Negara: Ukraina

  • Serangan Balasan Rusia ke Ukraina Tewaskan 4 Orang dan 20 Orang Luka

    Serangan Balasan Rusia ke Ukraina Tewaskan 4 Orang dan 20 Orang Luka

    Jakarta

    Rusia meluncurkan serangan rudal dan pesawat drone yang intens di ibu kota Ukraina semalam. Akibat serangan itu setidaknya empat orang tewas dan 20 orang terluka.

    Dilansir Reuters, Jumat (6/6/2025), serangan itu menyusul peringatan dari Presiden Rusia Vladimir Putin, yang disampaikan melalui pemimpin AS Donald Trump, bahwa Rusia akan membalas setelah pesawat nirawak Ukraina menghancurkan beberapa pesawat pembom strategis dalam serangan jauh di dalam Rusia.

    Wali kota Kyiv Vitali Klitschko mengatakan setidaknya 20 orang terluka, 16 di antaranya dirawat di rumah sakit. Selain itu, empat orang dilaporkan tewas.

    Sementara itu militer Ukraina melaporkan sistem transportasi metro kota itu terganggu oleh serangan Rusia yang menghantam dan merusak kereta api antar stasiun.

    Di distrik Solomenskiy, sebuah pesawat drone Rusia menghantam sisi gedung apartemen, meninggalkan lubang menganga dan bekas luka bakar. Hal itu dilaporkan fotografer Reuters di tempat kejadian.

    Sementara itu balok-balok beton yang jatuh dari gedung menghancurkan sejumlah mobil yang terparkir di bawahnya. Dua penyidik polisi sedang memeriksa apa yang tampak seperti mesin pesawat nirawak itu.

    (yld/idn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Alarm Data Ekonomi AS Usai Penerapan Tarif Trump

    Alarm Data Ekonomi AS Usai Penerapan Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA — Rilis data makroekonomi Amerika Serikat tampil kurang memuaskan setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif impor ke sejumlah negara mitranya.

    Indeks saham acuan di Wall Street melemah beriringan dengan depresiasi dolar AS, sementara harga emas sebagai aset safe haven menguat.

    Sektor jasa AS mengalami kontraksi pada bulan Mei untuk pertama kalinya dalam hampir setahun, sementara bisnis membayar harga input yang lebih tinggi, sebuah pengingat bahwa ekonomi masih menghadapi risiko perlambatan pertumbuhan dan kenaikan inflasi.

    “Dampak tarif kemungkinan akan menaikkan harga yang dibayarkan oleh perusahaan sektor jasa,” kata Kepala Ekonom LPL Financial, Jeffrey Roach, dikutip dari Bloomberg pada Jumat (6/6/2025).

    Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP menunjukkan bahwa pengusaha swasta AS pada Mei 2025 menambah jumlah pekerja paling sedikit dalam lebih dari dua tahun. Investor menunggu data nonfarm-payrolls pada Jumat (6/6/2025) untuk tanda-tanda lebih lanjut tentang bagaimana ketidakpastian perdagangan memengaruhi pasar tenaga kerja AS.

    Washington menggandakan tarif impor baja dan aluminium menjadi 50%, dan Rabu juga merupakan batas waktu Trump bagi mitra dagang untuk mengajukan penawaran terbaik mereka guna menghindari pungutan impor yang memberatkan lainnya agar tidak berlaku pada awal Juli.

    Investor fokus pada negosiasi tarif antara Washington dan mitra dagang, dengan Trump dan pemimpin China Xi Jinping diperkirakan akan berbicara pekan ini karena ketegangan meningkat antara dua ekonomi terbesar dunia.

    “Jika kita tidak dapat mencapai kesepakatan dengan China, perang tarif akan menjadi isu utama selama beberapa bulan mendatang dan akan berdampak pada ekonomi domestik dan internasional,” kata CEO Ladenburg Thalmann Asset Management, Phil Blancato.

    Harga emas menguat seiring dengan melemahnya dolar dan data ekonomi AS yang lemah, karena investor bergulat dengan meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan politik.

    Melansir Reuters pada Kamis (5/6/2025), harga emas di pasar spot naik 0,8% menjadi US$3.378,22 per ons, setelah naik sebanyak 1% pada sesi sebelumnya. Sementara itu, harga emas berjangka AS menguat 0,7% pada US$3.399,20 per ons.

    Indeks dolar AS terpantau turun 0,5%, membuat emas lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain, sementara patokan imbal hasil obligasi Treasury AS 10-tahun sedikit lebih rendah.

    Wong melanjutkan, penutupan kembali di atas US$3.400 akan memicu kenaikan ke titik tertinggi baru sepanjang masa.

    Institute for Supply Management mengatakan purchasing managers index (PMI) nonmanufaktur turun menjadi 49,9 bulan lalu, angka terendah sejak Juni 2024, sementara data ADP menunjukkan pengusaha swasta AS menambahkan pekerja paling sedikit dalam lebih dari dua tahun.

    “Ada ketidakpastian geopolitik yang cukup besar dengan Rusia-Ukraina, Iran, Suriah, dan China yang mendorong orang untuk membeli emas… dan meskipun pedagang mungkin tidak mengharapkan emas naik secepat itu, masih ada banyak keuntungan,” kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.

    Presiden AS Donald Trump mengatakan mitranya dari China Xi Jinping keras dan sangat sulit diajak berunding, hanya beberapa hari setelah menuduh Beijing melanggar kesepakatan untuk mencabut tarif.

    Selain itu, Washington menggandakan tarif impor baja dan aluminium dan mendesak mitra dagang untuk mengajukan penawaran terbaik mereka guna menghindari pungutan impor yang lebih besar.

    Perhatian investor akan tertuju pada laporan penggajian AS yang rilis Jumat (6/6/2025) untuk mendapatkan petunjuk tentang langkah Federal Reserve selanjutnya.

  • Ilmuwan Jepang Beri Fakta Baru soal Nuklir, Dunia di Ambang Perang?

    Ilmuwan Jepang Beri Fakta Baru soal Nuklir, Dunia di Ambang Perang?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pusat Penelitian Penghapusan Senjata Nuklir di Universitas Nagasaki kembali menyalakan peringatan terbaru soal kondisi senjata nuklir dunia. Hal ini disampaikan lembaga itu dalam sebuah pengumuman, Rabu (5/5/2025).

    Dalam paparannya yang dikutip Newsweek, jumlah hulu ledak nuklir yang siap digunakan oleh sembilan negara sedikit meningkat dari tahun lalu, mencapai lebih dari 9.615 hulu ledak. Bila jumlah hulu ledak nuklir yang tidak dapat dikerahkan masuk dalam penghitungan, jumlah total hulu ledak nuklir di semua negara bersenjata nuklir mencapai 12.340 unit.

    Mengenai tiga persenjataan nuklir terbesar yang dapat dikerahkan, Rusia memiliki 4.310 hulu ledak, turun 0,8% dari tahun 2018, sementara Amerika Serikat (AS) memiliki 3.700, turun 2,6%.

    “Amerika Serikat dan Rusia menyumbang lebih dari 80% dari jumlah total hulu ledak nuklir aktif dan tentu saja memiliki tanggung jawab khusus untuk pelucutan senjata nuklir, tetapi porsi tujuh negara yang tersisa juga meningkat dari 12% pada tahun 2018 menjadi 17 persen pada tahun 2025,” tutur lembaga itu.

    Sebaliknya, persenjataan China meningkat hingga 150%, mencapai 600 hulu ledak. Ini merupakan penambahan 360 hulu ledak ke dalam persenjataannya. Presiden China Xi Jinping memerintahkan negara itu untuk mempercepat pembangunan kekuatan nuklir, bahkan saat Beijing meminta Rusia dan AS untuk melakukan pelucutan senjata nuklir.

    Sementara itu, Korea Utara, yang menguji senjata nuklir antara tahun 2006 dan 2017, telah mengalami peningkatan persentase tertinggi dalam jumlah hulu ledaknya, meningkat hingga 233% . Namun, dengan 50 hulu ledak, negara Asia Timur Laut itu memiliki persenjataan nuklir terkecil di dunia.

    Di luar negara-negara tersebut, Prancis, Inggris, Israel diyakini masih memiliki ratusan hulu ledak nuklir. India dan Pakistan, dua negara yang akhir-akhir ini berseteru, juga memiliki ratusan senjata berbahaya itu.

    Dengan situasi ini, Pusat Penelitian Penghapusan Senjata Nuklir di Universitas Nagasaki menyebut bahwa angka-angka ini didapatkan setelah terakhir kali senjata nuklir digunakan 8- tahun lalu di Hiroshima dan Nagasaki. Lembaga itu mencatat bahwa selain penambahan jumlah, ada juga skema modernisasi persenjataan nuklir di antara negara-negara dunia.

    “Semua negara bersenjata nuklir diperkirakan akan terus memodernisasi persenjataan mereka di tengah konflik di seluruh dunia, seperti perang di Ukraina, ketegangan di Semenanjung Korea dan Selat Taiwan, serta persaingan kekuatan besar antara AS, Rusia, dan China,” tambahnya

    (tps)

  • Zelensky Ngamuk Acak-Acak Rusia, Trump Langsung Telepon Putin

    Zelensky Ngamuk Acak-Acak Rusia, Trump Langsung Telepon Putin

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengadakan panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Rabu (5/5/2025). Panggilan ini diadakan setelah Ukraina, yang disokong Washington, melancarkan ratusan serangan pesawat tanpa awak atau drone ke sejumlah pangkalan militer Moskow di pedalaman Rusia.

    Trump membuat pengumuman telefonnya dalam sebuah posting di Truth Social. Ia menulis bahwa panggilan telepon dengan Putin berlangsung lebih dari satu jam, dan menggambarkannya sebagai “percakapan yang baik.”

    “Kami membahas serangan terhadap pesawat Rusia yang berlabuh, oleh Ukraina, dan juga berbagai serangan lain yang telah terjadi oleh kedua belah pihak,” tulisnya, namun ia mencatat, bahwa itu “bukan pembicaraan yang akan mengarah pada Perdamaian langsung.”

    Mengenai serangan Kyiv ini, Trump menambahkan bahwa Putin akan mengambil langkah tegas. Ini sebagai sinyal reaksi Moskow untuk membalas aksi Ukraina.

    “Presiden Rusia telah mengatakan, dan dengan sangat tegas, bahwa ia harus menanggapi serangan baru-baru ini terhadap lapangan udara tersebut,” ujar Trump.

    Moskow telah mengonfirmasi panggilan telepon Trump-Putin. Yury Ushakov, penasihat kebijakan luar negeri utama presiden Rusia, mengatakan dalam jumpa pers pada hari Rabu bahwa kedua pemimpin sepakat untuk melanjutkan kontak mengenai Ukraina, termasuk di tingkat tertinggi dan melalui saluran lain.

    “Putin memberi tahu Trump bahwa Kiev telah mencoba menyabotase perundingan langsung Rusia-Ukraina dengan meluncurkan serangan terarah ke lokasi sipil Rusia di bawah perintah langsung dari pimpinan Ukraina,” ucapnya.

    Sebelumnya, pesawat nirawak Ukraina menyerang beberapa pangkalan udara Rusia pada hari Minggu dalam sebuah serangan terkoordinasi. Sasarannya berkisar dari Murmansk di Kutub Utara hingga Irkutsk di Siberia.

    Kyiv mengklaim serangan tersebut merusak atau menghancurkan sekitar 40 pesawat militer Rusia. Pesawat yang rusak termasuk bomber jarak jauh Tu-95 dan Tu-22. Laporan menunjukkan serangan itu dilakukan dengan menggunakan pesawat nirawak bermuatan bahan peledak yang diluncurkan dari truk komersial yang secara diam-diam dibawa ke wilayah Rusia.

    Sejumlah ahli menggambarkan serangan itu sebagai sesuatu yang mirip dengan serangan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Pearl Harbor pada tanggal 7 Desember 1941. Serangan itu akhirnya menyeret Jepang ke dalam pertempuran Perang Dunia II.

    (tps)

  • Microsoft Tawarkan Program Keamanan Siber Gratis untuk Pemerintah Eropa

    Microsoft Tawarkan Program Keamanan Siber Gratis untuk Pemerintah Eropa

    JAKARTA – Raksasa teknologi asal Amerika Serikat, Microsoft, menawarkan program keamanan siber secara cuma-cuma kepada pemerintah-pemerintah di Eropa. Langkah ini diumumkan pada Rabu  4 Juni sebagai bagian dari upaya memperkuat pertahanan terhadap ancaman siber yang semakin canggih, termasuk yang ditingkatkan dengan kecerdasan buatan (AI).

    Program ini diluncurkan menyusul lonjakan serangan siber di kawasan Eropa, banyak di antaranya diduga dilakukan oleh aktor yang disponsori negara dari China, Iran, Korea Utara, dan Rusia. Melalui program ini, Microsoft berupaya meningkatkan berbagi informasi intelijen terkait ancaman berbasis AI, serta membantu pencegahan dan penanggulangan serangan siber.

    “Jika kami bisa membawa lebih banyak hal yang telah kami kembangkan di Amerika Serikat ke Eropa, maka itu akan memperkuat perlindungan keamanan siber bagi lebih banyak institusi Eropa,” kata Presiden Microsoft, Brad Smith, dalam wawancara eksklusif dengan Reuters.

    Smith menambahkan bahwa masih ada beberapa inisiatif tambahan yang akan diumumkan Microsoft pada akhir bulan ini sebagai bagian dari strategi keamanan global perusahaan tersebut.

    Dalam beberapa tahun terakhir, pelaku serangan siber semakin memanfaatkan kecerdasan buatan generatif untuk memperbesar skala dan dampak serangan mereka—mulai dari gangguan terhadap infrastruktur vital hingga penyebaran disinformasi.

    Meski AI telah dimanfaatkan oleh pihak-pihak jahat, Smith menegaskan bahwa teknologi tersebut juga bisa digunakan untuk pertahanan. “Kami belum menemukan AI yang mampu menghindari kemampuan kami dalam mendeteksi penggunaannya atau ancaman secara lebih luas,” ujar Smith, dalam posting blog Microsoft.

    “Tujuan kami adalah memastikan AI berkembang lebih cepat sebagai alat pertahanan dibandingkan sebagai senjata ofensif,” imbuhnya.

    Microsoft mengklaim mereka memantau secara ketat setiap penggunaan berbahaya dari model AI yang mereka kembangkan, dan juga mencegah para penjahat siber yang telah teridentifikasi dari menggunakan produk AI milik mereka.

    Beberapa contoh nyata dari penyalahgunaan AI termasuk video deepfake Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, yang tampak menyerah pada tuntutan Rusia pada tahun 2022, serta rekaman audio palsu yang memengaruhi pemilu Slovakia pada 2023.

    Brad Smith juga menyebutkan bahwa hingga saat ini, manipulasi audio masih lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan video.

    Dengan tawaran program keamanan siber gratis ini, Microsoft berharap dapat menjadi mitra strategis dalam memperkuat ketahanan digital institusi-institusi pemerintahan di Eropa di tengah lanskap ancaman siber yang semakin kompleks dan berbasis teknologi canggih.

  • Siapkah Kanselir Jerman Merz Hadapi Trump?

    Siapkah Kanselir Jerman Merz Hadapi Trump?

    Jakarta

    Keduanya sudah saling bertukar nomor ponsel, serta mulai menyapa satu sama lain dengan nama depan: Donald dan Friedrich. Kendati begitu, keduanya belum pernah bertatap muka langsung, kecuali sekilas lalu bertahun silam di New York. Kini, untuk pertama kalinya, Kanselir baru Jerman, Friedrich Merz dari partai konservatif CDU, melakukan kunjungan kenegaraan ke Washington untuk bertemu Amerika Serikat Presiden Donald Trump.

    Merz mendapat kehormatan khusus menginap di Blair House, bangunan resmi tamu negara yang berdampingan langsung dengan Gedung Putih. Di tempat inilah Ratu Elizabeth II dari Inggris dan Presiden Prancis Charles de Gaulle pernah bermalam.

    Padahal, belum lama ini, Merz secara terbuka mengecam Trump karena, bersama Wakil Presiden JD Vance, sempat mempermalukan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di hadapan dunia. Dalam pertukaran bersejarah itu, Trump dan Vance menyiratkan bahwa Ukraina ikut bersalah atas invasi Rusia.

    Friedrich Merz juga tidak menutupi kejengkelannya saat sejumlah tokoh dekat Trump, termasuk Vance, menunjukkan simpati terhadap partai Alternatif für Deutschland (AfD), partai ekstrem kanan di Jerman.

    “Kita harus mau masuk ke dunianya”

    Dalam sebuah forum Eropa yang digelar oleh stasiun penyiaran Jerman WDR, Merz berbicara secara terbuka mengenai kesan awalnya terhadap Trump, termasuk saat mereka pertama kali berbicara lewat telepon. “Yang penting, jangan bicara terlalu panjang. Bicara singkat, dan biarkan dia bicara juga,” ujarnya. Dia mencatat bahwa hampir setiap dua-tiga kata yang keluar dari mulut Trump adalah kata “great”.

    “Kita harus bersedia menyesuaikan diri dengannya, masuk ke dunianya. Tapi di saat yang sama, jangan sampai kita merendahkan diri. Kita bukan pengemis,” tegasnya.

    Saran agar Merz tetap percaya diri juga datang dari Carlo Masala, profesor politik internasional di Universitas Bundeswehr di München. Dalam wawancara dengan stasiun televisi NDR Info, Masala mengatakan, “Merz harus tampil tegas, tapi tetap membuat Trump merasa bahwa dia seorang negarawan dengan visi besar. Merayu dengan penuh kepercayaan diri ala Eropa, itulah strategi yang tepat. Tapi tetap saja, bukan jaminan berhasil.”

    Tiga agenda besar di Washington

    Dalam isu pertahanan, Merz datang dengan argumen solid untuk menjawab kritik Trump soal rendahnya anggaran pertahanan di Eropa. Jerman merencanakan peningkatan belanja militer hingga lima persen, dengan alokasi sebesar 3,5% untuk angkatan bersenjata Bundeswehr, dan sisanya untuk infrastruktur penunjang.

    Merz juga ingin agar Jerman lebih sering mengambil inisiatif dalam isu pertahanan di Eropa. Contohnya adalah kunjungan bersama ke Kyiv yang diusulkannya bersama para pemimpin Jerman, Prancis, Inggris, dan Polandia. Langkah ini sejalan dengan keinginan Amerika agar Eropa lebih mandiri dalam mengurus keamanannya sendiri. Sebagai imbal balik, Merz dan para pemimpin Eropa lainnya berharap AS tetap berkomitmen untuk menekan Rusia dan mendukung Ukraina.

    Untuk isu lonjakan tarif impor, Merz hanya bisa menjalankan lobi karena kebijakan perdagangan adalah kewenangan Uni Eropa, bukan pemerintah nasional. Namun sebagai negara eksportir besar, Jerman sangat terdampak oleh kebijakan proteksionis di Washington. Tepat di hari keberangkatan Merz, tarif impor AS atas baja dan aluminium melonjak dua kali lipat menjadi 50 persen.

    Bisa dipastikan, Merz akan berupaya keras – baik di Washington maupun di Brussel – untuk mencegah konflik dagang yang berpotensi merugikan semua pihak.

    Akankah Amerika tinggalkan Eropa?

    Sebagai politisi konservatif yang lama dikenal sebagai loyalis Transatlantik sejati, Merz diperkirakan akan mencoba meyakinkan Donald Trump bahwa keterlibatan Amerika di Eropa tetap penting bagi kepentingan Washington sendiri. Tapi pandangan pakar militer Jerman Masala tidak berubah. “Saya kira, ke depan kita harus realistis. Amerika kemungkinan akan menarik diri dari peran sebagai kekuatan penyeimbang di Eropa. Mereka mungkin tak lagi melihat diri mereka sebagai kekuatan Eropa,” katanya.

    Oleh karena itu, Eropa harus menyiapkan diri menghadapi skenario di mana dukungan utama untuk Ukraina bisa menghilang. “Saatnya bergerak cepat untuk membangun kapasitas pertahanan dan kedaulatan Eropa. Itu strategi jangka panjang yang harus kita bangun.”

    Ketegangan dalam hubungan Jerman-AS bukan hal baru. Terlebih karakter Merz dan Trump berbeda jauh seperti siang dan malam. Tapi sang kanselir mengaku siap menghadapi Trump secara terbuka dan percaya diri. Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Jerman ZDF, Merz berkata, “saya tidak perlu minum obat penenang hanya untuk bisa berbicara dengan presiden Amerika Serikat.”

    Meski begitu, beberapa topik sensitif kemungkinan sengaja akan dihindari, termasuk sikap pro-AfD dari orang-orang dekat Trump. Bahkan Menteri Luar Negeri Johann Wadephul memilih diam saat isu ini mencuat di Washington.

    Trump dan akarnya di Jerman

    Datangnya pemerintahan baru yang dibentuk oleh CDU/CSU dan SPD ikut mengubah arah kebijakan luar negeri Jerman. Gaya moralistik dan menggurui yang sering dikritik dari mantan Menlu Annalena Baerbock kini berganti dengan pendekatan pragmatis, menekankan kepentingan bersama dan kesediaan berkompromi, bahkan dengan mitra yang sulit seperti pemerintahan Trump.

    Namun, Carlo Masala mengingatkan betapa kejutan mungkin akan muncul dari Trump. “Seperti yang dikatakan Merz pada malam pemilu: Amerika Serikat bukan lagi negara yang bisa sepenuhnya diandalkan. Apa yang Trump katakan hari ini, bisa dengan mudah dibalik 180 derajat besok.”

    Satu hal menarik, sebelum keberangkatannya ke Washington, Merz sempat mengundang Trump untuk mengunjungi tanah kelahiran leluhurnya—Kallstadt, sebuah desa kecil penghasil anggur di wilayah Pfalz, tempat asal kakek Trump, Friedrich, sebelum hijrah ke Amerika. Hingga kini, belum ada kepastian apakah Trump akan datang. Mungkin Donald ingin menunggu bagaimana hasil obrolannya dengan Friedrich.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh: Rizki Nugraha

    Editor: Agus Setiawan

    Tonton juga ” Friedrich Merz Terpilih Jadi Kanselir Jerman” di sini:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ancaman Bom Bekas Perang Dunia Masih Mengintai

    Ancaman Bom Bekas Perang Dunia Masih Mengintai

    Jakarta

    Lima belas pasangan telah menantikan momen spesial untuk mengucapkan janji pernikahan mereka. Namun, pernikahan yang seharusnya berlangsung di balai kota bersejarah Kln, Jerman, pada 4 Juni harus dibatalkan karena gedung tersebut berada tepat di tengah zona evakuasi. Untungnya, mereka tetap bisa menikah di balai kota distrik lain.

    Tiga bom peninggalan Perang Dunia II yang tidak meledak, adalah penyebab dilakukannya evakuasi tersebut. Sedikitnya 20.500 warga dalam radius satu kilometer persegi, harus diungsikan ke tempat aman. Evakuasi ini disebut yang terbesar sejak 1945. Tiga bom ditemukan saat persiapan pembangunan di Jembatan Deutz, Kln. Bom buatan Amerika Serikat (AS) ini terdiri dari satu bom seberat 450 kilogram dan dua bom seberat 900 kilogram.

    Ketiganya menggunakan sumbu pemicu tumbukan sehingga tidak bisa dipindahkan demi alasan keamanan. Oleh sebab itu, bom harus dijinakkan di lokasi, yang membuat beberapa distrik di kota Nordrhein-Westfalen, Jerman Barat, harus dievakuasi.

    Ribuan orang dievakuasi

    Sekitar 20.500 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka pada hari Rabu (04/06). Pasien satu rumah sakit dan dua panti wreda juga dievakuasi, di mana para pasien serta penghuni dipindahkan ke fasilitas lain. Hampir 60 hotel ditutup sementara dan tamu-tamunya dipindahkan ke tempat lain.

    Penjinakan bom adalah tugas yang sangat kompleks dan rumit, tapi Jerman sudah sangat terbiasa dengan hal ini. Tahun 2024 lalu, lebih dari 1.600 bom berhasil dijinakkan hanya di negara bagian Nordrhein-Westfalen saja. Saat proyek pembangunan terus berlangsung, seperti pemasangan kabel serat optik baru, renovasi jembatan, atau perbaikan jalan, penggalian sering kali menemukan bom yang belum meledak dari era tahun 1930-an dan 1940-an.

    Masalah serupa di Prancis, Belgia dan Polandia

    Kawasan metropolitan seperti Hamburg dan Berlin adalah target utama pengeboman Sekutu selama Perang Dunia II. Infrastruktur sipil juga menjadi sasaran, sehingga daerah-daerah ini sangat terpengaruh. Selain negara bagian Nordrhein-Westfalen, negara bagian Brandenburg juga sangat terkontaminasi bom peninggalan perang Dunia Kedua. Pada tahun 2024, tim penjinak bom menemukan 90 ranjau, 48.000 granat, 500 bom api, 450 bom seberat lebih dari 5 kilogram, dan sekitar 330.000 peluru artileri yang tidak meledak dari PD II.

    Masalah ini juga ada di negara tetangga seperti Prancis dan Belgia, terutama bom sisa dari Perang Dunia I di wilayah Verdun dan Somme. Tiga tahun lalu, kekeringan di Lembah Po, Italia, mengungkap sejumlah bom yang belum meledak. Di Inggris pada 2021, sebuah bom udara Jerman seberat 1.000 kilogram diledakkan secara terkendali di Exeter, dan lebih dari 250 bangunan mengalami kerusakan.

    Bahaya mematikan di Vietnam, Laos, dan Gaza

    Di Asia, situasinya juga mengkhawatirkan. Di Vietnam, Laos, dan Kamboja, orang-orang masih menjadi korban bom cluster buatan AS yang digunakan pada tahun 1960-an dan 1970-an. Menurut PBB, ada sekitar 80 juta bom yang belum meledak di Laos akibat 500.000 serangan AS yang dilakukan secara rahasia antara tahun 1964 hingga 1973.

    Masih banyak juga bom yang belum meledak dan mengancam keselamatan wargai di Suriah dan Irak. Namun, kedua negara ini belum memiliki sistem penjinakan bom yang memadai.

    PBB juga menyatakan bahwa bom yang belum meledak di wilayah Gaza, Palestina, telah menimbulkan bahaya mematikan, meskipun Israel terus melakukan pengeboman di wilayah tersebut.

    Seperempat wilayah Ukraina terkontaminasi

    Situasi di Ukraina pun sangat dramatis. Sejak invasi besar-besaran Rusia pada tahun 2022, sekitar seperempat wilayah Ukraina diduga tercemar ranjau, bom kluster, dan alat peledak lainnya.

    Lebih dari setengah juta alat peledak sudah berhasil dijinakkan, tapi jutaan lainnya masih tersisa. Konsekuensi kemanusiaan dan ekonomi sangat besar: Ratusan warga sipil meninggal, lahan pertanian luas menjadi tidak bisa digunakan, dan gagal panen semakin memperparah krisis ekonomi.

    Saat perang berakhir, penjinakan ranjau akan menjadi salah satu tugas utama selama bertahun-tahun ke depan.

    Jerman menanggung biaya terbesar

    Di Jerman, sebagian besar bom yang dijinakkan adalah peninggalan Perang Dunia II dan dibuat oleh Sekutu. Negara-negara bagian di Jerman menanggung sebagian besar biaya penjinakan bom ini. Jerman sendiri bertanggung jawab atas bom-bom buatannya dari era Kekaisaran Jerman (1871-1945). Upaya untuk membuat pemerintah bertanggung jawab atas semua bom yang belum meledak di Jerman sejauh ini belum berhasil. Tahun lalu, biaya penjinakan bom di negara bagian Nordrhein-Westfalen saja mencapai 20 juta euro (sekitar Rp320 miliar).

    Sementara biaya terus naik, teknologi penjinakan bom juga berkembang. Jika dulu pada tahun 1990-an petugas menggunakan tangan, palu, dan pahat, dan tang air, sekarang mereka memakai alat pemotong air bertekanan tinggi yang dapat memotong bom dari jarak aman dan menmbuat sumbu pemicunya tidak berfungsi.

    Para ahli memperkirakan, ada puluhan ribu bahan peledak yang belum meledak di Jerman, dengan total berat mencapai 100.000 ton.

    Meskipun teknik pendeteksian modern dan foto udara digital bisa mengurangi risiko, setiap operasi penjinakan bom adalah perlombaan melawan waktu. Semakin tua bom, semakin tinggi risiko korosi dan ledakan tidak terkendali. Menjinakkan bom yang lebih tua juga lebih sulit karena perubahan kimia dalam bom antara selongsong dan sumbu pemicunya.

    Penjinakan tiga bom di Kln bukan hanya soal gangguan pernikahan dan aktivitas warga, tapi juga menjadi pengingat nyata akan kehancuran perang — baik di Jerman, Prancis, Vietnam, Laos, Suriah, Ukraina, maupun Gaza.

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Melisa Lolindu

    Editor: Agus Setiawan

    Tonton juga “Detik-detik Setelah Bom Meledak di Klinik California, FBI: Terorisme!” di sini:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Drone Rusia Tewaskan 3 Orang Sekeluarga, Zelensky Geram!

    Drone Rusia Tewaskan 3 Orang Sekeluarga, Zelensky Geram!

    Jakarta

    Sebuah drone Rusia menghantam sebuah rumah hunian di Ukraina tengah pada Kamis (5/6) malam waktu setempat. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, serangan itu menewaskan tiga orang sekeluarga, termasuk seorang bayi berusia satu tahun.

    Ia menuduh Moskow mencoba “mengulur waktu bagi dirinya sendiri untuk melanjutkan pembunuhan”. Zelensky pun mendesak Barat untuk memberikan “sanksi maksimum” dan “tekanan” pada Moskow, setelah Rusia berulang kali menolak seruan untuk gencatan senjata penuh dan tanpa syarat.

    Sebanyak lima orang tewas di Pryluky, sebuah kota di Ukraina tengah, termasuk korban-korban dari satu keluarga yang sama.

    Para pejabat Ukraina mengatakan bahwa seorang kepala pemadam kebakaran setempat sedang merespons serangan sebelumnya, ketika rumahnya sendiri dihantam oleh drone Rusia.

    “Istrinya, putrinya, dan cucunya yang berusia satu tahun tewas,” kata Zelensky.

    Foto-foto menunjukkan rumah-rumah terbakar, mengepulkan asap abu-abu ke langit yang gelap gulita, saat para petugas penyelamat berjuang melawan kobaran api.

    “Rusia terus-menerus mencoba mengulur waktu bagi dirinya sendiri untuk terus membunuh. Ketika tidak merasakan kecaman dan tekanan yang cukup kuat dari dunia, ia membunuh lagi,” kata Zelensky.

    Tonton juga “Ukraina Ngamuk! 117 Drone Serang Rusia, 40 Jet Tempur Rusak” di sini:

    “Ini adalah alasan lain untuk menjatuhkan sanksi maksimum dan melakukan tekanan bersama. Kami mengharapkan tindakan dari Amerika Serikat, Eropa, dan semua orang di dunia yang benar-benar dapat membantu mengubah keadaan yang mengerikan ini,” tambahnya.

    Pertempuran dan serangan udara meningkat dalam beberapa minggu terakhir. Serangan lain di kota Kharkiv di timur laut Ukraina melukai 18 orang, termasuk empat anak-anak, kata Menteri Dalam Negeri Ukraina Igor Klymenko dalam sebuah posting di media sosial.

    Puluhan ribu orang telah tewas, sebagian besar wilayah Ukraina timur dan selatan hancur, dan jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak Rusia menginvasi pada bulan Februari 2022.

    Tonton juga “Ukraina Ngamuk! 117 Drone Serang Rusia, 40 Jet Tempur Rusak” di sini:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Putin Akan Balas Serangan Mengejutkan Ukraina ke Pesawat Pengebom Rusia

    Putin Akan Balas Serangan Mengejutkan Ukraina ke Pesawat Pengebom Rusia

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengingatkan bahwa ia akan membalas dendam atas serangan drone Ukraina yang mengejutkan terhadap armada pesawat pengebom Moskow. Trump pun menyebut bahwa Putin tidak siap untuk “perdamaian segera.”

    Serangan mengejutkan Ukraina terhadap lapangan udara Rusia pada hari Minggu lalu, menghancurkan beberapa pesawat pengebom berkemampuan nuklir senilai miliaran dolar AS. Hal ini mendominasi percakapan telepon antara Trump dan Putin pada Rabu (4/6) waktu setempat.

    “Presiden Putin mengatakan, dan dengan sangat tegas, bahwa ia harus membalas serangan baru-baru ini di lapangan terbang,” kata Trump dalam sebuah unggahan di jejaring sosial Truth Social miliknya, setelah panggilan telepon dengan Putin yang katanya berlangsung selama satu jam 15 menit.

    “Itu adalah pembicaraan yang bagus, tetapi bukan pembicaraan yang akan mengarah pada perdamaian segera,” imbuh Trump, dilansir kantor berita AFP, Kamis (5/6/2025).

    Kremlin menyebut panggilan telepon tersebut, yang juga berfokus pada negosiasi mengenai program nuklir Iran, sebagai “positif” dan “produktif”. Kremlin menambahkan bahwa Trump telah memberi tahu Putin, bahwa Washington tidak diberi tahu sebelumnya tentang serangan drone Ukraina tersebut.

    Trump tidak menyebutkan apakah ia telah mengingatkan Putin agar tidak membalas dendam terhadap Ukraina yang merupakan sekutu AS.

    Presiden AS itu telah berulang kali membuat pemerintah Ukraina dan para pendukungnya khawatir dengan sikapnya yang condong ke Putin. Namun, Trump juga menunjukkan rasa frustrasi yang semakin besar terhadap Putin — minggu lalu menyebutnya “gila” — karena Rusia terus melakukan serangan dan menggagalkan janji kampanye Trump untuk mengakhiri perang segera.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Momen Terburuk Putin Tiba, Dipermalukan Ukraina-Terpojok di Meja Damai

    Momen Terburuk Putin Tiba, Dipermalukan Ukraina-Terpojok di Meja Damai

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam sepekan terakhir, Ukraina meluncurkan sejumlah serangan strategis yang memukul telak kemampuan militer Rusia dan ‘mempermalukan’ Presiden Vladimir Putin menjelang pembicaraan damai di Istanbul.

    Dari jembatan yang runtuh hingga drone yang menghancurkan armada bomber nuklir, serangan Ukraina menjadi rangkaian pukulan paling signifikan terhadap Rusia sepanjang 2025.

    “Tuhan mencintai angka tiga,” ujar Kepala Intelijen Ukraina Vasyl Malyuk dengan nada penuh percaya diri, merujuk pada serangan ketiga Ukraina terhadap Jembatan Krimea atau Jembatan Kerch yang menghubungkan daratan Rusia dengan Semenanjung Krimea.

    Namun ungkapan itu juga menggambarkan deretan kemunduran besar yang dialami Presiden Putin dalam beberapa hari terakhir.

    Dilansir Newsweek, Kamis (5/6/2025), Malyuk menyatakan bahwa ledakan terbaru di Jembatan Krimea pada Selasa lalu telah direncanakan selama berbulan-bulan. Serangan itu, katanya, dilakukan oleh agen-agen Dinas Keamanan Ukraina (SBU) yang menanam bahan peledak di pilar penyangga jembatan.

    Sebanyak 1.100 kilogram bahan peledak setara TNT diledakkan pada dini hari, membuat struktur jembatan berada dalam kondisi “kritis.”

    “Kami menghantam Jembatan Krimea pada 2022 dan 2023. Hari ini, kami melanjutkan tradisi ini-kali ini dari bawah air,” kata Malyuk, menyiratkan bahwa serangan kali ini dilakukan dengan drone laut.

    Gambar resmi yang dirilis SBU tidak menunjukkan kerusakan besar pada permukaan jalan. Namun, video yang beredar dari saluran militer pro-Rusia menunjukkan serangan drone laut tambahan pada sore hari yang sama.

    Serangan terhadap Jembatan Krimea hanya berselang sehari dari operasi besar-besaran yang diluncurkan SBU ke empat pangkalan udara strategis Rusia: Olenya (Murmansk), Diaghilev (Ryazan), Ivanovo (Ivanovo), dan Belaya (Irkutsk)-semuanya berjarak lebih dari 2.500 km dari perbatasan Ukraina.

    Dinamai “Operasi Sarang Laba-Laba,” serangan ini melibatkan peluncuran 117 drone dari truk tersembunyi dan menghantam 41 pesawat militer Rusia, termasuk jet pengebom strategis Tu-160, Tu-95, dan Tu-22M3. Kyiv mengklaim telah melumpuhkan sepertiga dari armada pembom strategis Rusia dan menyebabkan kerugian senilai US$7 miliar.

    “Ini adalah kemenangan intelijen besar dan bukan hanya aksi sekali jalan,” kata Zev Faintuch, kepala riset dan intelijen di firma keamanan Global Guardian kepada Newsweek.

    Ia menambahkan bahwa Ukraina kemungkinan masih memiliki kontainer tersembunyi berisi ratusan atau ribuan drone yang siap digunakan dalam serangan lanjutan.

    Robert Murrett, pensiunan Laksamana Muda Angkatan Laut AS dan kini Wakil Direktur Syracuse University Institute for Security Policy and Law, menyebut serangan tersebut “sangat efektif secara militer” dan mencerminkan “perang abad ke-21 yang dampaknya melampaui batas negara.”

    Para pejabat Kremlin dilaporkan “marah dan panik” atas kerentanan armada udara strategis mereka, dan sumber di dalam Rusia menyebut dampaknya “kemungkinan mengguncang pengambil keputusan di sekitar Putin.”

    Pada akhir pekan, dua jembatan di wilayah barat Rusia yang berbatasan dengan Ukraina runtuh, menewaskan setidaknya tujuh orang dan melukai puluhan lainnya. Pemerintah Rusia menyebut kejadian itu sedang diselidiki sebagai serangan teroris.

    Di distrik Vygonichi, wilayah Bryansk-sekitar 100 km dari perbatasan Ukraina-sebuah jembatan jalan raya ambruk dan menghancurkan kereta yang melintas di bawahnya. Sedikitnya 66 orang terluka, dan gubernur wilayah Bryansk, Alexander Bogomaz, menyatakan bahwa jembatan itu “diledakkan.”

    Insiden kedua terjadi di wilayah Kursk, di mana sebuah jembatan runtuh saat dilintasi kereta barang, melukai salah satu masinisnya. Di malam yang sama, sebuah kereta militer Rusia diledakkan dekat kota Melitopol, wilayah Zaporizhzhia yang diduduki Rusia, menurut intelijen Ukraina.

    Oleg Ignatov, analis senior dari International Crisis Group, menyatakan bahwa Ukraina kemungkinan berada di balik serangan sabotase terhadap jembatan-jembatan itu, meskipun Kyiv belum mengeluarkan pernyataan resmi.

    Putin Terpojok di Meja Damai

    Serangkaian serangan ini terjadi menjelang perundingan damai di Istanbul antara Ukraina dan Rusia. Ignatov mengatakan kepada Newsweek bahwa serangan drone Ukraina terhadap lapangan udara militer dan Jembatan Krimea bukan hanya untuk keuntungan militer, tetapi juga sebagai upaya strategis mengubah narasi global.

    “Ini adalah upaya untuk menggoyahkan klaim bahwa Ukraina sedang kalah perang secara perlahan,” kata Ignatov.

    Yuriy Boyechko, CEO organisasi kemanusiaan Hope for Ukraine, menambahkan bahwa serangan-serangan ini telah “menghancurkan citra Putin,” yang dikenal sebagai mantan agen FSB. “Baginya ini bersifat pribadi. Dia sedang dipermalukan oleh mantan pelawak [Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky],” katanya.

    Boyechko memperingatkan bahwa Putin mungkin akan membalas dengan meningkatkan serangan terhadap warga sipil di Ukraina, “karena itu saja yang bisa dia lakukan saat ini.”

     

    (luc/luc)