Negara: Ukraina

  • Zelensky Ungkap Beberapa Kali Bertemu Direktur CIA Saat Perang Rusia

    Zelensky Ungkap Beberapa Kali Bertemu Direktur CIA Saat Perang Rusia

    Jakarta, CNN Indonesia

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada Sabtu (21/12) dia telah bertemu Direktur CIA Amerika Serikat (AS) William Burns beberapa kali di Ukraina.

    AS telah menjadi pendukung keuangan dan militer terpenting Ukraina dalam hampir tiga tahun sejak Rusia menginvasi. AS juga telah rutin berbagi intelijen militer dengan Ukraina untuk mendukung pertahanannya.

    AFP memberitakan bahwa Zelensky mengatakan dia telah bertemu Burns pada beberapa kesempatan selama perang berlangsung, tetapi pertemuan mereka tidak pernah diungkap.

    “Bill Burns melakukan kunjungan terakhirnya ke Ukraina sebagai Direktur CIA,” kata Zelensky dalam sebuah posting di Telegram.

    “Dia dan saya telah mengadakan banyak pertemuan selama perang ini, dan saya berterima kasih atas bantuannya,” tambahnya.

    “Biasanya, pertemuan seperti itu tidak dilaporkan ke publik, dan semua pertemuan kami — di Ukraina, di negara-negara Eropa lainnya, di Amerika, dan di bagian lain dunia — diadakan tanpa informasi resmi,” kata Zelensky.

    Burns akan meninggalkan jabatan pemimpin CIA saat Presiden terpilih AS Donald Trump nantinya mengangkat kandidatnya sendiri.

    Pertemuan terakhir yang dikonfirmasi antara Zelensky dan Burns terjadi pada pertengahan 2023, menurut pejabat AS yang mengumumkan pada Juli 2023 bahwa Burns baru-baru ini melakukan perjalanan rahasia ke Ukraina.

    Zelensky pada Sabtu mengunggah foto dirinya berjabat tangan dengan Burns di depan lambang negara Ukraina. Dia tidak mengatakan kapan pertemuan itu berlangsung, tetapi mengatakan itu akan menjadi pertemuan terakhir mereka sebelum Burns meninggalkan jabatannya.

    Pertemuan itu terjadi pada saat yang kritis dalam perang, satu bulan sebelum Trump berkuasa.

    Partai Republik yang mendukung Trump telah berjanji mengakhiri perang memicu kekhawatiran bahwa Kyiv dapat dipaksa menerima perdamaian dengan persyaratan yang menguntungkan Moskow.

    (fea/fea)

    [Gambas:Video CNN]

  • Zelensky Unggah Pertemuan dengan Direktur CIA di Ukraina

    Zelensky Unggah Pertemuan dengan Direktur CIA di Ukraina

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan telah bertemu dengan Direktur CIA Amerika Serikat (AS) William Burns di Ukraina. Hal in sebuah pengungkapan publik yang langka mengenai pertemuan antara keduanya di tengah invasi Rusia.

    Seperti dilansir AFP, Minggu (22/12/2024), Amerika Serikat telah menjadi pendukung keuangan dan militer terpenting Ukraina dalam hampir tiga tahun sejak Moskow menginvasi, dan Washington juga dilaporkan telah secara rutin berbagi intelijen militer dengan Ukraina untuk mendukung pertahanannya.

    Zelensky mengatakan bahwa ia telah bertemu dengan Direktur CIA Burns pada beberapa kesempatan selama perang, tetapi pertemuan mereka tidak diungkapkan.

    “Bill Burns melakukan kunjungan terakhirnya ke Ukraina sebagai Direktur CIA,” kata Zelensky dalam sebuah posting di Telegram.

    “Dia dan saya telah mengadakan banyak pertemuan selama perang ini, dan saya berterima kasih atas bantuannya,” tambahnya.

    “Biasanya, pertemuan seperti itu tidak dilaporkan ke publik, dan semua pertemuan kami — di Ukraina, di negara-negara Eropa lainnya, di Amerika, dan di bagian lain dunia — diadakan tanpa informasi resmi,” kata Zelensky.

    Burns akan meninggalkan jabatan kepala CIA yang sangat penting saat Presiden terpilih AS Donald Trump mengangkat kandidatnya sendiri.

    Zelensky pada Sabtu (21/12) mengunggah foto dirinya berjabat tangan dengan Burns di depan lambang negara Ukraina. Dia tidak mengatakan kapan pertemuan itu berlangsung, tetapi mengatakan itu akan menjadi pertemuan terakhir mereka sebelum Burns meninggalkan jabatannya.

    Pertemuan itu terjadi pada saat yang kritis dalam perang, satu bulan sebelum Trump berkuasa. Partai Republik telah berjanji untuk mengakhiri perang dalam hitungan jam, yang memicu kekhawatiran bahwa Kyiv dapat dipaksa menerima perdamaian dengan persyaratan yang menguntungkan Moskow.

    (rfs/rfs)

  • Pakar: Rudal Oreshnik Rusia Tak Bisa Ditangkis Sistem Pertahanan Barat & Israel, Patriot Diejek – Halaman all

    Pakar: Rudal Oreshnik Rusia Tak Bisa Ditangkis Sistem Pertahanan Barat & Israel, Patriot Diejek – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Baru-baru ini Presiden Rusia Vladimir Putin menantang Barat untuk menjatuhkan rudal hipersonik Oreshnik milik Rusia.

    Putin meminta Barat mengerahkan sistem pertahanan terbaiknya untuk menangkis Oreshnik mungkin nanti ditembakkan ke Ukraina.

    Tak hanya Putin, seorang pakar militer Rusia bernama Alexey Leonkov juga percaya diri dengan keampuhan Oreshnik.

    Dia mengklaim saat ini tidak ada sistem pertahanan udara milik Barat yang mampu menembak jatuh rudal hipersonik yang dibangga-banggakan Rusia itu.

    Dikutip dari Sputnik, sistem pertahanan THAAD milik Amerika Serikat (AS) dan Arrow 3 milik Israel mungkin bisa menangkis rudal hipersonik Rusia generasi pertama seperti Kinzhal dan Zirkon.

    Namun, kedua sistem itu hampir mustahil bisa menjatuhkan Oreshnik yang merupakan rudal hipersonik generasi kedua.

    Sistem pertahanan lain seperti IRIS-T milik Jerman, SAMP-T milik Prancis, atau NASAMS buatan AS dan Norwegia juga diklaim tidak berdaya menghadapi Oreshinik, bahkan jika sistem-sistem itu menembakkan seluruh rudal penangkisnya.

    Peluncuran rudal balistik jarak menengah 9M729 Oreshnik milik Rusia. (Kementerian Pertahanan Rusia)

    Leonkov kemudian menyindir sistem pertahanan Patriot buatan AS yang begitu terkenal.

    Dia menyebut Patriot pernah menembakkan semua rudal penangkisnya yang berjumlah 32 buah untuk menangkis rudal Kinzhal, tetapi tetap saja gagal.

    Sistem pertahanan Barat bisa mengarahkan rudal penangkis untuk menghantam target yang terbang dengan kecepatan Mach 2,5 atau 2,5 kali kecepatan suara.

    Namun, sistem itu tak akan bisa mengatasi Oreshnik yang mempunyai kecepatan hingga Mach 12.

    Leonkov menyebut sistem itu bisa “melihat” Oreshnik, tetapi tak bisa berbuat banyak.

    Oreshnik terus bermanuver dalam kecepatan hipersonik saat mendekati target. Oleh karena itu, sistem pertahanan lawan hampir mustahil bisa memprediksi lintasan Oreshnik.

    Eks pejabat Kemenhan AS akui kehebatan Oreshnik

    Michael Maloof, mantan analis senior kebijakan keamanan pada Kementerian Pertahanan (Kemenhan) AS juga tidak menyangkal keampuhan Oreshnik.

    Dia menyindir Barat yang masih meragukan rudal hipersonik generasi kedua itu. Menurutnya, Oreshnik bahkan membuat AS jauh ketinggalan.

    “AS tidak hanya tidak punya sistem serangan hipersonik, AS bahkan juga tidak punya sistem pertahanan yang mungkin bisa menghentikan Oreshnik dan rudal kelas baru yang keluar,” kata Maloof.

    Dia mengatakan AS berusaha keras menjadi yang terdepan dalam sistem persenjataan canggih seperti itu.

    Sayangnya, AS malah cenderung menambah fitur yang tidak penting pada sistem itu. Pada akhirnya, sistem itu menjadi kemahalan dan malah tertinggal.

    Rudal Oreshnik (Newsinfo.ru)

    Menurut Maloof, AS enggan mengakui senjata yang dipunyai Rusia dan Tiongkok, tetapi tidak dipunyai AS, yakni rudal hipersonik.

    Dia menyebut seandainya AS tidak menarik diri dari Perjanjian Senjata Nuklir Jarak menengah tahun 2019, rudal seperti Oreshnik mungkin tidak akan dibuat oleh Rusia.

    Menurutnya, tindakan Rusia memamerkan Oreshnik merupakan cara lain Putin untuk meminta Presiden AS terpilih Donald Trump mempertimbangkan kembali perjanjian itu.

    Tantangan dari Putin

    Tempo hari Putin sudah menantang Barat untuk menembak jatuh rudal Oreshnik.

    Putin tampaknya ingin membungkam mulut para pakar dari Barat yang meragukan keampuhan Oreshnik.

    “Biarkan mereka (para pakar itu) memanggil nama kita dan mereka di Barat dan AS yang membayar analisis mereka untuk melakukan semacam eksperimen teknologi dan melakukan duel teknologi tinggi bergaya abad ke-21,” ujar Putin di Moskow hari Kamis, (19/12/2024), dikutip dari TASS.

    “Biarkan mereka memilih target, katakanlah di Kiev, dan menumpuk sistem pertahanan udara dan rudal mereka di sana, sementara kita akan meluncurkan rudal Oreshnik ke target. Kita akan melihat apa yang terjadi. Kita siap melihat eksperimen seperti itu.”

    Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam kunjungannya ke Kazakhstan. (EPA Photo)

    Putin mengatakan hal itu akan menarik bagi Rusia.

    “Apa yang saya katakan kepada kalian ialah apa yang dikatakan insinyur, ilmuwan, dan pakar militer katakan kepada saya. Pada level pemimpin politik di AS, mereka juga mengatakan sesuatu kepada saya. Mari lakukan eksperimen seperti duel teknologi dan lihat apa yang terjadi.”

    (Tribunnews/Febri)

  • Agenda Politik Jerman 2025: Ekonomi, Demokrasi dan Pengungsi – Halaman all

    Agenda Politik Jerman 2025: Ekonomi, Demokrasi dan Pengungsi – Halaman all

    Terlepas dari partai manapun yang memenangkan pemilihan umum dini Februari nanti, tugas pemerintah Jerman selanjutnya sudah digariskan sejak sebelum masa kampanye: Memerangi imigrasi ilegal dan mengundang tenaga kerja terampil, melindungi ranah digital dari serangan siber dan memperkuat demokrasi dari dorongan otoritarianisme di dalam dan luar negeri.

    Tapi, menurut para veteran politik di parlemen Bundestag, semua tantangan itu tidak sebanding dengan krisis yang sedang dihadapi perekonomian. Satu per satu raksasa industri seperti Volkswagen mengumumkan penutupan pabrik atau pemecatan massal. Masyarakat khawatir kehilangan pekerjaan atau tidak lagi mampu mengimbangi tingkat inflasi yang tinggi.

    Harga energi dan kelangkaan tenaga kerja

    Marco Wanderwitz, CDU, adalah Komisaris Pemerintah Federal untuk negara bagian Jerman Timur hingga tahun 2021. Politisi dari Saxony ini mengatakan kepada DW, “masalah terbesar yang kita hadapi di negara ini adalah perekonomian yang terpuruk. Dan hal ini sangat mempengaruhi pondasi dan kelangsungan hidup kita di masa depan. Masalah terbesarnya adalah hilangnya kepercayaan pelaku ekonomi terhadap politik.”

    Alasannya adalah harga energi dan tingkat upah yang tinggi, infrastruktur yang menua serta persaingan yang ketat dengan Cina.

    Jerman juga dikeluhkan kekurangan tenaga kerja terampil, serta birokrasi yang merajalela dan berjalan lamban.

    Menurut Omid Nouripour, mantan punggawa Partai Hijau, poin terakhir ini terutama menunjukkan kegagalan digitalisasi yang lambat.

    “Kita mengalami krisis ganda, baik ekonomi maupun struktural. Hal ini terlihat dari fakta bahwa mesin fax masih menjadi alat komunikasi kelas atas di departemen kesehatan. Dan hal ini dapat dilihat bersumber pada macetnya investasi di negara ini,” ungkapnya dalam wawancara dengan DW.

    Selain itu, terdapat serangan digital atau upaya peretasan dari luar, seringkali dari Rusia, terhadap infrastruktur vital seperti jaringan listrik. “Yang paling penting adalah melindungi infrastruktur utama. Kita mempunyai terlalu banyak kerentanan di bidang ini. Dan terlalu banyak pihak yang ingin melumpuhkan infrastruktur penting,” kata Nouripour.

    Oleh karena itu, perampungan birokrasi, peningkatan kapasitas kepolisian dan dinas rahasia merupakan tugas penting pemerintah untuk tahun depan.

    Ketegasan soal imigrasi ilegal

    Imigrasi menjadi isu yang harus disikapi kaum moderat di kedua kutub ideologi dalam menghadapi lonjakan populisme dan ekstremisme kanan di Jerman. Dalam hal ini, jumlah permohonan suaka dan perkiraan jumlah imigrasi ilegal baru-baru ini menurun.

    Namun badan perbatasan Eropa Frontex masih memperkirakan sekitar 166.000 orang mencoba memasuki UE secara acak dalam sembilan bulan pertama tahun ini.

    Jerman juga telah menerapkan kembali kontrol di seluruh perbatasan. Partai konservatif Uni Kristen Demokrat, CDU, yang diprediksi memenangkan pemilu dini Februari nanti, bahkan mendukung kebijakan mengusir pengungsi di perbatasan.

    Pemerintah kota kewalahan hadapi imigrasi?

    Di dalam negeri, semakin banyak pemerintahan kota yang mengeluhkan kekurangan dana dan kapasitas untuk menampung dan merawat pengungsi.

    Hal ini juga diamati oleh perwakilan minoritas Frisia dan Denmark di bagian utara, menurut Stefan Seidler dari Asosiasi Pemilih Schleswig Selatan, SSW. Dia mengatakan kepada DW. “Pemerintah kota saat ini menghadapi tugas besar yang sulit dan harus kami tangani. Yang kami butuhkan adalah dukungan dari pemerintah federal.”

    Marco Wanderwitz, pensiunan anggota parlemen Bundestag, melihatnya berbeda. Dia yakin imigrasi bisa dikendalikan, namun polarisasi emosional berpotensi terus terjadi.

    “Di satu sisi, jumlah pengungsi menurun. Dan di sisi lain, menurut saya isu ini terlalu dilebih-lebihkan. Kebanyakan politisi lokal yang saya kenal mengatakan bahwa keadaan di sini tidak seburuk tahun 2014 atau 2015,” katanya. dalam wawancara dengan DW. “Tapi tetap saja, semua orang mengibarkan bendera putih.”

    Omid Nouripour menyatakan bahwa angka imigrasi bisa meningkat lagi dalam beberapa tahun mendatang.”Kami tahu bahwa situasi di Ukraina dapat menyebabkan lebih banyak pengungsi, dan kami melihat satu atau dua konflik di Timur Tengah dapat meningkat lebih jauh lagi.”

    Membentengi Mahkamah Konstitusi Federal

    Partai-partai politik di Jerman menyikapi kebangkitan partai ekstrem kanan Alternatif untuk Jerman, AfD, dengan memperkuat hambatan legislatif bagi campur tangan politik terhadap lembaga peradilan.

    AfD yang kini mengantongi dukungan 17 persen di Jerman berpeluang menghimpun mayoritas sederhana di masa depan, dan dengan begitu bisa mengubah UU terkait lembaga yudikatif. Sebab itu, Bundestag kini menyepakati syarat minimal mayoritas absolut alias dua pertiga untuk meloloskan perubahan penyelenggaraan atau struktur Mahkamah Konstitusi.

    “Saat ini kita sedang mendapat tekanan besar-besaran dari kelompok sayap kanan. Kita sedang mengalami adanya kekuatan di Jerman yang menganggap bahwa mayoritaslah yang selalu mengambil keputusan dan berhak menafsirkan. Dan sebagai politisi minoritas, saya hanya bisa mengatakan dengan jelas dan jelas, demokrasi yang baik juga mempertimbangkan kelompok minoritas.”

  • Serangan Siber Rusia Bikin Layanan Kementerian Kehakiman Ukraina Ditangguhkan, Tak Ada Data Bocor

    Serangan Siber Rusia Bikin Layanan Kementerian Kehakiman Ukraina Ditangguhkan, Tak Ada Data Bocor

    JAKARTA – Serangan siber Rusia terhadap sistem Kementerian Kehakiman Ukraina menyebabkan penutupan layanan online untuk pernikahan dan urusan lainnya. Pemerintah Ukraina menyebut tidak ada data yang bocor atau dicuri.

    “Rusia membutuhkan waktu beberapa bulan untuk mempersiapkan serangan siber tersebut,” kata Wakil Perdana Menteri Ukraina Olha Stefanishyna, yang juga menteri kehakiman, kepada wartawan dilansir Reuters, Jumat, 20 desember.

    Layanan online untuk pendaftaran pernikahan, mobil, kelahiran atau perubahan tempat tinggal di Ukraina ditangguhkan.

    “Serangan itu bertujuan untuk menimbulkan kepanikan di antara warga Ukraina dan orang-orang di luar negeri,” kata Stefanishyna.

    Departemen siber dinas keamanan Ukraina mengatakan penyelidikan utama pihaknya adalah kelompok peretas yang berafiliasi dengan intelijen militer Rusia (GRU) berada di balik serangan tersebut. Belum ada komentar dari Rusia.

    “Kebocoran data belum terkonfirmasi hingga saat ini. Pada tahap ini, semua registrasi ditangguhkan demi alasan keamanan,” ujar Stefanishyna.

    Diperlukan waktu hingga dua minggu untuk memulihkan layanan dasar.

    Hingga Jumat sore, situs web kementerian menyatakan sistem layanan sedang dalam pemeliharaan teknis.

    Baik Rusia dan Ukraina telah dilanda serangan siber terhadap infrastruktur mereka selama perang yang berlangsung selama 33 bulan. Operator jaringan seluler terbesar di Ukraina juga pernah diserang.

  • Ukraina Serang Rylsk Kursk Rusia dengan Roket AS HIMARS

    Ukraina Serang Rylsk Kursk Rusia dengan Roket AS HIMARS

    JAKARTA – Komite Investigasi Rusia menyebut serangan rudal Ukraina di Rylsk, Kursk, Rusia menewaskan banyak orang.

    Penjabat gubernur wilayah tersebut, Alexander Khinshtein, mengatakan Ukraina menembakkan roket HIMARS yang dipasok AS, merusak beberapa bangunan termasuk sekolah, pusat rekreasi, dan tempat tinggal pribadi.

    Tapi otoritas Rusia tak menyebut berapa jumlah korban tewas.

    “Saya memahami betapa sulitnya melihat kampung halaman dalam situasi sulit seperti ini,” tulis Khinshtein lewat saluran Telegram dilansir Reuters, Jumat, 20 Desember.

    “Tetapi kita akan mengatasinya bersama-sama. Semua bantuan yang diperlukan untuk para korban akan diberikan,” imbuhnya.

    Khinshtein mengatakan Ukraina terus menyerang daerah tersebut, sehingga mempersulit pergerakan pekerja darurat.

    Rylsk berjarak sekitar 16 mil (26 km) dari perbatasan dengan wilayah Sumy di Ukraina.

    Laporan yang belum dikonfirmasi oleh saluran Mash Telegram, yang dekat dengan penegak hukum Rusia, menyebutkan tujuh orang tewas dalam serangan rudal tersebut, termasuk satu anak.

    Pasukan Ukraina masih menguasai sebagian wilayah Kursk setelah menyerbu perbatasan dalam serangan mendadak pada 6 Agustus.

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam konferensi pers tahunannya pada Kamis, pasukan Ukraina bakal diusir dari Kursk.

    Ukraina menuduh Kyiv sengaja menargetkan warga sipil dalam serangan tersebut.

  • Perang Dunia 3 Bisa Batal, 2 Tokoh Besar Dunia Ini ‘Mau’ Bertemu

    Perang Dunia 3 Bisa Batal, 2 Tokoh Besar Dunia Ini ‘Mau’ Bertemu

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan, bahwa ia siap untuk berunding dengan Presiden terpilih AS Donald Trump. Bahkan, menurutnya mau berdiskusi “kapan saja”.

    Di samping itu, Trump sendiri telah menyerukan dimulainya negosiasi, yang memicu kekhawatiran di Ukraina bahwa ia dapat memaksa Kyiv untuk menerima perdamaian dengan persyaratan yang menguntungkan Moskow. Namun, ia sendiri baru akan resmi memimpin 20 Januari 2025.

    “Saya tidak tahu kapan saya akan menemuinya,” kata Putin dalam sebuah konferensi peras akhir tahun Kamis, dimuat AFP, Jumat (20/12/2024).

    “Ia tidak mengatakan apa pun tentang hal itu. Saya belum berbicara dengannya selama lebih dari empat tahun. Tentu saja saya siap untuk itu. Kapan saja,” tambahnya.

    “Jika kita pernah mengadakan pertemuan dengan Presiden terpilih Trump, saya yakin kita akan memiliki banyak hal untuk dibicarakan,” jelasnya lagi menambahkan Rusia bersiap untuk “negosiasi dan kompromi”.

    Sebelumnya kekhawatiran akan perang dunia 3 (PD 3) muncul setelah pemerintah Presiden AS saat ini Joe Biden, mengizinkan Ukraina memakai senjata Army Tactical Missile System (ATACMS) milik Wahington untuk menyerang ke dalam Rusia. Hal tersebut kemudian membuat Putin mengubah doktrin nuklir, di mana Rusia akan mempertimbangkan serangan nuklir jika negara itu atau sekutunya Belarusia, menghadapi agresi dengan penggunaan senjata konvensional yang menimbulkan ancaman kritis terhadap kedaulatan dan (atau) integritas teritorial mereka.

    Kemenangan Rusia & Rudal Balistik Hipersonik

    Di kesempatan yang sama, pria berusia 72 tahun itu mengatakan pasukannya kini memegang kendali di medan perang.

    Klaimnya itu datang setelah muncul laporan serangan Rusia di timur laut Ukraina telah menewaskan tiga orang, ketika Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin Uni Eropa (UE) di Brussels, Belgia.

    “Kami benar-benar akan mengusir mereka,” ujar Putin menyebut pasukan Ukraina.

    “Benar-benar. Tidak mungkin dengan cara lain. Namun, pertanyaan tentang tanggal tertentu, maaf, saya tidak dapat mengatakannya sekarang,” tambahnya saat seorang wanita dari wilayah medan perang utama, Kurk, menanyakan kapan ia bisa kembali ke rumah mereka di sana.

    Ia pun mengulangi ancamannya untuk menyerang Kyiv dengan rudal balistik hipersonik baru Rusia, Oreshnik. Menurutnya senjata itu akan membuktikan “duel teknologi tinggi” antara Barat dan Rusia untuk menguji pertahanan udara mana yang paling kebal.

    “Biarkan mereka menetapkan beberapa target untuk diserang, katakanlah di Kyiv,” katanya.

    “Mereka akan memusatkan semua pertahanan udara mereka di sana. Dan kami akan meluncurkan serangan Oreshnik di sana dan melihat apa yang terjadi,” tambahnya.

    Ekonomi Rusia

    Di kesempatan yang sama, Putin juga berbicara soal update ekonomi Rusia. Negeri itu kini menghadapi inflasi tinggi, di tengah peningkatan besar pengeluaran negara dan kekurangan tenaga kerja akibat konflik.

    “Situasinya stabil, meskipun ada ancaman eksternal dengan menyebutkan pengangguran yang rendah dan pertumbuhan industri,” klaimnya.

    “(Namun) inflasi merupakan sinyal yang mengkhawatirkan,” tambahnya menyebut harga untuk makanan seperti mentega dan daging “tidak menyenangkan”.

    Ia mengklaim sanksi Barat ke Rusia merupakan faktor meski, tegasnya, tidak memiliki “signifikansi utama”. Ia berharap bank sentral, yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga lagi pada hari Jumat untuk mendinginkan inflasi, akan mengambil keputusan yang “seimbang”.

    (pgr/pgr)

  • Perang Dunia 3 Bisa Batal, 2 Tokoh Besar Dunia Ini ‘Mau’ Bertemu

    Potret Terbaru Amukan Putin di Ukraina, Rusia Hujani Kyiv dengan Rudal

    Selain kerusakan material, serangan ini juga menimbulkan korban jiwa. Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko, mengonfirmasi bahwa setidaknya tujuh orang terluka akibat serangan tersebut, dengan empat di antaranya harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. (REUTERS/Valentyn Ogirenko)

  • 10 Negara yang Diprediksi Bisa Terseret Perang Dunia 3

    10 Negara yang Diprediksi Bisa Terseret Perang Dunia 3

    5. Ukraina

    Perang antara Rusia dan Ukraina berisiko berkembang menjadi Perang Dunia III jika Amerika Serikat dan sekutu NATO terlibat langsung. Ukraina kemungkinan akan bergabung dengan pakta pertahanan NATO untuk menghadapi ancaman Moskow.

    6. China

    China berpotensi perang dengan AS dan negara-negara lain yang mendukung Taiwan jika Beijing menginvasi Taipei. Mengingat China dan AS sebagai negara kekuatan nuklir, potensi perang atom juga tak terhindarkan.

    Kemudian Medan Perang Laut China Selatan. China lagi-lagi berpotensi perang dengan AS yang akan membela Filipina jika Beijing dan Manila berperang terkait sengketa wilayah Laut Cina Selatan. Menurut Prof. Li Wei, pakar hubungan internasional, jika China melanjutkan kebijakan agresinya di Taiwan, kita mungkin akan melihat keterlibatan besar dari AS dan sekutunya.

    7. Korea Utara

    Korea Utara berpotensi perang dengan AS dan sekutunya jika pionnya menyerang Korea Selatan menggunakan senjata nuklir. Sebaliknya, Korea Utara juga didukung oleh Rusia dan China.

    Mengutip dari Journal Global Security Studies, Korea Utara memiliki potensi untuk menunjukkan konflik berskala besar yang melibatkan banyak negara, terutama jika mereka melakukan provokasi yang salah.

    8. Korea Selatan

    Korea Korea Selatan didukung AS dan sekutunya jika kembali berperang melawan Korea Utara. Amerika Serikat dan Korea Selatan telah beraliansi untuk menghadapi ancaman dari Korea Utara.

    AS juga melakukan latihan gabungan militer dengan Korea Selatan untuk memperkuat keamanan dan pertahanan. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta para anggotanya untuk mendukung Republik Korea dan pasukan Amerika segera dikirim ke Korea Selatan.

    9. Taiwan

    Taiwan bisa bergabung dengan AS dan sekutunya jika diinvasi China, dan konflik seketika berubah menjadi Perang Dunia Tiga. Taiwan bukan hanya masalah regional, itu adalah isu global yang dapat memicu ketegangan militar antara kekuatan besar.

    10. Filipina

    Mengutip dari Southeast Asian Studies Journal, Filipina dengan sokongan AS dan sekutunya bisa terseret dalam Perang Dunia Tiga melawan Chinae untuk memperbutkan wilayah sengketa di Laut China Selatan. Filipina sebagai sekutu AS, dapat terjebak dalam ketegangan yang meningkat di Laut China Selatan, yang dapat menarik negara-negara besar ke dalam konflik.

     

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Niat Erdogan Habisi ISIL dan Pejuang Kurdi di Suriah, Termasuk Militan yang Dibela AS – Halaman all

    Niat Erdogan Habisi ISIL dan Pejuang Kurdi di Suriah, Termasuk Militan yang Dibela AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada hari Jumat (19/12/2024), sudah waktunya untuk menghancurkan kelompok teroris yang menimbulkan ancaman terhadap kelangsungan hidup Suriah.

    Kelompok yang dimaksud adalah kelompok militan Negara Islam Irak dan Syam (ISIL) dan pejuang Kurdi, Agence France-Presse melaporkan.

    “Daesh, PKK dan afiliasinya — yang mengancam kelangsungan hidup Suriah — harus diberantas,” katanya kepada wartawan saat kembali dari pertemuan puncak di Kairo, menggunakan akronim bahasa Arab untuk ISIL.

    “Sudah saatnya menetralisir organisasi teroris yang ada di Suriah.”

    Turki memandang Pasukan Demokratik Suriah (SDF) sebagai organisasi teror karena didominasi oleh Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), kelompok Kurdi yang dikatakan terkait dengan militan terlarang Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang telah berperang selama puluhan tahun di tanah Turki.

    Namun pasukan yang didukung AS memimpin pertempuran melawan militan ISIS di Suriah pada tahun 2019, dan SDF dipandang oleh Amerika Serikat sebagai pasukan yang “penting” untuk mencegah kebangkitan ISIS di wilayah tersebut.

    Erdoğan mengatakan pemerintahnya mengambil “tindakan pencegahan” terhadap kelompok-kelompok yang menimbulkan ancaman bagi Turki.

    “Tidak mungkin bagi kami untuk menerima risiko seperti itu,” katanya, sambil berharap para pemimpin baru Suriah tidak akan memilih untuk bekerja sama dengan mereka.

    “Kami tidak yakin ada kekuatan yang akan terus bekerja sama dengan organisasi teroris di masa mendatang,” katanya.

    “Pimpinan organisasi teroris seperti ISIS dan PKK-YPG … akan dihancurkan dalam waktu sesingkat mungkin,” ia memperingatkan.

    Erdoğan juga mengatakan diplomat utamanya Hakan Fidan akan segera mengunjungi Damaskus, mengikuti jejak kepala mata-mata İbrahim Kalın yang pergi ke ibu kota Suriah hanya empat hari setelah jatuhnya Assad dan bertemu dengan pimpinan Hayat Tahrir al-Sham (HTS).

    Eks Orang Nomor 2 Iran

    Mantan Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan masa depan Suriah kini rumit dan tak menentu setelah rezim Bashar al-Assad diambrukkan oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham.

    Eks orang nomor dua di Iran itu mengklaim HTS memiliki kesamaan dengan Al-Qaeda dan Daesh (ISIS), dua kelompok yang secara luas dianggap sebagai teroris.

    Di samping itu, dia berujar “tampilan demokratis” HTS saat ini hanya sementara. Oleh karena itu, dia memprediksi Suriah nantinya akan menghadapi masa-masa sulit.

    Rouhani mengklaim Suriah bisa saja kembali menjadi markas Daesh dan Al-Qaeda. Hal itu juga bisa mengancam Lebanon dan Irak.

    “Apa yang terjadi di Suriah direncanakan berbulan-bulan sebelumnya dan bukan sekadar hasil dua atau tiga minggu perencanaan,” kata Rouhani saat rapat hari Rabu, (18/12/2024), dikutip dari IRNA.

    “Kenyataannya ialah bahwa perang Suriah melawan Daesh dan teroris lainnya tetap tidak terselesaikan karena kengototan Turki untuk menghentikan operasi di Kota Idlib, tempat para teroris berkumpul.”

    Presiden Hassan Rouhani berbicara kepada media setelah memberikan suaranya di tempat pemungutan suara di ibukota Teheran. Iran, Jumat (21/02/2020) (AFP)

    Dia mengatakan belakang ini Rusia terpaksa mengabaikan atau meninggalkan Suriah karena memfokuskan perang di Ukraina.

    “Turki, Amerika Serikat, Israel, dan Qatar memanfaatkan situiasi ini dan beberapa negara Arab bergabung dengan mereka, memunculkan situasi baru di Suriah.”

    Selain itu, dia juga memperingatkan ancaman dari musuh besar Iran, yakni Israel.

    Rouhani mengutip penyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyebutkan bahwa perimbangan kekuatan di Timur Tengah akan berubah drastis.

    Menurut dia, pernyataan Netanyahu itu menunjukkan bahwa Israel ingin menyeret Iran ke dalam perang, tetapi gagal karena adanya kebijaksanaan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatolah Ali Khamenei.

    Dia kemudian menyinggung pentingnya memperbarui strategi-strategi Iran.

    “Strategi yang kuat tidaklah mencukupi, strategi itu harus dikembangkan ketika diperlukan.”

    Hubungan HTS dengan Al-Qaeda

    Dikutip dari BBC, HTS berawal dari organisasi bernama Jabhat al-Nusra yang dibentuk tahun 2011. Kelompok itu terafiliasi langsung dengan Al-Qaeda.

    HTS dianggap sebagai salah satu kelompok oposisi terkuat yang melawan Presiden Bashar al-Assad.

    Kelompok itu dimasukkan dalam daftar kelompok teroris oleh PBB, AS, Turki, dan negara lain.

    Akan tetapi, pemimpin HTS yang dikenal sebagai Abu Mohammed al-Jolani memutuskan hubungan dengan Al-Qaeda.

    Dia membubarkan Jabhat al-Nusra kemudian membentuk organisasi baru bernama Hayat Tahrir al-Sham. Faksi-faksi lain bergabung dengan HTS setahun berselang.

    Pada saat itu mencul keraguan apakah HTS benar-benar sudah terputus dari Al-Qaeda. Akan tetapi, pesan-pesan yang disampaikan HTS menandakan bahwa kelompok itu menolak kekerasan ataupun balas dendam.

    Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Abu Mohammad al-Jolani (Daily News Egypt)

    Iran: AS dan Israel dalang di balik tumbangnya Assad

    Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menuding AS dan Israel berada di balik runtuhnya pemerintahan Assad.

    Dia juga mengklaim intelijen Iran sudah memberi tahun pemerintahan Assad mengenai potensi adanya serangan selama tiga bulan.

    Intel Iran memprediksi para pemuda Suriah pada akhirnya akan merebut Suriah dari tangan Assad.

    “Tak ada keraguan bahwa apa yang terjadi di Suriah adalah hasil rencana Amerika dan Zionis. Ya, pemerintahan tetangga di Iran jelas berperan dalam hal ini, dan masih berperan, semua melihatnya, tetapi konspirator utama, dalang, dan pusat komando berada di rezim Amerika dan Zionis,” kata Khamenei hari Rabu dikutip dari The Guardian.

    Dia bahkan mengklaim memiliki bukti keterlibatan AS dan Israel.

    The Guardian menyebut “pemerintahan tetangga” yang disebut Khamanei barangkali merujuk kepada Turki. Turki memainkan peran penting dalam mendukung pasukan oposisi di Suriah.

    “Biarkan semua orang tahu bahwa situasi ini tidak akan tetap seperti ini. Kenyataan bahwa beberapa orang di Damaskus merayakannya, menari, dan mengganggu rumah warga lainnya saat rezim Zionis mengebom Suriah, memasuki wilayahnya dengan tank dan artileri, tidak bisa diterima.

    Khamenei mengatakan para pemuda Suriah pasti nantinya bisa mengatasi situasi tersebut.

    (Tribunnews/ Chrysnha, Febri)