Negara: Ukraina

  • Harga Gas Eropa Naik, Putin Hentikan Jalur Utama Pasokan via Ukraina

    Harga Gas Eropa Naik, Putin Hentikan Jalur Utama Pasokan via Ukraina

    JAKARTA – Harga gas di Eropa tercatat melonjak lebih dari 2 persen pada Jumat, 27 Desember, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan penghentian jalur utama pengangkutan gas melalui Ukraina. Langkah ini memicu kekhawatiran atas pasokan energi di tengah konflik yang terus berlangsung antara kedua negara.

    Harga acuan gas Eropa naik menjadi sekitar 47 euro per megawatt jam, tertinggi dalam tiga minggu terakhir. Kenaikan ini terjadi setelah Putin menyatakan tidak ada cukup waktu untuk mencapai kesepakatan baru terkait transit gas sebelum kontrak yang ada habis pada akhir tahun.

    “Mereka (Ukraina) telah mengumumkan tidak akan memperpanjang kontrak. Tidak ada kontrak, dan tidak mungkin menyelesaikannya dalam waktu tiga hingga empat hari,” ujar Putin dalam pengarahan yang disiarkan televisi pada Kamis, 26 Desember, dilansir dari The Telegraph, Sabtu, 28 Desember

    Meski tengah berperang, Rusia masih mengekspor gas ke sejumlah negara Eropa melalui pipa Urengoy–Pomary-Uzhhorod, yang dikenal sebagai pipa Brotherhood. Jalur ini melintasi wilayah timur laut Ukraina, menyusuri Sungai Dnipro, dan berakhir di perbatasan barat Ukraina sebelum mengalir ke negara-negara seperti Slovakia, Hungaria, dan Austria.

    Jalur ini menjadi sumber pendapatan besar bagi Rusia dan Ukraina. Pada tahun 2024, Rusia diperkirakan meraup sekitar 5 miliar dolar AS dari penjualan gas melalui Ukraina, sementara Ukraina memperoleh sekitar 1 miliar dolar AS dari biaya transit.

    Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan pihaknya tidak akan memperbarui kontrak kecuali Rusia setuju untuk menunda pembayaran hingga perang berakhir—a syarat yang ditolak keras oleh Moskow.

    Ketergantungan negara-negara Eropa pada gas Rusia tetap tinggi, meskipun banyak negara telah mengurangi hubungan energi mereka dengan Moskow sejak konflik dimulai. Slovakia, misalnya, masih mendapatkan 60 persen pasokan gasnya dari Rusia melalui Ukraina pada tahun 2023, sementara Hungaria bergantung pada energi Rusia untuk 80 persen kebutuhan energinya.

    Austria sebelumnya menerima lebih dari 90 persen gasnya dari Rusia sebelum perselisihan kontrak memicu penghentian pasokan oleh Gazprom pada November. Namun, pemerintah Slovakia dan mitranya di Hungaria, Austria, serta Italia sedang berupaya memperpanjang kesepakatan untuk menjaga kestabilan pasokan energi mereka.

    Langkah Putin ini berpotensi memperburuk krisis energi di Eropa, memaksa negara-negara untuk mengandalkan jalur alternatif yang terbatas, termasuk pipa gas melalui Turki.

    Dampak dari kebijakan ini akan menjadi ujian besar bagi ketahanan energi Eropa di musim dingin ini. Bagaimana negara-negara Eropa mengatasi tantangan ini akan menjadi sorotan utama di tengah geopolitik yang terus memanas.

  • Nahas Ursa Major, Kapal Kargo Rusia yang Tenggelam di Laut Mediterania Bawa Barang Penting – Halaman all

    Nahas Ursa Major, Kapal Kargo Rusia yang Tenggelam di Laut Mediterania Bawa Barang Penting – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kapal kargo Rusia Ursa Major yang tenggelam di Laut Mediterania pada 23 Desember lalu, tengah membawa peralatan militer penting.

    Termasuk memuat rudal Kalibr, senjata ampuh andalan Rusia dalam agresinya ke Ukraina.

    Demikian disampaikan juru bicara Angkatan Laut Ukraina Dmytro Pletenchuk dalam siaran telethon nasional.

    Diketahui, rudal Kalibr merupakan rudal jelajah Rusia yang memiliki jangkauan 1.500 km hingga 2.000 km.

    Kapal ini sebenarnya adalah veteran transportasi militer, yang terlibat dalam operasi yang disebut Syrian Express, yang berarti kapal ini terus-menerus mengirimkan segala sesuatu yang diperlukan untuk keberadaan pangkalan militer di Tartus.

    Selain itu, Ursa Major juga mengangkut berbagai jenis kargo. 

    Beberapa ahli menyebut Ursa Major sebagai kapal pengangkut logistik pertahanan Rusia.

    Mengenai peralatan yang ada di kapal, juru bicara Angkatan Laut mencatat bahwa peralatan tersebut “cukup mahal, canggih, buatan luar negeri, dan Rusia tidak memproduksi barang-barang seperti itu.”

    “Untuk memahami pentingnya peralatan ini, saya ingatkan Anda bahwa selama enam bulan mereka tidak dapat memuat rudal Kalibr di Novorossiysk karena kurangnya peralatan tersebut,” Pletenchuk menegaskan.

    Mengenai kargo lainnya, ia tidak akan membenarkan atau membantah apa pun. Ia juga percaya bahwa “masih terlalu dini untuk membicarakan alasannya.”

    Pletenchuk mencatat bahwa insiden yang menyebabkan Rusia kehilangan kapal terjadi di ruang mesin di mana, sejauh yang kami ketahui, dua awak kapal tewas.

    Ia juga mencatat bahwa hilangnya kapal ini “cukup sulit bagi Rusia, dan kami bahkan tidak mempertimbangkan kargo itu sendiri.”

    Sebelumnya diberitakan Defence Express, drone Ukraina berhasil menyerang kapal Rusia di Laut Hitam di lepas pantai Krimea pada hari Senin, 23 Desember.

    Insiden yang terjadi sekitar pukul 17.00 di dekat desa Chornomorske itu menargetkan kapal tunda Fyodor Uryupin.

    Meskipun dampak drone tersebut menyebabkan kerusakan di atas permukaan air, kapal tersebut tetap mengapung.

    Serangan ini membawa beban geopolitik yang signifikan karena sejarah kapal Fyodor Uryupin.

    Dibangun pada tahun 2010, kapal tunda tersebut disita secara ilegal oleh Rusia pada tahun 2014.

    Meskipun terdaftar di bawah bendera Rusia, kepemilikan sah kapal tersebut tetap berada di tangan perusahaan milik negara Ukraina, Chornomornaftogaz.

    Serangan pesawat tak berawak yang berhasil menyoroti perkembangan sifat konflik, dengan Ukraina menunjukkan peningkatan kemampuannya untuk memproyeksikan kekuatan ke wilayah yang sementara dikuasai Rusia.

  • Mengungkap Ketergantungan Rusia dalam Pengembangan Rudal Oreshnik – Halaman all

    Mengungkap Ketergantungan Rusia dalam Pengembangan Rudal Oreshnik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rudal balistik Oreshnik yang diluncurkan Rusia terhadap Ukraina pada November 2024 ternyata masih bergantung pada peralatan canggih dari negara Barat.

    Temuan ini diungkapkan dalam analisis yang dilakukan oleh Financial Times, yang dilaporkan oleh Ukrinform.

    Dua lembaga rekayasa senjata terkemuka Rusia, yaitu Institut Teknologi Termal Moskow dan Sozvezdiye Concern, diidentifikasi sebagai pengembang rudal Oreshnik.

    Intelijen Ukraina menemukan bahwa kedua lembaga tersebut merekrut karyawan yang berpengalaman dalam menggunakan sistem pengerjaan logam dari produsen asal Jerman dan Jepang.

    Hal ini menunjukkan ketergantungan Kremlin pada sumber daya asing, terutama dalam bidang teknologi kontrol numerik komputer (CNC) yang penting untuk produksi Oreshnik.

    Menurut Institut Teknologi Termal Moskow, mereka menggunakan sistem CNC dari perusahaan Jepang, Fanuc, serta dari perusahaan Jerman, Siemens dan Heidenhain.

    Ketiga perusahaan ini merupakan pemimpin dalam teknologi CNC presisi tinggi dan disebutkan dalam iklan Sozvezdie yang mencantumkan sistem kontrol otomatis dan sistem komunikasi untuk penggunaan militer.

    Serangan Pertama dan Klaim Putin

    Pada 21 November 2024, rudal Oreshnik digunakan untuk menyerang fasilitas militer Ukraina di kota Dnipro.

    Setelah serangan tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin membanggakan penggunaan rudal hipersonik baru ini di televisi, memperingatkan Barat bahwa serangan berikutnya dapat ditujukan kepada sekutu Ukraina.

    “Rudal ini disebut Oreshnik, yang dalam bahasa Rusia berarti pohon hazelnut,” ungkap Putin.

    Mengutip dari AP News, Putin mengeklaim bahwa Oreshnik dapat melesat ke sasarannya dengan kecepatan 10 kali kecepatan suara (Mach 10) dan mengeklaim bahwa rudal tersebut kebal terhadap sistem pertahanan rudal apapun.

    Pejabat militer Ukraina menyebutkan bahwa rudal tersebut dapat mencapai kecepatan Mach 11.

    Karakteristik dan Kemampuan Oreshnik

    Jenderal Sergei Karakayev, kepala Pasukan Rudal Strategis Rusia, menyatakan bahwa Oreshnik dapat membawa hulu ledak nuklir maupun konvensional dan memiliki jangkauan untuk mencapai target di Eropa.

    Pentagon mengklasifikasikan Oreshnik sebagai jenis rudal balistik jarak menengah eksperimental (IRBM) yang didasarkan pada rudal balistik antarbenua (ICBM) RS-26 Rubezh Rusia.

    Serangan pada bulan November menandai pertama kalinya senjata semacam itu digunakan dalam perang.

    Rudal jarak menengah dapat terbang antara 500 hingga 5500 kilometer, dan senjata semacam itu sebelumnya dilarang berdasarkan perjanjian era Soviet yang dibatalkan oleh Washington dan Moskow pada 2019.

    Direktorat Intelijen Utama Ukraina melaporkan bahwa rudal Oreshnik memiliki enam hulu ledak, masing-masing membawa submunisi yang dapat ditargetkan secara independen.

    “Muatannya berupa hulu ledak yang dapat ditargetkan secara independen seperti sekelompok hazelnut yang tumbuh di pohon yang menjadi inspirasi untuk nama rudal tersebut,” jelas laporan tersebut.

    Putin menambahkan bahwa Oreshnik sangat kuat sehingga penggunaan beberapa rudal semacam itu, bahkan yang dilengkapi dengan hulu ledak konvensional, bisa sama dahsyatnya dengan serangan nuklir.

    “Oreshnik mampu menghancurkan bunker bawah tanah tiga, empat, atau lebih lantai di bawah tanah,” kata Putin sambil mengancam akan menggunakannya terhadap distrik pemerintahan di Kyiv.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Putin Minta Maaf soal Pesawat Azerbaijan Airlines Jatuh di Kazakhstan

    Putin Minta Maaf soal Pesawat Azerbaijan Airlines Jatuh di Kazakhstan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Presiden Rusia Vladimir Putin meminta maaf kepada Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev atas “insiden tragis” yang melibatkan maskapai Azerbaijan Airlines yang jatuh di Aktau, Kazakhstan, pada Rabu (25/12).

    Penerbangan Azerbaijan Airlines bernomor J2-8243 jatuh di dekat kota Aktau, Kazakhstan setelah mengalihkan rutenya dari Rusia selatan. Wilayah Aktau masih menjadi bagian dari wilayah udara Rusia. 

    Sebanyak 38 orang dari total 67 penumpang termasuk pilot dan kru tewas dalam insiden itu.

    Permintaan maaf itu disampaikan Putin melalui sambungan telepon dengan Aliyev pada Sabtu (28/12) waktu Moskow. Komunikasi Putin dan Aliyev pertama kali diumumkan oleh Istana Kepresidenan Rusia, Kremlin.

    “(Presiden) Vladimir Putin menyampaikan permintaan maaf atas insiden tragis yang terjadi di wilayah udara Rusia serta kembali menyampaikan belasungkawa yang mendalam dan tulus kepada keluarga korban, serta harapan agar para korban luka segera pulih,” kata Kremlin melalui sebuah pernyataan seperti dikutip Reuters.

    Permintaan maaf dari Putin ini muncul setelah sejumlah pihak dan sumber keamanan Azerbaijan meyakini pesawat Embraer 190 itu jatuh imbas rudal pertahanan Rusia yang salah sasaran.

    Meski begitu, Putin tidak secara gamblang mengakui bahwa rudal Rusia lah yang menyebabkan pesawat jatuh dalam percakapannya dengan Aliyev.

    Dalam percakapan itu, Kremlin juga menyebutkan bahwa pesawat penumpang Azerbaijan, yang terbang sesuai jadwal, berulang kali mencoba mendarat di bandara Grozny.

    Pada saat itu, Kremlin mengeklaim wilayah Grozny, Mozdok, dan Vladikavkaz sedang diserang oleh drone tak berawak Ukraina, dan sistem pertahanan udara Rusia sedang menangkis serangan tersebut.

    Sebelumnya, 

    Regulator penerbangan Rusia, Rosaviatsia, juga menyatakan pesawat Azerbaijan Airlines jatuh setelah memutuskan mengubah rutenya dari tujuan semula karena kabut tebal dan peringatan muncul terkait drone Ukraina.

    Badan itu juga mengklaim pilot pesawat yang mengangkut 67 orang itu telah diberikan pilihan bandara lain untuk mendarat di Chechnya. Namun, pilot disebutmemilih untuk mendarat di Aktau, Kazakhstan.

    Rosaviatsia menyatakan pihaknya akan memberikan dukungan komprehensif kepada penyelidikan yang dilakukan oleh pihak Kazakhstan dan Azerbaijan terkait kecelakaan tersebut.

    (rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • 4 Perempuan Paling Kaya di Indonesia, Nomor 1 Dewi Kam

    4 Perempuan Paling Kaya di Indonesia, Nomor 1 Dewi Kam

    Jakarta

    Menjadi sosok terkaya kini tidak hanya bisa didapuk oleh laki-laki, melainkan perempuan. Dalam daftar 50 orang paling tajir di Tanah Air, terdapat empat nama Srikandi yang punya harta kekayaan mentereng dari sekian bisnis yang dijalaninya.

    Perempuan-perempuan ini menekuni bisnis mulai dari sektor energi, pertambangan, hingga teknologi. Berikut detikcom merangkum keempat kiprah Srikandi terkaya versi Forbes.

    1. Dewi Kam

    Perempuan satu ini mampu masuk 10 besar dari 100 orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Adalah Dewi Kam, yang menjadi satu-satunya perempuan dalam daftar 10 orang terkaya di Tanah Air.

    Dikutip dari Forbes, Sabtu (28/12/2024), total harta kekayaan perempuan kelahiran 1951 ini senilai US$ 4,8 miliar atau setara dengan Rp 77,68 triliun. Dewi merupakan pengusaha dan pemilik saham perusahaan tambang batu bara di Indonesia, yakni PT Bayan Resources Tbk.

    Selain itu, Dewi memiliki saham 10% yang langsung meningkat drastis pada 2022 lantaran harga saham Bayan Resources melesat tiga kali lipat kala itu.

    Tidak cuma di pertambangan, Dewi juga bergerak dalam pembangunan pembangkit listrik. Dirinya memiliki 91% saham dari PT Sumbergas Sakti Prima. Menurut catatan detikcom, perusahaan ini menjadi pengembang di sejumlah proyek pembangkit listrik di Indonesia.

    Lebih lanjut, Dewi terlibat dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeneponto di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Keterlibatan Dewi Kam dalam hal ini dilakukan melalui PT Sumber Energi Sakti Prima (SSP), yang bermitra dengan PT Bosowa Energi dalam proyek tersebut.

    Merujuk pada data dari Indonesia Corruption Watch 2020, Dewi Kam tercatat pada database offshore leaks International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ). Ia tercatat terafiliasi dengan dua perusahaan yang berdomisili di British Virgin Islands dan Samoa. Dirinya turut mengendalikan PT Sumber Segara Primadaya (S2P) yang menjadi pengembang dalam proyek PLTU Cilacap.

    Ada pula proyek yang ia kelola adalah Coal Based Chemical Plant di Balocci, Pangkep, Sulawesi Selatan dengan nilai US$ 687 juta atau Rp 11,1 triliun. Tak heran, apabila kekayaannya ikut melonjak seiring pendapatan dan laba produsen batu bara Bayan Resources.

    Hal ini lantaran, lonjakan harta batu bara di tengah krisis energi global yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina naik tiga kali lipat sejak 2022 sebesar US$ 21,8 miliar.

    2. Arini Subianto

    Arini mendapuk urutan ke-29 dari daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Perempuan dengan nama lengkap Arini Saraswaty Subianto ini merupakan anak dari mendiang taipan Tanah Air, Benny Subianto, yang wafat pada Januari 2017.

    Arini yang lahir pada 1970 meneruskan bisnis mendiang ayahnya, dan kini menjabat sebagai Direktur Utama Persada Capital Investama, yang merupakan perusahaan induk.

    Melansir dari situs resmi Forbes, kekayaan yang dimilikinya saat ini senilai US$ 2 miliar atau setara dengan Rp 32,3 triliun dari hasil mengelola bisnis yang diwariskan ayahnya yang bergerak dalam bidang pengolahan kayu, minyak kelapa sawit, karet, batubara, dan juga investasi di startup teknologi.

    Selain dari memimpin Persada Capital Investama, ia juga mempunyai peran penting di beberapa perusahaan seperti menjadi komisaris di PT Adaro Energy dan PT Dharma Satya Nusantara. Selain itu, ia juga merupakan Presiden Direktur PT Tri Nur Cakrawala, Presiden Direktur PT Pandu Alam Persada, Direktur PT Panaksara, hingga Presiden Komisaris PT Anugrah Kirana Sarana.

    Lebih lanjut, salah satu aset utama dalam Persada Capital Investama yakni kepemilikan saham minoritas di PT Adaro Energy, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap kekayaan Arini Subianto.

    3. Jenny Quantero

    Jenny dan suaminya, Engki Wibowo, menimba kekayaannya dari perusahaan pertambangan batu bara PT Bayan Resources. Mereka membantu Low Tuck Kwong, taipan nomor urut tiga Tanah Air, mendirikan perusahaan tersebut pada tahun 2004.

    Melansir dari laman resmi Bayan Resources pada Sabtu (28/12/2024), Jenny juga merupakan pemegang saham dan menjadi Direktur PT Bayan Resources sejak 2004. Ia kemudian menggandakan jabatannya di perusahaan itu sebagai sekretaris perusahaan mulai 2008. Hingga kini, ia juga menjabat sebagai direktur di sebagian besar anak perusahaan Bayan Group.

    Dalam Forbes, nama Jenny dan suaminya menjadi orang terkaya nomor 35 dari daftar 50 orang terkaya di Indonesia dengan total aset kekayaan berkisar di angka US$ 1,49 miliar, atau setara kurang lebih Rp 24,1 triliun.

    4. Marina Budiman

    Marina Budiman adalah orang terkaya nomor 41 di Indonesia dengan kekayaan sebesar US$ 1,32 miliar, atau setara kurang lebih Rp 21,3 triliun. Marina adalah salah satu pendiri dan presiden komisaris perusahaan pusat data DCI Indonesia.

    Ia mendirikan DCI Indonesia bersama Otto Toto Sugiri pada 2011. Sebelumnya, Marina bekerja dengan Otto Toto Sugiri di Bank Bali pada 1985 dan bergabung dengan Sigma Cipta Caraka pada 1989. Marina lalu mendirikan Indonet, penyedia layanan internet pertama di Indonesia, pada 1994.

    DCI Indonesia kini menjadi pemain utama dalam industri pusat data Tanah Air, melayani kebutuhan penyimpanan dan pengelolaan data bagi berbagai sektir bisnis, termasuk teknologi finansial dan e-commerce.

    (fdl/fdl)

  • Analisis: Rudal Oreshnik yang Dibangga-banggakan Rusia Rupanya Masih Bergantung pada Peralatan Barat – Halaman all

    Analisis: Rudal Oreshnik yang Dibangga-banggakan Rusia Rupanya Masih Bergantung pada Peralatan Barat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rudal balistik Oreshnik, yang pertama kali diluncurkan Rusia terhadap Ukraina pada November 2024 lalu, ternyata diproduksi oleh perusahaan-perusahaan Rusia yang masih bergantung pada peralatan canggih dari Barat.

    Temuan ini berdasarkan analisis dari Financial Times, yang dilaporkan oleh Ukrinform.

    Dua lembaga rekayasa senjata terkemuka Rusia, yaitu Institut Teknologi Termal Moskow dan Sozvezdiye Concern, diidentifikasi oleh intelijen Ukraina sebagai pengembang rudal Oreshnik.

    Kedua lembaga tersebut merekrut karyawan yang berpengalaman dalam menggunakan sistem pengerjaan logam dari produsen asal Jerman dan Jepang.

    Hal ini menyoroti ketergantungan Kremlin pada sumber daya asing, khususnya di bidang kontrol numerik komputer (CNC), teknologi penting untuk memproduksi Oreshnik.

    Institut Teknologi Termal Moskow, yang memainkan peran penting dalam mengembangkan rudal balistik berbahan bakar padat Rusia, mengumumkan pada tahun 2024 bahwa mereka menggunakan sistem CNC dari Fanuc, Siemens, dan Heidenhain.

    Fanuc berasal dari Jepang, sementara Siemens dan Heidenhain berasal dari Jerman.

    Ketiga perusahaan tersebut adalah pemimpin dalam teknologi CNC presisi tinggi.

    Ketiga perusahaan ini disebutkan dalam iklan Sozvezdie, yang mencantumkan sistem kontrol otomatis dan sistem komunikasi untuk penggunaan militer sebagai salah satu spesialisasinya.

    Rudal Oreshnik (newsinfo.ru)

    Rudal yang Dibanggakan Putin

    Pada 21 November 2024, rudal Rusia menyerang fasilitas militer Ukraina di kota Dnipro.

    Setelah serangan itu, Presiden Rusia Vladimir Putin tampil di TV, membanggakan serangan yang dilancarkan oleh rudal hipersonik barunya.

    Putin memperingatkan Barat bahwa penggunaan rudal berikutnya bisa ditujukan terhadap sekutu Ukraina yang mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh untuk menyerang wilayah Rusia.

    Putin mengatakan rudal itu disebut “Oreshnik,” yang dalam bahasa Rusia berarti “pohon hazelnut.”

    Apa yang Diketahui tentang Oreshnik?

    Mengutip AP News, senyum puas terpancar di wajah Putin saat ia menggambarkan bagaimana Oreshnik melesat ke sasarannya dengan kecepatan 10 kali kecepatan suara, atau Mach 10, “seperti meteorit.”

    Putin mengklaim bahwa rudal tersebut kebal terhadap sistem pertahanan rudal apa pun.

    Pejabat militer Ukraina mengatakan rudal itu mencapai Mach 11.

    Jenderal Sergei Karakayev, kepala Pasukan Rudal Strategis Rusia, mengatakan Oreshnik dapat membawa hulu ledak nuklir maupun konvensional dan memiliki jangkauan untuk mencapai target di Eropa.

    Pentagon mengatakan Oreshnik adalah jenis rudal balistik jarak menengah eksperimental (IRBM), yang didasarkan pada rudal balistik antarbenua (ICBM) RS-26 Rubezh Rusia.

    Serangan pada bulan November menandai pertama kalinya senjata semacam itu digunakan dalam perang.

    Rudal jarak menengah dapat terbang antara 500 hingga 5.500 kilometer.

    Senjata semacam itu dilarang berdasarkan perjanjian era Soviet yang dibatalkan oleh Washington dan Moskow pada 2019.

    Direktorat Intelijen Utama Ukraina mengatakan rudal tersebut memiliki enam hulu ledak, yang masing-masing membawa enam submunisi.

    Muatannya berupa hulu ledak yang dapat ditargetkan secara independen, seperti sekelompok hazelnut yang tumbuh di pohon, yang menjadi inspirasi untuk nama rudal tersebut.

    Putin mengklaim senjata itu sangat kuat sehingga penggunaan beberapa rudal semacam itu — bahkan yang dilengkapi dengan hulu ledak konvensional — bisa sama dahsyatnya dengan serangan nuklir.

    “Oreshnik mampu menghancurkan bunker bawah tanah tiga, empat, atau lebih lantai di bawah tanah,” kata Putin dengan bangga, sambil mengancam akan menggunakannya terhadap distrik pemerintahan di Kyiv.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Sejarah Tragedi Jatuhnya Pesawat Malaysia Airlines MH17

    Sejarah Tragedi Jatuhnya Pesawat Malaysia Airlines MH17

    JAKARTA – Upaya terbang di atas wilayah konflik adalah keputusan berbahaya. Maskapai andalan Negeri Jiran, Malaysia Airlines pernah merasakannya. Mereka tak terpikirkan terbang di atas wilayah Ukraina timur membawa masalah besar.

    Pihak maskapai merasa aman saja karena banyak maskapai lainnya melakukan hal yang sama. Semuanya menyesali keputusan terbang di atas Ukraina timur kala pesawat Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh. Tiada yang selamat – penumpang hingga awak pesawat.

    Konflik Rusia dan negara pecahan Uni Soviet bak tak pernah habis. Bayangan konfliknya bak satu tumbuh seribu. Ambil contoh konflik antara Rusia dan Ukraina. Kedua negara mulanya adem ayem saja. Apalagi, Presiden Ukraina Viktor F. Yanukovych dikenal pro Moskow.

    Masalah muncul kala rakyat Ukraina tak menghendaki negara yang dicintainya terlalu dekat dengan Rusia. Mereka lebih milih pro ke barat. Deru protes muncul dari mana-mana. Puncaknya, Yanukovych pun dilengserkan dari jabatan pada Juni 2014.

    Potret pesawat MH17 milik Malaysia Airlines yang hancur lebur karena ditembak jatuh kelompok separatis pro Rusia. (ANTARA)

    Narasi itu membuat Ukraina menentukan arah baru. Pemerintahan baru yang dipimpin oleh Petro Poroshenko merasa penting politik internasional Ukraina lebih condong ke Negeri Barat ketimbang Rusia.

    Masalah muncul. Rusia tak ingin Ukraina lepas begitu saja dengan segera menandatanngani perjanjian dagang dan keanggotaan bersama Uni Eropa. Kondisi itu membuat Rusia berang. Rusia mendukung penuh kelompok separatis mencaplok dua wilayah Ukraina timur: Donbas.

    Ketegangan antar Rusia dan Ukraina bertumbuh. Konflik panas terjadi. Dunia penerbangan terkena imbasnya. Wilayah udara konflik Rusia-Ukraina bak terlarang dilewati. Namun, banyak maskapai yang masih melewatinya dan aman-aman saja.

    Petaka muncul kala pesawat Malaysia Airlines nomor penerbangan MH17 rute Amsterdam-Kuala Lumpur ingin lepas landas dari Bandara Schiphol, Amsterdam, Belanda pada 17 Juli 2014. Pesawat Boeing 777-200 itu mengangkut 298 orang – 283 penumpang dan 15 kru.

    Pesawat MH17 lepas landas pada 10:31. Rencananya akan sampai Kuala Lumpur pada pukul 22:10. Nahas, pesawat itu melewati rute konflik Ukraina timur. Hasilnya, pesawat itu ditembak jatuh oleh milisi dengan rudal buatan Rusia pada pukul 13:20.

    “Pesawat MH17 ditembak jatuh di atas Ukraina timur di wilayah yang dikuasai oleh pasukan separatis pro Rusia, menewaskan 298 orang tak berdosa, termasuk 80 anak-anak. Tim investigasi gabungan pada tahun 2018 menemukan bahwa pesawat itu ditembak jatuh oleh rudal buatan Rusia yang ditembakkan dari wilayah itu.”

    “Peluncur rudal yang digunakan untuk menembak jatuh MH17 berasal dari Brigade Antipesawat ke-53 Federasi Rusia, yang ditempatkan di Kursk, Rusia. Pikiran kami tetap bersama mereka yang tewas, dan kami bergabung dengan teman, keluarga, dan orang-orang terkasih mereka untuk menghormati kenangan mereka,” ujar Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony J. Blinken dalam siaran persnya terkait 10 Tahun tragedi MH17 dikutip laman US Departement of State, 17 Juli 2024.

    Dunia Berduka

    Nasib buruk memang tiada yang tahu. Begitu pula 298 orang yang jadi korban Tragedi MH17. Penerbangan meraka awalnya lancar-lancar saja. Namun, penerbangan MH17 hilang kontak di atas langit Donetsk, Ukraina timur.

    Keluarga korban yang senantiasa menanti kedatangan korban dari beragam wilayah – Belanda, Malaysia, Singapura, Indonesia, Inggris dan lainnya—berharap bisa berjumpa di Kuala Lumpur. Namun, hilangnya sinyal membawa kepanikan.

    Belakangan diketahui bahwa pesawat itu diketahui ditembak di udara dan jatuh. Bencana itu membuat pesawat hancur lebur. Kondisi itu membawa kedukaan yang amat dalam bagi keluarga korban. Dunia pun ramai-ramai mengucapkan rasa belasungkawanya.

    Pihak separatis yang didukung Rusia pun tak membantah mereka menembak pesawat milik musuh: Ukraina. Namun, pesawat yang tertembak justru bak salah sasaran karena menyasar pesawat komersil. Kondisi itu membuat pihak maskapai dan keluarga korban mencari dan mengecam mereka yang bertanggung jawab.

    Kasus itu kemudian diangkat di Pengadilan Negeri Belanda. Prosesnya panjang. Apalagi, mereka yang diidentifikasi sebagai tersangka statusnya in absentia (tak hadir). Pengadilan Belanda pun jalan terus hingga akhirnya memutuskan bahwa tiga orang dari kelompok separatis pro Rusia bersalah dan dihukum seumur hidup pada November 2022.

    Reruntuhan Malaysia Airlines MH17 yang ditembak jatuh di Ukraina timur pada 17 Juli 2014 setelah direkonstruksi dan dipajang di pangkalan militer Gilze-Rijen, Belanda. (AP/Peter Dejong)

    Mereka adalah warga negara Rusia Igor Girkin dan Sergey Dubinskiy serta warga negara Ukraina, Leonid Kharchenko. Ketiganya pejuang kemerdekaan Republik Rakyat Donetsk itu dalam kondisi buron. Putusan itu tak memuaskan keluarga korban.

    “Pengadilan menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepada warga negara Rusia Igor Girkin dan Sergey Dubinskiy serta warga negara Ukraina, Leonid Kharchenko, setelah menyatakan mereka bersalah menjatuhkan pesawat dan membunuh semua orang di dalamnya.”

    “Mereka diperintahkan untuk membayar lebih dari 16 juta euro sebagai kompensasi kepada para korban. Ketiga pria itu masih buron dan masih belum jelas apakah mereka akan menjalani hukuman mereka. Warga negara Rusia ketiga, Oleg Pulatov, dibebaskan dari tuduhan karena kurangnya bukti tentang perannya dalam penembakan rudal tersebut,” ujar Jennifer Rankin dalam tulisannya di laman The Guardian berjudul Three Men Found Guilty of Murdering 298 People in Shooting Down of MH17 (2022).

  • Cerita Korban Selamat Kecelakaan Pesawat Azerbaijan Airlines: Saya Pikir Itu Doa Terakhir Saya – Halaman all

    Cerita Korban Selamat Kecelakaan Pesawat Azerbaijan Airlines: Saya Pikir Itu Doa Terakhir Saya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Beberapa korban selamat dari kecelakaan pesawat Azerbaijan Airlines yang jatuh di Kazakhstan, sebuah negara yang berbatasan dengan Rusia, angkat bicara untuk pertama kalinya sejak tragedi yang terjadi pada Hari Natal itu.

    Dalam wawancara terbaru dengan New York Times yang diterbitkan pada Jumat, 27 Desember, pramugara Zulfugar Asadov, pramugari Aydan Rahimli, dan penumpang Subhonkul Rakhimov menceritakan pengalaman mereka mengenai kecelakaan tersebut.

    Pada hari itu, pesawat Azerbaijan Airlines dengan nomor penerbangan 8243 sedang dalam perjalanan ke Grozny, Rusia, dari ibu kota Azerbaijan, Baku, dengan membawa 67 orang di dalamnya.

    Sebanyak 29 orang selamat, sementara 38 lainnya tewas.

    “Saya bersyukur masih hidup,” kata Asadov kepada Times dalam wawancara telepon dari ranjang rumah sakitnya di Baku.

    “Saya pikir itu doa terakhir saya,” kata Rakhimov, yang mengingat bagaimana dia langsung berdoa setelah mendengar suara keras di pesawat dan melihat kerusakan pada badan pesawat.

    Rakhimov, yang duduk di bagian belakang pesawat, menggambarkan kekacauan yang terjadi.

    Dia mengatakan tubuhnya terbentur-bentur, dan dia tidak mendengar suara lain selain teriakan orang-orang di sekitarnya.

    “Saya menyadari bahwa kami telah mendarat,” katanya.

    “Saya tidak tahu harus tertawa atau menangis.”

    pramugari Aydan Rahimli saat diwawancarai media lokal (AnewZ)

    Sementara itu, Rahimli mengatakan bahwa saat dia terbangun, dia sudah diangkut ke luar pesawat.

    “Saya membuka mata dan melihat para pekerja. Saya bertanya di mana saya berada, dan mereka mengatakan bahwa kami berada di Aktau.”

    Putri pramugara Asadov, Konul, menceritakan bagaimana dia mengetahui bahwa ayahnya selamat dari kecelakaan pesawat yang fatal.

    Konul melihat video kecelakaan pesawat tersebut yang beredar di media sosial.

    Dia terkejut ketika mengetahui bahwa ayahnya selamat.

    “Ketika saya mendengar suaranya, saya pikir saya sedang ditipu, karena saya merasa tidak mungkin dia bisa selamat dari insiden sebesar itu. Saya pikir seseorang sedang memalsukan suaranya untuk menghibur saya,” ujar Konul saat menerima telepon dari ayahnya.

    Konul menambahkan bahwa dia biasanya menghubungi ayahnya sebelum setiap penerbangan.

    Namun, karena cuaca hari itu cerah, dia tidak melakukannya.

    “Saya selalu meneleponnya sebelum penerbangan jika cuaca buruk,” kata putri Asadov.

    Menurut Times, seorang penumpang mengingat bahwa dia mendengar suara ledakan keras, kemudian melihat Asadov terhantam benda keras di lengannya, meskipun tidak jelas benda apa atau dari mana asalnya.

    Dalam gambar selebaran yang dirilis oleh kementerian situasi darurat Kazakhstan, spesialis darurat bekerja di lokasi jatuhnya jet penumpang Azerbaijan Airlines dekat kota Aktau di Kazakh barat pada 25 Desember 2024. (Photo by Handout / Kazakhstan’s emergency situations ministry / AFP) (AFP/HANDOUT)

    Saat ini, pejabat Azerbaijan, Kazakhstan, dan Rusia sedang melakukan penyelidikan atas kecelakaan tersebut.

    Namun, Azerbaijan Airlines mengatakan hasil awal menunjukkan bahwa pesawat tersebut mengalami gangguan eksternal, baik fisik maupun teknis.

    Sementara itu, Gedung Putih menyebutkan adanya “indikasi awal” bahwa sistem pertahanan udara Rusia mungkin telah menjatuhkan pesawat Azerbaijan Airlines tersebut.

    Mengutip Euronews, penilaian pada Jumat oleh juru bicara keamanan nasional John Kirby mendukung penilaian yang dibuat oleh beberapa pejabat Azerbaijan dan pakar penerbangan, yang sama-sama menyalahkan kecelakaan tersebut pada respons Rusia terhadap serangan udara Ukraina.

    Kirby mengatakan bahwa AS memiliki bukti yang mengarah pada kemungkinan bahwa pesawat itu ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Rusia.

    Namun, dia menolak untuk memberikan penjelasan lebih lanjut, dengan alasan bahwa penyelidikan masih berlangsung.

    Ketika ditanya apakah AS memiliki informasi intelijen yang mendukung kesimpulan tersebut atau hanya mengandalkan spekulasi dari para ahli berdasarkan penilaian visual terhadap kecelakaan itu, Kirby menjawab, “Ya.”

    Ia mengatakan akan “membiarkannya begitu saja.”

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Juru Bicara Gedung Putih Sebut Rusia Terlibat dalam Jatuhnya Pesawat Azerbaijan

    Juru Bicara Gedung Putih Sebut Rusia Terlibat dalam Jatuhnya Pesawat Azerbaijan

    JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat mengungkapkan indikasi awal bahwa Rusia mungkin adalah pihak yang bisa diminta tanggung jawab atas jatuhnya pesawat Azerbaijan Airlines pada 25 Desember lalu, yang menewaskan 38 orang.

    Juru bicara Gedung Putih, John Kirby, dilansir dari BBC, Sabtu, 28 desember, menyatakan pihak AS telah menawarkan bantuan dalam penyelidikan kecelakaan tersebut. Namun, ia tidak memberikan rincian lebih lanjut. Berdasarkan informasi awal, pesawat tersebut diduga menjadi sasaran tembak sistem pertahanan udara Rusia ketika mencoba mendarat di wilayah Chechnya. Setelah gagal mendarat, pesawat itu dialihkan ke Kazakhstan, tetapi jatuh di sana.

    Pihak Kremlin menolak memberikan komentar terkait insiden ini. Namun, kepala Badan Penerbangan Sipil Rusia menyebutkan bahwa situasi di Chechnya “sangat rumit” akibat serangan drone dari Ukraina di wilayah tersebut.

    Sementara, menurut para pakar penerbangan dan pejabat Azerbaijan, sistem GPS pesawat tersebut kemungkinan terganggu oleh alat pengacau elektronik, sebelum akhirnya rusak akibat serpihan rudal pertahanan udara Rusia. Foto-foto kerusakan pada pesawat yang beredar luas memperkuat dugaan adanya serangan rudal.

    Lalu Menteri Transportasi Azerbaijan Rashad Nabiyev juga mengungkapkan bahwa pesawat tersebut mengalami “interferensi eksternal” dan kerusakan di bagian dalam serta luar saat mencoba mendarat. 

    “Semua korban selamat tanpa kecuali mendengar tiga ledakan saat pesawat berada di atas Grozny,” ujar Nabiyev.

    Tim penyelidik kini fokus memeriksa jenis senjata atau rudal yang digunakan dalam insiden ini. Meski Azerbaijan belum secara langsung menuduh Rusia, komentar dari pejabat tinggi menunjukkan adanya keterlibatan pihak eksternal dalam tragedi ini.

    Insiden ini semakin mempertegang hubungan antara Rusia dan negara-negara di kawasan, serta memunculkan perhatian internasional terhadap keamanan penerbangan di zona konflik.

  • Terluka, Tentara Korut Tewas Setelah Ditangkap Pasukan Ukraina

    Terluka, Tentara Korut Tewas Setelah Ditangkap Pasukan Ukraina

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa beberapa tentara Korea Utara yang terluka, meninggal setelah ditangkap oleh pasukan Ukraina. Zelensky pun menuduh Rusia melemparkan mereka ke medan perang dengan “perlindungan minimal”.

    “Hari ini ada laporan tentang beberapa tentara dari Korea Utara. Tentara kami berhasil menangkap mereka. Namun, mereka terluka sangat parah dan tidak dapat disadarkan kembali,” kata Zelensky dalam pidato yang diunggah di media sosial, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (28/12/2024).

    Sebelumnya, badan mata-mata Korea Selatan mengatakan pada hari Jumat (27/12), bahwa seorang tentara Korea Utara yang ditangkap saat berperang dalam perang Rusia melawan Ukraina telah meninggal karena luka-lukanya.

    Zelensky tidak merinci berapa banyak warga Korea Utara yang tewas setelah ditangkap oleh pasukan Ukraina.

    Korea Utara telah mengirim ribuan tentara untuk mendukung pasukan Rusia yang bertempur di wilayah perbatasan Kursk, tempat Ukraina melancarkan serangan mendadak pada bulan Agustus lalu.

    Zelensky menyebut pengerahan pasukan itu sebagai eskalasi besar dalam perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun.

    Ukraina mengatakan telah menimbulkan banyak korban di pihak pasukan Korea Utara — klaim yang diulang oleh Zelensky pada hari Jumat.

    Lihat Video Korsel: 100 Tentara Korut Tewas saat Bantu Rusia Lawan Ukraina