Negara: Ukraina

  • Harga Minyak Dunia Naik Lebih dari 3 Persen Imbas Konflik Rusia-Ukraina

    Harga Minyak Dunia Naik Lebih dari 3 Persen Imbas Konflik Rusia-Ukraina

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah dunia naik lebih dari 3% pada perdagangan Senin (18/11/2024), karena laporan gangguan produksi di ladang minyak Johan Sverdrup, Norwegia. Selain itu, harga emas naik karena ketegangan konflik Rusia-Ukraina memanas setelah pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.

    Mengutip Reuters, Selasa (19/11/2024), harga minyak mentah Brent melesat US$ 2,26 atau 3,2% menjadi US$ 73,30 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di Amerika Serikat (AS) menguat US$ 2,14 atau 3,2% menjadi US$ 69,16 per barel.

    Gangguan produksi di ladang minyak Johan Sverdrup, salah satu ladang minyak terbesar di Eropa Barat, terjadi akibat pemadaman listrik. Saat ini, upaya pemulihan produksi sedang dilakukan, tetapi belum ada kepastian kapan operasi akan kembali normal.

    Analis UBS Giovanni Staunovo mengungkapkan, gangguan ini memicu kekhawatiran pasar terkait potensi pengetatan pasokan minyak mentah di kawasan laut utara.

    “Kemudian, ladang minyak Tengiz di Kazakhstan, yang dikelola oleh Chevron, juga mengalami penurunan produksi hingga 30% karena sedang dilakukan perbaikan,” ucapnya.

    Selain itu, harga minyak juga dipengaruhi oleh eskalasi konflik Rusia-Ukraina yang terus meningkat. Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah memberikan izin bagi Ukraina untuk menggunakan senjata buatan AS dalam menyerang wilayah Rusia, termasuk Kursk.

    Langkah ini menuai kecaman dari Kremlin, yang menyebutnya sebagai tindakan ceroboh dan memperingatkan risiko eskalasi konflik dengan NATO.

    Analis IG Markets Tony Sycamore menyoroti, ketegangan geopolitik ini berpotensi mendorong harga minyak naik lebih tinggi.

    “Jika Ukraina mulai menargetkan infrastruktur minyak Rusia, hal tersebut bisa berdampak signifikan pada pasokan energi global,” pungkasnya.

    Serangan itu juga akan berpengaruh ke harga minyak dunia yang akan terus naik.

  • Pelemahan Dolar dan Konflik Rusia-Ukraina Dorong Harga Emas Naik Lebih dari 1 Persen

    Pelemahan Dolar dan Konflik Rusia-Ukraina Dorong Harga Emas Naik Lebih dari 1 Persen

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga emas dunia naik tajam pada perdagangan, Senin (18/11/2024), tertekan pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan ketegangan konflik Rusia-Ukraina. Kenaikan ini terjadi setelah harga emas anjlok selama enam hari berturut-turut.

    Mengutip Reuters, Selasa (19/11/2024), harga emas spot melonjak 1,8% menjadi US$ 2.608,19 per ons, menjauh dari level terendah dalam dua bulan terakhir yang terjadi pada 14 November 2025 lalu. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup melesat 1,7% di US$ 2.614,6.

    Analis Senior PJO Futures Daniel Pavilonis mengatakan, kenaikan harga emas terjadi karena pernyataan Presiden AS Joe Biden terkait pengiriman rudal jarak jauh ke Ukraina.

    “Hal itu membuat Ukraina bisa menjangkau lebih luas wilayah Rusia, sehingga memicu permintaan emas sebagai aset save haven meningkat,” ucapnya.

    Emas kerap disebut sebagai investasi aman selama masa ketidakpastian geopolitik dan ekonomi. Namun, pekan lalu, emas mencatat penurunan mingguan terburuk dalam lebih dari tiga tahun. Hal ini dipengaruhi oleh proposal tarif presiden terpilih AS Trump yang berpotensi memicu inflasi, yang pada akhirnya dapat memperlambat laju pemangkasan suku bunga oleh The Fed.

    Meskipun pekan lalu indeks dolar AS mencapai level tertinggi dalam satu tahun, dolar melemah 0,4% pada Senin setelah mencatat kenaikan 1,6% sebelumnya. Melemahnya dolar membuat emas lebih terjangkau bagi pembeli yang menggunakan mata uang selain dolar.

    Sementara, saat harga emas menguat, harga logam mulia lainnya juga naik drastis. Harga perak spot melesat 2,8% menjadi US$ 31,05 per ons, platinum bertambah 2,8% menjadi US$ 964,87, dan paladium menguat 5,3% menjadi US$ 1.001,29 per ons.

  • Perang Eropa Makin Ngeri! Biden Buka Gerbang PD 3, Rusia-China Respons

    Perang Eropa Makin Ngeri! Biden Buka Gerbang PD 3, Rusia-China Respons

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang di Eropa semakin ngeri. Bahkan ada tanda “pintu” perang dunia 3 (PD 3) bakal terbuka.

    Hal ini setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh Washington untuk menyerang target militer di dalam wilayah Rusia. Ukraina dan Rusia sudah terlibat perang sejak dua tahun lebih.

    Pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim menunjuk pengerahan pasukan Korea Utara (Korut) guna membantu perang Rusia menjadi penyebab. Ini pun mengonfirmasi laporan dari laman The New York Times dan The Washington Post.

    Sebenarnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memang telah lama mendorong otorisasi dari AS. Ini untuk menggunakan ATACMS (Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat AS) untuk menyerang target di dalam wilayah Rusia.

    Zelensky sendiri memberi pernyataan setelah laporan Biden keluar. Ia mengonfirmasi izin dari AS.

    “Hari ini, ada banyak laporan media bahwa kami telah menerima izin untuk mengambil tindakan yang tepat,” katanya.

    “Tetapi serangan tidak dilakukan dengan kata-kata. Hal-hal seperti itu tidak diumumkan. Rudal akan berbicara sendiri. Pasti,” tambahnya.

    Rusia Merespons

    Rusia sendiri merespons Biden. Kremlin menyebut yang dilakukan presiden yang akan segera lengser itu sebagai eskalasi ketegangan.

    “Jelas bahwa pemerintahan yang akan berakhir di Washington bermaksud untuk mengambil langkah-langkah untuk terus mengobarkan api dan memicu eskalasi ketegangan lebih lanjut,” kata juru bicara pemerintah Dmitry Peskov.

    “Hal ini menandai spiral ketegangan baru dan situasi yang secara kualitatif baru dari sudut pandang keterlibatan AS dalam konflik,” tambahnya.

    Sebelumnya di September, Presiden Rusia Vladimir Putin juga sudah memberi peringatan. Bahwa jika Ukraina berani menyerang Rusia dengan rudal jarak jauh, Moskow akan mengambil keputusan “yang tepat” berdasar ancaman itu.

    Sementara itu, pejabat Rusia lain menegaskan keputusan AS adalah kesalahan. Ini mmpertaruhkan PD 3.

    “Orang-orang ini, pemerintahan Biden, mencoba meningkatkan situasi secara maksimal selagi mereka masih berkuasa dan masih menjabat,” kata anggota parlemen Rusia Maria Butina dikutip Reuters.

    “Saya sangat berharap (Donald) Trump akan mengatasi keputusan ini jika ini telah dibuat karena mereka benar-benar mempertaruhkan dimulainya Perang Dunia Ketiga yang tidak menguntungkan siapa pun,” tambahnya.

    Reaksi China

    Di sisi lain China memberi peringatan agar semua pihak mendinginkan situasi. Dalam sebuah pernyataan terbaru, China meminta penyelesaian damai atas perang Rusia dan Ukraina, setelah AS mengizinkan Kyiv untuk menggunakan rudal jarak jauhnya oleh Ukraina ke Rusia.

    “Gencatan senjata dini dan solusi politik melayani kepentingan semua pihak,” kata juru bicara kementerian luar negeri Lin Jian dalam pengarahan rutin.

    “Hal yang paling mendesak adalah mendorong pendinginan situasi sesegera mungkin,” tambahnya.

    China telah menampilkan dirinya sebagai pihak yang netral dalam perang Ukraina. Bahkan mengatakan tidak mengirimkan bantuan mematikan ke kedua belah pihak, seperti AS dan negara-negara Barat lainnya.

    Namun, China tetap menjadi sekutu dekat Rusia dalam bidang politik dan ekonomi. Negara-negara anggota NATO telah mencap Beijing sebagai “pendukung utama” perang.

    “China selalu mendorong dan mendukung semua upaya yang mendukung penyelesaian krisis secara damai,” tambah Lin lagi.

    “Beijing tidak pernah menyediakan senjata mematikan bagi pihak-pihak yang berkonflik, dan sejak awal telah secara ketat mengendalikan pesawat nirawak militer dan pesawat nirawak penggunaan ganda sesuai dengan hukum dan peraturan”, katanya.

    “Diharapkan negara-negara dan orang-orang terkait tidak akan membuat spekulasi liar atau mencemarkan nama baik dan memfitnah Tiongkok tanpa dasar fakta,” tegasnya.

    Persiapan Perang

    Sementara itu, dua negara tetangga terdekat Rusia, Swedia dan Finlandia kini mulai menyiapkan warganya untuk menghadapi peperangan. Sebenarnya Swedia dan Finlandia adalah negara non blok namun menghentikan ketidakberpihakan militer untuk bergabung dengan aliansi militer NATO tahun lalu setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.

    Swedia dilaporkan menerbitkan buku kecil “Jika Krisis atau Perang Datang” untuk disalurkan ke warga melalui Badan Kontingensi Sipil Swedia (MSB). Isinya tentang cara mempersiapkan diri menghadapi keadaan darurat seperti perang, bencana alam, atau serangan siber.

    “Situasi keamanan serius dan kita semua perlu memperkuat ketahanan kita untuk menghadapi berbagai krisis dan akhirnya perang,” kata Direktur MSB Mikael Frisell dalam sebuah pernyataan.

    Finlandia sendiri meluncurkan situs web kesiapsiagaan baru. Finlandia sendiri berbatasan sepanjang 1.340 kilometer (830 mil) dengan Rusia.

    Sejak kemarin hingga 28 November, Finlandia juga akan menjadi tuan rumah latihan artileri aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Ini merupakan latihan skala besar pertamanya sejak negara Nordik tersebut bergabung dengan aliansi.

    (sef/sef)

  • Rusia Ungkit Perang Dunia III Usai AS Izinkan Rudalnya Dipakai Ukraina

    Rusia Ungkit Perang Dunia III Usai AS Izinkan Rudalnya Dipakai Ukraina

    Rusia Singgung Perang Dunia III

    Pemerintah Rusia bereaksi keras terhadap langkah pemerintahan Amerika Serikat. Salah satu anggota parlemen Rusia, Maria Butina, seperti dilansir Reuters, menuduh pemerintahan Biden berisiko memicu Perang Dunia Ketiga dengan langkah tersebut.

    Namun Butina juga meyakini bahwa Presiden terpilih AS Donald Trump, yang mulai menjabat pada Januari tahun depan, akan membatalkan keputusan pemerintahan Biden tersebut.

    “Orang-orang ini, pemerintahan Biden, sedang berusaha meningkatkan situasi semaksimal mungkin ketika mereka masih memiliki kekuasaan dan masih menjabat,” ucap Butina saat berbicara kepada Reuters.

    “Saya mempunyai harapan besar bahwa Trump akan mengatasi keputusan ini jika keputusan ini telah diambil, karena mereka secara serius memicu risiko dimulainya Perang Dunia Ketiga yang tidak menjadi kepentingan siapa pun,” cetusnya.

    Komentar Butina itu disampaikan setelah laporan Reuters pada Sabtu (16/11), yang mengutip dua pejabat AS dan sumber yang memahami keputusan itu, menyebut pemerintahan Biden telah mengambil keputusan untuk mengizinkan Ukraina menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia dengan senjata buatan AS.

    Media terkemuka AS, New York Times, juga melaporkan bahwa pemerintahan Biden telah membuat keputusan tersebut.

    Respons Kremlin

    Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia mengomentari keputusan pemerintahan Joe Biden, yang akhirnya mengizinkan Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh buatan AS untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia.

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, seperti dilansir Reuters dan kantor berita TASS, Senin (18/11/2024), menyebut pemerintahan Biden yang akan mengakhiri jabatannya semakin memperburuk konflik dan berupaya meningkatkan konflik di Ukraina.

    Peskov juga mengatakan bahwa serangan menggunakan rudal jarak jauh buatan Barat terhadap wilayah Rusia tidak akan dilakukan langsung oleh militer Ukraina, karena membutuhkan kemampuan negara Barat yang memahami operasional senjata itu. Peskov tidak menyebut langsung AS dalam komentarnya.

    “Faktanya adalah serangan-serangan ini tidak dilakukan oleh Ukraina, serangan-serangan ini dilancarkan oleh negara-negara yang memberikan izin, karena penargetan, pemeliharaan lainnya, tidak dilakukan oleh para prajurit Ukraina, melainkan dilakukan oleh para spesialis militer dari negara-negara Barat,” sebutnya.

    Dia mengingatkan bahwa Presiden Vladimir Putin pernah melontarkan pernyataan seperti itu sebelumnya.

    Putin, pada 12 September lalu, mengingatkan bahwa persetujuan Barat untuk langkah semacam itu berarti “keterlibatan langsung negara-negara NATO, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa dalam perang di Ukraina” karena infrastruktur dan personel NATO akan dilibatkan dalam menargetkan dan menembakkan rudal.

    “Ini benar-benar mengubah cara keterlibatan mereka (negara-negara Barat-red) dalam konflik,” ucap Peskov dalam pernyataannya.

    “Ini adalah bahayanya dan provokasi dari situasi ini,” imbuh Peskov.

    Menurut sumber-sumber yang dikutip Reuters itu, Ukraina berencana melancarkan serangan jarak jauh pertamanya dalam beberapa hari ke depan. Namun rincian soal rencana serangan itu tidak diungkapkan ke publik karena kekhawatiran keamanan operasional.

    Menurut sumber-sumber itu, serangan pertama jauh ke dalam wilayah Rusia kemungkinan akan dilakukan militer Ukraina dengan menggunakan roket ATACMS, yang memiliki jangkauan hingga 306 kilometer.

    (taa/whn)

  • 8 Update Perang Rusia-Ukraina: AS Dekatkan Dunia Menuju PD 3

    8 Update Perang Rusia-Ukraina: AS Dekatkan Dunia Menuju PD 3

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dinamika perang Rusia-Ukraina terus berlanjut. Memasuki dua setengah tahun lebih, pergerakan perang belum mencapai titik-titik perdamaian.

    Terbaru, Minggu (17/11/2024), Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memberikan restu kepada Ukraina untuk menyerang wilayah dalam Rusia menggunakan senjata buatannya. Hal ini pun telah memicu reaksi dari sejumlah negara.

    Berikut perkembangan terbarunya sebagaimana dirangkum dari beberapa sumber oleh CNBC Indonesia, Senin (18/11/2024):

    1. Kanselir Jerman Telepon Putin, NATO Uring-uringan

    Dinamika terjadi di tubuh aliansi NATO. Hal ini terjadi setelah Kanselir Jerman Olaf Scholz, yang merupakan anggota NATO, menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin saat hubungan kedua pihak sedang memanas akibat perang Ukraina.

    Mengutip Newsweek, Scholz mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ia meminta Putin untuk mengakhiri perang di Ukraina dan menarik semua pasukan Rusia dari negara itu. Menurutnya, manuver Moskow saat ini tidak mengarahkan menuju perdamaian abadi antara kedua negara.

    “Rusia harus menunjukkan kesediaan untuk berunding dengan Ukraina, dengan tujuan mencapai perdamaian yang adil dan abadi,” kata Scholz dikutip Newsweek, Senin (18/11/2024).

    Panggilan telepon ini pun mendapatkan reaksi dari anggota NATO lainnya, Polandia. Perdana Menteri Polandia Donald Tusk mengatakan dalam sebuah unggahan di X bahwa manuver Scholz adalah sesuatu yang sia-sia.

    “Tidak seorang pun akan menghentikan Putin dengan panggilan telepon,” ucapnya

    Menteri Luar Negeri Lithuania, Gabrielius Landsbergis, juga menyuarakan hal serupa. Menurutnya, ‘sejarah terus memberitahu kita bahwa perdamaian sejati hanya dapat dicapai melalui kekuatan’.

    “Panggilan telepon itu, seharusnya, menjadi napas terakhir dari strategi yang gagal untuk memperdagangkan tanah demi ‘perdamaian’ dengan seorang diktator genosida,” ucapnya.

    Walau begitu, Scholz membela diri pada hari Minggu bahwa penting untuk menekankan kepada pemimpin Rusia bahwa ia tidak dapat mengandalkan dukungan dari Jerman, Eropa, dan banyak negara lain di dunia dalam aksi di Ukraina.

    “Menurut saya, bukan ide yang baik jika ada pembicaraan antara presiden Amerika dan Rusia namun pemimpin negara Eropa yang penting tidak melakukannya juga,” tambahnya.

    Di sisi lain, Kremlin mengatakan dalam pernyataan panggilan tersebut bahwa setiap perjanjian di masa mendatang harus mempertimbangkan ‘realitas teritorial baru’.

    “Panggilan tersebut atas permintaan Berlin, dan merupakan pertukaran pandangan yang mendalam dan jujur tentang situasi di Ukraina,” kata Kremlin.

    2. Trump Buka Suara Lagi soal Perang Ukraina

    Manuver Biden yang memberikan izin penggunaan senjata AS di Rusia mengundang reaksi dari kubu AS terpilih Donald Trump. Putra sulung Trump, Donald Trump Jr., juga mengatakan bahwa manuver itu bisa mengundang Perang Dunia 3 (PD 3) dan kejadian itu telah direstui oleh sejumlah produsen alat-alat pertahanan.

    “Kompleks Industri Militer tampaknya ingin memastikan mereka memulai PD 3 sebelum ayah saya memiliki kesempatan untuk menciptakan perdamaian dan menyelamatkan nyawa,” tulisnya di X pada hari Minggu.

    “Harus mengunci Triliunan itu. Hidup akan terkutuk!!! Orang-orang bodoh!”

    Anggota parlemen Rusia Maria Butina mengatakan pada hari Senin bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden mempertaruhkan Perang Dunia Ketiga (PD3) jika mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang Rusia.

    “Orang-orang ini, pemerintahan Biden, sedang mencoba meningkatkan situasi semaksimal mungkin selagi mereka masih berkuasa dan masih menjabat,” kata Butina kepada Reuters.

    “Saya sangat berharap (Donald) Trump akan mengatasi keputusan ini jika ini telah dibuat karena mereka benar-benar mempertaruhkan dimulainya PD3 yang tidak menguntungkan siapa pun.”

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada tanggal 12 September bahwa persetujuan Barat untuk langkah tersebut akan berarti adanya ‘keterlibatan langsung’ negara-negara NATO dan dalam perang di Ukraina. Ini karena infrastruktur dan personel militer NATO harus terlibat dalam penargetan dan penembakan rudal.

    4. Kim Jong Un Semprot AS-Barat Soal Perang Ukraina

    Pemimpin Tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengatakan Amerika Serikat (AS) dan Barat menggunakan militer Ukraina sebagai ‘pasukan kejut’ untuk melawan Rusia. Hal ini disampaikannya dalam pidato yang disiarkan media pemerintah, Senin (18/11/2024).

    Dalam laporan tersebut, yang dikutip AFP, Kim mengatakan AS dan Barat menggunakan konflik di Ukraina untuk memperluas cakupan intervensi militer mereka secara global. Ia menyebut bahwa Washington menganggap Kyiv sebagai sarana yang sangat penting untuk menggoyang kekuatan Rusia.

    “Mereka juga mencoba untuk meningkatkan pengalaman tempur mereka, dengan Ukraina digunakan sebagai pasukan kejut melawan Rusia. Bantuan militer berkelanjutan Washington ke Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran Perang Dunia 3,” katanya.

    Pernyataan ini muncul tatkala AS dan Korea Selatan (Korsel) menuduh Pyongyang mengirim lebih dari 10.000 tentara untuk membantu Rusia melawan Ukraina. Para ahli mengatakan Kim sangat menginginkan teknologi canggih Moskow, ditambah pengalaman pertempuran untuk pasukannya, sebagai balasannya.

    Pyongyang telah membantah pengerahan itu, dan Kim tidak menyebutkannya dalam pidato kepada komandan batalyon yang disiarkan oleh Kantor Berita Pusat Korea resmi.

    Kim juga berjanji negaranya akan memperkuat pertahanan senjata nuklirnya ‘tanpa batas’. Peringatannya muncul setelah Seoul pekan lalu mengatakan pasukan Korut telah mulai ‘terlibat dalam operasi tempur’ bersama pasukan Rusia di dekat perbatasan dengan Ukraina.

    “Kim kemungkinan mengingat potensi pengerahan pasukan tambahan untuk mendukung perang Rusia di Ukraina,” kata Hong Min, analis senior di Institut Korea untuk Penyatuan Nasional.

    Korut dan Rusia sendiri meneken kerja sama pertahanan Juni lalu. Keduanya diketahui memasukan klausul akan saling membantu jika salah satu dari mereka mendapatkan serangan.

    5. China Buka Suara AS Izinkan Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh ke Rusia

    China merespons langkah Amerika Serikat (AS) yang memberikan izin kepada Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh buatan AS terhadap sasaran militer di dalam wilayah Rusia.

    Beijing secara tegas menyerukan penyelesaian damai untuk perang di Ukraina.

    “Gencatan senjata lebih awal dan solusi politik adalah kepentingan semua pihak,” ujar Lin Jian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, dalam konferensi pers reguler ketika ditanya tentang keputusan AS tersebut, sebagaimana dilansir AFP, Senin (18/11/2024).

    Lin menambahkan bahwa hal paling mendesak saat ini adalah “mendorong pendinginan situasi sesegera mungkin.”

    Adapun China mengeklaim dirinya sebagai pihak netral dalam konflik ini dan menyatakan tidak memberikan bantuan senjata mematikan kepada salah satu pihak, berbeda dengan AS dan negara-negara Barat lainnya.

    Namun, NATO menyebut Beijing sebagai “pendukung tegas” perang yang tidak pernah secara resmi mengutuk tindakan Rusia.

    “China selalu mendorong dan mendukung semua upaya yang mendukung penyelesaian damai krisis ini,” Tegas Lin.

    6. Putin Tembak 120 Rudal & 90 Drone ke Ukraina

    Rusia melakukan serangan besar-besaran baru ke ibu kota Ukraina, Kyiv, Minggu (17/11/2024). Setidaknya ada 120 rudal dan 90 pesawat nirawak (drone) ditembakkan.

    Pejabat Ukraina mengatakan ini menjadi serangan terbesar dalam tiga tahun perang berlangsung. Dua orang tewas sementara belasan lainnya luka-luka.

    Mengutip AFP, ledakan besar terjadi dini hari di Kyiv dan kota dekat Sloviansk di wilayah Donetsk. Meski begitu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan ada 140 serangan yang berhasil dihalau dan ditembak jatuh dari 120 rudal dan 90 drone tersebut.

    Operasi Moskow juga telah membuat pemadaman listrik terjadi. Ini membuat banyak pihak khawatir mengingat musim dingin ekstrem mulai datang di wilayah itu dan kebutuhan akan pemanas begitu tinggi.

    “Pengeboman udara Rusia yang tak henti-hentinya telah menghancurkan setengah dari kapasitas produksi energi Ukraina,” tambah Zelensky.

    Selain wilayah ibu kota Kyiv, operator jaringan Ukraina DTEK juga mengumumkan pemadaman listrik di wilayah Donetsk dan Dnipropetrovsk di timur. Listrik juga diputus di beberapa bagian kota pelabuhan Laut Hitam selatan Odesa sementara para pejabat memperingatkan infrastruktur penting terdampak di wilayah Vinnytsia, Rivne, Volhynia, dan Zaporizhzhia.

    7. Ukraina Hantam Pabrik Rusia

    Sementara itu, Ukraina juga telah mengambil langkah menyerang ke arah Rusia. Gubernur Kursk Aleksei Smirnov menyebutkan seorang jurnalis lokal tewas pada hari Minggu ketika pesawat nirawak Ukraina menyerang wilayahnya.

    Di provinsi Belgorod Rusia, dekat Ukraina, seorang pria tewas di tempat setelah pesawat nirawak Ukraina menjatuhkan bahan peledak di mobilnya, Gubernur setempat Vyacheslav Gladkov melaporkan.

    Pesawat nirawak Ukraina lainnya pada hari Minggu menargetkan pabrik pesawat nirawak di Izhevsk, yang berada jauh di dalam Rusia. Pemimpin daerah itu, Aleksandr Brechalov, melaporkan bahwa sebuah pesawat nirawak meledak di dekat sebuah pabrik di kota itu, memecahkan jendela tetapi tidak menyebabkan kerusakan serius.

    “Seorang pria sempat dirawat di rumah sakit karena cedera kepala,” kata Brechalov.

    8. Elon Musk Respons Langkah Biden Beri Restu Kyiv Serang Rusia

    CEO SpaceX Elon Musk, orang kepercayaan dekat Presiden terpilih AS Donald Trump, telah mempertimbangkan keputusan Presiden Joe Biden untuk secara resmi menyetujui penggunaan rudal Amerika pada target yang jauh di dalam wilayah Rusia.

    Pandangannya ini terungkap saat ia merespons unggahan di X dari Senator Utah Mike Lee yang menyebut Biden dan kelompoknya merupakan “kaum liberal yang menyukai perang,” dan menambahkan: “perang memfasilitasi pemerintahan yang lebih besar.”

    Kemudian, Musk membalas unggahan ini dengan mengamini kata Lee. “Benar,” Jawab Musk.

    (luc/luc)

  • 8
                    
                        Swedia dan Finlandia Desak Warganya Bersiap Hadapi Kemungkinan Perang, Ada Apa?
                        Internasional

    8 Swedia dan Finlandia Desak Warganya Bersiap Hadapi Kemungkinan Perang, Ada Apa? Internasional

    Swedia dan Finlandia Desak Warganya Bersiap Hadapi Kemungkinan Perang, Ada Apa?
    Penulis
    STOCKHOLM, KOMPAS.com –
    Swedia dan Finlandia mendesak warga negaranya untuk bersiap menghadapi kemungkinan perang.
    Swedia pada Senin (18/11/2024) ini mulai mengirimkan sekitar 5 juta pamflet kepada penduduk yang mendesak mereka untuk bersiap menghadapi kemungkinan perang.
    Sementara negara tetangganya, Finlandia, meluncurkan situs web kesiapsiagaan baru.
    Baik Swedia maupun Finlandia diketahui telah meninggalkan ketidakberpihakan militer mereka untuk bergabung dengan NATO yang dipimpin AS, setelah
    invasi Rusia ke Ukraina
    pada 2022.
    Sejak dimulainya perang, Swedia telah berulang kali mendesak warga Swedia untuk mempersiapkan diri baik secara mental maupun logistik untuk menghadapi kemungkinan perang, dengan alasan situasi keamanan yang serius di sekitarnya.
    Buklet “Jika Krisis atau Perang Datang”, yang dikirim oleh Badan Kontinjensi Sipil Swedia (MSB), berisi informasi tentang bagaimana mempersiapkan diri untuk keadaan darurat seperti perang, bencana alam, atau serangan siber.
    Ini adalah versi terbaru dari pamflet yang telah diterbitkan Swedia sebanyak lima kali sejak Perang Dunia II.
    Versi sebelumnya yang dikirim pada 2018 menjadi berita utama, karena ini adalah pertama kalinya pamflet tersebut dikirim ke warga Swedia sejak tahun 1961 pada puncak
    Perang Dingin
    .
    “Situasi keamanan sangat serius dan kita semua perlu memperkuat ketahanan kita untuk menghadapi berbagai krisis dan pada akhirnya perang,” kata Direktur MSB, Mikael Frisell, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari
    AFP.
    Dokumen setebal 32 halaman ini menguraikan dengan ilustrasi sederhana ancaman yang dihadapi negara Nordik, termasuk konflik militer, bencana alam, serta serangan siber dan teror.
    Dokumen itu juga berisi tips untuk kesiapsiagaan, seperti menyimpan makanan yang tidak mudah rusak dan menyimpan air.
    MSB mengatakan, versi 2024 yang diperbarui memiliki fokus yang lebih kuat pada persiapan untuk perang.
    Selama dua minggu ke depan, sebanyak 5,2 juta eksemplar akan dikirim ke rumah-rumah di Swedia.
    Brosur ini tersedia dalam bentuk cetak dalam bahasa Swedia dan Inggris dan versi digital tersedia dalam beberapa bahasa lain, termasuk bahasa Arab, Farsi, Ukraina, Polandia, Somalia, dan Finlandia.
    Mantan Kepala Militer Swedia, Micael Byden, pada bulan Januari lalu memperingatkan rekan-rekan senegaranya ketika ia mendesak mereka untuk mempertimbangkan kesiapan mereka sendiri.
    “Orang Swedia harus mempersiapkan mental untuk perang,” katanya.
    Juga pada Senin, Pemerintah di Finlandia, yang berbatasan dengan Rusia sepanjang 1.340 kilometer, meluncurkan sebuah situs web yang mengumpulkan informasi tentang kesiapsiagaan untuk berbagai krisis.
     
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pernyataan Prabowo di KTT APEC Dinilai Relevan, Pengamat Soroti Ketimpangan Perdagangan Global

    Pernyataan Prabowo di KTT APEC Dinilai Relevan, Pengamat Soroti Ketimpangan Perdagangan Global

    Jakarta, Beritasatu.com – Pernyataan Presiden Prabowo Subianto pada Leaders Retreat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC 2024 di Lima, Peru, beberapa waktu lalu dianggap relevan oleh Achmad Nur Hidayat, pengamat ekonomi sekaligus pakar kebijakan publik dari UPN Veteran Jakarta.

    Dalam kesempatan tersebut, Prabowo menekankan pentingnya perdagangan internasional yang terbuka, teratur, dan adil. Menurut Hidayat, sikap ini menunjukkan perhatian Indonesia terhadap berbagai tantangan global untuk menciptakan perdagangan yang inklusif dan seimbang.

    “Indonesia percaya bahwa komitmen nyata dari para pemimpin dunia diperlukan untuk memastikan perdagangan bebas yang tetap berlandaskan keadilan. Posisi Indonesia jelas, kebijakan perdagangan global harus memberikan manfaat tidak hanya bagi negara maju tetapi juga bagi negara berkembang dan kecil. Ini penting, mengingat ketimpangan dalam perdagangan internasional sering kali menghambat pertumbuhan ekonomi negara-negara kecil,” ujar Hidayat kepada media, Senin (18/11/2024).

    Hidayat menambahkan, pandangan seperti ini bukan pertama kalinya disampaikan Indonesia. Saat menjadi presidensi G-20 pada 2022, pesan serupa telah digaungkan. Namun, dunia justru menghadapi eskalasi konflik geopolitik dan ketidakadilan yang semakin nyata.

    “Pada masa itu, konflik Rusia-Ukraina menjadi perhatian utama. Kini, tragedi di Gaza memperburuk krisis kemanusiaan global. Retorika mengenai keterbukaan, keteraturan, dan keadilan harus diterjemahkan ke dalam langkah konkret, bukan sekadar wacana,” lanjutnya.

    Sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di kawasan Asia-Pasifik, Indonesia memiliki peran strategis untuk menjadi panutan dan penggerak dalam membangun sistem perdagangan global yang lebih adil, tidak hanya untuk kawasan tetapi juga di tingkat global.

    Meski demikian, Hidayat menyadari bahwa kenyataan saat ini masih jauh dari harapan. Ketimpangan ekonomi, konflik geopolitik, dan ketidaksetaraan dalam sistem perdagangan internasional terus menjadi penghambat utama.

    Menurutnya, saat ini, sistem perdagangan dunia didominasi negara maju, sementara negara berkembang hanya mendapatkan sedikit bagian. “Ketimpangan seperti ini menciptakan siklus ketidakadilan yang sulit diubah tanpa reformasi menyeluruh,” jelasnya.

    Hidayat menekankan bahwa Indonesia memiliki peluang untuk menjadi pelopor dalam mewujudkan sistem perdagangan global yang terbuka, terorganisasi, dan adil. Konsep ini melibatkan perdagangan bebas tanpa hambatan proteksionis, transparansi dalam sistem ekonomi, serta distribusi manfaat yang merata untuk semua negara.

  • AS Izinkan Ukraina Pakai Rudalnya Serang Rusia, Kremlin Bilang Gini

    AS Izinkan Ukraina Pakai Rudalnya Serang Rusia, Kremlin Bilang Gini

    Moskow

    Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia mengomentari keputusan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, yang akhirnya mengizinkan Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh buatan AS untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia.

    Kremlin menyebut langkah itu sama saja memperdalam keterlibatan AS dalam konflik antara Rusia dan Ukraina.

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, seperti dilansir Reuters dan kantor berita TASS, Senin (18/11/2024), menyebut pemerintahan Biden yang akan mengakhiri jabatannya semakin memperburuk konflik dan berupaya meningkatkan konflik di Ukraina.

    Peskov juga mengatakan bahwa serangan menggunakan rudal jarak jauh buatan Barat terhadap wilayah Rusia tidak akan dilakukan langsung oleh militer Ukraina, karena membutuhkan kemampuan negara Barat yang memahami operasional senjata itu. Peskov tidak menyebut langsung AS dalam komentarnya.

    “Faktanya adalah serangan-serangan ini tidak dilakukan oleh Ukraina, serangan-serangan ini dilancarkan oleh negara-negara yang memberikan izin, karena penargetan, pemeliharaan lainnya, tidak dilakukan oleh para prajurit Ukraina, melainkan dilakukan oleh para spesialis militer dari negara-negara Barat,” sebutnya.

    Dia mengingatkan bahwa Presiden Vladimir Putin pernah melontarkan pernyataan seperti itu sebelumnya.

    Putin, pada 12 September lalu, mengingatkan bahwa persetujuan Barat untuk langkah semacam itu berarti “keterlibatan langsung negara-negara NATO, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa dalam perang di Ukraina” karena infrastruktur dan personel NATO akan dilibatkan dalam menargetkan dan menembakkan rudal.

  • Bos OJK Ungkap Pelaku Pasar Waswas Trump Menang Pilpres

    Bos OJK Ungkap Pelaku Pasar Waswas Trump Menang Pilpres

    Jakarta

    Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan bahwa kemenangan Donald Trump di kontestasi Pilpres Amerika Serikat (AS) membuat para pelaku pasar was-was. Kondisi ini pun memberikan pengaruh bagi kondisi perekonomian global.

    Hal ini disampaikan Mahendra dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi XI DPR RI. Dana Moneter Internasional (IMF) sendiri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global stabil di 3,2%, lebih rendah 0,1% dari perkiraan pada bulan Juli.

    “Risiko terpilihnya Donald Trump menjadikan para pelaku pasar memperhitungkannya dalam pelemahan perkiraan pertumbuhan ekonomi ke depan,” kata Mahendra, di Senayan, Jakarta, Senin (18/11/2024).

    Mahendra mengatakan, pada triwulan III 2024 perekonomian dunia tercatat mengalami penurunan, utamanya di sebagian besar negara-negara perekonomian utama global. Sikap waswas para pelaku pasar juga dibarengi dengan pelemahan ekonomi China dan peningkatan proteksionisme sejumlah negara.

    Salah satu alasan utama yang membuat negara-negara memasang langkah proteksionisme karena kondisi ekonomi global dibayangi dengan memburuknya tensi geopolitik yang terjadi di berbagai penjuru, khususnya perang Ukraina-Rusia dan serangan Israel ke Gaza dan Lebanon.

    “Menyikapi hal itu, berbagai bank sentral mengambil kebijakan yang lebih akomodatif dengan melonggarkan kebijakan moneter dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi masing-masing,” ujarnya.

    Sebagai informasi, sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti rencana kenaikan tarif impor AS yang menjadi salah satu rencana kebijakan Donald Trump. Menurutnya, tidak menutup kemungkinan kebijakan tersebut akan berimbas ke negara-negara ASEAN.

    “Selama ini targetnya adalah AS terhadap RRT, karena RRT (China) surplus. Namun sama seperti Trump periode pertama, US Treasury-nya melihat semua partner dagang AS yang surplus,” ujar Sri Mulyani, dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi XI di Senayan, Jakarta, Rabu (13/11/2024).

    “Jadi mungkin tidak hanya RRT yang kena, ASEAN seperti Vietnam dan beberapa negara lain akan dijadikan poin untuk fokus dan perhatian terhadap pengenaan tarif impor ini,” sambungnya.

    Sri Mulyani menjelaskan, kondisi perekonomian global saat ini terpantau cukup dinamis, terutama dengan selesainya kontestasi Pilpres AS. Adapun Trump sendiri dijadwalkan akan mulai memimpin AS mulai bulan Januari 2025.

    Namun menurutnya, reaksi market dalam menetapkan langkah antisipasi terhadap kebijakan keuangan di bawah Trump perlu dilihat lagi perkembangannya ke depan. Apalagi, langkah-langkah Trump kemungkinan akan cukup ekspansif.

    “Karena mereka punya ambisi untuk memotong belanja hingga US$ 1 triliun dalam waktu 10 tahun, berarti US$ 10 miliar per tahun. Namun yield US Treasury 10 tahun mengalami kenaikan karena memproyeksikan bahwa APBN di AS mungkin relatif masih ekspansif,” ujar Sri Mulyani.

    Sementara itu, Dolar AS mengalami penguatan dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini didorong oleh berbagai arah kebijakan Trump, terutama di bagian penurunan pajak korporasi, ekspansi belanja untuk beberapa yang sifatnya strategis, hingga langkah proteksionisme seperti kenaikan tarif impor tadi.

    (shc/rrd)

  • China Buka Suara AS Izinkan Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh ke Rusia

    China Buka Suara AS Izinkan Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh ke Rusia

    Jakarta, CNBC Indonesia – China merespons langkah Amerika Serikat (AS) yang memberikan izin kepada Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh buatan AS terhadap sasaran militer di dalam wilayah Rusia.

    Beijing secara tegas menyerukan penyelesaian damai untuk perang di Ukraina.

    “Gencatan senjata lebih awal dan solusi politik adalah kepentingan semua pihak,” ujar Lin Jian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, dalam konferensi pers reguler ketika ditanya tentang keputusan AS tersebut, sebagaimana dilansir AFP, Senin (18/11/2024).

    Lin menambahkan bahwa hal paling mendesak saat ini adalah “mendorong pendinginan situasi sesegera mungkin.”

    Adapun China mengeklaim dirinya sebagai pihak netral dalam konflik ini dan menyatakan tidak memberikan bantuan senjata mematikan kepada salah satu pihak, berbeda dengan AS dan negara-negara Barat lainnya.

    Namun, NATO menyebut Beijing sebagai “pendukung tegas” perang yang tidak pernah secara resmi mengutuk tindakan Rusia.

    “China selalu mendorong dan mendukung semua upaya yang mendukung penyelesaian damai krisis ini,” Tegas Lin.

    Ia juga menambahkan bahwa Beijing bersedia “terus memainkan peran konstruktif dalam penyelesaian politik krisis Ukraina dengan caranya sendiri.”

    Sebelumnya, presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Minggu (17/11/2024) untuk pertama kalinya mengizinkan penggunaan rudal jarak jauh yang dipasok Washington ke Ukraina untuk menyerang di dalam Rusia.

    Pemberian izin ini terjadi saat Rusia telah meluncurkan total 120 rudal dan 90 pesawat nirawak dalam serangan skala besar di seluruh Ukraina. Moskow mengerahkan berbagai jenis pesawat nirawak dikerahkan, termasuk Shahed buatan Iran, serta rudal jelajah, balistik, dan rudal balistik yang diluncurkan pesawat.

    Adapun pertahanan Ukraina menembak jatuh 144 dari total 210 target udara.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pun merespon hal ini dengan baik. Menurutnya, rudal ini akan mampu memberikan tekanan baru kepada Rusia untuk segera menarik pasukannya dari Ukraina.

    “Hari ini, banyak yang dikatakan di media tentang kami yang menerima izin untuk tindakan yang relevan. Namun, serangan tidak dilakukan dengan kata-kata Zelensky dalam pidato video malam harinya.

    (luc/luc)