Negara: Ukraina

  • Ribuan Tentara Rusia Dilaporkan Masih Terjebak di Suriah, Pangkalan Militer Terancam – Halaman all

    Ribuan Tentara Rusia Dilaporkan Masih Terjebak di Suriah, Pangkalan Militer Terancam – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, SURIAH –  Personel militer Rusia dilaporkan terjebak di Suriah, menyusul tergulingnya Presiden Bashar al-Assad.

    Presiden Suriah yang digulingkan itu telah melarikan diri ke Rusia.

    Presiden yang berkuasa 24 tahun itu menerima suaka dari sekutu lamanya, menurut media Rusia.

    Dia melarikan diri setelah seluruh negeri dikuasai pemberontak kelompok Islam Hayat Tahrir al Sham (HTS).

    Rusia tidak mampu atau tidak mau memberikan dukungan militer untuk mempertahankan kekuasaan Assad seperti yang dilakukannya pada tahun 2016.

    Aset-aset  militer Rusia di Suriah juga kini terancam seperti pangkalan angkatan laut di kota pelabuhan Tartus.

    Saluran media sosial Rusia melaporkan bahwa pasukan Rusia terjebak di negara itu.

    “Sekelompok personel militer Rusia dilaporkan dikepung di Suriah,” lapor media berita pro-Ukraina UAWire.org, mengutip para blogger militer Rusia.

    Salah satu dari mereka, Fighterbomber, mengatakan bahwa masih ada “beberapa ribu” personel militer Rusia dan puluhan peralatan militer di negara tersebut.

    “Ada banyak unit berbeda dengan senjata mereka sendiri, dibagi menjadi beberapa kelompok,” imbuh postingan tersebut, yang mencatat kehadiran Rusia di pangkalan angkatan laut Tartus dan pangkalan udara di Khmeimim, tenggara Latakia, tanpa memberikan lokasi spesifik keberadaan mereka.

    “Beberapa hari yang lalu, mereka semua pindah ke balik pegunungan, lebih dekat ke laut, di mana mereka sekarang menunggu penempatan kembali,” kata postingan tersebut dilansir Newsweek, Senin (9/12/2024). 

    “Beberapa personel militer sekarang dikepung dalam pertahanan melingkar dan menunggu bantuan atau koridor menuju pintu keluar.”

    Postingan lain, oleh saluran RAG&E, menuliskan setidaknya satu kelompok prajurit Rusia masih terputus dari pangkalan utama di wilayah tersebut.

    “Mereka tidak punya peluang untuk menerobos sendiri. Tidak ada bantuan yang bisa diharapkan dari mana pun,” imbuhnya.

    Pemimpin oposisi Suriah yang tidak disebutkan namanya telah menjamin keamanan lokasi militer dan diplomatik Rusia di negara itu, menurut kantor berita negara Rusia TASS.

    Namun  tidak menjelaskan apakah hal itu hanya berlaku untuk pangkalan di Khmeimim dan Tartus, atau pos terdepan lainnya seperti Bandara Qamishli di timur laut.

    Perdana Menteri Suriah Mohammad Ghazi al Jalali mengatakan bahwa otoritas Suriah yang baru akan membuat keputusan tentang masa depan pangkalan militer Rusia di Suriah, menurut media milik Saudi, Al Arabiya.

    Situasi yang Tidak Stabil

    Institut Studi Perang ( ISW ) mengatakan pada hari Minggu bahwa rincian pengaturan ini “masih belum jelas mengingat situasi politik yang tidak stabil dan berkembang pesat.”

    Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pangkalan militernya di Suriah “dalam keadaan siaga tinggi.

    Saat ini, tidak ada ancaman serius terhadap keselamatan mereka.”

    Citra satelit dari hari Sabtu menunjukkan tiga pesawat Rusia, sebuah Ilyushin Il-76 dan sebuah pesawat angkut militer Antonov An-124 di Pangkalan Udara Khmeimim, mungkin untuk mengevakuasi aset militer dari negara tersebut.

    Moskow akan membutuhkan “sejumlah besar” serangan udara untuk mengevakuasi Suriah dengan baik, kata ISW.

    Lembaga pemikir di Washington, DC, itu juga mengatakan bahwa jatuhnya rezim Assad “merupakan kekalahan politik strategis bagi Moskow dan telah melemparkan Kremlin ke dalam krisis karena berupaya mempertahankan pangkalan militer strategisnya.”

     

  • Bagaimana Pemberontak Suriah HTS Gulingkan Assad Hanya dalam 11 Hari?

    Bagaimana Pemberontak Suriah HTS Gulingkan Assad Hanya dalam 11 Hari?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pemerintahan panjang Presiden Suriah Bashar Al Assad resmi berakhir pada Minggu (8/12) usai kelompok pemberontak melancarkan serangan signifikan dalam waktu 11 hari atau kurang dari dua pekan.

    Pemberontakan itu dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), sebuah organisasi yang dikepalai Abu Mohammed al-Julani. Ia merupakan mantan anggota kelompok ekstremis Al Qaeda yang pernah membawa kelompoknya menjalin kerja sama dengan Al Qaeda dan ISIS.

    Bagaimana kelompok HTS memimpin pemberontakan hingga menggulingkan rezim Al Assad dalam waktu cepat?

    Hayat Tahrir Al Sham (HTS) telah memimpin pemberontakan terhadap rezim al-Assad sejak 27 November lalu. Serangan itu dimulai di Idlib, yang tiga hari kemudian dilanjutkan di Aleppo.

    HTS terus merebut wilayah-wilayah yang dikuasai rezim al-Assad dalam kurun waktu itu hingga mereka berhasil merebut Damaskus pada 8 Desember. Damaskus merupakan wilayah yang menjadi tempat tinggal Presiden Bashar al-Assad.

    Al Assad melarikan diri dari Damaskus ketika pasukan pemberontak memasuki kota itu dan membuat para pemberontak tak perlu repot-repot bertempur.

    Menurut para analis, kaburnya al-Assad dari Suriah ini bukan tanpa sebab. Pasalnya, Suriah tengah menghadapi masalah ekonomi parah, ditambah Rusia dan Iran tak lagi memberikan pasokan pertahanan bagi rezim Assad sebanyak dulu.

    Rusia dan Iran merupakan negara-negara yang sangat mendukung pemerintahan Bashar al-Assad. Kendati begitu, Rusia belakangan terjebak dalam invasinya di Ukraina, serta Iran dan milisi Hizbullah Lebanon mulai goyah gegara serangan Israel.

    Mereka tak bisa lagi fokus membantu pertahanan rezim Al Assad.

    Di tengah situasi ini, Hayat Tahrir al-Sham membuat keputusan. Mereka memimpin pemberontakan setelah selama ini menyatukan nyaris seluruh kelompok oposisi, milisi, dan warga sipil di Suriah untuk melawan bersama sang Presiden.

    Suriah telah dilanda perang saudara selama 13 tahun sejak protes damai 2011. Saat itu, warga dan oposisi ingin pemerintah diganti namun justru menghadapi kekerasan dari rezim Al Assad.

    Perang saudara Suriah telah menewaskan ratusan ribu orang dan membuat jutaan orang mengungsi. Negara-negara lain bahkan ikut mengintervensi seperti Iran, Rusia, Amerika Serikat, Arab Saudi, serta Turki.

    Kondisi ini membuat perang saudara Suriah semakin runyam hingga akhirnya Hayat Tahrir al-Sham memutuskan untuk menyatukan seluruh elemen penentang Al Assad demi menyudahi perang sia-sia tersebut.

    Dilansir dari Al Jazeera, HTS telah bersekutu dengan sejumlah faksi antara lain Front Nasional untuk Pembebasan, Ahrar al-Sham, Jaish al-Izza, Gerakan Nour al-Din Al Zenki, serta faksi-faksi yang didukung Turki yang berada di bawah payung Tentara Nasional Suriah.

    Persekutuan ini dibangun bukan dalam waktu sebentar. HTS telah menjalin hubungan dengan mereka selama lebih dari satu tahun terakhir.

    Bersambung ke halaman berikutnya…

    Dilansir dari BBC, HTS memulai beberapa reformasi usai menghadapi kritik karena dianggap menghindari pertempuran melawan pasukan pemerintah.

    HTS merupakan kekuatan dominan di Idlib. Namun kelompok ini disebut-sebut bersikap otoriter layaknya rezim al-Assad dengan menekan perbedaan pendapat serta membungkam para kritikus. Banyak yang akhirnya menyebut HTS sebagai pengikut setia Al Assad.

    Merespons kritik ini, HTS pun memulai reformasi. Mereka membubarkan atau mengganti nama pasukan keamanan kontroversial yang dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan mendirikan “Departemen Pengaduan” untuk memungkinkan warga mengajukan aduan terhadap mereka.

    HTS dan sayap sipilnya, Pemerintah Keselamatan Suriah (SG), kemudian berusaha keras menampilkan citra modern dan moderat untuk memenangkan hati masyarakat dan komunitas internasional.

    Mereka mengusung persatuan di bawah kepemimpinan tunggal dan pada saat yang sama, mempertahankan identitas Islamis guna memuaskan kelompok garis keras di wilayah yang dikuasai pemberontak dan jajaran HTS.

    Pemimpin HTS, Abu Mohammed Al Julani, dalam wawancaranya dengan The New York Times mengatakan bahwa tujuan utama HTS yakni “membebaskan Suriah dari rezim yang menindas ini.”

    Kepemimpinan HTS di bawah Al Julani sedikit banyak telah berhasil memikat masyarakat dan oposisi rezim karena ia secara tak langsung mengubah gerakan ekstremis seperti Al Qaeda dan ISIS menjadi tak lagi efektif.

    Al Julani sendiri merupakan mantan anggota Al Qaeda. Menurut laporan media Arab dan pejabat AS, ia sempat menghabiskan beberapa tahun di penjara Amerika di Irak.

    Pada 2011, ia membentuk Front Al Nusra, sebuah faksi rahasia yang terkait dengan Negara Islam Irak (ISI). Pada 2012, faksi itu berubah menjadi pasukan tempur Suriah yang menonjol, yang menyembunyikan hubungannya dengan ISI dan Al Qaeda.

    Ketegangan kemudian terjadi pada 2013 kala ISI secara sepihak mendeklarasikan penggabungan dengan Front Nusra dan mendeklarasikan pembentukan ISIS.

    Al-Julani tak ingin terlibat kekerasan seperti ideologi ISI sehingga berpura-pura berjanji kepada Al Qaeda untuk menjadikan Front Nusra sebagai cabangnya di Suriah.

    Ia kemudian membawa Front Nusra ke Suriah sekitar awal perang saudara. Kelompok ini akhirnya berkembang menjadi Hayat Tahrir al-Sham yang menekankan pendekatan jihad yang lebih pragmatis.

  • 10
                    
                        Mengapa Rezim Presiden Bashar Al Assad di Suriah Akhirnya Tumbang?
                        Internasional

    10 Mengapa Rezim Presiden Bashar Al Assad di Suriah Akhirnya Tumbang? Internasional

    Mengapa Rezim Presiden Bashar Al Assad di Suriah Akhirnya Tumbang?
    Penulis
    PEMERINTAHAN
    Presiden
    Bashar al-Assad
    di Suriah, yang dengan dukungan militer Iran dan Rusia telah menghadapi pasukan pemberontak selama satu dekade lebih, akhirnya tumbang dengan kecepatan mencengangkan pada hari Minggu (8/12/2024) pagi setelah pasukan oposisi menguasai ibu kota negara itu, Damaskus.
    Assad, seorang otoriter yang tega membunuh rakyatnya sendiri dengan gas beracun dalam perang perang saudara yang berlangsung selama 13 tahun itu, kabur meninggalkan negaranya saat pasukan pemberontak mendekati Damaskus.
    Pada Minggu malam, media pemerintah Rusia dan dua pejabat Iran mengatakan Assad telah tiba di Rusia. Media pemerintah Rusia melaporkan, Assad dan keluarganya telah diberikan suaka politik.
    Perang saudara Suriah diperkirakan telah menewaskan setengah juta orang. Sekitar 6,8 juta warga Suriah lari dari negara itu. Gelombang para pengungsi itu, yang pergi hingga ke Eropa, turut mengubah peta politik di Eropa dengan memicu gerakan sayap kanan anti-imigran di benua itu.
    Selama empat tahun terakhir konflik Suriah mereda, seolah-olah sudah berakhir. Rezim Assad menguasi sekitar 70 persen wilayah Suriah. Para pemberontak, yang terdiri dari beragam faksi, menguasi 30 persen, terutama di Provinsi Idlib.
    Namun upaya para pemberontak untuk menggulingkan Assad tiba-tiba berkobar lagi dua minggu lalu. Pada 27 November, para pemberontak, yang telah membentuk sebuah koalisi baru, melancarkan serangan mendadak dan menguasasi Aleppo, kota terbesar kedua di negara itu.
    Mengapa para pemberontak akhirnya bisa menggulingkan rezim Assad? Ada dua alasan.
    Pertama, Suriah tengah kesulitan menghadapi perekonomian yang merosot karena dampak perang.
    Aljazeera
    , yang mengutip sejumlah laporan, memberitakan bahwa sebagian besar perekonomian negara itu selama ini disokong oleh perdagangan ilegal obat psikoaktif jenis captagon.
    Karena krisis ekonomi itu, Al-Assad menjadi sangat tidak populer. Warga merasa semakin kesulitan untuk bertahan hidup. Kondisi itu dialami juga oleh para tentaranya, yang sebagian besar tidak ingin berperang untuk dia.
     
    Aljazeera
    melaporkan, para tentara dan petugas polisi meninggalkan pos-pos mereka, menyerahkan senjata, dan melarikan diri saat pasukan para pemberontak bergerak maju ke wilayah-wilayah yang selama ini dikuasai pasukan pemerintah.
    The New York Times
     juga melaporkan bahwa pemerintah Suriah hampir tidak berbuat banyak untuk membangkitkan kekuatan pasukan mereka.
    Secara militer, rezim Assad telah lemah selama bertahun-tahun dan dia sangat bergantung pada dukungan militer Rusia, Iran, dan milisi pro-Iran (seperti Hizbullah) untuk menopangnya. Assad tidak bisa bergantung pada tentara wajib militer yang kekurangan perlengkapan dan tidak punya motivasi. Di medan perang, dia sangat bergantung pada kekuatan udara Rusia dan bantuan militer Iran, terutama melalui para milisi yang disponsori Teheran seperti Hizbullah.
    Namun saat ini, para sekutu utamanya itu sibuk dengan konflik-konflik lain. Inilah yang menjadi alasan kedua. Rusia terjebak dalam invasinya ke Ukraina. Rusia menginvasi Ukraina tahun 2022 dan telah mengerahkan tenaga dan sumber daya untuk perang itu. Selama ini, Rusia merupakan mitra utama Assad di udara.
     
    Iran serta sekutu Lebanon mereka, Hizbullah, telah menderita akibat serangan Israel. Mereka tidak dapat lagi menyelamatkan tentara Suriah yang sedang lemah.
    Kehancuran yang dialami Hizbullah karena serangan Israel di Lebanon dan serangan Israel terhadap para komandan militer Iran di Suriah, telah berperan penting dalam keputusan kelompok militan dan
    pemberontak Suriah
    untuk melakukan serangan mendadak dan mengejutkan ke Aleppo.
    Dalam beberapa bulan terakhir, Israel telah meningkatkan serangannya terhadap kelompok-kelompok yang terkait dengan Iran dan jalur pasokan mereka, sehingga menyebabkan kerusakan serius pada jaringan yang mendukung milisi seperti Hizbullah di Suriah.
    Tanpa mereka, pasukan Presiden Assad menjadi rapuh-rentan. Pasukan pemerintah Suriah pun runtuh dalam kekacauan begitu tidak ada bantuan dari Hizbullah dan Iran serta dukungan serangan udara Rusia yang relatif minim. Bahkan Divisi Lapis Baja Keempat dan Pengawal Republik, pasukan elite yang ditempatkan di sekitar Damaskus untuk menjadikan kota itu tahan kudeta, tampak hilang begitu saja.
    “Kita telah menyaksikan keruntuhan dari dalam negara Suriah,” kata Mona Yacoubian, kepala Pusat Timur Tengah dan Afrika Utara di US Institute of Peace di Washington.
    Para analis mengatakan, para pemberontak Suriah menggunakan kekosongan yang ditinggalkan para sekutu Suriah itu untuk bergerak maju.
    Menurut Robert Ford, duta besar AS terakhir yang bertugas di Suriah, sebagaimana dikutip
    AFP
    , serangan Israel selama berbulan-bulan terhadap sasaran Suriah dan Hizbullah di wilayah tersebut, dan gencatan senjata Israel dengan Hizbullah di Lebanon bulan lalu, menjadi faktor yang membuka peluang bagi para pemberontak Suriah bergerak lebih jauh.
    Rezim keluarga Assad telah berkuasa di Suriah selama 53. Bashar al-Assad, lahir pada 11 September 1965, mulai menjabat sebagai
    presiden Suriah
    pada Juli 2000. Dia adalah putra dari Hafez al-Assad, yang menjadi presiden dari tahun 1971 hingga kematiannya tahun 2000. 
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Trump Tolak Ikut Campur, Biden Siap Terlibat

    Trump Tolak Ikut Campur, Biden Siap Terlibat

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyatakan pihaknya siap terlibat dalam transisi pemerintahan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, yang kini melarikan diri ke Rusia imbas insiden pemberontakan di Suriah. Sikap Biden ini justru berbeda dengan Presiden Terpilih AS Donald Trump.

    Diketahui, masa jabatan Joe Biden akan segera berakhir pada Januari mendatang dan digantikan oleh Trump yang terpilih pada Pemilu AS 2024. Trump akan segera dilantik sebagai Presiden pada 20 Januari 2025.

    Trump melalui akun X-nya @donaldtrump, menyatakan AS tidak akan ikut campur mengenai Suriah dan membiarkan menjadi urusan Suriah. Awalnya, Trump menyoroti gerakan oposisi Suriah yang kini menguasai kota-kota di Suriah dan terkoordinasi.

    “Pejuang oposisi di Suriah, dalam gerakan yang belum pernah terjadi sebelumnya, telah menguasai banyak kota, dalam serangan yang sangat terkoordinasi, dan sekarang berada di pinggiran Damaskus, jelas bersiap untuk melakukan gerakan yang sangat besar untuk menyingkirkan Assad,” kata Trump dalam akun X-nya seperti dilihat, Senin (9/12/2024).

    “Rusia, karena mereka sangat terikat di Ukraina, dan dengan hilangnya lebih dari 600.000 tentara di sana, tampaknya tidak mampu menghentikan pawai literal ini melalui Suriah, negara yang telah mereka lindungi selama bertahun-tahun,” imbuhnya.

    Sementara saat ini Rusia juga mengalami tantangan di tengah perang dengan Ukraina. Trump menilai kejadian di Suriah akibat mantan Presiden AS Barack Obama yang menolak menghormati komitmennya melindungi garis merah atau red line in the sand.

    “Di sinilah mantan Presiden Obama menolak untuk menghormati komitmennya melindungi ‘red line in the sand’, dan semua kekacauan terjadi, dengan campur tangan Rusia. Namun sekarang mereka, seperti mungkin Assad sendiri, dipaksa keluar, dan itu mungkin hal terbaik yang dapat terjadi pada mereka. Tidak pernah ada banyak manfaat di Suriah bagi Rusia, selain membuat Obama terlihat sangat bodoh,” ujarnya.

    “Bagaimanapun, Suriah memang kacau, tetapi bukan teman kita, dan Amerika Serikat tidak boleh bergabung dengan ini. Ini bukan perjuangan kita. Biarkan saja berlangsung. Jangan terlibat!” tutur Trump.

    Biden Siap Terlibat Transisi Rezim Suriah

    Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meminta Presiden Suriah Bashar al-Assad bertanggung jawab atas pemberontakan yang terjadi di Suriah. Biden mengatakan jatuhnya rezim Assad adalah keadilan bagi rakyat Suriah.

    “Jatuhnya rezim adalah tindakan keadilan yang mendasar. Ini adalah momen bersejarah bagi rakyat Suriah yang telah lama menderita,” ujar Biden dilansir AFP, Senin (9/12).

    Biden juga merespons mengenai kaburnya Assad ke Moskow, Rusia. Biden mengatakan “Assad harus bertanggung jawab”.

    Dia menyebut AS akan terlibat dengan semua kelompok di Suriah. Dia mengklaim tujuan negaranya untuk membuat Suriah merdeka dengan konstitusi baru.

    “Kami akan terlibat dengan semua kelompok di Suriah, termasuk dalam proses yang dipimpin oleh PBB, untuk melakukan transisi dari pemerintahan Assad menuju “Suriah” yang merdeka dan berdaulat dengan konstitusi baru,” katanya.

    Lebih lanjut, Biden menyoroti sejumlah kelompok dalam pemberontakan di Suriah. Dia menyebut AS akan mengawasi ketat sebagian pemberontak itu.

    “Beberapa kelompok pemberontak yang menjatuhkan Assad memiliki catatan buruk mengenai terorisme dan pelanggaran hak asasi manusia,” kata Biden.

    Amerika Serikat telah mencatat pernyataan-pernyataan baru-baru ini yang dikeluarkan oleh para pemberontak yang menyatakan bahwa mereka telah bersikap moderat, katanya, namun memperingatkan: “Kami akan menilai tidak hanya kata-kata mereka, namun juga tindakan mereka”.

    Biden mengatakan Washington berpandangan bahwa kelompok ekstremis ISIS “akan mencoba memanfaatkan kekosongan apa pun untuk membangun kembali” dirinya di Suriah.

    “Kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi,” katanya, seraya menambahkan bahwa pasukan AS pada hari Minggu melakukan serangan terhadap ISIS di Suriah.

    (yld/zap)

  • SBY Beri Analisis soal Penyebab Rezim Assad di Suriah Tumbang

    SBY Beri Analisis soal Penyebab Rezim Assad di Suriah Tumbang

    Jakarta, CNN Indonesia

    Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan analisis soal penyebab pemerintahan Presiden Bashar Al Assad di Suriah tumbang setelah Damskus dikuasai pasukan pemberontak.

    SBY mengaku dia mengikuti perkembangan situasi Suriah. Ia sepakat dengan sejumlah pengamat asing yang menyebut kekuatan eksternal tak lagi fokus melindungi atau memperkuat rezim Assad.

    “Saya mengikuti dan punya penglihatan sama, barangkali pemerintahan Assad tak disanggah kekuatan Rusia, dan tahap tertentu Iran,” kata SBY saat diwawancara CNN Indonesia, Senin (9/12).

    Sejak Februari 2022, Rusia sibuk dengan peperangan di Ukraina. Perhatian mereka juga terus memusat ke negara tetangganya usai Amerika Serikat mengizinkan penggunaan rudal Jarak jauh bagi pemerintahan Volodymyr Zelensky.

    Dalam beberapa hari terakhir, Rusia dan Ukraina juga sedang bertempur sengit.

    Di sisi lain, Iran yang juga penyokong Assad fokus ke Israel.

    Kedua negara itu sempat terlibat saling serang rudal. Pada Oktober, pasukan Israel juga menyerang empat wilayah di Iran dan mengklaim berhasil merontokkan sistem pertahanan udara mereka.

    “Ini teori yang masuk akal bagi kita semua,” kata SBY.

    Lebih lanjut, SBY mengatakan gerakan pemberontak di Suriah mengingatkan dia soal Arab Spring.

    Arab Spring merupakan gelombang revolusi yang terjadi di negara-negara Arab pada 2011. Ketika itu, kekuatan rakyat atau people power menjalar ke negara-negara Arab dan berhasil menumbangkan pemerintahan di Mesir dan Libya.

    Suriah juga tak luput dari gerakan Arab Spring. Namun, saat itu negara ini bertahan.

    SBY memandang gerakan pemberontak di Suriah kali ini merupakan kelanjutan dari Arab Spring.

    “Barangkali ini the end of Arab Spring, pamungkasnya Arab Spring,” kata dia.

    Dia juga mengatakan kehendak rakyat untuk melakukan revolusi di Suriah masih terlihat. Mereka, lanjut SBY, juga ingin terlibat dalam pemerintahan.

    “Rakyat mau kekuasaan yang absolut, yang tidak [dipimpin] rezim otoritarian,” ujar SBY.

    Sejak akhir November, pemberontak melancarkan serangan ke Suriah. Dalam hitungan hari mereka bisa menguasai kota terbesar di negara itu Aleppo.

    Kemudian pada Minggu (8/12), pemberontak berhasil menduduki Damaskus. Di tengah situasi itu, Assad dilaporkan kabur dan saat ini berada di Rusia.

    Hingga kini belum jelas siapa yang akan memimpin Suriah usai rezim Assad tumbang.

    (isa/bac)

  • Gedung Putih Dorong Ukraina Turunkan Usia Wajib Militer jadi 18 Tahun – Halaman all

    Gedung Putih Dorong Ukraina Turunkan Usia Wajib Militer jadi 18 Tahun – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Kamis (3/12/2024), seorang pejabat senior Gedung Putih mendorong pemerintah Ukraina untuk mempertimbangkan penurunan usia wajib militer menjadi 18 tahun.

    Usulan ini ditujukan untuk mengatasi kehilangan tenaga kerja di wilayah Donbas, di mana pasukan Rusia telah menunjukkan kemajuan signifikan.

    “Yang dibutuhkan saat ini adalah tenaga kerja,” ujar pejabat yang tidak disebutkan namanya tersebut kepada wartawan di Washington, dikutip dari Al Jazeera.

    Ini mencerminkan situasi mendesak di lapangan, di mana tambahan personel dinilai dapat memberikan dampak signifikan.

    Namun, di tengah seruan tersebut, para petinggi Ukraina belum menunjukkan ketertarikan untuk membahas masalah ini.

    Seorang sumber dari Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina menyatakan, “Tidak ada pertemuan yang diadakan untuk membahas masalah ini. Tidak ada usulan untuk menurunkan usia wajib militer.”

    Kyiv secara resmi merespon dengan penolakan.

    Ukraina beralasan bahwa peralatan militer dari Barat yang dijanjikan belum tiba dengan tepat waktu.

    Di tengah kritik tersebut, penting untuk melihat kondisi demografi Ukraina.

    Sebelum runtuhnya Soviet pada tahun 1991, populasi Ukraina mencapai 50 juta jiwa.

    Saat ini, angka kelahiran di kalangan wanita Ukraina berada di salah satu tingkat terendah di Eropa.

    Lebih dari 6 juta warga Ukraina kini hidup di Krimea yang dianeksasi, sementara jutaan lainnya telah melarikan diri ke Eropa dan tempat lainnya.

    Dengan lebih dari 81 persen wilayah Ukraina dikuasai Kyiv sebelum perang, situasi ini menunjukkan tantangan besar dalam mencukupi kebutuhan sumber daya manusia di medan perang.

    Di tengah hiruk-pikuk ini, suara seorang ibu, Serhiy Neela, menggugah emosi.

    Ia menyatakan keberatan terhadap penurunan usia wajib militer, mengungkapkan rasa khawatirnya: “Orang yang lebih muda belum berkembang secara mental. Mereka akan menyerang senjata musuh tanpa berpikir.”

    Ucapan ini mencerminkan kecemasan mendalam banyak orangtua di Ukraina yang takut akan keselamatan anak-anak mereka di medan perang yang keras.

    Tidak hanya ibu, seorang pakar militer juga menyoroti aspek lain dari desakan Gedung Putih.

    Ivan Tymochko, kepala Dewan Cadangan Angkatan Darat, menyatakan bahwa ini seperti pemerasan.

    “Jika Anda tidak menurunkan usia wajib militer kami, kami akan membahas pasokan senjata tertentu,” ujarnya, menunjukkan tekanan yang dirasakan Ukraina di tengah ketegangan internasional.

    Pendapat Pemuda Ukraina

    Vladislav, seorang pemuda berusia 20 tahun yang pernah mengajukan diri untuk bergabung dengan tentara, memberikan pandangan yang berbeda.

    Ia menganggap penurunan usia wajib militer dari 25 menjadi 18 tahun sebagai ide yang buruk.

    Dengan pengalaman traumatis dari pengalaman tempurnya, ia berkata, “Itu menakutkan. Saya sudah melihat banyak hal. Saya punya masalah dengan kepala saya.”

    Sementara ia memahami kemungkinan mendaftar sebagai sukarelawan di usia 18 tahun, ia tetap skeptis terhadap pendaftaran wajib.

    Desakan untuk menurunkan usia wajib militer di Ukraina menciptakan dilema moral dan strategis yang kompleks.

    Sementara di satu sisi ada kebutuhan mendesak akan tenaga kerja di medan perang, di sisi lain terdapat pertimbangan yang lebih dalam tentang kesiapan mental dan emosional para pemuda.

    Di saat-saat yang sulit ini, suara-suara dari keluarga, tentara, dan para ahli militer membentuk gambaran nyata tentang tantangan yang dihadapi Ukraina di tengah konflik yang berkepanjangan.

    Usia Wajib Militer Era Perang

    Selama perang, usia wajib militer di Ukraina telah mengalami beberapa perubahan tergantung pada situasi dan kebijakan pemerintah.

    Namun, pada umumnya, usia wajib militer di Ukraina adalah antara 18 hingga 60 tahun.

    Berikut adalah beberapa rincian terkait usia wajib militer selama perang:

    1. Usia 18 hingga 27 tahun

    Ini adalah kelompok usia utama yang diwajibkan untuk menjalani dinas militer.

    Pria dalam rentang usia ini diwajibkan untuk mendaftar dan mengikuti wajib militer, kecuali jika mereka memenuhi syarat untuk pembebasan seperti masalah kesehatan atau pendidikan.

    2. Usia 28 hingga 60 tahun

    Pada masa perang, pemerintah Ukraina juga memperluas kewajiban militer kepada pria berusia hingga 60 tahun.

    Ini terjadi terutama setelah dimulainya invasi Rusia pada 2022, ketika kebutuhan untuk memperkuat kekuatan militer meningkat.

    Dalam situasi darurat atau jika diperlukan, orang-orang dalam rentang usia ini dapat dipanggil untuk mobilisasi.

    3. Pengecualian

    Beberapa orang dapat dibebaskan dari wajib militer.

    Contohnya mereka yang memiliki masalah kesehatan serius, mereka yang memiliki tanggungan keluarga, atau mereka yang bekerja di sektor-sektor yang dianggap penting bagi negara (seperti tenaga medis atau industri vital lainnya).

    Pemerintah Ukraina menerapkan kebijakan wajib militer ini sebagai bagian dari upaya mereka untuk mempertahankan negara selama perang dengan Rusia, dengan fokus pada mobilisasi massal untuk memperkuat angkatan bersenjata.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Joe Biden Ikut Pantau Konflik Suriah, Trump Bilang Jangan Ikut Campur

    Joe Biden Ikut Pantau Konflik Suriah, Trump Bilang Jangan Ikut Campur

    Jakarta, CNN Indonesia

    Gedung Putih mengklaim Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden terus mengawasi konflik Suriah di mana pasukan pemberontak mulai mengepung ibu kota Damaskus.

    Hal ini disampaikan pihak Gedung Putih pada Sabtu (7/12) menyusul kabar Presiden Suriah Bashar Al Assad yang dilaporkan melarikan diri dari negaranya. Para pemberontak juga telah menyatakan telah mengambil alih Damaskus.

    “Presiden Biden dan timnya memantau dengan seksama kejadian luar biasa di Suriah dan terus berhubungan dengan mitra regional,” ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Sean Savett dalam sebuah pernyataan di media sosial, melansir AFP.

    Dalam kesempatan terpisah, Presiden terpilih AS Donald Trump menilai Gedung Putih seharusnya tidak ikut campur perang Suriah.

    “Suriah memang kacau, tetapi bukan teman kita, & AMERIKA SERIKAT TIDAK BOLEH BERGABUNG DENGANNYA. INI BUKAN PERJUANGAN KITA. BIARKAN SAJA BERLANGSUNG. JANGAN TERLIBAT!” ujar Trump melalui platform Truth Social-nya, Sabtu (7/11), seperti dikutip AFP.

    Ia mengunggah pesan tersebut sesaat sebelum tiba di Istana Elysees untuk bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam rangka menghadiri upacara pembukaan kembali katedral Notre Dame.

    Belum diketahui pasti motif Trump menyinggung isu konflik di Suriah. Namun, AFP memperkirakan Trump ingin memastikan Presiden Joe Biden menghindari keterlibatan apa pun di sana sebelum menyerahkan kekuasaan kepada Trump pada tanggal 20 Januari.

    Trump telah lama mengambil pendekatan isolasionis, dan selama kampanye presiden tahun ini ia sering mengatakan dapat dengan cepat mengakhiri perang Ukraina dan Gaza.

    Kunjungan Trump ke Paris, tempat sekitar 50 pemimpin dunia berkumpul untuk upacara Notre Dame, memberinya kesempatan awal untuk kembali menunjukkan kemampuannya di panggung dunia.

    Di antara para pemimpin itu adalah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang diperkirakan akan berunding dengan presiden terpilih.

    Trump mengatakan dalam unggahannya bahwa Rusia, “dengan hilangnya lebih dari 600 ribu tentara, tampaknya tidak mampu menghentikan pawai literal ini melalui Suriah, negara yang telah mereka lindungi selama bertahun-tahun.”

    “Namun sekarang mereka, seperti mungkin Assad sendiri, dipaksa keluar, dan itu mungkin sebenarnya hal terbaik yang dapat terjadi pada mereka. Tidak pernah ada banyak manfaat di Suriah bagi Rusia,” sambungnya.

    Operasi pemberontak khusus juga disebut telah memasuki Damaskus dan mengambil posisi-posisi kunci di “tempat-tempat strategis.” Pemberontak mengatakan mereka sedang berkomunikasi dengan elemen-elemen senior rezim Assad yang sedang mempertimbangkan untuk membelot.

    Sementara itu, ribuan orang baik yang naik mobil maupun berjalan kaki terlihat berkumpul di sebuah alun-alun utama di Damaskus, melambaikan tangan dan meneriakkan “Kebebasan,” kata saksi mata.

    “Kami merayakan bersama rakyat Suriah berita tentang pembebasan para tahanan kami, melepaskan belenggu mereka, dan mengumumkan berakhirnya era ketidakadilan di penjara Sednaya,” kata para pemberontak.

    Sednaya adalah penjara militer besar di pinggiran Damaskus, tempat pemerintah Suriah menahan ribuan orang.

    Beberapa jam sebelumnya, pemberontak mengumumkan bahwa mereka telah menguasai sepenuhnya kota penting Homs setelah hanya satu hari pertempuran, membuat masa pemerintahan 24 tahun Assad terancam.

    Suara tembakan keras terdengar di pusat Damaskus, kata dua warga pada Minggu, meskipun tidak segera jelas dari mana asal tembakan tersebut.

    (del/isn)

    [Gambas:Video CNN]

  • Suriah Usai Rezim al-Assad Tumbang: Kelompok Sunni Tahrir al-Sham Jadi Penguasa dan Ancaman ISIS – Halaman all

    Suriah Usai Rezim al-Assad Tumbang: Kelompok Sunni Tahrir al-Sham Jadi Penguasa dan Ancaman ISIS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, DAMASKUS – Pemberontak Suriah mendeklarasikan penggulingan Presiden Bashar al-Assad setelah menguasai Damaskus pada hari Minggu(8/12/2024).

    Hal ini sebagai penanda berakhirnya pemerintahan tangan besi keluarganya setelah lebih dari 13 tahun perang saudara dalam sebuah momen yang menggemparkan di Timur Tengah.

    Pemberontak juga memberikan pukulan besar terhadap pengaruh Rusia dan Iran di wilayah tersebut, sekutu utama yang mendukung Assad pada saat-saat kritis dalam konflik tersebut. Kedutaan Besar Iran juga diserbu oleh pemberontak Suriah setelah mereka merebut Damaskus.

    Komando militer Suriah memberi tahu para perwira bahwa pemerintahan Assad telah berakhir. Namun tentara Suriah kemudian mengatakan pihaknya terus melanjutkan operasi melawan kelompok teroris di kota-kota utama Hama dan Homs serta di pedesaan Deraa.

    Assad yang telah menghancurkan segala bentuk perbedaan pendapat, terbang keluar dari Damaskus ke tujuan yang tidak diketahui pada Minggu pagi, kata dua perwira senior militer kepada Reuters, ketika pemberontak mengatakan mereka memasuki ibu kota tanpa tanda-tanda pengerahan tentara.

    “Kami bersama rakyat Suriah merayakan berita pembebasan tahanan kami dan melepaskan belenggu mereka serta mengumumkan berakhirnya era ketidakadilan di penjara Sednaya,” kata pemberontak, merujuk pada sebuah penjara besar di pinggiran Damaskus tempat pemerintah Suriah menahan diri.

    Koalisi pemberontak Suriah mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka terus berupaya untuk menyelesaikan pengalihan kekuasaan di Suriah kepada badan pemerintahan transisi dengan kekuasaan eksekutif penuh.

    “Revolusi besar Suriah telah beralih dari tahap perjuangan menggulingkan rezim Assad ke perjuangan membangun Suriah bersama yang sesuai dengan pengorbanan rakyatnya,” tambahnya dalam sebuah pernyataan.

    Ribuan orang yang mengendarai mobil dan berjalan kaki berkumpul di alun-alun utama di Damaskus sambil melambaikan tangan dan meneriakkan “Kebebasan” dari setengah abad pemerintahan keluarga Assad.

    Keruntuhan tersebut menyusul pergeseran keseimbangan kekuasaan di Timur Tengah setelah banyak pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran, yang merupakan tulang punggung pasukan Assad dibunuh oleh Israel selama dua bulan terakhir. Rusia, sekutu penting Assad lainnya, fokus pada perang di Ukraina.

    Pemerintahan Transisi

    Apa yang terjadi di Suriah mengejutkan negara-negara Arab dan menimbulkan kekhawatiran akan gelombang baru ketidakstabilan regional terutama di Timur Tengah.

    Peristiwa ini menandai titik balik bagi Suriah yang hancur akibat perang bertahun-tahun yang telah mengubah kota-kota menjadi puing-puing, menewaskan ratusan ribu orang, dan memaksa jutaan orang mengungsi ke luar negeri.

    Menstabilkan wilayah barat Suriah yang dikuasai pemberontak akan menjadi kuncinya. Pemerintah negara-negara Barat yang telah menghindari negara yang dipimpin Assad selama bertahun-tahun harus memutuskan bagaimana menghadapi pemerintahan baru kelompok Islam Sunni Hayat Tahrir al-Sham (HTS) tampaknya akan memiliki pengaruh.

    “Amerika Serikat akan terus mempertahankan kehadirannya di Suriah timur dan akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah kebangkitan kembali ISIS, ” ujar Wakil Asisten Menteri Pertahanan untuk Timur Tengah Daniel Shapiro mengatakan pada konferensi keamanan Dialog Manama di ibu kota Bahrain dikutip dari Reuters.

    HTS yang mempelopori kemajuan pemberontak di Suriah barat, sebelumnya merupakan afiliasi Al Qaeda yang dikenal sebagai Front Nusra hingga pemimpinnya Abu Muhammed al-Golani memutuskan hubungan dengan gerakan jihad global pada tahun 2016.

    “Pertanyaan sebenarnya adalah seberapa tertib transisi ini, dan tampaknya cukup jelas bahwa Golani sangat ingin transisi ini berjalan dengan tertib,” kata Joshua Landis, pakar Suriah dan Direktur Pusat Studi Timur Tengah di Universitas Oklahoma.

    Golani tidak ingin terulangnya kekacauan yang melanda Irak setelah pasukan pimpinan Amerika menggulingkan Saddam Hussein pada tahun 2003.

    “Mereka harus membangun kembali mereka membutuhkan Eropa dan Amerika untuk mencabut sanksi,” kata Landis.

    HTS adalah kelompok pemberontak terkuat di Suriah dan sebagian warga Suriah masih khawatir kelompok itu akan menerapkan aturan Islam yang kejam atau memicu aksi pembalasan.

    Negara-negara seperti Uni Emirat Arab dan Mesir, keduanya merupakan sekutu dekat AS, memandang kelompok militan Islam sebagai ancaman nyata, sehingga HTS mungkin menghadapi perlawanan dari kekuatan regional.

    Dalam sebuah konferensi di Manama, Anwar Gargash, penasihat diplomatik presiden Uni Emirat Arab, mengatakan kekhawatiran utama negara itu adalah “ekstremisme dan terorisme.”

    Dia mengatakan Suriah belum keluar dari masalah dan menambahkan bahwa dia tidak tahu apakah Assad berada di UEA atau tidak.

    Gargash menyalahkan jatuhnya Assad karena kegagalan politik dan mengatakan dia belum pernah menggunakan ‘jalur penyelamat’ yang ditawarkan kepadanya oleh berbagai negara Arab sebelumnya, termasuk UEA.(reuters)

     

  • Trump Sebut Zelensky Ingin Kesepakatan Akhiri Perang Ukraina

    Trump Sebut Zelensky Ingin Kesepakatan Akhiri Perang Ukraina

    Jakarta, CNN Indonesia

    Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sangat menginginkan kesepakatan untuk mengakhiri perang negaranya dengan Rusia.

    Hal itu diungkapkan Trump, Minggu (8/12) usai dirinya bertemu dengan Zelensky di Paris, Prancis.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menjadi tuan rumah dalam pertemuannya bersama Zelensky dan Trump di Istana Elysee pada Sabtu (7/12). Pertemuan tersebut usai hampir tiga tahun invasi di Moskow dan menjelang Trump menjabat presiden pada Januari 2025.

    “Zelensky dan Ukraina ingin membuat kesepakatan dan menghentikan kekacauan ini,” tulis Trump di platform Truth Social miliknya, melansir AFP.

    “Harus ada gencatan senjata segera dan negosiasi harus dimulai. Terlalu banyak nyawa yang terbuang sia-sia, terlalu banyak keluarga yang hancur, dan jika ini terus berlanjut, ini bisa berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih besar, dan jauh lebih buruk,” tambahnya.

    Pertemuan Zelensky dan Trump merupakan pertemuan tatap muka pertamanya dengan taipan yang kini menjadi politisi itu sejak kemenangannya dalam Pilpres AS pada November silam.

    (del/mik)

    [Gambas:Video CNN]

  • Macron Jadi Tuan Rumah Pertemuan Trump-Zelensky, Bahas Cara Akhiri Perang

    Macron Jadi Tuan Rumah Pertemuan Trump-Zelensky, Bahas Cara Akhiri Perang

    Paris

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menjadi tuan rumah pembicaraan tiga arah antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Pertemuan itu membahas cara mengakhiri perang antara Rusia dengan Ukraina.

    Dilansir AFP, Minggu (8/12/2024), pertemuan itu digelar di Istana Elysee, Paris, menjelang upacara pembukaan kembali Katedral Notre Dame. Ketiganya sempat berfoto bersama, namun tidak memberikan komentar lebih lanjut sebelum pembicaraan.

    Zelensky mengatakan pertemuan itu ‘baik dan produktif’. Dia mengatakan mereka ingin perang dengan Rusia berakhir dengan cepat dan ‘dengan cara yang adil’.

    “Saya mengadakan pertemuan trilateral yang baik dan produktif dengan Presiden Donald Trump dan Presiden Emmanuel Macron di Istana Elysee,” kata Zelensky di media sosial.

    “Kita semua ingin perang ini berakhir secepat mungkin dan dengan cara yang adil,” sambungnya.

    Dia juga berterima kasih kepada Macron yang telah menyelenggarakan pertemuan tersebut. Dia mengatakan Trump merupakan orang yang tegas.

    “Presiden Trump, seperti biasa, tegas. Saya berterima kasih kepadanya,” ujarnya.

    Beberapa jam setelah pertemuan mereka, pemerintahan Presiden Joe Biden yang akan berakhir mengumumkan paket bantuan militer baru senilai USD 988 juta untuk Ukraina. Paket tersebut mencakup drone, amunisi untuk peluncur roket HIMARS, dan peralatan serta suku cadang untuk sistem artileri, tank, dan kendaraan lapis baja.

    Lihat juga video: Trump: Jika Saya Presiden, Perang Ukraina-Rusia Berakhir Dalam 24 Jam!

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.