Negara: Ukraina

  • Putin Ngamuk! Hujan Rudal Hantam Ukraina, Apartemen Hancur-Warga Tewas

    Putin Ngamuk! Hujan Rudal Hantam Ukraina, Apartemen Hancur-Warga Tewas

    HOME

    MARKET

    MY MONEY

    NEWS

    TECH

    LIFESTYLE

    SHARIA

    ENTREPRENEUR

    CUAP CUAP CUAN

    CNBC TV

    Loading…

    `

    $(‘#loaderAuth’).remove()
    const dcUrl=”https://connect.detik.com/dashboard/”;

    if (data.is_login) {
    $(‘#connectDetikAvatar’).html(`

    `);
    $(‘#UserMenu’).append(`
    ${prefix}

    My Profile

    Logout

    ${suffix}
    `);

    $(“#alloCardIframe”).iFrameResize();

    } else {
    prefix = “

    $(‘#connectDetikAvatar’).html(`

    `);
    $(‘#UserMenu’).append(`
    ${prefix}

    REGISTER

    LOGIN
    ${suffix}
    `);
    }
    }

  • Rusia Gencarkan Serangan ke Ukraina, Zelensky Akan Bertemu Trump

    Rusia Gencarkan Serangan ke Ukraina, Zelensky Akan Bertemu Trump

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di sela-sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) minggu depan. Pertemuan ini akan dilakukan seiring Rusia menggencarkan serangan di Ukraina.

    Rusia melancarkan salah satu serangan udara terbesarnya pada Jumat (19/9) malam waktu setempat, dengan menembakkan 40 rudal dan sekitar 580 drone ke Ukraina. Zelensky mengatakan bahwa rentetan serangan itu menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai puluhan orang lainnya.

    Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (20/9/2025), Zelensky mengatakan ia akan mengadakan “pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat”. Dia menambahkan bahwa ia akan membahas jaminan keamanan untuk Ukraina dan sanksi terhadap Rusia selama pembicaraan dengan Trump tersebut.

    Sebelumnya, Ukraina bersikeras soal jaminan keamanan yang didukung Barat untuk mencegah serangan Rusia di masa mendatang. Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan bahwa pasukan Barat di Ukraina akan menjadi target serangan yang sah.

    Upaya yang dipimpin AS untuk segera mengakhiri perang telah mandek, dan Rusia secara efektif mengesampingkan pertemuan antara Putin dan Zelensky — sesuatu yang menurut Ukraina merupakan satu-satunya jalan menuju perdamaian.

    “Kami mengantisipasi sanksi jika tidak ada pertemuan antara para pemimpin atau, misalnya, tidak ada gencatan senjata,” kata Zelensky dalam komentar yang dirilis oleh kepresidenan Ukraina pada hari Sabtu (20/9).

    “Kami siap untuk bertemu dengan Putin. Saya telah membicarakan hal ini. Baik bilateral maupun trilateral. Dia belum siap,” tambah Zelensky.

    Tiga putaran perundingan damai langsung antara Rusia dan Ukraina di Istanbul, Turki telah gagal menghasilkan apa pun, selain pertukaran tahanan skala besar.

    Rusia telah mempertahankan serangkaian tuntutan garis keras, termasuk agar Ukraina sepenuhnya menyerahkan wilayah Donbas — sebagian wilayah yang masih dikuasainya.

    Kyiv telah menolak konsesi teritorial dan menginginkan pasukan Eropa dikerahkan ke Ukraina sebagai pasukan penjaga perdamaian, sesuatu yang dianggap Moskow tidak dapat diterima.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Serangan Besar-besaran, Rusia Tembakkan 580 Drone-40 Rudal ke Ukraina

    Serangan Besar-besaran, Rusia Tembakkan 580 Drone-40 Rudal ke Ukraina

    Jakarta

    Rusia menembakkan 580 drone dan 40 rudal ke Ukraina dalam “serangan besar-besaran”, salah satu yang terbesar dalam beberapa minggu terakhir. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa serangan Rusia itu menewaskan tiga orang dan melukai puluhan orang lainnya.

    Meskipun ada upaya yang dipimpin Amerika Serikat untuk memediasi perdamaian, Rusia terus menggempur Ukraina dengan drone dan rudal, dan Kyiv menyalahkan Moskow karena sengaja menghambat upaya perdamaian.

    “Sepanjang malam, Ukraina diserang besar-besaran oleh Rusia. Musuh meluncurkan 40 rudal – jelajah dan balistik – dan sekitar 580 drone berbagai jenis,” kata Zelensky di media sosial, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (20/9/2025).

    “Sampai saat ini, kami mengetahui puluhan orang terluka akibat serangan tersebut, dan, sayangnya, tiga orang tewas,” tambahnya.

    Sergiy Lysak, kepala administrasi militer di wilayah Dnipropetrovsk, mengatakan serangan tersebut menewaskan satu orang dan melukai 26 orang, dengan satu orang dalam kondisi serius.

    Vyacheslav Chaus dari pemerintahan regional di Chernigiv, Ukraina utara, mengatakan seorang pria berusia 62 tahun tewas dalam serangan drone.

    Ukraina mengeluarkan peringatan udara nasional, dengan para pejabat melaporkan serangan-serangan lain di wilayah sekitar ibu kota Ukraina, Kyiv.

    Sekitar 20 bangunan tempat tinggal rusak di wilayah Khmelnytskyi, kata pejabat setempat, Sergiy Tyurin di Telegram. Dia menambahkan bahwa satu jenazah ditemukan “saat pemadaman api di salah satu rumah.”

    Sementara itu, para pejabat Rusia mengatakan pasukan mereka telah menangkis serangan “besar-besaran” Ukraina di wilayah Volgograd dan Rostov, sementara satu orang terluka di wilayah Saratov di dekatnya.

    Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada hari Sabtu bahwa sistem peringatan pertahanan udaranya “mencegat dan menghancurkan” 149 drone Ukraina dalam semalam.

    Diketahui bahwa pasukan Rusia telah bergerak cepat di Ukraina timur selama berbulan-bulan, mencoba menguasai wilayah Donetsk dan Lugansk.

    Harapan akan gencatan senjata telah memudar sejak Presiden AS Donald Trump mengadakan pertemuan tingkat tinggi terpisah dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodomyr Zelensky bulan lalu.

    Pada hari Jumat, Estonia mengatakan tiga pesawat angkatan udara Rusia melanggar wilayah udaranya, memicu kekhawatiran di Uni Eropa dan NATO akan provokasi baru yang berbahaya dari Moskow. Namun, Moskow membantah tuduhan pelanggaran wilayah udara Estonia tersebut.

    Lihat juga Video: Serangan Besar-besaran Rusia ke Zaporizhzhia Tewaskan 1 Orang

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Trump Ungkap Xi Jinping Setuju Soal TikTok, Beijing Bilang Begini

    Trump Ungkap Xi Jinping Setuju Soal TikTok, Beijing Bilang Begini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut Presiden China Xi Jinping telah menyetujui kesepakatan terkait aplikasi media sosial TikTok. Namun, detail perjanjian tersebut masih belum jelas.

    Pernyataan ini disampaikan Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada Jumat (20/9/2025) waktu setempat, melansir dari The Guardian. Ia mengatakan, Xi telah menyetujui kesepakatan TikTok, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai isi maupun waktu penandatanganan resmi.

    “Dia telah setujui kesepakatan TikTok,” kata Trump.

    Kedua pemimpin melakukan kontak langsung melalui sambungan telepon pada hari yang sama untuk pertama kalinya sejak Juni. Isu TikTok telah lama menjadi sumber ketegangan antara Washington dan Beijing, selain perang dagang yang juga masih berlangsung.

    Awal pekan ini, Trump sempat mengatakan Washington dan Beijing telah mencapai kesepakatan yang memungkinkan TikTok dialihkan ke kendali AS. Investor, termasuk raksasa perangkat lunak Oracle, tengah dalam pembicaraan untuk mengambil porsi saham besar di operasi TikTok AS. Skema ini diharapkan bisa mengurangi kepemilikan pihak China, sejalan dengan undang-undang yang disahkan Kongres tahun lalu.

    The Wall Street Journal melaporkan investor dalam kesepakatan TikTok juga akan membayar biaya tertentu kepada pemerintah AS sebagai bagian dari proses negosiasi dengan China.

    Sementara itu, pernyataan resmi pemerintah China menegaskan posisi Beijing dalam isu TikTok sudah jelas. Pemerintah China menghormati keputusan bisnis perusahaan dan berharap negosiasi dilakukan berdasarkan aturan pasar, hukum yang berlaku, serta prinsip non-diskriminatif.

    “China berharap AS dapat menyediakan lingkungan bisnis yang terbuka, adil, dan tidak diskriminatif bagi perusahaan China yang berinvestasi di AS,” demikian bunyi ringkasan percakapan dari pihak Beijing.

    China menggambarkan pembicaraan antara Xi dan Trump berlangsung pragmatis, positif, dan konstruktif. Senada, Trump lewat unggahan di platform Truth Social, menyebut percakapan telepon dengan Xi sangat produktif.

    Ia menyebut keduanya membahas isu penting, termasuk perdagangan, krisis fentanyl, upaya mengakhiri perang Rusia-Ukraina, serta persetujuan kesepakatan TikTok. Trump juga bilang akan bertemu Xi pada KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Korea Selatan pada akhir Oktober, serta merencanakan kunjungan ke China pada awal tahun depan. Namun, pemerintah China belum mengkonfirmasi rencana pertemuan tatap muka tersebut.

    Kesepakatan TikTok dilaporkan dinegosiasikan pekan ini di Madrid, antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng, bersamaan dengan pembicaraan perdagangan kedua negara. AS dan China sepakat untuk melakukan jeda sementara dalam perang dagang, dengan batas waktu kesepakatan ditetapkan hingga 10 November.

    Sebelum panggilan telepon dengan Xi, Trump baru saja menyelesaikan kunjungan kenegaraan ke Inggris yang menghasilkan kesepakatan investasi besar bagi perusahaan teknologi AS. Microsoft berkomitmen investasi US$30 miliar, sementara Nvidia mengumumkan investasi £11 miliar.

    Namun, perusahaan teknologi AS itu juga terkena dampak dari tensi perang dagang.

    Pekan ini, laporan menyebut China memerintahkan perusahaan teknologi domestik untuk berhenti membeli chip dari Nvidia. Padahal, produsen chip tersebut sebelumnya telah mengembangkan produk khusus pasar China setelah model canggihnya dilarang diekspor oleh pemerintah AS.

    Menurut catatan pemerintah China, Trump bahkan memuji parade militer besar-besaran yang digelar Beijing baru-baru ini, menyebutnya spektakuler. Parade yang dihadiri Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un itu dipandang Barat sebagai simbol persatuan blok anti-AS.

    Meski begitu, Xi dalam percakapan itu menekankan kembali sejarah China dan AS pernah menjadi sekutu saat Perang Dunia II. Beijing juga menyebut hubungan AS-China sebagai hubungan bilateral paling penting di dunia.

    (dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Video: Jerman Siap Bahas Dana ‘Beku’ Rusia Untuk Ukraina

    Video: Jerman Siap Bahas Dana ‘Beku’ Rusia Untuk Ukraina

    Jakarta, CNBC Indonesia -Jerman siap membahas penggunaan dana rusia yang dibekukan untuk membantu Ukraina. Hal itu diungkapkan Menteri Keuangan Lars Klingbeil saat hadir di pertemuan Kopenhagen.

    Selengkapnya dalam program Nation Hub CNBC Indonesia, Jumat (19/09/2025).

  • Siapkah NATO Hadapi Perang Drone Lawan Rusia?

    Siapkah NATO Hadapi Perang Drone Lawan Rusia?

    Jakarta

    Sudah lebih dari sepekan ini kemunculan drone Rusia jadi buah bibir di Eropa. Pada malam 9–10 September, gelombang drone tempur Rusia untuk pertama kali menembus wilayah udara Polandia. Sebanyak 19 wahana nirawak terdeteksi, beberapa di antaranya berhasil ditembak jatuh.

    Hanya beberapa hari berselang, drone Rusia kembali melintasi wilayah Rumania — anggota NATO lain. Pada Senin (15/9), otoritas Polandia menembak jatuh sebuah drone yang terbang di atas gedung pemerintah di ibu kota Warsawa, dan dilaporkan menahan dua tersangka: seorang warga Belarus dan seorang warga Ukraina.

    Tidak ada korban luka dalam insiden-insiden tersebut. Moskow sendiri menyangkal bahwa pelanggaran itu disengaja. Namun, NATO merespons dengan meluncurkan misi baru untuk mengamankan ruang udara di sisi timurnya.

    Operasi di perbatasan timur

    Operasi yang dinamakan Eastern Sentry ini digambarkan sebagai “aktivitas multidomain” yang mencakup penguatan pangkalan darat dan pertahanan udara, serta akan “berlangsung untuk waktu yang tidak ditentukan,” menurut pernyataan resmi NATO pada 12 September.

    Melalui operasi ini, NATO ingin menyampaikan pesan jelas kepada negara anggotanya di timur Eropa, sekaligus gertakan kepada Rusia. Inggris dan Denmark sudah menyatakan dukungan, Jerman menggandakan jumlah jet tempur untuk pertahanan udara di Polandia dari dua menjadi empat, sementara Prancis mengerahkan jet Rafale.

    Jet vs Drone: ‘Palu Godam untuk Paku Payung’

    Meski jet tempur dan rudal udara-ke-udara terbukti ampuh menjatuhkan drone, cara ini dinilai jauh dari efisien.

    “Drone yang kita lihat di Ukraina harganya hanya 10 ribu sampai 30 ribu Euro per unit. Tapi kalau kita menembakkan rudal seharga jutaan dolar sebagai respons, stok senjata kita akan cepat habis,” ujar Chris Kremidas-Courtney, pakar pertahanan dari lembaga European Policy Centre (EPC) di Brussel, Belgia, kepada DW. “Kita memakai palu godam untuk menghantam paku payung.”

    Menurutnya, negara-negara Eropa anggota NATO seharusnya berinvestasi pada teknologi pertahanan modern yang lebih hemat biaya, seperti sistem rudal anti-drone Nimbrix buatan Swedia. Jika tidak, Eropa akan terus terjebak dalam perang “asimetris biaya” yang merugikan.

    Membangun ‘Tembok Drone’ di Eropa?

    Bersama Polandia dan Finlandia , negara-negara Baltik — yang kerap menghadapi pelanggaran wilayah udara oleh Rusia — sudah lama mendesak peningkatan koordinasi pertahanan drone. Konsep ini sering disebut sebagai “tembok drone”, istilah yang kemudian dipakai Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam pidato kenegaraan tahunan beberapa waktu lalu.

    Komisi Eropa bahkan mengumumkan proyek produksi drone bersama senilai 6 miliar Euro, dengan keahlian Ukraina akan menjadi kunci. “Kita perlu belajar dari Ukraina,” kata Ian Bond, wakil direktur Centre for European Reform (CER) di Brussel. “Mereka cukup berhasil menjatuhkan drone Rusia. Kalau mereka punya teknologinya, kita harus memilikinya juga.”

    NATO: ‘Kami akan respons’

    Salah satu tantangan NATO adalah memperluas penerapan teknologi pertahanan drone baru. Admiral Rob Bauer, mantan ketua Komite Militer NATO, mengatakan bahwa selain perangkat keras, Eropa perlu mengubah cara pandang terhadap Rusia.

    “Kita perlu memberi tahu publik, dan masyarakat harus menerima bahwa ada ancaman,” ujarnya kepada DW.

    Sementara itu, Kremlin terus mengulang narasi bahwa NATO sedang berperang dengan Rusia. NATO membantah, namun Bauer menyebut aliansi itu kini berada di “zona abu-abu antara damai dan perang” dan siaga penuh: “Ini pesan penting untuk Tuan Putin: NATO akan merespons, apa pun yang terjadi.”

    Dia menambahkan bahwa keberhasilan menembak jatuh drone di Polandia membuktikan keampuhan sistem pertahanan aliansi: “Saya kira kita telah lulus tes, tapi kita harus lebih baik menghadapi ancaman baru ini.”

    NATO siap perang drone?

    Namun, Ian Bond dari CER skeptis terhadap kemampuan pertahanan drone NATO saat ini. “Kesan yang muncul, NATO belum siap menghadapi drone. Mereka harus meningkatkan kemampuan secara signifikan,” katanya.

    Bond menilai NATO perlu lebih tegas dan menembak jatuh drone Rusia, bahkan jika terbang di atas Ukraina barat. Hingga kini, beberapa negara anggota masih menahan diri.

    Pada Juli lalu, Lituania melaporkan dua drone Rusia melintasi wilayahnya, namun tidak ditembak jatuh. Militer menyebut hanya akan bertindak dalam kondisi ekstrem. Setelah itu, Lituania meminta peningkatan pertahanan udara dari NATO. Terbaru, Rumania juga tidak menembak jatuh drone Rusia di wilayahnya, yang kemudian berbalik arah ke Ukraina. Menurut Kementerian Pertahanan Rumania, pilot AU yang melihat drone itu “menilai risiko tambahan” dan memutuskan tidak menembak.

    Bond memperingatkan, sikap pasif semacam ini bisa dianggap Rusia sebagai sinyal positif, sementara drone tersebut bisa saja melanjutkan serangan ke target di Ukraina.

    Perlindungan sipil jadi pertimbangan

    Selain menembak jatuh drone, para pakar juga menekankan pentingnya langkah perlindungan sipil, seperti aplikasi peringatan serangan udara dan peningkatan kapasitas tempat perlindungan.

    “Itu akan jadi langkah menakutkan, tapi tidak berlebihan,” kata Bond. Dia yakin Rusia akan terus menguji sekutu Ukraina kecuali mereka meningkatkan pertahanan dan dukungan secara signifikan.

    Kremidas-Courtney sependapat: “Kita harus berasumsi Rusia akan mencoba ini setiap beberapa minggu, sampai kita membuat mereka membayar harga yang membuat mereka berhenti.”

    NATO berharap Operasi Eastern Sentry bisa mewujudkan hal itu.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Rizki Nugraha
    Editor: Yuniman Farid

    Lihat juga Video: PM Polandia Geram Banyak Drone Rusia Mondar-mandir di Negaranya

    (ita/ita)

  • Trump Ogah Setujui Bantuan Militer Rp 6,6 T untuk Taiwan, Kenapa?

    Trump Ogah Setujui Bantuan Militer Rp 6,6 T untuk Taiwan, Kenapa?

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menolak untuk menyetujui bantuan militer senilai US$ 400 juta atau setara Rp 6,6 triliun untuk Taiwan dalam beberapa bulan terakhir. Penolakan diberikan saat berlangsungnya perundingan perdagangan dengan Taipei dan potensi pertemuan tingkat tinggi dengan China.

    Penolakan Trump itu, seperti dilansir AFP, Jumat (19/9/2025), diungkapkan oleh media terkemuka AS, The Washington Post, dalam laporan terbarunya pada Kamis (18/9) waktu setempat, yang mengutip pejabat Gedung Putih, yang tidak disebut identitasnya.

    Keputusan tersebut akan menandai perubahan tajam untuk kebijakan AS terhadap Taiwan, yang secara terus-menerus menghadapi ancaman invasi oleh China.

    Seorang pejabat Gedung Putih, yang dikutip The Washington Post, mengatakan bahwa keputusan mengenai paket bantuan militer untuk Taiwan itu belum final.

    Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan melakukan percakapan telepon terbaru pada Jumat (19/9) waktu setempat. Itu menjadi percakapan telepon kedua mereka sejak Trump kembali ke Gedung Putih pada Januari lalu.

    Pembicaraan kedua pemimpin itu dilakukan di tengah upaya kedua negara untuk mencapai kompromi terkait tarif dan kesepakatan mengenai aplikasi berbagi video TikTok.

    Meskipun AS berhenti mengakui Taiwan pada akhir tahun 1970-an dan beralih ke China, Washington tetap menjadi pendukung paling penting dan pemasok bantuan militer terbesar bagi Taipei.

    Di bawah mantan Presiden Joe Biden, AS menyetujui paket bantuan militer senilai lebih dari US$ 2 miliar untuk Taiwan, Namun Trump, menurut laporan The Washington Post, “tidak mendukung pengiriman senjata tanpa pembayaran, sebuah preferensi yang juga ditunjukkan dengan Ukraina”.

    Disebutkan bahwa para pejabat pertahanan AS dan Taiwan telah bertemu di Anchorage, Alaska, pada Agustus lalu untuk membahas paket penjualan senjata “yang totalnya bisa mencapai miliaran dolar”, termasuk drone, rudal, dan sensor untuk memantau garis pantai Taiwan.

    Sejak Trump menjabat untuk periode kedua, kekhawatiran di Taipei semakin meningkat mengenai keteguhan hubungan Taiwan-AS dan kesediaan Washington untuk mempertahankan pulau tersebut jika China menyerang.

    Dalam kunjungan ke Taiwan pada akhir Agustus lalu, ketua komite angkatan bersenjata Senat AS mengatakan dirinya bertekad agar Washington dan Taipei tetap menjadi “sahabat karib”.

    “Menjadi tekad dan niat kami agar Taiwan tetap bebas dan membuat keputusannya sendiri. Salah satu upaya untuk mempertahankan kebebasan yang kita miliki adalah dengan meningkatkan kerja sama militer, meningkatkan kerja sama dengan basis industri pertahanan kita, dan memanfaatkan dana itu sebaik-baiknya,” kata Senator Partai Republik, Roger Wicker, usai perbincangan dengan Presiden Taiwan Lai Ching-te.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Trump Bakal Bertemu Putin di Alaska, Bahas Perang Ukraina”
    [Gambas:Video 20detik]
    (nvc/ita)

  • Putin Mau Naikkan Pajak Orang Kaya, Cari Tambahan Duit Perang

    Putin Mau Naikkan Pajak Orang Kaya, Cari Tambahan Duit Perang

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin memberi sinyal akan menaikkan sejumlah pajak, terutama bagi kalangan kaya. Langkah ini diambil untuk menutup kebutuhan anggaran yang kian berat di tahun keempat perang Rusia-Ukraina.

    Draf anggaran dijadwalkan masuk ke parlemen pada 29 September 2025. Pemerintah bahkan mempertimbangkan menaikkan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) demi menjaga defisit anggaran tetap terkendali dan mempertahankan cadangan fiskal.

    Dalam pertemuan dengan pimpinan fraksi parlemen, Putin menilai kenaikan pajak dividen atau pajak barang mewah masuk akal di masa perang. “Di Amerika Serikat, saya tidak ingin mempolitisasi ini, tapi saat Perang Vietnam dan Perang Korea, mereka melakukan hal serupa. Pajak dinaikkan khusus untuk kalangan berpenghasilan tinggi,” kata Putin seperti dikutip Reuters, Jumat (19/9).

    Rusia sendiri sudah memberlakukan pajak penghasilan progresif sejak 2021 dan kembali menaikkan tarif untuk kalangan berpenghasilan tinggi tahun ini. Namun Kementerian Keuangan memperingatkan kenaikan pajak dividen berisiko membuat investor saham hengkang.

    Putin menegaskan tidak akan ada perubahan besar dalam sistem pajak hingga 2030 setelah kenaikan pajak tahun ini. Ia sudah meminta pemerintah sejak awal September agar fokus meningkatkan penerimaan negara lewat produktivitas, bukan hanya tambahan pajak.

    Langkah kenaikan pajak ini berjalan seiring kebijakan baru yang diumumkan Kamis lalu, yaitu menurunkan batas harga minyak untuk menjaga cadangan fiskal tetap terisi di tengah sanksi Barat. “Untuk membuat keuangan kita lebih tangguh, kami mengusulkan agar ketergantungan pada berbagai faktor pembatas, baik harga maupun volume, bisa dikurangi,” ujar Menteri Keuangan Anton Siluanov.

    Berdasarkan perhitungan Reuters, penjualan minyak dan gas Rusia pada September diperkirakan turun sekitar 23% dibanding tahun lalu akibat harga yang lebih rendah dan penguatan rubel. Putin juga mengeluhkan lambatnya pertumbuhan ekonomi yang tahun ini diperkirakan hanya 1%, padahal tahun lalu sempat 4,3%.

    Tonton juga video “Donald Trump Kecewa dengan Putin” di sini:

    (ily/rrd)

  • Ukraina Bakal Latih Pasukan Polandia Tangkal Serangan Drone

    Ukraina Bakal Latih Pasukan Polandia Tangkal Serangan Drone

    JAKARTA – Pasukan Ukraina akan melatih militer Polandia mereka dalam kelompok gabungan untuk melawan drone. Pendampingan ini dilakukan seminggu setelah drone Rusia terbang ke Polandia.

    “Kita berbicara tentang pelatihan zeni dan pelatihan tentara yang akan bertahan dan mempertahankan wilayah udara,” ujar

    Menteri Pertahanan Ukraina Denys Shmyhal kepada wartawan dalam konferensi pers bersama rekannya dari Polandia di Kyiv dilansir Reuters, Kamis, 18 September.

    “Kita tidak hanya berbicara tentang drone pencegat, karena ini hanyalah puncak gunung es yang memungkinkan kita mempertahankan langit bersama,” ujarnya.

    Lebih dari 20 drone Rusia memasuki wilayah udara Polandia pada malam 9-10 September, yang mendorong jet-jet NATO untuk menembak jatuh beberapa di antaranya.

    Kondisi ini menciptakan kekhawatiran yang semakin besar di Warsawa tentang kesediaan Moskow untuk menguji tekad aliansi tersebut.

    Jet-jet tempur menembakkan rudal untuk menembak jatuh drone-drone tersebut, proses yang biayanya jauh lebih mahal daripada yang dikeluarkan Rusia untuk memasok dan meluncurkan drone murah yang diproduksi massal.

    Rusia mengatakan pasukannya sedang menyerang Ukraina pada saat serangan drone tersebut dan tidak bermaksud untuk menyerang target di Polandia.

    Ukraina mengklaim memiliki kemampuan terdepan di dunia dalam menangkal serangan drone Rusia massal dengan biaya murah, menggunakan sistem berlapis kompleks yang melibatkan drone pencegat, senapan mesin berat, dan peperangan elektronik.

    Shmyhal mengatakan Ukraina akan menyediakan akses ke beberapa sistem pelacakan target udara Rusia agar Polandia dapat melihat target yang berpotensi menuju wilayahnya.

    Pelatihan untuk pasukan Polandia akan melibatkan seluruh “ekosistem” tentang cara mencegat kendaraan udara nirawak musuh, mulai dari mengidentifikasi lokasi dan mengganggunya secara elektronik hingga menembak jatuh dengan drone pencegat.

    Menteri Pertahanan Polandia Wladyslaw Kosiniak-Kamysz mengatakan Ukraina dan Polandia akan berlatih bersama di sebuah tempat latihan di Lipa, Polandia selatan.

  • Putin Siap Naikkan Pajak & Revisi Aturan Minyak Demi Tutup Defisit

    Putin Siap Naikkan Pajak & Revisi Aturan Minyak Demi Tutup Defisit

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Rusia Vladimir Putin mengisyaratkan kemungkinan kenaikan pajak bagi kalangan kaya untuk menutup defisit anggaran yang membengkak di tahun keempat perang Ukraina.

    “Kami harus berhati-hati, tetapi langkah-langkah seperti pajak barang mewah atau pajak dividen yang lebih tinggi mungkin wajar selama masa perang,” ujar Putin dalam pertemuan dengan pimpinan parlemen, Kamis (18/9/2025).

    “Di Amerika Serikat, selama Perang Vietnam dan Perang Korea, mereka menaikkan pajak khususnya bagi orang-orang berpenghasilan tinggi,” tambahnya.

    Rancangan anggaran Rusia diperkirakan masuk ke parlemen pada 29 September. Reuters melaporkan pemerintah mempertimbangkan kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) sebagai opsi menutup defisit. Rusia sebelumnya sudah memperkenalkan pajak penghasilan progresif pada 2021 dan menaikkan tarif bagi warga berpenghasilan tinggi tahun ini.

    Sementara itu, Menteri Keuangan Anton Siluanov mendorong aturan baru terkait pendapatan minyak dan gas demi memperkuat ketahanan fiskal. Ia mengumumkan untuk menurunkan harga batas bawah minyak yang menjadi acuan aturan anggaran. Pendapatan minyak di atas batas tersebut akan masuk ke dana cadangan fiskal.

    “Langkah ini akan membuat anggaran kita lebih kuat dan mengurangi ketergantungan pada harga energi,” kata Siluanov dalam forum keuangan tahunan.

    Siluanov menyatakan harga batas akan diturunkan US$1 (sekitar Rp15.300) per tahun hingga mencapai US$55 per barel (sekitar Rp841.500) pada 2030, dari posisi saat ini US$60 per barel (sekitar Rp918.000).

    Cadangan fiskal Rusia saat ini mencapai 4 triliun rubel atau sekitar Rp738 triliun. Tahun ini pemerintah berencana menggunakan 447 miliar rubel (Rp82,5 triliun), untuk menutup sebagian defisit yang diperkirakan lebih dari 1,7% PDB.

    Namun tantangan masih besar. Penjualan minyak dan gas Rusia pada September diperkirakan anjlok 23% dari tahun lalu akibat harga rendah dan penguatan rubel. Ekonomi juga diproyeksikan melambat ke 1% pada 2025 dari 4,3% pada 2024.

    “Jika aturan ini tidak diterapkan, anggaran akan jauh lebih rentan terhadap fluktuasi harga minyak,” tambah Siluanov.

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]