Negara: Ukraina

  • Jawaban Donald Trump saat Ditanya soal Israel, Hamas, Ukraina, dan Rusia – Halaman all

    Jawaban Donald Trump saat Ditanya soal Israel, Hamas, Ukraina, dan Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjawab pertanyaan tentang bagaimana pemerintah AS saat ini memperlakukan Israel dan Ukraina terkait konflik mereka dengan Hamas dan Rusia.

    Ia mendapat pertanyaan apakah Trump memperlakukan Israel dan Ukraina secara setara.

    “Mereka adalah dua tempat yang sangat berbeda, bukan? Mereka adalah tingkat kekuatan yang berbeda dan tempat yang berbeda di dunia,” jawab Donald Trump ketika ditanya dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada Minggu (9/3/2025).

    Dalam wawancara itu, Trump ditanya mengenai pendapatnya bahwa ia akhirnya mendapatkan kesepakatan dengan Ukraina melalui perjanjian mineral setelah pertengkarannya dengan Presiden Ukraina Zelensky dalam pertemuan akhir Februari lalu.

    “Apakah itu semua seni dari kesepakatan? Apa yang secara khusus membuat Anda marah?” tanya jurnalis Fox News, Maria Bartimoro.

    “Ya, Anda tahu, dia mampu mengambil uang dari negara ini di bawah pemerintah (Joe) Biden seperti permen dari bayi. Itu sangat mudah dan saya pikir dia tidak bersyukur,” kata Trump.

    “Kami memberinya, menurut pendapat saya 350 miliar dolar, Eropa memberi mereka 100 miliar dolar,” lanjutnya.

    Mengenai perjanjian mineral itu, Trump ditanya apakah ia yakin ada titanium, lithium dan semua mineral logam langka di Ukraina.

    “Saya sudah memeriksanya. Tanah itu sangat berharga,” kata Trump.

    Trump juga mengungkapkan kekesalannya karena Eropa memberi Rusia lebih banyak uang dengan membeli minyak mereka dan memberi lebih sedikit bantuan ke Ukraina.

    “Apakah Anda percaya Eropa mampu menawarkan keamanan yang berarti bagi Ukraina tanpa Amerika?” tanya jurnalis Fox News.

    “Saya ingin percaya, tapi pengalaman tiga tahun perang menunjukkan Ukraina tidak akan bertahan (melawan Rusia) tanpa dukungan Amerika,” jawab Trump.

    Trump menambahkan jika ia menjadi presiden saat itu maka Rusia tidak akan menginvasi Ukraina pada tahun 2022.

    “Jika saya jadi presiden, itu tidak akan pernah terjadi. Rusia tidak akan masuk ke Ukraina, Anda tidak akan punya situasi seluruhnya dengan Hamas dan 7 Oktober tidak akan pernah terjadi,” katanya.

    Trump mengatakan penarikan tentara Amerika dari Afghanistan pada tahun 2021 adalah evakuasi terburuk dan memalukan dalam sejarah Amerika.

    Jawaban Trump saat Ditanya soal Hamas dan Rusia

    Dalam wawancara itu, Trump ditanya mengenai pendapatnya apakah AS memperlakukan Rusia sama kerasnya dengan Hamas. 

    “Ukraina dan Israel keduanya diserang. Apakah Amerika memperlakukan keduanya secara sama?” tanya jurnalis Fox News.

    “Saya pikir demikian,” jawab Trump.

    “Apakah Anda lebih menyukai salah satunya?” tanya jurnalis kepada Trump.

    Trump memotong dengan mengatakan, “Mereka sangat berbeda, sangat berbeda tempatnya.”

    “Anda bicara tentang level kekuatan yang berbeda, Anda berbicara tentang bagian dunia yang berbeda. Timur Tengah telah diserang selamanya,” lanjutnya.

    Trump menambahkan bahwa AS berupaya membawa perdamaian di Timur Tengah dengan melakukan perjanjian Abraham pada tahun 2020 dengan sejumlah negara Arab dan Israel.

    “Apakah Anda sudah sama kerasnya dengan Rusia seperti Hamas?” tanya jurnalis.

    “Saya sudah lebih keras terhadap Rusia, lebih keras daripada siapa pun sebelum saya,” jawab Trump.

    “Saya tidak melakukan apa pun terhadap Hamas, itu tanggung jawab Israel untuk menghadapi mereka tapi mereka memberitahuku apa yang terjadi,” tambahnya.

    Sebelumnya, AS dan pejabat Hamas bertemu secara rahasia di Qatar untuk membicarakan negosiasi pembebasan sandera termasuk mereka yang memegang kewarganegaraan Amerika.

    Trump berulang kali mengancam Hamas bahwa akan ada neraka di Gaza jika Hamas tidak membebaskan sandera yang masih ditahan di Gaza serta menyatakan dukungan pemerintah AS kepada Israel.

    Mengenai perang Rusia-Ukraina, Trump telah menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin pada Februari lalu untuk menyampaikan usulannya agar AS menengahi perundingan damai, yang disusul dengan pertemuan delegasi AS dan Rusia di Arab Saudi pada 18 Februari 2025 tanpa perwakilan Ukraina.

    Di sisi lain, Trump bersikap keras kepada Presiden Ukraina Zelensky dan memintanya untuk menandatangani perjanjian mineral sebagai imbalan atas bantuan AS kepada Ukraina selama perang melawan Rusia.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Geger Starlink di Ukraina dan 4 Calon Pengganti, Elon Musk Semprot Menlu Polandia: Diam Pria Kecil – Halaman all

    Geger Starlink di Ukraina dan 4 Calon Pengganti, Elon Musk Semprot Menlu Polandia: Diam Pria Kecil – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Marco Rubio dan CEO SpaceX Elon Musk terlibat perdebatan sengit dengan Menteri Luar Negeri Polandia Radoslaw Sikorski belum lama ini.

    Perdebatan terjadi dalam serangkaian posting X (Twitter) pada hari Minggu (9/3/2025) mengenai penggunaan sistem satelit Starlink di Ukraina.

    Dalam tanggapannya terhadap postingan Musk yang menyebutkan penutupan sistem, Sikorski menyiratkan bahwa ancaman apa pun untuk menutup Starlink akan mengakibatkan pencarian pemasok lain.

    Rubio dengan cepat menepis klaim bahwa Musk akan mematikan sistem tersebut dan mendesak Sikorski untuk bersyukur.

    Ketiganya saling berbalas posting di X yang berakhir dengan Musk menyebut Sikorski “lelaki kecil”, mengutip BBC.

    Sistem Starlink merupakan bagian dari misi SpaceX untuk menyediakan internet berkecepatan tinggi ke daerah-daerah terpencil dan kurang terlayani – seperti zona perang – di seluruh dunia.

    Pertukaran hari Minggu dimulai ketika sang pemilik SpaceX, Musk mengunggah bahwa Starlink adalah “tulang punggung tentara Ukraina”.

    “Seluruh garis depan mereka akan runtuh jika saya mematikannya,” tulisnya.

    Sikorski kemudian menanggapi postingan Musk dengan mengatakan bahwa Polandia yang membayar layanan tersebut.

    “Starlinks untuk Ukraina dibayar oleh Kementerian Digitalisasi Polandia dengan biaya sekitar $50 juta per tahun,” tulis Sikorski.

    “Terlepas dari etika mengancam korban agresi, jika SpaceX terbukti sebagai penyedia yang tidak dapat diandalkan, kami akan dipaksa mencari pemasok lain.”

    Postingan Sikorski menyebabkan Rubio menimpali, dengan menulis bahwa menteri luar negeri Polandia “hanya mengada-ada”.

    “Tidak seorang pun mengancam akan memutus hubungan Ukraina dengan Starlink,” tulis Rubio.

    “Dan sampaikan terima kasih karena tanpa Starlink, Ukraina sudah lama kalah dalam perang ini dan Rusia sekarang sudah berada di perbatasan dengan Polandia,” tambahnya.

    Musk kemudian menanggapi unggahan Sikorski dengan menyebutnya “pria kecil”.

    “Diamlah, wahai orang kecil. Anda hanya membayar sebagian kecil dari biayanya. Dan tidak ada yang dapat menggantikan Starlink,” tulis Musk.

    Adapun terminal Starlink merupakan kunci operasi militer Ukraina dan telah digunakan sejak dimulainya invasi Rusia pada Februari 2022.

    Ada puluhan ribu terminal di negara ini, termasuk hingga 500 yang dibeli oleh Departemen Pertahanan AS pada Juni 2023.

    Uni Eropa Cari Pengganti Starlink

    Negara-negara Eropa sedang mencari opsi untuk mengganti layanan internet satelit Starlink untuk Ukraina di tengah kemungkinan pemberhentian langganan.

    Demikian dilaporkan oleh Financial Times.

    Diketahui bahwa empat operator satelit sedang bernegosiasi dengan pemerintah dan organisasi Eropa untuk menyediakan layanan mereka ke Ukraina.

    Mulai dari SES dari Luksemburg, Hisdesat dari Spanyol, Viasat dari Inggris (pemilik Inmarsat) dan Eutelsat/OneWeb dari Prancis.

    Namun, publikasi tersebut menulis bahwa sulit untuk sepenuhnya menggantikan Starlink.

    Starlink sebagai layanan internet berbasis satelit menjadi hal yang baru di Tanah Air karena selama ini masyarakat Indonesia dilayani oleh Internet Service Provider (ISP) eksisting berbasis fiber optic dan broadband. (dok. Starlink)

    Hal ini karena lebih dari 40.000 terminalnya saat ini menyediakan komunikasi untuk militer, rumah sakit, bisnis, dan organisasi kemanusiaan.

    Salah satu pendorong utama negosiasi ini adalah pertemuan antara pemimpin Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden AS Donald Trump di Washington, DC, tak lama setelah Amerika berhenti memasok bantuan militer ke Ukraina.

    Dengan latar belakang ini, diskusi di Eropa juga semakin intensif tentang pembuatan jaringan satelit IRIS⊃2; mereka sendiri.

    Biayanya diperkirakan mencapai €10,6 miliar.

    Namun, proyek ini dijadwalkan baru akan diluncurkan pada tahun 2030.

    Negara-negara UE saat ini sedang meninjau cakupan proyek ini mengingat realitas keamanan baru.

    (Tribunnews.com/ Chrysnha)

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.111: Rusia Rebut Wilayahnya di Kursk, Pasukan Ukraina Makin Terkepung – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.111: Rusia Rebut Wilayahnya di Kursk, Pasukan Ukraina Makin Terkepung – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-1.111 pada Senin (10/3/2025).

    Para pejabat tinggi Ukraina akan berada di Arab Saudi untuk bertemu dengan menteri luar negeri AS, Marco Rubio, dan para pembantu Trump lainnya yang berangkat ke Jeddah pada hari Minggu (9/3/2025).

    Andriy Yermak, kepala kantor kepresidenan Ukraina Volodymyr Zelensky, diperkirakan akan memimpin delegasi Kyiv. 

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga mengatakan dia akan berada di Arab Saudi minggu ini. 

    Ia mengatakan Ukraina berkomitmen penuh untuk dialog yang konstruktif di Arab Saudi.

    “Proposal yang realistis ada di atas meja. Kuncinya adalah bergerak cepat dan efektif,” kata Zelensky, dikutip dari The Guardian.

    Sebelumnya pada 18 Februari lalu, para pejabat AS bertemu untuk membahas perang dengan para pejabat Rusia di Arab Saudi tanpa kehadiran perwakilan Ukraina.

    Trump Berharap Perundingan AS-Ukraina Membawa Hasil yang Baik

    Donald Trump mengatakan pada hari Minggu bahwa ia mengharapkan hasil yang baik dari perundingan tersebut.

    Ia mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintahannya hampir mencabut jeda intelijen mengenai Ukraina, dan sedang mempertimbangkan banyak hal terkait tarif terhadap Rusia.

    Trump mengatakan ia mengira Ukraina akan menandatangani perjanjian mineral dengan AS. 

    “Saya ingin mereka menginginkan perdamaian,” kata Trump.

    Zelensky: Rusia Melancarkan Ratusan Serangan

    Zelenskyy mengatakan Rusia telah melancarkan “ratusan serangan” terhadap Ukraina minggu lalu.

    Sekitar 1.200 bom udara berpemandu, hampir 870 pesawat nirawak serang, dan lebih dari 80 rudal berbagai jenis telah digunakan.

    Pasukan Rusia Berhasil Menyelinap Melalui Pipa Gas di Kursk

    Pasukan khusus Rusia dikabarkan menyelinap melalui jaringan pipa gas yang tidak digunakan lagi untuk menyerang unit Ukraina yang menguasai wilayah di wilayah Kursk, Rusia.

    Staf umum militer Ukraina mengonfirmasi pada Sabtu (8/3/2025) malam bahwa kelompok sabotase dan penyerang Rusia menggunakan jaringan pipa tersebut dalam upaya untuk mendapatkan pijakan di luar Sudzha. 

    “Pasukan Ukraina diserang dengan roket dan artileri setelah terdeteksi tepat waktu… Kerugian musuh di Sudzha sangat tinggi,” lapor militer Ukraina.

    Saluran Telegram Rusia menunjukkan foto-foto yang mereka katakan adalah pasukan khusus yang mengenakan masker gas dan bergerak di sepanjang apa yang tampak seperti bagian dalam pipa besar.

    Video lain menunjukkan apa yang dikatakan sebagai orang Rusia yang diamati dari udara dan diserang.

    Rusia Menyelinap dan Rebut Wilayah Kursk

    Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada hari Minggu bahwa pasukannya telah merebut empat desa di utara dan barat laut Sudzha yang terdekat sejauh 12 km dari pusatnya.

    Klaim tersebut muncul sehari setelah Rusia melaporkan perebutan tiga desa lainnya yaitu Malaya Lukhnya, Cherkaskoye Borishnoye, dan Kositsa, di utara Sudzha.

    “Angkatan bersenjata Rusia terus mengalahkan kelompok tentara Ukraina di wilayah-wilayah Kursk,” kata kementerian tersebut.

    Sejak invasi Ukraina pada Agustus tahun lalu, pasukan Rusia telah membuat beberapa kemajuan selama berhari-hari.

    Peta sumber terbuka yang dirilis pada hari Jumat (7/3/2025) menunjukkan pasukan Ukraina di Kursk hampir terkepung setelah kemajuan mendadak Rusia.

    Drone Ukraina Hantam Depot Minyak Rusia

    Drone Ukraina menargetkan infrastruktur minyak di Rusia selatan dan tengah pada malam hari hingga Minggu dini hari.

    Gubernur setempat mengatakan sebuah drone menghantam depot minyak di Cheboksary, sebuah kota Rusia di Sungai Volga sekitar 1.000 km dari perbatasan. 

    Rekaman daring menunjukkan apa yang tampak seperti kebakaran di atau dekat salah satu kilang minyak terbesar Rusia, di kota selatan Ryazan.

    Shot, saluran berita di Telegram, mengatakan penduduk mendengar ledakan di dekat kilang tersebut.

    Gubernur setempat, Pavel Malkov, mengonfirmasi serangan drone Ukraina di daerah tersebut.

    Prancis akan Pakai Laba Aset Rusia untuk Mempersenjatai Ukraina

    Prancis mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka akan menggunakan laba dari aset Rusia yang dibekukan untuk membiayai tambahan €195 juta ($212 juta) dalam bentuk senjata untuk Ukraina.

    Pengiriman senjata tersebut merupakan pengiriman bantuan militer terbaru yang didanai melalui aset Rusia.

    Menteri luar negeri Prancis, Sébastien Lecornu, mengatakan Paris akan mengirim lebih banyak peluru artileri 155 mm dan bom luncur untuk jet tempur Mirage 2000 yang diberikannya kepada Ukraina, seperti diberitakan surat kabar La Tribune Dimanche.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Trump: Zelensky Dapat Uang dari Biden Semudah Mengambil Permen dari Bayi – Halaman all

    Trump: Zelensky Dapat Uang dari Biden Semudah Mengambil Permen dari Bayi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyamakan kemampuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam mengamankan ratusan miliar dolar dari pemerintahan sebelumnya dengan mengambil permen dari bayi.

    Ia telah berulang kali mengkritik pendahulunya, mantan Presiden Joe Biden, atas kemurahan hatinya yang tak terkendali terhadap Ukraina, dengan menekankan AS tidak memperoleh imbalan apa pun.

    “Dia mengambil uang dari negara ini, di bawah Biden, seperti permen dari bayi. Itu sangat mudah,” kata Trump dalam wawancara dengan Fox News yang ditayangkan pada Minggu (9/3/2025).

    Trump mengklaim Presiden Ukraina tersebut gagal menunjukkan rasa terima kasih yang sepantasnya kepada AS.

    “Saya rasa dia tidak bersyukur. Kami memberinya 350 miliar dan dia berbicara tentang fakta bahwa mereka telah berjuang dan mereka memiliki keberanian ini,” imbuh Trump.

    Trump sekali lagi menegaskan bahwa seandainya ia menjadi presiden AS pada tahun 2022, konflik Ukraina tidak akan meningkat menjadi perang terbuka.

    Trump: Rusia Lebih Mudah Diajak Berkomunikasi daripada Ukraina

    Sebelumnya, Trump mengatakan AS dapat meninggalkan Ukraina jika Zelensky tidak ingin berdamai dengan Rusia.

    “Jika (Ukraina) tidak ingin berdamai, kami akan keluar dari sana,” kata Trump kepada wartawan pada Jumat (7/3/2025).

    Trump kembali membahas pembicaraannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada pertengahan Februari 2025 yang mengatakan Rusia menginginkan perdamaian.

    “Apakah Anda masih percaya ketika dia (Putin) mengatakan bahwa dia menginginkan perdamaian?” tanyanya.

    “Saya percaya padanya. Saya pikir hubungan kami dengan Rusia berjalan sangat baik,” jawabnya.

    Ia mengatakan Rusia lebih mudah diajak berkomunikasi dibandingkan Ukraina.

    “Sejujurnya, saya merasa lebih sulit untuk berurusan dengan Ukraina. Dan mereka tidak punya kartunya,” imbuh Trump.

    “Dalam hal mendapatkan penyelesaian akhir, mungkin lebih mudah berurusan dengan Rusia, yang mengejutkan karena mereka punya semua kartunya,” lanjutnya.

    Bantuan AS lebih lanjut akan bergantung pada Ukraina yang menunjukkan komitmennya untuk mencapai perdamaian dengan Rusia.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Video:Dunia Bergolak, Bos Pupuk Bongkar Jurus Amankan Impor Bahan Baku

    Video:Dunia Bergolak, Bos Pupuk Bongkar Jurus Amankan Impor Bahan Baku

    Jakarta, CNBC Indonesia- Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi menyebutkan Indonesia menyambut baik sinyal perdamaian antara Rusia-Ukraina.

    Diharapkan berakhirnya perang Rusia bisa menjadi sentimen positif terhadap potensi penurunan harga pupuk dunia mengingat Rusia merupakan pengekspor bahan baku tama pupuk yakni kalium karbonat.

    Saat ini Indonesia bergantung pasokan fosfat yakni Mesir dan Yordania sementara untuk potasium bergantung dengan Belarusia dan Rusia. Dimana Indonesia sangat membutuhkan pasokan pupuk untuk mendukung produktivitas pangan nasional sehingga keamanan rantai pasok pupuk dunia menjadi sangat penting.

    Guna mengantisipasi gangguan rantai pasok bahan baku pupuk, Indonesia terus melakukan diversifikasi terhadap sumber pasokan bahan baku pupuk. Lalu Seperti apa strategi RI mengamankan pasokan pupuk? Selengkapnya simak dialog Andi Shalini dengan Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi dalam Squawk Box, CNBC Indonesia (Kamis, 06/03/2025)

  • Kisah Karim Benzema dengan Cristiano Ronaldo Menjelang Final Liga Champions UEFA 2018

    Kisah Karim Benzema dengan Cristiano Ronaldo Menjelang Final Liga Champions UEFA 2018

    Liputan6.com, Yogyakarta – Pada 7 Mei 2018, Karim Benzema, penyerang andalan Real Madrid, menghadapi momen besar dalam kariernya. Momen tersebut adalah final Liga Champions UEFA melawan Liverpool di Kiev, Ukraina.

    Pertandingan ini bukan hanya tentang prestasi tim. Hal ini menjadi ujian bagi Benzema, yang saat itu sedang menjalankan ibadah puasa Ramadan 1439 H.

    Sebagai seorang muslim, Benzema dikenal konsisten menjalankan puasa meski harus bertanding. Akan tetapi, final Liga Champions UEFA adalah momen yang berbeda.

    Tekanan dan tanggung jawab yang besar membuatnya berpikir ulang untuk tetap berpuasa.

    Mengutip dari berbagai sumber, malam sebelum pertandingan, Benzema sedang mempersiapkan diri di kamar hotel. Pikirannya dipenuhi oleh pertimbangan antara menjaga ibadah puasa dan memastikan performa terbaiknya di lapangan.

    Ia sadar, final Liga Champions UEFA adalah pertandingan yang menentukan, dan ia harus memberikan segalanya untuk tim. Akan tetapi, sebagai seorang muslim, puasa Ramadan adalah kewajiban yang tidak bisa ditolak.

    Dalam kebimbangannya, Benzema memutuskan untuk tidak berpuasa demi memastikan kondisi fisiknya optimal untuk pertandingan. Akan tetapi, malam itu menjadi spesial baginya karena sebuah kejutan dari rekan setimnya, Cristiano Ronaldo.

    Ronaldo, yang mengetahui bahwa Benzema sedang menjalankan puasa, datang ke kamarnya dengan membawa sepiring makanan dan sebotol air. Ronaldo mengatakan bahwa makanan itu adalah sahur untuk Benzema dan menyarankannya untuk tidak berbuka puasa.

    Ia juga menyatakan bahwa dirinya akan menjaga pertandingan keesokan harinya, sementara Benzema bisa tetap menjalankan puasanya. Kedatangan Ronaldo merupakan dukungan moral yang tulus terhadap keyakinan Benzema.

    Bagi Benzema, momen itu sangat berarti. Ia merasa dihargai dan didukung oleh rekan setimnya, bukan hanya sebagai pemain, tetapi juga sebagai seorang muslim yang sedang menjalankan ibadah.

    Final Liga Champions UEFA 2018 pun berlangsung dengan hasil yang memuaskan bagi Real Madrid. Mereka berhasil mengalahkan Liverpool dengan skor 3-1, meraih gelar juara untuk ketiga kalinya secara beruntun.

    Benzema mencetak gol penting dalam pertandingan tersebut, menjadi salah satu pahlawan kemenangan tim. Golnya terjadi pada menit ke-51, memanfaatkan kesalahan kiper Liverpool, Loris Karius.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Berkaca dari Trump-Zelensky, Menlu Iran Sebut Negaranya Pilih Jalur Berbeda dalam Hal Keamanan – Halaman all

    Berkaca dari Trump-Zelensky, Menlu Iran Sebut Negaranya Pilih Jalur Berbeda dalam Hal Keamanan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyoroti bahwa ketegangan yang muncul dari pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dapat memberikan pelajaran penting bagi negara-negara yang bergantung pada kekuatan besar, termasuk Amerika Serikat.

    Dalam opini yang diterbitkan pada 5 Maret 2025 di surat kabar Ettelaat, Araghchi menggambarkan ketegangan yang terjadi di Gedung Putih sebagai refleksi dari keretakan dalam tatanan global.

    Ia menekankan bahwa perselisihan antara Trump dan Zelensky menunjukkan risiko yang dihadapi oleh negara-negara yang mengandalkan AS untuk keamanan mereka.

    Araghchi mencatat, “Ini bukan sekadar konflik biasa; ini mencerminkan keretakan mendalam dalam tatanan dunia.”

    Pendapatnya ini menggambarkan bahwa bahkan sekutu-sekutu lama AS mulai mempertanyakan kepemimpinan Washington, dan negara-negara Eropa kini lebih berhati-hati terhadap situasi perang di Ukraina.

    Menurut Araghchi, Iran telah memilih jalur yang berbeda, yaitu kemandirian dan kemerdekaan strategis.

    Ia menjelaskan, “Tidak seperti banyak negara yang bergantung pada kekuatan asing untuk keamanan, Iran secara sadar memilih untuk mempertahankan kemandiriannya meskipun harus membayar harga atas keputusan tersebut.”

    Ini menegaskan bahwa kemandirian bukanlah hasil dari sanksi, melainkan sebuah keputusan strategis yang disengaja.

    Araghchi juga menyatakan bahwa Iran tidak membeli keamanannya; sebaliknya, negara tersebut membangun keamanannya sendiri.

    Pandangan ini mencerminkan sikap Iran yang telah lama meyakini bahwa aliansi dengan AS tidak dapat diandalkan.

    Hal ini sejalan dengan pendirian Pemimpin Tertinggi Iran yang menolak negosiasi dengan Washington.

    Meskipun Araghchi menekankan pentingnya kemandirian militer, Iran tetap menjalin kerja sama dengan pihak asing, khususnya Rusia.

    Pada Januari 2025, Iran dan Rusia menandatangani perjanjian kerja sama ekonomi dan militer yang dianggap sebagai langkah penting dalam memperkuat hubungan bilateral.

    Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian memuji perjanjian tersebut sebagai babak baru dalam kerjasama kedua negara.

    Perjanjian ini bertujuan untuk menciptakan kondisi yang stabil dan berkelanjutan antara Rusia, Iran, dan seluruh kawasan Eurasia.

    Apa Implikasi dari Perjanjian Ini?

    Sejak pecahnya perang di Ukraina pada Februari 2022, Iran semakin dilihat sebagai sekutu strategis oleh Rusia.

    Kedua negara sepakat untuk saling membantu menghadapi ancaman keamanan bersama.

    Meskipun demikian, perjanjian ini tidak mencakup pakta pertahanan seperti yang ditandatangani Rusia dengan Korea Utara.

    Dalam laporan France24, dijelaskan bahwa Iran dan Rusia sepakat untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan ekonomi, terutama dalam menghadapi sanksi Barat terhadap industri energi mereka.

    Mereka juga akan bekerja sama dalam pelatihan militer dan penggunaan fasilitas pelabuhan untuk kapal perang masing-masing negara.

    Sebelumnya, hubungan antara Iran dan Rusia diatur oleh dokumen kerja sama yang ditandatangani pada tahun 2001 dan diperbarui secara berkala.

    Namun, hubungan ini memiliki sejarah yang kompleks, dengan kedua negara pernah berperang pada abad ke-18 dan ke-19 untuk memperebutkan wilayah di Kaukasus.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Iran Ambil Pelajaran dari Cekcok Trump-Zelensky: Kami Tidak Bergantung pada Negara Lain – Halaman all

    Iran Ambil Pelajaran dari Cekcok Trump-Zelensky: Kami Tidak Bergantung pada Negara Lain – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengatakan bahwa pemerintahan AS di bawah Donald Trump telah menciptakan “suasana kacau” setelah pertemuan sengitnya di Ruang Oval dengan pemimpin Ukraina minggu lalu.

    Dalam opini yang diterbitkan pada Rabu (5/3/2025) di surat kabar Ettela’at Iran, Araghchi menilai perselisihan tersebut mengungkapkan keretakan besar dalam tatanan global dan memperjelas bahaya mengandalkan Amerika Serikat dalam urusan keamanan.

    Araghchi mengkritik apa yang ia sebut sebagai “ketegangan verbal” dan “kebijakan impulsif” dalam diplomasi global.

    Ia menyoroti pertikaian di Ruang Oval sebagai momen refleksi bagi negara-negara yang selama ini bergantung pada AS, khususnya dalam konteks hubungan Ukraina dengan Barat.

    “Perselisihan baru-baru ini di Gedung Putih bukan sekadar konflik biasa; hal ini mencerminkan keretakan mendalam dalam tatanan dunia,” tulisnya.

    Araghchi menilai bahwa bahkan sekutu lama AS kini mulai mempertanyakan kepemimpinan Washington, dengan negara-negara Eropa mengambil pendekatan lebih hati-hati terhadap perang di Ukraina.

    Iran Pilih Kemandirian

    Dalam opininya, Araghchi menegaskan bahwa Iran telah memilih jalur berbeda, yaitu kemandirian dan kemerdekaan strategis.

    “Tidak seperti banyak negara yang bergantung pada kekuatan asing untuk keamanan, Iran telah secara sadar memilih untuk mempertahankan kemandiriannya, meskipun harus membayar harga atas keputusan tersebut,” tulisnya.

    Ia menegaskan bahwa pendekatan ini bukanlah akibat dari sanksi, melainkan keputusan strategis yang disengaja.

    “Iran tidak membeli keamanannya; Iran membangunnya,” tambahnya.

    Mengutip Newsweek, pernyataan Araghchi sejalan dengan sikap Iran yang telah lama meyakini bahwa aliansi dengan AS tidak dapat diandalkan.

    Pernyataannya juga mendukung sikap Pemimpin Tertinggi Iran yang menolak negosiasi dengan Washington.

    Garis keras Iran menilai bahwa konfrontasi Trump-Zelensky menjadi bukti ketidakstabilan diplomatik AS.

    Meskipun Araghchi menekankan pentingnya kemandirian militer, Iran tetap menjalin kerja sama dengan pihak asing, khususnya Rusia.

    Hubungan Rusia dan Iran

    Pada Januari 2025, Rusia dan Iran menandatangani perjanjian kerja sama ekonomi dan militer.

    Kedua negara menganggap perjanjian ini sebagai tonggak penting dalam hubungan bilateral mereka.

    Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menandatangani perjanjian tersebut dalam sebuah upacara di Kremlin.

    Keduanya memuji kesepakatan ini sebagai babak baru dalam hubungan kedua negara.

    “Dokumen terobosan ini bertujuan menciptakan kondisi bagi pembangunan yang stabil dan berkelanjutan antara Rusia, Iran, serta seluruh kawasan Eurasia,” ujar Putin.

    Pezeshkian menambahkan bahwa perjanjian ini akan membuka babak baru dalam kerja sama Iran dan Rusia di berbagai sektor, terutama ekonomi.

    Mengutip laporan France24 pada 17 Januari 2025, sejak pecahnya perang di Ukraina pada Februari 2022, Rusia semakin memandang Iran sebagai sekutu strategis.

    Dalam dokumen yang diterbitkan Kremlin, kedua negara sepakat untuk saling membantu menghadapi ancaman keamanan bersama.

    Namun, perjanjian ini tidak mencakup pakta pertahanan bersama seperti yang ditandatangani Rusia dan Korea Utara tahun lalu.

    Rusia dan Iran sepakat untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan ekonomi di berbagai sektor, terutama dalam menghadapi sanksi Barat terhadap industri energi mereka.

    Selain itu, mereka juga akan bekerja sama dalam pelatihan militer dan penggunaan fasilitas pelabuhan untuk kapal perang masing-masing negara.

    Namun, perjanjian tersebut tidak secara eksplisit mencakup pertukaran senjata, yang merupakan aspek kerja sama yang telah dikenai sanksi oleh Barat.

    Iran diketahui telah memasok Rusia dengan pesawat nirawak “Shahed” yang digunakan dalam serangan ke Ukraina, menurut pejabat Ukraina dan Barat.

    Moskow dan Teheran telah merancang perjanjian baru ini selama bertahun-tahun.

    Sebelumnya, hubungan kedua negara diatur oleh dokumen kerja sama tahun 2001 yang diperbarui secara berkala.

    Meski kini semakin erat, hubungan Rusia dan Iran memiliki sejarah yang kompleks.

    Pada abad ke-18 dan ke-19, kedua negara berperang memperebutkan wilayah di Kaukasus. Selain itu, Uni Soviet dan Inggris pernah menginvasi Persia selama Perang Dunia II.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Trump Puji Putin, Sebut Negosiasi Rusia Lebih Mudah dari Ukraina – Halaman all

    Trump Puji Putin, Sebut Negosiasi Rusia Lebih Mudah dari Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa negosiasi untuk mencapai perdamaian antara Rusia dan Ukraina lebih mudah dilakukan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dibandingkan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

    Dalam pernyataannya di Ruang Oval pada Jumat, 7 Maret 2025, Trump menyatakan bahwa Putin lebih kooperatif dalam pembicaraan perdamaian.

    Trump memuji Putin, meskipun ia juga mengecam serangan terbaru Rusia terhadap Ukraina dan mengancam akan memberikan sanksi baru terhadap Moskow. “Saya pikir ia akan lebih murah hati setelah perang berakhir, dan itu cukup bagus,” ujar Trump.

    Trump mengungkapkan bahwa berbicara tentang perdamaian dengan Putin lebih mudah dibandingkan dengan Zelensky. “Terus terang, saya merasa lebih sulit untuk berurusan dengan Ukraina. Mereka tidak punya kartu jelasnya,” kata Trump.

    Ia juga mencatat bahwa Rusia melancarkan serangan yang lebih besar terhadap Ukraina.

    Beberapa jam sebelum pernyataan tersebut, Trump telah memutuskan untuk memberikan sanksi dan tarif besar terhadap Rusia hingga gencatan senjata tercapai.

    Keputusan ini muncul setelah Rusia meluncurkan serangan rudal dan drone terhadap infrastruktur energi Ukraina pada 6 Maret 2025.

    AS juga telah menangguhkan akses Ukraina ke beberapa citra satelit dan menghentikan bantuan militer.

    Pertemuan antara AS dan Ukraina

    Meskipun hubungan antara Ukraina dan AS telah merenggang, Zelensky mengumumkan bahwa delegasi Ukraina dan AS akan bertemu untuk melanjutkan pembicaraan perdamaian. “Pertemuan ini tidak hanya membahas rencana perdamaian Ukraina-Rusia, tetapi juga usulan-usulan untuk menjamin keselamatan dan kesejahteraan Ukraina,” kata Zelensky.

    Pertemuan antara delegasi AS dan Ukraina dijadwalkan berlangsung pada 11 Maret 2025, dengan beberapa pejabat dari kedua negara diperkirakan akan hadir.

    Dengan situasi yang terus berkembang, perhatian dunia tertuju pada bagaimana negosiasi ini akan mempengaruhi masa depan Ukraina dan hubungan internasional.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Trump: Negosiasi dengan Rusia Lebih Mudah Daripada dengan Ukraina dalam Mencapai Perdamaian – Halaman all

    Trump: Negosiasi dengan Rusia Lebih Mudah Daripada dengan Ukraina dalam Mencapai Perdamaian – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden AS Donald Trump memberikan pujian terhadap presiden Rusia Vladimir Putin dalam negosiasi untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina.

    Meski telah mengecam serangan terbaru Rusia terhadap ukraina dan mengancam akan memberikan sanksi terhadap Moskow, Trump mengatakan Putin akan lebih kooperatif dan ‘murah hati’ dalam pembicaraan ini.

    “Ia ingin mengakhiri perang dan setelah perang berakhir, dan saya pikir ia akan lebih murah hati daripada yang seharusnya. Dan itu cukup bagus,” kata Trump di Ruang Oval pada hari Jumat (7/3/2025), dikutip dari ABC News.

    Trump mengatakan dirinya telah percaya terhadap Putin.

    “Ya. Tidak, saya percaya padanya, saya percaya padanya. Saya pikir kami baik-baik saja dengan Rusia,” katanya.

    Meskipun mengancam sanksi baru terhadap Rusia, Trump mengatakan ia mengerti mengapa pasukan Putin telah melancarkan kampanye pengeboman besar-besaran di Ukraina semalam.

    “Saya pikir dia menyerang mereka (Ukraina) lebih keras daripada yang pernah dia lakukan,” kata Trump. 

    “Dan saya pikir mungkin siapa pun yang berada di posisi itu akan melakukan hal yang sama sekarang,” tambahnya, dikutip dari NDTV.

    Ia mengaku justru berbicara tentang perdamaian Rusia-Ukraina terhadap Putin lebih mudah dibandingka dengan presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.

    “Namun saat ini, mereka mengebom Ukraina dan Ukraina habis-habisan. Terus terang, saya merasa lebih sulit untuk berurusan dengan Ukraina. Mereka tidak punya kartu,” jelasnya.

    Beberapa jam sebelumnya, Trump mengatakan dirinya telah memberikan sanksi dan tarif berskala besar terhadap Rusia hingga gencatan senjata tercapai.

    Keputusan ini diambil oleh Trump tepat setelah Rusia meluncurkan serangan rudal dan drone terhadap infrasturktur energi Ukraina pada Kamis (6/3/2025), dikutip dari BBC.

    Sementara itu, AS telah menangguhkan sementara akses Ukraina ke beberapa citra satelit.

    Tidak hanya itu, AS juga menghentikan bantuan militer ke negara itu.

    Hubungan Ukraina dan AS belakangan ini telah merenggang.

    Hal ini terjadi setelah debat panas Zelensky dan Trump di Gedung Putih pada minggu lalu.

    Meskipun Trump berselisih dengan Zelensky, nada dari tim kebijakan luar negerinya dalam dua hari terakhir terdengar lebih lunak terhadap Ukraina.

    Zelensky kemudian mengatakan bahwa ejabat Ukraina dan Amerika Serikat akan bertemu untuk melanjutkan pembicaraan perdamaian.

    “Delegasi Ukraina dan AS telah melanjutkan pekerjaan dan dijadwalkan bertemu minggu depan,” kata Zelensky saat menghadiri Dewan Eropa Khusus pada Kamis (6/3/2025), dikutip dari Kyiv Independent.

    Menurut Zelensky, pertemuan ini tidak hanya membahas rencana perdamaian Ukraina-Rusia.

    Namun juga Zelensky akan membuat usulan-usulan untuk menjamin keselamatan dan kesejahteraan Ukraina.

    “Ukraina tidak hanya siap mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk perdamaian, tetapi kami juga mengusulkan langkah-langkah apa saja yang akan diambil,” jelas Zelensky.

    Melalui X, koresponden senior Gedung Putih Fox News Jacqui Heinrich mengatakan bahwa pembicaraan dijadwalkan pada 11 Maret 2025.

    Sementara menurut Axios, pertemuan antara delegasi AS dan Ukraina dijadwalkan pada 12 Maret 2025.

    Beberapa pejabat dari AS dan Ukraina dikabarkan akan menghadiri pertemuan ini.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Donald Trump dan Konflik Rusia vs Ukraina