Negara: Ukraina

  • Senyuman Putin Naik Benteng Berjalan ‘The Beast’, Semobil dengan Trump

    Senyuman Putin Naik Benteng Berjalan ‘The Beast’, Semobil dengan Trump

    Jakarta

    Vladimir Putin menumpangi mobil kepresidenan AS ‘The Beast’ bersama Donald Trump. Momen langka itu terjadi saat Putin tiba di Alaska.

    Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu di pangkalan militer Alaska. Setibanya di Alaska, Putin turun dari pesawat disambut karpet merah, Trump pun demikian. Keduanya bersalaman dan berjalan menuju mobil sembari disuguhi pemandangan pesawat jet melintas di atas kepala. Selanjutnya baik Putin dan Trump berjalan menuju limosin berlapis baja Cadillac yang sering disebut dengan ‘The Beast’.

    Keduanya masuk ke mobil bersamaan, Trump masuk dari pintu kanan dan Putin dari sisi kiri. Putin pun sempat menebar senyum saat melihat ke sisi kiri jendela sembari melambaikan tangan satu kali. Dikutip NBC News, perjalanan semobil Putin dan Trump itu berlangsung sekitar 10 menit. Tak diketahui lebih detail soal rencana perjalanan keduanya, termasuk soal Putin semobil dengan Trump. Namun seorang produser NBC News mengaku melihat mobil dengan pelat nomor Moscow ada di landasan pacu.

    Pada pertemuan ini, Trump dan Putin akan melakukan perundingan untuk mengakhiri perang di Ukraina. Perundingan tatap muka diawasi ketat oleh negara-negara Eropa dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang tidak diikutsertakan dan secara terbuka menolak tekanan dari Trump untuk menyerahkan wilayah yang direbut Rusia.

    Spesifikasi Benteng Berjalan ‘The Beast’

    Adapun mobil yang ditumpangi Trump dan Putin dikenal juga sebagai benteng berjalan. Mobil buatan AS itu kerap digunakan orang nomor satu AS saat bertugas baik di dalam negeri ataupun luar negeri. Mobil kepresidenan AS tidak hanya bisa menangkal serangan. Mobil ini juga dibekali persenjataan yang disiapkan.

    Misalnya tersedia layar berasap dan gagang pintu yang dilengkapi dengan aliran listrik untuk menangkal para penyusup. Dalam keadaan darurat, The Beast disebut bisa mengeluarkan oli sehingga mobil yang mengejarnya berputar kehilangan arah.

    Senapan angin, granat roket, peralatan night vision, hingga granat gas air mata dipercaya ada di dalamnya. Punya bobot 8 sampai 10 ton, bodi The Beast terbuat dari lapisan anti-peluru guna mencegah kerusakan saat ada bom meledak. Kacanya juga tebal dan disebut dapat menghentikan peluru magnum 0,44.

    Bagian interiornya dilengkapi dengan pelindung khusus sehingga penumpang dapat terhindar dari cairan beracun. Ban The Beast yang kempes juga membuat mobil masih bisa berjalan meski dalam kecepatan terbatas.

    Dalam rangkaian konvoi kendaraan kepresidenan, biasanya ada lebih dari satu The Beast yang berwujud identik, termasuk pelat nomor yang sama. Hal ini dimaksudkan agar para penyerang tidak bisa mengidentifikasi dengan baik mobil mana yang ditumpangi presiden AS saat melakukan iring-iringan.

    The Beast bukanlah mobil biasa. Mengendarai The Beast dibutuhkan keahlian khusus, sekalipun dikemudikan oleh Secret Service. Untuk memarkirkan mobil bongsor itu pun membutuhkan kemampuan khusus. Maka dari itu, butuh pelatihan bagi mereka yang bakal mengendarai The Beast.

    (dry/din)

  • Kini Tergantung Zelensky Capai Kesepakatan Ukraina

    Kini Tergantung Zelensky Capai Kesepakatan Ukraina

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa tanggung jawab sekarang berada di tangan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk mengamankan kesepakatan dalam mengakhiri invasi Moskow terhadap negaranya.

    Hal tersebut disampaikan Trump setelah menggelar pertemuan puncak dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada Jumat (15/8) waktu setempat, yang diwarnai pembicaraan selama tiga jam dan diakhiri tanpa kesepakatan apa pun soal Ukraina.

    Trump, dalam wawancara dengan media terkemuka AS, Fox News, usai pertemuan dengan Putin, mengatakan bahwa onus atau tanggung jawab kini berada di tangan Zelensky untuk memanfaatkan pertemuan puncak di Alaska guna melanjutkan upaya dan mengamankan kesepakatan untuk mengakhiri perang.

    “Sekarang, semuanya bergantung pada Presiden Zelensky untuk mewujudkannya,” kata Trump dalam wawancara dengan Fox News, seperti dilansir AFP, Sabtu (16/8/2025).

    “Dan saya juga ingin mengatakan negara-negara Eropa, mereka harus ikut terlibat sedikit, tetapi itu terserah pada Presiden Zelensky,” ucapnya.

    Trump mengatakan dirinya akan berkonsultasi dengan Zelensky dan para pemimpin NATO mengenai isi pertemuannya dengan Putin. Trump memberi nilai sempurna “10 dari 10” untuk pertemuan dirinya dan Putin.

    Meski pertemuan puncak di Alaska itu tidak mencapai kesepakatan soal Ukraina, Trump menyebut pertemuan dengan Putin itu “sangat produktif” dengan “banyak poin” yang disepakati, meskipun dia tidak menyebutkannya lebih detail.

    “Kita belum sampai di sana, tetapi kita telah membuat kemajuan. Tidak ada kesepakatan sampai ada kesepakatan,” kata Trump dalam konferensi pers singkat yang digelar dengan backrop sederhana bertuliskan “Pursuing Peace”.

    “Hanya ada sedikit yang tersisa, beberapa hal yang tidak terlalu signifikan, satu hal mungkin yang paling signifikan,” ucapnya tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Sementara Putin, dalam konferensi pers yang sama, mengatakan bahwa ada “kesepahaman” antara dirinya dan Trump mengenai Ukraina. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut soal “kesepahaman” yang dimaksudnya.

    “Kami berharap kesepahaman yang telah kami capai akan… membuka jalan bagi perdamaian di Ukraina,” kata Putin dalam konferensi pers bersama dengan Trump.

    Putin juga mengatakan bahwa Rusia berharap agar “Kyiv dan ibu kota Eropa akan memandang semua ini secara konstruktif dan tidak akan menciptakan hambatan apa pun”. Dia bahkan memperingatkan terhadap “upaya-upaya untuk mengganggu kemajuan yang telah muncul melalui provokasi atau intrik di-balik-layar”.

    Pertemuan di Alaska itu digelar tanpa kehadiran Zelensky yang tidak diundang untuk ikut berunding, sehingga menimbulkan kekhawatiran di Eropa bahwa Moskow dan Washington akan mencoba menentukan nasib Kyiv secara diam-diam.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Putin Bilang Ada ‘Kesepahaman’ dengan Trump Soal Ukraina

    Putin Bilang Ada ‘Kesepahaman’ dengan Trump Soal Ukraina

    Anchorage

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan ada “kesepahaman” yang dicapai dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump setelah keduanya melakukan pertemuan di Alaska pada Jumat (15/8) waktu setempat. Putin menyebut bahwa “kesepahaman” itu dapat membawa perdamaian di Ukraina.

    Putin dan Trump melakukan pertemuan yang sangat dinantikan di Alaska pada Jumat (15/8) waktu setempat, yang dimaksudkan untuk membahas perang di Ukraina dan langkah-langkah menuju perdamaian.

    Namun kedua pemimpin mengakhiri pertemuan tanpa ada kesepakatan apa pun soal Ukraina, setelah melakukan pembicaraan selama tiga jam di Joint Base Elmendorf-Richardson di Anchorage, Alaska. Kendati demikian, Putin menyebut ada “kesepahaman” antara dirinya dan Trump mengenai Ukraina dalam pertemuan itu.

    “Kami berharap kesepahaman yang telah kami capai akan… membuka jalan bagi perdamaian di Ukraina,” kata Putin dalam konferensi pers bersama dengan Trump setelah pembicaraan keduanya, seperti dilansir AFP, Sabtu (16/8/2025).

    Putin tidak menjelaskan lebih lanjut soal “kesepahaman” yang dimaksudnya tersebut.

    Dalam konferensi pers yang digelar singkat dengan backdrop sederhana bertuliskan “Pursuing Peace” tersebut, Putin mengatakan bahwa Rusia berharap agar “Kyiv dan ibu kota Eropa akan memandang semua ini secara konstruktif dan tidak akan menciptakan hambatan apa pun”.

    Putin juga memperingatkan terhadap “upaya-upaya untuk mengganggu kemajuan yang telah muncul melalui provokasi atau intrik di-balik-layar”.

    Pertemuan di Alaska itu digelar tanpa kehadiran Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang tidak diundang untuk ikut berunding, sehingga menimbulkan kekhawatiran di Eropa bahwa Moskow dan Washington akan mencoba menentukan nasib Kyiv secara diam-diam.

    Putin dan Trump memuji pertemuan mereka, dengan sang pemimpin Rusia menyebutnya “konstruktif” dan berlangsung dalam “atmosfer saling menghormati”. Trump menyebut pertemuan dengan Putin “sangat produktif” dengan “banyak poin” yang disepakati, meskipun dia tidak menyebutkannya lebih detail.

    Membahas soal Ukraina, Putin mengatakan Moskow “secara tulus tertarik untuk mengakhiri” konflik dengan Kyiv, namun meminta agar “kekhawatiran sah” Rusia dipertimbangkan.

    “Saya telah berulang kali mengatakan bahwa bagi Rusia, peristiwa di Ukraina berkaitan dengan ancaman fundamental terhadap keamanan nasional kami,” ucapnya.

    “Keseimbangan yang adil dalam bidang keamanan di Eropa dan di dunia secara keseluruhan harus dipulihkan,” cetus Putin.

    Rusia di masa lalu telah berulang kali mendesak Ukraina untuk meninggalkan ambisinya bergabung dengan aliansi NATO dan menyerahkan bagian timur wilayahnya yang diklaim oleh Moskow telah dianeksasi. Kyiv menolak gagasan tersebut dan menyerukan agar setiap kesepakatan damai mencakup jaminan keamanan untuk mencegah Moskow menyerang kembali.

    Putin dan Trump langsung meninggalkan pangkalan udara di Alaska setelah pertemuan mereka berakhir. Laporan AFP menyebut pesawat kedua pemimpin lepas landas dari Joint Base Elmendorf-Richardson dengan jeda beberapa menit.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • 3 Jam Dialog, Trump-Putin Akhiri Pertemuan Tanpa Kesepakatan Soal Ukraina

    3 Jam Dialog, Trump-Putin Akhiri Pertemuan Tanpa Kesepakatan Soal Ukraina

    Anchorage

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengakhiri pertemuan puncak di Alaska, pada Jumat (15/8) waktu setempat, tanpa adanya kesepakatan apa pun soal Ukraina. Pembicaraan yang dilakukan oleh kedua kepala negara ini dilaporkan berlangsung selama tiga jam.

    Kedua pemimpin dalam konferensi pers membahas soal sejumlah peluang untuk kesepakatan dan menghidupkan kembali persahabatan, namun tidak memberikan kabar terbaru soal gencatan senjata untuk perang Ukraina.

    Trump, yang gemar menyebut dirinya sendiri sebagai “master deal-maker”, menggelar karpet merah untuk Putin di pangkalan udara Alaska. Ini merupakan pertama kalinya pemimpin Rusia itu diizinkan berada di wilayah Barat sejak dia memerintahkan invasi skala besar ke Ukraina pada Februari 2022.

    Setelah melakukan pembicaraan selama tiga jam dengan didampingi ajudan masing-masing, seperti dilansir AFP, Sabtu (16/8/2025), Trump dan Putin mengakhiri pertemuan secara tiba-tiba pada Jumat (15/8) waktu setempat. Pertemuan puncak ini digelar di Joint Base Elmendorf-Richardson di Anchorage, Alaska.

    Di hadapan wartawan, keduanya memberikan sambutan hangat namun tidak menerima pertanyaan apa pun — hal yang sangat tidak biasa bagi sang Presiden AS yang sangat memahami media.

    “Kita belum sampai di sana, tetapi kita telah membuat kemajuan. Tidak ada kesepakatan sampai ada kesepakatan,” kata Trump dalam konferensi pers, yang digelar dengan backdrop sederhana bertuliskan “Pursuing Peace”.

    Dia menyebut pertemuan dengan Putin “sangat produktif” dengan “banyak poin” yang disepakati, meskipun dia tidak menyebutkannya lebih detail.

    “Hanya ada sedikit yang tersisa, beberapa hal yang tidak terlalu signifikan, satu hal mungkin yang paling signifikan,” ucap Trump tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Putin, dalam konferensi pers yang sama, membahas soal kerja sama secara umum. Konferensi pers bersama ini berlangsung hanya 12 menit saja.

    “Kami berharap kesepahaman yang telah kita capai akan… membuka jalan bagi perdamaian di Ukraina,” kata Putin.

    Sementara Trump memikirkan soal pertemuan kedua, Putin tersenyum dan berkata dalam bahasa Inggris: “Lain kali di Moskow.”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Emas Turun 1,8% Sepekan, Investor Menanti Hasil Pertemuan Trump-Putin – Page 3

    Emas Turun 1,8% Sepekan, Investor Menanti Hasil Pertemuan Trump-Putin – Page 3

    Analis Senior FXTM Lukman Otunuga menjelaskan, pergerakan emas ke depan juga akan dipengaruhi hasil pertemuan puncak Trump-Putin.

    “Meskipun harga emas stabil pada Jumat, tekanan tambahan bisa muncul tergantung pada bagaimana pertemuan berisiko tinggi di Alaska tersebut berlangsung,” ujarnya.

    Trump menyebut pertemuan itu sebagai “high-risk summit” yang bertujuan membahas kesepakatan gencatan senjata di Ukraina.

    Secara historis, ketidakpastian geopolitik dan suku bunga rendah menjadi faktor yang mendorong permintaan emas. Analis ANZ memperkirakan risiko makroekonomi dan geopolitik akan meningkat pada paruh kedua tahun ini, sehingga prospek emas sebagai aset safe haven tetap positif.

    “Prospek bullish emas tetap terjaga, didukung oleh peluang kenaikan tarif, perlambatan ekonomi global, pelonggaran kebijakan moneter AS, dan pelemahan dolar AS yang berlanjut,” tulis ANZ dalam risetnya.

     

  • Trump dan Putin Mulai Berunding di Alaska, Bahas Perdamaian Perang

    Trump dan Putin Mulai Berunding di Alaska, Bahas Perdamaian Perang

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia, Vladimir Putin memulai perundingan di Alaska. Perundingan dilakukan untuk mengakhiri perang yang menghancurkan di Ukraina yang dilancarkan Moskow pada tahun 2022.

    Dilansir AFP, Sabtu (16/8/2025) para jurnalis dipersilakan keluar dari ruang pertemuan tak lama setelah Trump, Putin, dan pejabat lainnya duduk di depan latar belakang bertuliskan “Mengejar Perdamaian.”

    Trump dan Putin berjabat tangan dan bertukar salam saat keduanya bertemu di pangkalan militer di Alaska Jumat (15/8) waktu setempat. Pertemuan ini merupakan puncak bersejarah mengenai perang Rusia dan Ukraina.

    Perundingan tatap muka diawasi ketat oleh negara-negara Eropa dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang tidak diikutsertakan dan secara terbuka menolak tekanan dari Trump untuk menyerahkan wilayah yang direbut Rusia.

    (dek/dek)

  • Tiba di Alaska, Trump Bakal Bertemu Putin Desak Akhiri Perang

    Tiba di Alaska, Trump Bakal Bertemu Putin Desak Akhiri Perang

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tiba di pangkalan militer di Alaska. Trump akan bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin guna mendesak diakhirinya perang berdarah Moskow di Ukraina.

    Dilansir AFP, Sabtu (16/8/2025) Trump dijadwalkan untuk mengadakan pembicaraan tatap muka dengan pemimpin Kremlin tersebut. Ini merupakan kunjungan pertamanya ke wilayah Barat sejak memerintahkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022, yang memicu konflik dan menewaskan puluhan ribu orang.

    Sementara, Gedung Putih menyampaikan Trump didampingi para ajudan utama saat bertemu Putin. Dia juga akan ditemani oleh Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Utusan Khusus Steve Witkoff sebelum pertemuan yang lebih besar saat makan siang yang akan mencakup pejabat lainnya.

    Trump sebelumnya mengatakan ia merencanakan pertemuan kedua dengan mitranya Presiden Rusia Vladimir Putin. Pertemuan kedua dengan bersama pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky setelah pertemuan di Alaska.

    Dilansir AFP, Kamis (14/8/2025), Trump dijadwalkan bertemu dengan Putin di Anchorage pada Jumat (15/8), pertemuan pertama antara pemimpin Rusia dan Presiden AS yang sedang menjabat sejak 2021.

    “Saya ingin melakukannya segera, dan kami akan mengadakan pertemuan kedua yang cepat antara Presiden Putin dan Presiden Zelensky dan saya sendiri, jika mereka mengizinkan saya hadir.”

    Perundingan berisiko tinggi ini terjadi di tengah upaya Trump untuk menengahi berakhirnya perang Rusia yang telah berlangsung hampir tiga setengah tahun di Ukraina, dan Zelensky beserta sekutu-sekutunya di Eropa telah mendesak Partai Republik untuk mendorong gencatan senjata.

    Trump mengatakan Rusia akan menghadapi “konsekuensi yang sangat berat” jika Putin tidak setuju untuk mengakhiri perang setelah pertemuan, tanpa penjelasan lebih lanjut.

    Pemimpin AS tersebut telah berjanji puluhan kali selama kampanye pemilihannya tahun 2024 untuk mengakhiri perang pada hari pertamanya menjabat, tetapi hanya membuat sedikit kemajuan dalam menengahi kesepakatan damai.

    Ia mengancam akan memberikan “sanksi sekunder” kepada mitra dagang Rusia atas invasinya ke Ukraina, tetapi tenggat waktu tindakannya telah berlalu minggu lalu tanpa ada tindakan yang diumumkan.

    Trump mengatakan kepada wartawan bahwa ia telah melakukan “komunikasi yang sangat baik” dengan para pemimpin Eropa termasuk Zelensky saat ia menjawab pertanyaan dari para wartawan di sebuah acara seni di Kennedy Center, Washington.

    “Saya akan memberi nilai 10. Anda tahu–sangat, sangat bersahabat,” katanya.

    (dek/dek)

  • WhatsApp Tuding Balik Rusia Terkait Pembatasan Fitur Voice Call – Page 3

    WhatsApp Tuding Balik Rusia Terkait Pembatasan Fitur Voice Call – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Setelah pemerintah Rusia memblokir WhatsApp Call, kini platform penyedia layanan pesan tersebut menuntut balik untuk mendapatkan keadilan.

    Dilansir Gizchina, pemerintah Rusia membatasi panggilan yang terjadi di WhatsApp karena aplikasi ini dicurigai menjadi sarang teroris dan para penipu.

    Pembatasan akses ini sebenarnya terjadi karena muncul ketegangan antara pemerintah Rusia dan perusahaan teknologi asing. Dari informasi yang beredar, ketegangan mengalami eskalasi ketika Rusia memulai invasi militer ke Ukraina pada Februari 2022.

    Mengutip pernyataan resmi dari Juru Bicara WhatsApp, Jumat (15/8/2025), “Aplikasi layanan kami bersifat privat, terenkripsi ujung ke ujung (end-to-end encrypted), dan menolak upaya pemerintah untuk melanggar hak orang dalam berkomunikasi secara aman.”

    Selaras dengan pernyataan sebelumnya, WhatsApp menuding balik pemerintah Rusia karena secara sengaja menghentikan kurang lebih 100 juta warganya dalam mengakses komunikasi yang aman dan pribadi.

    Menurutnya, langkah radikal ini mengambil kedaulatan digital dari masyarakat dan sebagai penyedia, mereka harus melindungi keamanan data yang tersimpan.

    “Kami akan terus melakukan segala yang kami bisa untuk memastikan komunikasi terenkripsi ujung ke ujung tersedia bagi semua orang di seluruh dunia, termasuk di Rusia,” Juru Bicara WhatsApp menambahkan.

    Sekarang imbasnya WhatsApp terancam kehilangan lebih dari 100 juta pengguna dan mendapat label buruk atas tuduhan tidak menyenangkan seperti keterlibatan penggunanya dalam aktivitas terorisme atau pun penipuan.

    Selain dua dampak buruk yang dialami WhatsApp, kini layanan penyedia komunikasi digital tersebut terpaksa bersaing melawan MAX (aplikasi penyedia chat yang di dukung penuh oleh pemerintah Rusia dan para politisi elit).

    Melihat dari potensial dampak yang terjadi, hanya ada satu jalan keluar bagi layanan satu ini. Mengikuti pembatasan dari pemerintah terhadap beberapa fitur, salah satunya panggilan suara.

  • Trump Siapkan Pertemuan Damai Ukraina-Rusia

    Trump Siapkan Pertemuan Damai Ukraina-Rusia

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan optimisme soal kemungkinan perdamaian antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

    “Kami akan bertemu dengan Presiden Putin besok. Saya rasa pertemuan itu akan berjalan baik,” kata Trump kepada wartawan. “Namun, yang lebih penting adalah pertemuan kedua yang sedang kami rencanakan.”

    Trump menambahkan bahwa pertemuan lanjutan, yang mungkin melibatkan para pemimpin Eropa, bisa berlangsung segera setelah pertemuan pertama pada hari Jumat (15/08).

    “Saya ingin mempersiapkan pertemuan berikutnya. Kalau pertemuan pertama buruk, akan segera dihentikan. Kalau baik, perdamaian bisa segera tercapai,” ujarnya di Oval Office.

    Kanselir Jerman: Putin punya kesempatan akhiri perang

    Kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan bahwa Putin memiliki “kesempatan” untuk mengakhiri perang Ukraina saat bertemu Trump di Alaska. Namun, ia menekankan bahwa perdamaian harus melibatkan Ukraina.

    “Tujuannya harus ada pertemuan yang juga dihadiri Presiden Zelenskyy, di mana gencatan senjata disepakati,” tulis Merz di media sosial.

    Ia menambahkan bahwa Trump kini bisa mengambil langkah besar menuju perdamaian, lebih dari tiga tahun sejak invasi Rusia ke Ukraina.

    Trump: Pemimpin Eropa mungkin ikut pertemuan kedua

    “Kami akan bertemu dengan Putin, Zelenskyy, saya sendiri, dan mungkin beberapa pemimpin Eropa. Atau mungkin tidak,” kata Trump di Gedung Putih.

    Pertemuan pertama dijadwalkan berlangsung di Alaska pada hari Jumat (15/08), tetapi Trump merendahkan ekspektasi, seraya menyebutnya sebagai persiapan untuk pertemuan yang lebih penting. Kremlin juga memperingatkan agar tidak berharap hasil konkret.

    Saat ditanya apakah ia akan menawarkan akses ke sumber daya alam langka atau pengurangan pasukan NATO di Eropa sebagai konsesi, Trump tidak memberikan jawaban spesifik.

    Artikel ini telah diterjemahkan dari bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh: Hani Anggraini

    Editor: Rahka Susanto

    (ita/ita)

  • AS Beli Alaska dari Rusia, Kesepakatan Terbaik dalam Sejarah?

    AS Beli Alaska dari Rusia, Kesepakatan Terbaik dalam Sejarah?

    Jakarta

    Amerika Serikat dan Rusia akan melakukan pertemuan puncak di Alaska, pada Jumat (15/08), guna membahas penghentian perang di Ukraina. Pertemuan ini bisa dibilang sebagai salah satu perkembangan diplomatik paling signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

    Namun, lokasi pertemuan itu memiliki makna sejarah. Presiden Donald Trump dan Vladimir Putin akan bertemu di Anchorage, kota terbesar di Alaska.

    Seandainya pertemuan itu terjadi di lokasi yang sama sekitar 150 tahun yang lalu, pertemuan itu akan berlangsung di wilayah Rusia.

    Sebab Alaska yang sekarang menjadi negara bagian terbesar di AS, mencakup sekitar seperlima dari total luas daratan negara itu dulunya dimiliki oleh Rusia.

    Lokasi yang ‘cukup logis’

    Terletak di ujung barat laut Amerika Utara, Alaska dipisahkan dari Rusia oleh Selat Beringyang lebarnya hanya 80 kilometer pada titik tersempitnya.

    Ketika Presiden Trump mengumumkan bahwa pertemuan puncak akan diadakan di Alaska, asisten presiden Rusia, Yuri Ushakov, mengatakan bahwa hal itu tampak “cukup logis”.

    Dia bilang delegasi Rusia “cukup terbang melintasi Selat Bering agar pertemuan puncak para pemimpin kedua negara yang begitu penting dan dinantikan ini dapat diadakan di Alaska.”

    Peta yang menunjukkan Alaska di sebelah kanan, Selat Bering di tengah, dan Rusia di sebelah kiri. (BBC)

    Sebuah ekspedisi yang dipimpin oleh navigator Denmark, Vitus Bering, menemukan bahwa daratan baru itu tidak terhubung dengan daratan utama Rusia. Namun, karena kabut tebal, ekspedisi tersebut gagal.

    Pada 1741, ekspedisi lain yang kembali dipimpin oleh Bering berhasil dan beberapa orang dikirim ke daratan Alaska.

    Mungkin Anda tertarik:

    Beberapa ekspedisi komersial kemudian menyusul. Lalu, ketika bulu berang-berang laut dibawa ke Rusia, terbukalah pintu bagi perdagangan bulu yang menguntungkan antara Eropa, Asia, dan pesisir Pasifik Amerika Utara.

    Namun, pada abad ke-19, pedagang bulu Inggris dan Amerika menjadi pesaing sengit bagi Rusia. Persaingan itu lantas diselesaikan pada tahun 1824, ketika Rusia menandatangani perjanjian terpisah dengan Amerika Serikat dan Inggris.

    Beberapa dekade kemudian, Rusia bersedia menjual Alaska kepada AS akibat hampir punahnya berang-berang laut dan konsekuensi politik dari Perang Krimea (185356).

    Pembelian yang ‘bodoh’

    William Seward, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS, memimpin negosiasi pembelian tanah dan berhasil mengamankan perjanjian dengan pihak Rusia.

    Setelah banyak pertentangan, Kongres AS menyetujui tawaran resmi Seward sebesar US$7,2 juta.

    Jika disesuaikan dengan inflasi, US$7,2 juta yang dibayarkan oleh AS akan setara dengan lebih dari US$100 juta saat ini atau Rp1,6 triliun, harga yang sangat murah bagi negara bagian terbesar di AS sekarang.

    Pada 18 Oktober 1867, bendera Amerika dikibarkan di Sitka, yang saat itu merupakan ibu kota Alaska.

    Pada awalnya, pembelian Alaska disebut sebagai “kebodohan Seward” oleh para kritikus yang yakin bahwa tanah itu tidak memiliki nilai apa pun.

    Namun, pandangan itu berubah ketika pada akhir abad ke-19 ditemukan cadangan emas, minyak, dan gas alam di Alaska yang segera menghasilkan keuntungan besar bagi AS.

    Langkah Seward terbukti membuahkan hasil. Pada 1959, Alaska secara resmi menjadi negara bagian ke-49 AS.

    Hasan Akbas/Anadolu via Getty ImagesAlaska adalah sumber minyak dan gas alam.

    Alaska saat ini memiliki lebih dari 12.000 sungai dan sejumlah besar danau.

    Ibu kotanya, Juneau, adalah satu-satunya ibu kota negara bagian di AS yang hanya dapat dijangkau dengan perahu atau pesawat.

    Lalu, Danau Hood di Anchorage adalah salah satu pangkalan pesawat amfibi tersibuk di dunia, yang menampung sekitar 200 penerbangan per hari.

    Presiden Trump dan Putin akan bertemu di Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson, instalasi militer terbesar di negara bagian tersebut.

    Pangkalan seluas 64.000 hektare itu merupakan lokasi yang penting bagi AS dalam hal kesiapan militer di wilayah Arktik.

    Ini bukanlah pertama kalinya bagi Alaska menjadi pusat acara diplomatik Amerika.

    Pada Maret 2021, tim diplomatik dan keamanan nasional pemerintahan Presiden Joe Biden yang baru dilantik bertemu dengan perwakilan China di Anchorage.

    Belum ada detail resmi mengenai pertemuan Trump dan Putin itu, namun Gedung Putih mengatakan bahwa pembicaraan di Alaska akan menjadi “latihan mendengarkan” bagi Trump dan akan memberikan presiden AS “petunjuk terbaik tentang cara mengakhiri perang ini”.

    Saat mengumumkan pertemuan puncak ini pekan lalu, Trump terdengar positif bahwa pertemuan itu dapat menghasilkan langkah-langkah konkret menuju perdamaian.

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, sebelumnya telah mengatakan bahwa setiap kesepakatan tanpa keterlibatan Kyiv akan menjadi “keputusan yang sia-sia”.

    (ita/ita)