Negara: Uni Emirat Arab

  • Profesor Ini Kritik Keras Negara Muslim Soal Nasib Gaza & Afghanistan

    Profesor Ini Kritik Keras Negara Muslim Soal Nasib Gaza & Afghanistan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Seorang profesor mengkritik habis-habisan para negara muslim terkait krisis di Gaza dan Afghanistan. OKI yang merupakan kumpulan dari 57 negara mayoritas muslim juga dinilai banyak retorika namun sangat kurang dalam tindakan.

    Ini diungkapkan Profesor Emeritus Studi Timur Tengah dan Asia Tengah Universitas Nasional Australia, Amin Saikal dalam tulisannya yang dimuat di The Conversation tanggal 31 Juli 2025.

    “Dalam penanganan dua krisis terbesar saat ini di dunia Muslim, kehancuran Gaza dan kekuasaan kejam Taliban di Afghanistan, negara-negara Arab dan Muslim sangat tidak efektif,” jelas Saikal, dikutip Sabtu (2/8/2025).

    “Badan utama mereka, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), kuat dalam retorika namun kurang bertindak serius dan nyata,” dia menambahkan.

    Saikal yang juga Wakil Rektor Rekan Strategis Universitas Victoria mengatakan OKI sebenarnya diharapkan bisa bertindak sebagai badan perwakilan dan konsultatif. Selain itu juga membuat keputusan dan rekomendasi soal isu utama di dunia Muslim.

    Namun yang terjadi sebaliknya. OKI dianggap tak berbuat banyak saat serangan Israel kepada Gaza dan melawan pemerintahan Taliban di Afghanistan.

    Salah satu contoh ketidakberdayaan OKI pada serangan Gaza adalah tidak dapat membujuk negara tetangga Israel, khususnya Mesir dan Yordania agar dapat membuka perbatasan untuk masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    Selain itu juga tidak bisa memaksa berbagai negara, yakni Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko untuk menangguhkan hubungan dengan Israel. Dengan begitu Israel bisa menyetujui solusi dua negara.

    Seruan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dan pelapor khusus PBB untuk Palestina Franseca Albanese untuk menangguhkan Israel dari PBB juga tidak diadopsi oleh OKI.

    “Tidak bisa mendesak anggota Arabnya yang kaya minyak, khususnya Arab Saudi dan UEA untuk memanfaatkan sumber daya untuk mendorong Presiden AS Donald Trump menyetop pasokan senjata ke Israel dan menekan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengakhiri perang,” kata Saikal.

    Sementara untuk masalah Afghanistan, OKI juga dinilai tak berbuat banyak. Termasuk gagal menekan pada Taliban yang ultra-ektremis.

    Salah satunya terkait larangan Taliban untuk anak perempuan mendapatkan pendidikan. Pada Desember 2022, Sekretaris Jenderal OKI Hissein Brahim Taha pernah menyerukan penyatuan ulama Islam dan otoritas agama untuk melawan keputusan tersebut.

    Sayang seruan itu tak pernah jadi kenyataan dan dalam waktu sebulan keputusan OKI berubah drastis. Karena kelompok itu meminta komunitas internasional tidak ikut campur dalam urusan Afghanistan.

    Hingga kini tak ada negara Muslim yang mengakui pemerintahan Taliban. Namun mereka, dan juga OKI tak mengambil tindakan apapun untuk kelompok tersebut.

    “Sebagian besar anggota OKI terlibat dengan Taliban untuk tingkat politik, ekonomi, keuangan dan perdagangan,” tegasnya.

    Dalam tulisan tersebut, Saikal mengatakan beberapa alasan OKI tak efektif dalam dua krisis itu. Salah satunya negara-negara anggota belum menjadi pembangun jembatan untuk mengembangkan strategi terkait tujuan dan tindakan saat mengatasi perbedaan geopolitik dan sektarian.

    OKI juga dinilai hanya sebagai ajang diskusi. Mengingat saat ini terjadi persaingan antar negara anggota, juga dengan wilayah lain di AS dan China.

    “Sudah saatnya melihat fungsi OKI dan menentukan caranya lebih efektif dalam menyatukan umat,” tutur Saikal.

    (dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • India Tetap Beli Minyak Rusia Meski Diancam Trump

    India Tetap Beli Minyak Rusia Meski Diancam Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – India akan tetap membeli minyak dari Rusia meski Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi.

    Melansir Reuters, Sabtu (2/8/2025), sikap India tersebut disampaikan oleh dua pejabat pemerintah India yang enggan disebutkan namanya.

    “Ini adalah kontrak minyak jangka panjang,” kata salah satu sumber. “Tidak semudah itu untuk menghentikan pembelian secara tiba-tiba.”

    Bulan lalu, dalam posting di Truth Social, Trump mengindikasikan bahwa India akan menghadapi sanksi tambahan atas pembelian senjata dan minyak Rusia. Pada Jumat, Trump mengatakan kepada wartawan bahwa dia mendengar India tidak akan lagi membeli minyak dari Rusia.

    The New York Times pada Sabtu memberitakan bahwa dua pejabat India senior yang tidak disebutkan namanya, mengatakan tidak ada perubahan dalam kebijakan pemerintah India. Salah satu pejabat mengatakan bahwa pemerintah tidak memberikan arahan kepada perusahaan minyak India untuk mengurangi impor dari Rusia.

    Pekan ini, Reuters melaporkan bahwa perusahaan pengolah minyak milik negara India menghentikan pembelian minyak Rusia dalam sepekan terakhir setelah diskon menyempit pada Juli.

    “Dalam hal kebutuhan pasokan energi kami … kami melihat apa yang tersedia di pasar, apa yang ditawarkan, dan juga situasi atau kondisi global yang berlaku,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri India Randhir Jaiswal kepada wartawan selama briefing rutin pada Jumat.

    Jaiswal menambahkan bahwa India memiliki kemitraan yang stabil dan teruji waktu dengan Rusia, dan bahwa hubungan New Delhi dengan berbagai negara didasarkan pada nilai-nilai masing-masing dan tidak boleh dilihat melalui kacamata negara ketiga.

    Pemerintah AS tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait hal tersebut.

    Perusahaan pengolahan minyak India mulai mengurangi impor minyak mentah Rusia karena diskon menyusut ke level terendah sejak 2022, saat sanksi Barat pertama kali diberlakukan terhadap Rusia, akibat penurunan ekspor Rusia dan permintaan yang stabil, menurut sumber yang dikutip awal pekan ini.

    Perusahaan pengolahan minyak negara India – Indian Oil Corp, Hindustan Petroleum Corp, Bharat Petroleum Corp, dan Mangalore Refinery Petrochemical Ltd,- tidak mencari pasokan minyak mentah Rusia dalam seminggu terakhir, kata empat sumber yang familiar dengan rencana pembelian perusahaan pengolah minyak kepada Reuters.

    Pada 14 Juli 2025, Trump mengancam akan memberlakukan tarif 100% terhadap negara-negara yang membeli minyak Rusia kecuali Rusia mencapai kesepakatan damai besar dengan Ukraina. Rusia merupakan pemasok utama minyak ke India.

    Rusia tetap menjadi pemasok minyak terbesar ke India selama 6 bulan pertama tahun 2025, menyumbang sekitar 35% dari total pasokan minyak India, diikuti oleh Irak, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

    India, sebagai importir dan konsumen minyak terbesar ketiga di dunia, menerima sekitar 1,75 juta barel per hari minyak Rusia pada Januari-Juni 2025, naik 1% dibandingkan tahun lalu, menurut data yang diberikan kepada Reuters oleh sumber-sumber.

    Nayara Energy, pembeli utama minyak Rusia, baru-baru ini dikenai sanksi oleh Uni Eropa karena kilang tersebut mayoritas sahamnya dimiliki oleh raksasa migas Rusia, Rosneft.

  • Gokil! RI Impor Air Mineral Mahal Sampai Es-Salju, Ini Negara Asalnya

    Gokil! RI Impor Air Mineral Mahal Sampai Es-Salju, Ini Negara Asalnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Impor air mineral dan es ke Indonesia tercatat mengalami peningkatan tajam selama Januari hingga Mei 2025. Pengirimannya berasal dari sejumlah negara, mulai dari Perancis hingga Jepang.

    Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, nilai impor air mineral (HS 22011010) mencapai US$1,74 juta. Jumlah itu naik 148,48% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara volume impor juga mengalami kenaikan, yakni mencapai 125,85% atau menjadi 1.707 ton.

    Sejumlah negara yang menjadi pemasok terbesar adalah Perancis (826 ton), Fiji (340 ton), Italia (320 ton), dan Jepang (41 ton). Arab Saudi yang dikenal sebagai negara gurun juga masuk jadi salah satu eksportir dengan besaran 24,4 ton dan naik 268% per tahunnya.

    Impor produk es dan salju (HS 22019010) juga mengalami peningkatan. Kenaikannya mencapai 709% dari sisi volume dan nilai 532%, yakni impor sebanyak 367 ton es dengan nilai US$263.300. Bahrain jadi negara pengekspor terbesar, mencapai 213 ton. Adapula Arab Saudi (105 ton) dan Uni Emirat Arab (24,7 ton).

    Fenomena ini terjadi salah satunya karena segmen pasar dan kualitas produk yang masuk ke Indonesia. Alinea melaporkan air mineral impor umumnya kategori premium, misalnya dari Pegunungan Alpen di Perancis dan Italia atau air vulkanik dari Fiji.

    Air mineral itu jadi pilihan di restoran bintang lima, hotel internasional dan layanan katering penerbangan atau diplomatik.

    Sementara Arab Saudi memiliki produk unggulan seperti Zamzam Water. Sejumlah air mineral lain juga berasal dari pengeboran dalam dan pengolahan khusus di Taif dan Mekah.

    Untuk es dari Bahrain dan UEA digunakan untuk industri makanan dan minuman kelas atas. Khususnya pada ekspor ulang produk olahan laut, penyimpanan spesifik kedutaan dan acara internasional.

    Naiknya impor ini juga dampak dari peningkatan hubungan dagang bilateral. Salah satunya Indonesia dan Arab Saudi menandatangani kesepakatan senilai US$27 miliar dalam bidang sektor logistik, pangan hingga hospitality pada Juli 2025 lalu.

    Jalur logistik langsung dari Jeddah dan Manama ke pelabuhan besar di Indonesia yang telah terbuka juga membuat distribusi barang non primer seperti air dan es lebih cepat. Biaya logistik kian efisien, membuat restoran atau hotel premium bisa mendatangkan produk luar negeri dengan harga terjangkau.

    (dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Israel Perintahkan Diplomatnya Tinggalkan Uni Emirat Arab, Ada Apa?

    Israel Perintahkan Diplomatnya Tinggalkan Uni Emirat Arab, Ada Apa?

    Abu Dhabi

    Pemerintah Israel memerintahkan sebagian besar diplomatnya untuk segera meninggalkan wilayah Uni Emirat Arab. Perintah itu dirilis setelah Dewan Keamanan Nasional Israel memperketat peringatan perjalanan untuk setiap warga Israel yang ada di negara Teluk tersebut.

    Perintah evakuasi tersebut, seperti dilansir Anadolu Agency dan Reuters, Jumat (1/8/2025), dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Israel dengan menyebut potensi ancaman keamanan sebagai alasannya. Media-media lokal Israel melaporkan dirilisnya perintah itu dalam laporan pada Kamis (31/7) tengah malam.

    Sejauh ini belum ada pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri Israel soal perintah evakuasi tersebut.

    Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa perintah evakuasi semacam itu berlaku bagi para diplomat dan staf di Kedutaan Besar Israel di Abu Dhabi dan di Konsulat Israel di Dubai. Perintah serupa juga diberlakukan untuk keluarga para diplomat Israel yang ada di negara tersebut.

    “Perintah yang tidak biasa ini dikaitkan dengan kemungkinan ancaman yang kredibel,” sebut Yedioth Ahronoth dalam laporannya.

    Kementerian Luar Negeri Israel menolak untuk mengomentari laporan media tersebut.

    “Kami tidak mengomentari instruksi keamanan yang diberikan kepada para pegawai kami,” jelas Kementerian Luar Negeri Israel.

    Terlepas dari hal tersebut, perintah evakuasi tersebut dirilis setelah Dewan Keamanan Nasional Israel memperketat peringatan perjalanan untuk wilayah Uni Emirat Arab. Peringatan perjalanan itu ditujukan bagi setiap warga negara Israel yang tinggal di negara tersebut.

    Dalam perintahnya, Dewan Keamanan Nasional menyinggung juga soal Iran dan kelompok proxy-nya seperti Hamas dan Hizbullah, yang dituduh meningkatkan upaya-upaya untuk membahayakan warga Israel di mana pun.

    “Kami menekankan peringatan perjalanan ini mengingat pemahaman kami bahwa organisasi-organisasi teroris (Iran, Hamas, Hizbullah, dan Jihad Global) sedang meningkatkan upaya-upaya mereka untuk membahayakan Israel,” sebut Dewan Keamanan Nasional Israel dalam pernyataannya.

    Dewan Keamanan Nasional juga memperingatkan kemungkinan adanya upaya-upaya menargetkan warga Israel dan Yahudi yang ada di Uni Emirat Arab, terutama pada saat hari raya Yahudi dan Shabbat.

    Komunitas warga Israel dan Yahudi di Uni Emirat Arab semakin bertambah jumlahnya sejak tahun 2020, ketika Uni Emirat Arab menjadi negara Arab paling terkemuka, dalam 30 tahun terakhir, yang menjalin hubungan formal dengan Israel di bawah Abraham Accords yang ditengahi oleh Amerika Serikat (AS).

    Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab belum memberikan tanggapan langsung atas laporan tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Kisah Munira Abdulla Bangkit dari Koma 27 Tahun, Keajaiban Medis di Dunia Nyata

    Kisah Munira Abdulla Bangkit dari Koma 27 Tahun, Keajaiban Medis di Dunia Nyata

    Jakarta

    Seorang wanita di Uni Emirat Arab (UEA), Munira Abdulla mengalami koma setelah kecelakaan lalu lintas. Dia baru sadar setelah ‘tertidur’ selama 27 tahun.

    Dikutip dari laman BBC, Munira mengalami cedera otak parah setelah mobil yang ditumpanginya bertabrakan dengan bus. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1991.

    Anaknya yang bernama Omar Webair saat itu baru berusia empat tahun. Dia yang duduk di kursi belakang bersama ibunya hanya menderita memar di kepala.

    “Ibu saya duduk bersama saya di kursi belakang. Ketika ia melihat tabrakan itu akan terjadi, ia memeluk saya untuk melindungi saya dari benturan,” kata Omar

    Setelah kecelakaan tersebut, Munira yang mengalami luka serius tidak mendapat perawatan selama berjam-jam. Dia dibawa ke rumah sakit dan dipindahkan ke London. Di sana Munira dinyatakan tidak responsif, tapi bisa merasakan sakit.

    Dia kemudian dikembalikan ke kota Al Ain d UEA yang berbatasan dengan Oman, tempatnya tinggal. Dia dipindahkan ke berbagai fasilitas medis, sesuai dengan persyaratan asuransi.

    Selama beberapa tahun, Munira diberi makan melalui selang. Dia menjalani fisioterapi untuk memastikan otot-ototnya tidak melemah karena kurangnya gerakan.

    Pada tahun 2017, Munira dipindahkan ke Jerman. Dia menjalani sejumlah operasi untuk memperbaiki otot lengan dan kakinya. Dia juga diberi obat untuk memperbaiki kondisinya.

    Bangun dari Koma

    Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 2018, Omar terlibat pertengkaran di rumah sakit karena kesalahpahaman. Tak lama kemudian, ibunya terbangun dari koma.

    “Terjadi kesalahpahaman di kamar rumah sakit dan dia merasa saya dalam bahaya, yang membuatnya terkejut,” kata Omar.

    “Dia mengeluarkan suara-suara aneh dan saya terus memanggil dokter untuk memeriksanya, mereka mengatakan semuanya normal.

    Tiga hari kemudian, Omar terbangun karena Munira memanggil namanya. Nama Omar adalah yang pertama kali diucapkan setelah dirinya koma bertahun-tahun.

    “Itu dia! Dia memanggil namaku, aku melayang kegirangan; selama bertahun-tahun aku memimpikan momen ini, dan namaku adalah kata pertama yang diucapkannya,” kata Omar.

    Munira kemudian menjadi lebih responsif dan bisa merasakan sakit dan melakukan beberapa percakapan. Dia kembali ke Abu Dhabi untuk menjalani fisioterapi dan rehabilitasi lebih lanjut, terutama untuk memperbaiki postur tubuhnya saat duduk dan mencegah otot berkontraksi.

    (elk/kna)

  • Inggris dan AS Impor Ustad dari Indonesia untuk Ajarkan Islam Nusantara

    Inggris dan AS Impor Ustad dari Indonesia untuk Ajarkan Islam Nusantara

    GELORA.CO –  Pemahaman Islam di Indonesia yang mengusung semangat perdamaian atau rahmatan lil alamin di lirik internasional. Misalnya, Amerika Serikat (AS) dan Inggris mengimpor ustad atau guru ngaji dari Indonesia. Mereka bertugas untuk mengajari imam-imam di kedua negara itu. 

    Informasi tersebut disampaikan Menteri Agama Nasaruddin Umar saat menghadiri Halaqah Musyawarah Kerja Nasional dan Pelantikan Pengurus Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) di Jakarta (30/7). Dia mengatakan pemahaman atau nafas Islam di Indonesia kompatibel dengan negara-negara lain. Termasuk negara dengan umat Islam yang minoritas. 

    “United Kingdom (UK) meminta training imam dari Indonesia,” katanya. Permintaan itu disampaikan pemerintah Inggris saat kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke sana beberapa waktu lalu. Indonesia menyanggupi itu, dengan mengirim ustadz, imam, atau mubaligh untuk menjadi mentor imam-imam di Inggris Raya. 

    Begitu pula dengan di AS. Nasaruddin mengatakan ada permintaan serupa. Dengan jumlah penduduk Islam yang terus bertambah di negara super power itu, jumlah imam ikut bertambah. Pemerintah AS juga meminta pengiriman ustad atau ulama untuk mengajari agama imam-imam di sana. 

    Seperti diketahui populasi Islam di Inggris Raya, AS, dan sejumlah negara barat mengalami lonjakan signifikan. Sehingga jumlah imam atau pemuka agama di sana ikut meningkat. Begitupun dengan keberadaan masjid, juga semakin banyak. 

    Imam Besar Masjid Istiqlal itu mengatakan, kualitas Islam Indonesia yang begitu ramah dan toleran, tidak hanya diakui negara-negara barat. Di negara Timur Tengah juga mengakui semangat Islam di Indonesia sangat positif. 

    Nasaruddin mengatakan Qatar dan Uni Emirat Arab meminta Indonesia mengirimkan imam ke sana. Bahkan jumlahnya cukup besar, mencapai sekitar 250 orang. “Kenapa mereka tidak meminta imam-imam dari Mesir atau Turki. Tetapi memilih dari Indonesia,” jelas mantan Wakil Menteri Agama itu. Dia menegaskan kondisi itu mencerminkan bahwa Islam di Indonesia cocok dengan budaya manapun. Baik itu di barat yang cenderung sekuler maupun di Timue Tengah. 

    Menurut Nasaruddin Islam di Indonesia mempunyai ciri khas yang berbeda dibandingkan dengan Islam di Timur Tengah. Indonesia sebagai negara maritim atau kepulauan, mempunyai budaya yang ramah. Sehingga ketika Islam hadir di Indonesia, maka menghasilkan semangat beragama yang ramah. 

    Berbeda saat Islam berada di negara kontinental. Budayanya cukup keras. “Oleh karena itu, Nabi-Nabi diturunkan di negara-negara kontinental. Kalau di Indonesia (sebagai negara maritim) tidak perlu nabi, cukup ustad,” jelas Kamaruddin disambut riuh undangan yang hadir. 

    Dia berpesan kepada anggota ISNU yang merupakan komunitas akademisi, untuk memperkuat pendidikan di Indonesia. Khususnya pendidikan agama Islam atau Islam Studies. Nasaruddin menegaskan saat ini sudah tidak nyaman belajar agama Islam di negara-negara Timur Tengah. Karena banyak perang. Sebaliknya belajar Islam Studies di Indonesia, pelajar dari penjuru dunia akan merasakan ketenangan.

    Dalam kesempatan yang sama Ketua Umum ISNU Kamaruddin Amin menegaskan siap berkolaborasi dengan pemerintah. Khususnya di layanan pendidikan. Diantara yang dia soroti adalah angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di Indonesia yang masih sekitar 40 persen. Padahal untuk jadi negara maju, APK pendidikan tinggi minimal 60 persen. 

  • Inggris dan AS Impor Ustad dari Indonesia untuk Ajarkan Islam Nusantara

    Inggris dan AS Impor Ustad dari Indonesia untuk Ajarkan Islam Nusantara

    GELORA.CO –  Pemahaman Islam di Indonesia yang mengusung semangat perdamaian atau rahmatan lil alamin di lirik internasional. Misalnya, Amerika Serikat (AS) dan Inggris mengimpor ustad atau guru ngaji dari Indonesia. Mereka bertugas untuk mengajari imam-imam di kedua negara itu. 

    Informasi tersebut disampaikan Menteri Agama Nasaruddin Umar saat menghadiri Halaqah Musyawarah Kerja Nasional dan Pelantikan Pengurus Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) di Jakarta (30/7). Dia mengatakan pemahaman atau nafas Islam di Indonesia kompatibel dengan negara-negara lain. Termasuk negara dengan umat Islam yang minoritas. 

    “United Kingdom (UK) meminta training imam dari Indonesia,” katanya. Permintaan itu disampaikan pemerintah Inggris saat kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke sana beberapa waktu lalu. Indonesia menyanggupi itu, dengan mengirim ustadz, imam, atau mubaligh untuk menjadi mentor imam-imam di Inggris Raya. 

    Begitu pula dengan di AS. Nasaruddin mengatakan ada permintaan serupa. Dengan jumlah penduduk Islam yang terus bertambah di negara super power itu, jumlah imam ikut bertambah. Pemerintah AS juga meminta pengiriman ustad atau ulama untuk mengajari agama imam-imam di sana. 

    Seperti diketahui populasi Islam di Inggris Raya, AS, dan sejumlah negara barat mengalami lonjakan signifikan. Sehingga jumlah imam atau pemuka agama di sana ikut meningkat. Begitupun dengan keberadaan masjid, juga semakin banyak. 

    Imam Besar Masjid Istiqlal itu mengatakan, kualitas Islam Indonesia yang begitu ramah dan toleran, tidak hanya diakui negara-negara barat. Di negara Timur Tengah juga mengakui semangat Islam di Indonesia sangat positif. 

    Nasaruddin mengatakan Qatar dan Uni Emirat Arab meminta Indonesia mengirimkan imam ke sana. Bahkan jumlahnya cukup besar, mencapai sekitar 250 orang. “Kenapa mereka tidak meminta imam-imam dari Mesir atau Turki. Tetapi memilih dari Indonesia,” jelas mantan Wakil Menteri Agama itu. Dia menegaskan kondisi itu mencerminkan bahwa Islam di Indonesia cocok dengan budaya manapun. Baik itu di barat yang cenderung sekuler maupun di Timue Tengah. 

    Menurut Nasaruddin Islam di Indonesia mempunyai ciri khas yang berbeda dibandingkan dengan Islam di Timur Tengah. Indonesia sebagai negara maritim atau kepulauan, mempunyai budaya yang ramah. Sehingga ketika Islam hadir di Indonesia, maka menghasilkan semangat beragama yang ramah. 

    Berbeda saat Islam berada di negara kontinental. Budayanya cukup keras. “Oleh karena itu, Nabi-Nabi diturunkan di negara-negara kontinental. Kalau di Indonesia (sebagai negara maritim) tidak perlu nabi, cukup ustad,” jelas Kamaruddin disambut riuh undangan yang hadir. 

    Dia berpesan kepada anggota ISNU yang merupakan komunitas akademisi, untuk memperkuat pendidikan di Indonesia. Khususnya pendidikan agama Islam atau Islam Studies. Nasaruddin menegaskan saat ini sudah tidak nyaman belajar agama Islam di negara-negara Timur Tengah. Karena banyak perang. Sebaliknya belajar Islam Studies di Indonesia, pelajar dari penjuru dunia akan merasakan ketenangan.

    Dalam kesempatan yang sama Ketua Umum ISNU Kamaruddin Amin menegaskan siap berkolaborasi dengan pemerintah. Khususnya di layanan pendidikan. Diantara yang dia soroti adalah angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di Indonesia yang masih sekitar 40 persen. Padahal untuk jadi negara maju, APK pendidikan tinggi minimal 60 persen. 

  • Indonesia Resmi Borong 48 Jet Tempur Siluman KAAN dari Turki, Disebut Bisa Saingi F-35

    Indonesia Resmi Borong 48 Jet Tempur Siluman KAAN dari Turki, Disebut Bisa Saingi F-35

    GELORA.CO – Langkah mengejutkan datang dari sektor pertahanan udara Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) resmi menandatangani kontrak pembelian 48 unit jet tempur siluman generasi kelima KAAN buatan Turkish Aerospace Industries (TAI).

    Tak tanggung-tanggung, kontrak ini bernilai fantastis, mencapai sekitar USD 10 miliar, dan menjadikan Indonesia sebagai pembeli internasional pertama jet tempur canggih tersebut.

    Penandatanganan dilakukan pada 26 Juli 2025 dalam gelaran pameran pertahanan IDEF 2025 di Istanbul, Turki. Proses ini menandai peningkatan level kerja sama yang sebelumnya hanya sebatas Nota Kesepahaman (MoU) pada Indo Defence 2024.

    Lalu, sebenarnya sehebat apa KAAN ini sampai Indonesia berani mengucurkan dana jumbo, bahkan ketika jet tempur ini belum masuk produksi massal? Berikut ulasan mendalamnya:

    1. Dirancang Jadi Jet Tempur Siluman Generasi Kelima

    Jet tempur KAAN (dahulu dikenal sebagai TF-X) adalah proyek ambisius Turki untuk menciptakan pesawat tempur generasi kelima yang mampu menggantikan F-16 milik mereka sendiri. KAAN dirancang memiliki kemampuan siluman (stealth), kecepatan supersonik, internal weapon bay, dan avionik canggih berbasis artificial intelligence (AI).

    Menurut Army Recognition, KAAN memiliki bentuk tubuh yang sangat ramping dengan sayap delta dan canard untuk manuver tinggi. Sistem saluran udara S-duct dan material penyerap radar digunakan untuk mengurangi jejak radar pesawat.

    2. Spesifikasi Performa Tembus Mach 1,8

    Masih dari sumber yang sama, KAAN mampu mencapai kecepatan maksimum Mach 1,8 dan beroperasi hingga ketinggian 55.000 kaki. Jarak tempur efektifnya diperkirakan mencapai 1.100 kilometer. Pada tahap awal, pesawat ini menggunakan mesin General Electric F110-GE-129, mesin serupa yang digunakan pada F-16 dan F-15.

    Namun, Turki juga tengah mengembangkan mesin lokal bernama TEI TF35000 yang ditargetkan mulai diuji pada 2026 dan diintegrasikan penuh pada tahun 2032. Seperti dikutip dari Breaking Defense, mesin ini dirancang agar KAAN bisa sepenuhnya mandiri dari pasokan luar negeri.

    3. Dilengkapi Radar AESA dan AI di Kokpit

    Di sektor avionik, KAAN akan membawa radar AESA MURAD buatan ASELSAN, sistem IRST (Infrared Search and Track), serta sensor Distributed Aperture System (DAS) seperti yang digunakan pada F-35. Semua sistem ini akan didukung AI untuk membantu pilot dalam mengambil keputusan cepat di medan pertempuran.

    “TAI bekerja sama dengan banyak perusahaan lokal untuk menciptakan solusi avionik terpadu yang membuat pesawat ini benar-benar sesuai dengan standar generasi kelima,” tulis Army Recognition dalam laporan teknisnya.

    4. Indonesia Jadi Pembeli Pertama di Dunia

    Mengutip laporan Aviation Week, kontrak pembelian antara Indonesia dan Turki mencakup pengiriman 48 unit jet KAAN selama 10 tahun ke depan. Selain itu, ada komitmen alih teknologi, kerja sama produksi, dan integrasi industri antara TAI dan mitra dari Indonesia.

    Disebutkan bahwa PT Dirgantara Indonesia dan PT Republik Armorindo Defense akan berperan dalam proses fabrikasi komponen, integrasi sistem, hingga pelatihan teknis.

    Keputusan Indonesia membeli jet ini meski masih dalam fase prototipe, disebut sebagai bentuk “early mover advantage” untuk mendapatkan akses strategis ke teknologi pesawat tempur masa depan.

    5. Pengembangan Masih Jalan, Tapi Turki Sangat Ambisius

    KAAN melakukan penerbangan perdana pada 21 Februari 2024 dan uji terbang kedua pada 6 Mei 2024. Prototipe ketiga dan keempat saat ini sedang dalam proses penyempurnaan. TAI bahkan menargetkan dapat mengirimkan 20 unit KAAN ke Angkatan Udara Turki mulai 2028, lalu meningkatkan produksinya menjadi dua unit per bulan mulai 2029.

    Menurut Anadolu Agency, Turki tengah memesan enam prototipe KAAN untuk mempercepat proses sertifikasi dan pengujian operasional. Langkah ini mencerminkan keseriusan Turki dalam mengukuhkan posisi sebagai negara produsen jet tempur generasi kelima di luar AS, Rusia, dan China.

    6. Bisa Saingi F-35? Masih Panjang, Tapi Penuh Potensi

    KAAN sering disebut sebagai “jawaban Turki terhadap F-35”. Tapi menurut analis pertahanan dalam laporan Modern Diplomacy, KAAN belum tentu bisa langsung bersaing secara setara karena beberapa fitur siluman dan sistem sensor-nya masih perlu pengujian menyeluruh. Namun, jika roadmap teknologi Turki berhasil dijalankan, KAAN bisa jadi pesaing kuat di pasar jet tempur ekspor masa depan.

    7. Negara Lain yang Mengincar

    Selain Indonesia, sejumlah negara disebut berminat pada KAAN. Business Insider melaporkan bahwa Pakistan, Azerbaijan, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi menunjukkan minat untuk ikut serta dalam program ekspor KAAN.

    Bagi Indonesia, menjadi pembeli pertama berarti membuka peluang kerja sama strategis jangka panjang dan akses ke teknologi militer generasi baru.

    KAAN Janjikan Kemampuan Siluman

    Pembelian KAAN oleh Indonesia adalah langkah besar dan berani. Meski masih dalam tahap pengembangan, KAAN menjanjikan spesifikasi tinggi dan kemampuan siluman yang mumpuni. Kolaborasi ini tidak hanya memperkuat armada tempur Indonesia di masa depan, tetapi juga membuka pintu bagi transformasi industri pertahanan dalam negeri melalui alih teknologi dan produksi bersama.

  • Akal-akalan Israel Tak Ada Kelaparan di Gaza Tak Masuk Akal

    Akal-akalan Israel Tak Ada Kelaparan di Gaza Tak Masuk Akal

    Gaza City

    Kelaparan hebat terjadi di Jalur Gaza, Palestina yang terus dibombardir oleh Israel. Namun, Israel membuat klaim tak masuk akal soal tak ada kelaparan di Gaza.

    Dilansir AFP, situasi krisis di Jalur Gaza semakin memprihatinkan, dengan badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam beberapa pekan terakhir memperingatkan akan terjadinya kelaparan yang mengancam jiwa seiring menipisnya pasokan bantuan.

    Tekanan internasional juga semakin meningkat untuk gencatan senjata guna memungkinkan operasi penyaluran bantuan secara besar-besaran.

    Namun pemerintah Israel, di bawah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu, dengan tegas membantah tuduhan bahwa mereka menggunakan kelaparan sebagai senjata perang.

    Sementara itu, dilansir BBC pada Senin (28/7), menyebut kondisi saat ini sebagai “masa paling berat yang pernah saya alami sejak lahir. Ini adalah krisis dahsyat yang penuh penderitaan dan kondisi penuh kekurangan.”

    Pakar ketahanan pangan global belum mengklasifikasikan situasi di Gaza sebagai bencana kelaparan, tapi badan-badan di bawah PBB telah memperingatkan bahwa situasi kelaparan massal akibat perbuatan manusia tengah berlangsung di wilayah tersebut. Israel membantah atas kesalahan kontrol pangan berlebihan terhadap wilayah Palestina.

    Mereka–identitas para jurnalis disenyumbinyakan atas alasan keselamatan–menuturkan, kondisi paling menyakitkan saat ini adalah ketidakmampuan mereka memberi makan orang-orang terdekat, terutama anak kecil dan kelompok rentan.

    “Anak saya yang mengidap autisme tidak menyadari situasi yang tengah terjadi. Dia tidak bisa bicara dan tidak paham bahwa kami sedang terjebak di tengah peperangan,” ujar salah seorang juru kamera di Gaza yang memiliki empat anak.

    “Hari-hari belakangan dia sangat kelaparan, bahkan sampai memukul-mukul perutnya untuk mengisyaratkan bahwa dia ingin makan.”

    Jurnalis muda yang bertugas di Gaza selatan mengisahkan bahwa dia merupakan tulang punggung keluarga yang harus menghidupi orang tua dan saudaranya. “Saya terus memikirkan cara mendapatkan makanan untuk keluarga,” ujarnya.

    Israel Klaim Kirim Bantuan

    Israel mengatakan pihaknya telah mengirimkan bantuan melalui udara ke Jalur Gaza usai menghadapi kecaman internasional atas krisis kelaparan yang semakin dalam di wilayah Palestina. Israel juga akan membuka koridor kemanusiaan buntut kecaman tersebut.

    Dilansir AFP, Minggu (27/7/2025), sebelumnya Israel memberlakukan blokade total terhadap Gaza pada 2 Maret setelah perundingan gencatan senjata gagal. Pada akhir Mei, Israel mulai mengizinkan sedikit bantuan untuk dilanjutkan.

    Sebelum Israel mengumumkan pengiriman tujuh paket bantuan, Uni Emirat Arab telah mengatakan akan memulai kembali pengiriman bantuan dan Inggris mengatakan akan bekerja sama dengan mitra termasuk Yordania untuk membantu mereka.

    Keputusan untuk melonggarkan aliran bantuan muncul ketika badan pertahanan sipil Palestina mengatakan lebih dari 50 warga Palestina tewas dalam serangan dan penembakan Israel, beberapa di antaranya saat mereka menunggu di dekat pusat distribusi bantuan.

    “Ini akan memperbaiki situasi kemanusiaan, dan membantah “klaim palsu tentang kelaparan yang disengaja di Jalur Gaza”, tambahnya.

    PM Australia Heran dengan Klaim Israel

    Dilansir ABC Australia, Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, menyatakan heran atas klaim Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang mengatakan “tidak ada kelaparan di Gaza.”

    Kepada anggota parlemen Partai Buruh yang dipimimpinnya, PM Albanese mengatakan pernyataan tersebut “tidak masuk akal.”

    Albanese melontarkan komentar tersebut menanggapi pertanyaan dari seorang anggota parlemen dari Partai Buruh tentang kapan Australia akan mengakui kenegaraan Palestina.

    PM Albanese sepertinya secara langsung mengkritik PM Netanyahu, yang mengunggah sebuah video ke X dengan mengatakan “tidak ada kelaparan di Gaza, tidak ada kebijakan kelaparan di Gaza.”

    PM Australia Heran dengan Pernyataan Israel yang Menyangkal Tidak Ada Kelaparan di Gaza (Foto: ABC Australia)

    Pernyataan tersebut juga pernah diucapkan oleh Wakil Duta Besar Israel untuk Australia, Amir Meron.

    “Klaim bahwa tidak ada kelaparan di Gaza tidak masuk akal,” kata PM Albanese kepada anggota Partai Buruh, menurut seorang juru bicara.

    Ia kemudian menjelaskan prasyarat Australia untuk mengakui Palestina, salah satunya “reformasi demokratis” di wilayah tersebut.

    Tapi ia mengindikasikan adanya hambatan yang bukannya tidak dapat diatasi, merujuk pada kutipan terkenal dari Nelson Mandela yang mengatakan “segalanya selalu tampak mustahil sampai terwujud.”

    Pemimpin Oposisi di Australia, Sussan Ley dari Partai Liberal, mengatakan ia “sangat terpukul melihat gambar-gambar” yang muncul dari Gaza, tetapi menolak mengatakan apakah menurutnya kelaparan sedang terjadi.

    “Ini adalah situasi yang kompleks di lapangan … saya senang melihat bantuan mengalir lebih jauh dan lebih baik,” ujarnya kepada para wartawan di Canberra.

    Belanda Bakal Panggil Dubes Israel

    Pemerintah Belanda mengatakan pihaknya akan memanggil Duta Besar (Dubes) Israel yang bertugas di wilayahnya. Pemanggilan itu dimaksudkan untuk menyampaikan kecaman terhadap situasi yang “tak tertahankan” di wilayah Jalur Gaza, yang terus dilanda perang.

    Rencana pemanggilan itu, seperti dilansir Reuters, Selasa (29/7/2025), diumumkan melalui sebuah surat pernyataan yang dirilis oleh pemerintah Belanda pada Senin (28/7) tengah malam waktu setempat.

    Disebutkan pemerintah Belanda dalam pernyataannya bahwa Duta Besar Israel akan dipanggil untuk mendengarkan kecaman terhadap situasi yang “tak tertahankan dan tak dapat dimaafkan” di wilayah Jalur Gaza, yang diselimuti perang antara Israel dan Hamas selama 21 bulan terakhir.

    Pemerintah Belanda, dalam pengumumannya, juga mengatakan akan memberlakukan larangan perjalanan terhadap dua menteri kontroversial Israel, yakni Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir, dan Menteri Keuangan, Bezalel Smotrich.

    Kedua menteri dalam kabinet pemerintah Israel, yang beraliran sayap kanan itu, tidak akan lagi diizinkan memasuki wilayah Belanda.

    Otoritas Belanda menuduh Ben-Gvir dan Smotrich telah berulang kali memicu kekerasan terhadap warga Palestina dan menyerukan “pembersihan etnis” di wilayah Jalur Gaza.

    Keputusan Belanda ini menyusul langkah serupa yang diambil terlebih dahulu oleh beberapa negara lainnya, seperti Inggris, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan Norwegia, bulan lalu.

    Halaman 2 dari 4

    (rdp/rdp)

  • WFP Desak Israel Segera Beri Persetujuan Bagi Truk Bantuan Kemanusiaan Masuki Gaza

    WFP Desak Israel Segera Beri Persetujuan Bagi Truk Bantuan Kemanusiaan Masuki Gaza

    JAKARTA – Badan bantuan pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa membutuhkan persetujuan segera dari Israel agar truk-truknya dapat memasuki Gaza jika ingin memanfaatkan jeda kemanusiaan yang direncanakan Israel dalam pertempuran, ujar seorang pejabat senior Program Pangan Dunia (WFP) pada Hari Minggu.

    Menghadapi kecaman global yang semakin meningkat seiring dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kelaparan massal telah melanda Gaza, Israel kemarin mengatakan mereka akan menghentikan operasi militer selama 10 jam setiap harinya di beberapa bagian wilayah kantong tersebut dan mengizinkan koridor bantuan baru.

    “Kita tidak hanya membutuhkan kata-kata, tetapi kita membutuhkan tindakan di sana. Kita membutuhkan izin dan persetujuan yang sangat cepat,” ujar Ross Smith, direktur kedaruratan WFP, kepada Reuters pada Hari Minggu, seperti dikutip 28 Juli.

    “Jika waktu tunggu terus berlanjut hingga 10 jam, maka kita tidak akan dapat memanfaatkan jeda ini,” lanjutnya.

    Sementara itu, COGAT, badan koordinasi bantuan militer Israel, tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Sejak Israel mencabut blokade 11 minggu di Gaza pada 19 Mei dan mengizinkan operasi kemanusiaan yang dipimpin PBB untuk melanjutkan pengiriman terbatas, salah satu keluhan utama PBB adalah penundaan panjang yang dilakukan Israel dalam mengizinkan konvoi meninggalkan titik penyeberangan untuk mengangkut bantuan ke gudang dan titik distribusi di Gaza.

    Data PBB menunjukkan hanya kurang dari 8 persen dari 1.718 truk WFP yang berhasil mencapai tujuan mereka di Gaza dalam hampir sepuluh minggu sejak Israel mencabut blokadenya.

    Sisanya dijarah “baik secara damai oleh orang-orang yang kelaparan maupun secara paksa oleh pelaku bersenjata selama transit,” menurut data PBB.

    Israel diketahui mewajibkan PBB dan kelompok-kelompok lain untuk menurunkan bantuan mereka di titik penyeberangan dan kemudian mengirim truk dari Gaza untuk mengambilnya dan mengangkutnya ke dalam wilayah kantong yang dilanda perang, tempat sekitar 2,1 juta orang masih tinggal.

    “Semua orang bisa melihat mereka berkendara masuk, jadi mereka tahu bahwa makanan akan segera dimuat, dan mereka mulai menunggu dan berkerumun,” kata Smith, menambahkan beberapa konvoi bisa menunggu hingga 20 jam sebelum Israel memberi mereka lampu hijau untuk memasuki Gaza.

    “Jika mereka menunggu di sana selama 10 jam, memuat dan menunggu, maka pada saat itu ada 10.000 orang yang berkerumun di luar,” tegasnya.

    Israel mengendalikan semua akses ke Gaza, mengatakan mereka mengizinkan cukup bantuan makanan masuk ke daerah kantong tersebut, tempat mereka berperang dengan militan Palestina, Hamas, selama hampir 22 bulan.

    Israel menuduh Hamas mencuri bantuan, yang dibantah oleh para militan, sementara PBB mengatakan belum melihat bukti pengalihan bantuan massal di Gaza oleh Hamas.

    Kemarin, Yordania dan Uni Emirat Arab menerjunkan 25 ton bantuan ke Jalur Gaza, pengiriman udara pertama mereka dalam beberapa bulan, kata seorang sumber resmi Yordania, menambahkan pengiriman udara tersebut bukanlah pengganti pengiriman melalui darat.

    Smith mengatakan, pengiriman bantuan melalui udara “sepenuhnya simbolis.”