Negara: Ukraina

  • Populer Internasional: Hamas Diisukan Siap Serahkan Gaza ke PA – Trump Minta Tambang Mineral Ukraina – Halaman all

    Populer Internasional: Hamas Diisukan Siap Serahkan Gaza ke PA – Trump Minta Tambang Mineral Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Gencatan senjata Hamas dan Israel mulai memasuki babak baru.

    Setelah nantinya pertukaran tawanan selesai, isu selanjutnya adalah tentang siapa yang akan mengelola Gaza.

    Hamas dilaporkan siap menyerahkan kendali atas Gaza kepada Otoritas Palestina (PA).

    Sementara itu, perang Rusia-Ukraina belum mencapai titik terang.

    Presiden AS Donald Trump mengancam menghentikan bantuan militernya kepada Ukraina jika negara itu tidak mau menyerahkan tambang militernya.

    Berikut berita populer internasional lainnya dalam 24 jam terakhir.

    1. Diduga Ditekan Mesir, Hamas Diisukan Siap Serahkan Gaza kepada Otoritas Palestina

    Hamas dilaporkan siap menyerahkan kendali atas Jalur Gaza kepada Otoritas Palestina (PA).

    Sumber yang didapatkan oleh Sky News Arabia mengatakan para pegawai pemerintahan Hamas di Gaza akan dimasukkan ke dalam pemerintahan baru.

    Alternatif lainnya adalah para pegawai akan pensiun dan mendapat jaminan, gaji mereka akan dibayarkan.

    Laporan Sky News Arabia yang terbit Minggu malam (16/2/2025), mengklaim keputusan Hamas itu diduga terjadi setelah ada tekanan dari Mesir kepada delegasi Hamas yang berkunjung ke Kota Kairo, Mesir.

    Kabar Hamas siap menyerahkan kendali atas Gaza pernah tersiar pada September 2024.

    Saat itu, seorang pejabat Hamas mengatakan pihaknya sudah mencapai kesepakatan dengan kelompok Fatah, Fatah akan bertanggung jawab atas manajemen sipil di Gaza. Manajemen ini tidak akan berada di bawah pengawasan Hamas.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    2. Netanyahu Isyaratkan Lanjutkan Usulan Trump untuk Pindahkan Warga Gaza, Klaim Punya Strategi Bersama

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengisyaratkan ia akan melanjutkan usulan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, untuk memindahkan penduduk Palestina keluar dari Gaza, Minggu (16/2/2025).

    Benjamin Netanyahu menyebutnya sebagai “satu-satunya rencana yang layak untuk memungkinkan masa depan yang berbeda” bagi wilayah tersebut.

    Netanyahu membahas rencana tersebut dengan Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, yang memulai kunjungan ke Timur Tengah dengan mendukung tujuan perang Israel di Gaza, dengan mengatakan Hamas “harus diberantas”.

    Rencana Netanyahu itu menciptakan keraguan lebih lanjut seputar gencatan senjata yang goyah, karena pembicaraan tentang fase kedua belum dimulai.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    3. Keji, Tentara Israel Paksa Lansia Palestina Jadi Tameng Manusia Sebelum Ditembak Mati

    Dalam laporan investigasi terbaru oleh media Israel The Hottest Place in Hell, terungkap bahwa militer Israel memaksa seorang pria Palestina berusia 80 tahun untuk bertindak sebagai perisai manusia di Gaza.

    Tentara Israel mengikatkan kabel peledak di leher pria tersebut dan mengancam akan meledakkan kepalanya jika ia tidak mematuhi perintah mereka.

    Laporan tersebut menyebutkan bahwa seorang perwira senior dari Brigade Nahal mengikatkan tali peledak di leher pria itu.

    Setelah itu, perwira tersebut memerintahkan pria berusia 80 tahun untuk memasuki dan mengintai rumah-rumah di lingkungan Zeitoun, Kota Gaza, pada bulan Mei. 

    Pria tersebut dipaksa menjalankan tugas ini selama delapan jam sebelum akhirnya diperintahkan untuk melarikan diri bersama istrinya menuju selatan Gaza.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    4. Trump Ancam Stop Dukung Perang Ukraina Jika Zelensky Ogah Serahkan 50 Persen Tambang Mineral

    Presiden AS, Donald Trump mengancam akan mengentikan dukungannya untuk Ukraina jika Presiden Volodymyr Zelensky tak segera menyerahkan 50 persen tambang mineral ke AS.

    Ancaman ini dilontarkan Trump lewat sebuah proposal yang dibawa Menteri Keuangan AS Scott Bessent untuk diserahkan kepada Zelensky di pertemuan pekan kemarin, sebagaimana dikutip dari Anadolu.

    Dalam dokumen tersebut Trump menyatakan keinginannya untuk memiliki 50 persen sumber daya mineral atau tambang mineral Ukraina . 

    Adapun Sumber daya mineral yang dimaksud meliputi logam, termasuk emas, besi, perak, tembaga, platina, nikel, air raksa, lithium, uranium, hingga kobalt.

    Permintaan tersebut diusulkan Trump sebagai imbalan atas dukungan dari Negeri Paman Sam yang telah mendanai dan mendukung perang Ukraina.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    5. Israel Siap Mengebom Fasilitas Nuklir Iran dengan atau Tanpa Dukungan Amerika Serikat

    Israel ingin “memanfaatkan momen” untuk melakukan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran jika upaya diplomatik dengan Teheran gagal – dan siap untuk bertindak “dengan atau tanpa” dukungan AS, kata sejumlah pejabat kepada Washington Post . 

    Perkiraan intelijen AS menyebutkan Israel sedang mempertimbangkan untuk menyerang situs nuklir Iran dan serangan tersebut berpotensi terjadi tahun ini.

    “Israel ingin memanfaatkan momen ini … Jika Iran tidak setuju untuk menghentikan fasilitas nuklirnya seperti di Libya, Israel siap mengebom fasilitas tersebut – dengan atau tanpa dukungan AS. Pemerintahan Biden telah mempertimbangkan pada hari-hari terakhirnya apakah akan mendukung ultimatum Israel ini tetapi memutuskan untuk tidak melakukannya. Sekarang ultimatum itu menjadi yang teratas dalam kotak masuk Trump,” kata media itu mengutip pernyataan pejabat AS dan Israel pada 14 Februari. 

    Laporan tersebut menambahkan bahwa ada beberapa pilihan yang tersedia, mulai dari “diplomasi dengan todongan senjata” atau “ultimatum yang bersifat memaksa” hingga “dukungan militer aktif.” 

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    (Tribunnews.com)

  • Putin Kirim Ajudan-Menlu ke Arab Saudi Temui Pejabat AS

    Putin Kirim Ajudan-Menlu ke Arab Saudi Temui Pejabat AS

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim Menteri Luar Negeri (Menlu) Sergei Lavrov dan Penasihat Kebijakan Luar Negeri Kremlin, Yuri Ushakov ke Arab Saudi untuk bertemu Menlu AS Marco Rubio, Penasihat Keamanan Nasional Trump, Mike Waltz, dan utusan Gedung Putih untuk Timur Tengah, Steve Witkoff. Pertemuan itu akan membahas gencatan senjata di Ukraina.

  • Sindir Rusia-AS, Zelensky: Perundingan Tanpa Ukraina Tak Berguna dan Tidak Sah – Halaman all

    Sindir Rusia-AS, Zelensky: Perundingan Tanpa Ukraina Tak Berguna dan Tidak Sah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengomentari pertemuan perwakilan Rusia dan Amerika Serikat (AS) di Arab Saudi pada Senin (17/2/2025).

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencananya untuk menengahi perundingan antara Rusia dan Ukraina dalam upaya mengakhiri perang yang berlangsung sejak tahun 2022.

    Ia mengatakan, Ukraina tidak akan berpartisipasi dalam perundingan tersebut.

    “Ukraina tidak akan berpartisipasi (dalam perundingan). Ukraina tidak tahu apa pun tentang perundingan itu,” kata Zelensky wartawan dalam jumpa pers melalui video dari UEA, Senin, dikutip dari Al Arabiya.

    Zelensky menegaskan, Ukraina tidak akan mengakui perjanjian apa pun mengenai Ukraina tanpa partisipasi pejabat Kyiv.

    “Ukraina menganggap perundingan apa pun tentang Ukraina tanpa Ukraina tidak ada gunanya. Dan kami tidak dapat mengakui apa pun atau perjanjian apa pun tentang kami tanpa kami. Kami tidak akan mengakui perjanjian semacam itu,” lanjutnya.

    Pada hari yang sama, Zelensky melakukan kunjungan kenegaraan ke Uni Emirat Arab (UEA).

    Zelensky mengatakan, dia mengadakan percakapan yang bermakna dengan Presiden Mohammed bin Zayed Al Nahyan di Abu Dhabi selama kunjungannya ke UEA.

    Negara Teluk tersebut, telah memainkan peran penting dalam memfasilitasi pertukaran tawanan perang Rusia dan Ukraina, dan Zelensky mengatakan, mediasinya telah menyelamatkan banyak nyawa.

    “Kami telah menandatangani dokumen kerja sama ekonomi dan membahas masalah kemanusiaan,” katanya, seperti diberitakan Pravda.

    Setelah mengunjungi UEA, Zelensky akan melakukan kunjungan resmi ke Arab Saudi pada Rabu (19/2/2025).

    Kantor Zelensky mengatakan, kunjungan tersebut tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi di Arab Saudi pada tingkat perwakilan Amerika Serikat dan Rusia.

    Pada minggu lalu, Zelensky mengumumkan perjalanan beserta pemberhentian di Uni Emirat Arab dan Turki tanpa menyebutkan tanggalnya.

    Ia juga mengatakan, tidak punya rencana untuk bertemu pejabat Rusia atau AS dalam perjalanan tersebut.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Jarak Arab Saudi dan UEA Sejauh Jakarta-Bengkulu, Tempat Zelensky Tak Diundang Perundingan AS-Rusia – Halaman all

    Jarak Arab Saudi dan UEA Sejauh Jakarta-Bengkulu, Tempat Zelensky Tak Diundang Perundingan AS-Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Selasa (18/2/2025) pembicaraan antara wakil Amerika Serikat (AS) dengan Rusia jadwalnya digelar di Arab Saudi.

    Beredar luas pertemuan dua negara besar tersebut untuk membahas potensi berakhirnya perang Rusia-Ukraina.

    Namun dalam kesempatan itu, pihak Ukraina tak diundang.

    Padahal belum lama ini, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy  juga mengunjungai Uni Emirat Arab (UEA) yang jaraknya sekitar 851 kilometer jauhnya.

    Atau jika dibandingkan di Indonesia, jarak tersebut sama dengan jarak Jakarta ke Bengkulu.

    Adapun Zelenskyy bertemu dengan pemimpin Uni Emirat Arab pada hari Senin saat momentum tumbuh untuk potensi perundingan perdamaian yang mengakhiri perang Moskow di negara itu.

    Presiden AS Donald Trump minggu lalu mengisyaratkan akan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Arab Saudi. UEA, tempat Abu Dhabi dan Dubai bernaung, telah lama disebut-sebut sebagai tempat yang memungkinkan untuk perundingan perdamaian.

    Hal ini mengingat populasi besar ekspatriat Rusia dan Ukraina yang telah membanjiri negara itu sejak perang dimulai, dan karena upaya UEA dalam pertukaran tahanan di masa lalu.

    Zelenskyy tiba di Abu Dhabi pada Minggu malam setelah menghadiri Konferensi Keamanan Munich di Jerman. Rekaman yang dirilis oleh kantornya menunjukkan dia dan istrinya, Olena Zelenska, disambut oleh seorang pejabat Emirat dan pasukan kehormatan di bandara pada Minggu malam.

    Zelenskyy telah melakukan perjalanan ke UEA sejak invasi besar-besaran Rusia pada tahun 2022, tetapi perjalanan ini adalah yang pertama bagi Zelenskyy ke UEA sejak perang dimulai.

    “Prioritas utama kami adalah memulangkan lebih banyak warga kami dari tahanan,” kata kantor Zelensky dalam pesan daring, seperti dikutip dari PBS.

    “Kami juga akan fokus pada investasi dan kemitraan ekonomi, serta program kemanusiaan berskala besar.”

    Kantor berita WAM milik pemerintah Uni Emirat Arab tidak segera melaporkan kedatangan Zelenskyy, yang merupakan hal yang tidak biasa.

    Kemudian pada hari Senin, kantor Zelenskyy mengunggah video pertemuannya dengan Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan, pemimpin UEA dan penguasa Abu Dhabi.

    Zelenskyy mengatakan pertemuan tersebut melibatkan pejabat yang menandatangani kesepakatan yang “meliberalisasi akses ke pasar UEA secara maksimal untuk hampir semua barang Ukraina.”

    Menteri Ekonomi Ukraina Yuliia Svyrydenko dalam sebuah posting Facebook menyebut kesepakatan itu “benar-benar peristiwa bersejarah” karena merupakan kesepakatan pertama negara itu dengan negara Teluk Arab. Para pejabat juga sepakat untuk membentuk Dewan Investasi Ukraina-UEA.

    “Saya yakin bahwa perjanjian ini akan memberikan dorongan kuat bagi perekonomian kita, memperkuat kerja sama di sektor-sektor utama, dan meletakkan dasar bagi keterlibatan jangka panjang yang stabil antara negara kita,” tulis menteri tersebut.

    Kunjungan Zelensky ke Abu Dhabi dilakukan saat negara itu menjadi tuan rumah Pameran dan Konferensi Pertahanan Internasional dua tahunan yang memamerkan senjata minggu ini, tempat Ukraina dan Rusia memamerkan senjata — bahkan saat Moskow menghadapi sanksi Barat atas perang tersebut.

    Meskipun Ukraina tidak menjual senjata apa pun, kehadirannya di pameran itu sangat penting, kata Ivan Sybyriakov, manajer senior Pusat Sistem Tak Berawak di SPETS Techno Export.

    “Sangat penting untuk menunjukkan bahwa Ukraina bukanlah korban perang,” katanya. “Ukraina adalah pembela Eropa.”

    Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha mengunjungi stan Ukraina pada Senin sore, bahkan saat Rusia mencoba menjual helikopter dan persenjataan lainnya di pameran tersebut.

    “Kapasitas kami sekarang bisa memproduksi 4 juta pesawat nirawak per tahun meskipun ada perang,” kata Sybiha kepada wartawan. 

    “Kami bisa menguji pesawat nirawak atau produk kami langsung di medan perang. Itulah sebabnya kualitasnya sangat tinggi. Jadi saya sangat bangga, sebagai menteri dari negara yang sedang berperang, bisa mengunjungi pameran ini.”

    Uang Rusia terus membanjiri pasar real estat Dubai yang sedang naik daun. Penerbangan harian antara Emirates dan Moskow menyediakan jalur penyelamat bagi mereka yang melarikan diri dari wajib militer dan kaum elit Rusia. Departemen Keuangan AS di bawah mantan Presiden Joe Biden juga menyatakan kekhawatiran tentang jumlah uang tunai Rusia yang mengalir ke negara Jazirah Arab tersebut.

    Kunjungan Zelenskyy dilakukan setelah Denis Manturov, wakil perdana menteri pertama Rusia, berkunjung pada hari Minggu sebelumnya bersama pemimpin UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan, presiden negara tersebut dan penguasa Abu Dhabi. Sebuah pernyataan dari WAM menggambarkan pembicaraan tersebut berfokus pada “pengembangan hubungan UEA-Rusia dan cara-cara untuk memajukan kepentingan bersama, yang menguntungkan kedua negara dan rakyatnya.”

    Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio memimpin delegasi ke Arab Saudi minggu ini untuk melakukan pembicaraan langsung dengan Rusia mengenai perang tersebut. Ia akan bertemu dengan mitranya dari Rusia, Sergei Lavrov, dan pejabat lainnya di Arab Saudi pada hari Selasa. Ukraina tidak akan hadir dalam pembicaraan tersebut.

    Jangkauan dan panggilan langsung Trump dengan Putin telah menjungkirbalikkan kebijakan AS selama bertahun-tahun di bawah Biden yang mengisolasi Moskow atas invasi skala penuh ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

    Sybiha menolak menjawab pertanyaan dari seorang wartawan tentang apa yang akan dia katakan kepada mitranya dari Amerika menjelang pertemuan tersebut.

    AS DAN RUSIA

    Diplomat tertinggi AS akan bertemu pejabat Rusia di Riyadh bersama penasihat keamanan nasional Presiden AS Donald Trump Mike Waltz dan utusan Gedung Putih untuk Timur Tengah Steve Witkoff, menurut laporan.

    Rubio dilaporkan melakukan panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov pada hari Sabtu. Belum diketahui siapa saja perwakilan Rusia yang akan hadir.

    Pembicaraan tersebut menandai salah satu diskusi tatap muka tingkat tinggi pertama antara pejabat Rusia dan Amerika dalam beberapa tahun.

    Hal ini terjadi menjelang pertemuan yang diantisipasi antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Presiden AS Donald Trump mengatakan Presiden Putin ingin “menghentikan pertempuran” di Ukraina, diberitakan LBC.

    Sementara itu, para pemimpin Eropa tidak diundang ke perundingan damai di Arab Saudi, utusan Trump untuk Ukraina mengonfirmasi pada hari Sabtu. Namun, mereka akan membahas langkah mereka selanjutnya pada pertemuan puncak Paris pada hari Senin yang diketuai oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron.

    Perdana Menteri Sir Keir Starmer dan Kanselir Jerman Olaf Scholz telah diundang ke pertemuan yang diatur tergesa-gesa untuk membahas langkah Ukraina selanjutnya saat Eropa berebut tempat di meja perundingan. 

    Sir Keir mengatakan dia akan menghadiri pertemuan darurat tersebut dengan “pesan yang sangat jelas untuk teman-teman Eropa kita”.

    Dalam tulisannya di The Telegraph , ia menekankan bahwa “peran apa pun dalam membantu menjamin keamanan Ukraina berarti membantu menjamin keamanan benua kita, dan keamanan negara ini.”

    Ia berkata: “Kita harus menunjukkan bahwa kita benar-benar serius tentang pertahanan kita sendiri dan menanggung beban kita sendiri. Kita sudah membicarakannya terlalu lama – dan Presiden Trump benar menuntut kita untuk melanjutkannya.

    “Sebagai negara Eropa, kita harus meningkatkan anggaran pertahanan dan mengambil peran yang lebih besar di NATO. Negara-negara NATO non-AS telah meningkatkan anggaran pertahanan sebesar 20 persen tahun lalu, tetapi kita harus melangkah lebih jauh.”

    Perdana Menteri juga mengatakan dia siap untuk mengirim “siap dan bersedia” untuk dikerahkan tentara Inggris sebagai bagian dari jaminan keamanan yang ditawarkan dalam setiap kesepakatan damai.

    Mendukung rencana tersebut, Menteri Kesehatan Wes Streeting mengatakan kepada LBC bahwa memastikan perdamaian di Ukraina sangat penting bagi keamanan Inggris.

    Ia mengatakan kepada Nick Ferarri: “Saya sangat yakin, seperti halnya Perdana Menteri, bahwa Ukraina adalah garis depan, bukan hanya pertahanan, kebebasan, dan keamanan Ukraina, tetapi juga kebebasan dan keamanan Inggris dan seluruh benua.”

    Streeting menambahkan: “Yang ingin disampaikan Perdana Menteri adalah bahwa selain mengamankan berakhirnya perang, kita juga perlu mengamankan perdamaian.”

    (Tribunnews.com/ Chrysnha)

  • Warga Ukraina Galau Ingin Perang Berakhir tapi Khawatir Merugi, Harap Harap Cemas – Halaman all

    Warga Ukraina Galau Ingin Perang Berakhir tapi Khawatir Merugi, Harap Harap Cemas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Setelah hampir tiga tahun hidup di bawah ancaman serangan udara Rusia secara terus-menerus sementara pasukan mereka bertempur dalam kampanye melelahkan melawan invasi Rusia, banyak warga Ukraina yang mendambakan berakhirnya perang.

    Tetapi mereka sekarang khawatir perang dapat berakhir dengan kondisi yang tidak menguntungkan alias merugi.

    Para pejabat tinggi AS dan Rusia berencana bertemu pada hari Selasa (18/2/2025) di Arab Saudi untuk membahas diakhirinya perang tanpa partisipasi Kyiv.

    Hal ini membuat jengkel sebagian warga Ukraina yang khawatir mereka akan dikesampingkan, sperti diberitakan ABC News.

    “Kita sedang dihancurkan, Ukraina menderita, Ukraina sedang berperang. Dan presiden kita tidak ikut serta?” kata Lidiia Odyntsova, 71 tahun, dengan rasa tidak percaya terhadap perundingan yang akan datang.

    “Kita adalah korban. Kita harus menjadi yang pertama dalam perundingan ini.”

    Berdiri dengan air mata di matanya di samping tugu peringatan yang tertutup salju untuk mengenang tentara Ukraina yang gugur di pusat kota Kyiv.

    “Saya tidak akan memaafkan mereka! Saya tidak akan pernah memaafkan!”

    Meskipun Ukraina tidak akan ambil bagian dalam pembicaraan hari Selasa, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Tammy Bruce mengatakan setiap perundingan perdamaian yang sebenarnya hanya akan terjadi dengan keterlibatan Ukraina.

    Meski demikian, banyak warga Ukraina yang mengamati serangkaian perkembangan dari Amerika Serikat dengan rasa khawatir. 

    Media sosial Ukraina dibanjiri dengan unggahan yang mencerminkan kegelisahan mendalam, dan banyak yang tetap terpaku pada ponsel mereka dengan cemas untuk mendapatkan informasi terkini.

    Presiden AS Donald Trump minggu lalu mengirimkan gelombang kejut ke kedua sisi Atlantik setelah ia setuju melalui telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memulai negosiasi — yang secara tiba-tiba membatalkan upaya lama yang dipimpin AS untuk mengisolasi Moskow atas invasinya.

    Itu terjadi pada hari yang sama ketika Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengatakan keanggotaan NATO untuk Ukraina tidak realistis dan menyarankan Kyiv harus meninggalkan harapan untuk memenangkan kembali semua wilayahnya dari Rusia, yang menandakan pandangan tentang penyelesaian potensial yang sangat dekat dengan Moskow .

    Ukraina, yang perlahan-lahan kehilangan tempat di bawah kekuatan militer Rusia yang lebih besar, sudah menghadapi posisi negosiasi yang sulit, dan komentar Hegseth meredam dua aspirasi utama Ukraina.

    Meskipun dukungan untuk mengakhiri pertempuran di antara penduduk negara yang lelah perang tersebar luas, masih ada kesepakatan luas bahwa hal itu tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan mereka yang tinggal di wilayah yang diduduki Rusia atau dengan risiko serangan Moskow di masa mendatang.

    Berbicara kepada program “Sunday Morning Futures” di Fox News Channel, Utusan Khusus AS Steve Witkoff tidak langsung menanggapi pertanyaan tentang apakah Ukraina harus menyerahkan “sebagian besar” wilayahnya. 

    “Itu rinciannya, dan saya tidak mengabaikan rinciannya, itu penting. Namun, saya pikir awalnya di sini adalah membangun kepercayaan,” katanya.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menolak perundingan yang akan datang, dengan mengatakan bahwa perundingan tersebut “tidak akan membuahkan hasil” karena tidak adanya pejabat Ukraina.

    Valerii Semenii, pria berusia 59 tahun yang bertempur bersama angkatan bersenjata Ukraina, mengatakan ia mengkhawatirkan hal terburuk.

    “Trump sedang bergerak menuju perang dunia, karena agresor tidak dapat ditenangkan,” kata Semenii.

    “Dia tidak tahu sejarah, karena mungkin hari ini Anda akan menenangkan (Putin), tetapi besok akan memicu perang dunia. Tidak ada lagi yang dapat saya katakan tentang negosiasi ini.”

    Sentimen tersebut mencerminkan ketakutan banyak orang di pemerintahan dan penduduk Ukraina bahwa mengakhiri pertempuran tanpa membangun infrastruktur keamanan yang berkelanjutan untuk mencegah agresi Rusia di masa mendatang akan memberi Moskow waktu untuk berkumpul kembali dan melancarkan serangan di masa mendatang, baik di Ukraina maupun kawasan yang lebih luas.

    “Kita harus memahami bahwa Rusia merupakan bahaya bukan hanya bagi Ukraina,” kata Oleksandr Shyrshyn, seorang komandan batalion yang bertempur di wilayah Rusia, Kursk, tempat pasukan Ukraina telah menduduki beberapa wilayah tetapi menderita kerugian besar. Negara-negara Eropa “harus ikut ambil bagian dalam negosiasi ini juga karena, seperti yang kita lihat, seluruh Eropa takut pada Rusia dan mereka tidak menginginkan skenario yang sama seperti yang kita alami.”

    Shyrshyn mengatakan bahwa ia yakin kedua tujuan utama Ukraina — pemulihan wilayah yang diduduki Rusia dan keanggotaan dalam aliansi militer NATO — akan dapat dicapai jika pemerintahan Trump “mendukung kami dengan seluruh kekuatan mereka.”

    “Jika AS tidak bersedia mendukung kami, kami akan mengalami lebih banyak kematian, lebih banyak kerugian,” katanya, “tetapi kami akan terus berjuang, karena ini menyangkut eksistensi kami.”

    Bantah Tudingan Eropa

    Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, pada hari Minggu (16/2/2025) menegaskan bahwa Uni Eropa akan ikut serta menjadi bagian dari setiap “perundingan nyata” untuk mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina.

    Pernyataan ini, dikemukakan Rubio guna menjawab sejumlah tudingan yang keluar setelah munculnya kabar AS bakal menggelar pertemuan minggu ini dengan Rusia.

    Rubio membantah tudingan yang menyebut, Uni Eropa tak akan dilibatkan dalam negosiasi damai di Ukraina setelah Rusia dan Amerika Serikat menggelar pertemuan di Arab Saudi dalam beberapa hari mendatang.

    Dikutip dari wawancaranya dengan CBS, Rubio mengatakan, proses perundingan belum dimulai secara serius kala kedua negara bertemu di Saudi pekan ini.

    Diplomat Amerika tersebut, mengaku Uni Eropa baru dilibatkan jika pembicaraan terkait negosiasi damai berkembang.

    Rubio memastikan, Ukraina dan negara-negara Eropa lainnya akan dilibatkan dalam setiap perundingan yang bermakna.

    “Pada akhirnya, kita harus menunggu hingga mencapai titik di mana pertemuan ini (dengan Rusia) menghasilkan sebuah perundingan nyata, dan kita belum sampai di sana” ungkap Rubio dalam acara “Meet the Press” di CBS.

    “Akan tetapi, jika kesepakatan itu terjadi, Ukraina harus dilibatkan karena mereka negara yang diserang, dan Eropa harus dilibatkan karena mereka juga memberlakukan sanksi terhadap Putin dan Rusia,” lanjut Rubio.

    “Tapi terus terang, Kita belum sampai di tahapan sana,” pungkas mantan senator Florida tersebut.

    Sebelumnya pada hari Minggu, Reuters melaporkan bahwa pejabat AS telah memberikan kuesioner kepada pejabat Eropa, antara lain menanyakan berapa banyak pasukan yang dapat mereka sumbangkan untuk menegakkan kesepakatan damai antara Ukraina dan Rusia.

    “Presiden Trump berbicara dengan Vladimir Putin minggu lalu, dan dalam percakapan itu, Vladimir Putin menyatakan minatnya pada perdamaian, dan presiden menyampaikan keinginannya untuk melihat konflik ini berakhir dengan cara yang tahan lama serta melindungi kedaulatan Ukraina,” kata Rubio.

    “Sekarang, jelas itu harus diikuti dengan tindakan, jadi beberapa minggu dan hari ke depan akan menentukan apakah ini serius atau tidak. Pada akhirnya, satu panggilan telepon belum bisa menciptakan perdamaian.” sambung Rubio

    Rubio mengatkan, pertemuan di Arab Saudi bukanlah hal yang mendadakan karena dirinya sebelumnya sudah dijadwalkan untuk melakukan kunjungan resmi jauh hari sebelum dialog dengan Rusia diumumkan.

    Ia juga mengaku bahwa komposisi delegasi Rusia yang akan ditemuinya masih belum final.

    Ketika ditanya apakah ia telah membahas pencabutan sanksi terhadap Rusia selama panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada hari Sabtu (15/2/2025), Rubio menolak memberikan konfirmasi.

    Rubio hanya mengatakan, mereka tidak membahas detail pembicaraan apa pun untuk saat ini.

    Di lain pihak, Moskow menyatakan, kedua belah pihak telah membahas penghapusan “hambatan sepihak” yang diberlakukan oleh pemerintahan AS sebelumnya dalam hubungan dengan Rusia.

    Rubio mengatakan, ia memang membahas kondisi operasional “yang sulit” dari kedutaan AS di Moskow dengan Lavrov.

    Jika ada kemajuan dalam upaya perdamaian di Ukraina, baik Rusia maupun AS membutuhkan kedutaan yang berfungsi dengan baik di negara masing-masing, tambahnya.

    Kekhawatiran Uni Eropa

    EMMANUEL MACRON – Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English pada Jumat (14/2/2025) yang menampilkan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Emmanuel Macron menghelat KTT darurat Uni Eropa pada hari Senin (17/2/2025) terkait perang di Ukraina. (Tangkap layar YouTube Al Jazeera English)

    Prasangka buruk terhadap pertemuan antara AS dan Rusia ini secara terang-terangan disampaikan oleh sejumlah pemimpin di negara-negara Uni Eropa.

    Hal ini terlihat dari upaya Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang menghelat KTT darurat Uni Eropa pada hari Senin (17/2/2025) terkait perang di Ukraina.

    KTT darurat tersebut, digelar karena banyak pejabat di Uni Eropa yang mengaku terkejut dan “terguncang” oleh langkah-langkah administrasi Trump terkait Ukraina, Rusia, dan pertahanan Eropa dalam beberapa hari terakhir.

    Kekhawatiran utama mereka adalah bahwa mereka tidak lagi dapat mengandalkan perlindungan militer AS.

    Selain itu, sejumlah petinggi Uni Eropa menilai Trump akan berusaha menandatangani kesepakatan damai dengan Putin secara sepihak tanpa mengikutsertakan masukan dari Uni Eropa di dalamnya.

    Upaya tersebut, diyakini Uni Eropa dilakukan Trump dan Putin untuk melemahkan Kyiv dan keamanan kontinental Eropa secara keseluruhan.

    Adapun pembicaraan yang direncanakan di Arab Saudi pada minggu ini, juga bertepatan dengan upaya AS untuk mencapai kesepakatan dengan Kyiv guna menguasai kekayaan sumber daya alam Ukraina.

    Dalam wawancara dengan NBC yang disiarkan pada hari Minggu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mempertanyakan apakah mineral di wilayah yang dikuasai Rusia akan diberikan kepada Putin.

    Trump, yang melakukan panggilan dengan Putin pada hari Rabu (12/2/2025) menyatakan bahwa pemimpin Rusia itu menginginkan perdamaian.

    Ia juga mengatakan pada hari Minggu bahwa Putin tidak akan berusaha menguasai seluruh wilayah Ukraina.

    “Itu akan menjadi masalah besar bagi saya, karena Anda tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Saya pikir dia ingin mengakhirinya,” kata Trump kepada wartawan di West Palm Beach, Florida.

    Trump menambahkan bahwa Zelenskyy akan dilibatkan dalam pembicaraan untuk mengakhiri konflik tersebut.

    (Tribunnews.com/ Chrysnha, Bobby)

    Artikel Lain Terkait Donald Trump dan Konflik Rusia vs Ukraina

  • Bertemu di Arab Saudi Hari Ini, Pejabat Senior AS dan Rusia Akan Bahas Akhir Perang Ukraina – Halaman all

    Bertemu di Arab Saudi Hari Ini, Pejabat Senior AS dan Rusia Akan Bahas Akhir Perang Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pejabat senior Amerika Serikat (AS) dan Rusia, termasuk diplomat tinggi kedua negara, akan mengadakan pembicaraan di Arab Saudi pada Selasa (18/2/2025).

    Pembicaraan digelar untuk meningkatkan hubungan mereka dan merundingkan diakhirinya perang di Ukraina, kata Kremlin pada Senin (17/2/2025).

    Ini akan menjadi pertemuan paling penting antara kedua belah pihak sejak invasi besar-besaran Moskow ke negara tetangganya, Ukraina, hampir tiga tahun lalu.

    Pembicaraan yang dijadwalkan digelar di Arab Saudi itu, menandai langkah penting lainnya oleh pemerintahan Donald Trump untuk membalikkan kebijakan AS dalam mengisolasi Rusia, dan dimaksudkan untuk membuka jalan bagi pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Dilansir AP News, langkah-langkah tersebut telah membuat Kyiv dan sekutu-sekutu utamanya berebut untuk memastikan tempat di meja perundingan di tengah kekhawatiran bahwa Washington dan Moskow dapat terus maju dengan kesepakatan yang tidak akan menguntungkan mereka.

    Sementara, Prancis menyerukan pertemuan darurat negara-negara Uni Eropa dan Inggris pada hari Senin untuk memutuskan cara menangani serangan diplomatik AS terhadap perang tersebut.

    Zelensky Akan Kunjungi Arab Saudi

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan mengunjungi Arab Saudi pada Rabu (19/2/2025), satu hari setelah pertemuan di sana antara pejabat tinggi Rusia dan AS.

    Hal ini sebagaimana disampaikan juru bicara pemimpin Ukraina itu, Sergiy Nykyforov, kepada AFP.

    Zelensky telah mengumumkan perjalanan itu bersama dengan persinggahan di Uni Emirat Arab (UEA) dan Turki minggu lalu tanpa memberikan tanggal, menambahkan bahwa ia tidak punya rencana untuk bertemu dengan pejabat Rusia atau AS.

    Sergiy Nykyforov mengatakan, Zelensky akan mengunjungi Arab Saudi bersama istrinya sebagai bagian dari kunjungan resmi yang “telah direncanakan sejak lama”.

    Perjalanannya akan dilakukan satu hari setelah Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov bertemu dengan pejabat AS sebagai bagian dari apa yang dikatakan Kremlin sebagai upaya untuk memperbaiki hubungan Moskow dengan Washington.

    Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mendarat pada hari Senin di Arab Saudi di mana ia akan berbicara dengan para pejabat di Gaza.

    Zelensky mengatakan pada hari Senin bahwa Kyiv tidak tahu apa-apa tentang pembicaraan minggu ini.

    Ia menambahkan dalam komentar yang dimuat oleh kantor berita Interfax-Ukraina bahwa negara itu “tidak dapat mengakui hal-hal atau perjanjian apa pun tentang kami tanpa kami. Dan kami tidak akan mengakui perjanjian tersebut.”

    Sebagai informasi, Riyadh, yang juga terlibat dalam pembicaraan dengan Washington mengenai masa depan Jalur Gaza, telah memainkan peran dalam kontak awal antara pemerintahan Trump, yang mulai menjabat pada 20 Januari 2025, dan Moskow, membantu mengamankan pertukaran tahanan minggu lalu.

    Diplomat tinggi AS Rubio, yang berbicara melalui telepon dengan mitranya dari Rusia Lavrov pada hari Sabtu, mengatakan pada hari Minggu bahwa minggu-minggu dan hari-hari mendatang akan menentukan apakah Putin serius untuk berdamai.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga berada di wilayah tersebut.

    Zelensky, yang tiba di Uni Emirat Arab pada hari Minggu, mengatakan bahwa ia juga bermaksud mengunjungi Arab Saudi dan Turki.

    Ia diperkirakan akan tiba di Arab Saudi pada hari Rabu.

    Reuters melaporkan pada November 2024 bahwa Putin siap untuk menegosiasikan kesepakatan dengan Trump, tetapi akan menolak untuk membuat konsesi teritorial yang besar dan akan mendesak Kyiv untuk meninggalkan ambisinya untuk bergabung dengan NATO.

    ZELENSKY DAN PUTIN – Foto ini diambil pada Sabtu (15/2/2025) dari publikasi Kantor Presiden Rusia, memperlihatkan (kiri-kanan) Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan pada 9 Desember 2019 di Paris untuk mengakhiri perang antara separatis pro-Rusia dan pasukan Ukraina di Donetsk dan Luhansk yang berlangsung sejak tahun 2014. (Kremlin.ru)

    Seorang sumber yang mengetahui pemikiran Kremlin mengatakan pada hari Senin bahwa Putin serius untuk melakukan kesepakatan, tetapi tidak dengan
    harga berapa pun.

    Kremlin mengatakan pembicaraan akan difokuskan pada pemulihan hubungan Rusia-AS dan persiapan untuk kemungkinan pembicaraan untuk mengakhiri perang.

    Sebelumnya, pemerintahan Joe Biden, sebagian besar pemimpin Uni Eropa dan Ukraina menganggap perang Rusia sebagai perampasan tanah yang bertujuan untuk
    memulihkan kekuatan Rusia.

    Kyiv dan beberapa pemimpin Uni Eropa mengatakan bahwa jika Putin menang, ia dapat mencoba menyerang NATO.

    Rusia menolak interpretasi itu dan menyangkal rencana semacam itu.

    Putin mengatakan “operasi militer khusus”-nya diperlukan untuk melindungi penutur bahasa Rusia di Ukraina dan melawan apa yang ia katakan sebagai ancaman dari potensi keanggotaan Ukraina di NATO.

    Amerika Serikat mengejutkan para pemimpin Eropa minggu lalu dengan mengatakan bahwa tempat Ukraina bukanlah di NATO, bahwa kembali ke perbatasan sebelum 2014 tidak realistis dan bahwa Eropa tidak akan menjadi bagian dari negosiasi dengan Rusia dan Ukraina.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

  • Video: Negosiasi AS-Rusia Soal Ukraina, Eropa Tak di Ajak

    Video: Negosiasi AS-Rusia Soal Ukraina, Eropa Tak di Ajak

    Jakarta, CNBC Indonesia – Utusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Keith Kellog untuk berunding dengan Rusia soal Ukraina menegaskan tidak akan mengajak negara-negara Eropa dalam proses negosiasi.

    Simak informasi selengkapnya dalam program Closing Bell CNBC Indonesia, Senin (17/02/2025).

  • Pengakuan Trump soal Bertemu Putin Tinggal Tunggu Waktu

    Pengakuan Trump soal Bertemu Putin Tinggal Tunggu Waktu

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyampaikan akan segera bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Menurut Trump, pertemuan keduanya itu hanya soal waktu.

    “Belum ada waktu yang ditentukan, tapi hal itu bisa terjadi dalam waktu dekat,” kata Trump saat berbicara kepada wartawan, dilansir AFP, Senin (17/2/2025).

    Pernyataan itu disampaikan Trump beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Marco Rubio berusaha mengecilkan harapan soal pertemuan tingkat tinggi di Riyadh, Arab Saudi, untuk mengakhiri perang Ukraina.

    Dengan Rubio akan memimpin delegasi tingkat tinggi AS dalam diskusi dengan para pejabat Rusia di ibu kota Saudi dalam beberapa hari mendatang. Serangkaian diplomasi terjadi ketika perang brutal di Ukraina memasuki tahun ketiga.

    Yakin Putin Ingin Berhenti Perang

    Trump, ketika berbicara dengan wartawan setelah penerbangan dengan pesawat kepresidenan Air Force One, mengatakan timnya telah berbicara “panjang dan keras” dengan para pejabat Rusia, termasuk utusan Timur Tengah Steve Witkoff yang disebut Trump telah bertemu Putin selama tiga jam baru-baru ini.

    “Saya pikir dia (Putin) ingin berhenti berperang,” klaim Trump.

    Saat ditanya lebih lanjut apakah dirinya meyakini bahwa Putin ingin merebut seluruh wilayah Ukraina, Trump menjawab: “Itu adalah pertanyaan saya kepadanya.”

    “Jika dia terus melanjutkan… hal itu akan menimbulkan masalah besar bagi saya,” imbuhnya.

    “Saya pikir dia ingin mengakhirinya, dan mereka ingin mengakhirinya dengan cepat. Keduanya. Zelensky juga ingin mengakhirinya,” ujar Trump, merujuk pada Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

    Trump dan Putin melakukan percakapan telepon yang panjang pada Rabu (12/2) pekan lalu, dan sepakat untuk segera memulai perundingan gencatan senjata. Namun seruan itu mengejutkan Ukraina dan sekutu-sekutu AS di NATO, dengan Zelensky menegaskan “tidak ada keputusan mengenai Ukraina tanpa Ukraina”.

    Dalam wawancara dengan NBC News yang disiarkan pada Minggu (16/2) waktu setempat, Zelensky menuding Putin sebagai “pembohong berantai” dan tidak bisa dipercayai sebagai mitra negosiasi.

    Ukraina Tak Diundang

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (REUTERS/Piroschka van de Wouw/File Photo Purchase Licensing Rights)

    Kyiv tidak diundang dalam pembicaraan antara AS dan Rusia mengenai perang di Ukraina. Perundingan ini hanya dilakukan pihak AS dan Rusia.

    Dilansir BBC, Senin (17/2/2025), informasi ini disampaikan oleh sumber di pemerintahan Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebelumnya sudah memperingatkan AS agar Ukraina dilibatkan dalam perundingan perdamaian.

    Utusan Khusus AS untuk Ukraina Keith Kellog mengatakan Kyiv akan terlibat dalam pembicaraan hari Senin di Arab Saudi, namun sumber tersebut mengatakan tidak ada delegasi yang akan hadir.

    Para pemimpin Eropa juga belum diminta untuk bergabung dalam diskusi tersebut, dan malah akan bertemu pada Senin di Paris pada pertemuan puncak yang diatur secara tergesa-gesa oleh Presiden Perancis, karena khawatir benua tersebut tidak bisa ikut dalam perundingan.

    Pertemuan terpisah tersebut dilakukan setelah minggu yang penuh gejolak di mana Washington mengisyaratkan perubahan drastis dalam pendekatannya terhadap perang di Ukraina.

    Utusan Gedung Putih untuk Timur Tengah Steve Witkoff membenarkan bahwa dia melakukan perjalanan ke Arab Saudi untuk bicara tatap muka pertama antara as dan Rusia. Pertemuan itu untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina.

    Halaman 2 dari 2

    (aik/fas)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Gunakan Taktik Soviet, Ukraina Dituding Membuang-buang Senjata Mahal NATO, Inggris Geram – Halaman all

    Gunakan Taktik Soviet, Ukraina Dituding Membuang-buang Senjata Mahal NATO, Inggris Geram – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Para pejabat pertahanan Inggris menuding Ukraina membuang-buang senjata mahal kiriman Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk menghadapi Rusia.

    The Telegraph menyebut pejabat Inggris mengeluh karena Ukraina menggunakan senjata itu dalam taktik perang gaya Soviet. Taktik itu justru menyebabkan Ukraina kehilangan banyak senjata

    NATO dan Ukrana kini berselisih mengenai strategi militer yang harus diterapkan demi melawan Rusia.

    Salah satu penasihat militer menyebut tindakan Ukraina menggunakan rudal antitank NLAW kiriman Inggris sebagai suatu kesembronoan.

    Rudal-rudal seharga 2.000 pound atau sekitar Rp41 juta per unit itu ditembakkan seolah-olah rudal tersebut adalah rocket propelled grenade (RPG) yang murah.

    Penasihat itu mengaku telah melihat bagaimana banyak rudal NLAW ditembakkan ke arah pasukan Rusia. Tiap salvo rudal memakan biaya lebih dari 100.000 pound atau Rp2 miliar.

    NATO disebut tidak menyukai taktik gaya Soviet yang menekankan banyak tembakan. NATO lebih memprioritaskan serangan yang presisi dan manuver demi mendapat kesuksesan di medan tempur.

    Di sisi lain, pasukan Ukraina enggan menggunakan taktik NATO. Mereka mengganggp taktik itu tidak cocok dengan kenyataan di medan perang.

    Perselisihan pendapat itu dilaporkan memicu adu mulut di antara kedua pihak.

    Narasumber yang didapatkan The Telegraph juga menuding tentara Ukraina meninggalkan unit peluncuran rudal Javelin yang bisa digunakan kembali. Peralatan itu berharga lebih dari $100.000 dan sering jatuh ke tangan Rusia.

    “Kini tentara Rusia mungkin punya lebih banyak Javelin daripada tentara Inggris,” kata seorang narasumber.

    Dia berkata bahwa dia dan rekannya membantu Ukraina. Namun, upaya Inggris membantu Ukraina “dibangun di antara kebohongan”.

    Para pejabat pertahanan Inggris sudah memperingatkan bahwa militer negara mereka kini kehilangan unsur pentingnya dan kekuarangan dana karena diabaikan selama bertahun-tahun.

    Sementara itu, para anggota dewan di Inggris telah memperingatkan bahwa Inggris kini tak siap menghadapi perang dengan intensitas tinggi.

    Terlepas dari kekhawatiran di atas, Inggris sudah berjanji menggelontorkan bantuan militer senilai 7,8 miliar pound untuk Ukraina. Bantuan itu termasuk tank, sistem pertahanan udara, dan senjata jarak jauh.

    Di sisi lain, Rusia sudah berulang kali mengecam bantuan senjata Barat kepada Ukraina. Menurut Rusia, bantuan itu hanya akan memperpanjang perang di Ukraina dan meningkatkan risiko perang langsung antara Rusia dan NATO.

    (*)

     

  • Drone Ukraina Hantam Saluran Pipa Minyak Internasional di Rusia

    Drone Ukraina Hantam Saluran Pipa Minyak Internasional di Rusia

    Moskow

    Rentetan serangan drone Ukraina menghantam sebuah stasiun pompa utama di saluran pipa minyak internasional di wilayah Rusia bagian selatan. Serangan drone Kyiv ini dilaporkan mengganggu pasokan minyak dari Kazakhstan.

    Militer Ukraina menargetkan infrastruktur energi Rusia selama perang berkecamuk tiga tahun terakhir. Dalam serangannya, Kyiv menghantam lokasi-lokasi yang menurut mereka memasok bahan bakar untuk militer Rusia, atau pihak yang menyediakan dana untuk mendukung serangan Moskow.

    Dalam serangan terbaru, seperti dilansir AFP, Senin (17/2/2025), tujuh drone bermuatan peledak menghantam stasiun pompa Konsorsium Saluran Pipa Kaspia yang menyalurkan pasokan minyak Kazakhstan melintasi wilayah Rusia bagian selatan untuk diekspor melalui Laut Hitam, termasuk ke Eropa bagian barat.

    “Penyaluran minyak melalui sistem pipa Tengiz-Novorossiysk dilakukan dengan metode pepompaan yang dikurangi,” sebut operator sistem pipa tersebut.

    Jaringan pipa sepanjang 1.500 kilometer itu dimiliki oleh sebuah konsorsium yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah Rusia dan Kazakhstan, serta perusahaan energi Barat, seperti Chevron, ExxonMobil dan Shell.

    Tahun 2024 lalu, menurut perusahaan itu, jaringan pipa itu menyalurkan lebih dari 63 juta ton minyak ke kapal-kapal tanker di terminal yang ada di area pelabuhan Novorossiysk, Rusia bagian selatan.

    Konsorsium Saluran Pipa Kaspia menyebut serangan itu mengenai stasiun pompa di Kropotkinskaya — saluran pipa terbesar di wilayah selatan Krasnodar.

    Disebutkan bahwa tidak ada korban luka akibat serangan itu, dan para staf berhasil mencegah serangan yang menyebabkan tumpahan minyak.

    Baik Moskow maupun Kyiv saling melancarkan serangan drone besar-besaran dalam semalam, beberapa hari setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta pemimpin kedua negara itu untuk menyetujui gencatan senjata.

    Angkatan Udara Ukraina mengatakan pasukannya telah menembak jatuh 83 drone, dari total 147 drone, yang diluncurkan Rusia semalam. Sebanyak 59 drone lainnya dilaporkan “hilang” namun tidak memicu kerusakan di wilayah Ukraina.

    Sementara Kementerian Pertahanan Rusia menyebut pasukannya telah “mencegat dan menghancurkan” 90 drone Ukraina, termasuk 24 drone yang terbang di wilayah selatan Krasnodar, yang menjadi lokasi Konsorsium Pipa Kaspia beroperasi.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu