Negara: Ukraina

  • Donald Trump Sandang Gelar Person of the Year Majalah Time

    Donald Trump Sandang Gelar Person of the Year Majalah Time

    Jakarta, CNN Indonesia

    Majalah Time menobatkan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai Person of the Year alias Tokoh Tahun Ini.

    Menurut majalah tersebut, Trump dianggap sosok yang memimpin kebangkitan bersejarah di Negeri Paman Sam. Trump pun menghiasi sampul judul Majalah Time edisi minggu ini.

    “Karena memimpin kebangkitan yang bersejarah, karena menggerakkan penataan ulang politik yang terjadi sekali dalam satu generasi, karena membentuk kembali kepresidenan Amerika dan mengubah peran Amerika di dunia, Donald Trump adalah Tokoh Tahun Ini versi Time tahun 2024,” kata majalah itu dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis.

    Trump, yang mengalahkan Wakil Presiden AS Kamala Harris dalam pemilihan umum 5 November lalu, menghiasi sampul judul minggu ini dengan dasi merahnya yang khas dan berpose termenung.

    Berita tentang pemilihan tersebut disertai dengan wawancara mendalam yang menyentuh kemenangannya dalam Pilpres AS, ekonomi, dan situasi di Ukraina serta Timur Tengah.

    Trump juga berbicara tentang rencananya untuk masa jabatan kedua, termasuk mendeportasi jutaan migran dan mengampuni terdakwa pemberontakan 6 Januari 2021, serta masa depan gerakan MAGA (Make America Great Again).

    Pada 6 Januari 2021, pendukung Donald Trump menyerbu Gedung Kapitol.Peristiwa ini mengganggu sesi bersama Kongres ketika suara dari Kolese Elektoral akan disahkan dengan menegaskan kemenangan Joe Biden dalam pemilihan umum presiden AS 2020.

    Trump mengalami sederet dinamika sepanjang tahun 2024, termasuk dakwaan atas sejumlah tuduhan yakni penyuapan, menyimpan rahasia negara, dan berupaya membatalkan kemenangan Joe Biden dalam Pilpres AS 2020.

    Kemudian, Trump juga dua kali menjadi target percobaan pembunuhan yakni di Pennsylvania dan Florida. Namun, upayanya berakhir manis usai memenangkan Pilpres As 2024 mengalahkan Kamala Harris, capres dari Partai Demokrat.

    [Gambas:Instagram]

    “Kita menyaksikan kebangkitan populisme, meningkatnya ketidakpercayaan terhadap lembaga-lembaga yang mendefinisikan abad terakhir, serta memudarnya keyakinan bahwa nilai-nilai liberal akan menghasilkan kehidupan lebih baik bagi kebanyakan orang. Trump adalah agen sekaligus penerima manfaat dari semua itu,” bunyi pernyataan Majalah Time.

    (wiw/wiw)

    [Gambas:Video CNN]

  • 9 Negara Tolak Gencatan Senjata Gaza di Sidang PBB, Ada Tetangga RI

    9 Negara Tolak Gencatan Senjata Gaza di Sidang PBB, Ada Tetangga RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebanyak sembilan negara menentang resolusi gencatan senjata segera, permanen dan tanpa syarat yang digelar oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) pada Rabu (11/12/2024).

    Melansir Al Jazeera pada Kamis (12/12/2024), dari 193 anggota majelis, sebanyak 158 suara mendukung resolusi tersebut, 9 suara menentang dan 13 abstain.

    Negara-negara yang menentang adalah Argentina, Republik Ceko, Hongaria, Israel, Nauru, Papua Nugini, Paraguay, Tonga, dan Amerika Serikat.

    Sementara itu, yang abstain adalah Albania, Kamerun, Fiji, Georgia, Lituania, Malawi, Mikronesia, Palau, Panama, Slovakia, Sudan Selatan, Togo, dan Ukraina.

    Dalam pemberian suara ini juga menandai pertama kalinya Jerman dan Italia memberikan suara mendukung gencatan senjata di Gaza. Akibatnya, Amerika Serikat adalah satu-satunya negara di Kelompok Tujuh (G7) negara-negara industri besar yang terus menentangnya.

    Resolusi Majelis Umum tidak mengikat secara hukum, tetapi memiliki signifikansi politik, mewakili opini global tentang perang Israel di Gaza.

    Resolusi tersebut menuntut agar Israel menghormati mandat UNRWA dan menyerukan kepada pemerintah Israel “untuk mematuhi kewajiban internasionalnya, menghormati hak istimewa dan kekebalan UNRWA, dan menegakkan tanggung jawabnya untuk mengizinkan dan memfasilitasi bantuan kemanusiaan penuh, cepat, aman, dan tanpa hambatan dalam segala bentuknya ke dan di seluruh Jalur Gaza”.

    (luc/luc)

  • Diserang Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh AS, Rusia Pastikan Akan Balas

    Diserang Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh AS, Rusia Pastikan Akan Balas

    Moskow

    Rusia menegaskan “pasti” akan membalas serangan Ukraina terhadap lapangan udara di selatan wilayahnya, yang menggunakan rudal jarak jauh ATACMS yang diproduksi dan dipasok Amerika Serikat (AS).

    Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dilansir AFP, Kamis (12/12/2024), menuduh Ukraina telah menembakkan rentetan rudal dalam serangan pada Rabu (11/12) dini hari terhadap lapangan udara di kota pelabuhan Taganrog, di bagian selatan Rostov.

    Juru bicara Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, menegaskan balasan “akan diberikan pada waktu tepat, dan dengan cara yang dianggap pantas” oleh Moskow.

    “Respons pasti akan diberikan,” tegasnya saat berbicara kepada wartawan.

    Peskov tidak menjelaskan lebih lanjut soal bagaimana Rusia akan membalas serangan Ukraina tersebut.

    Penegasan Peskov itu disampaikan setelah Presiden Vladimir Putin sebelumnya mengancam akan meluncurkan rudal balistik hipersonik terbaru, Oreshnik, terhadap pusat kota Kyiv jika negara tetangganya itu tidak menghentikan serangan terhadap wilayah Rusia menggunakan rudal jarak jauh pasokan AS.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

  • Dubes Suriah di RI soal Kejatuhan Rezim Assad: Itu Kehendak Rakyat

    Dubes Suriah di RI soal Kejatuhan Rezim Assad: Itu Kehendak Rakyat

    Jakarta, CNN Indonesia

    Duta Besar Suriah untuk Indonesia Abdul Monem Annan buka suara usai kelompok milisi berhasil menumbangkan pemerintahan Presiden Bashar Al Assad.

    Annan mengatakan selama ini rakyat sengsara di bawah pemerintahan Assad dan ingin keluar dari rezim dia.

    “Jadi yang terjadi di Suriah memang murni perlawanan yang diberikan dari oposisi dan ini adalah kehendak rakyat Suriah,” kata Annan dalam diskusi yang digelar Partai Gelora secara virtual, Rabu (11/12).

    Annan juga menegaskan situasi di Suriah bukan bagian dari konflik di Timur Tengah.

    Dalam beberapa tahun terakhir, Timur Tengah membara karena agresi Israel di Palestina sejak Oktober 2023. Pasukan Zionis juga terlibat saling serang dengan milisi di Lebanon, Hizbullah.

    Tak hanya itu, Israel juga sempat saling serang rudal dengan Iran. Serangkaian insiden tersebut membuat Timur Tengah memanas dan mengkhawatirkan dunia.

    Di kesempatan itu, Annan juga membeberkan faktor kejatuhan rezim Assad.

    Menurut dia, selama ini Assad didukung Rusia dan Iran sehingga bisa begitu kuat mencengkeram Suriah.

    Namun saat ini, Rusia sedang fokus perang dengan Ukraina. Iran juga sibuk menghadapi Israel.

    Di sisi lain Hizbullah, yang juga mendukung Assad, mengalami kekalahan signifikan usai digempur habis-habisan oleh Israel.

    Hizbullah bahkan menarik pasukan mereka di Suriah dan membuat milisi leluasa bergerak.

    Sejak akhir November, milisi Hayat Tahrir Al Sham (HTS) menyerang Suriah dan dalam waktu singkat menguasai kota-kota strategis termasuk Aleppo.

    Kemudian pekan lalu, mereka berhasil menyerbu Damaskus dan menguasai Istana Kepresidenan.

    Peristiwa itu bagi sebagian warga Suriah merupakan kemenangan, tetapi bagi yang lain memicu kekhawatiran soal transisi kekuasaan.

    [Gambas:Youtube]

    (isa/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Enam rudal ATACMS Amerika Hancurkan Pangkalan Udara Rusia di Rostov, Kremlin Janjikan Pembalasan – Halaman all

    Enam rudal ATACMS Amerika Hancurkan Pangkalan Udara Rusia di Rostov, Kremlin Janjikan Pembalasan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Rusia telah mengkonfirmasi bahwa sebuah serangan rudal telah menghantam pangkalan udara militer mereka di Taganrog, wilayah Rostov, pada Rabu pagi (11/12/2024) waktu setempat.

    Enam rudal ATACMS yang disuplai oleh Amerika Serikat diluncurkan pasukan Ukraina dalam serangan yang sangat terarah ini.

    Meski otoritas Rusia menyatakan bahwa semua rudal tersebut berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara, puing-puing dari hulu ledak yang terintersepsi masih menyebabkan luka-luka di antara personel yang berada di lokasi.

    “Serangan ini menimbulkan kerusakan kecil pada dua bangunan di zona teknis pangkalan udara dan tiga kendaraan militer. Mobil sipil yang terparkir di dekat lokasi juga rusak akibat serpihan,” ungkap Kementerian Pertahanan Rusia.

    Laporan lokal menunjukkan bahwa serangan tersebut mengakibatkan korban, terutama di antara personel yang bertugas di barak yang diduga menjadi target utama.

    Ledakan yang terjadi sekitar pukul 04:00 waktu setempat, menurut Gubernur Rostov, Yuri Slyusar, mengguncang kawasan tersebut dan menyulut kekhawatiran baru tentang konflik yang berkepanjangan antara Moskow dan Kyiv.

    Setelah ledakan, walikota Taganrog, Svetlana Kambulova, memimpin upaya pemulihan dengan menetapkan zona evakuasi sepanjang satu kilometer di sekitar lokasi kejadian untuk melakukan pemeriksaan keamanan.

    Serangan ini menandai eskalasi ketegangan yang baru dalam konflik ini.

    Pejabat Rusia di Kremlin mengancam akan membalas dengan tindakan yang tepat atas provokasi yang dilakukan Ukraina.

    Keputusan ini akan menunjukkan komitmen Rusia untuk mempertahankan posisinya di tengah serangan yang semakin canggih.

    “Serangan ini tidak akan dibiarkan tanpa tanggapan. Kami akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan,” tegas Kementerian Pertahanan Rusia.

    Kerusakan Infrastruktur Sipil

    Walaupun tidak ada laporan mengenai korban jiwa di lokasi industri yang terkena dampak, serangan tersebut menyebabkan kerusakan yang signifikan pada infrastruktur.

    Sebuah fasilitas industri dilaporkan hancur, mengakibatkan 14 kendaraan rusak.

    Selain itu, ruang pemanas yang terletak di Jalan Tsiolkovsky membuat 27 bangunan perumahan kehilangan pemanasan selama beberapa jam.

    ATACMS: Senjata Mematikan dalam Konflik Modern

    Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) yang digunakan dalam serangan ini merupakan salah satu alat paling ampuh militer AS untuk serangan presisi jarak jauh.

    Dirancang untuk menyerang aset-aset bernilai tinggi di dalam wilayah musuh, kemampuan ATACMS untuk menyerang pada jarak yang jauh dengan akurasi tinggi menjadikannya ideal untuk menghantam target-target strategis.

    Dari pengenalan pertamanya pada awal 1990-an, ATACMS telah mengalami banyak perkembangan.

    Versi awalnya, MGM-140, memiliki jangkauan 165 mil dan dirancang untuk menargetkan sasaran dengan presisi.

    Namun, kebutuhan untuk menangani konsentrasi angkatan musuh yang lebih besar mendorong pengembangan lebih lanjut.

    Versi terbaru, ATACMS ER (Extended Range), memungkinkan serangan hingga 310 mil atau hampir 500 km.

    Dengan peningkatan kemampuan panduan yang lebih baik dan opsi muatan yang lebih fleksibel, ATACMS menjadi salah satu senjata yang paling adaptif dalam arsenal militer AS.

    Dari Perang Teluk hingga Perang Irak, ATACMS telah terbukti efektif dalam menghancurkan kekuatan musuh di awal konflik.

    Kemampuan untuk mengirimkan daya hancur yang mematikan dengan cepat sangat penting dalam pertempuran modern yang semakin kompleks.

    Ancaman rudal balistik

    Sementara itu, Rusia dapat kembali meluncurkan rudal balistik jarak menengahnya yang mematikan terhadap Ukraina dalam waktu dekat, kata Pentagon pada hari Rabu.

    Sabrina Singh, juru bicara Pentagon, mengatakan kepada wartawan dalam sebuah pengarahan bahwa serangan dapat dilakukan “dalam beberapa hari mendatang.”

    Ia menambahkan bahwa AS tidak menganggap rudal ini — yang disebut Oreshnik — sebagai pengubah permainan di medan perang, tetapi Rusia “berusaha menggunakan setiap senjata yang mereka miliki di gudang senjata mereka untuk mengintimidasi Ukraina.”

    Ia mengatakan AS mendasarkan peringatannya pada penilaian intelijen baru, tetapi ia tidak dapat memberikan rincian lainnya, termasuk di mana Rusia mungkin menyerang.

    Pejabat AS mengatakan sebelumnya pada hari Rabu bahwa AS melihat Rusia membuat persiapan untuk peluncuran rudal lainnya, yang digunakan untuk pertama kalinya bulan lalu.

    Para pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonim untuk membahas informasi sensitif tersebut.

    Ancaman itu muncul saat Presiden terpilih Donald Trump telah berjanji untuk mengakhiri perang dan sekutu Barat menyarankan bahwa negosiasi untuk melakukannya dapat dimulai musim dingin ini.

    Singh mengatakan AS akan terus mendukung Ukraina, termasuk dengan sistem pertahanan udara tambahan yang dirancang untuk melindungi negara itu dari serangan udara.

    Beberapa hari yang lalu, AS menjanjikan bantuan keamanan baru senilai hampir $1 miliar untuk Ukraina, termasuk amunisi untuk pertahanan udara.

    Kementerian Pertahanan Rusia juga mengisyaratkan bahwa Moskow siap untuk membalas karena Ukraina menggunakan enam rudal ATACMS buatan AS untuk menyerang pangkalan udara militer di Taganrog di wilayah selatan Rostov pada hari Rabu, yang mengakibatkan cedera pada tentara.

     Dikatakan bahwa dua rudal ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara dan empat lainnya dibelokkan oleh aset peperangan elektronik.

    “Serangan dengan senjata jarak jauh Barat ini tidak akan dibiarkan begitu saja dan tindakan yang relevan akan diambil,” kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan.

    Ini bukan pertama kalinya pejabat AS memperingatkan tentang potensi tindakan atau langkah strategis Rusia, sebagian sebagai upaya diplomatik untuk mengirim pesan kepada Moskow dan mungkin memengaruhi keputusan.

    Menjelang invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, AS secara terbuka membahas intelijen bahwa Rusia sedang mempersiapkan pasukan untuk bergerak menuju Kyiv.

    Dan kemudian secara terbuka mengatakan bahwa Moskow menempatkan pasukannya di Ukraina timur untuk melakukan “operasi bendera palsu” yang akan menciptakan dalih bagi pasukannya untuk menyerang.

    Menurut pejabat AS, Rusia hanya memiliki beberapa rudal Oreshnik dan rudal tersebut membawa hulu ledak yang lebih kecil daripada rudal lain yang secara rutin diluncurkan Rusia ke Ukraina.

    Rusia pertama kali menembakkan rudal tersebut dalam serangan pada tanggal 21 November terhadap kota Dnipro di Ukraina.

    Rekaman video kamera pengawas dari serangan tersebut menunjukkan bola-bola api besar menembus kegelapan dan menghantam tanah dengan kecepatan yang mencengangkan.

    Itu adalah pertama kalinya senjata tersebut digunakan dalam pertempuran.

    Dalam beberapa jam setelah serangan terhadap fasilitas militer tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin mengambil langkah langka dengan berbicara di TV nasional untuk membanggakan rudal hipersonik baru tersebut.

    Ia memperingatkan Barat bahwa penggunaan berikutnya dapat ditujukan terhadap sekutu NATO Ukraina yang mengizinkan Kyiv menggunakan rudal jarak jauh mereka untuk menyerang wilayah Rusia.

    Serangan itu terjadi dua hari setelah Putin menandatangani versi revisi doktrin nuklir Rusia yang menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir.

    Doktrin tersebut memungkinkan respons nuklir potensial oleh Moskow bahkan terhadap serangan konvensional terhadap Rusia oleh negara mana pun yang didukung oleh kekuatan nuklir.

    Serangan itu juga terjadi segera setelah Presiden Joe Biden setuju untuk melonggarkan pembatasan penggunaan senjata jarak jauh buatan Amerika oleh Ukraina untuk menyerang lebih dalam ke wilayah Rusia, dan hanya satu hari setelah AS mengatakan akan memberikan ranjau antipersonel kepada Ukraina untuk membantu memperlambat kemajuan Rusia di medan perang.

    “Kami yakin bahwa kami memiliki hak untuk menggunakan senjata kami terhadap fasilitas militer negara-negara yang mengizinkan penggunaan senjata mereka terhadap fasilitas kami,” kata Putin saat itu.

  • Ukraina Serang Lapangan Militer Rusia Pakai Rudal Jarak Jauh Buatan AS

    Ukraina Serang Lapangan Militer Rusia Pakai Rudal Jarak Jauh Buatan AS

    Moskow

    Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan Ukraina menyerang sebuah lapangan udara militer di Rusia selatan dengan rudal jarak jauh yang dipasok Amerika Serikat (AS). Militer Rusia berjanji akan membalas serangan tersebut.

    Dilansir AFP dan Reuters, Rabu (11/12/2024), serangan ini terjadi pada Rabu dini hari waktu Rusia. Rusia mengatakan dua rudal berhasil ditembak jatuh oleh pertahanan rudal Pantsir.

    “Enam rudal balistik ATACMS buatan Amerika digunakan. Dua rudal ditembak jatuh oleh kru tempur sistem pertahanan udara Pantsir, sementara yang lainnya dibelokkan oleh peralatan perang elektronik,” kata kementerian pertahanan Rusia.

    Rusia bersumpah akan membalas serangan Ukraina itu. Rusia mengatakan serangan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja.

    “Serangan oleh senjata jarak jauh Barat ini tidak akan dibiarkan begitu saja dan tindakan yang tepat akan diambil,” katanya.

    Seorang pejabat AS mengatakan bahwa Rusia dapat meluncurkan rudal balistik hipersonik lainnya ke Ukraina dalam beberapa hari mendatang, tetapi Washington tidak menganggap senjata Oreshnik sebagai pengubah permainan dalam perang tersebut.

    Setelah mendapat persetujuan dari pemerintahan Presiden Joe Biden, Ukraina menyerang Rusia dengan enam ATACMS buatan AS pada tanggal 19 November dan dengan rudal Storm Shadow buatan Inggris dan HIMARS buatan AS pada tanggal 21 November.

    Rusia kemudian menembakkan rudal balistik hipersonik jarak menengah baru yang dikenal sebagai ‘Oreshnik’, atau Pohon Hazel, ke Ukraina pada tanggal 21 November. Putin mengatakan itu sebagai tanggapan langsung terhadap serangan terhadap Rusia oleh pasukan Ukraina dengan rudal AS dan Inggris.

    (lir/eva)

  • Zelenskyy Kehilangan Legitimasi, Rusia Hampir Mencapai Tujuan di Perang Ukraina

    Zelenskyy Kehilangan Legitimasi, Rusia Hampir Mencapai Tujuan di Perang Ukraina

    GELORA.CO – Kepala intelijen luar negeri Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia hampir mencapai tujuannya di Ukraina dengan Moskow memegang apa yang disebutnya inisiatif strategis di semua area dalam perang tersebut. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy juga dianggap telah kehilangan legitimasinya.

    Invasi Rusia ke Ukraina sejak 2022 telah menewaskan puluhan ribu orang, membuat jutaan orang mengungsi, dan memicu krisis terbesar dalam hubungan antara Moskow dan Barat sejak Krisis Rudal Kuba pada 1962. “Situasi di garis depan tidak menguntungkan Kyiv,” kata Sergei Naryshkin, Kepala Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR), kepada Razvedchik, publikasi resmi badan intelijen asing.

    “Inisiatif strategis di semua bidang adalah milik kita, kita hampir mencapai tujuan kita, sementara angkatan bersenjata Ukraina berada di ambang kehancuran,” kata Naryshkin. Ia menambahkan bahwa bagi Rusia, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah kehilangan legitimasi dan kemampuan untuk bernegosiasi.

    Naryshkin, yang mengepalai organisasi penerus utama Direktorat Kepala Pertama KGB era Soviet, adalah salah satu dari sedikit pejabat senior Rusia yang memiliki kontak relatif rutin dengan pejabat senior AS dan Barat.

    Pandangannya memberikan wawasan tentang pemikiran di tingkat atas Kremlin – yang memandang dukungan Barat terhadap Ukraina sebagai bukti bahwa Amerika Serikat sedang melancarkan perang proksi melawan Rusia dengan tujuan menggulingkan penguasa Moskow.

    Presiden terpilih AS Donald Trump pada Minggu (8/12/2024) menyerukan gencatan senjata dan negosiasi segera antara Ukraina dan Rusia untuk mengakhiri ‘kegilaan’ perang.

    Zelenskyy pada Senin (9/12/2024) menyampaikan gagasan untuk penyelesaian diplomatik bagi perang dan mengemukakan gagasan pengerahan pasukan asing di Ukraina hingga negara itu dapat bergabung dengan aliansi militer NATO.

    Trump, yang telah berjanji untuk segera mengakhiri konflik, kembali ke Gedung Putih di saat Rusia sedang berkuasa. Moskow menguasai sebagian wilayah Ukraina yang luasnya hampir sama dengan negara bagian Virginia di Amerika dan maju dengan kecepatan tercepat sejak awal invasi tahun 2022.

    Peta sumber terbuka menunjukkan pasukan Rusia maju di sepanjang garis depan, dengan pertempuran sengit di kota Kurakhove dan Toretsk di timur Ukraina. 

    Reuters melaporkan bulan lalu bahwa Putin terbuka untuk membahas kesepakatan gencatan senjata Ukraina dengan Trump tetapi mengesampingkan membuat konsesi teritorial besar dan menegaskan Kyiv meninggalkan ambisi untuk bergabung dengan NATO.

    Putin mengatakan Rusia harus dibiarkan sepenuhnya mengendalikan empat wilayah Ukraina yang saat ini sebagian dikuasai pasukannya agar kesepakatan damai dapat tercapai.

    Barat dan Ukraina mengatakan perang itu adalah perampasan tanah brutal ala kekaisaran oleh Moskow – dan telah memperingatkan bahwa jika Putin menang, maka musuh-musuh Barat di seluruh dunia akan semakin berani.

    Konflik di Ukraina timur dimulai pada 2014 setelah presiden pro-Rusia digulingkan dalam Revolusi Maidan Ukraina dan Rusia mencaplok Krimea, dengan pasukan separatis yang didukung Rusia memerangi angkatan bersenjata Ukraina.

  • BPIP: Tumbangnya Assad buktikan prinsip bebas aktif tetap relevan

    BPIP: Tumbangnya Assad buktikan prinsip bebas aktif tetap relevan

    Keterlibatan pihak asing dalam perang saudara di Suriah bukan menyelesaikan masalah, malah membuat konflik makin parah.

    Jakarta (ANTARA) – Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Bidang Strategi Hubungan Internasional Darmansjah Djumala mengatakan bahwa tumbangnya rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad menjadi bukti prinsip bebas aktif yang dianut Indonesia masih relevan di kancah politik global.

    “Ini memberi pelajaran, prinsip kebijakan luar negeri bebas aktif sebagai pedoman agar tidak terombang-ambing dalam tarikan kepentingan geopolitik negara asing,” kata Djumala di Jakarta, Rabu.

    Dengan terpecahnya Suriah di bawah Assad akibat intervensi asing, kata dia, terbukti bahwa prinsip bebas aktif tetap relevan dalam politik global

    Djumala, yang pernah menjabat sebagai Kepala Sekretariat Presiden/Sekretaris Presiden pada periode pertama presiden ke-7 RI Joko Widodo, juga mengingatkan keterlibatan asing menjadi poin utama dalam perang saudara di Suriah.

    Rusia dan Iran terlibat dalam konflik tersebut dengan mendukung rezim Assad, Turki terlibat dalam perang saudara di Suriah dengan mendukung kelompok oposisi terbesar Suriah Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan sayap militer oposisi Tentara Nasional Suriah (Syrian National Army/SNA).

    Amerika Serikat (AS) juga ikut melibatkan diri dalam perang tersebut dengan mendukung kelompok perlawanan separatis Kurdi, SDF (Syrian Democratic Forces).

    Dalam pandangannya, Djumala menegaskan bahwa perang saudara di Suriah mulanya hanyalah gerakan prodemokrasi yang muncul seiring dengan berembusnya angin demokratisasi di Timur Tengah atau Arab Spring, dan keterlibatan pihak asing dalam gerakan tersebut malah menambah kompleksitas.

    “Keterlibatan pihak asing dalam perang saudara di Suriah bukan menyelesaikan masalah, malah membuat konflik makin parah sehingga menumbangkan Presiden Assaad,” ujarnya.

    Djumala mengatakan bahwa Assad adalah presiden di negara Timur Tengah yang relatif cukup lama bertahan dari gempuran badai demokratisasi Arab Spring 2011.

    Tidak seperti Ben Ali (Tunisia), Hosni Mobarak (Mesir), Khadafy (Libya), Morsi (Mesir), dan Abdullah Saleh (Yaman) yang tumbang diterpa badai Arab Spring, Bashar Assad mampu bertahan lebih dari 13 tahun.

    Dalam pengamatan Djumala, yang pernah menjabat Dubes RI untuk Astria dan PBB, kemampuan Assad bertahan karena didukung secara militer oleh Rusia dan Iran, yang sudah lama menjadi sekutu dekatnya dalam geopolitik Timur Tengah.

    Namun, belakangan dukungan kedua sekutu tersebut mengendur karena Rusia disibukkan oleh perang dengan Ukraina. Begitu pula dengan Iran yang dukungannya ke rezim Assad mulai mengendur ketika Hamas menyerang Israel, Iran kemudian terlibat dalam perang itu dengan mendukung proxy-nya di Lebanon, Hisbullah.

    Diberitakan sejumlah media internasional, Presiden Suriah Bashar al-Assad melarikan diri ke Rusia sebelum jatuhnya Kota Damaskus ke tangan pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) pimpinan Abu Mohammed al-Golani.

    Dunia kini menanti dengan cemas, bagaimana Golani menggunakan kekuasaan de facto yang kini berada di tangannya untuk melakukan pengalihan kekuasaan. Kekhawatiran tersebut muncul mengingat Suriah selama ini diperintah dengan tangan besi oleh keluarga Hafez al-Assad, ayah Bashar al-Assad.

    Banyak pihak khawatir akan muncul aksi balas dendam oleh pemberontak terhadap keluarga Assad dan kroni-kroninya. Internasional bahkan mengkhawatirkan Suriah akan menjadi negara gagal (failed state) karena dikoyak oleh pertikaian kelompok-kelompok kepentingan yang berlatar etnik, suku, dan agama.

    Pada tahun 2014 Golani kepada stasiun televisi Al Jazeera menyatakan sikapnya bahwa pihaknya ingin membuat Suriah menjadi negara Islam dan tidak ada tempat bagi kelompok minoritas. Namun, pada tahun 2016 dia mulai menjaga jarak dengan kelompok radikal ISIS.

    Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2024

  • Rusia Tarik Pasukan Besar-besaran dari Suriah: Pesawat dan Kapal Balik Kanan, AS Aji Mumpung – Halaman all

    Rusia Tarik Pasukan Besar-besaran dari Suriah: Pesawat dan Kapal Balik Kanan, AS Aji Mumpung – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rusia sedang melakukan operasi penarikan pasukan yang signifikan dari Suriah.

    Mereka memobilisasi sejumlah besar transportasi militer dan aset angkatan laut untuk mengevakuasi personel, peralatan, dan senjata.

    Serangkaian penerbangan yang melibatkan pesawat An-124 Ruslan dan Il-76MD telah dijadwalkan dari Pangkalan Udara Khmeimim.

    Penerbangan ini akan mengangkut pasukan dan material ke lapangan udara di Ulyanovsk, Chkalovsky, dan Privolzhsky di wilayah Rusia.

    Pada saat yang sama, persiapan angkatan laut sedang dilakukan untuk mendukung penarikan pasukan, dikutip dari Defense Express.

    Kapal kargo Sparta II dan kapal pendarat besar Alexander Shabalin sedang dipersiapkan untuk ditempatkan dari Baltiysk ke pelabuhan Tartus di Suriah.

    Selain itu, kapal pendarat Alexander Otrakovsky dan Ivan Gren dari Armada Utara sedang dalam perjalanan menuju Mediterania, bergabung dengan fregat Admiral Gorshkov dan Admiral Golovko.

    Di Tartus, operasi pembongkaran darurat sedang berlangsung sementara pasukan Rusia mempercepat pemindahan aset militer.

    Beberapa ratus personel pasukan khusus telah tiba di kota pelabuhan untuk mengawasi dan mengamankan penarikan pasukan.

    Para pengamat berpendapat bahwa kemunduran Rusia difasilitasi melalui perjanjian dengan pasukan antipemerintah Suriah.

    Khususnya, Moskow telah mengubah retorikanya, tidak lagi melabeli kelompok oposisi sebagai “teroris” dan mengambil sikap yang lebih netral untuk memastikan perjalanan yang aman.

    AS Ambil Kesempatan

    Militer Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan udara di Suriah setelah rezim Bashar al-Assad runtuh pada akhir pekan lalu. 

    AS bukan satu-satunya negara yang mengambil kesempatan dalam masa ketidakstabilan pemerintahan di Suriah.

    Pasukan Amerika, Israel, dan Turki semuanya terlibat dalam pengeboman sejumlah target di seluruh Suriah selama beberapa hari terakhir.

    Namun, ketiganya dinilai memiliki maksud dan kepentingan yang berbeda, dikutip dari Business Insider.

    Bagi Amerika Serikat, serangan ini bertujuan untuk terus memburu ISIS, seperti yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, tetapi kali ini dengan intensitas yang lebih tinggi untuk menyingkirkan kelompok tersebut.

    Presiden AS Joe Biden telah menyatakan misi ini akan terus berlanjut, meskipun ada ketidakpastian tentang masa depan kepemimpinan Suriah.

    AS telah berulang kali menyatakan mereka berkomitmen untuk mengalahkan ISIS selamanya.

    “Kami tidak ingin memberi ISIS kesempatan untuk memanfaatkan situasi yang sedang terjadi,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, kepada wartawan, Selasa (10/12/2024).

    Aksi Militer Meluas di Suriah

    1. Amerika Memerangi ISIS

    Gambar yang dipublikasikan pada tanggal 6 Desember ini menunjukkan pesawat tempur B-52H Stratofortress milik Angkatan Udara AS selama patroli udara tempur untuk mendukung misi anti-ISIS di Timur Tengah. (Komando Pusat AS)

    Saat pasukan pemberontak mencapai Damaskus pada Minggu (8/12/2024) dan Presiden Suriah Bashar al-Assad meninggalkan negara itu, pesawat pengebom B-52 Angkatan Udara AS, jet tempur F-15, dan pesawat serang A-10 mengebom target-target ISIS di Suriah tengah.

    Serangan tersebut menghantam para pemimpin, operator, dan kamp-kamp ISIS, kata Komando Pusat AS (US CENTCOM), yang mengawasi operasi-operasi di Timur Tengah.

    Berbicara kepada wartawan, seorang pejabat senior pemerintah menyebut operasi ini “penting.”

    Pejabat tersebut mengatakan pesawat tempur AS menjatuhkan sekitar 140 amunisi untuk menyerang 75 target.

    Militer AS menyatakan tujuan serangan ini adalah untuk mencegah ISIS bangkit kembali di Suriah tengah.

    Jonathan Lord, mantan analis politik-militer di Pentagon, mengatakan kepada Business Insider, militer AS khawatir ISIS dapat melarikan diri dari kekacauan ini, sehingga mereka menyerang sebanyak mungkin target.

    2. Israel Berupaya Melemahkan “Musuh”

    Pengeboman sejak Minggu tidak hanya dilakukan oleh AS.

    Israel juga telah melakukan lebih dari 300 serangan udara di negara tetangga Suriah, menurut Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) yang berbasis di Inggris, sebuah organisasi pemantau perang.

    Israel menargetkan sisa-sisa militer Assad, termasuk pesawat, depot amunisi, fasilitas penyimpanan senjata, kapal perang, sistem radar, dan aset lainnya, kata SOHR.

    Pejabat Israel mengatakan serangan ini bertujuan untuk mencegah persenjataan jatuh ke tangan “musuh potensial.”

    “Israel tidak mau mengambil risiko dengan keamanan mereka dan tidak menunggu untuk mengetahui apakah pemerintahan baru Suriah bersahabat atau bermusuhan,” kata Lord.

    Lord, yang saat ini menjabat sebagai direktur program Keamanan Timur Tengah di lembaga pemikir Center for a New American Security, mengatakan serangan udara ini merupakan bagian dari upaya Israel untuk mengurangi risiko militer di masa mendatang.

    Militer Israel juga mengirim pasukan darat melintasi perbatasan Suriah melalui zona penyangga yang diawasi PBB, sebuah area yang memisahkan Suriah dan Israel.

    PBB mengecam tindakan tersebut.

    Pasukan IDF Israel terlihat memasuki Suriah, dalam foto selebaran yang dikeluarkan oleh militer pada 9 Desember 2024. (IDF/Timesof Israel)

    3. Turki Melawan Kurdi

    Sementara itu, Turki memiliki kepentingan sendiri di Suriah.

    Pesawat nirawak Turki menyerang lokasi militer di wilayah yang dikuasai Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin oleh Kurdi, kata SOHR pada Selasa (10/12/2024).

    Turki, yang memandang SDF sebagai kelompok teror, telah menargetkan pasukan Kurdi selama bertahun-tahun.

    AS sering bekerja sama dengan SDF dalam operasi melawan ISIS.

    “Turki memiliki ancaman kontraterorisme yang sah dan mereka berhak untuk menanganinya,” kata Kirby, juru bicara Gedung Putih, menanggapi pertanyaan wartawan tentang tindakan terhadap kelompok Kurdi.

    Jatuhnya Rezim al-Assad

    Aksi militer ini terjadi setelah runtuhnya Tentara Suriah di tengah serangan pemberontak yang menggulingkan Bashar al-Assad dari kekuasaan.

    Diktator yang telah lama berkuasa itu sangat bergantung pada dukungan militer dari Rusia, Iran, dan Hizbullah Lebanon untuk menekan oposisi.

    Pejabat AS mengatakan runtuhnya rezim Assad disebabkan oleh melemahnya sekutu-sekutu Suriah, yang teralihkan oleh konflik di Ukraina atau konfrontasi dengan Israel.

    Rusia, yang memiliki kendali signifikan atas wilayah udara Suriah, kini menghadapi masa depan pengaruh militernya yang tidak pasti.

    (Tribunnews.com/ Chrysnha, Tiara Shelavie)

  • Pukulan Bagi Prestise Vladimir Putin, Arti Kejatuhan Rezim Assad di Suriah Bagi Rusia – Halaman all

    Pukulan Bagi Prestise Vladimir Putin, Arti Kejatuhan Rezim Assad di Suriah Bagi Rusia – Halaman all

    Pukulan Bagi Prestise Vladimir Putin, Arti Kejatuhan Rezim Assad bagi Rusia

     

    TRIBUNNEWS.COM – Setelah mengawasi 13 tahun kehancuran yang menjadi ciri perang saudara Suriah, mantan presiden negara tersebut, Bashar al-Assad, telah meninggalkan Damaskus ke Moskow, Rusia.

    Moskow menjadi tempat pilihan pelarian Assad karena kemungkinan dia dan keluarganya bisa melajutkan kehidupan mewah, seperti sebelum penggulingan di negeri Beruang Merah tersebut.

    “Setelah berunding dengan sejumlah pihak yang bertikai di Republik Arab Suriah, Bashar al-Assad memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai Presiden Suriah dan meninggalkan negara itu, serta memerintahkan pemerintah untuk menyerahkan kekuasaan secara damai,” ungkap Kementerian Luar Negeri Rusia pada hari Minggu.

    Komunikasi tersebut berlanjut, dengan mengklarifikasi bahwa, meskipun Rusia tidak mengambil bagian dalam negosiasi tersebut, Rusia tetap “berhubungan dengan semua faksi oposisi Suriah”.

    “Penggunaan kata “oposisi” secara resmi oleh Rusia untuk menggambarkan kelompok-kelompok yang kini menguasai Damaskus menandai adanya perubahan. Minggu lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dengan tegas menyebut kelompok-kelompok tersebut sebagai “teroris” dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera,” tulis jurnalis Al Jazeera, Simon Speakman Cordall, Rabu (11/12/2024) .

    Rusia terbukti menjadi sekutu penting rezim al-Assad setelah memasuki konflik pada tahun 2015.

    Dari memberikan perlindungan diplomatik di Perserikatan Bangsa-Bangsa hingga mengerahkan kekuatan udaranya yang luas untuk membela rezim tersebut, para analis secara luas memuji Rusia yang telah mempertahankan kekuasaan al-Assad.

    Melalui dukungan itu, Presiden Vladimir Putin mampu memperluas pangkalan angkatan laut Rusia di Tartous, yang pertama kali didirikan selama pakta Suriah dengan Uni Soviet pada tahun 1971, serta pangkalan udara di dekatnya di Hmeimim yang telah dioperasikannya sejak tahun 2015.

    Kedua pangkalan tersebut, yang terletak di provinsi Latakia di pantai Mediterania Suriah, telah terbukti vital bagi ambisi internasional Rusia.

    Kedua pangkalan militer tersebut berfungsi sebagai landasan peluncuran untuk operasi dalam mendukung rezim Suriah serta tempat persiapan bagi Moskow untuk memproyeksikan pengaruhnya di seluruh wilayah Mediterania dan Afrika.

    “Kedua pangkalan itu penting bagi Rusia,” kata Mark Galeotti, kepala Mayak Intelligence, sebuah perusahaan riset dan konsultasi yang berpusat di Inggris yang berfokus pada Rusia, dan penulis beberapa buku tentang Putin dan Rusia.

    Meskipun Moskow berkomitmen terhadap operasi militernya di Ukraina, kekhawatirannya di Libya, Sudan, dan di seluruh Afrika Tengah sebagian besar bergantung pada pangkalannya di Latakia.

    “Turki tidak mengizinkan kapal perang untuk transit melalui Bosphorus,” lanjut Galeotti.

     “Itu berarti bahwa, tanpa pangkalan Rusia di Tartous, satu-satunya cara untuk memproyeksikan kekuatan angkatan laut ke Mediterania adalah melalui Baltik, yang tentu saja bukan cara yang ideal,” katanya.

    “Begitu pula, tanpa pangkalan udara di Hmeimim, penyediaan dukungan udara untuk operasi di Afrika juga akan bergantung pada niat baik Turki, yang mana kemungkinan besar tidak akan diterima dengan baik oleh Kremlin,” ungkapnya.

    Setidaknya untuk saat ini, integritas kedua pangkalan dan personelnya tampaknya telah terjamin, kata seorang sumber di Kremlin kepada kantor berita Rusia Interfax.

    Sumber Kremlin tidak memberikan indikasi berapa lama jaminan keamanan itu akan berlangsung.

    Beberapa blogger perang Rusia, banyak di antaranya dianggap dekat dengan militer, memperingatkan bahwa situasi di sekitar pangkalan tetap tegang.

    Dalam foto tanggal 20 November 2017 ini, Presiden Rusia Vladimir Putin, kiri, memeluk Presiden Suriah Bashar Assad di kediaman Bocharov Ruchei di resor Laut Hitam Sochi, Rusia.

    Suaka Assad Jadi Pesan Buat Para Sekutu Putin

    Pelarian Al-Assad ke Moskow membuat pemimpin Suriah itu bergabung dengan tokoh penting lainnya yang telah melarikan diri ke ibu kota Rusia.

    Almarhum pemimpin Yugoslavia Slobodan Milosovic pernah hidup di bawah naungan Rusia.

    Berbagai pejabat Georgia yang dicari atas tuduhan kriminal di Tbilisi atas tindakan yang dilakukan sebelum Revolusi Mawar tahun 2003 juga melarikan diri ke Rusia, begitu pula dengan whistleblower Amerika Serikat, Edward Snowden.

    Namun, Alexey Muravyev dari Universitas Curtin Australia memperingatkan bahwa meskipun al-Assad mungkin telah kehilangan nilai praktis bagi Kremlin, simbolisme masih memiliki nilai.

    “Saya pikir ini lebih tentang simbolisme, tentang bagaimana Putin secara efektif bereaksi terhadap mereka yang secara pribadi loyal kepadanya,” katanya kepada Al Jazeera.

    “Dan jelas, Assad menunjukkan loyalitas pribadi kepada Putin selama bertahun-tahun, termasuk mendukung invasi Rusia ke Ukraina.

    “Jadi ini adalah sinyal bagi klien dan teman Rusia lainnya di kawasan ini, di kawasan Teluk, di Timur Tengah yang lebih luas, serta di Afrika, di Asia,” katanya, “bahwa selama Anda tetap setia, kami tidak akan meninggalkan Anda. Kami tidak akan melakukan apa yang dilakukan orang Amerika di beberapa tempat. Kami akan menjaga Anda setelah kejadian.”

    Penggulingan Al-Assad tidak bertabur pertumpahan darah seperti yang terjadi di Suriah sejak upaya revolusi tahun 2011 yang memicu perang saudara.

    “Kami tahu bahwa Rusia tengah berunding dengan Iran dan Turki di Doha minggu lalu,” kata Galeotti, tentang pertemuan di sela-sela Forum Doha di Qatar antara dua sekutu utama rezim tersebut dan para penentangnya di Ankara.

    “Mungkin jalan keluar yang disetujui untuk Assad akan menghindari perlawanan terakhir yang brutal di Damaskus yang akan terjadi jika Assad tidak bisa melarikan diri,” katanya.

    “Bagi HTS juga, meski Iran akan selalu menjadi lawan, mungkin masuk akal untuk membuka dialog baru dengan Moskow,” katanya, merujuk pada Hayat Tahrir al-Sham, kekuatan oposisi yang kuat di Suriah yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh PBB, Rusia, Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

    Foto Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Suriah Bashar al-Assad (Tangkap layar X)

    Minus Satu Diktator dan Sekutu Putin

    Para kritikus Putin dan al-Assad dengan cepat merayakan jatuhnya pemimpin Suriah itu dan apa yang mereka lihat sebagai kemungkinan berakhirnya ambisi Rusia di Timur Tengah.

    “Minus satu diktator dan sekutu Putin,” tulis politisi oposisi terkemuka Rusia Ilya Yashin di X.

    Mantan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan: “Putin telah menjelek-jelekkan Assad untuk memperpanjang perangnya di Ukraina. Sumber dayanya terbatas, dan dia tidak sekuat yang dia pura-purakan.”

    Namun menurut beberapa pengamat, selama Rusia mampu mempertahankan pangkalannya di Latakia, tujuan kebijakan keseluruhannya, dan kedudukan regionalnya, ambisinya kemungkinan tidak akan terpengaruh.

    “Timur Tengah cukup penting bagi Rusia,” kata Paul Salem dari Institut Timur Tengah.

    Ia mengutip beberapa hubungan regional utama Rusia, seperti perdagangan energi dengan negara-negara Teluk, penjualan peralatan nuklir sipil, dan menurunnya penjualan senjata Moskow karena perang yang mahal di Ukraina, dan mengatakan semua itu tidak mungkin terpengaruh oleh hilangnya sekutu yang memecah belah.

    “Jadi kerugian [Suriah] tidak banyak berubah,” katanya.

    Bahkan pengerahan pasukan Rusia tahun 2015 untuk mendukung al-Assad dimaksudkan bukan sebagai bagian dari ambisi Timur Tengah yang lebih luas, melainkan sebagai penyeimbang ambisi regional AS dan upaya berulang kali untuk mengubah rezim, seperti di Irak dan Libya, kata Salem.

    Ia meramalkan bahwa hubungan regional utama Rusia, yakni dengan Iran, akan tetap utuh.

    “Kehilangan Assad jelas merupakan pukulan bagi prestise Putin secara umum,” kata Salem, tetapi “hal itu tidak banyak mengubah situasinya di Timur Tengah secara umum”.

     

    (oln/Al Jazeera/*)