina, Vietnam, dan Israel termasuk di antara negara-negara yang telah merayu untuk penurunan tarif.

    -Dalam sebuah jamuan makan malam bersama sesama anggota Partai Republik pada Selasa malam (8/4/2025), Trump menyampaikan bahwa banyak negara sangat ingin mencapai kesepakatan dagang dengannya.

    – Aksi jual besar-besaran kembali terjadi di pasar Asia pada Rabu.

    Indeks Nikkei Jepang turun lebih dari 3 persen, pasar saham Hong Kong anjlok lebih dari 3%, dan nilai tukar won Korea Selatan menyentuh titik terendah dalam 16 tahun terakhir.

    Obligasi pemerintah juga mengalami kerugian besar.

    Saham di Australia kehilangan nilai miliaran dolar, sementara indeks saham Taiwan merosot 5,8% pada perdagangan sore.

    Dalam beberapa hari terakhir, triliunan dolar telah menguap dari pasar saham global.

    Pasar valuta asing pun terguncang, dengan won Korea jatuh ke posisi terendah terhadap dolar AS sejak 2009, sementara yuan menyentuh titik terendah sepanjang masa terhadap dolar.

    Harga minyak ikut tertekan, dengan West Texas Intermediate ditutup di bawah $60 untuk pertama kalinya sejak April 2021.

    Bank Sentral India menurunkan suku bunga acuan, dengan alasan kondisi global yang “menantang.”

    – Uni Eropa berusaha meredakan ketegangan dagang.

    Kepala Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, dalam panggilan telepon dengan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang, memperingatkan agar semua pihak menghindari eskalasi konflik perdagangan lebih lanjut.

    Ia menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi global di tengah situasi yang memanas.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Kebijakan tarif resiprokal AS tak sepenuhnya negatif

    Kebijakan tarif resiprokal AS tak sepenuhnya negatif

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Luhut: Kebijakan tarif resiprokal AS tak sepenuhnya negatif
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 08 April 2025 – 23:11 WIB

    Elshinta.com – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menilai tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia tak sepenuhnya negatif.

    “DEN melihat adanya resiprokal tarif dari Amerika ini sepenuhnya tidak negatif. Repositioning perdagangan global yang bisa menjadi peluang Indonesia untuk menarik investasi dari luar negeri, menjadikan Indonesia sebagai basis produksinya,” katanya dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Prabowo di Jakarta, Selasa.

    Menurut dia, posisi strategis Indonesia memungkinkan negara ini menggantikan berbagai posisi negara lain dalam rantai pasok global.

    Sebagai contoh, Uni Eropa disebut telah mempertanyakan soal mineral kritis dari Indonesia, dan telah memperoleh lampu hijau dari Presiden Prabowo untuk bekerja sama. Hal ini mengindikasikan potensi reformasi ekonomi Tanah Air, serta memperkuat posisi Indonesia di kancah global.

    Selain itu, tarif resiprokal Indonesia relatif rendah dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

    Indonesia berada di urutan ke delapan di daftar negara-negara yang terkena kenaikan tarif AS, dengan besaran 32 persen. Sekitar 60 negara bakal dikenai tarif timbal balik separuh dari tarif yang mereka berlakukan terhadap AS.

    Berdasarkan daftar tersebut, Indonesia bukan negara satu-satunya di kawasan Asia Tenggara yang menjadi korban dagang AS. Ada pula Malaysia, Kamboja, Vietnam serta Thailand dengan masing-masing kenaikan tarif 24 persen, 49 persen, 46 persen, dan 36 persen.

    Karena itu, lanjut Ketua DEN, kebijakan deregulasi untuk memotong ekonomi berbiaya tinggi itu menjadi sangat penting.

    “Koordinasi dengan para Menteri dan Kepala Lembaga terkait terus dilakukan. Belajar dari pengalaman sebagai Menko Marves (Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi), pendekatan top-down yang diputuskan Presiden dinilai paling efektif untuk menghindari birokrasi yang berlarut-larut. Keputusan ini harus dipatuhi sepenuhnya,” ucap dia.

    Presiden Prabowo Subianto disebut telah memberikan instruksi satu setengah bulan yang lalu mengenai kebijakan deregulasi untuk mengantisipasi potensi tarif Amerika dengan tujuan memangkas ekonomi berbiaya tinggi, sehingga meningkatkan daya saing produk-produk Indonesia di pasar internasional.

    Langkah ini telah diputuskan oleh Presiden dan didukung kebijakan counter-cyclical pemerintah untuk meminimalkan dampak negatif perang dagang terhadap perekonomian domestik.

    Dengan deregulasi, penyelesaian Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) diharapkan agar segera kelar karena akan memperluas pasar produk Indonesia hingga Eropa. Kebijakan ini juga memudahkan penyebaran produk Indonesia ke Amerika, China, hingga negara-negara yang termasuk dalam BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa)

    “Inefisiensi yang selama ini begitu banyak di semua lini. Ini kesempatan kita untuk melakukan refleksi dan melakukan reform pada ekonomi kita untuk menjadi ekonomi yang efisien, yang bisa bersaing dengan siapapun,” ungkap Luhut.

    Sumber : Antara

  • Bursa Saham Eropa Babak Belur Gara-gara Tarif Trump

    Bursa Saham Eropa Babak Belur Gara-gara Tarif Trump

    Jakarta

    Sejumlah indeks saham gabungan di Eropa tercatat mengalami penurunan yang cukup signifikan imbas pemberlakuan tarif masuk tambahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke negara-negara di Benua Biru sebesar 20%.

    Melansir dari Reuters, Rabu (9/4/2025), hingga pukul 07.11 GMT atau 14.11 WIB, sejumlah indeks saham unggulan Benua Biru tercatat mengalami penurunan yang cukup signifikan.

    Sebut saja indeks gabungan 17 negara Eropa, STOXX 600, yang merosot 2,5%. Kemudian ada juga indeks acuan Jerman (GDAXI) turun 2,1%.

    Kemudian indeks saham gabungan sektor energi (SXEP) merosot 3,8% karena harga minyak jatuh ke titik terendah dalam empat tahun. Sementara saham pertambangan (SXPP) anjlok 4% karena China selaku eksportir logam terbesar dunia dikenai pungutan besar-besaran sebesar 104%.

    Belum cukup, indeks saham perbankan (SX7P) yang tergolong cukup sensitif terhadap suku bunga merosot 2,8%. Sebab para investor memprediksi adanya penurunan suku bunga dari Bank Sentral Eropa minggu depan untuk menopang ekonomi yang memburuk.

    “Investor juga menjual obligasi pemerintah AS, yang sering dianggap sebagai aset safe haven, karena mereka lari ke tempat yang aman dalam bentuk uang tunai,” tulis Reuters dalam laporannya.

    Sebagai informasi, sebelumnya Trump sudah mengenakan tarif masuk sebesar 25% buat produk baja, aluminium, mobil kepada blok Benua Biru yang beranggotakan 27 negara ini. Belum cukup, Trump kemudian kembali menambah tarif impor dari Uni Eropa sebesar 20% untuk semua barang.

    Menanggapi hal ini, Komisi UE mengusulkan tarif balas dendam pertamanya sebesar 25% pada sejumlah impor AS sebagai respons terhadap tarif baja dan aluminium Trump. Namun, daftar tersebut dipangkas setelah eksekutif Uni Eropa mendapat tekanan dari negara-negara anggotanya.

    Produk seperti, bourbon, anggur, dan susu dikeluarkan dari daftar usai Trump mengancam akan mengenakan tarif balik sebesar 200% pada minuman beralkohol Uni Eropa. Prancis dan Italia yang mana eksportir utama anggur dan minuman beralkohol, sangat khawatir mengenai ancaman Trump tersebut.

    Lebih lanjut para menteri negara-negara Eropa yang mengawasi perdagangan bertemu di Luksemburg pada Senin (7/4) kemarin untuk membahas tanggapan Uni Eropa dan membahas hubungan dengan China. Banyak dari mereka yang menyatakan prioritasnya adalah memulai negosiasi untuk menghapus tarif Trump alih-alih mengambil langkah balas dendam.

    (igo/fdl)

  • Respons Pemerintah Hadapi Tarif Impor AS Dinilai Strategis dan Adaptif

    Respons Pemerintah Hadapi Tarif Impor AS Dinilai Strategis dan Adaptif

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintah Indonesia dinilai tepat dalam merespons kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) yang ditetapkan Presiden Donald Trump. Perusahaan efek Verdhana Sekuritas menilai respons yang dipimpin langsung oleh Presiden Prabowo Subianto bersama jajaran ekonominya dianggap mampu meredam dampak negatif terhadap ekonomi nasional.

    “Ini merupakan terobosan penting yang diapresiasi oleh komunitas bisnis. Perubahan kebijakan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dari kewajiban kaku menjadi skema insentif akan membantu mendorong daya saing industri,” tulis Verdhana dalam laporannya dikutip dari Antara, Rabu (9/4/2025).

    Menghadapi tarif impor dari AS, Verdhana menilai Indonesia bisa memanfaatkan momentum ini untuk mengalihkan sebagian impor ke sektor unggulan AS, seperti produk pertanian, energi, dan teknologi. Pendekatan ini tidak hanya mencerminkan sikap diplomatis, tetapi juga membuka ruang strategis untuk menjaga hubungan dagang bilateral yang konstruktif.

    Selain itu, pemerintah berencana memberikan insentif fiskal guna mempertahankan daya saing ekspor nasional dan menarik minat investor global. Pemerintah juga tengah menyusun langkah untuk memperluas pasar ekspor ke kawasan baru, termasuk Uni Eropa dan negara mitra lainnya.

    Langkah selanjutnya yang dirancang oleh pemerintah adalah melakukan deregulasi di sektor perpajakan dan kepabeanan, demi meringankan beban usaha domestik. Tujuannya adalah menciptakan iklim bisnis yang lebih efisien dan kompetitif.

    Di sisi lain, sektor padat karya seperti tekstil, garmen, dan alas kaki akan tetap mendapatkan perlindungan penuh, baik dari ancaman tarif tinggi maupun praktik impor ilegal. Langkah ini menjadi bagian dari komitmen pemerintah untuk menjaga stabilitas lapangan kerja.

    Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan Indonesia tidak akan mengambil langkah balasan terhadap kebijakan tarif impor AS yang diterapkan Trump. Sebaliknya, jalur diplomasi dipilih sebagai solusi yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

    “Indonesia akan mendorong beberapa kesepakatan kerja sama baru dan sedang berkoordinasi dengan negara-negara ASEAN untuk menyatukan posisi dalam menghadapi kebijakan ini,” ungkap Airlangga.

    Pertemuan antar pimpinan ASEAN dijadwalkan berlangsung pada 10 April 2025, sebagai forum konsolidasi untuk mengalibrasi sikap regional dalam menyikapi tekanan tarif impor dari AS.

  • Donald Trump Desak Apple Produksi iPhone di AS, Tapi Bisakah Terwujud? – Page 3

    Donald Trump Desak Apple Produksi iPhone di AS, Tapi Bisakah Terwujud? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Presiden Amerika Serikat ke-47, Donald Trump, sangat yakin Apple mampu merakit iPhone dan perangkat elektronik milik mereka langsung di tanah AS.

    Pernyataan ini disampaikan melalui juru bicara Presiden Donald Trump, Karoline Leavitt, dalam konferensi pers, Selasa (8/4/2025).

    Saat ditanya apakah produksi iPhone bisa dialihkan ke dalam negeri, Leavitt menjawab, “tentu saja, dia yakin kita punya tenaga kerja dan sumber daya untuk melakukannya.”

    Pernyataan Leavitt ini merujuk pada investasi raksasa teknologi berbasis di Cupertino sebesar USD 500 miliar di AS pada awal tahun ini.

    “Jika mereka [Apple] tidak mengganggap Amerika Serikat dapat melakukannya, mereka mungkin tidak akan mengeluarkan uang sebanyak itu,” katanya, dikutip dari MacRumors, Rabu (9/4/2025).

    Presiden Trump berencana menerapkan tarif tinggi terhadap produk impor dari pada Cina, Vietnam, Thailand, India, Uni Eropa, dan negara-negara lainnya mulai 9 April.

    Donald Trump mengklaim, jika perusahaan seperti Apple tidak ingin membayar tarif, mereka harus memproduksi iPhone hingga perangkat mereka di Amerika Serikat.

    Mengapa Produksi iPhone di AS Sangat Sulit?

    Beberapa analis mengatakan kendala terbesar bukan hanya soal biaya, tetapi ketersediaan tenaga kerja terampil dalam jumlah masif.

    Steve Jobs, pendiri Apple, pernah menjelaskan kepada Presiden Barack Obama menyaingi rantai pasokan dan tenaga kerja Apple di Cina butuh sekitar 700.000 pekerja–sesuatu hampir mustahil disediakan oleh industri AS.

    CEO Apple saat ini, Tim Cook, juga pernah menegaskan dalam Fortune Global Forum 2017, keunggulan Cina bukan semata karena tenaga kerja murah.

    “Keterampilan dan presisi kami butuhkan sangat tinggi. China punya ribuan teknisi alat, sementara di AS sulit untuk memenuhi satu ruangan,” katanya.

  • Uni Eropa Perluas Pasar Akibat Tarif Impor AS, Produk Ini Mungkin Masuk ke Indonesia

    Uni Eropa Perluas Pasar Akibat Tarif Impor AS, Produk Ini Mungkin Masuk ke Indonesia

    PIKIRAN RAKYAT – Akibat dampak tarif impor AS, Uni Eropa (UE) dikabarkan akan menjajaki kerja sama perdagangan dengan sejumlah negara. Salah satunya dengan Indonesia.

    Selain dengan Indonesia, organisasi regional ini akan juga menjajaki kerja sama perdagangan dengan sejumlah negara mitra dagang baru. Mereka adalah India, Thailand, Filipina, dan negara-negara Teluk.

    Uni Eropa pun dikabarkan juga akan mengupayakan perjanjian perdagangan bebas dengan mitra dagang yang baru. Karenanya, tak ada hambatan termasuk adanya tarif dalam perdagangan.

    Komisaris EU, Maros Sefcovic untuk Keamanan Perdagangan dan Ekonomi, mengutarakan hubungan perdagangan dengan AS sangat tak baik. “Situasi perdagangan dengan AS, mitra terpenting kami, saat ini berada pada titik kritis,” ujarnya.

    Situasi buruk tersebut tak lain disebabkan kebijakan tarif impor AS terhadap produk Uni Eropa. Tarif yang ditetapkan oleh Trump sebesar 20 persen hingga 25 persen. Organisasi kawasan di Benua Eropa ini mencatatkan 13 persen dari total perdagangan dunia.

    Produk-produk Uni Eropa

    Sepuluh kategori produk terbesar yang diekspor Uni Eropa ke AS, dilansir dari Eurostat, mencakup aneka obat-obatan, peralatan kesehatan, kendaraan bermotor, alat berat, aneka mesin, produk organik, minyak mentah, alat ukur, dan minuman beralkohol.

    Seiring dengan penetapan tarif impor AS, harga komoditas tersebut akan lebih mahal di negara adidaya tersebut. Karenanya, bisa saja dijual ke beberapa mitra dagang baru. Termasuk juga Indonesia.

    Saat ini, Uni Eropa mengupayakan bernegosiasi dengan AS dengan mengajukan sejumlah tawaran strategis. Salah satunya tawaran kerja sama menghadapi tantangan yang sama, yaitu kebutuhan terhadap semikonduktor dan barang tambang.

    Akan tetapi, bila AS lama tak meresponsnya, kemungkinan akan mengambil tindakan membalas tarif tersebut. Maros Sefcovic menegaskan bahwa UE tak bisa menunggu terlalu lama.

    “EU tetap terbuka dan lebih memilih negosiasi, tetapi kami tak akan menunggu selamanya tanpa adanya kemajuan yang berarti,” ujarnya menegaskan. Tanggal 9 April menjadi hari pengambilan keputusan apalah UE akan melakukan pembalasan tarif impor AS.

    Bila disetujui oleh negara anggota, maka pembalasan akan diterapkan dua tahap, yaitu pada tanggal 15 April dan 15 Mei.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Apakah Indonesia terlambat merespons kebijakan tarif Trump?

    Apakah Indonesia terlambat merespons kebijakan tarif Trump?

    Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menyarankan Pemerintah Indonesia segera mengambil langkah konkret guna melindungi industri dalam negeri akibat penerapan tarif resiprokal AS, Jakarta, Senin (7/4/2025) (ANTARA/Bayu Saputra)

    Apakah Indonesia terlambat merespons kebijakan tarif Trump?
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Selasa, 08 April 2025 – 08:53 WIB

    Elshinta.com –  Respons pemerintah Indonesia terhadap kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump layak diapresiasi dari sisi kehati-hatian, namun juga pantas dikritisi dari sisi kecepatan dan keberanian strategis.

    Ketika Trump memutuskan untuk menaikkan tarif hingga 32 persen terhadap produk ekspor Indonesia, termasuk tekstil, alas kaki, dan komponen elektronik, negara-negara seperti Vietnam dan Thailand bergerak cepat dalam merumuskan respons diplomatik dan proteksi ekonomi.

    Sementara Indonesia, dijadwalkan baru hari ini atau sehari sebelum kebijakan tersebut efektif diberlakukan pada 9 April 2025 untuk menyatakan sikap resmi melalui pernyataan Presiden Prabowo Subianto dalam sebuah forum terbuka. Tentu pendekatan diplomatik dan tidak reaktif adalah prinsip bijak dalam tata kelola hubungan internasional.

    Namun dalam konteks ekonomi global yang semakin kompleks dan berubah dengan cepat, waktu menjadi faktor strategis. Delay dalam menyampaikan sikap resmi bisa memberikan kesan bahwa Indonesia kurang sigap dalam melindungi kepentingan ekonominya, apalagi dalam konteks tarif yang berdampak langsung pada jutaan pekerja sektor manufaktur ekspor.

    Selama ini ada kecenderungan bahwa kecepatan respons pemerintah terhadap disrupsi pasar internasional sangat mempengaruhi persepsi investor dan mitra dagang terhadap kredibilitas negara tersebut. Negara-negara yang umumnya mampu menunjukkan ketegasan dan arah kebijakan yang jelas dalam waktu 48 jam untuk merespons sesuatu, cenderung mengalami penurunan risiko pasar dan peningkatan negosiasi bilateral yang menguntungkan.

    Sebuah studi berjudul “Business resilience: Lessons from government responses to the global COVID-19 crisis” yang diterbitkan dalam International Business Review pada Oktober 2023 oleh Harvey Nguyen, Anh Viet Pham, Man Duy (Marty) Pham, dan Mia Hang Pham, mengeksplorasi ketahanan bisnis di berbagai negara dan faktor-faktor yang memungkinkan perusahaan bertahan dalam menghadapi guncangan ekonomi besar seperti pandemi COVID-19.

    Penelitian ini menyoroti peran penting respons cepat dan efektif dari pemerintah dalam mendukung ketahanan bisnis. Tindakan pemerintah yang tepat waktu, seperti pemberian stimulus ekonomi, bantuan finansial, dan kebijakan pendukung lainnya, terbukti membantu perusahaan dalam mempertahankan operasi dan mengurangi dampak negatif dari krisis.

    Temuan ini menggarisbawahi bahwa kecepatan dan efektivitas respons pemerintah tidak hanya mempengaruhi stabilitas ekonomi secara keseluruhan, tetapi juga meningkatkan kepercayaan bisnis dan investor terhadap kemampuan negara dalam mengelola krisis.

    Kontes Indonesia

    Dalam konteks Indonesia tentu ini tidak bisa disamakan secara langsung, namun pola yang sama berlaku. Ketika Vietnam langsung mengirimkan tim negosiator ke Washington dan Thailand mengumumkan insentif substitusi pasar ekspor, Indonesia justru tampak terkesan lebih lama berkutat di tahap penyusunan strategi bahkan narasi.

    Implikasinya bukan hanya pada perdagangan, tetapi pada posisi daya tawar Indonesia dalam lanskap global yang semakin bergeser ke arah kompetisi cepat dan real-time. Namun, penting juga dipahami bahwa pendekatan Indonesia menolak opsi retaliasi dan memilih jalur diplomasi tidak dapat serta-merta dianggap sebagai kelemahan.

    Sebagaimana sebelumnya Menko Airlangga menegaskan bahwa Indonesia tidak akan mengambil langkah retaliasi atas kebijakan tarif dan memilih menempuh jalur diplomasi dan negosiasi untuk mencari solusi yang saling menguntungkan bagi kedua negara. Pendekatan tersebut diambil dengan mempertimbangkan kepentingan jangka panjang hubungan perdagangan bilateral, serta untuk menjaga iklim investasi dan stabilitas ekonomi nasional.

    Ini menunjukkan adanya kehendak untuk menjaga hubungan jangka panjang dan stabil dengan mitra dagang utama, dalam hal ini Amerika Serikat. Di sisi lain, keputusan untuk tidak membalas dengan tarif serupa juga mengandung risiko munculnya asumsi bahwa Indonesia akan selalu bersikap lunak terhadap tekanan ekonomi.

    Pendekatan “tidak membalas tapi memperkuat dalam negeri” sebenarnya bisa menjadi strategi efektif jika dilengkapi dengan reformasi regulasi yang nyata dan percepatan diplomasi ekonomi yang terukur.

    Misalnya, reformasi logistik nasional yang masih menjadi hambatan utama daya saing produk ekspor Indonesia. Menurut laporan World Bank Logistics Performance Index 2023, Indonesia masih berada di peringkat 63 dari 139 negara. Bandingkan dengan Vietnam yang berada di posisi 43 dan Thailand di posisi 34.

    Artinya, upaya penguatan ekspor Indonesia seharusnya tidak hanya berhenti pada sektor hilir seperti diplomasi, tetapi harus menyentuh akar struktural yang selama ini menjadi penghambat utama. Selain itu, langkah pemerintah yang paling strategis saat ini bukan hanya merespons kebijakan Trump, tetapi menjadikan momentum ini sebagai lompatan untuk membangun kemandirian industri ekspor.

    Indonesia perlu memanfaatkan krisis tarif ini sebagai peluang untuk membangun konsorsium ekspor kawasan Asia Tenggara yang tidak hanya memperkuat posisi tawar Indonesia, tetapi juga membuka opsi pasar alternatif secara kolektif.

    Dalam studinya berjudul The Importance of Export Diversification for Developing ASEAN Economies, Phi Minh Hong dari ISEAS – Yusof Ishak Institute yang dimuat di ISEAS Perspective No. 2021/80, 2021 menekankan pentingnya diversifikasi ekspor bagi negara-negara berkembang di ASEAN untuk meningkatkan ketahanan ekonomi dan mengurangi volatilitas pendapatan ekspor.

    Studi ini juga mencatat bahwa negara-negara dengan diversifikasi ekspor yang lebih tinggi cenderung mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan. Sebuah studi yang patut untuk menjadi acuan untuk memperluas pasar ekspor Indonesia.

    Membangun narasi

    Langkah lain yang patut dipertimbangkan adalah mempercepat harmonisasi standar produk ekspor Indonesia dengan pasar non-AS, termasuk Uni Eropa dan negara-negara BRICS. Harmonisasi ini memerlukan peran aktif Kementerian Perdagangan, BPOM, dan Lembaga Standardisasi Nasional untuk bergerak cepat dan koordinatif.

    Dalam situasi di mana satu pintu mulai tertutup, jangan hanya menunggu dibukakan, tapi mulailah membangun rumah dagang sendiri di tempat lain. Penting pula diingat bahwa dalam era ekonomi politik global saat ini, narasi menjadi alat kekuatan tersendiri.

    Pemerintah Indonesia juga perlu membangun narasi yang kuat di hadapan publik internasional, bahwa sikap “tidak membalas” bukan bentuk kelemahan, tetapi posisi strategis berdasarkan prinsip kemitraan yang setara dan respek terhadap hukum internasional. Namun narasi ini tidak akan hidup tanpa langkah konkret di lapangan yang dirasakan langsung oleh pelaku ekspor, UMKM, dan buruh pabrik yang terancam kehilangan pasar.

    Sikap resmi Presiden Prabowo yang akan disampaikan hari ini harus menjadi titik awal bukan akhir. Ia harus segera diikuti dengan langkah-langkah teknokratis yang konkret dan terukur. Diplomasi tingkat tinggi harus dilengkapi dengan aktivasi jalur ekonomi tingkat menengah, termasuk memperkuat kapasitas negosiasi duta besar di negara tujuan ekspor.

    Reformasi regulasi juga harus menyasar pada percepatan perizinan ekspor, transparansi rantai pasok, dan insentif fiskal berbasis performa ekspor. Sebagai negara dengan populasi besar dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia tidak boleh hanya menjadi reaktif dalam setiap perubahan kebijakan internasional.

    Indonesia harus menjadi bagian dari arsitek ekonomi global baru yang lebih adil dan berkelanjutan. Saatnya Indonesia berhenti bersikap seperti anak yang dimarahi, lalu diam. Sudah waktunya negeri ini berbicara lantang, cerdas, dan dengan solusi yang kuat.

    Sumber : Antara

  • 12 Fakta Terbaru Perang Dagang: Trump Ancam Tarif China 104%-AS Resesi

    12 Fakta Terbaru Perang Dagang: Trump Ancam Tarif China 104%-AS Resesi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berhasil membuat gaduh dunia pekan lalu lewat penetapan tarif tinggi untuk setiap negara, termasuk Indonesia. RI akan dikenai tarif resiprokal atau timbal balik hingga 32% akibat besarnya defisit AS ke Indonesia.

    Kebijakan tarif Trump memicu ketidakpastian global hingga saling serang perang dagang. Dampak yang dapat dirasakan rupiah diperkirakan akan besar mulai dari kaburnya investor asing di pasar keuangan Tanah Air hingga gejolak eksternal yang tinggi.

    Berikut fakta lainnya terkait tarif Trump terhadap negara di dunia, seperti dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Selasa (8/4/2025).

    1.Trump Berlakukan Tarif Resiprokal ke RI Cs Besok

    Trump akan tetap memberlakukan kebijakan tarif resiprokal alias tarif timbal balik untuk produk impor dari berbagai negara Rabu, 9 April esok. Ini pun tidak terkecuali produk dari Indonesia.

    Melansir CNBC International, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengungkapkan Pemerintahan Trump akan tetap teguh dalam tarif timbal baliknya pada mitra dagang utama AS. Bahkan dalam menghadapi aksi jual di pasar saham global.

    Aksi jual di bursa saham AS dan di seluruh dunia kompak terjadi setelah Trump mengumumkan tarif baru pada 2 April waktu setempat. Selain bea masuk dasar 10% pada semua barang impor, Trump mengumumkan pungutan yang lebih tinggi pada impor dari 57 negara, yang akan diberlakukan mulai 9 April 2025 mendatang.

    “Tarif akan tetap berlaku. Dia mengumumkannya, dan dia tidak bercanda. Tarif akan datang. Tentu saja mereka (berlaku),” kata Lutnick.

    “Tidak ada penundaan. Mereka pasti akan tetap di tempat selama berhari-hari dan berminggu-minggu. Presiden perlu mengatur ulang perdagangan global. Semua orang memiliki surplus perdagangan dan kita memiliki defisit perdagangan,” tambahnya.

    2.Trump Ancam China, Kena Tarif 104%

    Trump mengatakan akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50% atas impor dari China jika Beijing tidak mencabut kebijakan tarif balasannya pada Selasa. China ini terjadi, tarif barang China di AS akan menjadi 104%.

    Ancaman yang dirilis melalui platform Truth Social ini menandai eskalasi terbaru dari konflik dagang yang telah menyebabkan kejatuhan pasar saham global selama tiga hari berturut-turut, sejak Trump mengumumkan perang tarif terhadap mitra dagang AS pekan lalu. Sebelumnya 2 April, Gedung Putih mengumumkan pengenaan tarif 34% terhadap impor dari China, yang kemudian dibalas Beijing dengan memberlakukan tarif yang sama terhadap barang-barang asal AS.

    “China memberlakukan kenaikan tarif sebesar 34% meskipun saya telah memperingatkan bahwa setiap negara yang membalas terhadap AS dengan menerapkan tarif tambahan akan segera dikenai tarif baru yang jauh lebih tinggi, di atas tarif yang telah diberlakukan sebelumnya,” tulis Trump dalam pernyataannya.

    “Jika China tidak menarik kembali kenaikan tarif sebesar 34% tersebut, yang datang di atas praktik perdagangan abusive mereka selama bertahun-tahun, AS akan mengenakan tarif TAMBAHAN sebesar 50% yang mulai berlaku pada 9 April 2025,” tegas Trump.

    “Selain itu, seluruh pembicaraan dengan China terkait permintaan pertemuan mereka akan dihentikan!” tulisnya. “Negosiasi dengan negara-negara lain yang juga meminta pertemuan akan langsung dimulai.”

    Sebelumnya, AS sudah memberikan tarif 10% ke barang China, 5 April. Barang China juga sudah dikenai tarif 20% di awal tahun ini.

    3.Eropa Siapkan Tarif Balasan 25% untuk AS

    Komisi Eropa mengajukan tarif balasan sebesar 25% terhadap berbagai produk asal AS. Langkah ini merupakan respons langsung atas kebijakan tarif Trump terhadap baja dan aluminium dari Eropa, yang dinilai oleh Uni Eropa sebagai tindakan proteksionis sepihak yang merugikan hubungan dagang jangka panjang.

    Menurut dokumen yang diperoleh Reuters, Komisi Eropa menetapkan bahwa sebagian tarif tersebut akan mulai berlaku pada 16 Mei. Sementara sisanya akan diterapkan pada 1 Desember.

    Produk-produk yang dikenai tarif sangat beragam, mulai dari berlian, telur, benang gigi, sosis, hingga unggas. Adapun tarif untuk produk seperti almond dan kedelai akan diberlakukan pada Desember.

    Kepala urusan perdagangan Uni Eropa, Maros Sefcovic, membei penjelasan. Ia menyatakan bahwa meskipun tarif balasan ini dirancang untuk memberikan tekanan, nilainya diperkirakan akan lebih kecil dari estimasi awal sebesar 26 miliar euro.

    “Langkah ini menunjukkan komitmen kami untuk menjaga keseimbangan dalam hubungan perdagangan internasional tanpa memperkeruh situasi yang sudah tegang,” ujar Sefcovic, dilansir Reuters pada Selasa.

    Namun demikian, Komisi Eropa telah menghapus beberapa produk sensitif dari daftar awal yang disusun pada Maret lalu. Produk-produk seperti bourbon, wine, dan produk susu dicoret dari daftar tersebut setelah Trump mengancam akan menerapkan tarif balasan sebesar 200% terhadap minuman beralkohol dari Eropa jika tarif terhadap bourbon diberlakukan.

    4.Risiko Resesi AS Meningkat Pasca Tarif Trump

    Raksasa perbankan Goldman Sachs telah menaikkan prakiraan resiko resesi di AS sebanyak dua kali pada pekan lalu. Hal ini terjadi setelah Trump menjatuhkan tarif kepada seluruh negara dunia.

    Mengutip Reuters, Goldman awalnya menaikkan estimasinya dari 20% menjadi 35% awal pekan lalu karena kekhawatiran bahwa tarif yang direncanakan Trump akan mengguncang ekonomi global. Beberapa hari kemudian, Trump mengumumkan bea masuk yang lebih tinggi dari yang diperkirakan, yang telah memicu aksi jual di pasar global.

    Kemudian pada Minggu, Goldman kembali menaikkan peluang resesi AS menjadi 45% dari 35%. Hal ini karena kekhawatiran bahwa tarif tidak hanya akan memicu inflasi AS tetapi juga memicu tindakan pembalasan dari negara-negara lain, seperti yang telah diumumkan China.

    Lembaga itu juga menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi AS untuk tahun 2025. Dari sebelumnya 1,5% menjadi 1,3%.

    Goldman sebelumnya memperkirakan bank sentral, Federal Reserve (The Fed/Fed), akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin masing-masing dalam tiga pertemuan berturut-turut. Namun, sekarang lembaga keuangan itu melihat peluang yang besar akan adanya pemangkasan suku bunga pertama pada bulan Juni, bukan Juli.

    Senada dengan Goldman, setidaknya tujuh bank investasi terkemuka telah menaikkan perkiraan risiko resesi mereka. JPMorgan memperkirakan kemungkinan resesi AS dan global sebesar 60%, dengan kontraksi dalam ekonomi AS 0,3%, secara triwulanan.

    Dari sisi kebijakan moneter, JPMorgan memperkirakan adanya penurunan suku bunga di setiap pertemuan Fed pada tahun 2025 mulai bulan Juni mendatang. Raksasa perbankan itu juga meramal adanya penurunan lagi pada Januari yang akan menaikkan kisaran tertinggi suku bunga acuan menjadi 3%.

    Sementara itu, Wells Fargo Investment Institute (WFII) memperkirakan pertumbuhan 1% dalam ekonomi AS setelah tarif. WFII juga memperkirakan tiga kali penurunan suku bunga di tahun ini.

    5.Tarif Trump Jadi Bumerang ke Jet Tempur F-47 AS

    Pembalasanan China atas tarif Trump mulai memukul industri pertahanan dan kedirgantaraan Negeri Paman Sam. Beijing mulai mengambil langkah untuk mengenakan tarif 34% atas barang AS serta mengekang ekspor mineral tanah jarang atau rare earth, termasuk pada itrium, yang penting bagi mesin jet tempur.

    Kementerian Perdagangan China mengatakan tujuh kategori logam tanah jarang sedang dan berat, termasuk samarium, gadolinium, terbium, disprosium, lutetium, skandium, dan barang-barang terkait itrium akan masuk dalam daftar ini. Surat kabar pemerintah China, Global Times, juga mengumumkan kontrol ekspor pada barang-barang yang terkait dengan tungsten, telurium, bismut, molibdenum, dan indium.

    Sumber industri mengatakan kepada Reuters bahwa langkah Beijing ini menjadi perhatian bagi beberapa produsen kedirgantaraan dan pertahanan AS. Hal ini karena ketergantungan pabrikan Negeri Paman Sam pada itrium asal China.

    “China membuat daftar itu secara strategis. Mereka memilih hal-hal yang penting bagi ekonomi AS,” kata direktur American Rare Earths, Mel Sanderson, seperti dilansir Newsweek.

    Langkah balasan China ini terjadi hanya dua minggu setelah Trump mengumumkan bahwa Boeing telah mendapatkan kontrak untuk mengembangkan F-47 yang dirancang untuk menggantikan F-22 Raptor dan menjadi tulang punggung armada generasi berikutnya Angkatan Udara AS.

    “Pesawat siluman seperti F-47 bergantung pada unsur tanah jarang seperti neodymium, praseodymium, dysprosium, dan terbium untuk magnet, aktuator, dan sistem radar berkinerja tinggi,” menurut konsultan SFA Oxford.

    6.Nilai Tukar Dolar AS Dibuka Tembus Rp 16.850

    Nilai tukar rupiah ambles terhadap dolar AS di tengah ketidakpastian global hingga saling serang perang dagang. Merujuk Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa dibuka pada posisi Rp16.850/US$, rupiah atau melemah 1,78%.

    Depresiasi pada rupiah hari ini berbanding terbalik dengan penutupan perdagangan 27 Maret 2025 yang menguat 0,12%. Sementara indeks dolar AS (DXY) tercatat melemah 0,21% ke angka 103,04.

    7.IHSG Dibuka Langsung Trading Halt

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka turun 9,19% atau 598,56 ke 5.912,06. Ini terjadi usai libur panjang lebaran, akibat sentimen negatif tarif dagang Presiden AS, Donald Trump.

    Hampir semua saham-saham berkapitalisasi besar mengalami jatuh yang dalam pada pembukaan perdagangan pagi ini. Indeks LQ45 tercatat jatuh 11,31% atau 83,05 poin ke 651,46.

    Akibatnya, pada perdagangan pagi ini, IHSG dibuka langsung mengalami trading halt karena turun 9,19%. Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa langsung melakukan tindakan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pukul 09:00:00 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS).

    “Perdagangan akan dilanjutkan pada pukul 09:30:00 waktu JATS tanpa ada perubahan jadwal perdagangan. Tindakan ini dilakukan karena terdapat penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 8%,” ujar Kautsar Primadi Nurachmad, selaku Sekretaris Perusahaan BEI, dålam pernyataannya.

    Dia mengatakan, BEI melakukan upaya ini dalam rangka menjaga perdagangan saham agar senantiasa teratur, wajar, dan efisien sesuai dengan Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas dan diatur lebih lanjut pada Surat Keputusan Direksi BEI nomor Kep-00002/BEI/04-2025.

    8. Raksasa Teknologi Tumbang Akibat Tarif Trump

    Kebijakan tarif resiprokal baru yang diumumkan Trump berdampak besar pada sektor teknologi. Setidaknya saham tujuh perusahaan anjlok dan menghapus US$2 triliun (Rp 33.700 triliun) dari nilai gabungannya.

    Reuters melaporkan saham Tesla dibuka ambles 7% menjadi US$223 (Rp 3,7 juta). Ini menjadi penurunan paling besar di antara 7 raksasa teknologi yang dijuluki ‘The Magnificent 7’.

    Saham Apple merosot 4,8%. Sementara perusahaan lainnya, Alphabet (induk perusahaan Google), Microsoft, Amazon, Meta (induk Instagram, Facebook, dan WhatsApp) serta Nvidia menurun antara 1,5% hingga 4,8%.

    Hal ini terjadi karena investor khawatir adanya dampak perang tarif global dari kebijakan Trump. Analis Dan Ives mengatakan akan adanya ‘bencana ekonomi tarif’.

    Ives menjelaskan Apple memiliki dampak paling besar dari kebijakan ini. Khususnya karena sebagian besar iPhone dirakit di China.

    Saat masa jabatan pertama Trump, Apple mendapatkan pengecualian kebijakan tarif AS pada China. Namun para analis ragu perusahaan akan mendapatkan hal serupa.

    Dampaknya akan terasa pada harga iPhone. Misalnya akan sulit memproduksi harga awal model Pro dengan nilai US$1.000 untuk memproduksi smartphone di AS.

    “Menurut kamu, konsep iPhone di AS tidak mungkin dilakukan dengan US$1.000. Harga akan naik drastis membuat sulit dipahami,” ucap Ives.

    Dukungan Elon Musk, CEO Tesla, pada Trump dan politik sayap kanan Eropa juga menjadi tantangan sendiri bagi perusahaan mobil listrik. Karena menurut Ives, menimbulkan krisis merek bagi Tesla.

    9.Singapura Respons Tarif Trump

    Singapura akan membentuk gugus tugas nasional untuk mendukung bisnis dan pekerja. Ini menjadi tanggapan atas tarif baru AS yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan memengaruhi lapangan kerja dan upah di negeri itu.

    Pernyataan disampaikan PM Lawrence Wong, Selasa. Gugus tugas, yang diketuai oleh Wakil Perdana Menteri dan Menteri Perdagangan dan Industri Gan Kim Yong, akan mencakup perwakilan dari badan ekonomi Singapura, Federasi Bisnis Singapura, Federasi Pengusaha Nasional Singapura, dan Kongres Serikat Buruh Nasional.

    Mengutip Channel News Asia (CNA), Wong di parlemen melaporkan bahwa gugus tugas akan membantu bisnis dan pekerja mengatasi ketidakpastian langsung, memperkuat ketahanan, dan beradaptasi dengan lanskap ekonomi baru. Tarif tersebut diperkirakan akan meredam pertumbuhan global dalam waktu dekat, yang akan memukul permintaan eksternal untuk sektor-sektor yang bergantung pada ekspor Singapura seperti manufaktur dan perdagangan grosir.

    “Ketidakpastian global dan sentimen yang menurun, juga akan berdampak pada beberapa industri jasa, termasuk keuangan dan asuransi,” tambah pria yang pernah menjabat sebagai menteri keuangan Singapura itu.

    “Meskipun Singapura mungkin atau mungkin tidak mengalami resesi tahun ini, ekonominya akan terdampak secara signifikan,” tambahnya.

    Di sisi lain, Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura sedang meninjau perkiraan pertumbuhannya tahun 2025 sebesar 1 hingga 3%. Ada kemungkinan revisi ke bawah.

    “Pertumbuhan yang lebih lambat akan berarti lebih sedikit kesempatan kerja dan kenaikan upah yang lebih kecil bagi pekerja,” katanya.

    “Dan jika lebih banyak perusahaan menghadapi kesulitan atau merelokasi operasinya kembali ke AS, akan ada lebih banyak pemutusan hubungan kerja dan kehilangan pekerjaan,” tambahnya.

    Wong mengatakan tarif tersebut mengonfirmasi kenyataan pahit. Bahwa era globalisasi berbasis aturan dan perdagangan bebas telah berakhir.

    10.Vietnam Beli Semua Barang AS

    Pemerintah Vietnam pada Selasa menegaskan langkahnya ke tarif Trump. Negeri itu akan membeli lebih banyak barang AS termasuk produk keamanan dan pertahanan.

    Ini dilakukan guna menunda tarif besar yang akan diberlakukan Washington besok, Rabu. Negara produsen utama Asia Tenggara itu akan dikenai bea masuk sebesar 46%.

    PM Vietnam telah meminta Trump untuk menunda penerapan tarif setidaknya selama 45 hari untuk memberi waktu bagi perundingan. Pham Minh Chinh mengatakan Vietnam akan mendekati dan bernegosiasi dengan Amerika untuk mencapai kesepakatan bilateral, “bergerak menuju neraca perdagangan yang berkelanjutan”.

    “Mereka juga akan terus membeli lebih banyak produk AS yang kuat dan diminati Vietnam, termasuk produk yang terkait dengan keamanan dan pertahanan; mendorong pengiriman awal kontrak perdagangan pesawat,” tulis AFP menyebut laman media lokal.

    Sebelumnya Pemimpin Tertinggi Vietnam, To Lam juga telah mengirim surat kepada Trump untuk meminta penundaan tarif. Menurut salinan yang dilihat oleh AFP, Lam mengatakan bahwa ia telah menunjuk Wakil Perdana Menteri Ho Duc Phoc untuk bertindak sebagai kontak utama dengan pihak AS mengenai masalah tersebut, dengan tujuan mencapai kesepakatan sesegera mungkin.

    Ia juga berharap dapat bertemu Trump di Washington pada akhir Mei untuk menyelesaikan masalah tersebut. Trump sendiri membenarkan pembicaraan dengan Lam seraya menyebutnya dialog yang sangat produktif.

    “Langkah-langkah tersebut mengancam akan merusak secara signifikan model pertumbuhan Vietnam saat ini, yang sangat bergantung pada ekspor ke AS,” kata analis risiko negara senior di firma riset BMI, Sayaka Shiba.

    Ia mengatakan bahwa, dalam skenario terburuk, Vietnam dapat mengalami penurunan produk domestik bruto (PDB) tahun ini hingga 3%. Bursa Vietnam tak melakukan perdagangan Senin namun turun sekitar 6% pada Selasa ini.

    11.Malaysia Mulai Dialog ke Trump

    Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim menyebut negaranya akan segera mengirim para pejabat ke AS. Mereka akan memulai dialog terkait tarif Trump.

    Hal ini disampaikan Anwar dalam Konferensi Investasi Asean (AIC) 2025. Ia menyebut perdagangan Malaysia dengan AS telah lama menjadi model keuntungan bersama namun tarif dapat berakhir merugikan semua pihak.

    “Namun, kami tidak percaya pada diplomasi megafon,” ujarnya menyinggung AS yang menetapkan tarif 24% untuk barang-barang Malaysia yang masuk ke negara itu.

    “Sebagai bagian dari diplomasi lunak kami untuk keterlibatan yang tenang, kami akan mengirim para pejabat ke Washington untuk memulai proses dialog,” muat The Star.

    Di sisi lain, Anwar mengatakan Malaysia akan beradaptasi seperti biasanya. Ia menyebut negaranya bermaksud untuk tetap menjadi mitra dagang yang setia dengan AS tapi tetap akan melakukan apa pun untuk melindungi kepentingan ekonominya sendiri.

    “Angin mungkin berubah, tetapi kita tidak akan terombang-ambing. Strategi diversifikasi perdagangan kami sudah mulai berkembang pesat,” katanya.

    “Ini termasuk terlibat secara proaktif dengan Amerika Serikat untuk mencapai hasil yang saling menguntungkan dan pada saat yang sama, mendiversifikasi dan memperkuat hubungan kami dengan semua pasar perdagangan utama di seluruh Uni Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika,” tambahnya.

    “Upaya-upaya ini tidak terjadi begitu saja. Upaya-upaya ini berlangsung di tengah meningkatnya ketidakpastian, yang melampaui pilihan kebijakan satu negara mana pun.”

    Anwar mencatat bahwa globalisasi, yang dulunya dianggap terus maju, kini tampaknya mundur dengan bangkitnya kembali proteksionisme, rantai pasokan yang dikonfigurasi ulang, dan multilateralisme yang semakin dibicarakan di masa lalu. Ia mengatakan bahwa dalam lingkungan ini, ASEAN menonjol sebagai mercusuar harapan dan kepositifan karena blok tersebut tetap berkomitmen secara luas terhadap keterbukaan, kerja sama, dan keberlanjutan kelembagaan.

    “Total perdagangan barang kita mencapai US$3,5 triliun. Namun, angka ini tidak dijamin. Dengan rentetan tarif yang melanda dunia dengan cepat dan dahsyat, kita menyaksikan terkikisnya tatanan global. Oleh karena itu, ASEAN harus lebih mengandalkan dirinya sendiri,” katanya.

    “Kita harus bergerak melampaui retorika menuju eksekusi. Liberalisasi tarif di kawasan ini sebagian besar telah selesai, tetapi penyelarasan regulasi, logistik lintas batas, dan konektivitas digital masih belum selesai,” jelasnya.

    Sebagai Ketua ASEAN tahun ini, Anwar menyebut Malaysia akan memprioritaskan revitalisasi platform strategis seperti ASEAN Plus Three sebagai mekanisme ketahanan ekonomi. Ia mengatakan tarif yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump bukanlah tantangan pertama bagi multilateralisme, dan juga bukan yang terakhir.

    “Jika ASEAN dapat menahan diri dengan tetap terbuka, pragmatis, dan kohesif, ASEAN mungkin akan menjadi salah satu negara terakhir yang percaya pada dunia yang bekerja lebih baik jika bekerja sama,” ujarnya.

    12.AS Sebenarnya Sudah Resesi

    Amerika Serikat (AS) diyakini sudah masuk ke jurang resesi. Hal ini dikatakan oleh CEO perusahaan investasi publik dan swasta dengan aset US$11 triliun pada akhir tahun 2024, BlackRock, Larry Fink.

    Ia mengatakan banyak pemimpin bisnis percaya ekonomi Paman Sam sudah mengalami penurunan yang signifikan. Pernyataannya itu berdasarkan pendapat pemimpin bisnis AS yang ia temui.

    “Kebanyakan CEO yang saya ajak bicara akan mengatakan bahwa kita mungkin sedang mengalami resesi saat ini,” tegas Fink di sebuah acara untuk Economic Club of New York, dikutip CNBC International, Selasa.

    “Seorang CEO secara khusus mengatakan bahwa industri penerbangan adalah burung di tambang batu bara- burung kenari di tambang batu bara- dan saya diberitahu bahwa burung kenari itu sudah sakit,” tambah Fink.

    Ia juga mengatakan bahwa kebijakan tarif Presiden Donald Trump dapat memberikan tekanan ke atas pada inflasi. Bahkan mempersulit Federal Reserve (The Fed/Fed) untuk memangkas suku bunga, yang sering dilakukan bank sentral selama resesi.

    “Gagasan bahwa Federal Reserve akan melonggarkan kebijakan empat kali tahun ini, saya tidak melihat peluang itu,” ujarnya.

    “Saya jauh lebih khawatir bahwa kita dapat mengalami inflasi tinggi yang akan menaikkan suku bunga jauh lebih tinggi daripada saat ini,” jelasnya.

    Menurut alat CME FedWatch, penetapan harga di pasar berjangka dana federal saat ini menunjukan banyak pihak memperkirakan bank sentral akan menurunkan suku bunga acuannya setidaknya 1 poin persentase pada akhir tahun. Ini dapat berupa empat kali pemotongan sebesar 0,25 poin persentase.

    (sef/sef)

  • Dekarbonisasi Baja: Austria Perkenalkan Smelter Besi Bertenaga Hidrogen

    Dekarbonisasi Baja: Austria Perkenalkan Smelter Besi Bertenaga Hidrogen

    Bisnis.com, JAKARTA – Inovasi teknologi peleburan besi diperkenalkan di Linz, Austria, setelah adanya kolaborasi sejumlah mitra global seperti Primetals Technologies, Mitsubishi Corporatian, Rio Tinto Mining Corporation, dan Voestalpine AG.

    Para mitra global tersebut telah menandatangani perjanjian kerja sama pada Selasa (1/4/2025) untuk mempercepat pengembangan smelter besi dan fluidized bed (lapisan padat terfluidasi yang digunakan dalam proses kimia dan pembakaran bahan bakar yang efisien untuk membangkitkan listrik). 

    Hal tersebut terungkap dalam keterangan resmi Rio Tinto Mining Corporation (Rio Tinto), Selasa (8/4/2025). Dalam perjanjian tersebut, para pihak akan menerapkan dan mengoperasikan pabrik prototipe skala industri yang menampilkan proses baru untuk pembuatan besi dengan potensi emisi karbondioksida nol.

    Pabrik tersebut berlokasi di fasilitas Voestalpine AG yang berada di Linz, Austria. Fasilitas tersebut dijadwalkan beroperasi pada medio 2027.

    Adapun, proses pembuatan besi baru dengan kapasitas yang diproyeksi mencapai tiga ton logam panas per jam tersebut didasarkan pada solusi HYFOR dan smelter dari Primetals Technologies. HYOR sendiri merupakan ternologi reduksi langsung pertama di dunia untuk bijih besi halus yang tidak memerlukan langkah penggumpalan apapun.

    Sejak 2021, Primetals Technologies telah mengoperasikan pabrik percontohan di fasilitas Voestalpine di Donawitz, Austria, setelah keberhasilan dari sejumlah uji coba yang dilakukan. Smelter sendiri adalah tungku yang ditenagai oleh energi baru terbarukan (EBT) untuk peleburan dan tahap akhir reduksi besi langsung (direct reduced iron/DRI). Lewat strategi ini, ada potensi untuk mencapai emisi nol bersih (net zero emission/NZE) dari logam panas pada pabrik pembuatan baja.

    Chief Technology Officer dan Head of Green Steel di Primetals Technologies, Alexander Fleischanderl, mengatakan bahwa proyek ini merupakan kemajuan signifikan dalam pembuatan besi yang tahan terhadap perubahan masa depan.

    “Untuk pertama kalinya, kami akan menerapkan proses produksi berkelanjutan dengan reduksi langsung berbasis hidrogen,” katanya dalam keterangan resmi tersebut.

    Dia menjelaskan bahwa kombinasi HYFOR dan smelter merupakan pengembangan yang sangat inovatif dengan potensi untuk mengubah industri, serupa dengan dampak dari hadirnya konverter LD pada produksi baja.

    “Kami sangat bangga mendapatkan dukungan dari mitra yang kuat di Voestalpine, Rio Tinto, dan Mitsubishi Corporation, dan bersama-sama, kami siap untuk membuat perbedaan besar bagi masa depan pembuatan besi dengan NZE,” ujarnya.

    Sementara itu, Chief Operating Officer dari Ferrous Raw Materials Division di Mitsubishi Corporation, Kenichiro Tauchi mengatakan bahwa penambangan dan perdagangan bahan baku besi telah menjadi salah satu bisnis inti perusahaan selama beberapa dekade. Kini, imbuhnya, pihaknya berencana untuk mengembangkan pasokan baru logam rendah emisi untuk mendukung dekarbonisasi baja.

    “HYFOR dan smelter adalah teknologi baru yang menjanjikan untuk mempercepat dekarbonisasi industri baja, dan Mitsubishi Corporation, sebagai mitra strategis Primetals Technologies, sangat antusias untuk berpartisipasi dalam pengembangan teknologi inovatif ini bersama dengan mitra terkemuka dalam rantai pasokan baja,” jelasnya.

    Chief Executive Officer Voestalpine AG Herbert Eibensteiner menjelaskan bahwa lewat baja Grentac, pihaknya memiliki rencana bertahap yang jelas untuk produksi baja dengan emisi karbondioksida nol bersih. Sebagai langkah awal, imbuhnya, satu tungku busur listrik bertenaga hijau akan dioperasikan di fasilitasnya yang berada di Linz dan Donawitz mulai 2027.

    Dia mengungkapkan bahwa pada 2029, pihaknya akan mengurangi emisi karbondioksida hingga 30% dibandingkan dengan 2019. Menurutnya, jumlah tersebut setara dengan hampir 5% dari seluruh emisi karbondioksida tahunan Austria. Hal ini, imbuhnya, menjadikan baja Greentec sebagai program perlindungan iklim terbesar di Austria.

    “Strategi jangka panjang kami adalah menggunakan hidrogen hijau untuk mencapai produksi baja yang netral karbon. Bersama dengan Primetals Technologies dan Rio Tinto, kami mengambil pendekatan yang sama sekali baru dan menjanjikan untuk meneliti produksi besi kasar berbasis hidrogen,” katanya.

    Adapun, Rio Tinto sebagai salah satu produsen bijih besi terbesar di dunia akan memanfaatkan keahliannya yang luas dalam hal kualitas dan persiapan bijih besi untuk memberikan masukan teknis bagi proyek tersebut. Selain itu, Rio Tinto akan memasok 70% bijih besi untuk pabrik baru dari seluruh operasi globalnya. Perusahaan ini juga akan mendukung Primetals Technologies untuk mempercepat komersialisasi teknologi tersebut.

    General Manager Rio Tinto untuk Dekarbonisasi Baja Thomas Apffel mengaku gembira dapat bergabung dengan konsorsium yang mencakup seluruh rantai nilai pembuatan besi dan baja. Dengan menyumbangkan keahlian pembuatan besi dan bijih besi dari operasi Pilbara, Iron Ore Company of Canada, dan Simandou di masa mendatang, pihaknya bermaksud untuk memajukan pengembangan dan adopsi teknologi fluidized bed.

    “Solusi pembuatan besi berbasis fines ini menghadirkan alternatif yang menarik untuk teknologi shaft furnace dengan menghilangkan kebutuhan akan peletan, yang berpotensi menawarkan manfaat substansial bagi pembuat baja dan penambang. Rio Tinto menyambut peserta tambahan dalam konsorsium dan berharap dapat mendukung penerapan teknologi inovatif ini secara luas,” jelasnya.

    DAMPAK KEBIJAKAN TRUMP

    Pada Senin (7/4/2025), Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengadakan dialog tingkat tinggi dengan perwakilan industri baja dan logam guna membahas implikasi tarif Amerika Serikat (AS) terhadap baja, aluminium, dan produk turunan terkait asal Benua Biru.

    Pertukaran pandangan dalam pertemuan itu difokuskan pada pengumpulan pandangan dan usulan industri guna tanggapan Uni Eropa yang paling efektif atas tindakan Negeri Paman Sam. Hal tersebut terungkap dalam keterangan resmi Komisi Uni Eropa yang dipublikasikan pada Senin (7/4/2025).

    Perwakilan industri dalam pertemuan tersebut menyambut baik Rencana Aksi Baja dan Logam Komisi Eropa dan Kesepakatan Industri Bersih. Para pebisnis tersebut juga menyerukan agar kedua rencana aksi tersebut segera dilaksanakan.

    Dalam keterangan resmi tersebut juga terungkap bahwa para peserta menyampaikan kekhawatiran yang kuat tentang konsekuensi yang lebih luas dari tarif AS, termasuk dampak pada derivatif dan risiko serius pengalihan perdagangan.

    “Mereka menggarisbawahi kebutuhan mendesak bagi UE untuk mengusulkan langkah-langkah pertahanan perdagangan baru untuk baja —di luar perlindungan yang ada, yang akan berakhir pada Juni 2026— termasuk untuk mengatasi potensi pengalihan ekspor dari negara-negara penghasil baja utama lainnya ke pasar Uni Eropa,” tulis keterangan resmi tersebut.

    Selain itu, peserta juga menyatakan keprihatinan atas berkurangnya volume sampah yang digunakan untuk daur ulang di Uni Eropa dan meminta langkah-langkah efektif untuk menjaga volume yang cukup di Benua Biru.

    Mereka juga menggarisbawahi pentingnya persyaratan konten lokal, terutama menunjuk pada potensi besar pengadaan publik dalam hal ini. Mengenai Langkah-Langkah Penyesuaian Perbatasan Karbon (carbon border adjustment measures/CBAM), mereka menyambut baik percepatan tinjauan CBAM oleh Komisi Uni Eropa, terutama untuk menutup celah yang tersisa.

    Presiden Komisi Uni Eropa dan pebisnis di sektor tersebut sepakat untuk tetap berhubungan erat, guna memastikan bahwa kepentingan industri dan para pekerjanya terlindungi dengan baik di masa yang tidak menentu ini.

  • Anthony Budiawan Bilang Trump di Atas Angin, Alasannya Masuk Akal

    Anthony Budiawan Bilang Trump di Atas Angin, Alasannya Masuk Akal

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies), Anthony Budiawan, menyebut Donald Trump sedang di atas angin.

    Alasannya masuk akal, tidak sedikit pihak yang mengatakan Trump tidak rasional. Kebijakan tarif resiprokal Trump akan memicu perang dagang secara luas.

    “Amerika akan ditinggal sendirian. Amerika akan kelimpungan. Sejauh ini, fakta menunjukkan sebaliknya,” ujar Anthony kepada fajar.co.id, Selasa (8/4/2025).

    Dikatakan Anthony, sejauh ini baru tercatat tiga negara yang melawan. Mereka memberlakukan retaliasi tarif resiprokal balasan. Masing-masing negara yang dimaksud di antaranya China, Canada, dan Uni Eropa (blok). “Sedangkan lebih dari 50 negara lainnya memilih jalur negosiasi,” ucapnya.

    Tambahnya, belakangan Uni Eropa juga terkesan melunak di hadapan Amerika membuka jalur negosiasi selebar-lebarnya.

    “Sementara ini Trump menang telak. Trump berada di atas angin. Ini alasannya,” sebutnya.

    Anthony menyebut hal ini dengan istilah nothing to lose bagi Amerika. Dengan defisit neraca perdagangan mendekati satu triliun dolar AS, Amerika tidak mungkin bisa rugi lebih banyak lagi.

    “Respon apapun dari dunia internasional, melanjutkan perang atau negosiasi, perang dagang ini, kalau bisa disebut perang, akan memperbaiki neraca perdagangan AS,” terangnya.

    Melihat situasi tersebut, Anthony mengatakan bahwa Trump tidak akan mundur. Sebab, tujuan utamanya memperbaiki neraca perdagangan AS.

    “Kalau bisa mencapai benar-benar balans, zero deficit. Tidak tanggung- tanggung, Amerika tidak hanya melihat tarif impor sebagai sumber defisit, tetapi juga hambatan non tarif,” tukasnya.