Negara: Ukraina

  • Senjata Korut Dipakai Rusia Serang Ukraina, Kenapa Temuan Ini Penting?

    Senjata Korut Dipakai Rusia Serang Ukraina, Kenapa Temuan Ini Penting?

    Jakarta

    Pada 2 Januari 2024, seorang peneliti senjata bernama Khrystyna Kimachuk mendapat kabar tentang rudal dengan bentuk tidak biasa menghantam sebuah gedung di Kota Kharkiv. Kimachuk menghubungi kontak-kontaknya di militer Ukraina supaya bisa memeriksanya secara langsung. Dalam waktu satu minggu, puing-puing misil yang remuk berserakan itu ada di hadapannya di lokasi yang aman di Kyiv.

    Perempuan muda itu mulai mempreteli puing-puing rudal dan memotret setiap serpihan termasuk baut-baut dan chip komputer yang lebih kecil dari kuku jarinya. Kimachuk langsung tahu rudal itu bukan buatan Rusia. Tapi, ada satu tantangan: bagaimana cara membuktikannya.

    Terkubur di antara tumpukan logam dan kabel yang menyeruak, mata Kimachuk tertuju pada sebaris aksara Korea. Dia kemudian menemukan detail lain yang lebih mencolok: cap 112 di bagian cangkang rudal. Di kalender Korea Utara, 112 merujuk tahun 2023.

    Kimachuk pun menyadari dirinya tengah melihat bukti pertama penggunaan senjata Korea Utara dalam invasi Ukraina.

    “Kami sudah dengar kalau mereka [Korea Utara] mengirim sejumlah senjata ke Rusia, tapi [sekarang] saya bisa melihatnya, memegangnya, dan menyelidikinya sebelumnya tidak ada yang bisa. Ini sungguh menarik,” ujar Kimachuk kepada saya.

    Sejak penemuan itu, militer Ukraina menyatakan puluhan rudal Korea Utara telah ditembakkan Rusia ke wilayah Ukraina. Senjata-senjata ini menewaskan setidaknya 24 orang dan melukai lebih dari 70 orang.

    Kim Jong Un baru-baru ini diyakini sedang bersiap memulai perang nuklir. Akan tetapi, ancaman yang lebih mendesak adalah Korea Utara kini mampu menyulut sejumlah perang yang sedang berlangsung serta mendorong ketidakstabilan global.

    Setelah semua puing rudal selesai dipotret dan ratusan komponen dianalisa, temuan mengejutkan baru bisa diperoleh.

    Dalam kasus rudal buatan Korea Utara yang ditembakkan ke Ukraina, Kimachuk mendapati bahwa rudal tersebut memiliki teknologi asing termutakhir. Sebagian besar perangkat elektronik diproduksi di AS dan Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan ada chip komputer AS yang dibuat pada Maret 2023.

    Ini artinya Korea Utara memperoleh komponen-komponen penting secara ilegal, menyelundupkannya ke wilayah Korut, merakitnya, dan mengirimnya ke Rusia secara diam-diam. Oleh Rusia, rudal buatan Korea Utara ini dikirim ke garis depan pertempuran lalu diluncurkan.

    Semuanya ini hanya memakan waktu beberapa bulan.

    “Ini adalah kejutan terbesar. Meski di bawah sanksi berat selama dua dekade, Korea Utara masih bisa mendapatkan apa yang diperlukan untuk memproduksi senjata, dalam waktu yang sungguh kilat,” tutur Damien Spleeters, wakil direktur CAR.

    BBC

    Di London, Joseph Byrne, pakar Korea Utara di lembaga kajian Royal United Services Institute (RUSI), juga terkesima akan temuan itu.

    “Tidak pernah terbersit di benak saya bahwa saya akan melihat rudal Korea Utara digunakan untuk membunuh orang-orang di daratan Eropa,” ujarnya.

    Baca juga:

    Byrne dan timnya di RUSI telah melacak pengiriman senjata Korea Utara ke Rusia semenjak Kim Jong Un bertemu dengan Vladimir Putin di Rusia pada September tahun lalu diduga guna menandatangani kesepakatan dalam bidang persenjataan.

    RUSI menggunakan foto-foto satelit untuk mengamati empat kapal kargo Rusia yang berjalan bolak-balik antara Korea Utara dan pelabuhan militer Rusia. Masing-masing kapal membawa ratusan kontainer sekali perjalanan.

    RUSI memperkirakan sebanyak 7.000 kontainer berisikan lebih dari satu juta amunisi dan roket grad – jenis yang dapat ditembakkan dari truk secara beruntun.

    Tinjauan ini didukung informasi intelijen AS, Inggris, dan Korea Selatan kendati Rusia dan Korea Utara membantah adanya perdagangan tersebut.

    BBC

    “Peluru dan roket ini termasuk yang paling dicari di dunia sekarang ini. Rusia menjadi mampu untuk terus menghancurkan kota-kota Ukraina pada saat AS dan Eropa ragu-ragu menentukan senjata apa yang akan mereka kirim,” ucap Byrne.

    Bagaimana Korut bisa memproduksi rudal?

    Yang paling menjadi perhatian Byrne dan kolega-koleganya adalah kehadiran rudal balistik Korea Utara di medan perang. Kenapa? Karena fakta ini mengungkap persenjataan Korea Utara.

    Sejak 1980-an, Korea Utara menjual senjatanya ke luar negeri kebanyakan ke negara-negara di Afrika Utara dan Timur Tengah, termasuk Libya, Suriah, dan Iran.

    Senjata Korea Utara cenderung berupa rudal tua ala Soviet dengan reputasi yang jelek. Terdapat bukti bahwa kelompok milisi Hamas kemungkinan menggunakan beberapa granat berpeluncur roket dari Pyongyang yang sudah uzur dalam serangan 7 Oktober silam.

    Namun, rudal yang ditembakkan pada 2 Januari 2024 yang dipreteli Khrystyna Kimachuk bisa dibilang merupakan rudal jarak dekat buatan Korut paling mutakhir Hwasong 11, yang mampu mencapai jarak 700 kilometer.

    Walaupun Ukraina meremehkan akurasi misil ini, Dr. Jeffrey Lewis, pakar senjata dan non-proliferasi Korea Utara di Middlebury Institute of International Studies, menyebut keakurasian rudal Korea Utara ini terlihat tidak jauh lebih buruk dibandingkan rudal buatan Rusia.

    Dr. Lewis mengatakan nilai plus rudal Korea Utara ini adalah harganya yang sangat murah. Ini artinya Rusia dapat membeli dan menembakkan lebih banyak rudal dengan harapan dapat melumpuhkan pertahanan udara Ukraina.

    BBC

    Pertanyaan selanjutnya adalah seberapa banyak Korea Utara bisa memproduksi rudal ini?

    Observasi pemerintahan Korea Selatan baru-baru ini menunjukkan Korea Utara telah mengirim 6.700 kontainer berisi amunisi ke Rusia. Lebih lanjut, Korea Selatan mengemukakan pabrik senjata Korea Utara beroperasi penuh.

    Dr. Lewis, yang telah mempelajari pabrik-pabrik ini melalui satelit, berpendapat Korea Utara dapat memproduksi beberapa ratus rudal per tahun.

    Damien Spleeters dan timnya di CAR yang masih tidak habis pikir atas temuan mereka kini berupaya mencari tahu bagaimana ini bisa terjadi mengingat perusahaan-perusahaan sudah dilarang menjual bahan baku dan suku cadang ke Korea Utara.

    Baca juga:

    Spleeters menjelaskan bahwa sebagian besar chip komputer pada senjata-senjata modern yang memandu senjata tersebut mencapai sasarannya adalah chip yang sama pada telepon genggam, mesin cuci, dan mobil.

    Chip-chip ini dijual di seluruh dunia dalam jumlah yang sangat besar. Produsen menjualnya ke distributor dalam jumlah miliaran, kemudian dijual lagi dalam jumlah jutaan. Artinya mereka seringkali tidak tahu ke mana produk mereka berujung.

    Sebagai penyelidik jaringan pengadaan Korea Utara, Byrne mengaku frustrasi begitu tahu seberapa banyak komponen rudal buatan Korut yang berasal dari Barat. Ini membuktikan bahwa jaringan Korea Utara lebih kuat dan efektif daripada yang disadarinya.

    Dari pengalaman Byrne, warga Korea Utara yang berbasis di luar negeri mendirikan perusahaan palsu di Hong Kong atau negara Asia Tengah lainnya untuk membeli komponen menggunakan uang tunai yang sebagian besar adalah hasil curian.

    Mereka kemudian mengirimnya ke Korea Utara, biasanya melalui perbatasan China. Jika sebuah perusahaan palsu ditemukan dan dikenai sanksi, perusahaan lain akan segera muncul menggantikannya.

    Sanksi sudah lama dipandang anggap sebagai alat yang tidak sempurna untuk memerangi jaringan ini. Meski begitu, supaya tetap bisa berfungsi, sanksi perlu diperbarui dan ditegakkan secara teratur.

    Baik Rusia maupun China menolak memberlakukan sanksi baru terhadap Korea Utara sejak 2017.

    Dengan membeli senjata buatan Korut, Moskow melanggar sanksi yang pernah mereka setujui sebagai anggota Dewan Keamanan PBB. Pada awal tahun ini, Rusia secara efektif membubarkan panel PBB yang memantau pelanggaran-pelanggaran sanksi kemungkinan untuk menghindari pengawasan.

    “Kita sedang menyaksikan runtuhnya sanksi PBB terhadap Korea Utara secara langsung ini memberi Pyongyang banyak ruang untuk bernapas,” ucap Byrne.

    Implikasi dari semua ini melampaui perang di Ukraina.

    “Pemenang sebenarnya di sini adalah Korea Utara”, ujar Byrne. “Korea Utara membantu Rusia secara signifikan, dan ini memberi mereka banyak pengaruh”.

    Pada bulan Maret, RUSI mendokumentasikan sejumlah besar minyak yang dikirim dari Rusia ke Korea Utara. Pada saat yang sama, gerbong kereta api yang diduga berisikan beras dan tepung terdeteksi melintasi perbatasan darat kedua negara.

    Kesepakatan yang diperkirakan bernilai ratusan juta pound ini tidak hanya akan meningkatkan ekonomi Pyongyang, tetapi juga sektor militernya.

    BBC

    Rusia juga bisa memasok Korea Utara dengan bahan baku supaya negara itu bisa terus membuat rudal atau bahkan peralatan militer seperti jet tempur. Yang paling ekstrem? Rusia bisa memberi bantuan teknis untuk meningkatkan senjata nuklir Korut.

    Selain itu, Korea Utara untuk pertama kali mendapat kesempatan untuk menguji rudal terbarunya dalam perang sungguhan. Dengan data berharga ini, ke depannya Korut bisa membuat rudal yang lebih baik.

    Pyongyang: Pemasok rudal utama?

    Yang lebih meresahkan adalah perang Ukraina seolah memberikan etalase bagi Korea Utara ke seluruh dunia.

    Setelah memproduksi senjata ini secara massal, Pyongyang tentu ingin menjualnya ke lebih banyak negara.

    Menurut Dr. Lewis, apabila rudal buatan Korut cukup bagus di mata Rusia, tentunya negara-negara lain bisa berpandangan sama apalagi Rusia sudah memberi contoh bahwa melanggar sanksi itu tidak apa-apa.

    Kim Jong Un hancurkan patung reunifikasi, mungkinkah Korut berperang dengan Korsel?

    Kisah anak muda Korsel yang ‘siap perang’ jika Korut menyerang

    Dr. Lewis memperkirakan ke depannya Korea Utara akan menjadi pemasok besar rudal ke negara-negara di blok China-Rusia-Iran.

    Setelah serangan Iran ke Israel bulan ini, AS mengatakan “sangat khawatir” bahwa Korea Utara bisa bekerja sama dengan Iran dalam program senjata nuklir dan balistiknya.

    “Saya melihat banyak wajah muram saat kita berbicara tentang masalah ini,” ujar Spleeters. “Tapi kabar baiknya adalah sekarang kita tahu betapa [Korea Utara] bergantung pada teknologi asing kita bisa melakukan sesuatu di sini.”

    Spleeters optimistis bahwa bekerja sama dengan pihak produsen dapat memutus rantai pasokan Korea Utara. Timnya sebelumnya sudah berhasil mengidentifikasi dan menutup sebuah jaringan ilegal sebelum jaringan tersebut menjual persenjataannya.

    Namun, Dr Lewis tidak yakin ini bisa dilakukan dalam konteks Korea Utara.

    “Kita bisa membuat prosesnya lebih sulit, lebih repot. Atau mungkin membuat biayanya lebih tinggi, tetapi semua ini tidak akan mencegah Korea Utara memproduksi senjata,” tutur Dr. Lewis.

    Dr. Lewis menambahkan bahwa Barat pada akhirnya gagal dalam upaya membendung negara itu.

    Selain itu, sambung dia, rudal-rudal Kim Jong Un sekarang tidak hanya menjadi sumber prestise dan kekuatan politik baginya, tetapi juga menghasilkan banyak uang.

    Kalau sudah begini, bagaimana mungkin Kim Jong Un menyia-nyiakannya?

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kisah Warga Ukraina Lari dari Daerah yang Diduduki Rusia

    Kisah Warga Ukraina Lari dari Daerah yang Diduduki Rusia

    Jakarta

    Setiap hari, bus yang dikemudikan oleh relawan melakukan perjalanan dari kota Sumy ke perbatasan Ukraina-Rusia dan sebaliknya. Mereka mengumpulkan orang-orang yang menyeberang di pos pemeriksaan Kolotilovka-Pokrovka. Kolotivka adalah desa di wilayah Belgorod yang dikuasai Rusia, sementara Pokrovka adalah desa wilayah Sumy yang masih dikuasai Ukraina. Sejak April 2022, wilayah ini menjadi satu-satunya koridor kemanusiaan yang masih bisa dilalui warga Ukraina dari wilayah pendudukan Rusia untuk mencapai wilayah yang dikuasai Ukraina.

    Suatu hari di awal Mei, ada 11 orang di dalam bus menuju Sumy. Penumpangnya sebagian besar adalah perempuan dan orang lanjut usia, namun ada dua remaja di dalam Bus. Beberapa orang menatap ke luar jendela, sementara yang lain tertidur kelelahan.

    Banyak di antara mereka yang telah menempuh perjalanan selama beberapa hari untuk melarikan diri dan melewati etape terakhir, yaitu “zona abu-abu” sepanjang 2 kilometer antara Kolotilovka dan Pokrovka, yang harus dilewati dengan berjalan kaki.

    Merangkak melintasi perbatasan

    “Semua orang berjalan cepat, tapi saya lebih lambat,” kata Viktor, seorang pensiunan dari wilayah Luhansk, menceritakan perjalanannya. Kedua kakinya diamputasi dan dia harus menggunakan kursi roda. Tetapi kursi roda dia berikan kepada istrinya Lyudmila untuk mengangkut barang bawaan mereka melalui zona abu-abu.

    Viktor bermaksud merangkak sejauh 2 kilometer dengan bantuan bantalan buatan sendiri. Namun jarak ini ternyata terlalu panjang baginya. “Segera setelah saya melintasi perbatasan, saya tahu saya tidak akan berhasil,” kata Victor. Istrinya Lyudmila lebih dulu mencapai pos pemeriksaan Ukraina, dan meminta bantuan relawan untuk menjemput suaminya dengan kursi roda. Mereka menemui Viktor dan membantunya melewati zona.

    Viktor dan Lyudmila lama ragu untuk melarikan diri, karena mereka tahu itu akan sangat sulit bagi Viktor. Untuk keluar dari wilayah pendudukan Rusia memerlukan perjalanan melalui Rusia ke negara Eropa, yang akan memakan waktu dan biaya mahal. Penyeberangan Kolotilovka-Pokrovka adalah satu-satunya pilihan mereka.

    “Rasanya seperti berada di antara teman-teman sekarang,” kata Viktor sambil menitikkan air mata bahagia. Rencana mereka adalah melanjutkan perjalanan ke Kyiv, tempat anak-anak dan cucu perempuan mereka yang baru lahir.

    Setelah itu, sebuah bus membawa para pendatang baru ke tempat penampungan di Sumy, di mana mereka dapat mandi dan tinggal selama beberapa hari sebelum melanjutkan perjalanan gratis dengan kereta api ke Kyiv, Poltava, Kharkiv atau Dnipro.

    ‘Drone dan pasukan Rusia di mana-mana’

    Mykhailo, mantan sopir bus yang sekarang sudah pensiun, ingin bertemu dengan putrinya Anna di Kharkiv. Dia tinggal di wilayah Kharkiv selama 40 tahun, di desa Tavolzhanka. Namun rumahnya kini berada di wilayah pendudukan dan mendapat serangan dari pasukan Rusia.

    “Ada drone dan tentara Rusia di mana pun Anda melihat. Mereka menyeret segala sesuatu keluar dari rumah dan membongkarnya, seperti pintu, penutup lantai dan karpet, karena mereka membangun tempat berlindung untuk diri mereka sendiri,” katanya. Banyak tetangganya yang pindah ke Rusia dan menjadi kolaborator, kata Mykhailo, tapi dia menolak paspor Rusia.

    Anastasia, 18 tahun, meninggalkan wilayah Kherson yang diduduki Rusia bersama pacarnya Petro [bukan nama sebenarnya]. Petro, yang berusia 18 tahun pada bulan Desember, menerima panggilan dari tentara Rusia pada bulan Maret.

    “Kami memutuskan untuk melarikan diri, karena saya takut dia akan dibawa pergi,” kata Anastasia. Dia meninggalkan ibunya, saudara laki-lakinya yang berusia 7 tahun, dan neneknya yang berusia 80 tahun.

    Setelah tiba di Sumy, Anastasia bertemu dengan ayahnya, seorang prajurit di angkatan bersenjata Ukraina. Mereka menangis dan berpelukan – selama dua tahun mereka tidak bertemu satu sama lain.

    Saat ini, 20 hingga 40 orang menggunakan koridor kemanusiaan setiap hari untuk melarikan diri dari daerah pendudukan Rusia, kata penjaga perbatasan Tkach. Mereka berasal dari wilayah pendudukan di Donetsk, Luhansk, Kharkiv, Kherson dan Zaporizhzhia, serta dari semenanjung Krimea di Ukraina, yang dianeksasi Rusia pada tahun 2014.

    Penyeberangan hanya dapat dilakukan pada siang hari dan hanya dalam satu arah – dari wilayah pendudukan Rusia ke Ukraina. “Warga negara Ukraina memiliki hak konstitusional memasuki wilayah Ukraina,” kata Tkach. Meskipun masih terjadi pertempuran, jalur penyeberangan Kolotilovka-Pokrovka masih tetap terbuka. (hp/yf)

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Tangkal Barat, Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir!

    Tangkal Barat, Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir!

    Moskow

    Rusia berencana menggelar latihan militer yang melibatkan latihan penggunaan senjata nuklir taktis untuk menangkal negara-negara Barat. Latihan ini dicetuskan setelah apa yang disebut oleh Kementerian Pertahanan Moskow sebagai ancaman provokatif dari para pejabat negara Barat.

    Seperti dilansir Reuters, Senin (6/5/2024), Kementerian Pertahanan Rusia mengungkapkan bahwa latihan senjata nuklir taktis itu diperintahkan oleh Presiden Vladimir Putin, dan akan menguji kesiapan kekuatan nuklir non-strategis untuk melakukan misi tempur.

    Latihan militer itu, menurut Kementerian Pertahanan Moskow, akan mencakup latihan persiapan dan pengerahan senjata nuklir non-strategis.

    Formasi rudal di Distrik Militer Selatan dan pasukan Angkatan Laut juga akan berpartisipasi dalam latihan tersebut.

    “Selama latihan, serangkaian tindakan akan dilakukan untuk mempraktikkan masalah persiapan dan penggunaan senjata nuklir non-strategis,” demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia.

    Rusia diketahui memiliki pasokan senjata nuklir terbesar di dunia.

    Kementerian Pertahanan Rusia, dalam pernyataannya, menyebut latihan itu bertujuan memastikan integritas wilayah dan kedaulatan “dalam menanggapi pernyataan provokatif dan ancaman yang dilontarkan sejumlah pejabat Barat terhadap Federasi Rusia”.

    Lihat Video: Murka, Putin Ancam Negara yang Sediakan Pangkalan Udara untuk Ukraina

    Invasi militer yang diperintahkan Putin sejak tahun 2022 lalu, menurut para diplomat Rusia dan Amerika Serikat (AS), semakin memperburuk hubungan antara Rusia dan negara-negara Barat, bahkan yang terburuk sejak Krisis Rudal Kuba tahun 1962 silam.

    Moskow menganggap perang di Ukraina sebagai pertempuran melawan Barat. Putin menuduh negara-negara Barat mengabaikan upaya Rusia untuk menjalin persahabatan setelah jatuhnya Uni Soviet tahun 1991 silam, dan berupaya menguasai Ukraina sembari memperluas aliansi militer NATO ke arah timur.

    Negara-negara Barat dan Ukraina mengatakan mereka tidak akan berhenti sampai pasukan Rusia dikalahkan, dan menganggap perang itu sebagai perampasan wilayah bergaya kekaisaran yang bertujuan memaksa Kyiv kembali ke orbit Moskow.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Drone Ukraina Hantam Perbatasan Rusia, 6 Orang Tewas-35 Luka

    Drone Ukraina Hantam Perbatasan Rusia, 6 Orang Tewas-35 Luka

    Belgorod

    Serangan drone Ukraina menghantam sejumlah kendaraan yang mengangkut para pekerja di Belgorod, wilayah perbatasan Rusia. Sedikitnya enam orang tewas dan puluhan orang lainnya mengalami luka-luka.

    Seperti dilansir AFP, Senin (6/5/2024), Belgorod mengalami peningkatan jumlah serangan drone dan rudal Ukraina yang fatal dalam beberapa bulan terakhir. Serangan terbaru yang memicu ledakan pada Senin (6/5) menjadi serangan paling mematikan dalam beberapa pekan terakhir di wilayah perbatasan Rusia.

    “Sayangnya, akibat ledakan tersebut, enam orang tewas di lokasi kejadian akibat luka-luka yang mereka hadapi,” ucap Gubernur Belgorod, Vyacheslav Gladkov.

    Dia juga melaporkan bahwa “35 orang mengalami luka-luka” dalam serangan di dekat desa Berezyovka tersebut.

    Dalam pernyataannya, Gladkov menyebut dua anak-anak termasuk di antara korban luka ringan, dan satu korban luka lainnya yang berjenis kelamin laki-laki dalam kondisi serius di rumah sakit hingga harus menjalani operasi.

    Gladkov mengatakan serangan itu menghantam dua van yang mengangkut karyawan pabrik terdekat, serta sebuah kendaraan penumpang. Pemerintah wilayah Belgorod menyebut kendaraan itu merupakan milik fasilitas produksi daging.

    Dia merilis foto bagian belakang mobil van yang kaca jendelanya pecah dan atapnya rusak akibat serangan.

    Wilayah Belgorod yang berbatasan dengan Ukraina, telah berulang kali diserang oleh artileri, drone dan proksi Ukraina selama setahun terakhir. Rusia menginvasi negara tetangganya, Ukraina, sejak Februari 2022 lalu.

    Kyiv dalam pernyataannya membantah menargetkan warga sipil, dan menegaskan mereka memiliki hak untuk menyerang Rusia, yang menuduh negara-negara Barat mengabaikan serangan Ukraina terhadap warga sipil.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Serangan Bom Rusia Hantam Ukraina, 7 Anak Luka-luka

    Serangan Bom Rusia Hantam Ukraina, 7 Anak Luka-luka

    Kharkiv

    Militer Rusia terus menggempur Ukraina. Serangan bom yang dilancarkan Rusia terhadap wilayah Kharkiv di Ukraina bagian timur, menghantam bangunan untuk olahraga dan beberapa rumah warga setempat. Sekitar tujuh anak-anak dan satu warga lanjut usia (lansia) mengalami luka-luka akibat pengeboman Moskow tersebut.

    Seperti dilansir AFP, Jumat (3/5/2024), wilayah Kharkiv yang sebagian besar diduduki pasukan Rusia selama berbulan-bulan setelah invasi dilancarkan pada Februari 2022, telah menghadapi peningkatan serangan selama beberapa minggu terakhir.

    Serangan bom Rusia yang dilancarkan pada Kamis (2/5) waktu setempat itu menghantam sebuah kompleks olahraga dan beberapa rumah warga di kota Dergachi.

    Para korban luka dilaporkan berada di dalam kompleks olahraga yang dihantam serangan tersebut.

    “Tujuh anak terluka… Enam bocah laki-laki dan satu bocah perempuan berusia 9 tahun hingga 15 tahun,” sebut kantor kejaksaan Ukraina dalam pernyataannya via akun Telegram mereka.

    Seorang kakek berusia 76 tahun juga mengalami luka-luka akibat serangan Rusia di Kharkiv tersebut.

    Gubernur setempat, Oleg Sinegubov, sebelumnya mengatakan bahwa serangan itu dilancarkan dengan menggunakan bom udara berpemandu, dan para korban luka dilarikan ke rumah sakit setempat dengan luka ringan hingga luka sedang.

    Pasukan militer Rusia semakin sering menggunakan bom berpemandu dalam menargetkan wilayah garis depan pertempuran. Bom udara bisa dijatuhkan dari jarak jauh, sehingga pesawat-pesawat militer Rusia bisa menghindari sistem pertahanan udara.

    Serangan bom berpemandu lainnya dilaporkan menewaskan dua warga sipil di wilayah Kharkiv pada Rabu (1/5) waktu setempat.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Tuduhan Terbaru AS ke Rusia soal Pakai Senjata Kimia di Ukraina

    Tuduhan Terbaru AS ke Rusia soal Pakai Senjata Kimia di Ukraina

    Jakarta

    Amerika Serikat (AS) melempar tuduhan ke Rusia. Tuduhan itu berupa serangan senjata kimia Rusia terhadap Ukraina.

    Washington juga menyebut Moskow telah melanggar Konvensi Senjata Kimia. Tuduhan itu dilontarkan Departemen Luar Negeri AS dalam factsheet yang dirilis pada Rabu (1/5) waktu setempat.

    Seperti dilansir AFP, Kamis (2/5/2024), AS menyebut Rusia tidak hanya menggunakan agen kimia chloropicrin, tapi juga menggunakan “agen pengendali kerusuhan (gas air mata) sebagai metode peperangan di Ukraina.

    “Penggunaan bahan kimia semacam itu bukanlah sebuah insiden terisolasi, dan mungkin didorong oleh keinginan pasukan Rusia untuk mengusir pasukan Ukraina dari posisi yang dibentengi dan mencapai keuntungan taktis di medan perang,” sebut Departemen Luar Negeri AS dalam factsheet-nya.

    AS Beri Sanksi ke Perusahaan Bantu Rusia

    Departemen Keuangan AS mengumumkan sanksi besar-besaran yang bertujuan melumpuhkan kemampuan militer dan industri Rusia. Termasuk menargetkan hampir 300 entitas di wilayah Rusia, China, dan beberapa negara lainnya yang dituduh mendukung invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina.

    Rentetan sanksi itu dimaksudkan untuk menghukum perusahaan-perusahaan yang membantu Moskow memperoleh senjata untuk perangnya di Ukraina. Mereka juga menargetkan entitas pemerintah dan perusahaan Rusia yang terlibat dalam program senjata kimia dan biologi di negara tersebut.

    Rusia telah mengatakan pihaknya tidak lagi memiliki persenjataan kimia militer. Namun negara itu menghadapi tekanan untuk lebih transparan mengenai dugaan penggunaan senjata beracun.

    Menurut Institut Kesehatan Nasional AS, agen kimia clroropicrin digunakan sebagai agen perang dan pestisida. Jika terhirup, maka bisa memicu risiko kesehatan.

    “Tindakan hari ini akan semakin mengganggu dan menurunkan upaya perang Rusia dengan menyerang pangkalan industri militernya dan jaringan penghindaran yang membantu memasoknya,” ucap Menteri Keuangan AS Janey Yellen dalam pernyataannya.

    Sebagai bagian dari tindakan tersebut, Departemen Luar Negeri AS memasukkan individu-individu dan perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam sektor energi, pertambangan, dan logam Rusia ke dalam daftar hitam.

    Baca selengkapnya di halaman selanjutnya..

    Sanksi ke Rusia-China

    Sanksi terbaru dijatuhkan Amerika Serikat (AS) untuk Rusia sehubungan dengan invasi Rusia ke Ukraina yang belum berakhir. AS juga menghukum perusahaan-perusahaan China yang mendukung persenjataan Rusia.

    “Tindakan hari ini akan semakin mengganggu dan melemahkan upaya perang Rusia dengan mengejar pangkalan industri militernya dan jaringan penghindaran yang membantu memasoknya,” kata Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, dilansir AFP, Kamis (2/5).

    Dilansir Associated Press (AP), ada ratusan perusahaan dan orang yang terkait pengembangan persenjataan Rusia. Puluhan di antaranya adalah dari China yang membantu Kremlin untuk keluar dari sanksi atas kematian oposisi Rusia, Alexei Navalny.

    Tindakan yang dilakukan oleh Departemen Keuangan dan Departemen Luar Negeri ini menargetkan pangkalan industri militer Rusia, program senjata kimia, serta orang-orang dan perusahaan di negara ketiga yang membantu Rusia memperoleh komponen senjata ketika invasi mereka ke Ukraina telah memasuki tahun ketiga.

    Sementara itu, Senat memberikan persetujuan akhir terhadap undang-undang yang melarang impor uranium Rusia, sehingga meningkatkan upaya AS untuk mengganggu perang Rusia di Ukraina. Presiden Demokrat Joe Biden diperkirakan akan menandatangani RUU tersebut menjadi undang-undang.

    Lihat juga Video ‘Penampakan Gudang Ekspedisi di Odesa Hangus Dirudal Rusia’:

    Halaman 2 dari 2

    (azh/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ampuhkah Sanksi Barat terhadap Rusia dan Iran?

    Ampuhkah Sanksi Barat terhadap Rusia dan Iran?

    Teheran

    Bisa dipastikan, Amerika Serikat mengetahui betapa sebagian besar minyak Iran mengalir menuju China di tengah sanksi Barat. Menurut Javier Bias, kolumnis di media AS Bloomberg, tidak ada yang ilegal dalam pertukaran tersebut.

    “Jika Anda mempercayai pemerintah China, maka mereka tidak mengimpor minyak dari Iran. Nol. Tidak satu barrel pun. Mereka sebaliknya mengimpor banyak sekali minyak mentah dari Malaysia, dengan jumlah dua kali lipat lebih besar ketimbang kapasitas produksi nasional Malaysia,” kata dia, mengutip data bea cukai China.

    Dengan melabeli ulang minyak Iran, Malaysia menjadi penyuplai minyak mentah terbesar keempat bagi China tahun lalu, di belakang Arab Saudi, Rusia dan Irak.

    Teheran menggunakan Uni Emirat Arab sebagai sentra bisnis untuk menggelapkan minyaknya di pasar dunia. Bursa komoditas dan pasar uang Dubai selama ini adalah gerbang terbesar bagi Iran untuk mengimpor produk-produk terlarang, selain minyak dan gas.

    Untuk itu, Teheran memodifikasi rantai suplainya agar bisa mengakali embargo Amerika Serikat atau Uni Eropa melalui bursa Dubai.

    Rubel Rusia di Asia Tengah

    Bagi Rusia, adalah negara-negara di Asia Tengah yang jadi perantara bisnis demi menjamin pasokan bahan baku sejak diembargo Barat menyusul perang di Ukraina.

    Kazakhstan, misalnya, saat ini terikat perjanjian perdagangan bebas dengan Moskow. Dengan perbatasan sepanjang lebih dari 7.500 kilometer antara kedua negara, pengawasan lalu lintas barang menjadi mustahil.

    Sebabnya di tengah hujan embargo, Rusia mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,6 persen tahun lalu, dengan laju yang “kurang lebih sama” pada 2024, kata Menteri Keuangan Anton Siluanov.

    Dana Moneter Internasional, IMF, mencatat kenaikan belanja perang di Rusia menggerakkan pertumbuhan sebesar 3,2 persen. Lembaga dunia itu juga menyimpulkan betapa kas negara turut ditopang pemasukan besar dari ekspor minyak dan gas.

    Berlimpah sanksi, marak transaksi

    Rusia saat ini dikenakan lebih dari 5.000 jenis sanksi, lebih banyak daripada batasan perdagangan yang dijatuhkan terhadap Iran, Venezuela, Myanmar dan Kuba sekaligus. Target embargo adalah politisi dan pejabat tinggi di pemerintahan, ditambah kaum oligarki, perusahaan besar, lembaga keuangan dan industri militer.

    Sanksi Barat membatasi akses bank-bank Rusia ke pasar keuangan internasional, termasuk dari sistem perbankan virtual SWIFT yang mewadahi sebagian besar pengiriman uang di seluruh dunia.

    Bank Sentral Rusia juga dilarang mengakses cadangan devisanya yang disimpan di negara-negara kelompok G7, yakni AS, Jerman, Prancis, Inggris, Jepang, Italia dan Kanada.

    Perkaranya, sanksi yang dijatuhkan oleh Dewan Keamanan PBB yang mengikat secara hukum bagi semua negara di dunia. Terlebih, sejumlah negara terbesar seperti India, Brasil dan China belum bergabung dengan rezim embargo terhadap Rusia.

    Pengawasan embargo

    Menurut laporan harian AS The Wall Street Journal, pemerintah di Washington sudah berencana menjatuhkan sanksi terhadap beberapa bank China karena membantu Rusia dan Iran menghindari sanksi Barat.

    Presiden Joe Biden bahkan sempat ingin mengeluarkan Beijing dari sistem keuangan global untuk menghentikan aliran dana bagi mesin perang Rusia, lapor surat kabar tersebut yang mengutip sumber anonim.

    Di UE, tugas memastikan penegakkan sanksi dibebankan kepada David O’Sullivan, komisaris Eropa asal Irlandia yang baru ditunjuk pada Januari lalu.

    “Termasuk tugasnya adalah mengunjungi negara tetangga Rusia, misalnya, untuk meyakinkan pemerintah nasional agar mau menegakkan sanksi dengan lebih ketat,” kata Christian von Soest, pakar sanksi di Institut Studi Global dan Area, GIGA, Jerman.

    “Masalahnya telah dikenali bahwa ada banyak cara bagi Rusia dan Iran untuk mengelak sanksi,” imbuhnya, merujuk pada minimnya imbas ekonomi di kedua negara.

    Pengetatan sanksi oleh AS mulai berimbas di negara-negara perantara dagang, seperti Turki. Di sana, ancaman sanksi AS bagi lembaga keuangan yang berbisnis dengan Rusia ikut menyurutkan pendanaan ekspor, yang tahun lalu mencatatkan lonjakan drastis.

    rzn/hp

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Cerita Dokter Amerika Tak Bisa Melupakan Kengerian di Gaza

    Cerita Dokter Amerika Tak Bisa Melupakan Kengerian di Gaza

    Jakarta

    Sam Attar mengaku bahwa dia meninggalkan sebagian jiwanya di Gaza. Bagian dari dirinya yang melihat begitu banyak penderitaan dan tidak bisa dia lupakan.

    Sudah tiga minggu Attar pulang ke Chicago, AS, usai memberikan bantuan kesehatan sebagai dokter di Gaza. Tapi, dia merasa seperti baru terjadi kemarin.

    Waktu terus berputar tapi wajah-wajah dari Gaza terus membayanginya.

    Salah satu wajah yang tidak dia lupakan adalah Jenna, seorang gadis kecil yang terbaring lemah, terlihat pucat pasi di ranjang rumah sakit. Ibu Jenna menunjukkan kepada Sam sebuah video pada ponselnya yang merekam ulang tahun terakhir sang bocah.

    Itu adalah hari-hari bahagia Jenna sebelum malapetaka terjadi.

    Peringatan: Artikel ini berisi detail dan gambar yang mungkin mengganggu sebagian pembaca.

    Sam juga masih mengingat jelas seorang ibu lain yang kehilangan putranya yang masih berusia 10 tahun.

    Lalu ada pria berusia 50-an tahun di sebuah sudut ruangan. Kedua kakinya telah diamputasi.

    “Dia kehilangan anak-anaknya, cucu-cucunya, rumahnya,” kenang Sam.

    “Dan dia sendirian di sudut rumah sakit yang gelap ini, belatung keluar dari luka-lukanya dan dia berteriak: ‘Cacing-cacing itu memakanku hidup-hidup, tolong bantu aku.’ Itu hanya satu saja dari Saya tidak tahu, saya berhenti menghitung.”

    “Tapi itulah orang-orang yang masih saya pikirkan karena mereka masih di sana.”

    Sam adalah pria sensitif yang berusia 40-an. Kedua orang tuanya berprofesi sebagai dokter. Sam lahir dan besar di Chicago dan bekerja sebagai ahli bedah di rumah sakit Northwestern.

    Selama memberikan pertolongan di Gaza, dia membuat video harian dan merekam pengalamannya.

    Selama dua minggu pada Maret dan April atas nama LSM Palestinian American Bridge ia bekerja di rumah sakit Gaza yang sangat kekurangan segalanya kecuali pasien yang terluka parah.

    Pada hari dia memasuki Gaza kali ini, dia langsung dihadapkan pada krisis kelaparan.

    “Kami hanya dikerumuni orang yang menggedor-gedor mobil, ada yang mencoba melompat ke atas mobil. Mereka tidak berhenti karena jika berhenti maka orang-orang akan melompat ke dalam mobil. Mereka tidak mencoba untuk menyakiti kami. Mereka hanya meminta makanan.”

    ReutersSebagian besar wilayah Gaza hancur dan sangat sedikit bantuan yang mencapai wilayah utara.

    Sam menceritakan pengalamannya dengan tenang, seperti yang mungkin Anda harapkan dari seorang pria yang terlatih untuk membuat pasien merasa nyaman.

    Sam berkata, setiap hari ada tekanan tanpa henti untuk melakukan triase, memutuskan siapa yang bisa diselamatkan, siapa yang tidak.

    Sam mengenang saat pasien terbaring di lantai rumah sakit dikelilingi oleh darah dan perban yang terlepas, udara dipenuhi tangisan kesakitan dan kerabat yang berduka.

    Tidak ada yang bisa menghapus kengerian seperti itu – sekalipun seorang dokter yang sangat terlatih dengan pengalaman di zona perang seperti Ukraina, Suriah dan Irak.

    “Saya masih memikirkan semua pasien yang saya rawat,” katanya,

    “Semua dokter yang masih ada di sana. Ada sedikit rasa bersalah dan malu saat keluar karena masih banyak yang harus dilakukan. Kebutuhannya sangat besar. Dan Anda menjauh dari orang-orang yang masih ada dan masih menderita.”

    Perjalanan terakhirnya yang ketiga ke Gaza sejak perang dimulai membawanya bergabung dengan tim medis internasional pertama yang ditempatkan di sebuah rumah sakit di Gaza utara di mana malnutrisi berada pada tingkat paling akut.

    Misi tersebut diselenggarakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang telah memperingatkan akan terjadinya kelaparan.

    Sekitar 30% anak-anak di bawah usia dua tahun dilaporkan mengalami kekurangan gizi akut, dan 70% penduduk di Gaza utara menghadapi apa yang disebut PBB sebagai “bencana kelaparan”.

    Baca juga:

    Bulan lalu ketua Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk, menuduh Israel berpotensi melakukan kejahatan perang karena krisis pangan di Gaza.

    “Besarnya pembatasan yang dilakukan Israel terhadap masuknya bantuan ke Gaza, serta cara mereka terus melakukan peperangan, mungkin sama saja dengan menggunakan kelaparan sebagai metode perang,” katanya.

    Israel menyangkal hal ini dan menyalahkan PBB serta badan-badan bantuan atas lambatnya atau tidak memadainya pengiriman bantuan.

    Pemerintah Israel mengatakan perhitungan PBB mengenai kelaparan didasarkan pada “berbagai kelemahan faktual dan metodologi, beberapa di antaranya serius.”

    Pemerintah Israel juga mengeklami telah menelusuri laporan media bahwa pasar makanan di Gaza, termasuk wilayah utara, memiliki persediaan yang melimpah.

    “Kami langsung menolak tuduhan apa pun yang menyatakan bahwa Israel sengaja membuat penduduk sipil di Gaza kelaparan,” kata sebuah pernyataan dari COGAT Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah tersebut.

    Sam Attar mengenang seorang perempuan berusia 32 tahun yang menderita gizi buruk. Dia mengalami itu bersama dengan putranya, ibu dan ayahnya.

    Dia menjalani CPR upaya untuk memacu jantungnya yang berhenti tetapi tidak dapat diselamatkan.

    “Saya harus menyebut itu,” kata Sam. Ibu muda itu terbaring di bangku, lengan kirinya menjuntai ke lantai, mata menatap ke atas pada saat kematiannya.

    Di seberang ruangan, seorang perawat menghibur ibu dari perempuan itu yang menangis.

    Lalu ada seorang anak perempuan kecil, Jenna Ayyad, berusia tujuh tahun.

    Kondisi kesehatannya seperti “hanya tinggal kerangka dan tulang”. Ibunya berharap untuk pergi ke selatan di mana tersedia fasilitas medis yang lebih baik.

    Jenna mengalami trauma akibat perang dan terlihat sangat kekurangan gizi. Dia menderita fibrosis kistik, yang membuat pencernaannya lebih sulit.

    Kondisinya diperburuk oleh perang dan dia juga menderita trauma.

    Dalam rekaman yang diambil oleh juru kamera BBC, pandangan Jenna tampak kosong dan kini hanya berbicara kepada ibunya.

    “Apa yang bisa saya lakukan? Dia tidak bisa diobati,” kata Nisma Ayyad.

    “Kondisi mentalnya sangat sulit. Dia tidak berbicara sama sekali setiap ada orang yang berbicara dengannya. Situasinya buruk, dan sebagai seorang ibu, saya tidak dapat melakukan apa pun.”

    Dr Attar mengatakan bahwa saat timnya bersiap untuk kembali ke Gaza selatan, ibu Jenna mendekatinya.

    “Ibu Jenna mendatangi saya dan berkata, ‘Saya pikir kami akan ikut bersamamu apa yang terjadi? Mengapa kamu pergi dan kami tetap di sini?”

    Sam harus menjelaskan bahwa konvoi ke selatan hanya disetujui untuk pengiriman bahan bakar dan makanan, bukan untuk membawa pasien.

    Namun sebelum berangkat Sam dan rekan-rekannya mengisi surat-surat yang diperlukan untuk memindahkan Jenna. Prosesnya akan memakan waktu berhari-hari tetapi mereka akan memastikan dokumennya sampai ke kantor yang tepat.

    Ketika Sam pergi untuk berbicara dengan ibu Jenna, ibu-ibu lain memperhatikan.

    “Ruangannya terbuka dan digunakan bersama, mungkin ada 10 pasien dalam satu ruangan. Jadi ketika semua ibu lain melihat saya berbicara dengannya, mereka semua mengerumuni saya.”

    Jenna dipindahkan dan sekarang dirawat di rumah sakit Korps Medis Internasional dekat Rafah.

    Menurut perkiraan PBB bulan lalu, mayoritas korban tewas dalam perang tersebut adalah perempuan dan anak-anak: 13.000 anak-anak, 9.000 perempuan.

    Perang kini memasuki bulan ketujuh.

    Negosiasi untuk gencatan senjata dan pembebasan sandera terhenti.

    Setiap siang dan malam, korban luka dan kekurangan gizi tiba di beberapa rumah sakit yang masih berfungsi.

    WHO mengatakan hanya 10 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi.

    Bepergian di Gaza bisa sangat berbahaya bagi pekerja kemanusiaan. Seperti kematian tujuh pekerja kemanusiaan, termasuk tiga warga Inggris, ketika militer Israel menyerang konvoi mereka dengan serangan rudal pada tanggal 1 April.

    Sam juga menggambarkan antrean berjam-jam di pos pemeriksaan Israel.

    “Kami sering menunggu satu hingga empat jam tergantung berapa lama waktu yang dibutuhkan Israel untuk menyetujui jalur tersebut karena mereka sedang melakukan operasi militer.”

    Dokter berwarga negara AS ini berharap adanya upaya terpadu untuk memberikan lebih banyak bantuan ke wilayah utara Gaza.

    “Wilayah utara memerlukan lebih banyak akses, lebih banyak makanan, lebih banyak bahan bakar, lebih banyak air, jalan-jalan perlu dibuka Dan ada begitu banyak pasien yang perlu dievakuasi dari utara ke selatan dan masalahnya wilayah selatan juga sibuk. Maksud saya, rumah sakit di sini meledak.”

    Sam mengaku akan kembali. Segera, demikian harapannya.

    Ada ikatan persahabatan yang memanggilnya untuk kembali ke Gaza.

    Paramedis Nabil, yang Sam lihat setiap hari, membawa korban luka untuk berobat, hingga akhirnya dia sendiri menjadi korban dan harus ditarik dari reruntuhan oleh rekan-rekannya. Dia masih hidup tetapi tidak akan bisa meninggalkan Gaza.

    Lalu ada seorang dokter yang putrinya terbunuh namun dia bermurah hati untuk menghibur seorang ibu yang putranya masih balita menderita cedera otak akibat pecahan bom.

    Dan, ada pasien dan keluarga mereka yang melihat dokter, perawat dan paramedis bukan hanya mencari kemungkinan bantuan kesehatan praktis, namun juga sorotan kesopanan manusia di tempat yang penuh teror dan kerusakan.

    Mereka adalah orang-orang yang ada dalam benak Sam Attar. Mereka semua.

    Laporan tambahan oleh Alice Doyard, Annie Duncanson, Haneen Abdeen, dan Nik Millard

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Anak Muda Korsel Siap Perang Jika Korut Menyerang

    Anak Muda Korsel Siap Perang Jika Korut Menyerang

    Jakarta

    Anak muda di Korea Selatan (Korsel) telah menyiapkan diri jika perang pecah dengan Korea Utara (Korut). Salah satunya dilakukan oleh Kim Jung-ho yang telah menyiapkan perlengkapan bertahan hidup di rumahnya.

    Pria berusia 30 tahun itu merasa perlengkapannya cukup untuk bertahan selama 72 jam saat keadaan darurat.

    Selain air dan makanan darurat seperti nasi kering, Kim juga menyiapkan peta dan kompas kalau-kalau infrastruktur dasar seperti jaringan telepon seluler dan transportasi publik gagal berfungsi.

    Kim bahkan mengemas rompi pelindung dan masker gas. Kim berpikir lebih baik dia menyiapkan diri jika saja peralatan pelindung militer Korea Selatan tidak cukup. Apalagi, Kim adalah satu dari 3,1 juta orang pasukan cadangan militer.

    “Saya tinggal di jantung kota Seoul. Membayangkan semuanya bisa hilang dalam sekejap hanya dengan satu misil membuat bulu kuduk ini merinding,” ujar mahasiswa pasca sarjana itu.

    Diketahui, Ibu kota Korsel terletak 30 mil atau sekitar 48 kilometer di utara zona demiliterisasi yang didirikan tahun 1953 ketika perjanjian gencatan senjata Perang Korea ditandatangani.

    Akan tetapi, ketegangan di Semenanjung Korea belakangan ini kian meningkat. Korea Utara yang bersenjata nuklir sudah melakukan empat uji coba rudal balistik untuk tahun ini saja.

    Pada April, Korut mengeklaim berhasil menguji coba rudal hipersonik berbahan bakar padat baru yang dapat mencapai Guam.

    Simak halaman selanjutnya>>

    Lihat juga Video: Seusai Diprotes Netizen, Bea Cukai Serahkan Alat Belajar Hibahan ke SLB

    Kim termasuk ke dalam sekelompok kecil anak muda Korsel yang sudah mempersiapkan diri di tengah potensi perang dengan Korut. Meski kecil, jumlah kelompok ini terus bertambah.

    Sekitar 900 orang sudah bergabung ke setidaknya empat grup di Kakao, aplikasi pesan instan paling populer di Korsel.

    Secara terpisah, komunitas persiapan perang “The Survival School Daum Cafe” yang sudah ada sejak tahun 2010 saat ini jumlah anggotanya lebih dari 25.000 orang.

    Meningkatnya jumlah orang Korsel yang siap berperang baru-baru ini menyoroti berkembangnya kegelisahan tentang hubungan antar-Korea seiring kian agresifnya Korut.

    Januari silam, pemimpin Korut Kim Jong-un melabeli Korsel sebagai musuh utama mereka. Kim Jong-un pun menyatakan bahwa reunifikasi damai kedua Korea menjadi mustahil.

    Nam Sung-wook, dosen ekonomi politik di Universitas Korea, menyebut hal ini “belum pernah terjadi sebelumnya”. Ini berarti Korut bisa jadi menggunakan senjata nuklir terhadap Korsel karena negara itu tak lagi dipandang sebagai saudara seetnis.

    Survei dari Institut Kajian Media Publik KBS menunjukkan lebih dari 75% responden merasa cemas atas situasi keamanan saat ini. Angka ini meningkat 19% dari tahun 2021 saat survei dimulai.

    Berbagai konflik global seperti perang Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas juga membuat anak muda Korea lebih peka terhadap berkembangnya risiko geopolitik, imbuh Woo Seong-yeop yang menjadi admin “The Survival School – Daum Cafe”.

    Salah satu grup chat yang disebut di awal artikel dibentuk ketika perang Ukraina pecah. Jumlah anggotanya meningkat 10 kali lipat menjadi 500 orang dalam kurun dua tahun.

    “Sebelumnya tidak terbersit di benak saya untuk mempersiapkan diri kalau-kalau perang pecah. Tapi lihatlah keadaan dunia sekarang. Sejumlah perang sudah terjadi,” ujar Park Hwi bin, seorang instruktur kebugaran.

    Sebagian anggota ingin meninggalkan negara sebelum konflik pecah dengan Korut. Beberapa strategi mereka demi mengamankan tempat tinggal di negara-negara yang lebih aman antara lain belajar bahasa asing, menabung, dan melatih keterampilan baru.

    “Saya dengar kita bisa dapat izin tinggal permanen di Paraguay dengan biaya sebesar 10 juta won (sekitar Rp117 juta),” tulis seorang anggota grup.

    Sebagian besar warga Korea menilai orang-orang “siap perang” ini terlalu sensitif. Bahkan Ibu Kim sendiri mengomeli putranya karena “buang-buang uang” untuk perlengkapan bertahan hidup.

    “Walaupun hubungan antara Korea Utara dan Selatan saat ini tidaklah bagus, saya tidak pernah khawatir soal perang dan menjalani hidup seperti biasa,” cetus Lee Young-ah, seorang staf pemasaran berusia 28 tahun kepada BBC.

    Korsel kini berkembang menjadi negara demokrasi yang makmur dan hidup, sekalipun dua Korea secara teknis masih berperang.

    Woo berpendapat bahwa karena sudah berpuluh-puluh tahun hidup dengan damai, kebanyakan orang Korsel “apatis terhadap perang” yang dapat berujung ke “sikap masa bodoh”.

    Dia pun menambahkan bahwa sikap khalayak umum terhadap orang-orang yang “siap perang” perlahan-lahan berubah akibat meningkatnya tensi geopolitik.

    Kim pun membela diri: “Kalau Anda naik pesawat, mereka menyiapkan alat-alat keamanan, kan? Nah, membeli perlengkapan keamanan sama saja seperti mengencangkan tali sabuk pengaman.”

    Park menganalogikan persiapan untuk perang seperti membeli produk asuransi. Namun, seperti halnya banyak bentuk asuransi, tidak ada yang mau menggunakannya.

    Halaman 2 dari 2

    (dwia/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Maju Terus, Rusia Rebut Desa di Ukraina Timur

    Maju Terus, Rusia Rebut Desa di Ukraina Timur

    Jakarta

    Pemerintah Rusia mengatakan bahwa militernya telah bergerak lebih jauh ke dalam wilayah Ukraina timur, dengan merebut sebuah desa lainnya – Semenivka – dekat kota Avdiivka, yang dikuasai Moskow setelah serangkaian perebutan wilayah baru-baru ini.

    Pengumuman itu disampaikan sehari setelah Moskow mengklaim merebut desa terdekat lainnya. Otoritas Ukraina mengatakan bahwa situasi pasukannya di wilayah itu semakin memburuk.

    Dilansir kantor berita AFP, Senin (29/4/2024), Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pihaknya telah “membebaskan” Semenivka, ketika pasukannya memanfaatkan keunggulan mereka dalam hal sumber daya manusia dan amunisi di medan perang.

    Desa-desa kecil tersebut terletak di selatan Novobakhmutivka, yang jatuh ke tangan pasukan Rusia pada akhir pekan lalu.

    Rusia telah bergerak ke arah barat di wilayah Donetsk sejak mereka secara simbolis merebut Avdiivka pada bulan Februari, sebuah pusat di wilayah timur yang menjadi saksi beberapa pertempuran terburuk dalam serangan dua tahun Moskow ke Ukraina.

    Semenivka dekat dengan Ocheretyne, tempat pertempuran semakin intensif dan sebagian dilaporkan berada di bawah kendali Rusia.

    Moskow selama berminggu-minggu telah menekankan keunggulannya di lini depan, sebuah upaya yang telah dipercepat dalam beberapa hari terakhir menjelang kedatangan senjata Amerika Serikat yang sangat dibutuhkan UKraina.

    Pemerintah Ukraina selama berhari-hari telah memperingatkan akan memburuknya kondisi di garis depan. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Moskow akan berusaha membawa pulang kemenangan menjelang liburan patriotik pada 9 Mei mendatang.

    Lihat juga Video ‘Kelompok Bersenjata Serang Pos Polisi di Rusia, 7 Orang Tewas-4 Luka’:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini