Negara: Uni Eropa

  • Paus Fransiskus Wafat, Pesan Damai Terakhir untuk Dunia di Tengah Konflik Gaza dan Ukraina – Halaman all

    Paus Fransiskus Wafat, Pesan Damai Terakhir untuk Dunia di Tengah Konflik Gaza dan Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik yang dikenal sebagai sosok pembawa damai, wafat pada Senin (21/4/2025).

    Sebelum meninggal dunia, Paus Fransiskus meninggalkan pesan-pesan kuat yang menyerukan perdamaian di tengah konflik global yang terus berkecamuk.

    Dalam wawancara terakhirnya dengan CBS News yang dirilis pada Minggu (20/4/2025), Paus Fransiskus menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap situasi di Gaza dan Ukraina.

    Ia menegaskan, umat manusia tidak belajar dari sejarah.

    “Kita tidak belajar,” ujarnya.

    “Semoga Tuhan mengasihani kita semua.”

    Paus mengecam keras serangan udara Israel ke Gaza yang telah menewaskan ribuan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.

    Ia menyebut tragedi tersebut sebagai sesuatu yang “sangat menyakitkan.”

    “Anak-anak yang tak bersalah mati, dan itu tidak masuk akal,” ucapnya dengan nada prihatin.

    Ia juga menyoroti invasi Rusia ke Ukraina yang berlangsung sejak Februari 2022.

    Menurut Paus, konflik tersebut mencerminkan kegagalan dunia dalam menghentikan kekerasan dan memilih jalan damai.

    “Perang hanya menciptakan kehancuran,” katanya.

    “Kita tidak boleh melupakannya.”

    Paus Fransiskus menyerukan kepada para pemimpin dunia untuk mengutamakan dialog, bukan senjata.

    “Kita harus bicara. Kita harus mencari jalan damai. Perang bukanlah jalan,” tegasnya.

    Pesan itu menjadi warisan terakhirnya sebagai seorang pemimpin yang selalu menempatkan kemanusiaan dan perdamaian di atas segalanya.

    Vatikan di bawah kepemimpinannya juga secara konsisten menyerukan gencatan senjata dan akses kemanusiaan penuh ke Gaza.

    Wafatnya Paus Fransiskus menjadi kehilangan besar bagi dunia, khususnya mereka yang percaya perdamaian masih mungkin diwujudkan.

    Namun, pesan-pesan damainya akan terus hidup, menjadi pengingat bagi dunia, tanpa kasih dan dialog, umat manusia hanya akan mengulang penderitaan yang sama.

    Riwayat Kesehatan Paus Fransiskus, Dirawat di RS 14 Februari 2025

    Dikutip dari Catholic News Agency, Paus Fransiskus mulai dirawat di Rumah Sakit Gemelli, Roma, pada 14 Februari 2025 karena mengalami bronkitis.

    Kondisinya kemudian berkembang menjadi pneumonia di kedua paru-paru, Philstar melaporkan.

    Selama perawatan, Paus mengalami beberapa krisis pernapasan serius.

    Pada 28 Februari, ia mengalami bronkospasme yang menyebabkan muntah dan aspirasi, sehingga memerlukan ventilasi mekanis non-invasif.

    Kemudian, pada 3 Maret, terjadi dua episode gagal napas akut akibat akumulasi lendir di saluran pernapasan, Malay Mail melaporkan.

    Selain masalah pernapasan, Vatican News melaporkan Paus juga didiagnosis menderita trombositopenia dan anemia, yang memerlukan transfusi darah.

    Pada 23 Februari, diumumkan, beliau mengalami gagal ginjal tahap awal, meskipun kondisinya tetap “terkendali”.

    Meskipun menghadapi tantangan kesehatan yang berat, Paus Fransiskus tetap menunjukkan semangat yang kuat dan terus menjalankan tugas-tugasnya sebisa mungkin.

    Pada 11 Maret, kondisi beliau dilaporkan membaik, dan dokter menyatakan, nyawanya tidak lagi dalam bahaya. 

    Paus Fransiskus wafat pada 21 April 2025 dalam usia 88 tahun.

    Dikutip dari AP News, selama masa kepemimpinannya, beliau dikenal karena pendekatan yang rendah hati dan fokus pada inklusivitas, serta telah membawa perubahan signifikan dalam Gereja Katolik selama 12 tahun masa kepausannya. 

    Ucapan Belasungkawa dari Pemimpin Dunia

    Setelah kabar duka ini, ucapan belasungkawa datang dari seluruh dunia.

    Iran

    Presiden Iran, yang merupakan negara dengan mayoritas Muslim, menyampaikan belasungkawa kepada umat Kristen global.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmail Baqaei, menyampaikan, “Saya menyampaikan belasungkawa kepada semua umat Kristen di seluruh dunia.”

    Prancis

    Presiden Prancis Emmanuel Macron mengenang Paus Fransiskus sebagai pemimpin yang selalu berpihak pada mereka yang paling rentan.

    “Paus Fransiskus selalu menunjukkan kepedulian terhadap yang paling rapuh dan melakukannya dengan rendah hati,” kata Macron.

    Israel

    Di Israel, Presiden Isaac Herzog memuji Paus Fransiskus sebagai pria yang beriman dan memiliki belas kasih tak terbatas.

    “Ia mendedikasikan hidupnya untuk mengangkat derajat kaum miskin dan menyerukan perdamaian di dunia yang sedang dilanda masalah,” ujarnya.

    Belanda

    Dari Belanda, Perdana Menteri Dick Schoof mengatakan Paus Fransiskus akan dikenang sebagai seorang pemimpin yang selalu mengangkat isu-isu penting dengan tindakan belas kasih.

    “Kami mengenangnya dengan penuh rasa hormat,” kata Schoof.

    Jerman

    Pemimpin Jerman, Friedrich Merz, menambahkan bahwa Paus Fransiskus akan dikenang karena komitmennya yang tak kenal lelah terhadap anggota masyarakat yang paling lemah.

    Italia

    Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, menyampaikan perasaan kesedihan yang mendalam atas kepergian Paus.

    Ia mengenang persahabatan dan ajaran Paus yang tak pernah berhenti, bahkan di saat-saat sulit dan penuh penderitaan.

    “Kami mengucapkan selamat tinggal kepada Bapa Suci dengan hati yang penuh kesedihan,” kata Meloni, seperti yang dilansir Reuters.

    Parlemen Eropa dan Komisi Uni Eropa

    Di Eropa, Presiden Parlemen Eropa Roberta Metsola dan Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen juga mengungkapkan rasa duka cita yang mendalam.

    Metsola menyebut Paus Fransiskus sebagai “Paus Rakyat” yang dikenang karena cintanya pada kehidupan, perdamaian, dan keadilan sosial.

    “Dia menginspirasi jutaan orang, jauh melampaui Gereja Katolik, dengan kerendahan hati dan cintanya yang begitu murni bagi mereka yang kurang beruntung,” tulis Von der Leyen.

    Reaksi dari Gaza dan Palestina

    Bagi warga Palestina, terutama di Gaza, kepergian Paus Fransiskus dirasakan sangat mendalam.

    Paus dikenal sebagai salah satu pemimpin paling vokal yang selalu mengecam perang di Gaza dan menyerukan gencatan senjata.

    Komunitas Kristen di Gaza mengenang Paus sebagai pemimpin yang selalu mendengarkan mereka dan mendukung mereka dalam situasi yang sulit.

    Paus Fransiskus juga meninggalkan kesan mendalam di kalangan pejabat Katolik dan non-Katolik.

    Wakil Presiden AS JD Vance mengenang pertemuannya dengan Paus pada Minggu Paskah dan menyebut pengalaman tersebut sebagai suatu kehormatan.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Industri Tekstil Lirik Jepang hingga Jerman jadi Pasar Ekspor Alternatif

    Industri Tekstil Lirik Jepang hingga Jerman jadi Pasar Ekspor Alternatif

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mulai mencari potensi pasar ekspor baru seiring dengan rencana pengenaan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) sebesar 32% atas produk asal Indonesia. Negara-negara seperti Jepang, Jerman hingga Arab menjadi pasar potensial. 

    Wakil Ketua API David Leonardi mengatakan, pelaku usaha industri tekstil melihat peluang ekspor ke negara-negara potensial di luar AS yang trennya menunjukkan peningkatan secara konsisten. 

    “Beberapa negara yang kini menjadi tujuan ekspor potensial antara lain Uni Emirat Arab dan negara-negara Timur Tengah karena pertumbuhan sektor ritel dan permintaan produk tekstil yang semakin tinggi,” ujar David kepada Bisnis, Senin (21/4/2025). 

    Tak hanya itu, Jerman dan negara-negara Eropa Timur lainnya juga mencari alternatif pemasok produk tekstil dan garmen selain dari China dan India. Dia pun melihat pasar ini prospektif bagi Indonesia. 

    Di sisi lain, Jepang dan Korea Selatan juga memiliki peluang untuk peningkatan ekspor pasalnya kedua pasar tersebut memiliki preferensi terhadap produk tekstil berkualitas tinggi dari negara berkembang.

    “Australia dan Kanada yang juga menunjukkan ketertarikan terhadap produk dengan nilai tambah seperti produk ramah lingkungan atau fashion modest,” tuturnya. 

    David menuturkan bahwa industri saat ini mulai lebih berhati-hati dalam menjaga neraca dagang dengan AS agar tetap seimbang dan tidak menimbulkan ketergantungan yang berisiko. 

    “Saat ini, dengan ketidakpastian kebijakan tarif, pelaku usaha mencoba menyeimbangkan ekspor ke AS dengan diversifikasi pasar,” imbuhnya. 

    Sebab, potensi surplus perdagangan dari sektor pakaian ke AS bisa mengalami penurunan jika tarif diberlakukan lebih tinggi atau jika akses pasar semakin terbatas. 

    Namun, David meyakini selama produk Indonesia tetap kompetitif dari sisi harga dan kualitas, peluang untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan surplus tetap ada, terutama untuk produk niche atau dengan desain khusus.

    Dalam rangka pengalihan pasar ekspor, pihaknya melihat Indonesia perlu memperbaiki beberapa aspek untuk memperluas pasar ekspor, seperti peningkatan kualitas dan inovasi produk, termasuk desain, bahan ramah lingkungan, dan diversifikasi produk jadi.

    Kemudian, penguatan branding dan promosi agar produk tekstil Indonesia lebih dikenal di pasar global dan peningkatan efisiensi logistik dan infrastruktur, untuk menurunkan biaya distribusi dan meningkatkan daya saing.

    “Pemanfaatan perjanjian perdagangan bebas [FTA] dengan negara-negara non-AS, seperti RCEP, Uni Eropa, atau Afrika,” tambahnya. 

    Lebih lanjut, API mendorong penguatan kemitraan dagang dan promosi melalui pameran internasional, penyesuaian produk dengan kebutuhan dan preferensi pasar lokal dari negara tujuan baru dan mendukung pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) untuk go global dengan pelatihan dan fasilitasi ekspor.

  • Produsen Sepatu Butuh Stimulus Tembus Pasar Ekspor Potensial Selain AS

    Produsen Sepatu Butuh Stimulus Tembus Pasar Ekspor Potensial Selain AS

    Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) membutuhkan dukungan pemerintah untuk mempermudah ekspor produk alas kaki ke pasar potensial di Uni Eropa. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi dampak pengenaan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).  

    Direktur Eksekutif Aprisindo Yoseph Billie Dosiwoda mengatakan, pengusaha alas kaki yang berorienstasi ekspor saat ini sangat mendukung penyelesaian perjanjian dagang yaitu Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). 

    “IEU-CEPA sebagai FTA [free trade agreement] yang didorong teman-teman asosiasi saat pertemuan Kemenko untuk dapat segera dirampungkan agar Eropa menjadi akses alternatif pasar bagi Indonesia,” kata Billie kepada Bisnis, dikutip Senin (21/4/2025). 

    Selain itu, pihaknya tetap berharap selama pengenaan tarif tinggi bea masuk ke AS ditunda 90 hari, pihaknya mendukung pemerintah untuk melakukan negosiasi sebagai jalan yang dipilih agar tarif yang dikenakan terhadap barang asal Indonesia tidak tinggi.

    Untuk diketahui, pada 2 April 2025, pemerintah AS memutuskan untuk menerapkan tarif resiprokal sebesar 32% atas produk asal Indonesia. Tarif tersebut akan menjadi tarif tambahan dari tarif dasar 10% sehingaa menjadi 42%. 

    Sebelumnya, Aprisindo juga tengah berupaya mencari pasar ekspor yang potensial lainnya selain Eropa, seperti Timur Tengah, Asia, dan lainnya. Pengusaha juga akan memanfaatkan peluang dari perjanjian perdagangan bebas yang telah dimiliki Indonesia dengan berbagai negara. 

    Hingga saat ini, AS merupakan pangsa pasar ekspor utama bagi industri alas kaki nasional. Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor alas kaki (HS 64) ke AS pada kuartal I/2025 memberikan pangsa sebesar 34,16% sebanyak 33.370 ton. 

    Selanjutnya, ekspor alas kaki ke Belanda mengambil andil 8,40% atau sebanyak 8.180 ton, disusul ke Belgia sebanyak 6.950 ton atau berkontribusi 7,14%, kemudian ke Jepang 5.750 ton atau 5,90% dan ke China sebanyak 5.470 ton atau 5,61%.  

    Adapun, nilai ekspor alas kaki ke AS pada Januari-Maret 2025 naik 16,62% menjadi US$657,90 juta dari periode yang sama tahun lalu seniai US$564,13 juta. 

  • Melihat Solusi dan Peluang Kerja Sama QRIS dengan AS

    Melihat Solusi dan Peluang Kerja Sama QRIS dengan AS

    Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat mengusulkan solusi dan melihat peluang yang dapat dimanfaatkan dari keresahan Amerika Serikat akan implementasi QRIS. 

    Bagi Amerika Serikat (AS)—selaku rumah bagi raksasa fintech seperti PayPal, Stripe, dan Visa—kebijakan Indonesia dianggap menghambat ekspansi bisnis mereka. Namun, Indonesia harus memprioritaskan kepentingan 277 juta warganya. 

    Protes AS mirip dengan reaksi mereka terhadap kebijakan data lokal (data localization) di Uni Eropa melalui GDPR. 

    “Jika Indonesia menyerah pada tekanan ini, bisa jadi ini menjadi preseden buruk di mana kebijakan publik ditentukan oleh lobi korporasi, bukan kepentingan rakyat,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (21/4/2025). 

    Achmad menjelaskan bahwa liberalisasi sistem pembayaran tanpa penyaringan bisa mematikan startup fintech lokal yang belum siap bersaing dengan perusahaan multinasional. 

    Sebagai contoh di Afrika, dominasi M-Pesa (sejenis mobile banking) justru mempersempit ruang bagi pengembang lokal untuk menciptakan solusi yang lebih kontekstual, meski sukses meningkatkan inklusi keuangan.

    Selain itu, tuntutan AS agar Bank Indonesia (BI) “lebih transparan” dalam penyusunan kebijakan perlu dikritisi. Padahal, setiap negara berdaulat dan berhak merumuskan regulasi sesuai kebutuhan nasionalnya tanpa intervensi asing.

    Untuk itu, hal pertama yang dapat dilakukan oleh BI dan pemerintah dalam negosiasai soal QRIS dengan AS, yakni pertama, BI dapat membuka ruang konsultasi terbatas dengan perusahaan asing tanpa mengorbankan prinsip kebijakan. 

    Misalnya, mengizinkan partisipasi asing dalam pengembangan teknologi QRIS dengan syarat transfer pengetahuan dan penggunaan server lokal.

    Kedua, pemerintah perlu memperkuat diplomasi ekonomi untuk menjelaskan bahwa QRIS bukan hambatan, tetapi peluang kolaborasi. 

    Standar QRIS bisa dipromosikan sebagai model bagi negara berkembang lain, sehingga perusahaan AS yang ingin ekspansi ke Asia Tenggara harus beradaptasi dengannya.

    Ketiga, Indonesia dapat mengadopsi pendekatan “interoperabilitas bertahap”. 

    Misalnya, memastikan QRIS kompatibel dengan sistem pembayaran regional seperti SGQR (Singapura) atau PromptPay (Thailand) terlebih dahulu, sebelum melangkah ke integrasi global. 

    “Langkah ini akan mengurangi kekhawatiran AS sekaligus memperkuat posisi tawar Indonesia di kancah internasional,” tuturnya. 

    Adapun, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti enggan memberikan penjelasan terkait keluhan AS akan QRIS dan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN). 

    Dirinya hanya menekankan bahwa pada dasarnya, implementasi QRIS antarnegara tergantung kesiapan masing-masing negara. Destry pun tidak menutup peluang kerja sama Indonesia melalui QRIS dengan AS. 

    “Tapi intinya, QRIS ataupun fast payment lainnya kerja sama kita dengan negara lain itu memang sangat tergantung dari kesiapan masing-masing negara. Jadi kita tidak membeda-bedakan kalau Amerika siap, kita siap, kenapa enggak?” ujarnya saat ditemui di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Senin (21/4/2025). 

    Destry juga menegaskan bahwa sistem pembayaran asal AS, yakni Visa maupun Mastercard masih mendominasi pembayaran di Indonesia, meski Indonesia memiliki QRIS maupun GPN

    “Sekarang pun kartu kredit yang selalu diributin, Visa, Mastercard, masih dominan, jadi itu nggak ada masalah sebenarnya,” tuturnya. 

  • Jasa Besar AS untuk Perdagangan Indonesia, Inikah Alasan Sulit Lepas?

    Jasa Besar AS untuk Perdagangan Indonesia, Inikah Alasan Sulit Lepas?

    PIKIRAN RAKYAT – Selama satu dekade terakhir, Amerika Serikat konsisten menjadi salah satu mitra dagang terpenting bagi Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Negeri Paman Sam merupakan penyumbang utama surplus neraca perdagangan Indonesia sejak 2015 hingga 2025, sejajar dengan India dan Filipina.

    “India, Filipina dan Amerika Serikat merupakan penyumbang utama surplus neraca perdagangan Indonesia dalam 10 tahun terakhir,” ungkap Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Senin 21 April 2025.

    Amalia menjelaskan bahwa surplus terbesar perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat terjadi pada 2022, yakni mencapai 16,57 miliar dolar AS atau setara Rp278,54 triliun (kurs Rp16.810 per dolar). Surplus ini ditopang oleh ekspor nonmigas yang terus meningkat.

    Komoditas Ekspor Unggulan

    Pada kuartal I 2025, nilai ekspor Indonesia ke AS tercatat sebesar 7,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp122 triliun. Komoditas ekspor utama meliputi:

    Mesin dan perlengkapan elektrik: 1,2 miliar dolar AS (Rp20,1 triliun) Alas kaki: 657,9 juta dolar AS (Rp11 triliun) Pakaian dan aksesoris rajutan/non-rajutan: 1,19 miliar dolar AS (Rp20 triliun) Lemak dan minyak nabati: 507,19 juta dolar AS (Rp8,52 triliun)

    “Sepanjang Januari sampai dengan Maret 2025, nilai ekspor keempat komoditas ini mengalami peningkatan yang relatif baik dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu,” kata Amalia.

    Sementara itu, Indonesia juga mengimpor dari AS barang-barang seperti mesin, biji dan buah mengandung minyak, instrumen medis hingga ampas sisa industri makanan. Nilai total impor dari AS selama kuartal I 2025 mencapai 2,98 miliar dolar AS atau Rp50,12 triliun.

    Ketergantungan pada Pasar AS

    Ketergantungan Indonesia terhadap AS terlihat jelas dari posisi negara tersebut sebagai tujuan ekspor terbesar kedua Indonesia pada 2024, setelah China. Nilai ekspor ke AS mencapai 26,31 miliar dolar AS (Rp442 triliun), jauh di bawah ekspor ke China sebesar 62,44 miliar dolar AS (Rp1.048 triliun), tetapi tetap sangat signifikan.

    Meski hubungan dagang terlihat menguntungkan, Indonesia kini berada dalam posisi sulit akibat rencana pemberlakuan tarif resiprokal oleh AS sebesar 32 persen. Kebijakan ini muncul sebagai bagian dari perang tarif global yang kian memanas, terutama antara AS dan China.

    Menurut Kepala Ekonom Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto, dampak kebijakan tersebut berpotensi besar mengubah peta perdagangan Indonesia.

    “Most likely implikasinya kita, apakah kita akan mengimpor lebih banyak barang-barang dari AS sekaligus kita juga akan terbanjiri oleh impor barang-barang dari China yang tadinya dikirim ke AS yang harganya sudah naik lebih dari dua, sampai tiga kali lipat,” tuturnya.

    Ancaman Terhadap Industri Manufaktur RI

    Negosiasi perdagangan yang dilakukan oleh delegasi Indonesia ke Washington DC dipimpin oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, didampingi Menlu Sugiono dan Menkeu Sri Mulyani Indrawati. Namun, ada sejumlah kekhawatiran yang muncul dari para pengamat.

    Rully menyebut bahwa rencana impor tambahan dari AS senilai 18-19 miliar dolar AS bisa memberikan tekanan besar terhadap industri manufaktur domestik.

    “Kalau (impor) misalkan meningkat sampai 18 miliar dolar AS, ya pertama pasti impact-nya akan ada kepada trade balance kita. Jadi bisa dari tadinya surplus jadi ke defisit dan mungkin memang ini ada impact juga kepada produsen-produsen di dalam negeri terutama ya,” ujarnya.

    Selain itu, pelonggaran syarat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam negosiasi turut disoroti karena berisiko menghantam produsen lokal berskala kecil hingga menengah.

    “Kalau TKDN sendiri itu mungkin impact-nya akan mengganggu supplier manufaktur dari Indonesia sebenarnya,” ucap Rully.

    Jalan Tengah yang Menantang

    Pemerintah Indonesia membawa sejumlah usulan ke AS, termasuk revitalisasi perjanjian Trade and Investment Framework Agreement (TIFA), pelonggaran Non-Tariff Measures (NTMs), serta peningkatan impor migas.

    Pemerintah juga menjanjikan insentif fiskal dan non-fiskal untuk menjaga daya saing ekspor. Namun, dalam negosiasi global, posisi Indonesia tidak sekuat China atau Uni Eropa.

    “Memang sayangnya posisi Indonesia itu salah satu yang mungkin tidak terlalu kuat, beda dengan China atau mungkin dengan Eropa. Mereka mungkin bisa melakukan retaliasi,” kata Rully.

    Harus Perkuat Daya Tawar

    Menurut pengamat intelijen ekonomi Dr Stepi Anriani, Indonesia harus memperkuat intelijen ekonomi di tengah fragmentasi ekonomi global yang mengarah pada pembentukan blok-blok ekonomi baru.

    “Tarif 32 persen terhadap impor dari Indonesia bukan angka kecil. Tiongkok bahkan menghadapi situasi yang lebih parah akibat balasan perang tarif karena transhipment yang digagasnya,” tuturnya.

    Stepi Anriani menyebutkan, Indonesia harus memilih sikap tegas antara membentuk blok tandingan, tunduk pada AS, atau mengambil jalan netral yang penuh risiko ekonomi.

    Optimisme Ekonomi Tetap Ada

    Di tengah tekanan eksternal, sejumlah ekonom menilai Indonesia masih memiliki peluang untuk mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang solid. Ekonom Bank Mandiri Dendi Ramdani menyebutkan tiga faktor kunci yang bisa membawa Indonesia tumbuh melampaui proyeksi IMF, yakni:

    Bonus demografi dan konsumsi domestik Optimalisasi sumber daya alam Peningkatan kualitas institusi dan tata kelola

    “Dalam situasi kualitas institusi dan governance yang belum baik saja Indonesia bisa tumbuh 5 persenan,” ujarnya.

    Dengan tata kelola yang lebih baik, Indonesia diyakini bisa mengejar target pertumbuhan hingga 8 persen seperti yang diharapkan Presiden terpilih Prabowo Subianto.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Respons Tarif AS, Kemendag Bidik Pasar Alternatif Nontradisional

    Respons Tarif AS, Kemendag Bidik Pasar Alternatif Nontradisional

    PIKIRAN RAKYAT – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencari pasar alternatif merespons kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) kepada Indonesia.

    Saat ini sudah dijajaki pasar nontradisional, antara lain melalui kerja sama dagang Indonesia-Canada melalui Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).

    Pasar nontradisional adalah yang tidak termasuk dalam kategori pasar tradisional atau pasar modern yang sudah dikenal. Pasar nontradisional sering kali merujuk pada pasar yang belum sepenuhnya digarap atau merupakan pasar baru yang sedang dikembangkan, seperti pasar-pasar di negara berkembang atau pasar yang belum banyak dikenal oleh produsen atau pedagang.

    “Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak lama bisa ditandatangani, ini bisa jadi pasar alternatif yang sangat menjanjikan yang didukung fasilitasi tarif dan nontarif di kawasan Amerika Utara,” kata Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag, Djatmiko Bris Witjaksono dalam keterangan di Jakarta, Senin (21/4/2025).

    Selain itu, lanjut dia, pasar lain yang akan dibidik yakni Arab Saudi. Dikatakan, negara ini merupakan pasar yang potensial, dibuktikan dari neraca perdagangan ekspor RI ke Arab Saudi yang sebelumnya defisit menjadi surplus.

    Kemendag juga menargetkan rampungnya pembahasan perjanjian dagang dengan Tunisia, salah satu negara di kawasan Afrika Utara. “Menurut hemat kami ini akan menjadi peluang yang besar kepada produk-produk yang berasal dari Indonesia untuk bisa dipasarkan di kawasan negara-negara Magribi,” ujar Djatmiko.

    Indonesia juga akan menyelesaikan perundingan kerja sama dagang dengan Peru. Menurutnya, Peru menjadi salah satu negara berkembang yang cukup progresif dan akan menjadi pasar yang menjanjikan untuk produk Indonesia.

    Kemudian, pemerintah juga masih menargetkan penyelesaian perjanjian dagang dengan Indonesia-Uni Eropa CEPA. Selain itu, pihaknya juga menargetkan penyelesain perjanjian dagang dengan Eurasia pada tahun ini.

    “Eurasia ini custom union, terdiri dari Rusia, Belarus, Kazakhstan, Tiri Istanbul. Ini juga punya potensi yang luar biasa besar, kalau kita bisa memiliki perjanjian-perjanjian Eurasia, akan memasukkan kita ke kawasan Eropa Timur dan sebagian dari kawasan Asia Tengah,” ujarnya memungkasi.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • AS Tak Sabar Berbisnis, Trump Berharap Rusia-Ukraina Capai Perjanjian Damai Pekan Ini – Halaman all

    AS Tak Sabar Berbisnis, Trump Berharap Rusia-Ukraina Capai Perjanjian Damai Pekan Ini – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan harapannya agar Rusia dan Ukraina dapat mencapai perjanjian damai yang akan mengakhiri perang pada pekan ini.

    Trump berharap kedua negara dapat melakukan bisnis yang besar dengan AS dan meraup keuntungan besar.

    “Semoga Rusia dan Ukraina akan mencapai kesepakatan minggu ini. Keduanya kemudian akan mulai berbisnis besar dengan Amerika Serikat, yang sedang berkembang pesat, dan menghasilkan banyak uang!” tulis Trump dalam unggahannya melalui akun @realDonaldTrump di platform Truth Social, Minggu (20/4/2025).

    Namun, Trump tidak membagikan rincian tentang kemajuan dalam perundingan damai yang diupayakan oleh AS antara Rusia dan Ukraina, seperti diberitakan Reuters.

    Trump Ancam Angkat Kaki dari Perundingan Rusia-Ukraina jika Hasilnya Buntu

    Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan Trump akan menarik AS dari perundingan damai antara Rusia dan Ukraina jika tidak mencapai hasil apa pun.

    Selain itu, AS tidak akan terlibat dalam perundingan tersebut sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan, menurut pernyataan Marco Rubio setelah bertemu dengan pejabat Uni Eropa dan Ukraina di Paris pada hari Kamis (17/4/2025).

    Dua hari setelah pernyataan itu, Trump membenarkan pesan yang disampaikan oleh Marco Rubio.

    “Marco benar saat mengatakan bahwa kita ingin mengakhirinya. Bayangkan saja, setiap hari, banyak orang terbunuh saat kita membicarakannya, Anda tahu, saat mereka bermain gim,” kata Trump pada hari Sabtu (19/4/2025).

    “Jika karena alasan tertentu salah satu dari kedua pihak mempersulit keadaan, kami akan berkata, kalian bodoh, kalian tolol, kalian orang-orang jahat, dan kami akan bersikap biasa saja. Namun mudah-mudahan, kami tidak perlu melakukan itu,” imbuh Trump.

    Trump juga menanggapi pertanyaan wartawan mengenai tuduhan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mengulur-ulur perundingan.

    “Saya harap tidak. Saya akan segera memberi tahu Anda tentang hal itu, jika memang demikian, tetapi saya harap tidak,” kata Trump, menepis tuduhan Zelensky terhadap Putin.

    Selain itu, AS menolak untuk berkomitmen penuh dalam perundingan itu sehingga AS dapat meninggalkan perundingan itu jika kedua pihak tidak siap untuk mengakhiri perang.

    “Kita akan lihat apakah kita bisa menyelesaikannya. Saya rasa kita punya peluang yang sangat bagus untuk menyelesaikannya, dan sekarang sedang dalam proses,” kata Trump, seperti diberitakan Euro News.

    Trump mengatakan perundingan tersebut hampir mencapai titik puncaknya, tetapi menegaskan tidak ada pihak yang mempermainkannya dalam upaya mengakhiri perang yang berlangsung sejak tahun 2022 itu.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Kadin Kelautan dan Perikanan Ajak Semua Pihak Bersinergi Menghadapi Kebijakan Ekonomi AS

    Kadin Kelautan dan Perikanan Ajak Semua Pihak Bersinergi Menghadapi Kebijakan Ekonomi AS

    Jakarta: Masyarakat dan pemerintah diajak selalu optimis dan bersinergi menghadapi tantangan ekonomi, termasuk dampak kebijakan tarif dari Amerika Serikat (AS). Pemerintah harus aktif melibatkan dunia usaha dalam proses perundingan terkait isu-isu perdagangan internasional, terutama perang tarif yang sedang berlangsung.
     
    Hal itu terungkap saat halalbihalal yang digelar Kadin Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Jakarta Pusat.
     
    “Dengan kondisi ekonomi sekarang dan kebijakan AS, kita sudah diskusi bareng-bareng. Insyaallah, pengusaha tidak boleh pesimistis,” kata Wakil Ketua Umum Koordinator (WKUK) Bidang Pangan Kadin Indonesia, Mulyadi Jayabaya.

    Wakil Ketua Umum Bidang Kelautan dan Perikanan Kadin Indonesia Yugi Prayanto menekankan pentingnya keterlibatan aktif dunia usaha dalam proses perundingan terkait isu-isu perdagangan internasional, terutama dalam perang tarif yang sedang berlangsung.
     
    “Intinya kita harus memberi masukan setiap ada isu-isu yang perlu di-update dalam masalah perang tarif ini yang lagi in,” ujar Yugi.
     
    Menurutnya, meski proses negosiasi dengan AS masih berlangsung, perwakilan pelaku usaha tetap harus menyampaikan aspirasi mereka.
     
    “Kalau seumpama tarifnya sangat tinggi, sudah pasti pelaku tidak bisa membeli produk, contohnya udang,” katanya.
     
    Yugi juga menyoroti pentingnya perbaikan data dalam sektor perikanan. Ia menyebut pemerintah bersama BPS dan para pemangku kepentingan sedang mencari solusi untuk membenahi big data perikanan. Langkah ini dinilai krusial untuk menghitung target pertumbuhan sektor secara akurat.
     
    “Pemerintah, BPS dan stakeholder mencari solusi untuk memperbaiki big data perikanan. Setelah big data clear, target pertumbuhan 8 persen bisa terkalkulasi dengan baik,” ujarnya.
     
    Yugi menegaskan, usulan ini sejalan dengan tujuan menjadikan perikanan sebagai komoditas ekspor unggulan Indonesia. “Karena ini dampaknya ke orang kecil, nelayan dan petambak yang jumlahnya sampai jutaan,” katanya.
     
    Yugi yakin isu sosial dapat menjadi pertimbangan penting bagi pemerintah AS dalam mengambil keputusan dagang.
     
    “AS biasanya sangat prihatin kalau berkaitan dengan social issues. Mereka tidak ada swasembada perikanan, jadi pasti perlu perikanan dari kita. Jadi push and pull factor ini penting,” kata Yugi.
     
    Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk KKP Tornanda Syaifullah menegaskan, Pemerintah sedang menyiapkan solusi konkret dalam waktu 90 hari ke depan sejak ketetapan tarif diberlakukan.
     
    “Ini momen penting untuk merombak sektor dari hulu ke hilir. Kita harus menata ulang semua agar produk kita tetap kompetitif di pasar internasional. Jika pasar AS tidak lagi memungkinkan karena tarif terlalu tinggi, kita harus membidik pasar baru, seperti Uni Emirat Arab, Asia Tenggara, atau Eropa,” kata Tornanda.
     
    Bedasarkan data KKP, AS menjadi negara tujuan utama ekspor produk perikanan nasional di 2024. Nilai ekspor ke Negeri Paman Sam mencapai USD1,90 miliar atau 31,97% dari total ekspor perikanan Indonesia di 2024.
     
    Posisi selanjutnya ditempati China sebesar 20,88% dari total ekspor perikanan Indonesia, diikuti ASEAN 14,39%, Jepang sebesar 10,06%, dan Uni Eropa 6,96%.
     
    AS juga tercatat menjadi negara tujuan utama ekspor udang Indonesia yakni 63% dari total volume ekspor udang di 2024 yang mencapai 214.575 ton. Disusul Jepang 15%, China dan Asean 6%, Uni Eropa 4%, serta Rusia, Taiwan, dan Korea 1%.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (FZN)

  • AS Pertimbangkan Pengakuan Krimea Milik Rusia untuk Perdamaian Ukraina – Halaman all

    AS Pertimbangkan Pengakuan Krimea Milik Rusia untuk Perdamaian Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dalam situasi yang kian mendesak terkait konflik Ukraina, laporan terbaru mengindikasikan bahwa Amerika Serikat mungkin akan mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia.

    Keputusan ini dikaitkan dengan upaya pencapaian kesepakatan damai yang lebih luas antara Moskow dan Kyiv.

    Apa Latar Belakang Pengakuan Krimea?

    Menurut laporan Bloomberg News, yang mengutip sumber-sumber dekat dengan proses negosiasi, langkah ini mencerminkan keinginan kuat dari Presiden Donald Trump untuk mempercepat tercapainya gencatan senjata di Ukraina.

    Meskipun demikian, keputusan akhir mengenai pengakuan tersebut belum diambil, dan Gedung Putih serta Departemen Luar Negeri AS menolak memberikan komentar lebih lanjut saat diminta tanggapan.

    Krimea telah dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014 melalui referendum yang kontroversial di bawah pendudukan militer.

    Sejak saat itu, sebagian besar negara di dunia masih menolak mengakui wilayah tersebut sebagai bagian dari Rusia, karena dianggap sebagai tindakan aneksasi ilegal yang melanggar hukum internasional.

    Mengapa Presiden Zelensky Menentang Pengakuan Ini?

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menunjukkan penolakan yang keras terhadap kemungkinan pengakuan tersebut.

    Dalam pernyataan yang dikutip oleh Bloomberg, ia menegaskan bahwa negaranya tidak akan menyerahkan “satu inci pun” dari wilayahnya kepada Moskow. “Saya tegaskan, wilayah Ukraina adalah milik rakyat Ukraina. Kami tidak akan membahas apa pun sebelum ada gencatan senjata,” kata Zelensky di Kyiv.

    Apa Isi Proposal Damai dari AS?

    Laporan menunjukkan bahwa AS telah menyodorkan proposal damai kepada sekutunya dalam pertemuan di Paris.

    Proposal ini mencakup gambaran tentang penghentian pertempuran dan pelonggaran sanksi terhadap Rusia jika gencatan senjata dapat ditegakkan secara konsisten.

    Di dalam rancangan itu, garis depan konflik akan dibekukan, dan wilayah Ukraina yang saat ini dikuasai Rusia akan tetap dalam kontrol Moskow.

    Isu keanggotaan Ukraina di NATO juga tidak akan dibahas dalam tahap ini.

    Pertemuan di Paris melibatkan tokoh-tokoh penting, seperti Presiden Prancis Emmanuel Macron, utusan AS Steve Witkoff, serta pejabat dari Jerman, Inggris, dan Ukraina.

    Pertemuan lanjutan direncanakan akan diadakan di London untuk memperdalam pembahasan mengenai rencana damai ini.

    Apa Tantangan dalam Proposal Damai Ini?

    Salah satu tantangan utama dalam proposal ini adalah kebutuhan akan jaminan keamanan untuk Ukraina agar kesepakatan damai bisa bertahan.

    Senator Marco Rubio menyebutkan bahwa jaminan tersebut merupakan tuntutan yang masuk akal dari pihak Kyiv.

    Negosiasi juga membahas rencana pengawasan gencatan senjata dan kemungkinan pengerahan pasukan penjaga perdamaian.

    Di tengah itu, Rusia terus melancarkan serangan, termasuk pengeboman di kota Sumy, yang mengakibatkan 35 orang tewas.

    Usulan damai ini merupakan ujian bagi solidaritas negara-negara sekutu Barat, terutama mengenai pencabutan sanksi terhadap Rusia yang memerlukan persetujuan bulat dari negara-negara Uni Eropa.

    Apa Reaksi Terhadap Usulan Pengakuan Ini?

    Dalam wawancara dengan Fox News, Witkoff menyatakan bahwa inti dari kesepakatan melibatkan lima wilayah, meskipun tidak menjelaskan lebih lanjut.

    Rusia tetap menuntut pengakuan atas semua wilayah yang telah direbut sejak 2014, termasuk Krimea, Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, dan Kherson.

    Zelensky menanggapi pernyataan tersebut dengan tegas, menyatakan bahwa Witkoff tampaknya mengadopsi strategi Rusia dan menegaskan bahwa Trump tidak memiliki mandat untuk membicarakan wilayah Ukraina.

    Dengan situasi yang terus berkembang, ketegangan antara Ukraina dan Rusia semakin kompleks, dan banyak pihak berharap bahwa diplomasi dapat menghasilkan solusi yang damai tanpa mengorbankan integritas wilayah Ukraina.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Atlet Perempuan Afghanistan di Jerman Terancam Dideportasi

    Atlet Perempuan Afghanistan di Jerman Terancam Dideportasi

    Berlin

    Atlet perempuan Afghanistan Nazima dan Nazira Khairzad melarikan diri dari Taliban tahun 2021. Mereka membangun kehidupan baru di Jerman. Tapi Nazira sekarang terancam dideportasi.

    “Ketika saya menerima surat yang menyebutkan saya mungkin akan dikirim kembali ke Italia, saya rasanya putus asa, takut dan merasakan ketidakpastian yang mendalam,” kata Nazira Khairzad dalam wawancara dengan DW.

    “Saya sangat sedih dan terkejut. Sejak saat itu, ibu saya terus-menerus hidup dalam ketakutan dan stres. Dia hampir tidak bisa tidur di malam hari karena takut polisi akan tiba-tiba datang dan membawa putrinya pergi.”

    Setelah Taliban kembali berkuasa, keluarganya meninggalkan Afghanistan secara terpisah pada tahun 2021. Nazira, yang kini berusia 21 tahun, awalnya masuk ke Eropa melalui Italia setelah pelariannya. Kakaknya Nazima, yang dua tahun lebih tua, berhasil sampai ke Jerman bersama anggota keluarga lainnya melalui Pakistan. Baru pada awal tahun 2024 Nazira dan keluarganya bersatu kembali – dan menetap di kawasan Frankfurt am Main.

    “Itu adalah masa-masa yang sulit. Kami tidak bisa bertemu untuk waktu yang lama,” kenang Nazira. “Tetapi sekarang kami bahagia bisa bersatu kembali.”

    Nazira Khairzad: “Hidup saya dalam bahaya”

    Kilas balik: Kedua bersaudara perempuan Nazima dan Nazira Khairzad tidak terpisahkan bahkan saat mereka masih anak-anak di Afghanistan.

    “Saya sangat bangga dengan saudara perempuan saya, dia adalah panutan dan sahabat saya,” kata Nazira kepada DW.

    Meskipun menghadapi perlawanan sosial dan budaya, Nazima berkembang menjadi pemain ski dan pendaki gunung yang sukses. Kakaknya, Nazira, bahkan berhasil masuk ke dalam tim nasional sepak bola Afghanistan sebagai penjaga gawang.

    Namun, pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban pada tahun 2021 memaksa mereka meninggalkan tanah airnya.

    “Hidup saya terancam di Afghanistan,” kenang Nazira. “Jika saya tetap tinggal saat itu, Taliban mungkin akan membunuh saya.”

    Mereka lalu melarikan diri dan harus bertahan hidup secara terpisah di negara asing. Hanya setelah tiga tahun yang sulit di Italia, dia akhirnya berhasil tiba di Jerman pada tahun 2024.

    Situasi hukum yang rumit

    Namun kini Nazira diancam akan dideportasi ke Italia. Ke negara pertama yang memberinya hak tinggal setelah dia melarikan diri dari Afghanistan. Bersama pengacara Elke Gabsa, keluarga tersebut berusaha mencegah deportasi dari Jerman – meskipun situasi hukumnya sulit.

    “Jika seseorang diakui sebagai pengungsi di satu negara Uni Eropa, pada umumnya tidak mungkin untuk meminta perlindungan di negara anggota lainnya,” jelas Gabsa dalam wawancara dengan DW.

    Namun, selalu ada pengecualian,” misalnya di Yunani atau Italia, kata pengacara itu. Deportasi Nazira kembali ke Italia mungkin sah secara hukum. Tapi perempuan Afghanistan itu dan pengacaranya berusaha mencegah keluarga itu terpisah lagi.

    “Dalam kasus ini, adalah merupakan pelanggaran Piagam Hak Asasi Manusia jika dia [Nazira – catatan redaksi] tidak diizinkan bersama keluarganya, yang membutuhkan dukungannya,” kata Gabsa.

    Selama beberapa bulan terakhir, Nazira telah membangun kehidupan untuk dirinya sendiri di Jerman, belajar bahasa, dan mulai bermain sepak bola lagi. “Saya bekerja paruh waktu dan mencoba untuk berintegrasi sepenuhnya ke dalam masyarakat,” katanya. Dia sekarang berusia 21 tahun.

    Dia berharap pengadilan akan memutuskan permohonannya. “Saya ingin tinggal di Jerman, tinggal bersama keluarga, bekerja, bermain sepak bola, dan menjadi anggota masyarakat yang aktif dan berguna. Saya menginginkan kehidupan yang aman dan bermartabat yang dapat saya bentuk dengan penuh komitmen dan harapan.”

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Hendra Pasuhuk

    Editor: Agus Setiawan

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini