Negara: Ukraina

  • Video: AS-Ukraina Panas, Trump Sebut Zelenskyy Diktator Tanpa Pemilu

    Video: AS-Ukraina Panas, Trump Sebut Zelenskyy Diktator Tanpa Pemilu

    Jakarta, CNBC Indonesia- Ketegangan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy makin meningkat, setelah Trump menyebut pemimpin Ukraina itu sebagai “diktator tanpa pemilu”.

    Selengkapnyadalam program Power Lunch CNBC Indonesia, Kamis (20/02/2025).

  • Rusia Puji Trump yang Sebut Zelensky ‘Diktator’

    Rusia Puji Trump yang Sebut Zelensky ‘Diktator’

    Moskow

    Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, melontarkan pujian untuk Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai “diktator tanpa pemilu”. Medvedev menyebut komentar Trump itu “200 persen benar”.

    “‘Seorang diktator tanpa pemilu, Zelensky lebih baik bergerak cepat atau negaranya tidak akan tersisa.’ Jika Anda memberitahu saya tiba bulan lalu bahwa ini adalah kata-kata Presiden AS, saya akan tertawa terbahak-bahak,” ucap Medvedev mengulangi pernyataan Trump dalam komentarnya via media sosial X, seperti dilansir kantor berita TASS, Kamis (20/2/2025).

    “Donald Trump 200 persen benar,” sebut Medvedev, yang mantan Presiden Rusia dan sekutu Presiden Vladimir Putin ini.

    Dalam pernyataannya, Medvedev menyebut Zelensky sebagai “badut bangkrut”.

    Trump menyebut Zelensky sebagai “diktator tanpa pemilu” dalam pernyataan via media sosial pada Rabu (19/2).

    Komentar ini disampaikan Trump beberapa jam setelah Zelensky mengkritik dirinya hidup diselimuti gelombang “disinformasi” Rusia, karena secara keliru menuduh Ukraina memulai perang dengan Rusia.

    “Seorang Diktator tanpa Pemilu, Zelensky sebaiknya bergerak cepat atau negaranya tidak akan tersisa,” sebut Trump via media sosial Truth Social.

    Masa jabatan lima tahun yang dijalani Zelensky sebagai Presiden Ukraina telah berakhir tahun lalu.

    Namun undang-undang yang berlaku di Ukraina tidak mewajibkan digelarnya pemilu selama masa perang, terlebih diketahui bahwa Kyiv berada di bawah keadaan darurat militer selama berperang melawan Moskow.

    Secara terpisah, Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov juga memuji Trump karena mengkritik Zelensky. Dia menyebut Trump sebagai “politisi yang sepenuhnya independen”.

    “Trump adalah politisi yang sepenuhnya independen. Selain itu, dia adalah orang yang terbiasa berbicara langsung. Orang-orang seperti itu biasanya tidak menyembunyikan pendapat mereka tentang orang-orang menyedihkan seperti Tuan Zelensky,” sebut Lavrov dalam pernyataan yang dikutip TASS dan AFP.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Zelensky Kritik Trump Diselimuti Gelembung Disinformasi Rusia

    Zelensky Kritik Trump Diselimuti Gelembung Disinformasi Rusia

    Kyiv

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terlibat perang kata-kata dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang menyebut Zelensky sebagai “diktator”.

    Zelensky mengkritik Trump kini hidup diselimuti gelombang “disinformasi” Rusia, setelah sang Presiden AS itu secara keliru menuduh Ukraina memulai perang dengan Rusia. Trump kemudian menyebut Zelensky sebagai “diktator” dalam komentar via media sosial beberapa jam setelah kritikan itu.

    Berbicara kepada wartawan di Kyiv, seperti dilansir AFP dan CNN, Kamis (20/2/2025), Zelensky membantah beberapa klaim tidak berdasar yang dilontarkan Trump, sembari memperkuat posisi Ukraina bahwa kesepakatan untuk mengakhiri perang memerlukan keterlibatan langsung negaranya.

    Zelensky mengatakan dirinya menginginkan jaminan keamanan dari sekutu-sekutu Barat yang memungkinkan berakhirnya perang Ukraina tahun ini.

    “Sangat disayangkan, Presiden Trump — saya sangat menghormatinya sebagai pemimpin negara yang sangat kami hormati, rakyat Amerika yang selalu mendukung kami — sayangnya (Trump) hidup di dalam ruang disinformasi ini,” sebut Zelensky, yang menuduh Rusia telah menyesatkan Trump.

    Disinformasi merupakan penyampaian informasi yang salah, secara sengaja, untuk menyesatkan orang lain.

    Trump menegaskan dirinya ingin perang Ukraina berakhir sesegera mungkin, bahkan jika hal itu berarti kerugian teritorial lebih lanjut bagi Ukraina. Dan yang membuat Kyiv dan sekutu-sekutunya merasa ngeri, Trump terkadang mengadopsi narasi Kremlin dan menyalahkan Ukraina serta NATO atas konflik tersebut. Trump bahkan pernah mengatakan bahwa Ukraina “mungkin akan menjadi bagian Rusia suatu hari nanti”.

    Dalam pernyataannya pada Selasa (18/2) tengah malam, Trump melontarkan klaim keliru soal Ukraina memulai perang — klaim yang sejak lama digaungkan Kremlin dan para pendukungnya. Klaim ini disampaikan Trump saat menanggapi keluhan Zelensky soal dirinya tidak diundang dalam pertemuan delegasi AS-Rusia di Arab Saudi.

    “Hari ini saya mendengar, ‘Oh baiklah, kami tidak diundang.’ Ya, Anda sudah di sana selama tiga tahun. Anda seharusnya mengakhirinya setelah tiga tahun. Anda seharusnya tidak pernah memulainya. Anda bisa saja membuat kesepakatan,” ujar Trump dalam komentarnya merujuk pada Zelensky.

    Trump juga mempertanyakan legitimasi Zelensky sebagai Presiden Ukraina, yang lagi-lagi mencerminkan isu yang sering didorong oleh Kremlin selama perang berkecamuk. Dia menyerukan pemilu di Ukraina, yang dilarang dalam keadaan darurat militer yang saat ini berlaku di negara itu.

    Trump bahkan mengklaim bahwa tingkat dukungan publik Ukraina terhadap Zelensky hanya mencapai “empat persen”. Zelensky, dalam tanggapannya, menyebut angka itu “berasal dari Rusia”.

    Dia kemudian menyinggung hasil jajak pendapat via telepon yang dilakukan Institut Sosiologi Internasional Kyiv, yang dirilis Rabu (19/2), yang menunjukkan 57 persen responden mempercayai Zelensky, sedangkan 37 persen mengatakan tidak mempercayainya dan sisanya ragu-ragu.

    Zelensky berjanji menunjukkan jajak pendapat tersebut kepada tim Trump karena menurutnya, “penting bagi kami untuk menyampaikan kebenaran” kepada pemerintahan baru AS.

    Dalam pernyataannya, Zelensky juga mengkritik AS sedang membantu mengakhiri isolasi internasional terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin. “Saya meyakini bahwa Amerika Serikat membantu Putin keluar dari isolasi selama bertahun-tahun,” sebutnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kanselir Jerman Kecam Trump Sebut Zelensky ‘Diktator’: Salah dan Berbahaya!

    Kanselir Jerman Kecam Trump Sebut Zelensky ‘Diktator’: Salah dan Berbahaya!

    Berlin

    Kanselir Jerman Olaf Scholz mengecam Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai “diktator tanpa pemilu”. Scholz menilai komentar Trump itu “salah dan berbahaya”.

    “Yang benar adalah Volodymyr Zelensky adalah kepala negara terpilih di Ukraina,” tegas Scholz saat berbicara kepada media terkemuka Jerman, Spiegel, seperti dilansir AFP, Kamis (20/2/2025).

    Trump, dalam pernyataan via media sosial pada Rabu (19/2), menyebut Zelensky sebagai “seorang diktator tanpa pemilu”.

    “Seorang Diktator tanpa Pemilu, Zelensky sebaiknya bergerak cepat atau dia tidak akan memiliki negara yang tersisa,” tulis Trump dalam komentarnya via media sosial Truth Social.

    Masa jabatan lima tahun yang dijalani Zelensky sebagai Presiden Ukraina telah berakhir tahun lalu. Namun undang-undang yang berlaku di Ukraina tidak mewajibkan digelarnya pemilu selama masa perang.

    Ukraina berperang melawan Rusia sejak invasi militer besar-besaran dilancarkan Moskow pada Februari 2022 lalu.

    Scholz, dalam pernyataannya, mengecam segala upaya “untuk menyangkal legitimasi demokratis Presiden Zelensky”.

    “Fakta bahwa pemilu yang layak tidak dapat diselenggarakan di tengah perang, tercermin dalam konstitusi dan undang-undang pemilu Ukraina,” sebutnya.

    Kecaman juga disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, yang menyebut komentar Trump itu “absurd”.

    “Jika Anda melihat dunia nyata dibandingkan hanya melontarkan tweet, maka Anda akan mengetahui siapa di Eropa yang harus hidup dalam kondisi kediktatoran: orang-orang di Rusia, orang-orang di Belarusia,” ucap Baerbock dalam wawancara dengan televisi lokal ZDF.

    Berlin sebelumnya juga menolak klaim Trump soal Kyiv telah “memulai” pertemuan dengan Moskow. “Tidak seorangpun kecuali (Presiden Rusia Vladimir) Putin yang memulai atau menginginkan perang ini di jantung Eropa,” tegas Baerbock.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump Salahkan Zelensky karena Perang Ukraina Berlarut-larut

    Trump Salahkan Zelensky karena Perang Ukraina Berlarut-larut

    Washington DC

    Setelah pertemuan antara Menteri Luar Negeri Amerika Serikat dengan mitranya dari Kremlin, Presiden AS Donald Trump yakin bahwa kesepakatan damai dalam perang Ukraina dapat segera dicapai.

    Pembicaraan dengan negosiator Rusia berjalan “sangat baik,” tandasnya dalam konferensi pers di resor miliknya, Mar-a-Lago di Florida di bagian selatan Amerika Serikat: “Rusia ingin melakukan sesuatu.”

    Pada saat bersamaan, Trump menyalahkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky atas kelanjutan perang agresi yang diluncurkan oleh Rusia pada Februari 2022.

    Perwakilan Amerika Serikat dan Rusia sepakat pada hari Selasa (18/02) di sebuah pertemuan di Riyadh, ibu kota Arab Saudi, untuk mengadakan pembicaraan guna mengakhiri perang di Ukraina – tanpa melibatkan perwakilan Ukraina atau pendukungnya di Eropa.

    Sebagaimana diumumkan kedua belah pihak setelah pertemuan antara Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, disepakati bahwa pemerintah akan menunjuk negosiator untuk pembicaraan tersebut.

    Trump: Kepemimpinan Ukraina mengizinkan perang

    Di Mar-a-Lago, Trump menanggapi dengan nada mencemooh kritik dari Ukraina bahwa negara itu tidak diundang.

    “Saya mendengar hari ini: ‘Oh, kami tidak diundang’,” ejek tokoh Republikan itu – dan menambahkan: “Yah, Anda sudah berada di sini selama tiga tahun.”

    Perang seharusnya sudah berakhir sejak lama, demikian ia memperingatkan – dan menuduh Ukraina lalai: “Anda seharusnya tidak pernah memulainya. Anda seharusnya bisa membuat kesepakatan.” Disebutkannya, ada kepemimpinan di Kyiv yang “membiarkan perang yang seharusnya tidak pernah terjadi.”

    Mengacu pada Zelensky, Trump berkata: “Saya menyukainya secara pribadi, dia oke.” Namun ini bukan tentang simpati pribadi, imbuhnya, ini tentang “menyelesaikan pekerjaan.”

    Ukraina bergantung pada bantuan Barat untuk mempertahankan diri terhadap invasi Rusia. Di bawah pendahulu Trump, Joe Biden, AS adalah pendukung dan pemasok senjata terpenting negara itu. Karena adanya pergantian kekuasaan di Washington, warga Ukraina kini mengkhawatirkan perubahan drastis yang menguntungkan Rusia.

    Tak lama setelah menjabat, Trump secara pribadi menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin dan berencana untuk segera bertemu langsung dengannya.

    Di Mar-a-Lago, Presiden AS mengumumkan bahwa dia “mungkin” akan bertemu dengan Putin sebelum akhir bulan. Pimpinan di Moskow mengonfirmasi jadwal ini.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Anehnya, penyelidikan juga dilakukan di Kyiv

    Rabu (19/02) ini, Utusan Khusus AS untuk Ukraina Keith Kellogg tiba di Kyiv untuk pembicaraan penjajakan, satu hari lebih awal dari yang diharapkan. Ia mengatakan bahwa ia datang untuk mendengarkan, dalam pernyataan publik pertamanya saat tiba di stasiun kereta api di ibu kota Ukraina.

    Laporannya kepada Presiden Trump seharusnya membantu Amerika Serikat menilai situasi dengan tepat. “Kami memahami perlunya jaminan keamanan,” katanya kepada kamera televisi.

    Menyusul komentar terbaru Trump yang menyalahkan Ukraina atas berlanjutnya perang, Kellogg, yang merupakan mantan jenderal, berusaha mengoreksi kesan tersebut.

    Trump ingin mengakhiri perang yang telah berjalan tiga tahun ini, kata Kellogg. “Dia memahami penderitaan manusia, dia memahami kerusakannya.”

    Macron dorong perundingan lebih lanjut

    Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Kaja Kallas mengatakan pada Selasa (18/02) malam bahwa Menteri Luar Negeri AS Rubio telah memberi tahu menteri luar negeri Eropa tentang pembicaraan di Riyadh.

    Kallas memperingatkan AS agar tidak membiarkan dirinya dikalahkan oleh Kremlin.

    “Rusia akan mencoba memecah belah kita. Jangan sampai kita jatuh ke dalam perangkap mereka,” Kallas memperingatkan. “Dengan bekerja sama dengan Amerika Serikat, kita dapat mencapai perdamaian yang adil dan abadi – demi kepentingan Ukraina,” tegasnya.

    Sementara itu, hanya dua hari setelah pertemuan puncak krisis negara-negara Eropa mengenai perang di Ukraina yang sebagian besar tidak membuahkan hasil, pemerintah Prancis ingin menyerukan perundingan baru. Presiden Emmanuel Macron akan mengambil bagian dalam konferensi video informal dengan kepala negara dan pemerintahan lainnya di Paris, Istana lysee mengumumkan.

    Tujuannya adalah untuk menyatukan semua mitra yang berminat pada perdamaian dan keamanan di Ukraina dan Eropa. lysee awalnya tidak mengumumkan daftar peserta yang pasti.

    Pada hari Senin (17/02), tuan rumah Macron bergabung dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz dan perwakilan Uni Eropa, NATO, Inggris, Italia, Polandia, Spanyol, Belanda, dan Denmark pada pertemuan puncak krisis di Paris.

    Pertemuan itu ditandai oleh ketidaksepakatan mengenai kemungkinan misi penjaga perdamaian di Ukraina. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyatakan kesediaannya untuk mengirim tentara ke sana jika diperlukan.

    Namun, Kanselir Scholz menyebut perdebatan mengenai hal ini tidak tepat dan prematur karena belum ada negosiasi mengenai perdamaian.

    Macron ingin kejelasan tentang peran AS pascaperang

    Menurut surat kabar “La Depche”, Macron mengatakan dalam sebuah wawancara dengan beberapa surat kabar regional bahwa Prancis tidak bersiap untuk mengirim pasukan ke wilayah Ukraina: “Kami memikirkan jaminan keamanan.”

    Pertanyaan mengenai kehadiran militer di Ukraina hanya akan muncul setelah gencatan senjata ditetapkan dan “untuk melindungi Ukraina secara permanen dari serangan baru,” kata Macron seperti dikutip oleh “Ouest France”.

    Untuk tujuan ini, pasukan terbatas dapat dikirim ke daerah yang bukan zona konflik aktif. Macron dilaporkan mengatakan bahwa ini adalah sesuatu yang sedang mereka pertimbangkan dengan Inggris.

    “Kita juga dapat memutuskan, dalam konteks negosiasi, mengenai misi penjaga perdamaian di bawah mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa.”

    Amerika Serikat sendiri tidak ingin mengirim tentara ke Ukraina untuk mengamankan gencatan senjata. Namun,Trump mengatakan dia mendukung pengerahan pasukan penjaga perdamaian Eropa.

    “Saya setuju saja kalau mereka mau melakukan itu. Menurut saya itu tidak apa-apa.”

    Pada Rabu (19/02) pagi, diumumkan di Brussels, Belgia, bahwa negara-negara Uni Eropa telah menyetujui paket sanksi baru terhadap Rusia karena perang agresi yang sedang berlangsung terhadap Ukraina.

    Kesepakatan tersebut akan mulai berlaku pada ulang tahun ketiga invasi Rusia ke Ukraina,Senin depan, Presidensi Dewan Uni Eropa Polandia mengumumkannya menyusul keputusan di Komite Perwakilan Tetap Negara-negara Anggota di Brussels.

    Kendati ada perundingan dengan AS, kepemimpinan di Moskow tampaknya terus melanjutkan rencana penghancurannya tanpa henti untuk saat ini.

    Presiden Ukraina Zelensky mengatakan Rusia telah merusak infrastruktur energi di wilayah selatan Odessa. Ini berarti 160.000 penduduk tidak akan memiliki pemanas atau listrik.

    ap/yf (dpa, rtr, afp)

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Harga Emas Antam Cetak Rekor Termahal Lagi, Cek Daftarnya di Sini – Page 3

    Harga Emas Antam Cetak Rekor Termahal Lagi, Cek Daftarnya di Sini – Page 3

    Harga emas stabil pada hari Rabu, dengan investor memantau pembicaraan damai setelah pemerintahan Presiden AS Donald Trump setuju untuk melakukan lebih banyak diskusi dengan Rusia mengenai penghentian perang di Ukraina.

    Dikutip dari CNBC, Kamis (20/2/2025), harga emas spot stabil di USD 2,938.13 per ons pada pukul 08:31 GMT, hanya USD 4 lebih rendah dari rekor tertinggi sepanjang masa di USD 2,942.70 yang dicapai minggu lalu.

    Futures emas AS naik 0,2% menjadi USD 2,956.20.

    Kenaikan harga emas tetap terbatas karena putaran pertama pembicaraan antara AS dan Rusia mengenai potensi kesepakatan damai di Ukraina telah berakhir tanpa jalur yang jelas. Namun, jika mereka menghasilkan rencana yang solid, maka tentu saja hal itu bisa berdampak negatif bagi emas, kata Ajay Kedia, direktur di Kedia Commodities yang berbasis di Mumbai.

    Akan ada aksi ambil untung secara teknis karena premi perang seharusnya sedikit berkurang. Kenaikan bisa dibatasi sekitar USD 2,970 sebagai resistensi dan USD 2,890 sebagai dukungan.

     

  • Hubungan AS-Ukraina Mendidih, Trump Sebut Zelensky Diktator dan Komedian yang Terjun dalam Perang – Halaman all

    Hubungan AS-Ukraina Mendidih, Trump Sebut Zelensky Diktator dan Komedian yang Terjun dalam Perang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Ukraina semakin mendidih.

    Presiden AS Donald Trump meningkatkan perseteruannya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

    Dikutip dari Al Jazeera, Trump menyebut Zelensky sebagai diktator tanpa pemilu.

    Pada Rabu (19/2/2025), lewat Truth Social, media sosial yang ia buat, Trump menyatakan Zelensky memanfaatkan dana AS untuk terjun ke perang yang “tidak dapat dia menangkan”.

    Trump menyindir Zelensky yang sebelum mengarungi dunia politik berprofesi sebagai komedian.

    “Coba bayangkan, seorang komedian yang cukup sukses, Volodymyr Zelensky, membujuk Amerika Serikat untuk menghabiskan 350 miliar dolar untuk terjun ke dalam perang yang tidak dapat dimenangkan, yang tidak perlu dimulai,” tulis Trump, yang juga pernah tampil di acara reality show.

    Pernyataan ini menandai kritikan paling tajam Trump terhadap Zelensky.

    Trump juga mengatakan Zelensky ingin agar “kereta gravy” terus berjalan, mengisyaratkan bahwa Ukraina mendapat keuntungan finansial dari bantuan AS.

    Perang di Ukraina memasuki tahun ketiga tanpa tanda-tanda berakhir.

    Trump sebelumnya mengklaim dapat mengakhiri perang ini dengan cepat.

    Pada 12 Februari, ia mengungkapkan telah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan mengusulkan untuk memulai negosiasi segera.

    Pernyataan ini memicu kekhawatiran di Ukraina dan Eropa bahwa mereka dikecualikan dari perundingan.

    Beberapa hari setelah itu, pejabat AS bertemu dengan Rusia di Arab Saudi tanpa melibatkan Ukraina.

    Trump dan Putin juga merencanakan kunjungan ke negara masing-masing.

    Sementara itu, Trump terus menekan Ukraina untuk membuat konsesi.

    Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menyebut upaya Ukraina untuk merebut kembali seluruh wilayahnya sejak 2014 sebagai tujuan yang “tidak realistis.”

    Trump bahkan menyalahkan Zelensky atas dimulainya invasi Rusia dan mengklaim bahwa Ukraina bisa saja menghindari perang dengan membuat kesepakatan lebih awal.

    Respons Komunitas Internasional

    Rusia telah lama mengklaim bahwa invasi mereka ke Ukraina diperlukan untuk melindungi warga sipil dan mencegah Ukraina bergabung dengan NATO.

    Di sisi lain, Ukraina dan sekutunya di Eropa menganggap invasi itu sebagai agresi yang tidak beralasan.

    Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, mengatakan bahwa jika dilihat dengan objektif, Rusia yang sebenarnya hidup dalam kondisi kediktatoran, bukan Ukraina.

    Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, menanggapi dengan tegas: “Tidak seorang pun dapat memaksa Ukraina untuk menyerah.”

    Di AS, kritik terhadap Trump semakin tajam. Senator Demokrat Chris Van Hollen mengatakan bahwa komentar Trump adalah “momen yang memalukan bagi Amerika Serikat.”

    Perang Kata-kata yang Memanas

    Zelensky merespons Trump dengan mengatakan bahwa Trump hidup dalam “jaringan disinformasi” Rusia tentang perang di Ukraina. Ia menegaskan bahwa Ukraina tidak pernah memulai perang ini.

    Kritik terhadap Trump datang dari banyak pihak, termasuk media.

    Koresponden Al Jazeera, Kimberly Halkett, menilai komentar Trump merupakan taktik “intimidasi klasik” yang berusaha merendahkan pemimpin Ukraina.

    Dikutip dari The New York Times, Zelensky menegaskan Ukraina tidak akan pernah menyerah, dan menuntut jaminan keamanan yang kuat untuk perdamaian yang abadi.

    Ia juga mendesak Eropa dan AS untuk bekerja sama dalam mencari penyelesaian perang ini.

    Pada saat yang sama, utusan AS Keith Kellogg telah tiba di Kyiv untuk melanjutkan pembicaraan lebih lanjut dengan Ukraina.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Harga Minyak Dunia Dekati Level Tertinggi dalam Sepekan – Page 3

    Harga Minyak Dunia Dekati Level Tertinggi dalam Sepekan – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak bertahan mendekati level tertinggi dalam sepekan pada hari Rabu karena kekhawatiran tentang gangguan pasokan di Rusia dan AS.

    Sementara itu, pasar menunggu kejelasan tentang sanksi karena Washington berusaha menengahi kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    Dikutip dari CNBC, kamis (20/2/2025), harga minyak Futures Brent naik 20 sen, atau 0,3%, menjadi USD 76,04 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 40 sen, atau 0,6%, menjadi USD 72,25.

    Ini adalah penutupan tertinggi untuk kedua tolok ukur minyak mentah sejak 11 Februari.

    Pasar sedang mencoba untuk memutuskan tiga faktor pendorong bullish: Rusia, Iran, dan OPEC, kata ahli strategi komoditas BNP Paribas, Aldo Spanjer. Orang-orang mencoba memahami dampak dari sanksi yang diumumkan dan yang sebenarnya.

    Rusia mengatakan aliran minyak Konsorsium Pipa Kaspia (CPC), jalur utama ekspor minyak mentah dari Kazakhstan, berkurang 30-40% pada hari Selasa setelah serangan drone Ukraina di stasiun pemompaan. Pemotongan 30% akan setara dengan hilangnya pasokan pasar sebesar 380.000 barel per hari (bpd), menurut perhitungan Reuters.

    Presiden Rusia Vladimir Putin menyarankan bahwa serangan CPC mungkin telah dikoordinasikan dengan sekutu Barat Ukraina.

    Pasokan Minyak AS

    Di AS, cuaca dingin mengancam pasokan minyak mentah, dengan Otoritas Pipa Dakota Utara memperkirakan produksi di negara bagian tersebut akan menurun hingga 150.000 bpd.

    Tingkat psikologis penting USD 70 (untuk harga minyak) tampaknya bertahan kuat, dibantu oleh serangan drone Ukraina pada stasiun pemompaan minyak Rusia dan ketakutan bahwa cuaca dingin di AS dapat mengurangi pasokan, kata analis pasar IG Tony Sycamore.

     

  • Zelensky Ngambek Tak Diajak AS-Rusia soal Perang Ukraina

    Zelensky Ngambek Tak Diajak AS-Rusia soal Perang Ukraina

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky merajuk karena tak diajak Amerika Serikat dan Rusia berunding soal upaya mengakhiri perang Ukraina. Zelensky pun mengkritisi pertemuan antara pejabat AS dan Rusia di Arab Sauda tanpa partisipasi Ukraina.

    Dirangkum detikcom, Rabu (19/2/2025), kekecewaan Zelensky bermula ketika Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio bertemu dengan pejabat Rusia di Riyadh, Arab Saudi, Selasa (18/2). Usai pertemuan, Rubio menyatakan bahwa pihaknya ingin mencapai solusi yang “adil” dan “berkelanjutan” untuk perang Ukraina.

    Dalam sambutannya kepada wartawan Rubio mengatakan bahwa “tujuannya adalah untuk mengakhiri konflik ini dengan cara yang adil, langgeng, berkelanjutan, dan dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat,” ujarnya.

    Sementara, juru bicara Departemen Luar Negeri Tammy Bruce mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kedua diplomat tinggi telah sepakat untuk “menunjuk tim tingkat tinggi masing-masing untuk mulai bekerja pada jalur untuk mengakhiri konflik di Ukraina sesegera mungkin”.

    Rubio mengatakan bahwa negara-negara Eropa harus terlibat dalam pembicaraan untuk mengakhiri perang, dan bahwa “peluang luar biasa ada untuk bermitra” dengan Rusia.

    “Kunci untuk membukanya adalah mengakhiri konflik ini,” katanya.

    Zelensky pun bereaksi keras atas pertemuan AS dan Rusia. Zelensky menegaskan setiap pembicaraan yang bertujuan untuk mengakhiri perang harus “adil” dan melibatkan negara-negara Eropa, termasuk Turki.

    Pembicaraan “sedang berlangsung antara perwakilan Rusia dan perwakilan Amerika Serikat. Tentang Ukraina–tentang Ukraina lagi–dan tanpa Ukraina,” kata Zelensky selama kunjungan resmi ke Turki seperti dilansir AFP, Selasa (18/2/2025).

    “Ukraina, Eropa dalam arti luas–dan ini termasuk Uni Eropa, Turki, dan Inggris–harus dilibatkan dalam percakapan dan pengembangan jaminan keamanan yang diperlukan dengan Amerika mengenai nasib bagian dunia kita,” kata Zelensky saat konferensi pers dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan selama kunjungan ke Ankara.

    Zelensky Batalkan Perjalanan ke Arab Saudi

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Ankara. Pertemuan terjadi saat Kyiv berupaya memperkuat posisinya dalam menanggapi perundingan Amerika Serikat (AS)-Rusia. Foto: (AFP/HANDOUT)

    Zelensky bahkan menunda rencana kunjungannya ke Arab Saudi, lantaran Kyiv tak dilibatkan dalam pertemuan AS dan Rusia di Riyadh, pekan ini.

    Zelensky yang saat ini sedang berkunjung ke Turki, seperti dilansir Reuters, Rabu (19/2/2025), mengumumkan sendiri penundaan kunjungannya ke Saudi. Awalnya dia dijadwalkan berkunjung ke Riyadh pada Rabu (19/2) waktu setempat.

    Diumumkan Zelensky bahwa kunjungannya ke Saudi ditunda hingga 10 Maret mendatang. Dia mengaku tidak ingin ada “kebetulan-kebetulan apa pun”.

    Menurut dua sumber yang memahami situasi terkini, penundaan kunjungan itu diambil Zelensky agar tidak memberikan “legitimasi” terhadap pertemuan pejabat Washington-Moskow yang digelar di Riyadh pada Selasa (18/2) waktu setempat.

    “(Ukraina) Tidak ingin memberikan legitimasi apa pun terhadap hal apa pun yang terjadi di Riyadh,” ungkap salah satu sumber itu saat berbicara kepada Reuters.

    Zelensky mengatakan di Ankara bahwa dirinya tidak diundang ke pertemuan di Riyadh pada Selasa (18/2) antara delegasi pejabat tinggi AS dan Rusia, yang dihadiri oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) kedua negara.

    Washington dan Moskow mengatakan setelah pembicaraan itu bahwa mereka sepakat untuk terus melanjutkan upaya dalam mengakhiri perang di Ukraina.

    “Kami tidak ingin siapa pun memutuskan apa pun di belakang kami… Tidak ada keputusan yang dapat dibuat tanpa Ukraina mengenai cara mengakhiri perang di Ukraina,” tegas Zelensky dalam pernyataannya.

    Trump Kecewa Zelensky Ngeluh

    Presiden AS Donald Trump. Foto: Jim Watson/AFP/Getty Images

    Presiden AS Donald Trump justru menyalahkan Zelensky atas invansi Rusia. Trump bahkan mengatakan dia lebih yakin kesepakatan mengakhiri perang akan terjadi setelah perundingan AS dengan Rusia.

    Dilansir AFP, Rabu (19/2/2025), Trump menekan Zelensky untuk mengadakan pemilu-yang sejalan dengan salah satu tuntutan utama Moskow-, Trump juga mengecam Zelensky karena mengeluh tidak dilibatkan dalam perundingan AS-Rusia di Arab Saudi.

    Trump juga menyarankan agar Zelensky bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin sebelum bulan ini berakhir ketika Washington merombak sikapnya terhadap Rusia.

    “Saya sangat kecewa, saya dengar mereka kesal karena tidak mendapatkan kursi (dalam perundingan AS-Rusia),” kata Trump kepada wartawan di Florida ketika ditanya tentang reaksi Ukraina.

    “Hari ini saya mendengar, ‘oh, kami tidak diundang’. Nah, Anda sudah berada di sana selama tiga tahun… Anda seharusnya tidak pernah memulainya. Anda bisa saja membuat kesepakatan,” katanya.

    Zelensky sebelumnya mengkritik perundingan AS-Rusia karena tidak menyertakan Kyiv, dengan mengatakan upaya untuk mengakhiri perang harus “adil” dan melibatkan negara-negara Eropa, sambil menunda perjalanannya ke Arab Saudi. Pernyataan Zelensky ini lah yang diduga membuat Trump marah hingga kemudian dia menyerang Zelensky.

    Ketika ditanya apakah Amerika Serikat akan mendukung tuntutan Rusia yang ingin memaksa Zelensky mengadakan pemilu baru sebagai bagian dari kesepakatan, Trump tidak menjawab tegas, namun dia mengkritik Ukraina.

    “Mereka menginginkan kursi di meja perundingan, tapi bisa dibilang… bukankah rakyat Ukraina punya hak untuk bersuara? Sudah lama sejak kita mengadakan pemilu,” kata Trump.

    “Itu bukan hal yang berasal dari Rusia, itu berasal dari saya, dari negara lain,” imbuhnya.

    Halaman 2 dari 3

    (taa/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Alex Pereira Ingin Duel Tinju dengan Oleksandr Usyk

    Alex Pereira Ingin Duel Tinju dengan Oleksandr Usyk

    JAKARTA – Juara kelas berat ringan Ultimate Fighting Championship (UFC) asal Brasil, Alex Pereira, ingin bertarung tinju melawan raja kelas berat asal Ukraina, Oleksandr Usyk.

    Atlet bela diri campuran berusia 37 tahun tersebut berharap UFC menyetujui gagasan duel tersebut dalam waktu dekat. Pertarungan itu pun sudah diinginkan Pereira sejak lama.

    “Itu pertandingan yang saya inginkan. Dia juga menginginkannya. Kedua organisasi, tinju dan UFC, kini bekerja sama. Jadi, saya yakin pertarungan ini bisa terjadi,” ujar Pereira dikutip MMA Fighting.

    Usyk, yang menguasai sabuk kelas berat dan pernah menjadi juara dunia tidak terbantahkan, baru-baru ini juga mengutarakan niatnya untuk menjalani duel tinju dalam tajuk pertunjukan melawan jagoan UFC itu.

    Pereira mengatakan bahwa dirinya sangat terbuka untuk ide bentrokan tersebut sekalipun memiliki jadwal pertarungan UFC bulan depan untuk mempertahankan gelar kelas berat ringan.

    “Jika ditanya melawan siapa, karena saya adalah seorang juara, maka saya mengatakan harus melawan seorang juara. Dia (Usyk) adalah seorang juara. Dia juga menyebut nama saya dalam wawancara,” kata Pereira.

    Pereira dijadwalkan mempertahankan sabuk kelas berat ringan UFC miliknya melawan Magomed Ankalaev dalam acara utama UFC 313 pada 8 Maret 2025.

    Petarung berjuluk Poatan tersebut mengalami peningkatan pesat di UFC. Dia tercatat merebut dua sabuk dengan total tujuh kemenangan KO dalam sembilan penampilan di oktagon.

    Pereira mempertahankan gelar setelah mengalahkan Khalil Rountree, Jiri Prochazka, dan Jamahal Hill pada 2024.

    Di lain sisi, Usyk memiliki rekor menang-kalah 23-0 dengan 14 KO selama berada di panggung tinju profesional. Dia juga baru saja membuat sejarah pada 2024 dengan kemenangan beruntun atas petinju hebat Tyson Fury

    Usyk yang berusia 38 tahun tercatat pernah mengalahkan nama-nama besar, seperti Daniel Dubois, Anthony Joshua, dan Derek Chisora.