Negara: Ukraina

  • Trump Bertemu Zelensky di KTT NATO, Bahas Gencatan Senjata Ukraina-Rusia

    Trump Bertemu Zelensky di KTT NATO, Bahas Gencatan Senjata Ukraina-Rusia

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di sela-sela KTT NATO di Belanda. Keduanya berbincang panjang lebar.

    Dilansir kantor berita AFP, Rabu (25/6/2025), Zelensky mengatakan dirinya berbincang panjang lebar dengan Trump termasuk terkait perang antara Ukraina dan Rusia. Zelensky mengatakan dirinya dengan Trump membahas mengenai gencatan senjata di Ukraina.

    “Kami membahas cara mencapai gencatan senjata dan perdamaian sejati. Kami berbicara tentang cara melindungi rakyat kami,” ujar Zelensky.

    Seorang sumber di kantor kepresidenan Ukraina mengatakan kepada AFP bahwa Zelensky sangat puas telah berbincang panjang lebar dengan Trump sekitar 50 menit. Zelensky disebut berterima kasih ke Trump.

    “Zelensky puas dengan pembicaraan tersebut dan berterima kasih kepada Trump,” kata kantor kepresidenan Ukraina.

    Sementara itu seorang sumber kepada AFP mengatakan kedua pemimpin itu bertemu membahas sanksi tambahan terhadap Rusia atas invasi ke Ukraina dan pengadaan senjata untuk Kyiv.

    Tonton juga “Trump Ibaratkan Iran-Israel bak Anak-anak yang Berkelahi di Halaman” di sini:

    (whn/aud)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Presiden minta RSUP Prof Ngoerah bantu pemasukan devisa lewat estetika

    Presiden minta RSUP Prof Ngoerah bantu pemasukan devisa lewat estetika

    Presiden Prabowo Subianto usai meresmikan pusat estetika di RSUP Prof Ngoerah, Denpasar, Bali, Rabu 25/6/2025. (ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari)

    Presiden minta RSUP Prof Ngoerah bantu pemasukan devisa lewat estetika
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 25 Juni 2025 – 16:43 WIB

    Elshinta.com – Presiden Prabowo Subianto meminta RSUP Prof Ngoerah membantu pemasukan devisa melalui pusat estetika yang baru saja diresmikan.

    “Memang misinya … ayo bantu negara jadikan pelayanan estetika sebagai pemasukan devisa,” kata Deputy General Manager Ngoerah Sun Wellness and Aesthetic Center Nahla Shihab mengulangi pesan presiden.

    Diketahui Presiden Prabowo di Denpasar, Rabu (25/6), meresmikan pusat kebugaran dan estetika di rumah sakit milik pemerintah, dimana presiden menargetkan agar setelah ini sebanyak-banyaknya baik WNI maupun WNA melakukan perawatan disana.

    Presiden menyatakan dukungan terhadap layanan ini, sebab setiap tahunnya sekitar 600 ribu WNI pergi ke luar negeri untuk wisata estetika, sehingga Indonesia kehilangan 1,8 milyar dolar AS tiap tahunnya.

    “Jadi tadi pesannya beliau, pokoknya terus tingkatkan, terus perbaiki layanannya supaya semakin banyak juga warga yang tadinya keluar negeri untuk datang ke Bali saja, karena disini kita juga ada rawat inap yang seperti hotel,” ujar Nahla Shihab.

    Sebelum peresmian ini, terhitung sejak Februari pusat estetika di RSUP Prof Ngoerah sudah menerima 250 pasien yang seluruhnya adalah WNA seperti dari Australia, Rusia, dan Ukraina.

    Presiden Prabowo kemudian diajak berkeliling gedung lima lantai tersebut untuk memeriksa peralatan canggih mereka yang akan melayani pasien-pasien estetika.

    “Jadi hampir semua layanannya dilihat, kami ada kebugaran dan estetika, jadi untuk kebugarannya kami ada pemeriksaan medis dengan seluruh alat yang super lengkap,” kata Nahla Shihab.

    Saudara Najwa Shihab itu kemudian membawa Presiden Prabowo ke lantai tiga gedung mewah tersebut untuk melihat ruang estetik dan kulit, dimana di dalamnya terdapat laser-laser terbaik yang membuat presiden juga berminat melakukan perawatan.

    “Salah satunya kami ada untuk skin tightening, skin lifting, beliau tertarik banget, lalu juga untuk rejuvinasi, jadi untuk mencerahkan kulit dan lain-lain itu sempat dilihat,” ujarnya.

    Presiden Prabowo juga menemui dokter-dokter bedah plastik RSUP Prof Ngoerah, dan terakhir mengunjungi ruang dental dengan alat terlengkap yang dimiliki rumah sakit pemerintah.

    “Di Indonesia sendiri kurang dari sepuluh dan di Bali itu satu-satunya lab dental digital yang sangat lengkap, karena digital jadi semuanya itu menggunakan komputer mulai proses foto lalu 3D printing, sehingga selain hasilnya yang lebih bagus, lebih akurat juga memotong waktu yang biasanya bisa berminggu-minggu kami disini bisa vinir dalam waktu satu hari,” kata Nahla Shihab.

    “Tadi Pak Prabowo juga tertarik banget bilang wah saya ini kayanya juga perlu periksa disini, mungkin kita perlu perawatan disini, jadi saya bilang oke,” sambungnya.

    Sumber : Antara

  • Pengganti WhatsApp Buatan Pemerintah Siap Meluncur

    Pengganti WhatsApp Buatan Pemerintah Siap Meluncur

    Jakarta, CNBC Indonesia – WhatsApp dan Telegram selama ini menjadi dua aplikasi pesan singkat yang ramai digunakan masyarakat untuk berinteraksi di ruang digital.

    Sebentar lagi, keduanya akan kehadiran pesaing yang tak biasa. Pemerintah Rusia akan menggenjot pengembangan aplikasi pengganti WhatsApp dan Telegram.

    Presiden Rusia Vladimir Putin telah menandatangani aturan baru yang memberi otorisasi terhadap pengembangan aplikasi pesan singkat yang dibekingi pemerintah.

    Aplikasi itu juga akan terintegrasi dengan berbagai layanan pemerintah. Hal ini merupakan bagian dari upaya Rusia untuk mereduksi ketergantungan dengan platform asing seperti WhatsApp dan Telegram, dikutip dari Reuters, Rabu (25/6/2025).

    Rusia sudah lama menetapkan sikap untuk menggenjot kedaulatan digital dengan mempromosikan layanan-layanan buatan lokal. Upaya mengganti peran platform asing kian krusial setelah perusahaan-perusahaan AS ramai mencabut layanan mereka dari Rusia, menyusul invasi Moskow ke Ukraina pada Februari 2022 silam.

    Otoritas Rusia mengatakan aplikasi pesang singkat yang dibekingi pemerintah akan memiliki fungsi-fungsi yang tersemat pada WhatsApp dan Telegram.

    Namun, hal ini juga memicu kontroversi. Para pengkritik pemerintah mengatakan Rusia berupaya meningkatkan kontrol terhadap privasi dan kebebasan berekspresi masyarakatnya melalui aplikasi tersebut.

    Mikhail Klimarev yang merupakan direktur organisasi hak digital masyarakat, Internet Protection Society, mengumbar prediksinya bahwa pemerintah Rusia akan memperlambat kecepatan akses WhatsApp dan Telegram untuk mendorong masyarakat beralih ke aplikasi baru nantinya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Update Baru Trump Usai Gencatan Senjata Israel-Iran, Guncang NATO

    Update Baru Trump Usai Gencatan Senjata Israel-Iran, Guncang NATO

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saat menghadiri KTT NATO di Den Haag kembali mengguncang aliansi Barat. Pasalnya, Trump menolak menyatakan dukungan eksplisit terhadap klausul pertahanan bersama Pasal Lima.

    Melansir AFP pada Rabu (25/6/2025), penolakan ini dilakukan Trump meski 31 negara anggota berupaya meyakinkan komitmen Washington melalui janji peningkatan belanja militer.

    “Saya berkomitmen untuk menjadi teman mereka,” ujar Trump saat ditanya apakah AS masih menjamin perlindungan militer bagi Eropa. “Tergantung pada definisi Anda. Ada banyak definisi Pasal Lima.”

    Para pemimpin NATO menggelar pertemuan selama dua hari, dimulai dengan jamuan makan malam kerajaan yang diselenggarakan Raja Belanda Willem-Alexander. Fokus utama pertemuan tersebut adalah menjaga Trump tetap terikat pada komitmen aliansi dengan janji belanja militer hingga 5% dari PDB.

    Untuk meredam ketidakpastian dari Washington, para anggota menyepakati skema kompromi: 3,5% PDB untuk pertahanan inti pada 2035 dan 1,5% untuk keamanan siber serta infrastruktur. “Mereka akan menaikkannya menjadi lima persen, itu bagus. Itu memberi mereka lebih banyak kekuatan,” kata Trump, menyambut positif usulan tersebut.

    Namun, perpecahan muncul. Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez terang-terangan menolak target lima persen, memicu ketegangan dengan Trump. Sementara itu, Jerman mempercepat komitmen 3,5% pada 2029, enam tahun lebih awal dari jadwal.

    Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebut janji belanja pertahanan itu sebagai “momen bersejarah” bagi Eropa. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menambahkan, “Kita harus menavigasi era ketidakpastian yang radikal ini dengan kelincahan,” sembari mengumumkan pembelian 12 jet tempur F-35A untuk mendukung misi nuklir NATO.

    Sementara NATO berusaha menjaga soliditas, Kremlin menuduh aliansi itu melakukan “militerisasi yang merajalela”. “Ini adalah kenyataan yang ada di sekitar kita,” ujar juru bicara Dmitry Peskov.

    Di sela pertemuan, Trump juga dijadwalkan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang kini memainkan peran lebih kecil dalam KTT tersebut. Zelensky berharap bisa mengamankan paket pertahanan udara baru dan mendesak sanksi tambahan terhadap Rusia.

    “Tidak ada tanda-tanda bahwa Putin ingin menghentikan perang ini,” tegas Zelensky dalam forum pertahanan paralel.

    Trump juga sempat bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang menyerukan “dialog erat” untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina. Namun, meskipun PM Belanda Mark Rutte menegaskan dukungan sekutu untuk Kyiv “tidak tergoyahkan”, NATO memilih tak menyebut isu keanggotaan Ukraina secara eksplisit, menyusul penolakan Trump.

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Petani Sawit Menjerit: Harga Buah Fluktuatif, Penertiban Lahan Tidak Transparan

    Petani Sawit Menjerit: Harga Buah Fluktuatif, Penertiban Lahan Tidak Transparan

    Bisnis.com, JAKARTA – Petani kelapa sawit kian nelangsa menghadapi tekanan ganda dari fluktuasi harga tandan buah segar (TBS) serta ketidakpastian akibat penertiban kawasan hutan yang berlangsung masif.

    Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menyoroti kondisi ini sebagai tantangan serius, yang bukan hanya berdampak pada ekonomi petani, tetapi juga memengaruhi posisi strategis Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia.

    “Petani saat ini menjadi bagian dari rantai pasok domestik dan global, sehingga apapun yang terjadi pada harga CPO [crude palm oil] akan sangat berpengaruh terhadap harga TBS di tingkat petani,” kata Mutiara Panjaitan dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Apkasindo dalam Bisnis Indonesia Forum: Sembelit Industri Sawit, Masihkan Prospektif jadi Penopang? pada Selasa (24/6/2025). 

    Menurutnya, setidaknya ada dua isu utama yang menjadi sorotan petani. Pertama adalah ketidakpastian sosial-ekonomi akibat harga CPO yang sangat fluktuatif, membuat petani ragu apakah sektor sawit masih dapat menopang kesejahteraan mereka ke depan. 

    Kondisi ini juga diamini oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). Mereka memperkirakan 2025 menjadi tahun penuh tantangan bagi industri kelapa sawit, baik dari sisi produksi, ketersediaan ekspor, maupun harga.  Gapki secara khusus menyoroti tarif impor Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia yang mencapai 32%. 

    Ilustrasi kelapa sawit / JIBI

    Executive Director Gapki Mukhti Sardjono menyampaikan bahwa pemerintah Amerika Serikat (AS) – salah satu negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia – mengenakan tarif impor yang lebih besar terhadap Indonesia dibandingkan dengan pesaing Indonesia yaitu Malaysia sebesar 24%.

    Menurut perhitungan Gapki, beban ekspor sawit Indonesia saat ini mencapai US$221,12 per ton, lebih tinggi dari beban ekspor minyak sawit Malaysia sebesar US$140 per ton.

    “Jadi kita bisa melihat daya saing kita kalah,” kata Mukthi dalam agenda Bisnis Indonesia Forum di kantor Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa (24/6/2025).

    Kemudian, memasuki Maret 2025, Gapki melihat adanya keseimbangan kembali harga minyak nabati, yang ditunjukkan dengan menurunnya harga minyak kelapa sawit (crude palm oil /CPO) di bawah harga minyak rapeseed maupun sunflower oil. 

    Geopolitik Memanas hingga Tumpang Tindih Aturan

    Industri sawit Tanah Air juga ikut terbebani dengan perkembangan geopolitik yang tidak menentu. Mukthi menyebut, perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina, India-Pakistan, dan Timur-Tengah yang semakin meningkat eskalasinya mendorong harga energi meningkat. 

    Kendati begitu, ada kekhawatiran terhadap kinerja ekspor minyak sawit jika negara tujuan mengalami krisis ekonomi imbas kondisi geopolitik saat ini.

    “Jadi kalau kita melihatnya 2025 sebagai tahun yang penuh tantangan,” ujarnya.

    Dari dalam negeri, industri ini juga menemui sejumlah tantangan. Mulai dari produksi dan produktivitas yang relatif stagnan dan cenderung turun; kebutuhan dalam negeri, baik untuk pangan, energi, dan industri oleokimia yang terus meningkat; hingga ketidakpastian hukum dan berusaha.

    Terkait ketidakpastian hukum dan berusaha, Mukthi menuturkan bahwa saat ini sekitar 37 instansi mengatur atau terlibat dalam industri sawit. Selain itu, banyak peraturan perundangan yang tumpang tindih, hingga kebijakan yang mudah berubah-ubah.

    Penertiban Lahan

    Selain harga yang fluktuatif, Apkasindo dan Gapki menyoroti soal penertiban kawasan hutan yang dilakukan secara intensif belakangan ini. 

    Mutiara menyebut pendekatan yang dipakai oleh pemerintah dan otoritas terkait belum sepenuhnya diterima dengan utuh oleh petani di lapangan. 

    “Efek psikologisnya besar. Informasi soal siapa subjeknya, apa objeknya, dan berapa luas kawasan yang ditertibkan itu tidak tersampaikan secara utuh ke seluruh anggota,” katanya.

    Dia menambahkan, petani bukan hanya bagian dari rantai pasok, tetapi juga menjadi subjek penting dalam penyelesaian status lahan dan bagian dari program ketahanan nasional, baik pangan maupun energi. 

    “Karena itu, penting sekali agar komunikasi kepada petani dilakukan dengan lebih transparan dan inklusif,” tegasnya.

    Kondisi yang dialami petani juga menjadi perhatian Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Anggota KPPU Eugenia Mardanugraha mengingatkan posisi Indonesia sebagai produsen sawit nomor satu di dunia tak boleh tergeser hanya karena persoalan lahan.

    “Kalau industri sawit kita menurun, maka perekonomian Indonesia secara keseluruhan juga akan terdampak. Dunia butuh sawit Indonesia. Jika pasokan terganggu, harga pangan global bisa melonjak,” kata Eugenia.

    Menurutnya, pemerintah bersama pelaku industri perlu segera merumuskan arah kebijakan dan konsep jangka panjang agar industri sawit Indonesia tetap kompetitif dan berkelanjutan.

    “Jangan sampai Malaysia menggantikan posisi kita hanya karena kita tidak menyelesaikan persoalan di dalam negeri,” kata Eugenia.

    Senada, Gapki juga meminta pemerintah segera menyelesaikan penguasaan lahan sawit di kawasan hutan. Pasalnya, hal tersebut dikhawatirkan dapat mengganggu produksi sawit jika tidak segera ditangani dengan cepat.

    Ilustrasi kelapa sawit / JIBI

    Adapun, Executive Director Gapki Mukhti Sardjono menyampaikan, dari target penguasaan lahan seluas 1,17 juta hektare, baru sekitar 1 juta hektare yang telah dilakukan penguasaan kembali, dari total 369 perusahaan. Adapun data tersebut diperoleh Gapki dari Ketua Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH) per 23 Maret 2025.

    “Yang jadi concern kita adalah bagaimana pengelolaan selanjutnya, karena kalau ini tidak dikelola dengan baik, berpotensi turunnya produksi,” kata Mukthi, Selasa (24/6/2025).

    Untuk diketahui, pemerintah resmi menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No.5/2025 tentang Satgas Penertiban Kawasan Hutan. Melalui beleid itu, diatur bahwa penertiban kawasan hutan dilakukan dengan penagihan denda administratif, penguasaan kembali kawasan hutan, dan/atau pemulihan aset di kawasan hutan.

    Gapki, merujuk laporan dari Ketua Satgas per 23 Maret 2025 menyebut bahwa dari target penguasaan lahan seluas 1,27 juta hektare, luas lahan yang telah dilakukan penguasaan kembali baru sekitar 1.001.674 hektare atau 1 juta hektare, luas lahan yang telah dilakukan verifikasi mencapai 710.057 hektare, dan luas lahan yang telah dilakukan verifikasi lapangan 467.136 hektare.

    Kemudian, luas lahan yang telah diserahkan ke PT Agrinas 221.868 hektare dan luas lahan yang siap diserahkan ke PT Agrinas 216.997 hektare.

    “Kalau ini tidak dikelola dengan baik, ini akan memengaruhi tingkat produksi, kemudian terjadinya PHK, dan sebagainya,” ujarnya.

    Sementara itu, Anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Eugenia Mardanugraha menilai perlu adanya strategi dari pemerintah dalam meningkatkan produksi kelapa sawit di Tanah Air, usai 1 juta hektare lahan sawit yang ada telah dikuasai oleh pemerintah.

    Menurut dia, pemerintah perlu menggenjot produksi sawit di lahan yang tidak bermasalah untuk mengantisipasi hilangnya produksi dari lahan sebelumnya.

    “Karena begini, kalau 1 juta hektare di kali 4 ton berarti 4 juta ton lahan sawit tidak berproduksi sehingga harus digantikan supaya secara produksi tidak turun,” tutur Eugenia.

    Sebagai produsen nomor satu kelapa sawit di tingkat dunia, Eugenia menyebut bahwa Indonesia harus memiliki prospek sawit yang cerah. Pasalnya, jika produksi kelapa sawit merosot, perekonomian Indonesia secara keseluruhan akan ikut turun hingga memicu melonjaknya harga pangan secara global.

    “Oleh karena itu, pemerintah dan pengusaha harus buat industri ini punya prospek cerah,” ujarnya. 

  • Posisi Indonesia, di ambang perang besar

    Posisi Indonesia, di ambang perang besar

    Istimewa

    Posisi Indonesia, di ambang perang besar
    Dalam Negeri   
    Editor: Nandang Karyadi   
    Selasa, 24 Juni 2025 – 21:24 WIB

    Elshinta.com – Ulah Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang Sabtu (21/6/2025) melancarkan serangan udara ke tiga fasilitas nuklir utama milik Iran: Isfahan, Natanz, dan Fordow tidak saja menghantam objek vital Iran, tapi juga membuat gaduh dan menguncang stabilitas geopolitik dunia yang memang sudah rapuh.

    Belakangan Trump kabarnya tidak ingin melanjutkan serangan terhadap Iran dan berniat mengupayakan kesepakatan damai dengan Teheran. Seorang pejabat AS, Axios, Senin (23/6/2025) menyebut, Trump telah menghubungi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sesaat setelah serangan, dan menyatakan bahwa tujuan berikutnya adalah mengejar kesepakatan damai dengan Iran. “Presiden (Trump) tidak ingin melanjutkan serangan. Ia siap jika Iran melakukan serangan balasan, tetapi ia sudah menyampaikan kepada Netanyahu bahwa ia menginginkan perdamaian,” kata pejabat itu.

    Kendati begitu, serangan tersebut tak urung menyalakan kembali api perang besar di Timur Tengah. Kali ini, ancamannya jauh lebih dahsyat. Potensi perang regional menjalar menjadi konflik global. Bahkan banyak pengamat mengkhawatirkan konflik ini memicu pecahnya Perang Dunia III.

    Dan Iran memang tak tinggal diam. Militer Iran bersiaga penuh. Kelompok sekutu Iran—Hizbullah di Lebanon, milisi Syiah di Irak dan Suriah, Houthi di Yaman—siap menjadi alat pukul Teheran. Bagi Iran, dalam doktrin strategisnya, serangan terhadap infrastruktur nuklir adalah deklarasi perang.

    Salah satu langkah yang paling ditakuti dunia adalah pemblokiran Selat Hormuz, yang menjadi  salah satu urat nadi energi global. Sekitar 30 persen perdagangan minyak dunia dan 25 persen lalu lintas Gas Alam Cair (LNG) melewati selat itu. Bila Iran menutupnya, harga energi global dipastikan melambung, memicu inflasi, dan mengguncang pasar keuangan.

    Ancaman itu bukan gertakan kosong. Pada hari Minggu (22/6/2025), Parlemen Iran dilaporkan telah menyetujui rencana penutupan total selat tersebut, dan kini tinggal menunggu lampu hijau dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran. Jika Iran betul betuk memblokade Selat tersebut, paling tidak ada tiga negara yang terkena dampak paling siginifikan: China, India dan Jepang. Lalu lintas energi ketiga negara itu sangat tergantung dengan Selat Hormuz. 

    Bagaimana dengan Indonesia? Kita dipastikan juga akan terimbas dampak yang tidak kecil. Ketergantungan kita pada impor minyak dan gas dari kawasan Teluk masih sangat besar, terutama dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar—negara-negara yang menggunakan jalur Selat Hormuz untuk mengekspor energi. Jika Iran menutup selat ini, dunia akan mengalami lonjakan harga minyak dan gas, yang langsung akan menekan APBN Indonesia melalui pembengkakan subsidi energi dan melemahnya neraca perdagangan. 

    Pemblokiran Selat Hormuz bukan hanya akan membakar Tel Aviv, tapi mengguncang seluruh pasar global. Inflasi energi dan gejolak pasar keuangan adalah dua bahaya nyata yang sudah mulai terasa pasca-serangan AS, dengan harga minyak mentah jenis Brent yang sempat menyentuh USD 120 per barel, tertinggi sejak krisis Rusia-Ukraina.

    Dampak lanjutannya akan merembet pada sektor-sektor domestik. Ongkos produksi industri meningkat, transportasi publik dan logistik terganggu, dan daya beli masyarakat menurun. Semua ini menempatkan Indonesia, seperti banyak negara berkembang lain, pada posisi yang sangat rentan.

    Reaksi Dunia Atas Serangan AS ke Iran

    Serangan AS ke Iran bisa menjadi lonceng perang yang menyulut krisis regional menjadi konflik global, sehingga bukan hanya merupakan eskalasi militer. Dalam kaitan itu, sikap para pemimpin dunia terbelah. Uni Eropa yang diwakili Inggris, Prancis, dan Jerman misalnya meminta Iran untuk menghindari tindakan apa pun yang dapat “mendestabilisasi” Timur Tengah lebih lanjut. Mereka secara konsisten menegaskan penolakan terhadap senjata nuklir Iran dan mereka mendukung penuh keamanan Israel.

    Sementara Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, mengecam serangan udara AS yang merupakan eskalasi yang berbahaya. Adapun Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mendesak semua pihak untuk mundur dan kembali ke meja perundingan.

    Arab Saudi telah menyuarakan “kekhawatiran besar”, sementara Oman mengutuk serangan tersebut dan menyerukan de-eskalasi.

    Perdana Menteri India, Narendra Modi mengaku telah berbicara dengan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian. Modi kemudian menyerukan “dialog dan diplomasi sebagai jalan ke depan”.

    Politikus Rusia, Dmitry Medvedev, sekutu Presiden Vladimir Putin, mengatakan: “Trump, yang datang sebagai presiden pembawa damai, telah memulai perang baru bagi AS.

    Penyelesaian Perang dengan Telepon 

    Banyak kalangan memprediksi, krisis ini bisa berakhir dalam dua arah: eskalasi ke perang global, atau pembukaan kembali jalur diplomatik. 

    Seorang pejabat Iran menyatakan konflik dengan Israel sebenarnya bisa berakhir dengan satu panggilan telepon, yaitu dari Presiden AS Donald Trump kepada pemimpin Israel. Sang pejabat itu pun menyebut Iran selalu siap berunding dengan siapa pun yang serius mencari solusi damai.

    “Iran percaya pada dialog yang beradab, langsung atau tidak langsung. Presiden Trump bisa dengan mudah menghentikan perang dengan satu telepon ke Israel,” kata Juru Bicara Kantor Wakil Presiden Iran Majid Farahani, dalam wawancara khusus dengan CNN, Jumat (20/6/2025) lalu.

    Namun, dalam atmosfer politik AS, diplomasi mungkin bukan opsi utama Trump. Begitu pula Israel yang merasa mendapat lampu hijau dari Washington.

    Bagi Indonesia dan dunia, pilihan terbatas. Tidak ikut perang bukan berarti tak terkena dampak. Justru saat kekuatan besar sibuk mengukur misil dan kekuasaan, negara-negara non-blok seperti Indonesia bisa berperan sebagai penyeimbang moral dan penstabil kawasan.

    Itu sebabnya Indonesia selayaknya mengupayakan langkah diplomasi yang apik dan teukur. Soalnya perang yang terjadi di antara kedua negara sudah pasti akan berdampak pada tidak berkembangnya sektor ekonomi bagi negara mana pun. 

    Kita dituntut untuk waspada, cermat, dan tanggap. Indonesia perlu segera memikirkan peningkatan cadangan energi melalui percepatan diversifikasi sumber pasokan energi dari negara-negara non-Timur Tengah dan memperkuat cadangan strategis minyak nasional. Presiden Prabowo selayaknya mulai memikirkan stimulus konsumsi dengan cara memperluas bantuan sosial dan subsidi langsung kepada kelompok rentan untuk menjaga daya beli. 

    Kementerian Luar Negeri harus didorong untuk terlibat penuh dalam menjalankan diplomasi bebas aktif yang lebih progresif. Indonesia dapat mengambil peran dalam mendorong diplomasi damai di kawasan melalui jalur G20, OKI, dan ASEAN+.

    Dan yang tak kalah pentingnya adalah memperkuat perlindungan terhadap iklim investasi.  Dengan cara mempertebal kepastian hukum, menjaga stabilitas politik, dan insentif fiskal, supaya Indonesia tetap bisa menarik bagi investor global yang mencari “zona aman” di tengah gejolak global. 

    Penulis : Zenzia Sianica Ihza, Pakar Investasi dan Hubungan Internasional 

    Sumber : Radio Elshinta

  • Kerja Sama Migas RI – Rusia, Prabowo Diminta Tak Gentar Hadapi Sanksi Barat

    Kerja Sama Migas RI – Rusia, Prabowo Diminta Tak Gentar Hadapi Sanksi Barat

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengusaha menilai pemerintah tak perlu khawatir jika ingin bekerja sama dengan Rusia sektor energi, khususnya peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas). Meski Rusia masih mendapat sanksi negara Barat, Indonesia merupakan negara non blok.

    Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan, sebagai negara non blok, Indonesia berhak bermitra dengan negara mana saja, selama sama-sama menguntungkan.

    “Hal-hal tersebut tidak perlu khawatir, tapi memang perlu disikapi. Ya ada caranya lah. Misalkan pembiayaan,” ucap Moshe kepada Bisnis, Selasa (24/6/2025).

    Dia menjelaskan, banyak perusahaan-perusahaan Rusia punya afiliasi atau punya perusahaan-perusahaan di luar dari negeri. Oleh karena itu, walaupun induknya masih di Rusia, tapi RI bisa bertransaksi dengan perusahaan-perusahaan di luar negerinya.

    “Itu semua bisa disikapi, diantisipasi. Jadi itu tidak ada masalah,” katanya.

    Moshe juga menjelaskan, saat ini memang banyak sekali negara-negara Barat yang memberikan sanksi kepada Rusia. Sanksi itu seperti embargo dan lain sebagainya.

    Kendati demikian, Rusia tetap tidak terisolir. Transaksi Rusia dengan India justru setelah perang Ukraina malah meningkat. Selain itu, transaksi Rusia dengan negara-negara Eropa Timur justru meningkat juga. 

    Moshe menyebut, sampai sekarang Eropa juga masih membeli gas Rusia. Dia mencatat, pada 2024 justru ada peningkatan transaksi beli gas dari Eropa.

    “Di mana Eropa itu membeli gasnya itu lebih besar, naik sekitar 20% dari tahun 2023. Kalau mereka bisa bertransaksi, kenapa kita tidak?” tutur Moshe.

    Lebih lanjut, Moshe manilai prospek kerja sama Indonesia dengan Rusia cukup besar. Apalagi, Negeri Beruang Merah merupakan salah satu negara yang terdepan di produksi migas. Rusia juga merupakan bagian dari OPEC+.

    Dia juga berpendapat bahwa keterlibatan teknologi Rusia untuk membantu Indonesia meningkatkan produksi migas sangat besar. 

    “Jadi semoga ini bisa terjalin dengan erat, untuk bisa dikembangkan kemudian hari ini,” kata Moshe.

    Sebelumnya, Indonesia-Rusia menjajaki peluang kerja sama untuk mengerjakan proyek eksplorasi dan produksi gas alam cair atau (liquefied natural gas/LNG) hingga pasokan minyak usai kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke negara itu.

    Presiden Rusia Vladimir Putin menginisiasi langkah modernisasi infrastruktur migas. Adapun, modernisasi yang dimaksud mencakup pemanfaatan teknologi terkini untuk mengoptimalkan sumur yang selama ini dianggap kurang produktif.

    “Kami bersedia memodernisasi infrastruktur supaya mendongkrak produksi minyak dari ladang tua,” ujar Putin saat konferensi pers beberapa waktu lalu.

    Asal tahu saja, relasi Indonesia-Rusia telah terjalin kuat lewat kolaborasi di sektor energi, mulai dari di migas, batu bara, ketenagalistrikan, energi baru dan terbarukan (EBT), serta efisiensi energi.

    Salah satunya, rencana pembangunan kilang minyak dan kompleks petrokimia di Jawa Timur. Model kolaborasi ini diharapkan pemerintah Indonesia menjadi pijakan bagi proyek-proyek migas masa depan, sekaligus menyuntikkan investasi teknologi tinggi ke dalam industri nasional.

  • GAPKI Ungkap Segudang Tantangan Industri Sawit Tahun Ini

    GAPKI Ungkap Segudang Tantangan Industri Sawit Tahun Ini

    Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperkirakan 2025 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi industri kelapa sawit, baik dari sisi produksi, ketersediaan ekspor, maupun harga.

    Executive Director Gapki Mukhti Sardjono menyampaikan, saat ini, pemerintah Amerika Serikat (AS), salah satu negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia, mengenakan tarif impor sebesar 32% untuk Indonesia. Tarif yang dikenakan AS ini lebih tinggi dibanding pesaing Indonesia yaitu Malaysia sebesar 24%.

    Menurut perhitungan Gapki, beban ekspor sawit Indonesia saat ini mencapai US$221,12 per ton, lebih tinggi dari beban ekspor minyak sawit Malaysia sebesar US$140 per ton.

    “Jadi kita bisa melihat daya saing kita kalah,” kata Mukthi dalam agenda Bisnis Indonesia Forum di kantor Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa (24/6/2025).

    Kemudian, memasuki Maret 2025, Gapki melihat adanya keseimbangan kembali harga minyak nabati, yang ditunjukkan dengan menurunnya harga minyak kelapa sawit (crude palm oil /CPO) di bawah harga minyak rapeseed maupun sunflower oil. 

    Industri sawit Tanah Air juga ikut terbebani dengan perkembangan geopolitik yang tidak menentu. Mukthi menyebut, perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina, India-Pakistan, dan Timur-Tengah yang semakin meningkat eskalasinya mendorong harga energi meningkat. 

    Kendati begitu, ada kekhawatiran terhadap kinerja ekspor minyak sawit jika negara tujuan mengalami krisis ekonomi imbas kondisi geopolitik saat ini.

    “Jadi kalau kita melihatnya 2025 sebagai tahun yang penuh tantangan,” ujarnya.

    Dari dalam negeri, industri ini juga menemui sejumlah tantangan. Mulai dari produksi dan produktivitas yang relatif stagnan dan cenderung turun; kebutuhan dalam negeri, baik untuk pangan, energi, dan industri oleokimia yang terus meningkat; hingga ketidakpastian hukum dan berusaha.

    Terkait ketidakpastian hukum dan berusaha, Mukthi menuturkan bahwa saat ini sekitar 37 instansi mengatur atau terlibat dalam industri sawit. Selain itu, banyak peraturan perundangan yang tumpang tindih, hingga kebijakan yang mudah berubah-ubah.

    Belum lagi, perkebunan sawit yang teridentifikasi masuk kawasan hutan. Adapun, dia meminta pemerintah segera menyelesaikan permasalahan perkebunan sawit yang teridentifikasi masuk kawasan hutan. Pasalnya, hal ini dapat berdampak terhadap produksi kelapa sawit di Indonesia. 

    “Jika kebun sawit tidak segera dilanjutkan pengelolaannya, akan berpotensi terjadinya PHK dan kehilangan produksi,” pungkasnya.

  • Selat Hormuz Diblokade Iran, Bahlil Was-Was – Page 3

    Selat Hormuz Diblokade Iran, Bahlil Was-Was – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia was-was Selat Hormuz akan benar-benar ditutup oleh Iran. Dia melihat dampaknya pada ekonomi global dan nasional.

    Ancaman penutupan Selat Hormuz seiring meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel serta adanya keterlibatan Amerika Serikat. Bahlil mengaku khawatir jika Selat Hormuz benar-benar akan ditutup.

    “Ini sebuah tantangan yg cukup luar biasa bagi Indonesian disaat bersamaan perang Iran-Israel dan Amerika ikut, Selat Hormuz sekarang udah dalam kondisi yang mengerikan juga karena parlemen Iran sudah menyetujui untuk penutupan itu,” kata Bahlil dalam Jakarta Geopolitical Forum 2025, di Jakarta, Selasa (24/6/2025).

    Dia melihat cukup besarnya porsi distribusi yang melalui Selat Hormuz. Artinya, dampaknya terhadap ekonomi dunia pun tidak main-main.

    “Dan dalam hitungan jam hampir 30 persen jalur distribusi itu lewat sini, kita gak pernah berpikir apa yang akan terjadi pasca penutupan,” kata dia.

    Bahlil menyampaikan, ketegangan geopolitik global terlihat sejak 2016-2017 lalu sejak perang dagang China dan Amerika Serikat. Lalu, berlanjut usai pandemi Covid-19 dimana meletupnya perang Rusia-Ukraina, Israel-Palestina, hingga India-Pakistan.

    “Bapak ibu semua, akibat ini melahirkan sebuah kondisi ekonomi yang susah untuk kita prediksi, harus jujur saya katakan, ini susah sekali,” tegas Bahlil.

     

  • Perang Rudal Iran-AS Menggila, Langit Timur Tengah Mendadak Kosong

    Perang Rudal Iran-AS Menggila, Langit Timur Tengah Mendadak Kosong

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang di Timur Tengah kian memanas setelah Amerika Serikat (AS) bergabung dengan Israel untuk menyerang Iran. Militer AS mengklaim berhasil menghancurkan 3 pusat nuklir di Iran pada Sabtu (20/6) pekan lalu.

    Serangan balasan lantas dilancarkan Iran ke 10 titik di Israel. Iran juga menyerang pangkalan militer AS di Qatar pada Senin (23/6) malam.

    Tak lama setelahnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata telah disepakati antara Israel dan Iran.

    Kendati demikian, ledakan terbaru dilaporkan mengguncang Iran pada Selasa (24/6/2025) pagi ini.

    Perang yang masih kencang membuat langit Timur Tengah kosong melompong. Berbagai penerbangan dengan destinasi ke kawasan tersebut dibatalkan, dialihkan, atau ditangguhkan.

    Pada Senin (23/6), Air India mengumumkan menyetop semua penerbangan ke Timur Tengah. Selain itu, dilakukan pula penangguhan penerbangan dari/ke wilayah timur Amerika Utara dan Eropa.

    Bandara Dubai yang tersibuk di dunia mengatakan operasinya telah dilanjutkan setelah penangguhan singkat. Kendati demikian, Dubai memperingatkan penundaan dan pembatalan beberapa penerbangan. Qatar juga menutup wilayah udaranya.

    Wilayah udara yang biasanya sibuk membentang dari Iran dan Irak hingga Mediterania menyerupai kota mati, tanpa lalu lintas udara komersial karena penutupan wilayah udara dan masalah keselamatan.

    “Mengerikan sekali,” kata Miret Padovani, seorang pemilik bisnis yang terdampar di Bandara Internasional Hamad, Doha, dikutip dari Reuters, Selasa (24/6/2025).

    Ia memesan tiket penerbangan Qatar Airways ke Thailand yang dijadwalkan berangkat Senin (23/6) malam, tetapi membatalkan perjalanannya dan berencana untuk pulang ke Dubai pada Selasa (24/6) pagi.

    “Semuanya terjadi begitu cepat. Saya bahkan mendengar dari orang-orang di ruang tunggu kelas utama bahwa rudal-rudal itu telah meluncur,” Miret menambahkan.

    Menurut perusahaan analitik penerbangan Cirium, puluhan penerbangan ke Doha, sebagian besar dari Qatar Airways, dialihkan pada Senin (23/6). Segelintir penerbangan ke Dubai dialihkan karena penutupan wilayah udara.

    Kuwait Airways pada Senin (23/6) menangguhkan keberangkatan penerbangannya dari negara tersebut, sementara Etihad Airways dari UEA mengalihkan rute penerbangannya pada hari Senin (23/6) dan Selasa (24/6).

    Maskapai penerbangan Spanyol Iberia membatalkan rencana untuk melanjutkan penerbangan ke Doha pada Selasa (24/6) setelah penutupan wilayah udara terbaru.

    Perlu diketahui, sejak wilayah udara Rusia dan Ukraina ditutup untuk sebagian besar maskapai penerbangan karena perang selama bertahun-tahun, Timur Tengah menjadi rute andalan yang sangat penting untuk penerbangan antara Eropa dan Asia.

    Di tengah serangan rudal dan udara selama 10 hari terakhir, maskapai penerbangan telah mengalihkan rute ke utara melalui Laut Kaspia atau ke selatan melalui Mesir dan Arab Saudi.

    Maskapai penerbangan kemungkinan menghindari Doha, Dubai, dan bandara lain di kawasan tersebut karena kekhawatiran bahwa Iran atau proksinya dapat menargetkan serangan drone atau rudal terhadap pangkalan militer AS di negara-negara ini, kata konsultan risiko penerbangan Osprey Flight Solutions.

    Sampai Kapan Penerbangan Disetop?

    Sebelumnya, maskapai penerbangan telah mempertimbangkan berapa lama mereka akan menangguhkan penerbangan. Finnair adalah yang pertama mengumumkan penangguhan penerbangan ke Doha, dengan pembatalan hingga 30 Juni 2025.

    Singapore Airlines berencana untuk membatalkan penerbangan ke Dubai hingga Selasa (24/6). Air France, Iberia, British Airways, dan Air Astana, membatalkan semua penerbangan ke Doha dan Dubai pada Minggu (21/6) dan Senin (22/6).

    Air France juga membatalkan penerbangan ke Riyadh dan mengatakan akan menangguhkan penerbangan ke dan dari Beirut, Lebanon hingga Rabu (25/6) besok.

    Beberapa hari sebelum serangan AS, American Airlines menangguhkan penerbangan ke Qatar. United Airlines dan Air Canada melakukan hal yang sama dengan penerbangan ke Dubai. Penerbangan mereka belum dilanjutkan.

    Zona konflik yang meluas menjadi beban operasional yang makin besar bagi maskapai penerbangan. Serangan udara menimbulkan kekhawatiran tentang penembakan yang disengaja atau tidak disengaja terhadap lalu lintas udara komersial.

    Gangguan GPS di sekitar titik-titik konflik, tempat sistem GPS berbasis darat “memalsukan” atau menyiarkan posisi yang, dapat membuat pesawat komersial keluar jalur.

    Hal ini juga menjadi masalah yang makin besar bagi penerbangan komersial. SkAI, sebuah perusahaan Swiss yang mengelola peta gangguan GPS, mengatakan pada Minggu (21/6) malam bahwa mereka telah mengamati lebih dari 150 pesawat yang dipalsukan di atas Teluk Persia dalam 24 jam.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]