Negara: Ukraina

  • Kronologi Polisi Tangkap Roman Nazarenko, Otak Lab Narkoba di Bali

    Kronologi Polisi Tangkap Roman Nazarenko, Otak Lab Narkoba di Bali

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri telah menangkap pengendali laboratorium narkoba di Bali asal Ukraina, yakni Roman Nazarenko (RN).

    Dirtipid Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Mukti Juharsa mengatakan Roman ditangkap saat hendak melakukan penerbangan ke Dubai setelah melarikan diri ke Thailand selama 109 hari.

    “Kita ketahui bahwa Roman atau RN ini adalah sebagai pengendali. Dia mengendalikan [lab narkoba di Bali]. Dia lari dari bulan Mei selama 109 hari dia berada di Thailand,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (23/12/2024).

    Adapun, penangkapan ini berhasil dilakukan setelah Polri bekerja sama dengan kepolisian Thailand atau Royal Thai Police. 

    Roman ditangkap di Bandara Thailand pada Kamis (19/12/2024). Kemudian, Polri memastikan untuk bisa melakukan penjemputan pada Jumat (20/12/2024). Baru, pada Sabtu (21/12/2024) Roman diterbangkan ke Indonesia.

    Berdasarkan perannya, Roman merupakan otak dari lab narkoba di Bali, mulai dari pemesanan barang lab hingga merancang lab terselubung di Bali.

    Atas perbuatannya, Roman dipersangkakan Pasal 114 Undang-undang Narkotika dengan ancaman hukuman mati dan denda hingga Rp 10 miliar.

    “Adapun pasal yang dilanggar adalah pasal 114, subsider 112, subsider 127. Ancaman hukumannya mati, minimal 5 tahun dengan denda 10 miliar rupiah,” pungkas Mukti.

    Sebagai informasi, peristiwa penangkapan ini berhubungan dengan pengungkapan kasus laboratorium ganja hidroponik dan ekstasi pada Mei 2024 di Bali.

    Dalam kasus ini, Bareskrim telah menyita alat cetak ekstasi, hidroponik ganja 9,7 kg, mephedrone 437 gram, bahan kimia dan sejumlah peralatan pembuatan narkotika.

    Sebelumnya, Bareskrim juga telah menetapkan tiga tersangka WNA dalam kasus ini yakni IV, MV dan KK. Dua tersangka IV dan MW, berperan sebagai pembuat dan pemilik lab, sementara KK berperan memasarkan hasilnya.

  • Trump Ungkap Segera Bertemu Putin untuk Akhiri Perang Ukraina-Rusia

    Trump Ungkap Segera Bertemu Putin untuk Akhiri Perang Ukraina-Rusia

    Jakarta

    Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengungkap komunikasi terbarunya dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Trump mengatakan Putin mengajaknya bertemu dalam waktu dekat.

    “Presiden Putin mengatakan bahwa dia ingin bertemu dengan saya sesegera mungkin,” kata Trump dilansir Anadolu Agency, Senin (22/12/2024).

    Pernyataan itu disampaikan Trump dalam pidatonya di Arizona pada Minggu (22/12) waktu setempat. Trump mengatakan Putin ingin bertemu untuk membahas perang Rusia dan Ukraina.

    “Kita harus menunggu ini, tapi kita harus mengakhiri perang itu. Perang itu mengerikan, mengerikan,” kata Trump.

    Perang Rusia-Ukraina menjadi salah satu topik yang diangkat Trump dalam kampanyenya di Pilpres AS 2024. Trump berjanji akan mengakhiri perang kedua negara tersebut dalam 24 jam jika ia terpilih sebagai Presiden AS.

    “Jumlah tentara yang terbunuh… Ini adalah pesawat datar, dan pelurunya melesat, dan ada peluru yang kuat, senjata yang kuat. Satu-satunya hal yang akan menghentikan mereka adalah tubuh manusia,” kata Trump dalam pidatonya.

    Trump akan kembali ke Gedung Putih sebagai Presiden Amerika Serikat pada bulan Januari 2025. Di awal bulan ini, Trump telah bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Paris bersama dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

    (ygs/ygs)

  • Trump Buka Peluang Bertemu Putin untuk Akhiri Perang Rusia-Ukraina

    Trump Buka Peluang Bertemu Putin untuk Akhiri Perang Rusia-Ukraina

    Jakarta, CNN Indonesia

    Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump membuka peluang bertemu Presiden Rusia, Vladimir Putin pada awal pemerintahannya untuk mengakhiri perang Rusia dengan Ukraina.

    Berbicara di depan para pendukungnya pada acara Turning Point USA, Trump ingin mengakhiri perang Rusia-Ukraina sebagai ‘salah satu hal yang harus dilakukan segera’, yang dimulai pada awal pemerintahannya berjalan.

    “Salah satu hal yang ingin saya lakukan, dan harus segera dilakukan – dan Presiden Putin mengatakan bahwa dia ingin bertemu dengan saya secepat mungkin, jadi kami harus menunggu ini (proses pelantikan) – tapi kami harus menghentikan peperangan yang terjadi,” ujar Trump, dikutip dari CNN.

    Pada minggu lalu bukan ini, Putin juga pernah menyampaikan bahwa dirinya “bersedia” untuk bertemu dan berbicara dengan Trump.

    Trum memang sudah berulang kail menyatakan ingin mengakhiri perang antara Rusian dan Ukraina dengan secara terbuka ingin berunding dengan Putin untuk mencari solusi dalam menyelesaikan konflik.

    Trump dan Putin dikenal dekat sejak calon presiden asal Republik itu memimpin AS pada 2017-2021.

    Rusia memang telah mempercepat gerakannya di seluruh Ukraina timur dalam beberapa bulan terakhir. Mereka ingin mengamankan sebanyak mungkin wilayah sebelum Presiden terpilih AS Donald Trump berkuasa pada Januari 2025.

    Partai Republik telah berjanji segera mengakhiri konflik yang telah berlangsung hampir tiga tahun antara Rusia dan Ukraina.

    Tentara Rusia mengklaim telah merebut lebih dari 190 pemukiman Ukraina tahun ini. Sementara itu, Kyiv terus berjuang mempertahankan garis pertahanan dalam menghadapi kekurangan tenaga kerja dan amunisi.

    (CNN/fra)

    [Gambas:Video CNN]

  • Tanpa Gencatan Senjata saat Natal, Zelensky Tuduh Hungaria Sok-sokan, Harapan Paus Fransiskus Pupus – Halaman all

    Tanpa Gencatan Senjata saat Natal, Zelensky Tuduh Hungaria Sok-sokan, Harapan Paus Fransiskus Pupus – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Paus Fransiskus menyerukan gencatan senjata di semua zona perang pada Malam Natal nanti.

    Ia mengutuk kekejaman pemboman sekolah dan rumah sakit di Ukraina dan Gaza.

    Pidato Paus dikutip oleh kantor berita AP , sebagaimana dilaporkan oleh European Pravda, berharap, agar senjata tidak bersuara dan lagu-lagu Natal dikumandangkan.

    “Marilah kita berdoa agar pada hari Natal akan ada gencatan senjata di semua medan perang, di Ukraina, di Tanah Suci, di seluruh Timur Tengah, dan di seluruh dunia,” kata Paus.

    Fransiskus, seperti yang sering dilakukannya, mengenang penderitaan Ukraina, yang terus dirundung oleh serangan terhadap kota-kota yang “kadang-kadang merusak sekolah, rumah sakit, dan gereja.”

    Ia juga mengungkapkan kesedihannya saat berbicara tentang Gaza, “atas kekejaman tersebut, penembakan anak-anak dengan senapan mesin, pemboman sekolah dan rumah sakit.”

    Sementara itu, Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban baru-baru ini meningkatkan upayanya untuk membangun “gencatan senjata Natal” antara Ukraina dan Rusia.

    Hal itu direspons oleh Kementerian Luar Negeri Ukraina yang meminta Hungaria untuk menahan diri dari memanipulasi perang di Ukraina.

    Khususnya terkait usulan gencatan senjata Natal.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Heorhii Tykhyi, memberikan penegasan.

    “Tidak ada “gencatan senjata Natal” yang nyata di atas meja” dan bahwa usulan yang dituduhkan tersebut “hanya sekadar aksi humas oleh pihak Hungaria.”

    Ketegangan antara Kyiv dan Budapest meningkat setelah Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban menelepon penguasa Kremlin Vladimir Putin minggu lalu.

    Setelah itu, Orban mengatakan bahwa ia telah mengusulkan gencatan senjata dan pertukaran tawanan perang skala besar antara Kyiv dan Moskow untuk Natal tetapi mengklaim bahwa Presiden Volodymyr Zelenskyy telah menolak gagasan tersebut.

    Kyiv menekankan bahwa pihaknya pertama kali mengetahui usulan “gencatan senjata” dari laporan media, karena pihak Hungaria belum mengomunikasikannya secara langsung.

    Sebelumnya, Presiden Zelenskyy mengkritik upaya Orban untuk menampilkan dirinya sebagai “mediator” dalam “penyelesaian” perang Rusia-Ukraina.

    Ancaman Rudal Rusia

    Defence Blog memberitakan, saat negara-negara Barat terus memperdebatkan hak Ukraina untuk menyebarkan rudal balistik dan jelajah jarak pendek untuk pertahanan diri, Rusia memperluas persenjataan mereka, mempersenjatai diri dengan rudal jarak jauh canggih dan bahkan senjata nuklir taktis.

    Kontras yang mencolok ini telah menjadi masalah mendesak bagi Ukraina, yang terus-menerus diserang rudal yang diluncurkan Rusia dan serangan udara yang berasal dari pangkalan di dekat perbatasan.

    Selama berbulan-bulan, Ukraina telah meminta persetujuan Barat untuk menggunakan rudal balistik jarak pendek dan rudal jelajah canggih untuk menargetkan pangkalan perbatasan Rusia.

    Lokasi-lokasi ini merupakan pusat penting untuk meluncurkan serangan udara dan serangan rudal balistik terhadap kota-kota dan infrastruktur Ukraina.

    Meskipun ancaman terus-menerus ada, diskusi di Barat berjalan lambat, sering kali dibatasi oleh masalah politik dan logistik.

    “Negara-negara demokrasi yang lemah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk berdebat apakah akan mengizinkan Ukraina menggunakan ATACMS dan Taurus. Sementara itu, negara-negara otoriter dengan mudah mengubah Belarus menjadi proksi nuklir dan bersiap untuk menyerang Ukraina dengan rudal balistik jarak menengah Korea Utara,” tulis Oleksandr Arhat, salah satu pendiri Militarnyi, di platform media sosial X.

    Rusia semakin bergantung pada kemitraan dengan rezim sekutu untuk memperkuat persenjataannya.

    Salah satu contoh penting adalah Belarus, tempat senjata nuklir taktis yang dirancang untuk digunakan dengan sistem rudal Iskander telah dikerahkan.

    Moskow juga telah mengumumkan rencana untuk memasok Belarus dengan rudal balistik jarak menengah RS-26 Oreshnik pada tahun 2025, sebuah perkembangan yang dapat mengancam negara Eropa mana pun.

    Bersamaan dengan itu, Rusia telah menerima sistem rudal taktis dari Korea Utara, termasuk KN-23—yang juga dikenal sebagai Hwasong-11—yang telah digunakan secara luas terhadap target-target Ukraina.

    Andrii Cherniak, seorang perwakilan dari Direktorat Intelijen Pertahanan Ukraina, melaporkan bahwa Rusia telah meluncurkan sekitar 60 rudal Korea Utara selama invasi skala penuhnya ke Ukraina.

    Laporan terbaru dari Militarnyi mengindikasikan bahwa Rusia mungkin telah memperoleh rudal balistik jarak menengah KN-15 Pukguksong-2 milik Korea Utara.

    Sistem berkemampuan nuklir ini, yang terlihat di Oblast Tyumen, Rusia, diperkirakan memiliki jangkauan 2.000 kilometer, yang berpotensi menimbulkan ancaman jauh melampaui batas Ukraina.

    Ketimpangan dalam kemampuan rudal menyoroti ketidakseimbangan yang semakin besar.

    Sementara permintaan Ukraina untuk sistem Barat yang canggih seperti rudal Tomahawk dan Taurus masih dalam pertimbangan, rezim otokratis dengan cepat meningkatkan kemampuan ofensif mereka. Dinamika ini berisiko tidak hanya melemahkan upaya pertahanan Ukraina tetapi juga mengganggu stabilitas lanskap keamanan Eropa yang lebih luas.

    Seiring berkembangnya situasi, negara-negara demokrasi Barat harus bergulat dengan konsekuensi keputusan yang tertunda sementara negara-negara otoriter terus bertindak dengan impunitas relatif.

    (Tribunnews.com/Chrysnha)

  • Cara Baru Ukraina Samai Rusia, Pakai Robot Walau Kalah Jumlah dari Pasukan Putin – Halaman all

    Cara Baru Ukraina Samai Rusia, Pakai Robot Walau Kalah Jumlah dari Pasukan Putin – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Angkatan Bersenjata Ukraina melakukan serangan darat tanpa mengerahkan infanteri, hanya mengandalkan kendaraan darat tak berawak (UGV) dan drone pandangan orang pertama (FPV) untuk pertama kalinya.

    Operasi terobosan terjadi di dekat Lyptsi di wilayah Kharkiv, menurut siaran pers dari Brigade ke-13 Garda Nasional Ukraina.

    Serangan itu melibatkan puluhan sistem robot yang dilengkapi dengan senapan mesin, yang digunakan untuk menyerang posisi Rusia.

    UGV juga melakukan tugas-tugas teknik penting, seperti memasang dan membersihkan ranjau di area operasional.

    Juru bicara brigade Ukraina yang beroperasi di arah Kharkiv mengonfirmasi keberhasilan operasi tersebut.

    “Pasukan Ukraina melancarkan serangan dengan puluhan UGV yang dilengkapi senapan mesin dan berhasil menghancurkan posisi Rusia selama serangan tersebut,” kata juru bicara tersebut dikutip dari Defence Blog.

    Ini menandai salah satu contoh pertama dalam sejarah manusia di mana konflik bersenjata bergantung sepenuhnya pada sistem robotik untuk serangan darat, yang menunjukkan komitmen Ukraina untuk memanfaatkan teknologi canggih dalam upaya pertahanannya.

    Meningkatnya ketergantungan Ukraina pada robotika merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk mengatasi keterbatasan tenaga kerjanya, berbeda dengan pendekatan Rusia yang ditandai dengan tingginya angka korban dan serangan massal.

    Pejabat Ukraina sering menekankan pentingnya peperangan asimetris dan inovasi teknologi untuk mengimbangi kesenjangan ini.

    Ukraina lebih mengandalkan robotika untuk menyamai jumlah pasukan Rusia yang sangat banyak.

    Pendekatan ini dirancang untuk melawan taktik Rusia, yang telah disamakan dengan serangan gelombang manusia dalam Perang Korea dan Perang Dunia II.

    Zona Abu-abu

    Vadym Krykun, komandan Batalyon ke-5 Brigade Azov ke-12 Ukraina, mengatakan kepada Radio NV bahwa menciptakan “zona abu-abu” di sepanjang garis depan untuk melenyapkan penjajah Rusia menggunakan pesawat tak berawak merupakan tujuan strategis.

    Dalam wawancara dengan Radio NV, Krykun menjelaskan, unit Azov telah membangun zona seperti itu, mencegah pasukan Rusia mendekati unit infanteri dengan mendeteksi dan menghancurkan mereka.

    “Saya yakin ini adalah sebuah keharusan. Ini bukan lagi sesuatu yang baru atau inovasi, tetapi sebuah persyaratan. Perang adalah tentang evolusi — Anda menggunakan apa yang berhasil dan memberikan hasil. Menyebarkan drone dengan cara ini efektif. Menciptakan zona ini mengurangi ketergantungan pada faktor manusia sampai batas tertentu, dan itu membuahkan hasil. Haruskah pendekatan ini diperluas ke unit dan lini lain? Saya pikir ini menjadi tugas strategis kita,” kata Krykun.

    Ia juga menekankan bahwa drone dapat mengimbangi “kekurangan dan kekurangan tenaga kerja.”

    Sebelumnya, analis militer Azerbaijan Agil Rustamzade mengatakan kepada NV bahwa untuk secara efektif melawan taktik Rusia yang bergerak maju dalam kelompok kecil, Ukraina membutuhkan “senjata jarak dekat” seperti senapan mesin kaliber NATO dan peluncur granat genggam.

     Ia juga mencatat bahwa menggunakan pesawat nirawak kamikaze untuk menargetkan musuh secara individu sangatlah mahal.

    Keinginan Damai

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada hari Minggu (22/12/2024) menyampaikan pidato di hadapan para diplomat negaranya di ibu kota Kyiv, dan mengatakan bahwa mereka harus melakukan segala hal untuk menjadikan tahun depan sebagai “tahun perdamaian yang adil” bagi Ukraina.

    “Kita membutuhkan perdamaian yang adil, dan setiap orang dari Anda harus bekerja keras untuk mencapai tujuan ini… Tahun mendatang akan menjadi tahun yang menentukan dalam hal misi ini. Kita harus melakukan segalanya untuk menjadikan tahun 2025 sebagai tahun perdamaian yang adil bagi Ukraina,” kata Zelenskyy, dikutip dari AA.

    Menyatakan bahwa banyak perubahan akan terjadi dalam urusan internasional setelah pelantikan Presiden terpilih AS Donald J. Trump pada bulan Januari, Zelenskyy mencatat bahwa pemilihan umum juga akan diadakan di “beberapa negara utama” seperti Jerman dan Polandia.

    Zelenskyy berpendapat keseimbangan kekuatan di banyak kawasan seperti Timur Tengah, Teluk, Afrika Utara, Sahel, dan Amerika Latin terus berubah, dan sangat penting untuk memajukan kepentingan Ukraina dalam hubungan dengan China, India, dan negara Asia lainnya, serta memperdalam hubungan dengan Jepang dan Korea Selatan.

    Presiden Ukraina selanjutnya menguraikan keanggotaan negaranya di Uni Eropa dan NATO sebagai prioritas utama untuk tahun mendatang, seraya mencatat bahwa ia mengharapkan “kemajuan substansial lebih lanjut” berkenaan dengan kerja sama Kyiv dengan NATO.

    “Para mitra perlu memahami apa yang dapat ditawarkan Ukraina kepada Aliansi, mengapa hal ini akan menguntungkan semua pihak, dan bagaimana hal ini akan menstabilkan hubungan global. Aliansi untuk Ukraina dapat dicapai, tetapi hanya jika kita memperjuangkan keputusan ini di setiap level yang diperlukan,” imbuh Zelenskyy.

    Ia mengatakan bahwa sanksi terhadap Moskow harus tetap dilaksanakan “selama kita perlu mempertahankan tekanan terhadap Rusia.”

    (Tribunnews.com/ Chrysnha)

  • WN Ukraina Otak Lab Narkoba di Bali Juga Bakal Dijerat Pasal Pencucian Uang

    WN Ukraina Otak Lab Narkoba di Bali Juga Bakal Dijerat Pasal Pencucian Uang

    Jakarta

    Bareskrim Polri berhasil menangkap warga negara Ukraina, Roman Nazarenco, yang berperan sebagai otak serta pengendali pabrik narkoba pada salah satu vila di Bali. Polisi juga akan menerapkan pasal Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) kepada Roman.

    “Kan saya bilang namanya bandar, kita akan (terapkan pasal tindak pidana pensucian uang) TPPU-kan,” kata Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Mukti Juharsa dalam jumpa pers di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Minggu (22/12/2024).

    Mukti menegaskan Roman memiliki peran vital dalam sindikat narkoba itu. Roman, kata Mukti, merupakan otak di balik berjalannya lab narkoba di Bali yang berhasil dibongkar Bareskrim pada Mei 2024 lalu.

    “Kita ketahui bahwa Roman atau RN ini adalah sebagai pengendali. Ini adalah dedengkotnya atau biang keladinya,” sebut Mukti.

    “Dia yang mengendalikan cara pembuatan dari mulai dia bikin laboratorium sampai dia juga yang mesan barang. Dia juga yang membuat basement ya, karena vila kan beda tuh, waktu di Bali ada vila yang tanpa basement tapi dia ada basement di dalam sendiri, underground. Itulah mereka yang merancang,” jelasnya.

    Jenderal Polisi bintang satu ini mengatakan Roman sudah melarikan diri tujuh bulan lamannya. Warga negara Ukraina itu tidak ada di lokasi saat polisi berhasil membongkar pabrik narkoba yang dikendalikannya pada Mei lalu.

    Pelarian Roman berhenti saat akan pergi dari Thailand ke Dubai. Roman saat itu diamankan oleh pihak imigrasi.

    “Begitu dia akan berangkat dari Thailand menuju ke Dubai, alhamdulillah bisa diamankan oleh Imigrasi. Dan dari Hubinter beserta kami turut semua langsung ke Thailand untuk menjemput pelaku ini,” imbuh Mukti.

    (ond/ygs)

  • Warga Ukraina Pengendali Laboratorium Narkotika di Bali Terancam Hukuman Mati

    Warga Ukraina Pengendali Laboratorium Narkotika di Bali Terancam Hukuman Mati

    Tangerang, Beritasatu.com – Roman Nazarenko (RN), warga negara Ukraina pengendali laboratorium narkotika rahasia atau clandestine lab di Kabupaten Badung, Bali, terancam pasal berlapis dengan pidana hukuman mati atau penjara seumur hidup.

    Roman Nazarenko telah tiba di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten pada Minggu (22/12/2024) pukul 18.30 WIB, setelah ditangkap oleh kepolisian Thailand di Bandara U-Tapao Rayong pada Kamis (19/12/2024) saat hendak terbang ke Dubai.

    Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Pol Mukti Juharsa mengungkapkan, RN dikenai pasal berlapis, termasuk Pasal 114 ayat (2) subsider Pasal 113 ayat (2) dan subsider Pasal 112 ayat (2) junto Pasal 132 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

    “Ancaman hukumannya adalah hukuman mati atau penjara seumur hidup” kata Mukti Juharsa, Minggu (22/12/2024).

    Selain itu, Roman Nazarenko juga akan dijerat dengan Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) karena perannya sebagai pemodal dan pengendali utama dalam laboratorium narkotika di Bali.

    “Sebagai bandar, dia akan kami kenakan TPPU,” tegas Mukti.

    Menurut Mukti, RN bertanggung jawab atas pembangunan fasilitas laboratorium di basement sebuah vila di Bali, mendanai operasional, serta mengendalikan dua kurir narkoba yang sebelumnya telah ditangkap.

    “Selama pelariannya, tersangka diketahui bersembunyi di Bangkok selama tiga setengah bulan,” kata Mukti perihal pelarian pengendali laboratorium narkotika di Bali.

  • WN Ukraina Pengendali Laboratorium Narkoba di Bali Terancam Maksimal Hukuman Mati

    WN Ukraina Pengendali Laboratorium Narkoba di Bali Terancam Maksimal Hukuman Mati

    WN Ukraina Pengendali Laboratorium Narkoba di Bali Terancam Maksimal Hukuman Mati
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Direktur Tindak Pidana (Dirtipid) Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Mukti Juharsa menyebut, warga negara (WN) Ukraina, Roman Nazarenco yang ditangkap di Bandara Bangkok, Thailand terancam maksimal hukuman mati.
    Mukti mengatakan, Roman merupakan otak, pemodal, dan pengendali
    clandestine laboratory
    atau laboratorium narkoba di
    basement
    sebuah vila di Canggu, Bali.
    Tindakan Roman melanggar Pasal 114 subsidair Pasal 112 dan subsidair Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
    “Ancaman hukumannya mati, minimal 5 tahun dengan denda Rp 10 miliar,” kata Mukti dalam konferensi pers di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Minggu (22/12/2024).
    Adapun Ayat (2) Pasal 114 menyatakan, setiap orang yang menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau menerima narkotika golongan I sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 kilogram atau melebihi 5 batang pohon, atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 gram, dipidana dengan hukuman mati, penjara seumur hidup, atau penjara paling singkat 6 tahun dan maksimal 20 tahun.
    Mukti menuturkan, Roman kabur ke Thailand sejak Mei lalu ketika Polri menggerebek
    laboratorium narkoba di Bali
    .
    Ia bersembunyi di negeri gajah putih itu selama 109 hari.
    Roman kemudian hendak berpindah ke Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), melalui bandara di Bangkok.
    Namun, pelariannya harus berakhir karena ditangkap petugas Imigrasi Thailand.
    Pihak Mabes Polri kemudian menerima informasi terkait penangkapan ini dan menjemput Roman di Thailand.
    “Kita ketahui bahwa Roman atau RN ini adalah sebagai pengendali. Dia mengendalikan,” ujar Mukti.
    Sebelumnya, Mabes Polri menggerebek
    clandestine laboratory
    di Bali pada Kamis (2/5/2024).
    Lokasi laboratorium itu berada di bawah atau basement sebuah vila.
    Polri kemudian menetapkan sejumlah tersangka, yakni empat WNA asal Ukraina: Ivan Volovod (IV), Mikhayla Volovod (MV), Roman Nazarenco (RN), dan OK; seorang WN Rusia, KK; dan warga negara Indonesia (WNI), LM.
    RN, OK, dan satu WNI kemudian masuk dalam DPO.
    Laboratorium itu digunakan sebagai tempat memproduksi ganja dan ekstasi.
    Para pelaku diduga mengantongi uang panas hingga miliaran rupiah.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Warga Ukraina Pengendali Laboratorium Narkotika di Bali Terancam Hukuman Mati

    Polri Ungkap Peran Roman Nazarenko sebagai Pengendali Laboratorium Narkotika Bali

    Tangerang, Beritasatu.com – Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri mengungkapkan, Roman Nazarenko (RN), warga negara Ukraina yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) dan ditangkap di Thailand merupakan pengendali dalam kasus laboratorium narkotika rahasia atau clandestine lab di Kabupaten Badung, Bali.

    Dirtipid Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Pol Mukti Juharsa menyampaikan, Roman Nazarenko merupakan pelaku yang memodali praktik clandestine lab di Bali.

    “Dia pelaku yang memodali, termasuk pengendali semua,” kata Mukti Juharsa di Tangerang, Minggu (22/12/2024) malam. 

    Dikatakan Mukti, RN yang menyiapkan basement di vila Bali serta mengendalikan kurir narkoba yang sebelumnya telah berhasil diamankan. 

    Roman Nazarenko yang masuk dalam DPO sejak Mei 2024 ditangkap oleh kepolisian Thailand di Bandara U-Tapao Rayong pada Kamis (19/12/2024) saat hendak terbang ke Dubai. 

    Setelah menjalani perjalanan dari Bangkok, Thailand, pengendali laboratorium narkotika di Bali itu tiba di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten pada Minggu (22/12/2024) pukul 18.30 WIB untuk menjalani proses hukum sesuai undang-undang yang berlaku.

  • Polri Bawa DPO Pengendali Laboratorium Narkotika Bali dari Thailand

    Polri Bawa DPO Pengendali Laboratorium Narkotika Bali dari Thailand

    Tangerang, Beritasatu.com – Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri telah membawa pria berinisial RN, warga negara asing (WNA) asal Ukraina yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) karena diduga sebagai pengendali praktik clandestine lab atau laboratorium narkotika di Kabupaten Badung, Bali.

    RN ditangkap oleh kepolisian Thailand di Bandara U-Tapao Rayong pada Kamis (19/12/2024) saat hendak terbang ke Dubai. 

    Setelah menjalani perjalanan dari Bangkok, Thailand, RN tiba di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten pada Minggu (22/12/2024) pukul 18.30 WI

    Dirtipid Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Pol Mukti Juharsa menjelaskan, RN telah berada di Bangkok selama tiga setengah bulan. Setelah mendapatkan informasi tentang keberadaannya, Atase Polri KBRI Bangkok langsung berkoordinasi dengan seluruh stakeholder untuk memastikan pelaku dapat segera dibawa ke Indonesia.

    “Setelah penyerahan dari pihak keamanan Thailand, RN langsung dipulangkan ke Indonesia untuk menjalani proses hukum sesuai undang-undang yang berlaku,” ujar Mukti.

    RN merupakan dalang utama dalam kasus clandestine lab yang diungkap di sebuah vila di kawasan Tibubeneng, Kabupaten Badung, Bali. RN adalah pemilik barang, pembuat basement di vila, pemodal, serta pengendali para kurir yang sebelumnya telah diamankan.

    Sebelum pengendali laboratorium narkotika di Bali ditangkap, pada Mei 2024, Dittipid Narkoba Bareskrim Polri telah mengamankan tiga WNA yang terlibat dalam pengelolaan clandestine lab hidroponik ganja dan methamphetamine di vila tersebut. Mereka telah menyewa vila tersebut selama hampir dua tahun untuk menjalankan kegiatan ilegal ini.