Negara: Ukraina

  • Akhir 2024, Harga Minyak Dunia Merangsek Naik

    Akhir 2024, Harga Minyak Dunia Merangsek Naik

    Houston: Harga minyak dunia mengalami kenaikan pada perdagangan di akhir 2024 (Rabu WIB). Namun demikian, secara tahunan, harga minyak global tersebut justru terpangkas sebanyak tiga persen.
     
    Mengutip Yahoo Finance, Rabu, 1 Januari 2025, harga minyak mentah Brent ditutup naik 65 sen, atau 0,88 persen, menjadi USD74,64 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup naik 73 sen, atau 1,03 persen, menjadi USD71,72 per barel.
     
    Adapun, harga minyak turun sekitar tiga persen pada 2024, merosot untuk tahun kedua berturut-turut, karena pemulihan permintaan pascapandemi terhenti, ekonomi Tiongkok sedang berjuang, dan Amerika Serikat (AS) serta produsen non-OPEC lainnya memompa lebih banyak minyak mentah ke pasar global yang pasokannya mencukupi.
     
    Harga acuan Brent turun sekitar tiga persen dari harga penutupan akhir 2023 sebesar USD77,04. Sementara WTI hampir stabil dengan harga penutupan akhir tahun lalu.
     
    Pada September 2024, harga minyak mentah Brent ditutup di bawah USD70 per barel untuk pertama kalinya sejak Desember 2021, dan tahun ini Brent diperdagangkan secara luas di bawah harga tertinggi yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir karena permintaan pascapandemi kembali pulih dan guncangan harga akibat invasi Rusia ke Ukraina di 2022 mulai memudar.
     

     

    Harga minyak bakal di kisaran USD70 di 2025
     
    Minyak kemungkinan akan diperdagangkan sekitar USD70 per barel pada 2025 karena permintaan Tiongkok yang lemah dan meningkatnya pasokan global, mengimbangi upaya yang dipimpin OPEC+ untuk menopang pasar.
     
    Prospek permintaan yang lebih lemah di Tiongkok khususnya memaksa Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan Badan Energi Internasional (IEA) untuk memangkas ekspektasi pertumbuhan permintaan minyak mereka untuk 2024 dan 2025.
     
    IEA memperkirakan pasar minyak memasuki 2025 dengan surplus, bahkan setelah OPEC dan sekutunya menunda rencana mereka untuk mulai meningkatkan produksi hingga April 2025 dengan latar belakang penurunan harga.
     
    Produksi minyak AS naik 259 ribu barel per hari ke rekor tertinggi 13,46 juta barel per hari pada Oktober, karena permintaan melonjak ke level terkuat sejak pandemi. Produksi akan meningkat ke rekor baru sebesar 13,52 juta barel per hari pada tahun depan, kata EIA.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Tolak Perbarui Kerja Sama, Ukraina Setop Jalur Gas Rusia ke Eropa

    Tolak Perbarui Kerja Sama, Ukraina Setop Jalur Gas Rusia ke Eropa

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pemerintah Ukraina memutuskan menghentikan jalur distribusi gas Rusia ke Eropa yang melalui wilayahnya, setelah menolak pembaruan kerja sama transit gas yang berakhir pada Rabu (1/1) waktu setempat.

    Menteri Energi Ukraina mengklaim tindakan itu diambil demi kepentingan nasional mereka yang tengah berperang dengan Moskow selama lebih dari dua tahun terakhir.

    “Kita telah menghentikan transit gas Russia. Ini adalah sebuah kejadian yang bersejarah,” kata dia seperti diberitakan CNN, Rabu (1/1).

    Imbas keputusan tersebut, Ukraina berpotensi kehilangan pemasukan sebesar US$800 juta imbas berhentinya pembayaran dari Russia. Sementara itu, perusahaan gas asal Russia, Gazprom berpotensi mengalami kerugian penjualan sebesar US$5 juta.

    Di sisi lain, sejumlah negara Eropa yang masih membeli gas pabrikan Russia itu disebut tengah mencari jalur distribusi alternatif selain via Ukraina.

    Peluang kesepakatan baru mengirimkan gas Rusia melalui Ukraina sebelumnya memang terbilang kecil. Sebab, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan tidak ada waktu tersisa pada 2024 untuk menandatangani kesepakatan baru.

    Para analis pun sempat menyebut hilangnya gas Rusia yang disalurkan seharusnya membuat Eropa mengimpor lebih banyak gas alam cair (LNG).

    Sebelum Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada 2022, Rusia merupakan pemasok gas alam terbesar bagi Uni Eropa.

    Menurut Dewan Eropa, blokade terhadap Rusia karena invasi Ukraina sudah mengurangi porsi impor gas Rusia lebih dari 40 persen bila dibandingkan dengan 2021, menjadi sekitar 8 persen pada 2023.

    (MAB/end)

  • ISW: Rusia Korbankan 102 Tentara Untuk Setiap Kilometer Wilayah Yang Direbut – Halaman all

    ISW: Rusia Korbankan 102 Tentara Untuk Setiap Kilometer Wilayah Yang Direbut – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM — Institute for the Study of War (ISW) lembaga analisis perang asal Amerika Serikat menyebut Rusia telah mengorbankan sebanyak 420.000 tentaranya hanya untuk menguasai wilayah Ukraina seluas 4.168 kilometer persegi pada 2024.

    Hal itu artinya, Rusia kehilangan rata-rata 102 personel untuk setiap kilometer persegi wilayah yang direbut pada tahun 2024. 

    ISW menyebutkan bahwa kemajuan Rusia yang paling signifikan terjadi antara September dan November 2024, di mana Rusia mengamankan 56,5 persen dari perolehan teritorialnya, kehilangan sekitar 125.800 personel dalam prosesnya.

    Disebutkan, komando militer Rusia kemungkinan menoleransi rekor jumlah korban personel dari September hingga November 2024 untuk memfasilitasi perolehan teritorial yang lebih besar.

    “Tetapi masih belum jelas apakah komando militer Rusia akan bersedia menanggung korban tersebut jika laju kemajuan pasukan Rusia terus menurun karena pasukan Rusia terus maju ke permukiman yang lebih dijaga ketat seperti Pokrovsk,” demikian pernyataan ISW, Rabu (1/1/2025).

    Pokrovsk merupakan gudang logistik untuk wilayah Donetsk sehingga markas tersebut dijaga oleh lebih banyak pasukan.

    Disebutkan, serangan Rusia melambat pada Desember 2024. Data geolokasi menunjukkan bahwa pasukan Rusia hanya merebut 593 km persegi, dengan rata-rata 18,1 km persegi per hari. 

    Sementara itu, kerugian pasukan Rusia setiap hari tetap tinggi, dengan rata-rata 1.585 personel per hari, menandai tingkat kerugian harian tertinggi keempat dalam sejarah Rusia.

    ISW mengungkap bahwa angka korban dari pihak Rusia mendekati benar, hal itu dibuktikan dengan pernyataan Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev yang mengklaim pada 24 Desember bahwa 440.000 rekrutan menandatangani kontrak dinas militer dengan Kementerian Pertahanan Rusia (MoD) pada tahun 2024.

    “Ini menunjukkan bahwa Rusia kemungkinan merekrut cukup banyak personel militer untuk menggantikan tingkat korban yang baru-baru ini tinggi satu lawan satu,” tulis ISW.

    Dikutip dari Ukrainska Pravda, Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina mengklaim, hingga hari ke-1.043 invasi Rusia ke Ukraina, sebanyak 790.800 tentara Rusia telah tereliminasi yaitu tewas atau terluka karena perang.

  • Ukraina Manfaatkan Drone Magura V5 untuk Tembak Jatuh Helikopter Rusia – Halaman all

    Ukraina Manfaatkan Drone Magura V5 untuk Tembak Jatuh Helikopter Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ukraina baru-baru ini mengeklaim bahwa mereka berhasil menembak jatuh helikopter militer Rusia menggunakan drone laut Magura V5.

    Ini menjadi momen penting bagi militer Ukraina dalam konteks pertahanan mereka.

    Apa itu Drone Laut Magura V5?

    Mengutip dari Kyiv Post, Magura V5 adalah kendaraan permukaan tak berawak yang dirancang untuk misi pengintaian dan penghancuran target musuh.

    Drone ini dioperasikan oleh Direktorat Intelijen Utama HUR Kementerian Pertahanan Ukraina, khususnya oleh unit khusus Group 13.

    Magura V5 memiliki dimensi panjang 5,5 meter dan lebar 1,5 meter, serta mampu melaju dengan kecepatan jelajah 40,7 kilometer per jam, dan kecepatan maksimum mencapai 77,8 kilometer per jam.

    Jangkauan operasinya mencapai sekitar 833 kilometer.

    Salah satu keunggulan drone ini adalah desain lambung hidrodinamis yang memberinya kemampuan siluman dan manuver yang baik di perairan.

    Bagaimana Magura V5 Menembak Jatuh Helikopter Rusia?

    Pada tanggal 31 Desember, Badan Intelijen Militer Ukraina (GUR) mengonfirmasi bahwa mereka berhasil menembak jatuh helikopter Mi-8 milik Rusia di dekat Tanjung Tarkhankut di pantai barat Crimea.

    Menurut laporan GUR, drone laut Magura V5 yang dilengkapi dengan rudal R-73 berhasil melaksanakan misi ini.

    GUR juga merilis rekaman video dari serangan tersebut, meskipun serangan ini masih perlu diverifikasi secara independen dan belum ada komentar dari pihak Rusia.

    Serangan Balasan oleh Rusia

    Di sisi lain, Rusia terus melancarkan serangan terhadap Ukraina.

    Laporan dari Angkatan Udara Ukraina menunjukkan bahwa mulai 30 Desember hingga pagi 31 Desember, Rusia melakukan berbagai gelombang serangan dengan sejumlah besar rudal dan pesawat nirawak.

    Ini termasuk enam rudal balistik Iskander, satu rudal Kinzhal, dan 40 pesawat nirawak Shahed.

    Meskipun sistem pertahanan udara Ukraina berhasil mencegat enam rudal dan 16 pesawat nirawak, masih terdapat 24 pesawat yang berhasil melewati pertahanan mereka.

    Serangan ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat, dengan kedua belah pihak menantikan kembalinya Presiden AS terpilih Donald Trump ke Gedung Putih.

    Trump sebelumnya berjanji untuk mengakhiri konflik dan menyarankan bahwa Ukraina perlu bersiap untuk melakukan kesepakatan.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Rusia Gelar Serangan Rudal di Malam Tahun Baru, Jet Tempur Su-57 Hindari Head to Head dengan Ukraina – Halaman all

    Rusia Gelar Serangan Rudal di Malam Tahun Baru, Jet Tempur Su-57 Hindari Head to Head dengan Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Beberapa jam sebelum pergantian tahun di Eropa Timur, militer Rusia menggelar serangan rudal yang menargetkan wilayah Chernihiv, Sumy, dan Kyiv. 

    Menurut sumber-sumber Rusia, serangan tersebut menggunakan rudal Kh-69, Kinzhal, dan Iskander-M.

    Laporan dari komentator militer Rusia mengklaim bahwa rudal Kh-69 dan Kinzhal, yang terkenal karena presisi dan kemampuan penetrasi kecepatan tinggi, dikerahkan untuk menembus jaringan pertahanan udara Ukraina yang padat di sekitar ibu kota.

    Secara khusus, Pangkalan Udara Vasylkiv, fasilitas penerbangan militer utama, menjadi sasaran. 

    Sumber-sumber Ukraina telah menguatkan bahwa Vasylkiv mengalami serangan signifikan selama serangan tersebut.

    Ada yang menarik dari serangan Rusia kali ini. 

    Jet tempur siluman Su-57 Rusia dilaporkan meluncurkan rudal mereka dari dalam wilayah udara Rusia, khususnya dari wilayah Kursk.

    Hal ini diduga menghindari pertempuran langsung dengan pertahanan udara Ukraina.

    Diduga bahwa pesawat Su-57 beroperasi bersama pencegat MiG-31 dan pembom strategis Tu-96MS, yang menggarisbawahi pendekatan multi-platform yang kompleks terhadap operasi tersebut.

    Penggunaan sistem rudal canggih, seperti Kinzhal hipersonik, mencerminkan upaya Rusia yang sedang berlangsung untuk menyesuaikan kampanye udaranya dengan kondisi medan perang yang terus berkembang. 

    Kh-69, rudal yang relatif kurang dikenal di gudang senjata Rusia, juga muncul secara mencolok, menggarisbawahi integrasinya ke dalam operasi berisiko tinggi.

    Serangan itu sekali lagi menyoroti meningkatnya peran Pasukan Dirgantara Rusia dalam membentuk dinamika konflik, dengan penekanan pada kemampuan jarak jauh dan operasi gabungan senjata.

    “Pasukan pertahanan udara Ukraina terus beradaptasi, tetapi serangan terbaru ini menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas tindakan balasan mereka saat ini terhadap persenjataan berpemandu presisi Rusia,” tulis situs militer Bulgaria.

    Su-57, jet tempur siluman generasi kelima Rusia, membawa kemampuan penting ke medan perang. Tidak seperti pesawat sebelumnya, Su-57 dapat menyerang target bernilai tinggi pada jarak jauh, menggunakan kombinasi fitur siluman canggih, kemampuan manuver yang unggul, dan sistem senjata mutakhir.

    Kh-69, rudal udara-ke-darat jarak jauh, dirancang untuk serangan presisi terhadap target yang diperkuat, termasuk pangkalan militer, pusat komando, dan lapangan udara. 

    Diluncurkan dari Su-57, rudal ini dapat menempuh jarak jauh sambil menghindari deteksi radar, menjadikannya senjata mematikan di gudang senjata Rusia.

    Rudal seperti Kh-69 mampu terbang di ketinggian rendah dan tinggi, yang memungkinkannya bermanuver di sekitar atau di bawah sistem radar musuh. 

    Kemampuan untuk menghindari deteksi sebelum menyerang menjadikan Kh-69 sebagai alat yang sangat efektif untuk menyerang target sensitif seperti Vasylkiv, yang terletak sekitar 30 kilometer barat daya Kyiv.

    Lintasan penerbangan rudal tersebut kemungkinan membawanya melintasi wilayah Rusia, mungkin terbang melalui wilayah udara wilayah Kursk, sebelum melintasi wilayah udara Ukraina untuk menyerang targetnya.

    “Vasylkiv merupakan rumah bagi kehadiran militer Ukraina yang signifikan, menjadikannya target utama serangan udara Rusia. Pangkalan udara tersebut menampung pesawat tempur, pembom, dan infrastruktur penting, yang semuanya merupakan kunci bagi kemampuan pertahanan Ukraina.”

    “Serangan yang berhasil tidak hanya akan merusak pesawat dan peralatan tetapi juga dapat mengganggu operasi udara Ukraina, menunda respons militer, dan memengaruhi logistik.”

    Jika serangan ini dikonfirmasi, itu akan menjadi eskalasi signifikan dalam konflik udara yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina. Ini menyoroti penggunaan kekuatan udara dan teknologi rudal Rusia yang canggih untuk menyerang infrastruktur militer vital Ukraina.

    Karena kedua belah pihak terus mengembangkan dan menggunakan persenjataan canggih, dinamika peperangan modern semakin dibentuk oleh interaksi antara siluman, presisi, dan tindakan balasan.

    Menurut sumber-sumber Rusia, serangan itu melibatkan campuran aset canggih, termasuk pesawat tempur siluman Su-57, pencegat MiG-31, tank T-95, dan sistem rudal Iskander-M. 

    Sebanyak delapan rudal Kh-22/32, empat rudal Kh-69, dan dua rudal Kinzhal/Iskander-M dilaporkan diluncurkan selama operasi tersebut.

    Sumber-sumber tersebut mengklaim rentetan rudal terkonsentrasi menargetkan wilayah Chernihiv dan Sumy, serta wilayah di wilayah Tula, Kaluga, dan Oryol. 

    Laporan-laporan ini juga telah dikuatkan oleh sumber-sumber Ukraina, yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam penggunaan kemampuan serangan presisi jarak jauh Rusia.

    Kh-69 adalah pernyataan berani lainnya dari industri pertahanan Rusia, yang menggabungkan teknologi siluman dengan serangan presisi pada target-target bernilai tinggi. 

    Dirancang sebagai “pembunuh senyap,” rudal jelajah yang diluncurkan dari udara punya jangkauan 290 kilometer dan kemampuan untuk membawa hulu ledak berdaya ledak tinggi atau penghancur bunker.

    Kh-69 dapat secara efektif menghancurkan pusat komando, fasilitas penyimpanan, dan pusat transportasi penting.

    Sistem navigasinya, yang memadukan panduan satelit GLONASS dengan navigasi inersia, memastikan bahwa bahkan dalam menghadapi gangguan elektronik, rudal tersebut mengenai sasarannya dengan akurasi yang luar biasa.

    Namun, yang membuatnya menjadi mimpi buruk bagi musuh adalah teknologi silumannya. 

    Dengan tanda radar yang minimal, Kh-69 dibuat khusus untuk beroperasi di lingkungan tempat rudal konvensional akan terdeteksi dan dinetralkan. Padukan dengan Su-57 yang canggih, dan duo ini menetapkan standar baru untuk peperangan udara modern.

    Sementara itu, Su-57 lebih dari sekadar jet tempur biasa. Dirancang untuk mewakili puncak teknologi penerbangan Rusia, pesawat ini menggabungkan kecepatan supersonik, hampir tidak terlihat oleh radar, dan kemampuan manuver yang tak tertandingi.

    Dilengkapi dengan sistem radar N036 “Belka”—salah satu radar AESA tercanggih di dunia—Su-57 benar-benar dapat melihat segala sesuatu di sekitarnya, bahkan pada jarak yang cukup jauh.

  • Ukraina Stop Aliran Gas Rusia ke Eropa – Halaman all

    Ukraina Stop Aliran Gas Rusia ke Eropa – Halaman all

    Sejak 1 Januari 2025, pemerintah di Kyiv resmi menutup pipa yang mengalirkan ekspor gas Rusia ke Eropa di wilayahnya.

    Polandia merayakan langkah Ukraina sebagai “kemenangan baru” atas Presiden Vladimir Putin. Namun Perdana Menteri Slovakia, Robert Fico mewanti-wanti terhadap “dampak drastis terhadap Uni Eropa. Fico menambahkan, penutupan “tidak banyak berimbas” terhadap ekonomi Rusia.

    Langkah Kyiv tidak memperpanjang kontrak transit gas dengan perusahaan energi Rusia Gazprom diumumkan Presiden Ukraina Volodmyr Zelenskyy pada 19 Desember silam di Brussels. Zelenskyy menyatakan, tidak akan membiarkan Moskow “mendapat miliran euro uang tambahan ,” selama melancarkan invasi di Ukraina.

    Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri tampil tidak terkesan, dan sebaliknya bersikeras Gazprom akan mampu menutup kerugian dari pasokan gas via Ukraina. “Kontrak ini tidak akan ada lagi, semua sudah jelas,” kata dia, sembari menambahkan, “kami akan tetap hidup, Gazprom akan tetap hidup.”

    Dengan ditutupnya aliran gas Rusia lewat Ukraina, pasokan energi di timur Uni Eropa sontak menjadi rentan. Negara-negara seperti Austria, Hungaria dan Slovakia tidak terhubung langsung dengan laut, sehingga kesulitan mengimpor gas dari sumber lain. Terutama kedua negara terakhir bersikeras akan tetap membeli gas murah dari Rusia.

    Kebergantungan abadi

    Ukraina sejak lama menjadi negara transit bagi pipa gas Rusia ke Eropa. Kedua negara pun acap berseteru soal tarif pengiriman gas jarak jauh sejak sebelum perang berkecamuk.

    Menurut lembaga pemikir Bruegel di Belgia, impor bahan bakar fosil dari Rusia ke Uni Eropanilainya mencapai sekitar satu miliar dolar AS per bulan pada akhir tahun 2023, dan berkisar 16 miliar dolar AS per bulan pada awal tahun 2022.

    Menurut Komisi Eropa, Rusia menyumbang 15 persen dari total impor gas Uni Eropa, berada di bawah kontribusi impor dari Norwegia dan Amerika Serikat dengan masing-masing 30 dan 19 persen, serta mengungguli negara-negara Afrika Utara dengan 14 persen. Sebagian besar gas Rusia disalurkan melalui pipa melalui Ukraina dan Turki.

    Negara pengimpor terbesar adalah ketiga negara di perbatasan timur UE: Austria, Slovakia dan Hungaria. Adapun negara dengan tingkat konsumsi energi terbesar seperti Spanyol, Perancis, Belgia dan Belanda juga masih mengimpor gas alam cair Rusia melalui kapal tanker. Sebagiannya tercampur dengan import dari sumber gas lain di jaringan pipa Eropa. Akibatnya, gas Rusia juga bisa sampai ke Jerman, meski sudah berkomitmen tidak lagi berbisnis dengan Moskow.

    Lonjakan biaya energi

    Harga energi sempat meningkat drastis pada tahun 2022, hingga lebih dari 20 kali lipat, menurut lembaga think tank Bruegel. Beberapa pabrik di Eropa akibatnya harus mengurangi produksi dan banyak perusahaan kecil bahkan terpaksa gulung tikar.

    Saat ini, harga energi telah kembali ke level moderat, kendati masih berada di atas level sebelum krisis. Tingginya biaya membuat industri padat energi di Eropa, khususnya di Jerman, kehilangan daya saing.

    Harga energi yang tinggi menjadi salah satu alasan mengapa perusahaan seperti VW dan BASF merugi. Menurut Komisi Eropa, pada tahun 2023 hampir sebelas persen warga UE tidak mampu membeli gas untuk memanaskan rumah secara memadai saat musim dingin.

    Ketenangan Brussel

    Namun begitu, Uni Eropa tidak mengesankan kepanikan. Penghentian perjanjian antara Ukraina dan Rusia telah diperhitungkan di pasar gas Eropa, menurut analisis eksekutif UE. Bloomberg News pada pertengahan Desember.

    Analisis tersebut dimaksudkan untuk meyakinkan negara-negara anggota dan pasar menjelang berakhirnya perjanjian gas Ukraina-Rusia. Uni Eropa punya cukup waktu untuk menemukan sumber pasokan alternatif.

    “Dengan produksi tahunan global lebih dari 500 miliar meter kubik LNG, penggantian sekitar 14 miliar meter kubik gas Rusia yang diangkut melalui Ukraina diperkirakan tidak akan berdampak besar pada harga gas alam di UE,” Bloomberg mengutip dokumen Komisi. Oleh karena itu, kita dapat berasumsi bahwa “berakhirnya perjanjian transit diperhitungkan dalam harga gas untuk musim dingin.”

    Namun demikian, pemerintah Hungaria dan Slovakia tidak hanya mengkhawatirkan pasokan gas, tapi juga hubungan dekat dengan Rusia. “Hungaria sedang berusaha membeli gas melalui Ukraina, meskipun sudah mengimpor gas Rusia melalui pipa Turkstream,” kata Perdana Menteri Viktor Orban pada 21 Desember. Kantor berita Reuters mengutip ucapannya yang mengatakan, mereka tidak ingin menyerah pada jalur ini.

    Menurut laporan Reuters, Orban berkata: “Kami sekarang sedang mencoba triknya. Bagaimana jika gas tersebut, ketika mencapai wilayah Ukraina, bukan lagi milik Rusia, tetapi sudah menjadi milik pembeli? Gas yang masuk ke Ukraina adalah milik Rusia. Jadi tidak ada lagi gas Rusia, tapi gas Hungaria.”

    Fico di sisi Putin

    Sementara itu, Slovakia melangkah lebih jauh dan mengancam Kyiv dengan tindakan balasan. Perdana Menteri Robert Fico dalam sebuah video yang diposting di Facebook mengatakan, dia sedang mempertimbangkan untuk menghentikan pasokan listrik darurat dari Slovakia ke Ukraina setelah tanggal 1 Januari.

    “Jika hal ini tidak dapat dihindari, kami akan menghentikan pasokan listrik yang dibutuhkan Ukraina selama pemadaman jaringan listrik. Atau kami akan mengambil tindakan lain,” kata dia.

    Presiden Ukraina Zelensky menuduh Fico bertindak atas instruksi Rusia. Menurutnya, Putin telah membujuk Fico untuk “membuka medan konfrontasi kedua melawan Ukraina di bidang energi, dengan mengorbankan kepentingan rakyat Slovakia,” kata Zelenskyj di platform online X. Ancaman Fico hanya dapat dijelaskan dengan cara ini, tegasnya.

    Fico adalah salah satu penentang terbesar dukungan militer Uni Eropa untuk Ukraina. Menurut presiden Slovakia, selama kunjungan mendadak Fico ke Moskow pada bulan Desember, Putin menegaskan kesediaan Rusia untuk terus memasok gas ke Slovakia.

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman, dan dirangkum dengan laporan AFP.

  • Ukraina Resmi Tutup Jalur Gas Rusia ke Eropa, Awas ‘Bencana’ Datang!

    Ukraina Resmi Tutup Jalur Gas Rusia ke Eropa, Awas ‘Bencana’ Datang!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ukraina resmi menutup jalur pengangkutan gas Rusia ke Eropa melalui wilayahnya. Keputusan ini mereka buat setelah berakhirnya kesepakatan tenggat waktu Transit Deal atau Kesepakatan Transit.

    Kementerian Energi Ukraina melalui rilis resmi mengatakan, berakhirnya kesepakatan transit itu semata demi kepentingan nasional. Sebab, eskalasi perang antara Ukraina dan Rusia tak kunjung berakhir.

    “Ini adalah peristiwa bersejarah,” sebagaimana tertera di keterangan resmi Kementerian Energi Ukraina, dilansir CNN Internasional, Rabu (1/12/2024).

    Sebelum berakhirnya kesepakatan pengangkutan gas ini, sebetulnya perusahaan yang melalui jalur pengiriman gas dari Rusia ke Eropa melalui Ukraina juga sudah merugi, akibat sepinya penjualan gas ke Benua Biru.

    Perusahaan raksasa gas milik Rusia, Gazprom, yang telah menandatangan kesepakatan transit dengan Naftogaz milik Ukraina telah mencatatkan rugi US$ 6,9 miliar pada 2019. Kerugian pada tahun itu merupakan catatan pertama setelah lebih dari 20 tahun terakhir.

    Ukraina pun kini menghadapi kerugian sekitar US$ 800 juta per tahun akibat biaya putus kontrak kesepakatan transit ini. Sementara itu Gazprom akan kehilangan US$ 5 miliar penjualan gas.

    “Beberapa negara Eropa yang masih membeli gas Rusia sebelumnya telah mengatur rute pasokan alternatif,” bunyi laporan Reuters terkait dampak kerugian dari berakhirnya Transit Deal.

    Putusnya jalur perdagangan gas ini mewakili sekitar 5% dari total jalur impor gas uni eropa menurut lembaga riset Bruegel yang berbasisi di Brussels, Belgia. Adapun pemasok utama gas dari Rusia adalah Austria, Hongaria, dan Slovakia.

    Setelah kesepakatan transit ini kadaluwarsa, Eropa menerima gas pipa dari Rusia melalui satu rute, yakni pipa Turkstream yang melewati Turki, lalu masuk ke Bulgaria, Serbia, hingga ke Hongaria.

    Henning Gloystein, Kepala Energi, Iklim & Sumber Daya di Eurasia Group, mengatakan akhir kesepakatan itu “tidak mengejutkan” tetapi akan memicu lonjakan harga gas di pasar spot ketika pembukaan perdagangan pada Kamis.

    Tetapi “lonjakan harga besar seperti yang terlihat selama pemotongan pasokan Rusia sebelumnya tidak mungkin karena importir Uni Eropa telah lama bersiap untuk (skenario) ini,” katanya kepada CNN. Ia menambahkan, sebagian besar Eropa telah memiliki awal musim dingin yang ringan.

    Uni Eropa juga telah bekerja dengan negara-negara lain selama lebih dari setahun untuk mempersiapkan kemungkinan berakhirnya kesepakatan itu, kata juru bicara Komisi Eropa kepada CNN.

    “Infrastruktur gas Eropa cukup fleksibel untuk menyediakan gas yang berasal dari non-Rusia ke (Eropa tengah dan timur) melalui rute alternatif,” kata juru bicara itu. “Ini telah diperkuat dengan kapasitas impor baru (gas alam cair) yang signifikan sejak 2022.”

    “Kami mengerjakan pekerjaan rumah kami dan siap untuk skenario ini,” kata Menteri Energi Austria Leonore Gewessler dalam sebuah pernyataan di aplikasi X, Rabu pagi, sambil menambahkan perusahaan energi negara itu telah mencari pemasok baru non-Rusia.

    Namun, Perdana Menteri Slovakia Robert Fico mengatakan pada Rabu bahwa penghentian aliran gas Rusia melalui Ukraina akan berdampak “drastis” pada Uni Eropa tetapi tidak pada Rusia. Fico berpendapat akhir kesepakatan akan menyebabkan harga gas dan listrik yang lebih tinggi di Eropa.

    Sebelum Rusia meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina pada tahun 2022, Rusia adalah pemasok gas alam terbesar Uni Eropa. Blok tersebut telah memangkas pangsa impor gas pipanya dari Rusia sebesar lebih dari 40% pada 2021 dan menjadi sekitar 8% pada 2023, menurut Dewan Eropa.

    (arj/mij)

  • Putin Kirim Ucapan Selamat Tahun Baru kepada 3 Pemimpin Eropa dan Paus – Halaman all

    Putin Kirim Ucapan Selamat Tahun Baru kepada 3 Pemimpin Eropa dan Paus – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin mengirimkan ucapan selamat Tahun Baru kepada tiga pemimpin Eropa dan Paus Fransiskus, Senin (30/12/2024).

    Mereka yang menerima ucapan hangat tersebut adalah Presiden Serbia Aleksandar Vucic, Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

    Hal ini diungkapkan oleh Kremlin dan dilaporkan oleh media seperti Kyiv Independent.

    Mengapa Aleksandar Vucic Mempertahankan Hubungan dengan Rusia?

    Serbia dikenal memiliki hubungan yang erat dengan Rusia, terutama dalam hal pasokan gas.

    Dengan konsumsi tahunan sekitar 25 miliar meter kubik gas, Serbia mengandalkan Gazprom, raksasa energi milik negara Rusia, untuk sekitar 2 miliar meter kubik gas.

    Vucic sering memperlihatkan hubungan persahabatannya dengan Moskow, bahkan mengabaikan sanksi-sanksi yang diterapkan oleh Uni Eropa terhadap Rusia.

    Apa Sikap Viktor Orban Terhadap Rusia?

    Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban juga dikenal sering membela Rusia.

    Ia mengkritik sanksi-sanksi yang dikenakan oleh Uni Eropa dan menolak untuk memberikan bantuan militer kepada Ukraina.

    Hal ini menunjukkan bahwa meskipun banyak negara Eropa menjauh dari Rusia, beberapa pemimpin tetap memilih untuk mempertahankan hubungan baik dengan Kremlin.

    Bagaimana Recep Tayyip Erdogan Mengelola Hubungan dengan Rusia dan Ukraina?

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memiliki pendekatan yang lebih berimbang, berusaha menjaga hubungan baik baik dengan Rusia maupun Ukraina.

    Meskipun Turki memfasilitasi aliran minyak Rusia ke Uni Eropa, Erdogan secara terbuka mendukung kedaulatan Ukraina dan memberikan bantuan kepada negara tersebut.

    Ini mencerminkan kebijakan luar negeri Turki yang kompleks dan pragmatis.

    Apa Peran Paus Fransiskus dalam Hubungan Ini?

    Paus Fransiskus juga menjadi bagian dari ucapan selamat Tahun Baru ini, meskipun dia memiliki pandangan yang kontroversial di Ukraina.

    Dalam pernyataannya, Paus menyerukan warga Ukraina untuk memiliki keberanian dalam upaya mencapai perdamaian dan menyebut Rusia dan Ukraina sebagai “saudara”.

    Mengingat sikap Rusia yang berulang kali membenarkan invasinya sebagai upaya untuk menyatukan kedua bangsa ini, pernyataan Paus tampaknya berupaya mendorong dialog daripada konflik.

    Sikap Putin yang masih memiliki hubungan baik dengan pemimpin-pemimpin ini menunjukkan bahwa tidak semua negara Eropa sepakat dengan sanksi dan tindakan terhadap Rusia.

    Sementara banyak negara Eropa yang menolak keterlibatan dengan Kremlin, Vucic, Orban, dan Erdogan memperlihatkan pendekatan yang berbeda.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Ekspor Gas Alam Rusia ke Uni Eropa Dihentikan, Putin Bakal Rugi Miliaran Dolar AS – Halaman all

    Ekspor Gas Alam Rusia ke Uni Eropa Dihentikan, Putin Bakal Rugi Miliaran Dolar AS – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

    TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW  –  Ekspor gas alam Rusia melalui jaringan pipa yang melintasi Ukraina menuju Eropa resmi dihentikan di awal tahun Baru 2025.

    Hal tersebut dikonfirmasi langsung oleh Perusahaan Rusia Gazprom, dalam keterangan resminya ia mengatakan bahwa ekspor gas melalui Ukraina ke Eropa dihentikan mulai pukul 08:00 waktu setempat (05:00 GMT) pada hari Rabu (1/1/20025).

    Pemutusan  ini terjadi lantaran Ukraina menolak memperpanjang kesepakatan transit utama di tengah perang panas dengan Rusia yang telah terjadi sejak Februari 2022.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa negaranya tidak akan membiarkan Rusia meraup miliaran dolar melalui pipa-pipa gas yang melintas di bawah tanah Ukraina.

    Imbas putusnya aliran ini, Rusia telah kehilangan pasar pentingnya di Uni Eropa, misalnya Hungaria yang membutuhkan pasokan gas alam Rusia sebanyak 25 persen, Slovakia 22 persen, Moldova 17 persen, Austria 15 persen, Jerman 14 persen, Bulgaria dan Republik Ceko sebesar 12 persen.

    Sementara Polandia bergantung pada gas alam Rusia sebesar 11 persen, Italia dan Slovenia 10 persen, Luxemburg, Estonia dan Serbia sebesar 9 persen. Sedangkan, Latvia dan Lithuania 8 persen.

    Rumania dan Swiss sebesar 7 persen, Kroasia dan Denmark sebesar 5 persen, Finlandia 3 persen, Makadonia, Belanda, Perancis sebesar 2 persen dan Belgia 1 persen.

    Alhasil Gazprom raksasa energi Rusia berpotensi kehilangan 5,2 miliar dollar AS dalam penjualan gas akibat pengurangan jalur distribusi ke Eropa. Penurunan ini mengakhiri dominasi Rusia, yang sebelumnya menguasai sekitar 35 persen pasar gas Eropa.

    “Rusia telah kehilangan pasar yang penting, sehingga Rusia memperoleh kerugian sekitar 5 miliar euro atau 5,2 miliar dollar AS per tahun,” jelas laporan BBC International.

    Uni Eropa Mulai Berpaling

    Sebelum Ukraina memutus kontrak kerjasama tersebut, sejumlah negara UE telah lebih dulu mengurangi impor gas dari Rusia. Dimana impor gas Rusia  ke Uni Eropa hanya berada di kisaran 10 persen sepanjang tahun 2023. Angka tersebut berbanding terbalik dengan total impor di tahun 2021 dimana saat itu impor gas mencapai 40 persen.

    Adapun daftar negara yang mulai berpaling meninggalkan impor gas Rusia diantaranya Polandia yang kini mengimpor gas dari AS, Qatar, dan Laut Utara, tambahnya.

    Sementara Jerman, konsumen terbesar gas Rusia di Eropa, mengimpor gas dari Inggris, Denmark, Norwegia dan Belanda melalui pipa.

    Norwegia, pemasok gas terbesar kedua di Eropa setelah Rusia, telah meningkatkan produksi untuk membantu Uni Eropa mencapai targetnya untuk mengakhiri ketergantungan pada bahan bakar fosil Rusia pada tahun 2027.

    Penyedia energi di Inggris, Centrica, telah menandatangani kesepakatan dengan perusahaan gas Norwegia, Equinor, untuk pasokan tambahan di tiga musim dingin berikutnya.

    Lebih lanjut pada bulan Desember kemarin, Komisi Eropa memaparkan rencana untuk sepenuhnya mengganti gas yang melewati Ukraina, dengan menggunakan sumber alternatif dalam gas alam cair (LNG) dari Qatar dan AS, serta gas pipa dari Norwegia.

     

  • Eropa Terancam Krisis Energi Buntut Keputusan Rusia Setop Aliran Gas Transit Ke Ukraina – Halaman all

    Eropa Terancam Krisis Energi Buntut Keputusan Rusia Setop Aliran Gas Transit Ke Ukraina – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

    TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Daratan Eropa terancam mengalami krisis energi dan listrik setelah aliran gas Rusia ke benua tersebut melalui Ukraina terhenti, usai kesepakatan transit utama berakhir, Rabu (1/1/2025).

    Mengutip dari Bloomberg, pemutusan ini terjadi lantaran Ukraina menolak memperpanjang kesepakatan di tengah perang panas dengan Rusia yang telah terjadi sejak Februari 2022.

    Adapun langkah ini menandai akhir dari salah satu jalur pasokan energi utama Rusia ke Eropa, yang telah berlangsung selama lima dekade terakhir, dimana Ukraina telah menjadi jalur utama pasokan gas ke Eropa.

    “Karena penolakan berulang dan eksplisit dari pihak Ukraina untuk memperpanjang perjanjian lima tahun, Gazprom PJSC dihilangkan dari kesempatan teknis dan hukum untuk memasok gas untuk transit melalui wilayah Ukraina mulai 1 Januari 2025,” kata raksasa gas Rusia.

    Ukraina menghentikan ekspor gas Rusia melalui wilayahnya pada pukul 7 pagi waktu setempat, dengan dalih untuk menjaga keamanan nasional wilayahnya, meskipun negara itu harus kehilangan pendapatan transit tahunan sebesar 800 juta dollar AS.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa negaranya tidak akan membiarkan Rusia “meraup miliaran dolar tambahan dari darah kami”.

    Imbas pemutusan aliran itu Eropa hingga zona Euro kini terancam mengalami krisis energi. Lantaran segelintir negara Eropa tengah yang bergantung pada aliran tersebut dipaksa untuk mendapatkan gas di tempat lain dengan harga jauh lebih mahal untuk memenuhi kebutuhan listriknya.

    Hal ini menambah tekanan pada pasokan pada saat wilayah tersebut telah menghabiskan penyimpanan musim dinginnya dengan kecepatan tercepat dalam beberapa tahun.

    Harga Listrik di Eropa Melonjak

    Sebelum Ukraina mengakhiri kerjasama aliran gas transit, Uni Eropa secara signifikan telah mengurangi impor gas dari Rusia sejak 2022. 

    Mengutip dari BBC International, impor gas Rusia  ke Uni Eropa hanya berada di kisaran 10 sepanjang tahun 2023. Angka tersebut berbanding terbalik dengan total impor di tahun 2021 dimana saat itu impor gas mencapai 40 persen.

    Kendati pemangkasan telah terjadi dalam jangka waktu yang lama, namun hal ini menyebabkan guncangan pasar yang memaksa harga grosir listrik dan energi di UE naik hampir 10 kali lipat dari tingkat sebelum krisis.

    Perdana Menteri Slovakia Robert Fico memperkirakan bahwa konsumen Eropa dapat menghadapi kenaikan harga gas hingga 50 miliar euro atau 52 miliar dollar AS  per tahun sementara kenaikan biaya listrik sebesar 70 miliar euro.