Negara: Ukraina

  • Rusia Segera Mulai Persiapan untuk Pertemuan Putin-Trump

    Rusia Segera Mulai Persiapan untuk Pertemuan Putin-Trump

    Moskow

    Kremlin mengatakan akan “segera” mulai mempersiapkan pertemuan puncak antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Rencana pertemuan itu mencuat setelah percakapan telepon kedua pemimpin, yang diklaim Kremlin, berlangsung “sangat jujur dan penuh kepercayaan”.

    Pembicaraan telepon itu dilakukan di tengah upaya diplomatik dalam penyelesaian perdamaian untuk perang Ukraina, yang mereda selama dua bulan terakhir, setelah pertemuan puncak antara Putin-Trump di Alaska pada 15 Agustus lalu gagal membuahkan hasil yang substansial.

    “Telah disepakati bahwa perwakilan kedua negara akan segera mulai menyelenggarakan pertemuan puncak yang dapat digelar, misalnya, di Budapest,” kata ajudan utama Putin, Yuri Ushakov, saat berbicara kepada wartawan, seperti dilansir AFP, Jumat (17/10/2025).

    Ushakov juga mengatakan bahwa lokasi Budapest, ibu kota Hungaria, diusulkan oleh Trump, dan “segera” didukung oleh Putin.

    “Itu adalah percakapan yang sangat substantif, dan pada saat yang sama, sangat jujur dan penuh kepercayaan,” sebutnya, sembari menambahkan bahwa percakapan telepon selama 2,5 jam itu merupakan inisiatif Rusia.

    Percakapan telepon antara Putin dan Trump itu dilakukan saat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sedang dalam perjalanan ke Washington DC untuk membahas sejumlah isu, termasuk salah satunya potensi pasokan rudal jarak jauh Tomahawk AS dengan Trump.

    “Vladimir Putin menegaskan kembali pernyataannya bahwa rudal Tomahawk tidak akan mengubah situasi di medan perang, tetapi akan secara signifikan merusak hubungan antara kedua negara kita. Belum lagi prospek penyelesaian damai,” ucap Ushakov.

    Menurut Kremlin, Trump mengatakan akan mempertimbangkan apa yang dikatakan Putin kepadanya sebelum bertemu Zelensky pada Jumat (16/10) waktu AS.

    Sejak pertemuan puncak di Alaska, Moskow telah meningkatkan serangan terhadap kota-kota di Ukraina, terutama meningkatkan tekanan pada infrastruktur energi dan kereta api dalam beberapa pekan terakhir.

    Kyiv telah membalas serangan udara besar-besaran terhadap kilang minyak Rusia, yang mendorong harga bensin ke rekor tertinggi dan mengganggu pasokan di beberapa wilayah.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Harga Rata-Rata Minyak Mentah Indonesia Naik jadi USD 66,81 per Barel – Page 3

    Harga Rata-Rata Minyak Mentah Indonesia Naik jadi USD 66,81 per Barel – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) September 2025 sebesar USD 66,81 per barel. Naik sebesar USD 0,73 per barel dari ICP Agustus 2025 yang ditetapkan sebesar USD 66,07 per barel.

    Penetapan ini tercantum dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 336.K/MG.03/MEM.M/2025 tentang Harga Minyak Mentah Bulan September 2025 yang ditandatangani pada 8 Oktober 2025.

    “Kenaikan ICP September 2025, juga naiknya Brent (ICE) dan Basket OPEC, dipengaruhi oleh peningkatan risiko geopolitik Rusia-Ukraina yang menyebabkan kekhawatiran gangguan pasokan,” ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman di kantornya, Jakarta, Jumat (17/10/2025).

    Laode menyampaikan, serangan Ukraina sejak Juni 2025 telah menyebabkan 17 persen kilang Rusia tidak dapat beroperasi.

    Selain itu, ajakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kepada Uni Eropa untuk mengenakan tarif hingga 100 persen kepada China dan India demi meningkatkan biaya ekonomi dan memaksa Rusia mengakhiri perang, juga turut berperan pada kenaikan ICP bulan ini.

    “Faktor lainnya yang juga memperkuat tren kenaikan ICP adalah peningkatan geopolitik di Timur Tengah. Kondisi ini juga menyeret Brent dan Basket OPEC turut menguat,” terang Laode.

     

  • Zelensky Harap Perdamaian di Timur Tengah Disusul Rusia dan Ukraina

    Zelensky Harap Perdamaian di Timur Tengah Disusul Rusia dan Ukraina

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyoroti langkah perdamaian di Timur Tengah usai gencatan senjata disepakati di Jalur Gaza. Zelensky berharap momentum perdamaian itu bisa memengaruhi Rusia.

    Dilansir kantor berita AFP, Jumat (17/10/2025), Zelensky telah tiba di Amerika Serikat (AS) untuk perundingan senjata Ukraina dan Rusia. Dia akan berbincang dengan Presiden AS Donald Trump mengenai ini.

    “Besok, pertemuan dengan Presiden (Donald) Trump dijadwalkan — dan kami berharap momentum pengekangan teror dan perang yang berhasil di Timur Tengah akan membantu mengakhiri perang Rusia melawan Ukraina,” kata Zelensky di X.

    “Bahasa kekuatan dan keadilan pasti akan merugikan Rusia,” tambahnya.

    Dalam pertemuan dengan Trump tersebut, Zelensky akan membahas potensi pasokan rudal jarak jauh Tomahawk AS, yang mampu mencapai Moskow dari Ukraina. “Kita sudah bisa melihat bahwa Moskow sedang terburu-buru untuk melanjutkan dialog segera setelah mendengar tentang Tomahawk,” kata Zelensky.

    Diketahui, Trump telah berbincang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon usai Ukraina meminta pasokan rudal Tomahawk ke AS. Putin disebut memberi tahu Trump bahwa memasok rudal Tomahawk akan membahayakan upaya perdamaian. Kedua pemimpin ini pun sepakat untuk mengadakan pertemuan puncak di Budapest, Hungaria.

    (fca/fca)

  • Rusia Segera Mulai Persiapan untuk Pertemuan Putin-Trump

    Trump dan Putin Akan Bertemu di Hungaria Bahas Konflik Rusia-Ukraina

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa ia dan Presiden Rusia Vladimir Putin berbincang banyak via telepon membahas langkah mengakhiri konflik Rusia dan Ukraina. Mereka membahas lebih lanjut dalam pertemuan yang bakal digelar di Budapest, Hungaria.

    Dilansir kantor berita AFP, Jumat (16/10/2025), Trump menyebut dirinya dan Putin telah membuat kemajuan besar dalam panggilan telepon pada hari Kamis dan telah sepakat untuk bertemu di Budapest. Namun belum dikonfirmasi kapan tepatnya pertemuan itu dilakukan.

    “(Pertemuan di Budapest) Untuk melihat apakah kita dapat mengakhiri Perang ‘memalukan’ ini, antara Rusia dan Ukraina,” tulis Trump di media sosialnya.

    Perbincangan panjang lewat telepon itu dilakukan Trump sehari sebelum Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menemuinya untuk mendorong rudal Tomahawk.

    “Saya sedang berbicara dengan Presiden Putin sekarang. Percakapan ini masih berlangsung, panjang, dan saya akan melaporkan isinya, begitu pula Presiden Putin, pada akhirnya. Terima kasih atas perhatian Anda terhadap masalah ini!” kata Trump di jejaring sosial Truth Social miliknya.

    (fca/fca)

  • Ukraina Padamkan Listrik Nasional Bergilir Buntut Serangan Intensif Rusia

    Ukraina Padamkan Listrik Nasional Bergilir Buntut Serangan Intensif Rusia

    Jakarta

    Ukraina memberlakukan pemadaman listrik nasional seiring serangan Rusia yang intensif. Pemadaman listrik nasional dilakukan bergilir dalam dua hari berturut-turut.

    Dilansir kantor berita AFP, Jumat (17/10/2025), operator jaringan negara menyebut pemadaman diberlakukan buntut Rusia mengintensifkan serangannya terhadap jaringan energi negara itu dan suhu menurun. Pasukan Rusia disebut menyerang fasilitas gas di Ukraina timur pada Kamis pagi, memicu gangguan besar pada jaringan dalam pemboman skala besar terbaru Moskow.

    Tentara Rusia telah menyerang infrastruktur listrik Ukraina setiap musim dingin sejak invasi pada tahun 2022, memaksa Kyiv untuk memberlakukan pemadaman listrik darurat dan mengimpor energi dari luar negeri.

    Di wilayah Kharkiv timur laut, berada di sebuah toko yang telah gelap gulita, ketika seorang kasir menerima pembayaran dan mengoperasikan mesin kasir dengan daya generator. “Karena situasi yang menantang dalam sistem energi, pemadaman listrik darurat telah diberlakukan di seluruh wilayah Ukraina,” kata operator listrik nasional Ukrenergo dalam sebuah pernyataan.

    Pemadaman listrik bergilir ini dirancang untuk menjatah listrik di seluruh negeri, dan para pejabat mendesak masyarakat untuk membatasi konsumsi.

    Tentara Rusia, pada hari Kamis, mengatakan telah melancarkan serangan “besar-besaran” menggunakan rudal balistik dan drone terhadap lokasi-lokasi gas Ukraina.

    Angkatan Udara Ukraina mengatakan Rusia meluncurkan 320 drone dan 37 rudal, menambahkan bahwa 283 drone dan lima rudal telah ditembak jatuh.

    “Musim gugur ini, Rusia menggunakan setiap hari untuk menyerang infrastruktur energi kami,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

    Laporan media sebelumnya menunjukkan bahwa serangan Rusia baru-baru ini telah menghentikan sekitar 60 persen produksi gas Ukraina, dan serangan terhadap pembangkit listrik telah memutus aliran listrik bagi ratusan ribu orang.

    Kyiv telah meminta sekutunya untuk menambah sistem pertahanan udara guna melindungi infrastruktur penting.

    Halaman 2 dari 2

    (fca/fca)

  • Putin Menggila, 320 Drone & 37 rudal Bombardir Ukraina

    Putin Menggila, 320 Drone & 37 rudal Bombardir Ukraina

    Jakarta, CNBC Indonesia – Rusia kembali membombardir Ukraina, Kamis (16/10/2025) pagi waktu setempat. Dilaporkan pasukan Presiden Vladimir Putin menembakkan 320 pesawat nirawak (drone) dan 37 rudal ke wilayah Ukraian Timur.

    Hal ini kemudian memicu pemadaman listrik di delapan wilayah karena menghancurkan infrastruktur gas negara. Serangan ini menjadi pemboman skala besar terbaru ke jaringan energi Kyiv.

    “Terdapat serangan dan kerusakan di beberapa wilayah sekaligus. Operasi sejumlah fasilitas yang sangat penting telah dihentikan,” kata CEO perusahaan gas Naftogaz, Sergii Koretskyi, dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP.

    “Musim gugur ini, Rusia menggunakan setiap hari untuk menyerang infrastruktur energi kami,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

    Sebenarnya, sejak menginvasi Ukraina pada tahun 2022, Moskow telah menyerang infrastruktur listrik Ukraina setiap musim dingin, memaksa Kyiv untuk memberlakukan pemadaman darurat dan mengimpor energi dari luar negeri. Angkatan Udara Ukraina mengatakan dari semua rentetan drone dan rudal yang menyerang, 283 drone dan lima rudal telah ditembak jatuh.

    Secara rinci, serangan tersebut terutama menargetkan wilayah Kharkiv di utara, dan wilayah Poltava di timur. Laporan media sebelumnya menunjukkan sekitar 60% produksi gas Ukraina telah dihentikan dalam serangan Rusia baru-baru ini dan serangan terhadap pembangkit listrik telah memutus aliran listrik ratusan ribu orang di negara itu.

    Kyiv telah meminta sekutunya untuk menambah sistem pertahanan udara guna melindungi infrastruktur penting dan juga telah melancarkan serangan balasan terhadap kilang minyak Rusia. Dilaporkan bagaimana AS sedang memikirkan pengiriman misil Tomahawk untuk Ukraina.

    Sementara itu, Kremlin mengklaim pasukannya hanya menargetkan fasilitas militer. Perang sudah terjadi sejak 2022.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Masihkah Ukraina Jadi Lumbung Pangan Dunia di Tengah Invasi Rusia?

    Masihkah Ukraina Jadi Lumbung Pangan Dunia di Tengah Invasi Rusia?

    Jakarta

    Tanah yang subur, lahan pertanian luas, dan sejarah panjang sebagai pemasok pangan bagi kekaisaran serta pasar global membuat Ukraina dikenal sebagai ‘lumbung pangan dunia’.

    Dengan luas lahan pertanian mencapai 41,3 juta hektare, dua pertiganya berupa tanah hitam yang sangat subur, Ukraina mampu menghasilkan panen melimpah dengan sedikit penggunaan pupuk, irigasi, tenaga kerja, dan mesin berat.

    Surplus gandum Ukraina dulu menjadi sumber pangan bagi Kekaisaran Rusia dan kemudian Uni Soviet. Setelah merdeka pada 1991, Ukraina menjadi pemasok pangan utama dunia, terutama ke Timur Tengah, Afrika Utara, dan Asia.

    Dari kelimpahan menuju ketahanan

    Sebelum invasi besar-besaran Rusia pada Februari 2022, sektor pertanian menyumbang 41% dari pendapatan ekspor Ukraina, senilai sekitar $27,8 miliar (sekitar Rp 440 triliun) pada 2021, menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Karena itu, perang menghantam keras perekonomian dalam negeri sekaligus mengancam ketahanan pangan global.

    Pasukan Rusia merebut sebagian besar lahan pertanian, sementara blokade laut, serangan rudal, dan ranjau di Laut Hitam menghentikan hampir semua pengiriman ekspor utama Ukraina.

    Volume ekspor anjlok lebih dari 90% dalam tiga bulan pertama tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya, memicu lonjakan harga pangan global dan memperparah krisis kelaparan di negara-negara yang bergantung pada impor.

    Natalia Shpygotska, analis senior di Dragon Capital, mencatat bahwa sebelum invasi, Ukraina menyumbang sekitar 8% ekspor gandum dunia, 13% jagung, dan 12% jelai. Ukraina juga memasok 40-50% minyak bunga matahari dunia.

    Invasi menyebabkan produksi gandum turun 29% pada musim 2022/23, dengan 22% lahan pertanian tidak ditanami karena pendudukan Rusia, ranjau, dan kekurangan tenaga kerja. Namun, data USDA menunjukkan bahwa ekspor segera pulih.

    Pangan menjadi medan perang

    Ukraina menuduh Kremlin menggunakan ketahanan pangan sebagai senjata dengan menargetkan infrastruktur pertanian secara sengaja. Dalam dua tahun pertama konflik, lebih dari 300 fasilitas pertanian rusak akibat serangan Rusia, dan pada 2022 saja lebih dari 500 ribu ton gandum dicuri.

    Butuh waktu hingga Agustus tahun itu sebelum angkatan bersenjata Ukraina berhasil menekan armada Laut Hitam Rusia secara signifikan. Dengan bantuan drone laut dan rudal anti-kapal dari Barat, tenggelamnya kapal Moskva pada April lalu menjadi pukulan besar bagi Kremlin. Harga pangan dunia pun kembali stabil mendekati level sebelum perang setahun kemudian.

    Inisiatif Gandum Laut Hitam yang diluncurkan pada Juli 2022 oleh PBB dan Turki membuka kembali tiga pelabuhan Ukraina dan memungkinkan ekspor 33 juta ton gandum hingga Juli 2023.

    Sementara itu, Uni Eropa meluncurkan jalur alternatif yang disebut Solidarity Lanes, menggunakan jalur kereta, sungai (Danube), dan darat melalui Polandia, Rumania, dan Bulgaria. Jalur ini membantu hampir separuh ekspor gandum Ukraina mencapai pasar Eropa, meski Rusia masih memblokade Laut Hitam.

    Gabungan upaya ini memulihkan ekspor Ukraina hingga sekitar 64 juta ton pada musim 2023/24, mencapai 75% dari level sebelum perang dan membantu menstabilkan ketahanan pangan global.

    “Solidarity Lanes dari Uni Eropa menjadi penyelamat penting sebelum jalur pelabuhan di Laut Hitam benar-benar pulih. Namun, karena keterbatasan infrastruktur dan biaya transportasi darat yang tinggi, jalur tersebut tidak sepenuhnya bisa menggantikan ekspor lewat laut,” kata Shpygotska.

    Arus dagang pulih, tapi stabilitas masih jauh

    Lebih dari tiga tahun sejak invasi dimulai, Kementerian Kebijakan Agraria dan Pangan Ukraina memperkirakan ekspor biji-bijian dan minyak nabati mencapai lebih dari 60 juta ton untuk musim Juli 2024 hingga Juni 2025, termasuk 15 juta ton gandum, 25 juta ton jagung, dan 2,5 juta ton jelai.

    Namun pada bulan lalu, Ukraina mencatat penurunan ekspor pertanian sebesar 38% dibanding bulan yang sama tahun 2024, sebagian besar akibat meningkatnya serangan Rusia terhadap pelabuhan Laut Hitam. Asosiasi Gandum Ukraina melaporkan pengiriman melalui pelabuhan Odesa turun hampir sepertiga.

    Proyeksi untuk musim 2025/2026 juga tidak terlalu optimistis. Panen biji-bijian diperkirakan turun 10% menjadi sekitar 51 juta ton karena gangguan perang yang terus berlanjut, menandakan kerentanan yang masih tinggi.

    Saat dunia memperingati Hari Pangan Sedunia pada 16 Oktober, sebuah inisiatif PBB untuk melawan kelaparan global, kontribusi Ukraina tetap krusial. Gandum Ukraina menjadi penyelamat bagi wilayah-wilayah rawan pangan, mengisi kekosongan yang sulit ditandingi oleh negara lain.

    Sebagai contoh, Program Pangan Dunia (WFP) mendapatkan 80% pasokan gandumnya dari Ukraina pada 2023 untuk membantu memberi makan sekitar 400 juta orang di negara-negara seperti Yaman dan Etiopia.

    Ukraina menghadapi berbagai tekanan

    Selain perang yang telah menimbulkan kerugian lebih dari 80 miliar dolar AS, Ukraina masih dihadapkan pada sejumlah tantangan lain. Sekitar 20% penduduknya atau 7,3 juta orang masih mengalami kerawanan pangan.

    Biaya rekonstruksi infrastruktur pertanian Ukraina diperkirakan mencapai $55,5 miliar, tetapi masih sangat kekurangan dana. Harga tanah, terutama tanah pertanian, melonjak tajam dalam dua tahun terakhir.

    Pembatasan impor UE terhadap beberapa produk pertanian Ukraina yang dimulai pada 2024 memicu ketegangan antara Kyiv dan negara tetangga seperti Polandia, Slovakia, dan Hungaria, yang mengeluhkan kelebihan pasokan dan persaingan dengan petani lokal.

    Petani mempertaruhkan nyawa

    Ancaman bagi pekerja pertanian masih sangat nyata. The Wall Street Journal (WSJ) melaporkan bulan lalu bahwa setidaknya 12 petani tewas dan lebih dari 40 lainnya luka-luka di wilayah Kherson sejak perang dimulai, mengutip data pemerintah.

    Salah satunya adalah petani Oleksandr Hordienko, yang pada Juli lalu mengatakan telah menembak jatuh lebih dari 80 drone Rusia menggunakan alat pelacak dan senapan yang ia beli sendiri. Bulan lalu, Hordienko tewas dalam serangan drone Rusia yang menghantam kendaraannya, menurut laporan WSJ.

    “Petani Ukraina menghadapi ranjau darat, sistem irigasi yang hancur, serta serangan drone dan rudal yang sering terjadi di dekat garis depan,” ujar Shpygotska. “Namun, mereka tetap memastikan pasokan pangan dalam negeri dan ekspor gandum, minyak, serta protein ke pasar dunia di tengah situasi yang luar biasa sulit.”

    Perubahan iklim juga menjadi ancaman besar. Suhu yang terus meningkat dan kekeringan berulang diperkirakan akan mengganggu hasil panen Ukraina di masa mendatang. Dengan banyaknya lahan pertanian yang masih dikuasai Rusia, Shpygotska memperingatkan bahwa sebagian wilayah bisa tetap tidak bisa digunakan selama bertahun-tahun.

    “Perdamaian berkelanjutan dan upaya pembersihan ranjau sangat diperlukan agar lahan pertanian itu bisa kembali ditanami,” ujarnya.

    Meski julukan “lumbung pangan dunia” masih melekat pada Ukraina, hanya dukungan global dalam mewujudkan perdamaian dan memperlancar perdagangan yang dapat menjamin hasil panen mereka terus memberi makan jutaan orang di seluruh dunia.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Rivi Satrianegara

    Editor: Hani Anggraini

    Tonton juga video “Trump Sebut Erdogan Bisa Bantu Akhiri Perang di Ukraina: Dia Dihormati Putin” di sini:

    (haf/haf)

  • Pesawat Menhan AS Mendarat Darurat di Inggris Gegara Jendela Retak

    Pesawat Menhan AS Mendarat Darurat di Inggris Gegara Jendela Retak

    Washington DC

    Sebuah pesawat yang membawa Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS) Pete Hegseth terpaksa melakukan pendaratan darurat di Inggris pada Rabu (15/10) waktu setempat. Pendaratan darurat itu dilakukan karena ada retakan pada kaca jendela kokpit pesawat.

    Insiden tersebut, seperti dilansir AFP dan Reuters, Kamis (16/10/2025), terjadi ketika Hegseth sedang dalam penerbangan pulang ke AS, setelah menghadiri pertemuan para Menhan negara-negara NATO di Brussels, Belgia.

    Pesawat yang membawa Hegseth melakukan pendaratan darurat di sebuah bandara yang tidak disebutkan namanya di wilayah Inggris.

    Departemen Pertahanan AS atau Pentagon memastikan semua orang di dalam pesawat, termasuk Hegseth, dalam kondisi baik-baik saja usai pendaratan darurat tersebut.

    “Pesawat mendarat sesuai prosedur standar dan semua orang di dalamnya, termasuk Menteri Hegseth, dalam kondisi selamat,” kata juru bicara Pentagon, Sean Parnell, dalam pernyataan via media sosial X.

    “Semuanya baik-baik saja. Syukurlah. Lanjutkan misi!” tulis Hegseth membalas postingan juru bicara Pentagon tersebut.

    Dalam pertemuan NATO tersebut, Hegseth meminta negara-negara anggota untuk memberikan lebih banyak bantuan militer kepada Ukraina yang masih berperang melawan invasi Rusia.

    Insiden tersebut bukan merupakan insiden pertama ketika pesawat militer AS yang membawa pejabat senior negara tersebut mengalami masalah mekanis.

    Awal tahun ini, pesawat Angkatan Udara AS yang membawa Menteri Luar Negeri (Menlu) Marco Rubio ke Munich, Jerman, terpaksa terbang kembali ke Washington setelah mengalami masalah mesin.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Menteri Trump Minta Sekutu NATO Dongkrak Anggaran Beli Senjata AS untuk Ukraina

    Menteri Trump Minta Sekutu NATO Dongkrak Anggaran Beli Senjata AS untuk Ukraina

    JAKARTA – Menteri Pertahanan Departemen Perang AS Pete Hegseth meminta sekutu NATO untuk meningkatkan anggaran pembelian senjata AS untuk Ukraina, menyusul laporan yang menyoroti penurunan tajam dukungan militer untuk Kyiv pada Juli dan Agustus.

    “Anda mendapatkan kedamaian ketika Anda kuat. Bukan ketika Anda menggunakan kata-kata keras atau menggoyangkan jari, Anda mendapatkannya ketika Anda memiliki kemampuan yang kuat dan nyata yang dihormati musuh,” ujarnya kepada wartawan menjelang pertemuan dengan Menhan negara anggota NATO dilansir Reuters, Rabu, 15 Oktober.

    Hegseth mendesak sekutu untuk meningkatkan investasi dalam program Daftar Persyaratan Prioritas Ukraina (PURL), yang menggantikan sumbangan senjata AS ke Ukraina dan kini mewajibkan sekutu untuk membayar pengiriman senjata AS.

    “Harapan kami saat ini adalah semakin banyak negara yang menyumbang lebih banyak lagi, membeli lebih banyak lagi untuk membantu Ukraina, dan mengakhiri konflik tersebut secara damai,” sambungnya.

    Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengatakan ia mengharapkan komitmen lebih lanjut, seraya mencatat $2 miliar telah dikomitmenkan melalui mekanisme tersebut.

    Namun, jumlah ini lebih rendah dari target $3,5 miliar yang diharapkan dapat diamankan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Oktober.

    Swedia, Estonia, dan Finlandia menjanjikan kontribusi pada Rabu, tetapi negara-negara termasuk Spanyol, Italia, Prancis, dan Inggris telah menghadapi kritik karena menahannya.

    Ukraina masih sangat bergantung pada persenjataan AS karena bersiap menghadapi musim dingin konflik lainnya dengan Rusia.

    Institut Kiel untuk Ekonomi Dunia melaporkan pada Selasa, bantuan militer ke Ukraina turun sebesar 43% pada bulan Juli dan Agustus dibandingkan dengan paruh pertama tahun ini.

    Menurut lembaga tersebut, sebagian besar dukungan militer sekarang mengalir melalui inisiatif PURL, yang pada bulan Agustus telah diikuti oleh Belgia, Kanada, Denmark, Jerman, Latvia, Belanda, Norwegia, dan Swedia.

  • Prabowo dan babak baru perdamaian Gaza

    Prabowo dan babak baru perdamaian Gaza

    KTT Perdamaian Gaza di Mesir menjadi babak baru dari upaya panjang dunia mencari jalan damai di Timur Tengah. Bagi Indonesia, perjuangan belum selesai, tanpa sikap aktif global mengawal jalannya perdamaian

    Jakarta (ANTARA) – Pada Minggu (12/10) yang tenang di Jakarta, tiba-tiba Presiden RI Prabowo Subianto menerima undangan mendadak dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang memintanya untuk segera terbang ke Mesir, malam itu juga.

    Gedung Putih menyebut kehadiran Indonesia diperlukan di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian yang digelar di International Congress Centre, Sharm El-Sheikh, Republik Arab Mesir bersama puluhan tokoh penting dunia.

    Tanpa jeda waktu panjang, Presiden Prabowo segera menggelar rapat persiapan keberangkatan di kediamannya di Kertanagara, Jakarta. Pertemuan sekitar tiga jam itu, diikuti jajaran inti pemerintahan, termasuk Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, hingga Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi.

    Menurut Mensesneg, undangan dadakan yang hanya berselang sehari ini, bukan sekadar panggilan diplomatik biasa, melainkan undangan khusus sebagai pengakuan atas peran Indonesia merumuskan solusi perdamaian, terutama terkait konflik di Jalur Gaza.

    Presiden Prabowo memang dikenal lantang menyuarakan perdamaian global, seperti yang pernah disampaikan pada Sidang Ke-80 PBB di New York, AS, pada akhir September 2025, tentang solusi dua negara.

    Lewat solusi ini, Indonesia berharap Palestina-Israel bisa hidup berdampingan dengan damai sebagai dua negara yang merdeka dan saling menghormati hak-haknya.

    Dari Markas Besar PBB, Kepala Negara menegaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu kontributor terbesar Pasukan Penjaga Perdamaian PBB, termasuk pengerahan 20.000 tambahan pasukan untuk misi perdamaian di Gaza maupun di negara lain, seperti Ukraina, Sudan, dan Libya.

    Keinginan kuat Indonesia itu dilatari keprihatinan atas penderitaan dan ketidakadilan perang yang dialami umat manusia, termasuk serangan genosida yang hari ini masih menjadi ancaman di berbagai belahan dunia.

    Presiden mengajak para pemimpin dunia untuk bersatu, menciptakan perdamaian, menegakkan keadilan, serta menjaga kebebasan bagi seluruh umat manusia.

    Berangkat dari niat yang sama, 20 pemimpin dunia pun berkumpul di KTT Sharm El-Sheikh atas inisiasi Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi bersama Presiden AS Donald Trump.

    Mereka, antara lain Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, Raja Yordania Abdullah II, Perdana Menteri Kuwait Ahmad Al Abdullah Al Sabah, Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Friedrich Merz, dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer.

    Selain itu, turut hadir Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez, Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif, Perdana Menteri Kanada Mark Carney, Perdana Menteri Norwegia Jonas Gahr Store, Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani, Wakil Presiden Uni Emirat Arab Mansour bin Zayed Al Nahyan, serta Menteri Luar Negeri Oman Badr Al Busaidi.

    Kehadiran para pemimpin tersebut juga didampingi sejumlah tokoh organisasi internasional, termasuk Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Presiden Dewan Eropa Antonio Costa, dan Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit.

    Secara khusus, Trump pun memuji langkah diplomasi Indonesia untuk meredakan perang di Jalur Gaza. “Also with us, President Prabowo, very incredible man, President of Indonesia. Great Job!,” kata Trump kepada Presiden Prabowo.

    Langkah awal

    KTT Perdamaian Sharm El-Sheikh mengawali era baru stabilitas regional. Dalam pernyataan resminya, KTT ini bertujuan untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza, meningkatkan upaya untuk membawa perdamaian dan stabilitas situasi di Timur Tengah.

    Pertemuan para pemimpin dunia ini disebut-sebut dilaksanakan sejalan dengan visi Presiden AS Trump untuk mencapai perdamaian di kawasan itu dan upayanya yang gigih untuk mengakhiri konflik di seluruh dunia.

    KTT ini menjadi puncak dari upaya diplomatik yang bergerak dinamis, terutama setelah pengumuman penting dari Presiden AS Donald Trump bahwa Israel dan Hamas telah menyetujui pelaksanaan fase pertama dari rencana 20 poin perdamaian yang ia susun pada 29 September.

    Isinya, dalam waktu 72 jam setelah Israel menyetujui perjanjian gencatan senjata, seluruh sandera, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia, wajib dikembalikan.

    Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, setelah para sandera dibebaskan, Israel akan melepaskan 250 tahanan dengan hukuman seumur hidup, serta 1.700 warga Gaza yang ditahan sejak serangan 7 Oktober 2023, termasuk perempuan dan anak-anak.

    Selain itu, untuk setiap jasad sandera Israel yang dikembalikan, pihak Israel berkomitmen menyerahkan 15 jenazah warga Gaza kepada pihak berwenang Palestina.

    Hal yang lainnya, termasuk penarikan pasukan Israel secara bertahap dari seluruh Jalur Gaza, terhitung berlaku efektif mulai Jumat (10/10), pukul 12.00 waktu setempat, diiringi gencetan senjata yang ditandai dengan perlucutan senjata penuh (demiliterisasi) Hamas.

    Tahap lanjutan dari rencana perdamaian tersebut mengatur beberapa langkah penting, termasuk pembentukan mekanisme pemerintahan baru di Gaza, tanpa partisipasi Hamas, pembentukan pasukan keamanan baru yang terdiri atas warga Palestina dan pasukan dari negara-negara Arab dan Islam, hingga rehabilitasi infrastruktur di Palestina.

    Agenda penandatanganan dokumen perdamaian pada Senin (13/10), dilakukan oleh Trump, El-Sisi, Recep Tayyip Erdogan, dan Syekh Tamim bin Hamad Al Thani. Terlihat para pemimpin negara lainnya, termasuk Presiden Prabowo yang duduk berdampingan dengan Macron, ikut menjadi saksi dalam prosesi penandatanganan tersebut.

    Kawal perdamaian

    Pada Selasa (14/10) sore, Pesawat Kepresidenan-1 mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Dari tangga pesawat, Presiden Prabowo turun membawa kesan dari hasil diplomasi Sharm El-Sheikh.

    Di hadapan jurnalis yang menunggu sejak siang, ia tak berbicara panjang. “Puluhan tahun saya membela Palestina, sejak saya masih muda,” demikian petikan pernyataan singkat Presiden.

    Bagi Kepala Negara, dukungan terhadap kemerdekaan Palestina bukan sekadar sikap diplomatik. Ia menyebutnya sebagai tekad moral bangsa Indonesia yang berakar dari amanat konstitusi untuk perdamaian abadi dunia.

    Kata-kata itu seakan mengingatkan kembali posisi Indonesia yang sejak 15 November 1988 menjadi salah satu negara pertama di dunia yang mengakui kemerdekaan Palestina, tak lama setelah Yasser Arafat membacakan deklarasinya di Aljir.

    Di bawah kepemimpinannya, dukungan itu terus dijaga, bahkan diwujudkan dalam bentuk nyata. Pemerintah Indonesia, kata Presiden, telah menyalurkan ribuan ton beras untuk membantu rakyat Palestina yang dilanda krisis kemanusiaan.

    KTT Perdamaian Gaza di Mesir menjadi babak baru dari upaya panjang dunia mencari jalan damai di Timur Tengah. Bagi Indonesia, perjuangan belum selesai, tanpa sikap aktif global mengawal jalannya perdamaian.

    Kini, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, suara itu kembali menggema di panggung dunia, membawa pesan yang sama sejak Republik ini berdiri, bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan dua negara atas kedaulatan Palestina-Israel kian nyata.

    Editor: Masuki M. Astro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.