Negara: Uni Emirat Arab

  • Potret Pertemuan Presiden Prabowo dengan MBZ di Istana Qasr Al Shatie

    Potret Pertemuan Presiden Prabowo dengan MBZ di Istana Qasr Al Shatie

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto melakukan pertemuan dengan Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan (MBZ) di Istana Qasr Al Shatie, Abu Dhabi, pada Rabu (9/4/2025) sekitar pukul 11.30 waktu setempat.

    Kepala Negara tiba di Istana Qasr Al Shatie dan disambut langsung oleh Presiden MBZ di pintu utama Istana. 

    Dalam pertemuan yang penuh kehangatan dan keakraban itu kedua kepala negara turut memperkenalkan masing-masing delegasi yang hadir dalam pertemuan.

    Usai penyambutan, kedua pemimpin negara melakukan sesi foto bersama di salah satu ruangan di istana sebelum beranjak menuju ruang pertemuan. Pertemuan kali ini menjadi momentum penting bagi kedua negara untuk memperkuat kerja sama di berbagai bidang strategis.

    Presiden Prabowo Subianto dan Mohamed bin Zayed

    Di akhir pertemuan, Prabowo dan MBZ juga mendengarkan secara langsung pengumuman delapan nota kesepahaman (MoU) dan surat pernyataan minat (Letter of Intent/LoI) yang telah disepakati dan ditandatangani oleh kedua negara. 

    Turut mendampingi Presiden Prabowo dalam pertemuan tersebut adalah Menteri Luar Negeri Sugiono dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya.

  • Bertemu Presiden MBZ, Prabowo Disambut Hangat di Istana Qasr Al Shatie – Page 3

    Bertemu Presiden MBZ, Prabowo Disambut Hangat di Istana Qasr Al Shatie – Page 3

    Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto tiba di Presidential Flight, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), Rabu (9/4/2025) sekitar pukul 06.30 waktu setempat.

    Dia pun langsung disambut Menteri Energi dan Infrastruktur UEA Suhail Mohamed Al Mazrouei, Duta Besar UEA untuk Indonesia Abdullah Salem AlDhaheri, Duta Besar Indonesia untuk UEA Husin Bagis, dan Atase Pertahanan KBRI Abu Dhabi Brigjen TNI Muhammad Irawadi.

    Pasukan jajar kehormatan turut serta menyambut dan mengiringi kedatangan Prabowo. Dari Presidential Flight, dia bersama rombongan kemudian melanjutkan perjalanan menuju salah satu hotel di Abu Dhabi.

    Presiden Prabowo akan melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, yang juga bertempat di Abu Dhabi, tepatnya kediaman Presiden MBZ, Istana Qasr Al Shatie.

    “Saya akan ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, untuk ketemu dengan Presiden Uni Emirat Arab, Yang Mulia Muhammad bin Zayed, dan untuk melakukan konsultasi, untuk tukar menukar pikiran tentang perkembangan geopolitik dan geoekonomi dunia saat sekarang,” tutur Prabowo sebelum keberangkatan.

  • Berkunjung ke Abu Dhabi, Prabowo Lakukan Pertemuan Empat Mata dengan MBZ

    Berkunjung ke Abu Dhabi, Prabowo Lakukan Pertemuan Empat Mata dengan MBZ

    Jakarta

    Presiden Prabowo Subianto memulai rangkaian kunjungan kenegaraannya ke timur tengah di Uni Emirat Arab (UEA). Prabowo tiba sejak pukul 6.30 waktu setempat.

    Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Yusuf Permana mengatakan Prabowo langsung disambut oleh Menteri Energi dan Infrastruktur Suhail Al Mazroui.

    Adapun agenda utama Prabowo di Abu Dhabi adalah pertemuan bilateral dengan Presiden Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed Al Nahyan, yang digelar di kediaman Presiden MBZ di Qasr Al Shatie.

    “Dalam pertemuan tersebut beliau akan didampingi oleh Menteri Luar Negeri dan juga Sekretaris Kabinet,” jelas Yusuf dalam keterangannya, Rabu (9/4/2025).

    Pertemuan kedua pemimpin negara dijadwalkan berlangsung dalam format tertutup atau private meeting. Usai pertemuan tersebut, akan diumumkan sejumlah dokumen kerja sama yang telah ditandatangani dan disepakati antara kedua negara.

    “Setelah melakukan private meeting, pertemuan akan diakhiri dengan diumumkannya baik MOU maupun LOI yang telah ditandatangani dan disepakati dari kedua belah pihak,” lanjut Yusuf.

    Usai pertemuan, Prabowo dijadwalkan melanjutkan rangkaian kunjungan ke Ankara, Turki dalam rangka kunjungan kenegaraan dan kunjungan kerja.


    Lihat juga video: Jokowi Tiba di Abu Dhabi, Disambut Presiden MBZ di Bandara Zayed

    (hal/rrd)

  • Segini Harga Mobil Mewah yang Jemput Prabowo Setibanya di Abu Dhabi

    Segini Harga Mobil Mewah yang Jemput Prabowo Setibanya di Abu Dhabi

    Jakarta

    Sedan mewah berkelir putih sudah menanti Prabowo setibanya di Abu Dhabi. Segini harga sedan mewah yang menjemput Prabowo di Abu Dhabi tersebut.

    Presiden Prabowo Subianto sudah tiba di Abu Dhabi pada pukul 06.30 WIB. Prabowo langsung disambut Menteri Energi dan Infrastruktur PEA Suhail Mohamed Al Mazrouei, Duta Besar PEA untuk Indonesia Abdullah Salem AlDhaheri, Duta Besar Indonesia untuk PEA Husin Bagis, dan Atase Pertahanan KBRI Abu Dhabi Brigjen TNI Muhammad Irawadi.

    Prabowo juga sudah dinanti sedan mewah Jerman berkelir putih. Mobil itu sebelumnya juga sempat terlihat menjemput Prabowo saat berkunjung ke Abu Dhabi pada November 2024. Sedan mewah Jerman itu adalah Mercedes-Maybach S650 Pullman.

    Dikutip laman autoevolution, Mercedes-Maybach S650 Pullman ini merupakan seri S-Class yang paling panjang dijual di pasaran. Sedan ini diketahui memiliki panjang 6,5 meter. Pintu belakangnya juga jauh lebih besar dari model biasa.

    Duduk di kursi belakang, Prabowo akan dimanjakan dengan kemewahan dan kenyamanan kelas atas. Di antara pengemudi dan penumpang belakang terdapat panel khusus yang bisa dinaikkan atau diturunkan oleh penumpang belakang guna kebutuhan privasi. Kursi belakang didesain mirip di pesawat kelas bisnis. Kursi itu dapat direbahkan serta terdapat juga kulkas di antara kursi. TV dan LCD tersemat di kursi lipat depan.

    Untuk menggerakkan mobil sepanjang 6,5 meter, Mercedes menyematkan mesin 6.0L biturbo yang bisa menyemburkan tenaga 630 daya kuda dan torsi 1.000 Nm. Mesin itu dipasangkan dengan transmisi otomatis 7 percepatan.

    Soal performa, mobil ini bisa berlari 0-100 km/jam dalam waktu 6,5 detik. Sementara konsumsi bahan bakarnya sekitar 14,6 liter/100 km atau sekitar 6,8 km/liter. Soal harga, ketika diluncurkan tahun 2018 mobil ini dibanderol 619 ribu dolar. Kalau dirupiahkan dengan kurs saat ini, banderolnya sekitar Rp 10,45 miliaran. Tak menutup kemungkinan harganya pun meningkat saat ini.

    Di Abu Dhabi, Presiden Prabowo akan melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden PEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan. Pertemuan tersebut rencananya akan digelar di kediaman Presiden MBZ, Istana Qasr Al Shatie.

    “Saya akan ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, untuk ketemu dengan Presiden Uni Emirat Arab, Yang Mulia Muhammad bin Zayed, dan untuk melakukan konsultasi, untuk tukar menukar pikiran tentang perkembangan geopolitik dan geoekonomi dunia saat sekarang,” ujar Prabowo.

    (dry/rgr)

  • Prabowo Bakal Sepakati Sejumlah LOI bersama MBZ di UEA

    Prabowo Bakal Sepakati Sejumlah LOI bersama MBZ di UEA

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto memulai rangkaian kunjungan ke kawasan Timur Tengah dengan mengunjungi Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), pada Rabu (9/4/2025). 

    Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Yusuf Permana mengatakan bahwa Kepala Negara tiba di Presidential Flight, Abu Dhabi, sekitar pukul 06.30 waktu setempat.

    “Alhamdulillah, tadi pagi Bapak Presiden Republik Indonesia, Bapak Prabowo telah tiba di Abu Dhabi sekitar pukul 6.30 (waktu setempat). Beliau langsung disambut oleh Menteri Energi dan Infrastruktur Yang Mulia Bapak Suhail,” ujarnya kepada Bisnis melalui pesan teks.

    Setibanya di Abu Dhabi, Presiden Ke-8 RI itu langsung menuju hotel untuk beristirahat sejenak. 

    Yusuf menyebut bahwa agenda utama Prabowo di Abu Dhabi adalah pertemuan bilateral dengan Presiden Uni Emirat Arab, Mohammed bin Zayed Al Nahyan, yang digelar di Qasr Al Shatie.

    “Dalam pertemuan tersebut beliau akan didampingi oleh Menteri Luar Negeri dan juga Sekretaris Kabinet,” jelas Yusuf.

    Pertemuan kedua pemimpin negara dijadwalkan berlangsung dalam format tertutup atau private meeting. Usai pertemuan tersebut, akan diumumkan sejumlah dokumen kerja sama yang telah ditandatangani dan disepakati antara kedua negara.

    “Setelah melakukan private meeting, pertemuan akan diakhiri dengan diumumkannya baik MOU maupun LOI yang telah ditandatangani dan disepakati dari kedua belah pihak,” lanjut Yusuf.

    Usai pertemuan, Prabowo dijadwalkan melanjutkan rangkaian kunjungan ke Ankara, Turki dalam rangka kunjungan kenegaraan dan kunjungan kerja.

    “Kemudian selanjutnya akan melanjutkan lawatan perjalanan kunjungan kerja ke Timur Tengah dan Turkiye. Beliau akan lanjut penerbangan ke Ankara,” pungkas Yusuf.

  • Video: Lawatan ke Turki, Prabowo ”Ngopi Darat” Bareng Erdogan

    Video: Lawatan ke Turki, Prabowo ”Ngopi Darat” Bareng Erdogan

    Jakarta, CNBC Indonesia- Presiden RI Prabowo Subianto menggelar kunjungan kenegaraan guna membahas perkembangan geopolitik ke berbagai negara di Timur Tengah hingga Afrika. Usai melawat ke Abu Dhabi di Uni Emirat Arab, kini Prabowo telah terbang langsung ke Ankara Turki untuk melaksanakan kunjungan kenegaraan, sebagai balasan kunjungan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Indonesia beberapa waktu silam.

    Lantas apa saja agenda Prabowo selama di Turki? Simak laporan khusus Jurnalis Cnbc Indonesia – Ajat Hutdiyanto langsung dari Ankara Turki, selengkapnya dalam program Power Lunch CNBC Indonesia (Rabu, 09/04/2025) berikut ini.

  • Potret Presiden Prabowo Tiba di Dubai Temui Presiden MBZ, Bahas Ini

    Potret Presiden Prabowo Tiba di Dubai Temui Presiden MBZ, Bahas Ini

    “Saya akan ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, untuk ketemu dengan Presiden Uni Emirat Arab, Yang Mulia Muhammad bin Zayed, dan untuk melakukan konsultasi, untuk tukar menukar pikiran tentang perkembangan geopolitik dan geoekonomi dunia saat sekarang,” ujar Presiden Prabowo dalam keterangan persnya sebelum keberangkatan. (Dok. BPMI)

  • Melindungi kepentingan geostrategis RI melalui forum multilateral

    Melindungi kepentingan geostrategis RI melalui forum multilateral

    Bergabungnya Indonesia dalam organisasi internasional akan memberi kesempatan untuk melindungi, mempromosikan, dan memproyeksikan kepentingan geostrategis dan geoekonomi .

    Jakarta (ANTARA) – Berakhirnya perang dingin antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet sekitar tahun 1990-an ditandai dengan runtuhnya paham ideologi komunis di negara-negara Eropa Timur dan bersatunya kembali negara Jerman.

    Fenomena itu semakin menunjukkan kedigdayaan pihak Barat dalam memimpin hegemoni global yang sampai saat ini tetap mempertahankan North Atlantic Treaty Organization (NATO) sebagai organisasi pertahanan dan keamanan di kawasan Atlantik Utara.

    Hal ini menimbulkan kekhawatiran baru di kalangan negara-negara non-Barat, yang dapat dirasakan dengan meningkatnya konflik di Timur Tengah dan ketegangan di kawasan Asia.

    Menghadapi ketimpangan kekuatan hegemoni global pada era pasca-Perang Dingin, beberapa negara non-Barat membentuk suatu kerja sama multilateral yang berfungsi sebagai penyeimbang kedigdayaan unipolar yang dipimpin AS, seperti Shanghai Cooperation Organisation (SCO) yang dibentuk sekitar tahun 1996 dan yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dunia yaitu BRICS yang dicetuskan pertama kali tahun 2001.

    Indonesia pun ikut dalam keanggotaan BRICS pada 6 Januari 2025 dengan pertimbangan untuk memperkuat kerja sama ekonomi di antara para anggotanya termasuk sebagai upaya mempromosikan perdagangan bebas yang tidak diskriminatif. Selain itu juga sebagai pertimbangan strategi penguatan diplomasi multilateral Indonesia untuk menciptakan sistem yang lebih adil bagi negara-negara berkembang.

    Meski SCO lebih dulu dibentuk dibanding BRICS, namun banyak kalangan di Indonesia belum mengenal lebih dalam organisasi ini, karena awal pembentukannya diprakarsai oleh negara-negara yang dulunya diasosiasikan sebagai negara komunis yaitu China dan Rusia serta beberapa negara bekas pecahan Uni Soviet, yaitu Kazakhstan, Republik Kirgistan, dan Tajikistan, sehingga awalnya dikenal dengan Shanghai Five.

    Tujuan dibentuknya kerja sama multilateral ini adalah untuk menjadikan kolaborasi terukur di Eurasia dalam menghadapi tantangan geopolitik, geoekonomi, dan geostrategis regional. Pada tahun 2001, setelah masuknya Uzbekistan, organisasi internasional tersebut berganti nama menjadi Shanghai Cooperation Organisation (SCO).

    Tahun 2017, India dan Pakistan menjadi anggota penuh, lalu disusul Iran pada tahun 2023. Sejak tahun 2008, SCO telah memasukkan beberapa negara yang ikut serta sebagai mitra dialog, yaitu Azerbaijan, Armenia, Kamboja, Sri Lanka, Nepal, Mesir, Arab Saudi, Qatar, Maladewa, Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait, dan Myanmar.

    Saat ini, SCO memiliki tiga negara pengamat, yaitu Belarus, Mongolia, dan Afghanistan yang juga berkeinginan untuk diterima sebagai keanggotaan penuh. Dengan demikian saat ini SCO menjadi organisasi regional terbesar di dunia dengan sepuluh negara anggota, yang mencakup 60 persen wilayah Eurasia, yang merupakan naungan bagi lebih dari tiga miliar orang, dan menyumbang seperempat dari ekonomi global.

    Meskipun secara umum cakupan kerja sama SCO meliputi geopolitik, geoekonomi, dan geostrategis regional, namun SCO juga memiliki aktivitas dalam menjalin konektivitas kerja sama global dan regional seperti PBB, negara-negara Persemakmuran, ASEAN, UNODC, dan badan internasional lainnya.

    Di samping itu, SCO juga aktif dalam memerangi masalah ekstremisme dan narkoterorisme demi perdamaian dan kesejahteraan. Dalam struktur organisasinya, SCO memiliki Komite Eksekutif Struktur Antiteroris Regional (RATS) yang berkantor pusat di Tashkent, Uzbekistan, dan bertugas untuk mempromosikan kerja sama negara-negara anggota melawan tiga kejahatan: terorisme, separatisme, dan ekstremisme.

    RATS juga menangani secara khusus pada terorisme siber, forensik digital, dan ransomware. Selain itu SCO juga melakukan upaya untuk mengatasi masalah wilayah sengketa perbatasan dan mengatasi ancaman keamanan negara para anggotanya.

    Bagi Indonesia, organisasi multilateral ini sepertinya sangat cocok terlebih bila ditinjau dari semangat yang dibangun dalam organisasi tersebut yang ditunjukkan pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) SCO di Dushanbe, Tajikistan.

    Para anggotanya sepakat untuk menentang intervensi dalam urusan internal negara lain dengan alasan kemanusiaan dan melindungi hak asasi manusia; dan mendukung upaya satu sama lain dalam menjaga kemerdekaan nasional, kedaulatan, integritas teritorial, dan stabilitas sosial masing-masing negara anggotanya.

    Hal ini selaras dengan tujuan nasional Indonesia yang termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yang menyerukan penghapusan penjajahan di dunia. Pembukaan konstitusi tersebut juga mengarahkan bangsa Indonesia untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia, terlebih saat ini Indonesia dihadapkan pada tantangan-tantangan separatisme, kerawanan wilayah perbatasan yang begitu luas, terorisme, serta penyelundupan narkoba yang ditengarai sebagai suatu “pembiaran” oleh otoritas negara lain.

    Oleh karena itu, SCO sangat penting bagi Indonesia bila dilihat posisi geografis Indonesia yang di antaranya dikelilingi negara-negara yang berafiliasi poros tertentu.

    Kita tidak ingin terulang peristiwa lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan, termasuk lepasnya Timor Timur dari kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apalagi beberapa wilayah Indonesia masih memiliki potensi separatisme yang ditunggangi oleh negara-negara lain, ditambahnya adanya penempatan pasukan di kawasan negara lain yang berbatasan dengan Indonesia.

    Maka Indonesia perlu bersinergi dengan kekuatan yang sama-sama mengutuk manuver yang mengancam kedaulatan Indonesia.

    Di samping ancaman kedaulatan, Indonesia selama ini juga sering mendapatkan serangan terorisme yang aktor intelektualnya justru berasal dari negara tetangga, oleh karena itu SCO sangat penting, karena juga bergerak dalam hal kerja sama counterterrorism.

    Sebagai kekuatan yang sedang berkembang dalam tatanan global multipolar saat ini, Indonesia sebagai negara bebas aktif dalam konstitusinya memerlukan akses ke berbagai forum multilateral.

    Langkah Indonesia bergabung dalam BRICS perlu diapresiasi meskipun hal tersebut mendapatkan berbagai tantangan dari negara-negara yang mensinyalir bahwa organisasi multilateral tersebut sebagai reaksi dari adanya ketegangan perang ekonomi global.

    Namun Indonesia perlu berhati-hati juga dalam menentukan bergabung atau tidaknya pada platform kerja sama internasional, seperti Belt and Road Initiative (BRI) yang dulunya dikenal juga dengan nama One Belt One Road (OBOR), yang cenderung tidak bersifat konsultatif maupun transparan.

    Bahkan perjanjian multilateral tersebut terkesan merupakan ambisi China untuk mencapai kepentingan hegemoniknya di Eurasia. Semua perjanjian BRI di kawasan tersebut mengamanatkan bahwa negara penerima harus mengalihkan kendali yang lebih besar atas aset tersebut ke Beijing jika mereka gagal membayar pinjaman. Kondisi pinjaman yang ketat telah menyebabkan banyak negara, termasuk Tajikistan, Republik Kirgistan, Iran, Rusia, dan Pakistan, masuk ke dalam “perangkap utang” China dalam BRI.

    Keterlibatan Indonesia dengan SCO dan platform multilateral lainnya harus dilihat berdasarkan kebijakan luar negeri proaktif pemerintah saat ini untuk menjaga ruang strategis Indonesia dalam konteks dan pertimbangan geopolitik dan geoekonomi yang berubah dengan cepat.

    Bergabungnya Indonesia dalam organisasi internasional akan memberi kesempatan untuk melindungi, mempromosikan, dan memproyeksikan kepentingan geostrategis dan geoekonomi Indonesia serta menjadikan platform untuk menegaskan kembali komitmen untuk menghidupkan kembali dan memperdalam ikatan peradaban, spiritual, dan budaya yang telah berusia berabad-abad dengan anggota kelompok negara lain.

    *) Irjen Pol Chaidir MSi MPP MHan adalah Tenaga Ahli Pengajar Lemhannas RI

    Copyright © ANTARA 2025

  • Menyikapi Perang Tarif Trump

    Menyikapi Perang Tarif Trump

    Jakarta

    Pada 2 April 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan penerapan tarif impor baru yang signifikan terhadap berbagai negara, termasuk Indonesia. Kebijakan ini menetapkan tarif sebesar 10% untuk semua barang impor, dengan tarif tambahan yang lebih tinggi bagi beberapa negara tertentu.

    Indonesia, sebagai salah satu mitra dagang AS, dikenakan tarif tambahan sebesar 32%. Langkah ini diambil dengan alasan untuk melindungi industri domestik AS dan mengurangi defisit perdagangan.

    Di balik tujuan untuk melindungi industri dalam negeri Amerika, ada efek domino yang bisa sampai ke kantong dan dapur masyarakat Indonesia. Apa sebenarnya yang sedang terjadi, dan bagaimana kita bisa menyikapinya?

    Apa Itu Perang Tarif?

    Bayangkan Anda jualan sepatu ke luar negeri, lalu tiba-tiba negara tujuan pembeli Anda menambah biaya masuk barang dari Indonesia. Akibatnya, harga sepatu Anda jadi mahal di sana dan orang-orang mulai enggan beli. Inilah yang disebut perang tarif.

    Dengan kata lain, perang tarif adalah kondisi ketika negara saling menaikkan biaya untuk barang-barang yang mereka impor dari satu sama lain. Barang dari luar negeri jadi lebih mahal, agar produk lokal lebih dipilih konsumen. Tapi, ketika negara besar seperti AS melakukannya ke banyak negara sekaligus, gelombangnya bisa sangat luas. Ekspor Indonesia ke AS, misalnya, bisa langsung terpengaruh.

    Dampak Mulai Terasa

    Beberapa sektor industri akan mengalami penurunan pesanan. Misalnya, di sektor tekstil dan alas kaki—dua komoditas unggulan ekspor ke AS—permintaan akan berkurang. Beberapa pabrik diprediksi akan mengurangi jam kerja atau merumahkan karyawan secara bergilir.

    Tidak Langsung Tetapi Tetap Terasa

    Efek lain yang mungkin tidak langsung terlihat adalah membanjirnya barang-barang dari negara lain ke Indonesia. Ketika produk dari China dan Vietnam makin sulit masuk ke AS, mereka mencari pasar alternatif—salah satunya ke negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ini bisa membuat persaingan di pasar dalam negeri makin ketat, terutama bagi pelaku usaha kecil.

    Bukan hanya sektor perdagangan, dunia investasi juga mulai cemas. Data BKPM menunjukkan bahwa realisasi investasi asing turun 6,2% pada kuartal pertama 2025. Investor cenderung bersikap “wait and see”, menunggu apakah situasi ini membaik atau justru makin rumit.

    Kalau ini terus berlangsung, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa melambat. Bank Dunia sudah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa turun dari 5,1% menjadi 4,5% di akhir 2025. Ini berarti lebih sedikit proyek, lebih sedikit lowongan kerja, dan lebih lambatnya perputaran uang di masyarakat.

    Bagaimana Menyikapinya?

    Pemerintah Indonesia menyadari bahwa ketegangan dagang global seperti ini perlu dihadapi dengan kepala dingin. Lewat diplomasi dagang dan kerja sama dengan negara-negara lain seperti India dan Uni Emirat Arab, Indonesia memperluas pasar ekspor agar tidak terlalu tergantung pada satu negara.

    Berbagai strategi juga sedang dijalankan, mulai dari dorongan untuk ekspor produk lokal, insentif bagi industri terdampak, hingga mempermudah akses pasar bagi pelaku usaha kecil dan menengah.

    Presiden Prabowo Subianto telah menginstruksikan Kabinet Merah Putih untuk melakukan langkah strategis, perbaikan struktural, dan kebijakan deregulasi yaitu penyederhanaan regulasi dan penghapusan regulasi yang menghambat, khususnya terkait dengan Non-Tariff Barrier, (4/4).

    Melalui Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri, Indonesia juga menempuh jalur diplomatik di WTO dan juga memperkuat negosiasi bilateral melalui ASEAN-US Dialogue.

    Dalam situasi global yang berubah-ubah seperti sekarang, tidak ada satu jawaban tunggal. Tapi banyak hal baik tetap bisa dilakukan bersama.

    Kita bisa mulai dengan saling mendukung—terutama terhadap produk-produk lokal. Ketika kita membeli barang buatan dalam negeri, kita ikut membantu menjaga kelangsungan usaha, lapangan kerja, dan roda ekonomi.

    Dan, yang tak kalah penting, menjaga solidaritas. Banyak inisiatif lokal, koperasi digital, dan gerakan komunitas yang saling membantu dalam kondisi sulit. Di tengah ketidakpastian global, solidaritas dan gotong royong adalah kekuatan besar yang dimiliki masyarakat Indonesia.

    Perang tarif mungkin terdengar seperti isu besar di panggung dunia. Tapi ternyata, dampaknya bisa menyentuh hal-hal yang dekat dengan kita: harga barang, pekerjaan, dan keberlangsungan usaha kecil di lingkungan kita.

    Namun, krisis tidak selalu berarti akhir. Dalam setiap ketidakpastian, selalu ada ruang untuk tumbuh dan beradaptasi. Ketika pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat saling memahami peran masing-masing, jalan keluar akan lebih mudah ditemukan. Kekuatan terbesar Indonesia adalah pada ketangguhan masyarakatnya.

    Dalam dunia yang terus berubah, bukan kekuatan atau ukuran yang menentukan, melainkan kesiapan untuk beradaptasi. Di tengah tantangan global, justru solidaritas lokal menjadi cahaya penuntun. Dari langkah-langkah sederhana di lingkungan kita—mendukung produk dalam negeri, berbagi keterampilan, hingga saling menguatkan—kita sedang menanamkan benih ketahanan jangka panjang.

    Ketika dunia dalam ketidakpastian, Indonesia tetap bergerak. Bukan karena kita terbebas dari tantangan, melainkan karena kita memilih untuk tidak berhenti. Perubahan besar selalu berawal dari langkah-langkah kecil yang kita lakukan bersama.

    Steph Subanidja dosen Institut Perbanas

    (mmu/mmu)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Tiba di Abu Dhabi, Prabowo Bersiap Bertemu Presiden MBZ

    Tiba di Abu Dhabi, Prabowo Bersiap Bertemu Presiden MBZ

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto tiba di Presidential Flight, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), pada Rabu (9/4/2025) sekitar pukul 06.30 waktu setempat. 

    Ketibaan Presiden Ke-8 RI itu disambut oleh Menteri Energi dan Infrastruktur UEA Suhail Mohamed Al Mazrouei, Duta Besar UEA untuk Indonesia Abdullah Salem AlDhaheri, Duta Besar Indonesia untuk UEA Husin Bagis, dan Atase Pertahanan KBRI Abu Dhabi Brigjen TNI Muhammad Irawadi.

    Selain itu, tampak pula pasukan jajar kehormatan yang turut menyambut dan mengiringi kedatangan Prabowo.

    Dari Presidential Flight, Presiden Prabowo bersama rombongan kemudian melanjutkan perjalanan menuju salah satu hotel di Abu Dhabi. 

    Di Abu Dhabi, Kepala Negara akan melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan. Pertemuan tersebut rencananya akan digelar di kediaman Presiden MBZ, Istana Qasr Al Shatie. 

    “Saya akan ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, untuk ketemu dengan Presiden Uni Emirat Arab, Yang Mulia Muhammad bin Zayed, dan untuk melakukan konsultasi, untuk tukar menukar pikiran tentang perkembangan geopolitik dan geoekonomi dunia saat sekarang,” ujar Prabowo di Bandara Halim Perdanakusuma, Rabu (9/4/2025).

    Sebelumnya, Prabowo beserta rombongan terbatas lepas landas dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma Jakarta, pada Rabu, 9 April 2025, sekitar pukul 01.05 WIB.

    Turut mendampingi Presiden Prabowo dalam kunjungan kali ini adalah Menteri Luar Negeri Sugiono dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya.