Negara: Ukraina

  • Rusia Tuduh Pasukan Ukraina Bunuh 22 Orang, Termasuk 8 Wanita

    Rusia Tuduh Pasukan Ukraina Bunuh 22 Orang, Termasuk 8 Wanita

    Jakarta

    Otoritas Rusia menuduh pasukan Ukraina membunuh 22 orang di sebuah desa Rusia yang diduduki Ukraina. Korban tewas disebut termasuk delapan wanita yang diduga diperkosa sebelum dieksekusi mati.

    Pasukan Ukraina menguasai puluhan permukiman perbatasan di wilayah Kursk di Rusia barat sejak melancarkan serangan mendadak pada bulan Agustus lalu. Ukraina mengatakan sekitar 2.000 warga sipil masih tinggal di daerah yang didudukinya itu.

    Rusia kini telah merebut kembali beberapa kota.

    Sebelumnya, Komite Investigasi Rusia mengatakan pada tanggal 19 Januari lalu, bahwa mereka sedang menyelidiki pembunuhan “setidaknya tujuh warga sipil” di desa Russkoye Porechnoye, sekitar 20 kilometer (12 mil) dari perbatasan Ukraina.

    Dilansir kantor berita AFP, Jumat (31/1/2025), Komite Investigasi Rusia mengatakan pada hari Jumat (31/1), bahwa pihaknya kini tengah menyelidiki pembunuhan “22 warga” antara bulan September dan November.

    Di antara para korban, yang jasadnya ditemukan di ruang bawah tanah beberapa rumah, terdapat delapan wanita yang diduga diperkosa sebelum dibunuh, kata Komite Investigasi.

    Para penyelidik Rusia menyalahkan lima tentara Ukraina atas pembunuhan tersebut. Penyelidik mengatakan bahwa salah satu dari mereka, Yevgeny Fabrisenko, ditangkap selama pertempuran di wilayah Kursk.

    Komite merilis video interogasi seorang pria yang diidentifikasi sebagai Fabrisenko, yang mengaku atas pembunuhan tersebut.

    Dalam sebuah briefing pada hari Jumat, juru bicara kementerian luar negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan: “Pertama-tama orang disiksa, dianiaya, kemudian dibunuh dengan cara ditembak atau diledakkan.”

    Rusia dan Ukraina saling menuduh telah membunuh warga sipil sejak perang dimulai hampir tiga tahun lalu.

    Pasukan Rusia dituduh membunuh ratusan warga sipil di kota Bucha, dekat Kyiv, ibu kota Ukraina. Jurnalis AFP termasuk di antara media internasional yang telah melihat dan memotret jasad warga sipil Ukraina yang terbunuh, beberapa di antaranya dengan tangan terikat.

    Moskow membantah tuduhan tersebut dan menuduh Kyiv merekayasanya. Klaim ini telah ditolak oleh beberapa organisasi pemeriksa fakta independen dan media, termasuk AFP.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Mungkinkah Rusia Kembali Deklarasikan Mobilisasi Massal?

    Mungkinkah Rusia Kembali Deklarasikan Mobilisasi Massal?

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin ingin “meningkatkan pelatihan tempur bagi prajurit cadangan.” Untuk itu, dia menandatangani dekrit wajib militer untuk tahun 2025. Panggilan wajib militer nantinya dapat diberikan kepada prajurit cadangan sampai dengan umur 50 tahun, bintara sampai dengan umur 60 tahun, perwira menengah sampai dengan umur 65 tahun, dan perwira tinggi sampai dengan umur 70 tahun.

    Sejak dimulainya invasi di Ukraina tiga tahun lalu, Rusia memperpanjang masa pelatihan bagi prajurit cadangan atau rekrutan. Selain itu, batas usia maksimal bagi wajib militer juga dinaikkan, dan denda jika tidak mengikuti pelatihan militer dinaikkan menjadi 30.000 rubel atau sekitar Rp5 juta.

    Di jejaring media sosial, pengguna di Rusia belakangan mulai mempertanyakan mengapa latihan militer dijadwalkan begitu awal tahun ini. Tahun lalu, panggilan diumumkan pada bulan Maret dan bulan Mei pada tahun 2023. “Haruskah kita mengharapkan mobilisasi baru?” tanya seorang pengguna di jaringan Rusia “Vkontakte”. “Sekarang, akan ada banyak yang ingin meninggalkan negara ini,” tambah komentator lainnya.

    Dari pelatihan militer hingga perang melawan Ukraina?

    Menurut undang-undang, warga Rusia harus menjalani latihan militer selama sekitar dua bulan. Sebelum Putin melancarkan perang melawan Ukraina, latihan hanya diadakan sebagai formalitas. Meski bersifat wajib, hanya sedikit yang ikut serta, karena cuma diancam denda sebesar 500 rubel atau Rp84 ribu saja.

    Sejak tahun 2022, latihan militer digelar sepanjang tahun, jelas Artyom Klyga, seorang pengacara untuk gerakan penentang wajib militer Rusia. “Sebenarnya bisa dikatakan bahwa latihan militer yang diperintahkan tahun lalu, masih terus berlangsung,” ujarnya kepada DW.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Hal ini boleh jadi didorong “kebutuhan prajurit” mengingat “semakin lelahnya tentara Rusia”. Menurut Klyga, pelatihan militer merupakan kesempatan tambahan untuk merekrut tentara guna berperang melawan Ukraina. Dalam suatu latihan, lebih mudah untuk “memaksa seseorang untuk menandatangani kontrak melalui isolasi, penipuan atau bahkan ancaman”.

    Menurut Klyga, latihan tersebut juga berfungsi untuk memberikan pangkat yang lebih tinggi dan meningkatkan spesialisasi para prajurit, yang memungkinkan perencanaan mobilisasi yang lebih tepat. Warga Rusia belakangan mulai dijebak dengan panggilan ke dewan wajib militer dengan dalih “perbandingan data”. Prajurit cadangan dapat menghadapi tuntutan pidana jika mereka melalukan desersi.

    “Sebelum pemeriksaan kesehatan untuk wajib militer, setiap orang bisa pergi ke luar negeri tanpa rasa khawatir,” tegasnya, seraya menambahkan bahwa hingga kini belum ada larangan bepergian.

    Apa isi dektrit dari Kremlin?

    “Dalam perintah rahasia itu ditentukan jumlah peserta wajib militer, dan tugas yang direncanakan di wilayah tersebut,” kata mantan wakil parlemen Duma Kota Moskow, Yevgeny Stupin. Informasi ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi tujuan dan sasaran Kementerian Pertahanan Rusia.

    Stupin memperingatkan agar tidak mempercayai jaminan dari otoritas Rusia, bahwa menurut hukum, tidak seorang pun dapat dikirim dari latihan ke medan perang. Sang politisi menunjuk pada formulasi dalam dekrit yang memungkinkan prajurit cadangan untuk bertugas di Garda Nasional dan dinas rahasia domestik FSB. “Saya ingin mengingatkan Anda bahwa Garda Nasional adalah pasukan penegak hukum di wilayah Ukraina yang diduduki oleh tentara Rusia, dan bahwa pasukan FSB menjaga perbatasan dan sering terlibat dalam pertempuran dengan angkatan bersenjata Ukraina di Kursk dan Belgorod,” tambahnya.

    Artyom Klyga juga menunjukkan prajurit cadangan dapat dikirim untuk bertugas atau berlatih di Garda Nasional atau FSB baik di wilayah Kursk dan Belgorod, maupun di wilayah yang diduduki oleh Rusia. “Undang-undang tidak melarangnya. Memang tidak ada hambatan hukum, tetapi kami belum menemukan kasusnya„ kata aktivis hak asasi manusia itu.

    Gerakan “Idite Lesom”, sebuah organisasi di Georgia yang membantu pembelot Rusia, juga mengatakan kepada DW bahwa mereka belum melihat peserta pelatihan militer dikirim ke medan perang. “Namun, lebih baik mengabaikan panggilan,” tulis organisasi tersebut.

    Rencana perang melawan NATO?

    Pihak berwenang Rusia menekankan bahwa mobilisasi terbaru tidak direncanakan dan bahwa perekrutan tentara Rusia berlangsung tanpa paksaan. “Setiap hari, sekitar 1.000 orang mendaftarkan diri sebagai relawan di badan wajib militer,” kata Andrei Kartapolov, anggota komite pertahanan di parlemen Duma, kepada kantor berita Rusia TASS.

    Dia menekankan bahwa tentara Rusia “setiap hari merangsek maju di garis depan”.

    “Militer Rusia memang bergerak maju di Ukraina timur, tetapi intensitasnya menurun,” kata Ruslan Leviev, pendiri organisasi investigasi independen Conflict Intelligence Team, dalam sebuah wawancara dengan DW. Aktivis oposisi itu menjelaskan bahwa meskipun Rusia mampu menambah jumlah prajuritnya, namun tetap kesulitan meggantikan tingginya angka perwira yang gugur.

    Pada saat yang sama, Parlemen Rusia Duma menyerukan persiapan perang melawan “kekuatan kolektif Barat”. Skenario ini akan terjadi, seperti yang dikatakan wakil ketua komite pertahanan, Alexei Zhuravlev, kepada portal Rusia absatz.media. Menurutnya, jika negara-negara Barat memasuki perang, Rusia harus memperkuat perekrutan pasukan cadangan.

    Namun, menurut mantan anggota parlemen Moskow Yevgeny Stupin, latihan militer bukan peringatan atau isyarat ancaman bagi Barat. Sebaliknya, dia berasumsi bahwa Vladimir Putin sedang mencoba meraih hasil cepat di garis depan. “Itulah sebabnya dia mempercepat perekrutan prajurit sementara, tidak membiarkan mereka yang telah dimobilisasi pergi dan juga menggunakan prajurit cadangan,” pungkas Stupin.

    Diadaptasi dari DW Bahasa Jerman.

    Lihat Video ‘Drone Rusia Bombardir Odesa, Sejumlah Orang Terluka’:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Kirim Rudal Mematikan Buatan AS untuk Ukraina

    Israel Kirim Rudal Mematikan Buatan AS untuk Ukraina

    Jakarta, CNBC Indonesia – Israel mentransfer sekitar 90 rudal pencegat pertahanan udara Patriot dari penyimpanan di Israel ke Polandia untuk dikirimkan ke Ukraina. Hal ini dilaporkan oleh media Axios, mengutip tiga sumber anonim.

    Setelah Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memensiunkan Patriot yang dipasok AS pada April 2024, Kyiv meminta rudal-rudal itu. Moskow memperingatkan Yerusalem Barat tentang potensi konsekuensi pada saat itu, dan gagasan itu tampaknya tidak membuahkan hasil.

    Axios melaporkan beberapa pesawat angkut Angkatan Udara AS C-17 mengangkut rudal-rudal itu dari pangkalan udara di Israel selatan ke kota Rzeszow di Polandia, pusat logistik NATO untuk memasok Ukraina.

    Yerusalem Barat memberi tahu Moskow tentang langkah itu dan mengatakan mereka “hanya mengembalikan sistem Patriot ke AS” daripada memasok senjata ke Ukraina, Axios melaporkan, mengutip seorang pejabat senior Israel yang tidak disebutkan namanya.

    Pejabat yang sama mengklaim bahwa ini adalah hal yang sama dengan pemindahan peluru artileri AS dari “penyimpanan darurat” di Israel ke Ukraina dua tahun lalu.

    Baik Pentagon maupun Komando Eropa AS menolak memberikan komentar kepada Axios untuk berita tersebut. Rusia belum secara resmi menanggapi masalah tersebut.

    Menurut Axios, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak menerima telepon dari Vladimir Zelensky dari Ukraina “selama berminggu-minggu.”

    Situasi berubah pada akhir September ketika Netanyahu membutuhkan izin Zelensky bagi para peziarah Hasid untuk mengunjungi Uman, sebuah kota di selatan Kyiv tempat pendiri gerakan mereka, Reb Nachman dari Bratslav, dimakamkan. Zelensky menolak hingga Netanyahu menyetujui pemindahan Patriot, kata seorang pejabat Ukraina.

    Seorang juru bicara Netanyahu mengakui kepada Axios bahwa sistem Patriot telah “dikembalikan ke AS,” dan menambahkan bahwa “kami tidak tahu apakah sistem itu dikirim ke Ukraina.” Juru bicara itu juga membantah adanya hubungan antara Patriot dan ziarah Uman.

    Pengiriman rudal tersebut merupakan sumbangan Israel yang “paling signifikan” bagi Kyiv sejak konflik Rusia-Ukraina meningkat pada Februari 2022. Yerusalem Barat telah lama bersikeras hanya memberikan bantuan kemanusiaan kepada Kyiv, karena khawatir akan pembalasan dari Moskow di Suriah, atau melalui pasokan senjata canggih kepada Iran.

    (luc/luc)

  • Mau Lari ke Dubai, 1 Penculik dan Perampok WNA Ukraina di Bali Ditangkap di Bandara Ngurah Rai

    Mau Lari ke Dubai, 1 Penculik dan Perampok WNA Ukraina di Bali Ditangkap di Bandara Ngurah Rai

    Sebelumnya, pihak kepolisian Polda Bali, sedang menyelidiki perampokan yang diduga dilakukan oleh sejumlah Warga Negara Asing (WNA) kepada seorang WNA asal Ukraina berinisial ll. Dalam sebuah rekaman video yang viral di media sosial, seorang WNA Ukraina dan sopirnya menjadi korban penculikan dan perampokan aset kripto sekitar Rp 3,4 miliar.

    Peristiwa tersebut, diketahui terjadi pada 15 Desember 2024 lalu. Saat itu korban dengan sopirnya berinisial A mengendarai mobil BMW warna putih.

    Dalam perjalanan di sekitar Jalan Tundun Penyu Dipal, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, tiba-tiba mereka dihadang oleh dua unit mobil, mobil pertama merk Alphard dengan memblokir jalan dari depan dan satu dari arah belakang.

    Kemudian, saat mobil dari depan keluar empat orang berpakaian hitam menggunakan tutup wajah atau masker dengan membawa senjata pisau, palu dan pistol. Lalu mereka membawa korban dan sopirnya untuk naik ke salah satu mobil dengan tangan diborgol dengan kepala ditutup dengan penutup kepala warna hitam.

     

     

  • Peta Konflik Dunia di 2025: AS Awas, Rusia Untung, Perhatian Timur Tengah, Situasi Korea hingga Cina – Halaman all

    Peta Konflik Dunia di 2025: AS Awas, Rusia Untung, Perhatian Timur Tengah, Situasi Korea hingga Cina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dewan Urusan Luar Negeri Amerika Serikat (AS) telah merilis jajak pendapat tahunan para ahli kebijakan luar negeri dengan pertimbangan konflik saat ini atau potensial yang dapat memengaruhi kepentingan Negeri Paman Sam.

    Laporan tersebut dirilis dengan latar belakang perang dan meningkatnya ketegangan di sejumlah kawasan dan saat Presiden AS Donald Trump memaparkan prioritas kebijakan luar negerinya untuk masa jabatan keduanya.

    Newsweek menghubungi Departemen Luar Negeri AS melalui email untuk meminta komentar.

    Laporan tersebut disusun dari informasi yang dikumpulkan pada bulan November dari 15.000 akademisi, pejabat pemerintah, dan pakar kebijakan luar negeri lainnya.

    Hasilnya menunjukkan bahwa tahun 2025 dapat menjadi tahun yang paling berbahaya sejak Dewan Urusan Luar Negeri mulai melakukan Survei Prioritas Pencegahan.

    Ada lebih banyak skenario yang lebih mungkin terjadi dan memiliki dampak potensial yang lebih tinggi terhadap kepentingan Washington daripada sebelumnya dalam 17 tahun jajak pendapat oleh lembaga pemikir yang berkantor pusat di Washington DC.

    Timur Tengah Masih Memanas

    Timur Tengah dianggap sebagai area yang memerlukan perhatian khusus.

    Menurut laporan tersebut, masih menjadi sorotan konflik Israel dan Hamas di Gaza, kemudian bentrokan dengan Hizbullah yang berpusat di Lebanon, dan meningkatnya permusuhan dengan pendukung kedua kelompok paramiliter—Iran.

    Tidak jelas bagaimana gencatan senjata minggu lalu antara Israel dan Hamas dan kembalinya ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi dari Gaza selatan ke utara akan memengaruhi hasil survei.

    Keuntungan Militer Rusia

    Lalu perang Rusia melawan Ukraina juga masuk dalam kategori konflik Tingkat I tertinggi. 

    Kini, perang yang telah memasuki tahun ketiga dinilai memiliki kemungkinan besar untuk terus berlanjut dan berdampak besar pada kepentingan AS.

    Laporan itu memprediksi berbagai  spekulasi yang bisa terjadi.

    “Keuntungan militer besar Rusia di Ukraina, termasuk penghancuran infrastruktur penting secara luas, dan berkurangnya bantuan asing ke Kyiv menyebabkan gencatan senjata yang menguntungkan Moskow.”

    Tekanan Militer Cina ke Taiwan

    Skenario Tingkat 1 yang dianggap cukup mungkin terjadi tetapi dengan dampak potensial yang tinggi adalah “peningkatan tekanan militer dan ekonomi oleh Tiongkok terhadap Taiwan ” yang dapat memicu krisis Selat Taiwan yang dapat menarik AS dan negara lain di kawasan Pasifik.

    Konflik Afghanistan

    Afghanistan masuk dalam kategori risiko rendah Tier II.

    Para ahli merasa penindasan Taliban dan kesulitan ekonomi yang sedang berlangsung di Afghanistan dapat memicu kekerasan sektarian, yang dapat memperburuk krisis kemanusiaannya.

    Skenario ini dianggap memiliki kemungkinan yang tinggi meskipun dampaknya rendah terhadap masalah kebijakan AS saat ini.

    Provokasi Perbatasan Korea

    Sementara itu, “uji coba senjata dan provokasi perbatasan” oleh Korea Utara tidak mungkin mengakibatkan konfrontasi penuh dengan Korea Selatan, menurut para ahli.

    Kontinjensi ini turun ke Tingkat II, turun dari Tingkat 1 tahun lalu, tetapi akan berdampak besar pada kawasan tersebut dan kemungkinan akan melibatkan AS, yang menempatkan sekitar 28.000 tentara di Korea Selatan yang bersekutu.

    Di antara potensi krisis dalam kategori Tingkat III adalah meningkatnya ketidakstabilan politik yang disebabkan oleh meningkatnya terorisme dan melemahnya kewenangan pemerintah di Nigeria timur laut.

    ALUTSISTA KOREA UTARA – Meriam howitzer M1989 Koksan Korea Utara dikabarkan telah dikirim ke Rusia. Uji coba senjata dan provokasi perbatasan” oleh Korea Utara disebut pakar tidak mungkin mengakibatkan konfrontasi penuh dengan Korea Selatan. (NK News)

    Kemungkinan ini dianggap sedang dan berdampak rendah pada kepentingan Washington.

    Direktur Pusat Aksi Pencegahan di Council on Foreign Relations, Paul Stares, memberikan analisis terkait peta konflik dunia di 2025.

    “Tingkat kecemasan yang dirasakan responden survei tentang risiko konflik kekerasan selama 12 bulan mendatang tidak pernah sebesar ini. Dari 30 kemungkinan yang disurvei, 28 dinilai sangat mungkin terjadi dalam 12 bulan mendatang. Delapan belas di antaranya akan berdampak tinggi atau sedang terhadap kepentingan AS.”

    Untuk menghindari berbagai krisis yang terjadi secara bersamaan dengan konsekuensi yang mengerikan bagi Amerika Serikat, Stares menyarankan pemerintahan Trump untuk berpikir jernih dan berupaya mengurangi risiko konflik.

    Indeks Perdamaian Dunia

    Pada Juni 2024 lalu, Indeks Perdamaian Global (GPI) 2024 merilis peta konflik terbanyak sejak Perang Dunia II.

    Terdapat 56 konflik, 92 negara terlibat dalam konflik di luar perbatasan, yang merupakan jumlah terbanyak sejak GPI didirikan.

    Laporan yang dihasilkan oleh lembaga pemikir internasional, Institute for Economics & Peace (IEP), yang mengungkap bahwa dunia berada di persimpangan jalan. Tanpa upaya bersama, ada risiko lonjakan konflik besar, seperti dikutip dari visionofhumanity.org.

    Adapun 97 negara mengalami penurunan tingkat kedamaian, lebih banyak dari tahun mana pun sejak dimulainya Indeks Perdamaian Global pada tahun 2008.

    Konflik di Gaza dan Ukraina merupakan pendorong utama penurunan tingkat kedamaian global, karena kematian akibat pertempuran mencapai 162.000 pada tahun 2023.

    92 negara saat ini terlibat dalam konflik di luar perbatasan mereka, lebih banyak daripada kapan pun sejak dimulainya GPI.

    Sistem penilaian militer pertama dari jenisnya menunjukkan bahwa kemampuan militer AS hingga tiga kali lebih tinggi daripada Tiongkok.

    Dampak ekonomi global dari kekerasan meningkat menjadi $19,1 triliun pada tahun 2023, mewakili 13,5 persen dari PDB global. Paparan terhadap konflik menimbulkan risiko rantai pasokan yang signifikan bagi pemerintah dan bisnis.

    Militerisasi mencatat penurunan tahunan terbesarnya sejak dimulainya GPI, dengan 108 negara menjadi lebih termiliterisasi.

    110 juta orang menjadi pengungsi atau mengungsi di dalam negeri karena konflik kekerasan, dengan 16 negara kini menampung lebih dari setengah juta pengungsi.

    Amerika Utara mengalami kemerosotan regional terbesar, yang disebabkan oleh peningkatan kejahatan kekerasan dan ketakutan akan kekerasan.

    Jumlah negara yang terlibat konflik tertinggi sejak Perang Dunia II

    PEMBEBASAN SANDERA ISRAEL – Foto ini diambil pada Jumat (31/1/2025) dari publikasi resmi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) pada Kamis (30/1/2025), menunjukkan warga Palestina dan anggota Brigade Al-Qassam menyaksikan pertukaran tahanan ketiga di Jalur Gaza pada Kamis (30/1/2025). Hamas menyerahkan 3 sandera Israel dan 5 warga Thailand kepada ICRC sebelum dibawa ke negara masing-masing. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Saat ini terdapat 56 konflik, yang terbanyak sejak Perang Dunia II.

    Konflik-konflik tersebut telah menjadi lebih internasional dengan 92 negara terlibat dalam konflik di luar perbatasan mereka, yang terbanyak sejak dimulainya GPI.

    Meningkatnya jumlah konflik kecil meningkatkan kemungkinan terjadinya lebih banyak konflik besar di masa mendatang.

    Misalnya, pada tahun 2019, Ethiopia, Ukraina, dan Gaza semuanya diidentifikasi sebagai konflik kecil.

    Tahun lalu tercatat 162.000 kematian terkait konflik. Ini adalah jumlah korban tertinggi kedua dalam 30 tahun terakhir, dengan konflik di Ukraina dan Gaza yang menyumbang hampir tiga perempat kematian.

    Ukraina mewakili lebih dari separuhnya, mencatat 83.000 kematian akibat konflik, dengan perkiraan sedikitnya 33.000 untuk Palestina hingga April 2024.

    Dalam empat bulan pertama tahun 2024, kematian terkait konflik secara global berjumlah 47.000.

    Jika angka yang sama berlanjut hingga akhir tahun ini, ini akan menjadi jumlah kematian konflik tertinggi sejak genosida Rwanda pada tahun 1994.

    Dampak ekonomi global akibat kekerasan pada tahun 2023 adalah $19,1 triliun atau $2.380 per orang.

    Ini merupakan peningkatan sebesar $158 miliar, yang sebagian besar disebabkan oleh peningkatan kerugian PDB akibat konflik sebesar 20 persen.

    Pengeluaran untuk pembangunan perdamaian dan pemeliharaan perdamaian berjumlah total $49,6 miliar, yang mewakili kurang dari 0,6?ri total pengeluaran militer.

    Islandia tetap menjadi negara paling damai, posisi yang telah dipegangnya sejak 2008, diikuti oleh Irlandia, Austria, Selandia Baru, dan Singapura – pendatang baru di lima besar.

    Yaman telah menggantikan Afghanistan sebagai negara paling tidak damai di dunia. Diikuti oleh Sudan, Sudan Selatan, Afghanistan, dan Ukraina.

    Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) tetap menjadi kawasan yang paling tidak damai.

    Kawasan ini merupakan rumah bagi empat dari sepuluh negara yang paling tidak damai di dunia dan dua negara yang paling tidak damai, Sudan dan Yaman.

    Meskipun demikian, UEA mencatat peningkatan kedamaian terbesar di kawasan ini – naik 31 peringkat ke peringkat 53 pada tahun 2024.

    Meskipun sebagian besar indikator kedamaian memburuk selama 18 tahun terakhir, ada peningkatan dalam angka pembunuhan yang turun di 112 negara, sementara persepsi kriminalitas membaik di 96 negara.

    Perubahan sifat konflik

    Seiring meluasnya konflik dan semakin mendunianya konflik, meningkatnya kompleksitas mengurangi kemungkinan tercapainya solusi yang langgeng. Ukraina dan Gaza adalah contoh dari keluhan historis yang terus berlanjut atau “perang abadi” tanpa resolusi yang jelas.

    Jumlah konflik yang menghasilkan kemenangan yang menentukan bagi kedua belah pihak telah turun dari 49 persen pada tahun 1970-an, menjadi kurang dari 9 persen pada tahun 2010-an.

    Selama periode yang sama, jumlah konflik yang berakhir melalui perjanjian damai turun dari 23 persen menjadi lebih dari 4%.

    Faktor kunci lain yang membentuk kembali konflik adalah dampak teknologi peperangan asimetris, yang memudahkan kelompok non-negara, serta negara yang lebih kecil atau kurang kuat, untuk bersaing dalam konflik dengan negara atau pemerintah yang lebih besar.

    Jumlah negara yang menggunakan pesawat nirawak meningkat dari 16 menjadi 40, peningkatan 150% antara tahun 2018 dan 2023.

    Selama periode yang sama, jumlah kelompok non-negara yang melakukan setidaknya satu serangan pesawat nirawak meningkat dari 6 menjadi 91, peningkatan lebih dari 1.400%.

    Kemampuan militer global

    Sejak dimulainya perang Ukraina, militerisasi telah meningkat di 91 negara, membalikkan tren 15 tahun sebelumnya.

    Mengingat komitmen ke depan banyak negara terhadap pengeluaran militer, hal itu tidak mungkin membaik dalam beberapa tahun mendatang.

    Perubahan dalam dinamika peperangan telah menyebabkan jumlah pasukan berkurang sementara kecanggihan teknologi meningkat.

    Selama dekade terakhir, 100 negara mengurangi personel angkatan bersenjata mereka, sementara kemampuan militer global meningkat lebih dari 10%.

    Penelitian pertama yang dilakukan oleh IEP menghitung kemampuan militer suatu negara dengan menggabungkan kecanggihan militer, teknologi, dan kesiapan tempur.

    Penelitian ini mengungkap bahwa AS memiliki kemampuan militer yang jauh lebih tinggi daripada China, yang diikuti oleh Rusia.

    Pendekatan tradisional untuk mengukur kemampuan militer umumnya hanya menghitung jumlah aset militer.

    Sorotan regional

    Eropa tetap menjadi kawasan paling damai, namun, kawasan ini mencatat peningkatan pengeluaran militer tahunan terbesar sejak dimulainya GPI.

    Amerika Utara mencatat penurunan perdamaian regional terbesar dengan penurunan hanya di bawah 5%.

    Baik AS maupun Kanada mengalami penurunan yang signifikan, terutama didorong oleh peningkatan kejahatan kekerasan dan ketakutan akan kekerasan.

    Afrika Sub-Sahara sekarang menjadi kawasan paling tidak damai kedua setelah MENA karena menghadapi beberapa krisis keamanan – terutama meningkatnya kerusuhan politik dan terorisme di Sahel Tengah.

    Asia-Pasifik tetap menjadi kawasan paling damai kedua dengan sedikit penurunan perdamaian.

    Papua Nugini mencatat penurunan terburuk di kawasan tersebut, yang disebabkan oleh meningkatnya kekerasan suku akibat perselisihan atas wilayah dan kepemilikan tanah.

    Amerika Tengah dan Karibia mengalami sedikit penurunan perdamaian, karena negara-negara seperti Haiti memerangi kejahatan terorganisasi tingkat tinggi dan kerusuhan sipil.

    Meskipun demikian, El Salvador mencatat peningkatan perdamaian paling signifikan di dunia.

    Amerika Selatan mengalami penurunan perdamaian terbesar kedua dengan penurunan sebesar 3,6%.

    Perubahan terbesar terjadi pada indikator Tingkat Pembunuhan, Skala Teror Politik, dan Intensitas Konflik Internal.

    (Tribunnews.com/ Chrysnha)

  • AS Pindahkan 90 Sistem Patriot dari Israel ke Ukraina, Bisa Picu Rusia Kirimi Iran Senjata Canggih – Halaman all

    AS Pindahkan 90 Sistem Patriot dari Israel ke Ukraina, Bisa Picu Rusia Kirimi Iran Senjata Canggih – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump dilaporkan telah memerintahkan militernya untuk memindahkan 90 sistem pertahanan udara Patriot dari Israel ke Ukraina.

    Media AS Axios menyebut puluhan sistem Patriot itu akan dikirim ke Ukraina lewat Polandia.

    Pengiriman itu disebut akan membuat para pemimpin Eropa gembira karena mereka sebelumnya khawatir Trump akan mengurangi bantuan militer AS kepada Ukraina.

    Kementerian Pertahanan AS menganggap sistem Patriot sangat penting dalam upaya Ukraina menghadapi serangan udara Rusia.

    All Israel News melaporkan Angkatan Udara Israel mulai berhenti mengoperasikan sistem yang sudah tua itu. Puluhan Patriot itu dikirim oleh AS ke Israel lebih dari 30 tahun lalu saat Perang Teluk Pertama.

    Karena Israel sudah mengembangkan sistem pertahanan canggihnya sendiri, Patriot kini dianggap kurang relevan dan kebanyakan hanya disimpan.

    Israel lalu mengembalikan Patriot kepada AS. Sistem itu disesuaikan terlebih dulu sebelum dikirim ke Ukraina.

    Pengiriman Patriot itu disebut sebagai pengiriman peralatan militer terpenting dari Israel ke Ukraina sejak perang di Ukraina meletus tahun 2022.

    Para pejabat Ukraina mengklaim awalnya Israel keberatan memindahkan sistem itu. Israel takut pemindahan itu akan memicu Rusia untuk mengirimkan lebih banyak senjata canggih kepada Iran.

    Menurut seorang pejabat Ukraina, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak untuk membahas perkara pemindahan Patriot hingga beberapa minggu sebelum mengizinkan pemindahan itu pada bulan September 2024.

    Para pejabat Ukraina sudah berulang kali mengeluh karena Israel enggan mengirimkan perlengkapan militer canggih ke Ukraina karena mengkhawatirkan aksi balasan Rusia.

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, pada Februari 2023, menggambarkan perang Ukraina melawan Rusia sebagai perang David melawan Rusia sebagai Goliath modern. Oleh karena itu, Zelensky berharap Israel bersedia mengirimkan sistem pertahanan David Sling atau Ketapel David untuk membantu Ukraina.

    “Kami tak punya alternatif kecuali mengalahkan Goliath Rusia. Menjadi David yang tengah berperang dan kami berperang. Menjadi David artinya memiliki ketapel agar menang,” kata Zelensky.

    Hingga saat ini negara Zionis itu belum mengirimkan David Sling kepada Ukraina. Meski demikian, pengiriman Patriot itu disebut bisa mengurangi ketegangan antara Ukraina dan Israel.

    Axios menyebut Israel sudah memberi tahu Rusia mengenai pengiriman itu dan menegaskan bahwa Israel hanya mengembalikan Patriot kepada AS. Israel mengklaim tidak tahu apakah sistem itu akan dikirim ke Ukraina.

    Dengan kata lain, Israel menjelaskan kepada Rusia, bukan Israel, melainkan AS yang memutuskan untuk mengirimkan Patriot ke Ukraina.

    Dalam pada itu, hubungan Israel dengan Rusia memburuk sejak perang di Ukraina berkobar. Israel bergabung dengan negara-negara Barat yang mengecam serangan Rusia ke Ukraina.

    Di lain pihak, Rusia membalasnya dengan mengkritik pedas Israel yang mengaku berhak membela diri dari serangan Iran dan proksi-proksinya.

    Sanksi dan blokade yang dijatuhkan Barat kepada Rusia juga membuat Rusia membentuk aliansi militer dengan Iran.

    Iran memberi Rusia teknologi drone, sedangkan Rusia memberi Iran sejumlah perlengkapan militer.

    (*)

  • Ilmuwan Sebut 3 Negara Penyebab ‘Kiamat’: AS, Rusia, dan China

    Ilmuwan Sebut 3 Negara Penyebab ‘Kiamat’: AS, Rusia, dan China

    Jakarta

    Doomsday Clock atau Jam Kiamat 2025 telah diumumkan 89 detik menuju waktu tengah malam. Ilmuwan menyebut Amerika Serikat, Rusia, dan China bertanggung jawab mengembalikan Bumi ke jalur yang benar.

    Jam Kiamat adalah jam simbolis yang menggambarkan kemungkinan risiko bencana global buatan manusia. Simbol ini dikelola sejak 1947 oleh para ilmuwan yang tergabung dalam Bulletin of the Atomic Scientists (BAS). Semakin dekat jarum jam menuju waktu tengah malam, menandakan umat manusia semakin dekat dengan ‘kiamat’ atau bencana global.

    “Para pemimpin negara dan masyarakat mereka telah gagal melakukan apa yang diperlukan untuk mengubah arah. Akibatnya, kita sekarang mengubah Jam Kiamat dari 90 detik (Jam Kiamat 2023 dan 2024) menjadi 89 detik mendekati tengah malam. Ini adalah waktu terdekat dengan bencana sepanjang sejarah Jam Kiamat sejak diumumkan,” demikian pernyataan para ilmuwan yang dikutip dari situs resmi BAS.

    Berbagai ancaman global menjadi pertimbangan para ilmuwan mengatur waktu Jam Kiamat 2025, termasuk proliferasi senjata nuklir, teknologi disruptif seperti kecerdasan buatan, perang Rusia-Ukraina, perang Israel-Hamas, konflik Israel-Hizbullah, ancaman biologis, dan krisis iklim yang berkelanjutan.

    Terkait nuklir, ilmuwan menyoroti Rusia yang menangguhkan kepatuhan terhadap perjanjian New START dan menarik ratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif. China, dengan cepat meningkatkan persenjataan nuklirnya. Lalu AS telah mengabaikan perannya yang seharusnya memberikan peringatan.

    Alih-alih, ketiga negara tersebut cenderung memperluas persenjataan nuklirnya dan mengadopsi sikap yang memperkuat keyakinan bahwa penggunaan senjata nuklir ‘terbatas’ dapat dikelola.

    Demikian juga dengan sikap para kepala negara terkait dengan perubahan iklim dan pemanasan global. “Ada hambatan kebijakan yang sangat besar secara global: khususnya yang mengkhawatirkan, kampanye pemilihan umum di berbagai negara menunjukkan perubahan iklim menjadi prioritas rendah di AS dan banyak negara lain,” kata ilmuwan.

    Dalam pernyataan tersebut, ilmuwan terang-terangan menyebut AS, Rusia, dan China sebagai ‘biang kerok’ terjadinya bencana global dan meminta agar ketiganya berbuat hal yang benar.

    “Terus menerus mengikuti jalan yang ada saat ini secara membabi buta adalah sebuah kegilaan. AS, Rusia, dan China memiliki kekuatan kolektif untuk menghancurkan peradaban,” kata ilmuwan.

    “Ketiga negara ini memiliki tanggung jawab utama untuk menyelamatkan dunia dari jurang kehancuran, dan mereka dapat melakukannya jika para pemimpin mereka secara serius memulai diskusi dengan itikad baik tentang ancaman global yang diuraikan di sini. Meskipun mereka memiliki perbedaan pendapat yang mendalam, mereka harus mengambil langkah pertama itu tanpa menunda. Dunia bergantung pada tindakan segera,” tegas mereka.

    (rns/rns)

  • PT BPR Syariah Dharma Kuwera Gelar Raker Pro Growth Pro Leading

    PT BPR Syariah Dharma Kuwera Gelar Raker Pro Growth Pro Leading

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG — Awal tahun 2025 segenap karyawan & pengurus PT. Bank Perekonomian Rakyat Syariah Dharma Kuwera (BPRS Dhaku) Klaten mengikuti rangkaian kerja yang diawali dengan rapat rapat kerja internal.

    Puncak agenda diselenggarakan di Semarang berupa Kick Off Meeting RBB 2025. Selanjutnya, kunjungan kreatif ke Nissin Biskuit dan Dusun Semilir Ungaran Jawa Tengah.

    Kick off meeting bertema ”Pro Growth Pro Leading” yang diselenggarakan di Hotel ibis Semarang pada Ahad, 26 Januari 2025 tersebut diikuti segenap Karyawan, Pimpinan, Pengurus dan Pemegang Saham.

    Menurut Dede Haris Sumarno, Direktur Utama Dana Pensiun Syariah Muhammadiyah yang menjadi Pemegang Saham Pengendali (PSP) di BPRS Dharma Kuwera, kegiatan ini sangat penting untuk menumbuhkan semangat dalam membesarkan BPRS Dharma Kuwera.

    Menurut Dede, tidak hanya kerja keras, kerja cerdas untuk memajukan BPRS tapi juga di perlukan Disiplin yang tinggi dalam segala aspek dan dilengkapi dengan doa dan tawakkal kepada Allah SWT.

    Dirut BPRS Dharma Kuwera, Jatmiko, mengucapkan syukur, pada tahun 2024 ini, meski baru saja pulih dari pandemi Covid 19, semua Pos Keuangan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan sehingga secara keseluruhan Bank tetap membukukan laba dan menjaga rasio rasio keuangan di tingkat yang sehat (peringkat 1).

    Tantangan 2025 ini cukup luar biasa di tengah kondisi persaingan Cina & USA negara raksasa kekuatan ekonomi dunia, Perang Rusia & Ukraina yang belum juga berakhir serta banyaknya negara maju yang mengalami kontraksi ke arah resesi.

    Jatmiko menyampaikan untuk bisa mencapai bahkan melompati target RBB 2025 di tengah kondisi sekarang di perlukan ”Energi” the power of Change dan ini dibutuhkan komitmen dari setiap insan.

    Wira Sumbaga, salah satu pemegang saham BPRS Dharma Kuwera juga pemilik beberapa perusahaan diantaranya ”Batik Paradise” ikut memberikan motivasi dalam kegiatan tersebut. Menurut Wira, untuk meningkatkan profit diperlukan service excelent.

    Sementara itu, Muslich Wahid Mahdi, selaku Dewan Pengawas Syariah mengingatkan bahwa BPRS bisa terus maju mecapai kesejahteraan yang barokah tidak boleh lepas dari nilai nilai keislaman dan keimanan (ekonomi yang maslahah)

    Di penghujung Kick Off, Suin Lestari, Direktur yang membawahi kepatuhan, menyampaikan berbagai program pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM di BPRS Dharma Kuwera. (*)

  • Pesawat American Airlines Tabrakan dengan Black Hawk, Ini Speknya

    Pesawat American Airlines Tabrakan dengan Black Hawk, Ini Speknya

    Jakarta

    Sebuah pesawat domestik yang dioperasikan maskapai American Airlines, tabrakan di udara dengan helikopter Black Hawk. Berikut spesifikasi kedua alat transportasi terbang tersebut.

    Pesawat jenis Bombardier CRJ700 itu, tabrakan dengan helikopter Sikorksy H-60 Black Hawk saat mau mendarat di Bandara Reagan National Airport di Washington DC. Dilaporkan ada sekitar 60 penumpang dalam pesawat yang terbang dari Wichita, Kansas itu.

    Dikutip detikINET dari Daily Mail, Rabu (30/1/2025) saat ini upaya penyelamatan dan pencarian besar-besaran sedang dilakukan. Sedangkan seluruh aktivitas penerbangan di bandara dibatalkan. Belum diketahui adanya korban tewas atau terluka dalam insiden ini.

    Bombardier CRJ700

    Seri Bombardier CRJ700 adalah keluarga pesawat jet regional yang dirancang dan diproduksi oleh konglomerat transportasi Kanada, Bombardier, yang sebelumnya bernama Canadair.

    Diluncurkan secara resmi pada tahun 1997, penerbangan perdana CRJ700 dilakukan pada 27 Mei 1999. Setelahnya, ada varian CRJ900 yang lebih panjang. Beberapa varian tambahan dari tipe itu kemudian diperkenalkan, termasuk CRJ1000 yang lebih panjang dan CRJ550 serta CRJ705.

    Kapasitas tempat duduk berkisar antara 63 hingga 78. CRJ700 dibuat dalam tiga varian, yakni Seri 700, Seri 701, dan Seri 702. Seri 700 dibatasi untuk 68 penumpang, Seri 701 untuk 70 penumpang, dan Seri 702 untuk 78 penumpang.

    CRJ700 juga memiliki tiga pilihan bahan bakar/berat, yaitu standar, ER, dan LR. Versi ER memiliki peningkatan kapasitas bahan bakar dan berat maksimum, yang pada gilirannya meningkatkan jarak tempuh.

    Pesawat yang dibuat lebih awal dilengkapi dua mesin General Electric CF34-8C1. Pesawat yang dibangun kemudian dilengkapi model -8C5, yang pada dasarnya adalah 8C1 yang ditingkatkan.

    Kecepatan maksimumnya adalah Mach 0,85 (903 km/jam) pada ketinggian maksimum 12.500 m. Bergantung pada muatan, CRJ700 memiliki jangkauan hingga 3.620 km dengan mesin asli, dan varian baru dengan mesin CF34-8C5 memiliki jangkauan hingga 4.660 km.

    Sikorsky UH-60 Black Hawk

    Sikorsky UH-60 Black Hawk adalah helikopter militer legendaris bermesin ganda, empat bilah, dan daya angkat sedang yang diproduksi Sikorsky Aircraft, perusahaan Amerika Serikat. Sikorsky mengajukan desain S-70 untuk kompetisi Utility Tactical Transport Aircraft System (UTTAS) Angkatan Darat Amerika Serikat tahun 1972.

    Angkatan Darat menetapkan prototipe tersebut sebagai YUH-60A dan memilih Black Hawk sebagai pemenang program tersebut pada tahun 1976, setelah kompetisi terbang lepas landas dengan Boeing Vertol YUH-61.

    Sikorsky UH-60 Black Hawk. Foto: AP/ChiangYing-ying

    Dinamai dari pemimpin perang penduduk asli Amerika Black Hawk, UH-60A mulai beroperasi dengan Angkatan Darat AS tahun 1979, menggantikan Bell UH-1 Iroquois sebagai helikopter angkut taktis Angkatan Darat. Versi yang dimodifikasi juga telah dikembangkan untuk Angkatan Laut AS, Angkatan Udara, dan Penjaga Pantai.

    Selain dipakai oleh Angkatan Darat AS, keluarga UH-60 telah diekspor ke beberapa negara. Black Hawk telah bertugas dalam pertempuran selama konflik di Grenada, Panama, Irak, Somalia, Ukraina, Balkan, Afghanistan, dan wilayah lain di Timur Tengah.

    Varian utamanya termasuk Sikorsky SH-60 Seahawk yang digunakan untuk keperluan angkatan laut, Sikorsky HH-60 Pave Hawk untuk pencarian dan penyelamatan, dengan peningkatan lain untuk berbagai varian ekspor, VIP, dan operasi khusus. Varian terbaru adalah UH-60M.

    (fyk/fay)

  • Kilang Rusia Terbakar Usai Kena Serangan Drone Ukraina

    Kilang Rusia Terbakar Usai Kena Serangan Drone Ukraina

    Jakarta

    Drone Ukraina Hantam Fasilitas Minyak dan Rudal Rusia

    Pesawat tanpa awak atau drone milik Ukraina dikabarkan menghantam stasiun pompa minyak di Andreapol Rusia pada Rabu (29/1/2025). Wilayah tersebut bagian dari rute ekspor minyak melalui pelabuhan Laut Baltik Ust-Luga, yang memgakibatkan kebakaran dan kebocoran produk minyak.

    Dikutip dari Reuters, serangan drone Ukraina juga menghantam fasilitas penyimpanan rudal Rusia di wilayah Tver, yang menyebabkan serangkaian ledakan. Laporan tersebut mengatakan, lokasi pompa penyaringan dan tangki berisi aditif rusak akibat serangan Ukraina dan pasokan melalui pipa utama ke terminal Ust-Luga dihentikan sementara.

    Perusahaan jaringan pipa minyak Rusia, Transneft mengatakan, tidak ada gangguan dan menggambarkan kerusakan di wilayah Tver. Pasukan Ukraina telah meningkatkan serangan pesawat drone terhadap fasilitas militer dan energi Rusia dalam beberapa minggu terakhir.

    Hal itu dilakukan Ukraina untuk meningkatkan biaya perang bagi Moskow menjelang peringatan tiga tahun invasi skala penuhnya di bulan depan.

    Sementara militer Ukraina mengatakan, telah menyerang kilang minyak di wilayah Nizhny Novgorod, Rusia. Serangan drone itu juga menyebabkan kebakaran besar.

    Rusia juga dikabarkan telah melakukan serangan pesawat tak berawak secara rutin terhadap sasaran di Ukraina sejak 2022. Sumber Reuters mengatakan serangan terhadap stasiun pompa minyak dan fasilitas penyimpanan rudal merupakan operasi gabungan yang dilakukan oleh badan keamanan SBU dan Pasukan Operasi Khusus Ukraina.

    Lihat Video: Kilang Minyak di Rusia Terbakar Diserang Drone, Warga Kocar-kacir

    (rrd/rrd)