Negara: Ukraina

  • Hari ke-1082 Perang Rusia-Ukraina: Zelensky dan Pejabat NATO Cek Senjata Jarak Jauh Ukraina – Halaman all

    Hari ke-1082 Perang Rusia-Ukraina: Zelensky dan Pejabat NATO Cek Senjata Jarak Jauh Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada hari ke-1082 perang Rusia-Ukraina yang berlangsung pada Minggu, 9 Februari 2025, Ukraina melaporkan tiga orang terluka akibat serangan tembakan dari pasukan Rusia selama 24 jam terakhir di kota Pokrovsk, Donetsk.

    Serangan tersebut juga merusak empat blok apartemen di kota tersebut.

    Pada pukul 20:10 waktu setempat, militer Ukraina melaporkan bahwa pasukan Rusia dan Korea Utara kembali menyerang posisi pasukan Ukraina di Oblast Kursk, Rusia.

    Menurut laporan militer Ukraina, Brigade Mekanik Terpisah ke-47 Magura dan sekutunya berhasil menangkis serangan besar dari Rusia.

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, dalam pidato malamnya, menyatakan bahwa Vladimir Putin bersiap untuk melanjutkan serangannya di Ukraina.

    “Kita sekarang tahu bahwa Rusia sedang menciptakan divisi baru dan mengembangkan fasilitas produksi militer baru,” ungkap Zelensky, Sabtu (8/2/2025).

    Dukungan Korea Utara untuk Rusia

    Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, menjanjikan dukungan berkelanjutan untuk Rusia dalam perangnya melawan Ukraina.

    “Tentara dan rakyat Korea Utara akan selalu mendukung tujuan yang benar dari tentara dan rakyat Rusia,” kata Kim, Sabtu.

    Ia juga menegaskan komitmennya untuk mengembangkan kekuatan nuklir sebagai respons terhadap kerja sama militer antara AS, Jepang, dan Korea Selatan.

    Pandangan Inggris dan AS

    Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, menyatakan bahwa tidak ada tanda-tanda perang akan segera berakhir. “Vladimir Putin sama sekali tidak menunjukkan keinginan untuk berunding,” katanya setelah bertemu dengan Zelensky di Kyiv, Sabtu.

    Lammy menegaskan bahwa Inggris akan berperan dalam jaminan keamanan di masa depan, termasuk kemungkinan mengirim pasukan sebagai penjaga perdamaian.

    Sementara itu, Rusia menilai tidak ada langkah positif dari pemerintahan baru AS terkait pelucutan senjata.

    Perwakilan tetap Rusia untuk PBB, Gennady Gatilov, menyatakan bahwa Rusia siap untuk bekerja sama dengan AS dalam perundingan gencatan senjata.

    Zelensky Tinjau Kapasitas Persenjataan

    Zelensky juga bertemu dengan ketua komite militer NATO, Giuseppe Cavo Dragone, untuk meninjau kapasitas persenjataan jarak jauh Ukraina.

    Pertemuan ini membahas bantuan militer berkelanjutan dari negara-negara anggota NATO dan investasi dalam produksi pesawat nirawak dalam negeri.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1082: Zelensky Sebut Putin Siap Perpanjang Perang Pakai Senjata Baru – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1082: Zelensky Sebut Putin Siap Perpanjang Perang Pakai Senjata Baru – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-1082 pada Minggu (9/2/2025).

    Ukraina melaporkan tiga orang terluka akibat tembakan yang diluncurkan oleh pasukan Rusia ke kota Pokrovsk, Donetsk, pada Sabtu (8/2/2025).

    Empat blok apartemen rusak di kota tersebut akibat serangan Rusia.

    Pada pukul 20.10 waktu setempat, militer Ukraina melaporkan pasukan Rusia dan Korea Utara kembali melakukan serangan terhadap posisi pasukan Ukraina di Kursk, Rusia.

    “Pasukan Rusia dan Korea Utara memulai serangan lain di Oblast Kursk. Brigade Mekanik Terpisah ke-47 ‘Magura’ dan sekutunya menangkis serangan besar Rusia yang baru,” lapor militer Ukraina.

    Zelensky: Putin Siap Lanjutkan Perangnya, Bukan Hanya Lawan Ukraina

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin bersiap memerintahkan pasukannya untuk melanjutkan serangannya di Ukraina.

    “Kita sekarang tahu – seperti yang dilaporkan intelijen kita – bahwa Rusia sedang menciptakan divisi baru dan mengembangkan fasilitas produksi militer baru,” kata Zelensky dalam pidato malamnya, Sabtu.

    “Jelas bahwa kerja sama mereka dengan Korea Utara akan meluas. Sayangnya, Moskow menyebarkan teknologi modern – teknologi perang – ke wilayah tersebut, termasuk teknologi pesawat nirawak,” tambahnya, dikutip dari Pravda.

    Zelensky mengatakan Putin menambah pasukan hingga 100.000 tentara.

    “Semua mitra harus tahu dan melihatnya… Kami siap berbagi informasi yang relevan dan komunikasi terkait sudah berlangsung melalui saluran intelijen,” kata Zelensky memperingatkan sekutu Ukraina.

    Kim Jong Un Janji Tetap Dukung Rusia

    Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah menjanjikan dukungannya yang berkelanjutan untuk sekutunya, Rusia, dalam perangnya dengan Ukraina. 

    “Tentara dan rakyat Korea Utara akan selalu mendukung dan mendorong tujuan yang benar dari tentara dan rakyat Rusia untuk mempertahankan kedaulatan, keamanan, dan integritas teritorial mereka,” kata Kim Jong Un, Sabtu.

    Menanggapi kerja sama militer trilateral antara AS, Jepang dan Korea Selatan, Kim Jong Un menegaskan kembali kebijakan yang tak tergoyahkan dari negaranya untuk lebih mengembangkan kekuatan nuklir.

    Pada minggu ini, Zelensky mengonfirmasi pasukan Korea Utara telah kembali ke garis depan di wilayah Kursk Rusia, setelah laporan Rusia telah menarik mereka karena kerugian besar.

    Bulan lalu, Korea Selatan mengatakan pihaknya mencurigai Korea Utara bersiap untuk mengirim lebih banyak pasukan ke Rusia untuk memperkuat pasukan Moskow dalam perang hampir tiga tahun, seperti diberitakan The Guardian.

    Menlu Inggris: Perang Rusia-Ukraina Tak Ada Tanda-tanda Segera Berakhir

    Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengatakan tidak akan ada akhir yang dekat dari pertempuran di Ukraina meskipun Donald Trump berjanji untuk menengahi dengan cepat mengakhiri konflik tersebut.

    “Saya tidak yakin kita tinggal beberapa minggu lagi dari perundingan damai. Dan saya katakan itu karena penilaian kami, yang saya cukup yakin diamini AS, adalah (Vladimir) Putin sama sekali tidak menunjukkan keinginan untuk berunding dan mengakhiri perang ini,” kata David Lammy setelah bertemu Zelensky dan pejabat senior Ukraina di Kyiv, Sabtu.

    Ia mengatakan Inggris akan memainkan peran penuh dalam jaminan keamanan di masa mendatang, termasuk kemungkinan mengirim pasukan Inggris ke Ukraina untuk bertindak sebagai pasukan penjaga perdamaian jika terjadi gencatan senjata dengan Rusia. 

    Namun David Lammy mengatakan diskusi dengan sekutu Eropa dan G7 mengenai jenis jaminan apa yang mungkin diperlukan akan berlangsung selama beberapa bulan lagi dan terlalu dini untuk mengantisipasi peran apa yang akan dimainkan Inggris.

    Rusia: AS Tak Niat Tengahi Gencatan Senjata

    Rusia mengatakan tidak melihat adanya langkah positif dari pemerintahan baru AS terkait pelucutan senjata. 

    Perwakilan tetap Rusia untuk PBB, Gennady Gatilov mengatakan Rusia siap bekerja sama dengan AS untuk membahas perundingan gencatan senjata dengan Ukraina.

    “Rusia siap untuk menjaga hubungan kerja sama yang lancar dengan pemerintahan Amerika mana pun,” katanya kepada RIA Novosti, Sabtu.

    “Kami akan siap melakukan ini dalam kerangka Konferensi Perlucutan Senjata… Sejauh ini, kami tidak melihat adanya kemajuan positif dalam hal ini di Jenewa,” kata Gennady Gatilov.

    Zelensky dan Pejabat NATO Cek Gudang Senjata Ukraina

    Zelensky mengatakan ia bertemu dengan ketua komite militer NATO untuk meninjau kapasitas persenjataan jarak jauh Ukraina, dalam sebuah posting di X. 

    Selama kunjungan bersama Giuseppe Cavo Dragone ke sebuah perusahaan industri pertahanan, Zelensky mengonfirmasi topik-topik utama yang dibahas termasuk bantuan militer berkelanjutan dari negara-negara anggota NATO dan investasi langsung dalam produksi dalam negeri pesawat nirawak jarak jauh.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Ukraina Doakan Agar ICC Bisa Lanjutkan Pekerjaannya dan Adili Penjahat Perang Rusia – Halaman all

    Ukraina Doakan Agar ICC Bisa Lanjutkan Pekerjaannya dan Adili Penjahat Perang Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memberikan sanksi kepada Mahkamah Pidana Internasional (ICC) memicu beragam reaksi.

    Sanksi ini dianggap dapat meningkatkan risiko impunitas untuk kejahatan serius dan melemahkan hukum internasional.

    Ukraina juga berkomentar terkait keputusan Trump.

    Kyiv berharap Pengadilan Pidana Internasional dapat melanjutkan pekerjaannya untuk mengadili penjahat perang Rusia.

    Dikutip dari The Guardian, ICC sedang menyelidiki tuduhan kejahatan perang Rusia yang dilakukan selama invasinya ke Ukraina.

    Pada tahun 2023 mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Putin.

    “Kami berharap bahwa [sanksi] tersebut tidak akan memengaruhi kemampuan pengadilan untuk mencapai keadilan bagi para korban agresi Rusia,” kata Juru bicara kementerian luar negeri Ukraina, Georgiy Tykhy, Jumat (7/2/2025).

    “Ukraina terus bekerja sama dengan ICC untuk memajukan kasus-kasus tersebut,” tambahnya.

    Reaksi Pemimpin Dunia 

    Para pemimpin dunia juga mengirim reaksi keras terhadap sanksi Trump ke ICC.

    Pernyataan Bersama dari 79 Negara

    Pada Jumat (7/2/2025), 79 negara yang merupakan sekitar dua pertiga dari keanggotaan ICC, mengeluarkan pernyataan mendukung pengadilan tersebut.

    Mereka menegaskan, sanksi yang dijatuhkan Trump akan mengikis aturan hukum internasional yang penting untuk ketertiban dan keamanan global.

    Pernyataan tersebut dipimpin oleh Slovenia, Luksemburg, Meksiko, Sierra Leone, dan Vanuatu, serta didukung oleh negara-negara besar seperti Inggris, Prancis, Jerman, Kanada, Brasil, dan Bangladesh.

    Dampak Sanksi

    Sanksi ini, yang termasuk pembekuan aset dan larangan perjalanan terhadap pejabat ICC dan keluarga mereka, dapat membahayakan kerahasiaan informasi sensitif dan keselamatan para korban serta saksi.

    “Sebagai pendukung kuat ICC, kami menyesalkan segala upaya untuk merusak independensi, integritas, dan imparsialitas pengadilan,” kata pernyataan tersebut.

    Langkah Trump diambil setelah ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang di Gaza.

    ICC juga mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk para pemimpin Hamas terkait dugaan kejahatan perang.

    Omar Shakir, direktur Israel-Palestina di Human Rights Watch, mengkritik sanksi tersebut.

    Ia menyatakan, Trump menempatkan AS di pihak penjahat perang.

    “Negara-negara harus membela ICC karena telah melakukan tugasnya memastikan tidak seorang pun kebal hukum,” tegasnya.

    Dukungan dari Belanda

    Perdana Menteri Belanda Dick Schoof menyatakan, negaranya akan berupaya memastikan ICC dapat terus beroperasi meskipun ada sanksi AS.

    “Sebagai negara tuan rumah, kami memiliki tanggung jawab untuk menjamin kelancaran fungsi pengadilan pidana setiap saat,” ungkap Schoof.

    Belanda berkomitmen untuk mendukung ICC dan menegaskan pentingnya pengadilan tersebut dalam menjaga perdamaian dan keadilan global.

    Keputusan Trump untuk menjatuhkan sanksi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan negara-negara pendukung ICC, yang khawatir akan dampak jangka panjang terhadap hukum internasional dan upaya penegakan keadilan global.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Perkembangan Terbaru Perang Rusia-Ukraina: Pasukan Korea Utara Kembali ke Garis Depan – Halaman all

    Perkembangan Terbaru Perang Rusia-Ukraina: Pasukan Korea Utara Kembali ke Garis Depan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang Rusia-Ukraina terus berlanjut dan pada tanggal 8 Februari 2025, telah memasuki hari ke-1981.

    Dalam perkembangan yang signifikan, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengungkapkan bahwa pasukan Korea Utara telah kembali ke garis depan di wilayah Kursk, Rusia.

    Hal ini muncul setelah sebelumnya dilaporkan bahwa pasukan Korea Utara ditarik karena mengalami kerugian besar.

    Apa yang Terjadi di Kursk?

    Zelensky, dalam pidato malamnya pada tanggal 7 Februari 2025, menyatakan, “Telah terjadi serangan baru di daerah operasi Kursk. Tentara Rusia dan tentara Korea Utara didatangkan kembali.” Ia juga menambahkan bahwa “sejumlah besar pasukan lawan telah dihancurkan,” merujuk pada ratusan tentara Rusia dan Korea Utara yang terlibat dalam konflik ini.

    Sebelumnya, seorang juru bicara militer Ukraina melaporkan bahwa Kyiv tidak mengalami aktivitas atau bentrokan dengan pasukan Korea Utara selama tiga minggu.

    Ini menunjukkan fluktuasi dalam situasi di medan perang yang dapat berdampak pada taktik dan strategi kedua belah pihak.

    Kenapa Korea Utara Terlibat Kembali?

    Menurut intelijen dari Korea Selatan dan barat, Pyongyang telah mengirim lebih dari 10.000 tentara ke Rusia tahun lalu untuk memberikan dukungan dalam perang melawan Ukraina, khususnya di wilayah perbatasan.

    Kembalinya pasukan Korea Utara ke Kursk menandakan peningkatan kembali kerjasama militer antara kedua negara dalam konteks konfrontasi yang berkepanjangan ini.

    Apa yang Terjadi di Pertemuan Trump dan Zelensky?

    Di tengah situasi yang berkembang di Kursk, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, juga memberikan kabar bahwa ia mungkin akan bertemu dengan Zelensky minggu depan.

    Dalam pernyataannya kepada wartawan di Gedung Putih, Trump menjawab bahwa pertemuan tersebut bisa saja terjadi di Washington, meskipun ia tidak akan pergi ke Kyiv.

    Zelensky mengapresiasi kerja sama yang telah terjalin dengan Trump.

    Ia menyatakan bahwa saat ini tim Ukraina dan Amerika sedang menyusun rincian untuk pertemuan tersebut.

    Bagaimana dengan Situasi di Toretsk?

    Di sisi lain, Rusia mengeklaim telah berhasil merebut kota pertambangan utama di Ukraina timur, yaitu Toretsk.

    Jika klaim ini terkonfirmasi, maka ini akan menjadi pemukiman terbesar yang direbut oleh Moskow sejak Avdiivka pada Februari tahun lalu.

    Namun, Kyiv membantah bahwa Rusia memiliki kendali penuh atas pusat industri tersebut.

    Menurut analis militer, perebutan Toretsk yang strategis bisa membuka jalan bagi Rusia untuk memotong rute pasokan Ukraina lebih lanjut ke utara.

    Apa yang Terjadi di Zaporizhia?

    Selain itu, pada tanggal 6 Februari 2025, Pasukan Pertahanan Ukraina berhasil menembak jatuh bom udara berpemandu Rusia di atas Zaporizhia.

    Yuriy Ignat, kepala departemen komunikasi Komando Angkatan Udara Angkatan Bersenjata Ukraina, menyebutkan bahwa insiden ini bukanlah yang pertama, meskipun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai situasi tersebut.

    Dengan dinamika yang terus berubah, perang Rusia-Ukraina menunjukkan bahwa medan perang tetap menjadi arena yang kompleks dan penuh ketidakpastian.

    Kembalinya pasukan Korea Utara, pertemuan yang direncanakan antara Trump dan Zelensky, serta situasi di Toretsk dan Zaporizhia menunjukkan betapa pentingnya perkembangan ini dalam konteks geopolitis yang lebih luas.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Tak Terima Sekutunya Netanyahu jadi Buronan, Donald Trump Berikan Sanksi Ini untuk ICC

    Tak Terima Sekutunya Netanyahu jadi Buronan, Donald Trump Berikan Sanksi Ini untuk ICC

    PIKIRAN RAKYAT – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk memberikan sanksi kepada Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) karena menargetkan Amerika Serikat dan sekutunya, Israel.

    Perintah tersebut memberikan sanksi keuangan dan visa kepada individu yang tidak disebutkan namanya dan anggota keluarga mereka yang membantu penyelidikan ICC terhadap warga negara AS atau sekutu AS.

    Perintah tersebut dikeluarkan setelah kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke Gedung Putih, yang dicari oleh ICC atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan di Gaza sejak Oktober 2023.

    Isi Surat Perintah

    Dalam perintah eksekutif tersebut, Trump menulis bahwa ICC telah terlibat dalam tindakan tidak sah dan tidak berdasar yang menargetkan Amerika dan sekutu dekat, Israel, mengutip surat perintah penangkapan yang dikeluarkan pada bulan November untuk Netanyahu dan Menteri Pertahanannya saat itu, Yoav Gallant.

    “ICC tidak memiliki yurisdiksi atas Amerika Serikat atau Israel, karena tidak ada negara yang menjadi pihak dalam Statuta Roma atau anggota ICC,” bunyi perintah tersebut.

    Uni Eropa telah berjanji untuk mendukung pengadilan tersebut dari dampak sanksi, tetapi rincian tanggapan tersebut belum diumumkan.

    “Perintah eksekutif tersebut dapat menjadi tantangan serius bagi pekerjaan ICC dengan risiko memengaruhi investigasi dan proses yang sedang berlangsung, termasuk yang berkaitan dengan Ukraina, yang berdampak pada upaya bertahun-tahun untuk memastikan akuntabilitas di seluruh dunia,” kata juru bicara UE.

    “UE akan memantau implikasi dari perintah eksekutif tersebut dan akan menilai kemungkinan langkah lebih lanjut,” tambahnya.

    Para ahli sebelumnya telah menyarankan bahwa beberapa langkah dapat diambil untuk melindungi ICC dari dampak sanksi, termasuk Statuta Pemblokiran, sebuah peraturan yang bertujuan untuk melindungi perusahaan dan individu UE dari dampak sanksi ekstrateritorial yang dijatuhkan oleh negara ketiga.

    ICC juga dapat mengajukan tuntutan penghalangan keadilan terhadap Trump, berdasarkan Pasal 70 Statuta Roma.

    Adam Keith, Direktur Akuntabilitas di Human Rights First dan mantan pejabat Departemen Luar Negeri, mengecam perintah tersebut,.

    “Ini adalah penyalahgunaan sanksi yang mengerikan dan penghinaan terhadap para penyintas kejahatan perang di seluruh dunia,” katanya.

    “Tidak seorang pun pejabat ICC atau saksi yang terlibat dengannya harus menghadapi sanksi karena menyelidiki kejahatan perang, dan warga negara AS, perusahaan, dan sekutu dekat tidak boleh mengambil risiko denda atau tuntutan pidana karena mendukung pekerjaan penting pengadilan,” katanya.

    Tanggapan ICC

    Dalam reaksi singkat, ICC mengutuk perintah tersebut sebagai upaya untuk merusak pekerjaan peradilannya yang independen dan tidak memihak.

    “Pengadilan berdiri teguh dengan personelnya dan berjanji untuk terus memberikan keadilan dan harapan kepada jutaan korban kekejaman yang tidak bersalah di seluruh dunia, dalam semua situasi di hadapannya,” demikian bunyi pernyataan pengadilan.

    Pemerintahan Trump pertama menjatuhkan sanksi kepada jaksa ICC Fatou Bensouda dan wakilnya pada tahun 2020 ketika pengadilan menyelidiki dugaan kejahatan perang AS di Afghanistan. Kali ini, sanksi tersebut terkait dengan investigasi pengadilan terhadap Israel.

    Sanksi Trump tahun 2020 dibatalkan di bawah kepemimpinan Joe Biden, yang secara bersyarat mendukung investigasi ICC terhadap kejahatan perang Rusia di Ukraina.

    Pada hari pertamanya kembali ke Ruang Oval bulan lalu, Trump membatalkan keputusan Biden untuk mengakhiri sanksi tahun 2020.

    Perintah Balas Dendam

    AS bukan merupakan pihak dalam Statuta Roma, perjanjian yang membentuk ICC, dan telah memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan pengadilan tersebut sejak didirikan pada tahun 2002.

    ICC, yang berpusat di Den Haag, adalah pengadilan pidana internasional permanen pertama di dunia yang memiliki yurisdiksi untuk mengadili individu yang dituduh melakukan genosida, kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan agresi.

    Netanyahu adalah pemimpin negara pertama yang didukung Barat yang menjadi subjek surat perintah penangkapan oleh pengadilan.

    “Di Ukraina, Sudan, dan negara-negara lain di seluruh dunia, ICC memajukan kepentingan AS dalam memastikan bahwa orang-orang yang melakukan kejahatan perang menghadapi sejumlah akuntabilitas,” kata Keith.

    “Daripada menyerang pengadilan, pemerintah AS harus mendesak pejabat Israel untuk menyelidiki tuduhan yang ada di hadapannya secara kredibel,” katanya.

    Sementara itu, Agnes Callamard, Sekretaris Jenderal Amnesty International, mengatakan perintah itu dendam dan menunjukkan bahwa Presiden Trump mendukung kejahatan pemerintah Israel dan merangkul impunitas.

    Callamard mengatakan sanksi tersebut akan merugikan kepentingan para korban di negara-negara tempat pengadilan menyelidiki kekejaman, tidak hanya di Palestina tetapi juga di Sudan, Libya, Filipina, Ukraina, dan Venezuela.

    “Pemerintah di seluruh dunia dan organisasi regional harus melakukan segala daya mereka untuk mengurangi dan memblokir dampak sanksi Presiden Trump. Melalui tindakan kolektif dan terpadu, negara-negara anggota ICC dapat melindungi Pengadilan dan stafnya. Tindakan mendesak diperlukan, seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya,” katanya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Memperkuat kerja sama strategis Indonesia-Turki

    Memperkuat kerja sama strategis Indonesia-Turki

    Indonesia dan Turki meresmikan proyek pembangunan \”Kampung Indonesia\” di Desa Tasoluk, Distrik Kirikhan, Provinsi Hatay, Turki, Senin (3/2/2025). (ANTARA/HO-KBRI Ankara)

    Memperkuat kerja sama strategis Indonesia-Turki
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Jumat, 07 Februari 2025 – 16:55 WIB

    Elshinta.com – Tahun ini menjadi tahun penting bagi hubungan Indonesia-Turki. Sebab, persahabatan dua negara yang terbangun sejak tahun 1950 itu telah memasuki tahun ke-75.

    Telah banyak peristiwa yang mewarnai perjalanan hubungan dua negara. Ada satu hal yang istimewa dalam perayaan hubungan dua negara tahun ini, yaitu kunjungan Presiden Recep Tayyip Erdogan ke Jakarta pada pertengahan Februari 2025. Rencana kunjungan presiden Turki disampaikan dalam pertemuan resmi Partai AKP di Ankara, Turki, baru-baru ini (Anadolu Ajansı, 05/02).

    Jika melihat jejak sejarah hubungan dua bangsa, maka tentu saja kita tidak bisa menegasikan relasi yang telah terbangun jauh sebelum Indonesia merdeka tahun 1945.

    Sebelum memasuki fase modern, Indonesia-Turki telah terhubung dalam spektrum yang berbeda yaitu dalam bentuk kontak diplomatik antara Kesultanan Aceh dan Kesultanan Turki Utsmani pada abad 16, ketika Portugis tengah melakukan penetrasi di Selat Malaka (Ismail Hakkı Kadı, 2021). Begitu juga dengan Pangeran Diponegoro yang menganggap Kesultanan Turki sebagai inspirasi dalam membangun kekuatan militernya dalam Perang Jawa (Peter Carey, 2023).

    Jejak kerja sama yang terbangun di masa lalu lantas menjadi pijakan bagi para pemimpin dua negara untuk terus merawat hubungan diplomatik.

    Untuk saat ini, Turki di bawah kepemimpinan Presiden Erdogan mencoba untuk mereformulasi kebijakan luar negeri yang berorientasi pada penguatan hubungan dengan semua pihak yang selama ini terhubung dalam payung Ottomanisme. Doktrin politik luar negeri Erdogan sejak pertama kali menduduki posisi Perdana Menteri adalah ‘’’zero problems with neighbors’’, yang artinya Turki yang sebelumnya cenderung ke Barat, berubah haluan untuk merangkul semua pihak.

    Sementara Indonesia, selama ini tetap berpegang pada doktrin politik luar negeri ‘’bebas aktif’’ yang memberi ruang bagi Indonesia untuk netral dalam bersikap dan memberi keleluasaan untuk bekerja sama dengan berbagai pihak.

    Pada periode Presiden Prabowo Subianto, Indonesia berusaha untuk tetap memelihara hubungan baik dengan semua kekuatan besar lintas kawasan. Kebijakan ini tentu saja menjadi cerminan prinsip yang selama ini dipegang oleh para diplomat Indonesia dalam menjalankan tugasnya, yakni millions friends zero enemy (seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak).

    Tantangan geopolitik

    Hari-hari ini dunia memang tengah mengalami guncangan, ditandai dengan perang yang melibatkan Rusia-Ukraina, Israel-Hamas, gejolak di Laut China Selatan, dan beberapa titik panas yang selama ini menjadi pemicu instabilitas kawasan.

    Baik Indonesia maupun Turki, adalah negara yang terdampak dari situasi krisis tersebut. Presiden Prabowo, bahkan secara terbuka menyampaikan perhatiannya terkait ambivalensi negara-negara Barat yang cenderung mengabaikan norma internasional dalam forum D-8 dan Shangri La Forum. Begitu juga dengan Presiden Erdogan yang kerap kali mengkritik Dewan Keamanan PBB yang dianggap tidak mampu mencegah eskalasi di beberapa zona konflik.

    Pilihan posisi Presiden Indonesia dan Presiden Turki menunjukkan bahwa dua negara memiliki posisi geopolitik yang mirip dalam merespons dinamika yang berkembang. Sehingga posisi yang demikian membutuhkan aliansi yang luas dengan negara-negara lain, terutama negara Muslim dan Global South, yang kerap menjadi korban dari ketidakadilan global. Indonesia dan Turki bisa mengambil peran sebagai jembatan aspirasi komunitas global yang terabaikan.

    Kerja sama 

    Selanjutnya, dalam konteks yang lebih spesifik, Indonesia dan Turki memiliki modal untuk terus bersinergi, tercermin dari kerja sama yang telah dibangun. Pertama, Indonesia dan Turki merupakan dua dari sedikit negara Muslim yang menjadi anggota G-20, sebuah kelompok yang berisi negara-negara dengan postur ekonomi terbesar di dunia. Keberadaan Indonesia dan Turki dalam kelompok ini sudah pasti menjadi istimewa karena memiliki potensi untuk terus tumbuh sebagai kekuatan ekonomi yang bisa menyampaikan aspirasi negara-negara berkembang.

    Kedua, Indonesia dan Turki merupakan pelopor berdirinya organisasi Developing Eights (D-8), D-8 berdiri tidak lepas dari kiprah Perdana Menteri Turki Necmettin Erbakan dan Presiden Habibie. Ide pendirian organisasi D-8 muncul karena negara-negara Muslim yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam tidak terlalu efektif dalam urusan penguatan ekonomi, kendati potensinya sangat besar. Sehingga melalui D-8, negara-negara Muslim mampu berakselerasi untuk mencapai target-target pertumbuhan ekonomi. Keberadaan Indonesia dan Turki menjadi motor bagi keberlanjutan organisasi ini.

    Ketiga, Indonesia dan Turki telah terlibat dalam kerja sama industri pertahanan. Kedua negara telah berhasil mengembangkan kendaraan tempur lapis baja yang diberi nama Tank Harimau dan Kaplan yang diproduksi oleh PT Pindad dan FNSS dari Turki.

    Selain itu, Indonesia juga tengah mengupayakan untuk membeli sejumlah produk pertahanan asal Turki yang memiliki keunggulan dari sisi harga dan kualitas. Keunggulan riset Turki di bidang pertahanan menjadi nilai lebih yang bisa mengisi satu sama lain.

    Keempat, sudut pandang masyarakat Indonesia menganggap Turki sebagai bagian dari komunitas Muslim yang memiliki karakteristik yang sama dengan Muslim di Indonesia. Keduanya merupakan gerbong besar Mazhab Sunni. Karakteristik yang moderat dan modern menjadi alasan mengapa belakangan terdapat tren peningkatan minat mahasiswa Indonesia untuk menempuh pendidikan di Turki. Bagi sebagian kalangan di Indonesia, Turki dianggap sebagai pilihan favorit untuk menempuh pendidikan tinggi dengan pertimbangan biaya yang relatif murah dan kualitas pendidikan yang kompetitif dengan kampus-kampus Eropa.

    Perayaan hubungan diplomatik Indonesia-Turki sejatinya menjadi parameter bagi dua negara untuk melangkahkan kaki menjemput visi masa depan yang lebih baik, sekaligus mengisi kekurangan satu sama lain melalui kolaborasi dalam skala luas.

    *) Dr Muhammad Syaroni Rofii adalah Ketua Alumni Turki Indonesia, dosen di Universitas Indonesia, doktor bidang hubungan internasional di Marmara University, Istanbul, dosen di Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia, dan penulis buku Islam di Langit Turki

     

    Sumber : Antara

  • Ukraina Harap Sanksi ke ICC Tak Halangi Penyelidikan Kejahatan Perang Rusia

    Ukraina Harap Sanksi ke ICC Tak Halangi Penyelidikan Kejahatan Perang Rusia

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjatuhkan sanksi pada Mahkamah Pidana Internasional (ICC) lantaran menyelidiki dugaan kejahatan perang negaranya di Afganistan dan Israel di Jalur Gaza. Menyikapi hal tersebut, Ukraina berharap sanksi yang dijatuhkan Trump kepada ICC tak menghalangi penyelidikan kejahatan perang Rusia atas negaranya.

    Dilansir AFP, Jumat (7/2/2025), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina Georgiy Tykhy berharap ICC tetap melanjutkan proses peradilan terhadap Rusia. Seperti diketahui, ICC tengah menyelidiki tuduhan kejahatan perang Rusia yang dilakukan selama invasinya ke Ukraina.

    “Kami berharap bahwa tuduhan tersebut tidak akan memengaruhi kemampuan pengadilan untuk mencapai keadilan bagi para korban agresi Rusia,” kata Georgiy Tykhy.

    Pada tahun 2023, pengadilan mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Presiden Rusia Vladimir Putin atas dugaan deportasi anak-anak secara paksa dari wilayah Ukraina yang direbut oleh tentara Rusia.

    Kemudian, tahun lalu, Rusia mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk komandan tertinggi angkatan darat Rusia, Valery Gerasimov, dan Eks menteri pertahanan Sergei Shoigu. Mereka dituduh mengarahkan serangan udara terhadap warga sipil, dan menyebabkan kerugian “berlebihan” bagi warga sipil Ukraina selama perang.

    Atas hal tersebut, Tykhy menyatakan bahwa Kyiv “yakin bahwa ICC akan terus menjalankan fungsi penting dalam kasus Ukraina, yaitu, membawa penjahat Rusia ke pengadilan.

    “Ukraina terus bekerja sama dengan ICC untuk memajukan kasus-kasus ini,” tambahnya.

    Baik Rusia maupun Amerika Serikat bukanlah anggota ICC. Sementara, Moskow telah menolak surat perintah terhadap Putin dan menganggapnya sebagai hal yang tidak berarti.

    Ketika ditanya tentang sanksi AS terhadap pengadilan tersebut, juru bicara Putin pada hari Jumat mengingatkan wartawan bahwa Rusia tidak mengakui yurisdiksinya.

    “Amerika memiliki hubungan mereka sendiri dengan ICC,” tambah juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

    Seperti diketahui, Trump menandatangani perintah eksekutif pada hari Kamis yang mengatakan pengadilan telah “menyalahgunakan kekuasaannya” dengan mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    ICC mengatakan tindakan tersebut bertujuan untuk “merusak pekerjaan peradilannya yang independen dan tidak memihak”.

    (taa/aud)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Google Hapus Larangan AI untuk Pengembangan Senjata, Kok Ngeri Ya

    Google Hapus Larangan AI untuk Pengembangan Senjata, Kok Ngeri Ya

    Jakarta

    Alphabet, induk Google, menghapus kebijakan lama bahwa kecerdasan buatan atau AI dilarang untuk dipakai mengembangkan senjata atau perangkat pengintaian. Perkembangan ini dinilai menyeramkan.

    Alphabet menghapus prinsip yang sebelumnya menyatakan tidak akan membuat AI yang berpotensi menimbulkan kerusakan. Organisasi Human Rights Watch mengkritiknya dengan menyebut jika AI dipakai dalam pertempuran misalnya, konsekuensinya bisa jadi adalah kematian.

    “Bagi pemimpin industri global mengabaikan aturan yang dibuatnya sendiri adalah tanda pergeseran yang mengkhawatirkan, pada saat kita membutuhkan kepemimpinan di bidang AI yang bertanggung jawab,” cetus Anna Bacciarelli, periset senior AI di Human Rights Watch yang dikutip detikINET dari BBC, Jumat (7/2/2025).

    AI dapat menjadi teknologi yang berguna dan menentukan di pertempuran. Namun demikian, pakar cemas senjata yang dibekali AI dapat beraksi sendiri dan menimbulkan kematian, sehingga diharapkan hal semacam itu dapat dikendalikan.

    “Sistem yang memasukkan AI di militer telah dipakai di Ukraina dan Timur Tengah dan beberapa negara mau mengintegrasikan AI ke militer mereka. Ini memunculkan pertanyaan sejauh mana mesin diizinkan untuk membuat keputusan militer, termasuk keputusan untuk membunuh dalam skala luas,” cetus para ilmuwan di Doomsday Clock.

    Versi sebelumnya dari prinsip AI Google menyebut mereka takkan mengejar senjata atau teknologi lain yang implementasi utamanya untuk menyebabkan atau secara langsung mengakibatkan cedera, serta teknologi pengawasan yang melanggar norma yang diterima internasional. Nah, tujuan tersebut tak lagi ditampilkan di situs web Prinsip AI-nya.

    “Ada persaingan global untuk kepemimpinan AI dalam lanskap geopolitik yang makin kompleks. Kami percaya demokrasi harus memimpin dalam pengembangan AI, dipandu nilai-nilai inti seperti kebebasan, kesetaraan, dan penghormatan terhadap HAM,” tulis Demis Hassabis, CEO Google DeepMind.

    (fyk/fay)

  • Kecelakaan Maut Pesawat Jatuh di Moskow, 2 Orang Tewas

    Kecelakaan Maut Pesawat Jatuh di Moskow, 2 Orang Tewas

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah pesawat kecil jatuh di dekat lapangan terbang Myachkovo di Ibu Kota Rusia, Moskow, Kamis (6/2/2025) waktu setempat. Dalam insiden itu, 2 orang instruktur penerbang dilaporkan tewas.

    Kantor Berita resmi Rusia, TASS, melaporkan bahwa pesawat itu jatuh ke sebuah ladang saat kecelakaan. Satu regu tim penyelamat yang terdiri dari 26 orang bekerja sebagai tanggapan di lokasi kecelakaan, dan mereka dengan cepat memadamkan api pada pecahan-pecahan yang tertinggal dari pesawat.

    TASS juga melaporkan bahwa salah satu instruktur penerbangan yang tewas adalah seorang mantan pilot militer bernama Vitaly Kiyashko. Kantor berita itu mengatakan seorang sumber yang bersama dengan responden pertama di tempat kejadian mengidentifikasi orang lain di dalam pesawat sebagai instruktur penerbangan lainnya.

    “Mantan pilot militer Vitaly Kiyashko, yang merupakan instruktur penerbangan, termasuk di antara dua orang yang tewas dalam kecelakaan itu. Orang lain di dalam pesawat, yang juga tewas dalam kecelakaan itu, juga merupakan instruktur penerbangan,” tulis media itu melaporkan informasi dari tim penyelamat.

    “Penyelidik Rusia telah meluncurkan penyelidikan awal terhadap kecelakaan pesawat itu.”

    Kecelakaan fatal itu kemungkinan akan menimbulkan kekhawatiran tentang keselamatan di industri penerbangan Rusia. Pada bulan Juli 2024, sebuah Sukhoi Superjet (SSJ 100) milik Gazpromavia, maskapai penerbangan milik raksasa gas Gazprom, jatuh di distrik Kolomensky di wilayah Moskow, menewaskan ketiga orang di dalamnya.

    United Aircraft Corporation (UAC) milik negara mengatakan Sukhoi, yang tidak membawa penumpang, telah melakukan uji terbang setelah perbaikan. Salah satu sumber kementerian situasi darurat mengatakan pesawat itu meledak setelah mendarat darurat di hutan.

    Kecelakaan pesawat kecil pada hari Kamis terjadi pada hari yang sama ketika muncul laporan tentang seorang tentara Rusia yang dilaporkan menabrakkan truk ke jet tempur Su-25, sehingga tidak dapat digunakan.

    Insiden Su-25 menambah jumlah jet militer Rusia yang hilang selama perang di Ukraina. Angkatan udara Rusia telah menderita banyak korban, baik dalam kasus tembakan kawan sendiri maupun akibat pasukan Ukraina yang menembak jatuh jet militer Putin.

    Pada April 2024, Jenderal Christopher Cavoli, kepala Komando Eropa AS, memberitahu anggota parlemen Amerika bahwa Rusia telah kehilangan sekitar 10 persen armada pesawatnya sejak Putin melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022.

    (luc/luc)

  • Perkembangan Terbaru Perang Rusia-Ukraina: Pasukan Korea Utara Kembali ke Garis Depan – Halaman all

    Endus Rencana Licik Barat, Rusia Tegas Tolak Gencatan Senjata Sementara dengan Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rusia menolak mentah-mentah gencatan senjata sementara dengan Ukraina demi menghentikan perang yang sudah berlangsung tiga tahun itu.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menuding Barat punya rencana di balik gencatan senjata sementara.

    Menurut dia, gencatan senjata hanya akan dimanfaatkan Barat untuk menguatkan Ukraina sampai perang kembali meletus.

    Zakharova menegaskan Rusia hanya menginginkan solusi final yang bisa menyudahi perang Rusia-Ukraina.

    “Gencatan senjata sementara, atau membekukan konflik seperti yang dikatakan banyak orang, tidak bisa diterima,” kata Zhakarova hari Kamis, (6/2/2025), dikutip dari Russia Today.

    “Kita memerlukan kesepakatan yang mengikat secara hukum dan bisa diandalkan, dan mekanisme yang akan menjamin bahwa krisis ini tidak akan berulang.”

    “Gencatan sementara akan dimanfaatkan Barat, Barat secara bersama-sama atau perwakilan, individual, untuk menguatkan potensi militer rezim Kiev dan tentu saja balas dendam dengan senjata.”

    Dia kemudian menyinggung AS di bawah Presiden Donald Trump yang berulang kali berjanji akan mengakhiri konflik Rusia-Ukraina.

    Menurut dia, segalanya bergantung pada aksi spesifik dan rencana pemerintahan Trump. Zakharova menyebut tidak ada kejelasan mengenai langkah yang sedang diambil.

    Awal minggu ini juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengklaim kontak antara Rusia dan AS makin sering terjadi sesudah Trump berkuasa lagi.

    Peskov mengatakan ada beberapa kontak di antara kementerian tertentu, tetapi dia tidak menjelaskan lebih lanjut.

    Trump juga mengonfirmasi bahwa ada pembicaraan dengan pemerintah AS. Dia juga menegaskan kembali keinginan AS untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    Sementara itu, Rusia sudah berulang kali mengaku bersedia menyelesaikan perang melalui diplomasi. Namun, perundingan dengan Ukraina harus didasarkan pada “kenyataan di lapangan”.

    “Langkah pertama menuju normalisasi hubungan bilateral, berdasarkan prinsip saling menghormati dan kesetaraan, harus diambil oleh AS,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov.

    Zelensky bersedia menemui Putin

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengaku bersedia bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas solusi diplomatik demi mengakhiri perang.

    Zelensky mengklaim Putin “takut” membicarakan akhir perang.

    “Presiden AS Trump dan negara-negara Eropa meyakini demokrasi itu tidaklah mungkin tanpa Rusia, tanpa Putin. Inilah alasan saya berkata bahwa saya siap [bertemu dengan Putin] jika kami sepakat tentang bagaimana perang akan berakhir,” kata Zelensky dalam konferensi pers di Kyiv hari Kamis, (6/2/2025), dikutip dari Anadolu Agency.

    “Kami siap dengan demokrasi, saya tak punya masalah dengan hal itu. Masalahnya adalah bagi saya, Putin tampaknya takut berbicara dengan saya tentang mengakhiri perang.”

    PRESIDEN UKRAINA – Foto yang diambil dari laman President.gov.ua tanggal 5 Februari 2025 memperlihatkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sedang berpidato. (President.gov.ua)

    Terancam digulingkan

    Dinas Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR) mengklaim Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berencana menggulingkan Zelensky.

    Caranya ialah dengan mendiskreditkan atau menjelek-jelekkan nama Zelensky menjelang pemilu Ukraina pada musim gugur nanti.

    SVR menyebut para pejabat Barat menganggap Zelensky sebagai penghalang besar dalam perundingan damai Ukraina-Rusia.

    Si mantan komedian itu tetap berkuasa sebagai Presiden Ukraina meski masa jabatannya sudah selesai pada bulan Mei 2024. Dia menolak turut takhta sembari menyinggung kebijakan darurat militer yang diberlakukan sejak perang meletus.

    Menurut SVR, para pemimpin Barat kini berusaha menghentikan perang dengan mendorong Rusia dan Ukraina duduk di meja perundingan. Namun, Zelensky menghalangi.

    “AS dan Belgia sepakat bahwa penghalang utama penerapan skenario itu ialah Zelensky, yang oleh Barat disebut tak lebih dari ‘unsur yang dapat dibuang,” ujar SVR dalam pernyataannya, dikutip dari Rusia Today.

    SVR juga mengklaim NATO sudah paham bawah masa Zelensky sudah berakhir. Untuk menyingkirkan Zelensky, NATO kini dilaporkan menyiapkan kampanye untuk menjelek-jelekkan Zelensky.

    SVR berujar pejabat Barat akan menerbitkan informasi yang mengaitkan Zelensky dengan kasus penggelapan dana lebih dari $1,5 miliar yang ditujukan untuk membeli peralatan militer.

    (*)