Negara: Ukraina

  • Iming-iming Duit, Intelijen Rusia Rekrut Remaja Ukraina untuk Serangan Teroris di Ivano-Frankivsk – Halaman all

    Iming-iming Duit, Intelijen Rusia Rekrut Remaja Ukraina untuk Serangan Teroris di Ivano-Frankivsk – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dinas Keamanan Ukraina (SBU) melaporkan pada Selasa (11/3/2025) melam kemarin, dua remaja Ukraina yang direkrut oleh intelijen Rusia melakukan serangan teroris di kota barat Ivano-Frankivsk.

    Dalam aksi tersebut, mereka meledakkan diri di dekat stasiun kereta api, yang tak jauh sebuah gedung bertingkat tinggi.

    Akibat ledakan tersebut satu korban tewas dan tiga orang lainnya terluka.

    Menurut laporan dari Dinas Keamanan Ukraina (SBU), agen intelijen Rusia merekrut dua remaja berusia 15 dan 17 tahun melalui saluran Telegram.

    Mereka diiming-imingi uang sebagai imbalan.

    Mereka dijanjikan hadiah untuk melakukan serangkaian serangan teroris di kota tersebut.

    SBU mengungkapkan bahwa agen Rusia menyewa sebuah apartemen untuk para remaja itu di dekat stasiun kereta api.

    Di sana, mereka diminta untuk merakit dua alat peledak yang disamarkan sebagai termos.

    Kedua alat peledak tersebut dilengkapi dengan detonator yang dapat diaktifkan dari jarak jauh, Kyiv Independent melaporkan.

    Ketika kedua remaja itu sedang dalam perjalanan untuk menanam bahan peledak, agen Rusia mengaktifkan perangkat yang ada di dalam tas mereka.

    Ledakan itu menyebabkan remaja berusia 17 tahun tewas seketika, sementara remaja berusia 15 tahun mengalami luka serius dan dilarikan ke rumah sakit.

    Pihak berwenang juga melaporkan bahwa dua orang yang sedang melintas, seorang pria berusia 20 tahun dan seorang wanita berusia 23 tahun, turut mengalami luka-luka akibat ledakan tersebut.

    Operasi Rahasia

    Menurut Serhii Andrushchenko, Wakil Kepala SBU, taktik yang digunakan oleh Rusia dalam serangan ini adalah bagian dari operasi rahasia yang memungkinkan mereka melakukan serangan teroris sambil menghindari risiko bagi pelaku yang direkrut.

    Para remaja ini, yang sedang mencari uang tambahan, dipaksa untuk terlibat dalam kegiatan kriminal melalui perekrutan daring.

    SBU juga menambahkan bahwa jika remaja berusia 15 tahun itu dijatuhi hukuman, dia bisa menghadapi hukuman penjara seumur hidup, united24media melaporkan.

    Tindakan mereka termasuk terlibat dalam aksi teroris yang mengakibatkan kematian dan memproduksi bahan peledak secara ilegal.

    Selain itu, pihak berwenang sedang menyelidiki keterlibatan dua gadis berusia 15 tahun yang ada dalam kelompok yang sama dengan para tersangka.

    Mereka mungkin juga akan menghadapi konsekuensi hukum.

    Kasus ini menambah panjang daftar upaya Rusia yang memanfaatkan media sosial untuk merekrut anak di bawah umur sebagai pelaku serangan teroris.

    Sebelumnya, pada bulan Februari, Rusia juga merekrut penyerang untuk ledakan mematikan di kantor pendaftaran militer di Rivne.

    Rusia bahkan berusaha menjadikan seorang gadis berusia 15 tahun sebagai pelaku bom bunuh diri, memaksanya membawa alat peledak ke kantor polisi di Chernihiv.

    Kejadian ini mengungkap betapa mudahnya pihak yang terlibat dalam konflik memanfaatkan kerentanannya remaja untuk melakukan tindakan kekerasan.

    Ini juga menunjukkan betapa pentingnya kewaspadaan terhadap penyalahgunaan media sosial yang dapat mengeksploitasi anak-anak muda untuk kepentingan terorisme.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Putin Dukung Gencatan Senjata Ukraina, Trump Bilang Gini

    Putin Dukung Gencatan Senjata Ukraina, Trump Bilang Gini

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menanggapi komentar yang disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap usulan gencatan senjata Ukraina yang digagas Washington. Trump menyebut komentar Putin sebagai “pernyataan yang sangat menjanjikan” namun dia menilainya “belum tuntas”.

    Putin, dalam tanggapannya, mengatakan dirinya mendukung gagasan gencatan senjata selama 30 hari antara Moskow dan Kyiv. Namun dia memiliki pertanyaan-pertanyaan serius tentang gagasan itu yang ingin dia bahas langsung dengan Trump.

    “Dia (Putin-red) menyampaikan pernyataan yang sangat menjanjikan, tetapi itu belum tuntas,” kata Trump kepada wartawan ketika ditanya soal komentar Putin, seperti dilansir AFP, Jumat (14/3/2025).

    “Saya ingin sekali bertemu dengannya atau berbicara dengannya. Tetapi kita harus mewujudkannya (kesepakatan gencatan senjata) dengan cepat,” ucapnya.

    Trump menambahkan bahwa akan menjadi “momen yang sangat mengecewakan bagi dunia” jika Rusia menolak rencana perdamaian itu. Utusan khusus Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, tiba di Moskow pada Kamis (13/3) untuk berunding mengenai Ukraina.

    “Banyak rincian dari kesepakatan akhir sebenarnya telah dibahas. Sekarang kita akan melihat apakah Rusia ada di sana dan, jika tidak, itu akan menjadi momen yang sangat mengecewakan bagi dunia,” kata Trump.

    Dalam pernyataannya, Trump juga memberikan gambaran sekilas mengenai perundingan untuk perdamaian jangka panjang setelah gencatan senjata, termasuk wilayah mana yang harus diserahkan Ukraina kepada Rusia. Diketahui bahwa Moskow melancarkan invasi militer skala penuh terhadap Kyiv sejak Februari 2022.

    Dia menambahkan bahwa ada juga “pembangkit listrik yang sangat besar yang terlibat — siapa yang akan mendapatkan pembangkit listrik itu?”.

    Tidak disebutkan secara spesifik nama pembangkit listrik itu atau rinciannya. Namun diketahui bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang saat ini dikuasai Rusia, berada di garis depan pertempuran. PLTN itu merupakan pembangkit nuklir terbesar di kawasan Eropa.

    Disebutkan oleh Trump bahwa perundingan berlangsung rumit karena secara efektif “menciptakan batas negara”.

    Ukraina sebelumnya menyatakan setuju dengan usulan AS soal gencatan senjata selama 30 hari dalam perundingan yang digelar di Arab Saudi pekan ini.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Rusia tak Dapat Keuntungan Apa pun dari Usul AS Gencatan Senjata di Ukraina

    Rusia tak Dapat Keuntungan Apa pun dari Usul AS Gencatan Senjata di Ukraina

    JAKARTA – Asisten utama kebijakan luar negeri Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dirinya telah memberi tahu Washington gencatan senjata selama 30 hari yang diusulkan oleh Amerika Serikat untuk menghentikan perang di Ukraina, hanya akan memberi pasukan Kyiv waktu istirahat yang sangat dibutuhkan di medan perang.

    Kemajuan Rusia di sepanjang garis depan sejak pertengahan 2024 dan upaya Presiden AS Donald Trump untuk mencapai kesepakatan damai guna mengakhiri konflik di Ukraina menimbulkan kekhawatiran bahwa Kyiv, yang didukung oleh Barat, dapat kalah dalam perang.

    Utusan khusus Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, tiba di Moskow pada Kamis, 13 Maret untuk melakukan pembicaraan.

    Dilansir Reuters, pejabat Rusia mengatakan penasihat keamanan nasional AS Mike Waltz memberikan perincian tentang gagasan gencatan senjata pada Rabu dan Rusia siap untuk membahasnya.

    Trump mengatakan di Gedung Putih dirinya berharap Kremlin akan menyetujui usulan AS untuk gencatan senjata selama 30 hari yang menurut Ukraina akan didukungnya.

    Yuri Ushakov, mantan duta besar untuk Washington yang berbicara atas nama Putin mengenai isu-isu kebijakan luar negeri utama, mengatakan kepada media Rusia bahwa ia telah berbicara dengan Waltz pada hari Rabu untuk menguraikan posisi Rusia mengenai gencatan senjata.

    “Saya nyatakan posisi kami bahwa ini tidak lain hanyalah penangguhan sementara bagi militer Ukraina, tidak lebih,” kata Ushakov.

    “Itu tidak memberi kami apa pun. Itu hanya memberi Ukraina kesempatan untuk berkumpul kembali, mendapatkan kekuatan, dan melanjutkan hal yang sama,” imbuhnya.

    Ushakov mengatakan tujuan Moskow adalah penyelesaian damai jangka panjang “yang mempertimbangkan kepentingan sah negara kami dan kekhawatiran kami yang sudah diketahui.”

    “Menurut saya, tidak seorang pun membutuhkan langkah apa pun yang (hanya) meniru tindakan damai dalam situasi ini,” katanya.

    Ketika ditanya apakah Rusia menolak usulan AS, Ushakov, yang telah bertugas bersama Putin di Kremlin sejak 2012, mengatakan presiden kemungkinan akan berbicara kepada media pada Kamis dan menguraikan posisi Rusia secara lebih rinci.

    Pernyataan dari pejabat senior Kremlin tersebut menunjukkan Putin, pemimpin tertinggi Rusia sejak 1999, berpikir kemajuan Rusia di medan perang di Ukraina dan di Rusia bagian barat memberi Moskow andil besar dalam negosiasi perdamaian.

    Tidak jelas bagaimana Trump akan bereaksi, setelah mengatakan harapan agar Moskow menyetujui gencatan senjata untuk mengakhiri “pertumpahan darah” dan bahwa dalam masa jabatan pertamanya ia bersikap lebih keras terhadap Rusia daripada presiden lainnya.

    “Saya dapat melakukan hal-hal yang secara finansial akan sangat buruk bagi Rusia,” kata Trump.

    “Saya tidak ingin melakukan itu karena saya ingin mendapatkan perdamaian. Saya ingin melihat perdamaian dan kita lihat saja nanti. Namun dalam hal finansial, ya, kita dapat melakukan hal-hal yang sangat buruk bagi Rusia. Itu akan sangat menghancurkan bagi Rusia,” ujar Trump.

  • Utusan AS Temui Putin Rundingkan Gencatan Senjata dengan Ukraina

    Utusan AS Temui Putin Rundingkan Gencatan Senjata dengan Ukraina

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin tampil mengenakan seragam militer, memerintahkan agar pasukan Ukraina di barat Rusia dikalahkan sesegera mungkin. Perintah penguasa Rusia itu menjadi sebuah sinyal kepada Amerika Serikat bahwa Moskow memegang kendali militer saat mereka bersiap untuk membahas gencatan senjata pada hari Kamis (13/03) ini.

    Kemajuan pasukan Rusia di sepanjang garis depan dalam beberapa bulan terakhir dan upaya Presiden AS Donald Trump untuk mencapai kesepakatan damai guna mengakhiri konflik tiga tahun di Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Ukraina, yang didukung oleh Barat, dapat mengalami kekalahan dalam perang.

    Utusan khusus AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff tiba di Moskow pada hari Kamis (13/03) ini untuk berjumpa dengan Putin. Pejabat Rusia mengatakan Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz telah memberikan rincian tentang gagasan gencatan senjata kemarin dan Rusia kabarnya siap untuk membahas tema ini.

    Kemarin, pada hari Rabu (13/03), Trump mengatakan di Gedung Putih bahwa ia berharap pemerintahan di Kremlin akan menyetujui usulan AS untuk gencatan senjata selama 30 hari.

    Perintah Putin: Kalahkan pasukan Ukraina di Kursk

    Hanya beberapa jam setelah Trump berbicara, Kremlin menerbitkan rekaman video yang menunjukkan Putin yang mengenakan seragam kamuflase hijau saat mengunjungi wilayah Kursk di Rusia barat, tempat Ukraina bisa jadi bakal kehilangan pijakannya setelah serangan kilat oleh pasukan Rusia.

    “Tugas kita dalam waktu dekat, dalam jangka waktu sesingkat mungkin, adalah mengalahkan musuh yang bercokol di wilayah Kursk secara meyakinkan,” perintah Putin, mantan perwira KGB yang sebenarnya sangat jarang mengenakan seragam militer.

    “Dan tentu saja, kita perlu memikirkan untuk menciptakan zona keamanan di sepanjang perbatasan negara,” imbuh Putin. Ia tidak menyinggung soal gagasan gencatan senjata.

    Jadi gencatan senjata?

    Putin juga dijadwalkan pada hari Kamis (13/03) bertemu dengan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko di Moskow dan kemudian menyampaikan konferensi pers bersama, papar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

    Amerika Serikat sepakat pada hari Selasa (11/03) untuk melanjutkan pasokan senjata dan berbagi informasi intelijen dengan Ukraina setelah Kyiv mengatakan pada pembicaraan di Arab Saudi bahwa mereka siap untuk mendukung proposal gencatan senjata.

    “Sekarang terserah Rusia,” kata Trump pada hari Rabu (12/03), seraya mengatakan bahwa ia berharap “pertumpahan darah” akan berakhir. “Dan jika kita dapat membuat Rusia berhenti, maka kita memiliki gencatan senjata penuh. Dan saya rasa tidak akan melanjutkan lagi peperangan.”

    Dua sumber senior Rusia mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa Putin akan berusaha untuk mengukir jaminan dan garansi sebelum menyetujui gencatan senjata apa pun.

    Sumber senior Moskow lainnya mengatakan bahwa Putin akan menyetujui gencatan senjata tetapi berusaha menambahkan persyaratannya sendiri tentang apa yang harus terjadi setelah gencatan senjata.

    Pada bulan Juni, Putin menetapkan persyaratannya untuk perdamaian: Ukraina harus secara resmi menghentikan ambisi NATO-nya dan menarik pasukannya dari keseluruhan empat wilayah Ukraina yang diklaim dan sebagian besar dikuasai oleh Rusia, yang menguasai hampir seperlima wilayah Ukraina.

    Kursk sebagai alat tawar-menawar

    Pasukan Rusia maju dengan cepat di Kursk. Kementerian Pertahanan mengatakan pada hari Kamis (13/03) bahwa Kota Sudzha telah direbut oleh Rusia. Tidak ada komentar langsung dari Ukraina, yang pada hari Rabu (12/03) melaporkan bahwa pertempuran masih berlangsung.

    Sementara itu Kepala Staf Umum Rusia, Valery Gerasimov, mengatakan rencana Ukraina untuk menggunakan Kursk sebagai alat tawar-menawar dalam kemungkinan negosiasi di masa mendatang dengan Rusia telah gagal dan taktiknya bahwa operasi Kursk akan memaksa Rusia untuk mengalihkan pasukan dari kemajuannya di Ukraina timur juga tidak berhasil. Ia mengatakan pasukan Rusia telah merebut kembali 24 permukiman dan 259 km persegi tanah dari pasukan Ukraina dalam lima hari terakhir bersama dengan lebih dari 400 tahanan.

    Pasukan penjaga perdamaian asing di Ukraina tidak dapat diterima oleh Rusia

    Dalam perkembangan teranyar, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Kamis (13703) bahwa jika negara lain mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina, mereka akan mengambil bagian dalam “konflik bersenjata langsung” dengan Moskow.

    “Sangat tidak dapat diterima bagi kami bahwa unit militer negara lain ditempatkan di Ukraina di bawah bendera apa pun,” kata juru bicara Kremlin, Maria Zakharova. “Semua ini berarti keterlibatan negara-negara ini dalam konflik bersenjata secara langsung dengan negara kami.”

    Dia mengatakan Rusia akan menanggapi tindakan tersebut dengan “semua upaya yang tersedia.” Zakharova juga mengkritik rencana negara-negara Eropa untuk meningkatkan anggaran pertahanan mereka.

    Ia mengatakan usulan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen untuk menyusun paket senilai €800 miliar untuk pertahanan Eropa merupakan “hasutan perang di benua Eropa.”

    Zakahrova juga menuduh Eropa menyebarkan narasi palsu bahwa Rusia merupakan bahaya bagi keamanan benua itu: “Ini adalah cerita yang sengaja dibuat berdasarkan Russophobia, yang dipromosikan oleh pejabat Brussels yang tidak kompeten,” pungkasnya.

    ap/yf (reuters, dpa, ap, afp)

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Putin Ngaku Setuju Gencatan Senjata di Ukraina, tapi Banyak Syaratnya

    Putin Ngaku Setuju Gencatan Senjata di Ukraina, tapi Banyak Syaratnya

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dirinya setuju dengan ide gencatan senjata di Ukraina. Namun, Putin mengungkapkan beberapa kekhawatiran.

    Dilansir BBC, Jumat (14/3/2025), Putin mengatakan bahwa usulan gencatan senjata adalah ide yang benar dan mendukungnya. Tetapi, katanya, ada pertanyaan yang perlu kita bahas.

    Menurut Putin, gencatan senjata itu harus mengarah pada perdamaian abadi dan menghilangkan akar penyebab krisis. Dia mengaku akan menelepon Presiden AS Donald Trump.

    “Kita perlu bernegosiasi dengan kolega dan mitra Amerika kita. Mungkin saya akan menelepon Donald Trump,” katanya.

    Putin menganggap gencatan senjata 30 hari itu adalah hal baik bagi Ukraina. Tapi, dia mengaku akan tetap mewaspadainya.

    “Akan baik bagi pihak Ukraina untuk mencapai gencatan senjata selama 30 hari,” ujarnya.

    Diketahui, salah satu area yang diperdebatkan adalah wilayah Kursk milik Rusia. Putin mengatakan tempat itu dipakai Ukraina melancarkan serangan militer tahun lalu dan merebut beberapa wilayah.

    “Mereka mencoba pergi, tetapi kami yang memegang kendali. Peralatan mereka telah ditinggalkan. Ada dua pilihan bagi warga Ukraina di Kursk, menyerah atau mati,” katanya.

    Terkait gencatan senjata ini, Putin juga memikirkan banyak pertanyaan dan kemungkinan mengenai bagaimana gencatan senjata Rusia-Ukraina akan berjalan.

    “Bagaimana 30 hari itu akan digunakan? Untuk Ukraina memobilisasi? Mempersenjatai kembali? Melatih orang? Atau tidak sama sekali? Lalu pertanyaannya, bagaimana itu akan dikendalikan?” ujarnya.

    “Siapa yang akan memberi perintah untuk mengakhiri pertempuran? Berapa biayanya? Siapa yang memutuskan siapa yang telah melanggar gencatan senjata yang mungkin, sejauh lebih dari 2.000 Km? Semua pertanyaan itu membutuhkan kerja keras dari kedua belah pihak. Siapa yang mengawasinya?” sambung Putin.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Putin secara langsung mengatakan tidak. Dia menganggap Putin sedang mempersiapkan penolakan.

    “Putin, tentu saja, takut untuk memberi tahu Presiden Trump secara langsung bahwa dia ingin melanjutkan perang ini, ingin membunuh orang Ukraina,” kata Zelensky.

    “Pemimpin Rusia telah menetapkan begitu banyak prasyarat sehingga tidak ada yang akan berhasil sama sekali,” sambungnya.

    Lihat juga Video: Syarat dari Putin Jika Ukraina Ingin Berdamai

    (zap/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Putin Setujui Gencatan Senjata 30 Hari dengan Ukraina, tapi Ada Syarat dan Pertanyaan Penting – Halaman all

    Putin Setujui Gencatan Senjata 30 Hari dengan Ukraina, tapi Ada Syarat dan Pertanyaan Penting – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin menyetujui usulan Amerika Serikat (AS) untuk gencatan senjata selama 30 hari dengan Ukraina, tetapi ia mengajukan persyaratan.

    AS sebelumnya berharap Rusia tidak mengajukan persyaratan apa pun, tetapi Putin mengatakan masih banyak pertanyaan yang belum terjawab mengenai usulan tersebut.

    “Kami setuju dengan usulan untuk mengakhiri permusuhan di Ukraina, asalkan hal itu mengarah pada perdamaian jangka panjang dan menawarkan solusi untuk akar konflik,” kata Putin dalam konferensi pers dengan Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko, pada Kamis (13/3/2025).

    Putin menggambarkan gencatan senjata 30 hari yang diusulkan oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump sebagai ide yang bagus.

    Namun, Putin menekankan ada pertanyaan serius tentang hal itu dan rincian tepat yang perlu dipelajari.

    “Mengapa mereka membutuhkan gencatan senjata selama 30 hari? Untuk memobilisasi atau memasok senjata kepada Ukraina? Atau tidak satupun dari hal ini akan dilakukan?” katanya.

    Ia mencatat itu akan bermanfaat bagi Ukraina untuk memobilisasi pasukan dan memasok senjata, mengingat isolasi total pasukan Ukraina yang telah menyusup ke wilayah Rusia di Kursk.

    “Apakah mereka yang ada di sana akan keluar tanpa perlawanan? Haruskah kita membebaskan mereka dari sana setelah mereka melakukan banyak kejahatan terhadap warga sipil? Atau akankah pimpinan Ukraina memberikan perintah untuk menyerah?” kata Putin mempertanyakan tentang pasukan Ukraina yang masih berada di wilayahnya di Kursk.

    Ia menambahkan akan sangat sulit untuk memantau kepatuhan terhadap gencatan senjata.

    “Siapa yang akan memberi perintah kepada pasukan Ukraina dan berapa harga perintah tersebut?” tanyanya, khawatir jika terjadi pelanggaran.

    Putin juga mempertanyakan siapa yang akan memantau penerapan gencatan senjata selama 30 hari terutama di garis depan.

    “Siapa yang akan memantau gencatan senjata? Garis depan membentang sejauh 2.000 kilometer,” lanjutnya, seperti diberitakam RBC.

    Sebelumnya pada bulan lalu, Trump mengusulkan untuk menempatkan pasukan perdamaian Eropa di wilayah Ukraina jika terjadi gencatan senjata, sebuah usulan yang ditolak Rusia karena pasukan apa pun dari Eropa dianggap sebagai pasukan NATO.

    Putin mengatakan Rusia harus membahas isu terkait gencatan senjata di Ukraina dengan Amerika Serikat, dan mungkin dengan Presiden Trump, berdasarkan situasi di lapangan.

    Presiden Rusia mengisyaratkan ia mungkin perlu menelepon Trump untuk menyampaikan rasa terima kasihnya kepada presiden AS atas minatnya dalam menengahi negosiasi perang antara Rusia dan Ukraina.

    “Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih saya kepada Presiden AS Trump atas minat besar yang diberikannya terhadap penyelesaian di Ukraina,” kata Putin.

    Selain itu, ia menekankan semua rencana militer di Oblast Kursk dan di garis depan lainnya akan dilaksanakan untuk melanjutkan kemajuan yang diraih pasukan Rusia baru-baru ini.

    Putin mengatakan pasukan Rusia sedang berupaya untuk memblokir unit yang cukup besar dari Angkatan Bersenjata Ukraina di Kursk.

    “Berdasarkan situasi di lapangan, kami akan menyepakati langkah selanjutnya untuk mengakhiri konflik dan mencapai kesepakatan yang dapat diterima semua pihak,” tegasnya.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Rudal Balistik Rusia Porak-porandakan Kota Pelabuhan Ukraina

    Rudal Balistik Rusia Porak-porandakan Kota Pelabuhan Ukraina

    Jakarta

    Serangan rudal balistik Rusia memporak-porandakan Kota Pelabuhan Ukraina. Ada korban tewas dalam insiden ini.

    Dirangkum detikcom, Kamis (13/3/2025), rudal Rusia menghantam kota pelabuhan Odesa di Ukraina bagian selatan. Sedikitnya empat orang tewas, dengan sebuah kapal kargo berbendera Barbados mengalami kerusakan akibat serangan rudal tersebut.

    Serangan rudal Moskow itu, seperti dilansir AFP, menghantam wilayah Ukraina pada Selasa (11/3) tengah malam, saat otoritas Kyiv menyatakan dukungan terhadap usulan Amerika Serikat (AS) untuk gencatan senjata selama 30 hari dan setuju untuk segera berunding dengan Rusia.

    Para pejabat Ukraina mengatakan serangan rudal terjadi saat kapal kargo tersebut sedang memuat pasokan gandum yang dimaksudkan untuk dikirim ke Aljazair.

    “Sayangnya, empat orang tewas — warga negara Suriah. Korban termuda berusia 18 tahun, yang paling tua berusia 24 tahun. Dua orang lainnya mengalami luka-luka — seorang warga Ukraina dan seorang warga Suriah,” kata wakil perdana menteri untuk rekonstruksi, Oleksiy Kuleba, dalam pernyataan via media sosial.

    “Rusia menyerang infrastruktur Ukraina, termasuk pelabuhan yang terlibat dalam memastikan keamanan pangan dunia,” tuduhnya

    Secara terpisah, Gubernur wilayah Dnipropetrovsk melaporkan seorang wanita berusia 47 tahun tewas akibat serangan rudal Rusia yang menghantam pusat kota Kryvyi Rig, yang merupakan kota kelahiran Presiden Volodymyr Zelensky.

    Serangan Rudal Rusia

    Foto: State Emergency Service of Ukraine in Dnipropetrovsk region via REUTERS

    Angkatan Udara Ukraina, dalam pernyataannya, menyebut Rusia secara total telah menembakkan tiga rudal ke wilayah Ukraina dalam semalam, juga meluncurkan 133 drone berbagai jenis, termasuk drone tempur jenis Shahed buatan Iran.

    Pertahanan udara Ukraina, menurut Angkatan Udara Kyiv, telah menembak jatuh 98 drone di antaranya.

    Sebelumnya, Zelensky menyatakan dukungan terhadap usulan AS untuk gencatan senjata selama 30 hari di Ukraina. Dia meminta Washington untuk membujuk Rusia agar turut menerima usulan tersebut.

    Usulan AS itu dibahas dalam pertemuan antara pejabat AS dan Ukraina yang digelar di Arab Saudi pada Selasa (11/3) waktu setempat, yang dilaporkan berlangsung selama delapan jam.

    Penasihat keamanan nasional AS, Mike Waltz, yang menghadiri pertemuan di Saudi tersebut, seperti dilansir Associated Press, mengatakan bahwa negosiator “membahas perincian substantif tentang bagaimana perang ini akan berakhir secara permanen”, termasuk jaminan keamanan jangka panjang.

    Waltz juga mengatakan bahwa Presiden Donald Trump setuju untuk segera mencabut penangguhan dalam penyediaan bantuan militer AS senilai miliaran dolar Amerika dan melanjutkan kembali aktivitas berbagi informasi intelijen.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/isa)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Masih Dirawat di RS, Paus Fransiskus Peringati 12 Tahun Jabatannya sebagai Kepala Gereja Katolik – Halaman all

    Masih Dirawat di RS, Paus Fransiskus Peringati 12 Tahun Jabatannya sebagai Kepala Gereja Katolik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Paus Fransiskus menandai 12 tahun masa jabatannya sebagai pemimpin Gereja Katolik pada Kamis (13/3/2025).

    Pada 13 Maret 2013, setelah pengunduran diri Paus Benediktus XVI, Kardinal Jorge Mario Bergoglio dari Argentina terpilih sebagai Paus baru.

    Selama 12 tahun masa jabatannya, Paus Fransiskus dikenal karena belas kasih dan seruan perdamaian, Al Jazeera melaporkan.

    Ia telah mereformasi pemerintahan Vatikan dan mengambil tindakan keras terhadap kasus pelecehan anak oleh pendeta.

    Terhitung sudah empat minggu setelah Paus Fransiskus dirawat di rumah sakit akibat pneumonia ganda.

    Ia dirawat di rumah sakit Gemelli di Roma sejak 14 Februari

    “Paus telah menghabiskan malam yang tenang,” menurut pernyataan dari Vatikan.

    Hasil rontgen dada mengonfirmasi adanya perbaikan pada kondisinya.

    Dokter menyatakan kalau Paus Fransiskus tidak lagi di ambang kematian.

    Meski demikian, kondisinya masih dipantau dengan cermat.

    Lebih lanjut, masa jabatan Paus Fransiskus tidak lepas dari tantangan dan kritik, baik dari dalam Gereja maupun luar.

    Diplomasi dan Aksi Internasional

    Fransiskus melakukan 47 perjalanan ke luar negeri.

    Selama kunjungannya, Paus memprioritaskan negara-negara dengan komunitas Katolik yang kecil atau terpinggirkan.

    Ia terus menyerukan perdamaian di wilayah rawan konflik seperti Sudan, Gaza, dan Ukraina.

    Pada November 2023, ia menyerukan penyelidikan mengenai tuduhan genosida yang dilakukan Israel di Gaza.

    Sebagai putra imigran Italia di Argentina, Paus Fransiskus juga membela hak-hak migran dan mengkritik kebijakan deportasi massal Presiden AS Donald Trump.

    Fransiskus juga seorang juru kampanye vokal untuk lingkungan hidup.

    Dalam ensikliknya yang terkenal, “Laudato Si” (Semoga Engkau Selalu Terpuji), yang diterbitkan pada 2015, ia mendesak dunia untuk bertindak cepat terhadap perubahan iklim, dengan menekankan tanggung jawab negara-negara kaya.

    Kasih Sayang, Keadilan Sosial, dan Reformasi Gereja

    Sebagai seorang liberal, Paus Fransiskus berupaya membangun Gereja Katolik yang lebih inklusif.

    Ia mendukung perubahan dalam aturan perceraian dan lebih terbuka terhadap anggota LGBTQ.

    Keputusannya pada 2023 untuk mengizinkan pemberkatan pasangan sesama jenis dalam beberapa kasus sempat memicu kontroversi, terutama di Afrika dan Amerika Serikat.

    Fransiskus juga telah melaksanakan reformasi mendasar di Kuria Roma, pemerintahan pusat Vatikan.

    Reformasi tersebut mencakup desentralisasi kekuasaan, meningkatkan transparansi, serta memberikan peran lebih besar kepada kaum awam dan perempuan.

    Pada 2022, ia mengesahkan konstitusi yang mengatur ulang departemen-departemen Vatikan.

    Salah satu langkah utamanya adalah membersihkan keuangan Vatikan yang ternoda oleh skandal dan korupsi.

    Fransiskus juga membentuk sekretariat khusus untuk ekonomi Vatikan pada tahun 2014, yang berupaya memberantas korupsi serta meningkatkan pengawasan terhadap investasi dan Bank Vatikan.

    Dalam reformasi kelembagaannya, Paus Fransiskus juga melibatkan lebih banyak anggota awam, termasuk perempuan, dalam Sinode, badan diskusi Katolik yang melihat masa depan Gereja.

    Beberapa keputusan penting, seperti perempuan diakon, akan diputuskan pada Juni 2025.

    Tantangan dan Pertentangan

    Meskipun banyak mendapat pujian atas reformasinya, Paus Fransiskus juga menghadapi kritik, terutama dari kalangan tradisionalis.

    Beberapa menganggapnya bertindak tirani, terutama terkait kebijakan dan perubahan yang ia lakukan dalam Gereja.

    Paus Fransiskus tetap melanjutkan misinya untuk mengubah Gereja Katolik menjadi lebih terbuka dan inklusif, meski tak lepas dari pertentangan keras dari beberapa pihak.

    Perjuangan Paus Fransiskus Melawan Pelecehan Seksual di Gereja Katolik

    Paus Fransiskus dihadapkan pada tantangan besar sejak awal masa jabatannya pada tahun 2013, yaitu pelecehan seksual oleh pendeta dan upaya penutupan kasus-kasus tersebut di seluruh dunia.

    Salah satu momen penting dalam perjuangannya terjadi pada 2018 saat ia mengunjungi Cile.

    Awalnya, Paus Fransiskus membela seorang uskup Cile yang dituduh menutupi kejahatan seorang pendeta.

    Paus Fransiskus bahkan menuntut agar para penuduh menunjukkan bukti yang jelas.

    Namun, setelah kritik yang keras, Paus Fransiskus mengakui telah membuat “kesalahan serius” dan meminta maaf atas tindakannya.

    Ini adalah pengakuan pertama dari seorang Paus yang mengakui kesalahan dalam penanganan kasus pelecehan.

    Sebagai langkah lanjutan, Paus memanggil semua uskup Cile ke Vatikan, dan mereka semua mengajukan pengunduran diri sebagai bentuk pertanggungjawaban.

    Pada tahun yang sama, Paus Fransiskus mencabut gelar kardinal dari Theodore McCarrick, seorang pendeta asal AS yang terbukti melakukan pelecehan.

    Pada 2019, McCarrick juga kehilangan statusnya sebagai pendeta.

    Tak hanya itu, Paus Fransiskus juga mengadakan pertemuan puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mendengarkan keluhan dari para korban pelecehan, dan berjanji untuk melakukan “pertempuran habis-habisan” melawan pelecehan oleh pendeta.

    Sebagai langkah nyata, Vatikan membuka arsip gereja terkait pelecehan dan memperkenalkan pengadilan awam untuk kasus-kasus ini.

    Paus Fransiskus juga mewajibkan pelaporan segala dugaan pelecehan seksual kepada otoritas Gereja untuk mencegah upaya penutupan kasus tersebut.

    Meskipun sudah ada beberapa perubahan signifikan, aktivis seperti Anne Barrett Doyle mengkritik langkah-langkah Paus.

    Dia mengatakan bahwa secara struktural, Gereja Katolik masih memiliki banyak masalah terkait transparansi, pengawasan eksternal, dan kurangnya sanksi tegas bagi pelaku, AFP melaporkan.

    Anne menilai bahwa meskipun ada niat baik, gereja masih belum melakukan cukup banyak untuk memberantas masalah ini secara mendalam.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani) 

  • Jajaki Garis Depan Pertempuran, Putin Kenakan Seragam Militer untuk Pertama Kalinya Sejak Perang – Halaman all

    Jajaki Garis Depan Pertempuran, Putin Kenakan Seragam Militer untuk Pertama Kalinya Sejak Perang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin mengenakan seragam militer lengkap untuk pertama kalinya sejak melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Rabu (12/3/2025).

    Dilansir Newsweek, keputusan Putin untuk mengenakan seragam militer tampaknya bertujuan memperkuat citranya sebagai pemimpin di masa perang.

    Putin juga dinilai ingin meningkatkan moral tentaranya menjelang kemungkinan perundingan damai untuk mengakhiri konflik.

    Ia mengenakan pakaian militer tersebut saat mengunjungi pos komando di garis depan pertempuran wilayah Kursk, Rusia bagian barat, yang berbatasan dengan Ukraina.

    Di sana, ia mengusulkan pembentukan “zona penyangga” di sepanjang perbatasan.

    Kunjungan ke Kursk ini merupakan yang pertama bagi Putin sejak wilayah tersebut diserang oleh Ukraina pada Agustus lalu.

    Dalam kunjungannya, Putin menyerukan agar pasukannya segera memukul mundur pasukan Ukraina dari wilayah tersebut secepat mungkin, demikian menurut laporan media pemerintah Rusia.

    Pasukan Rusia, yang dibantu oleh tentara Korea Utara, dilaporkan berhasil merebut kembali kendali atas beberapa desa di wilayah Kursk baru-baru ini.

    “Saya berharap semua tugas tempur yang dihadapi unit kita dapat diselesaikan, dan wilayah Kursk segera dibebaskan sepenuhnya dari musuh,” ujar Putin.

    “Tentu saja, saya ingin meminta Anda untuk mempertimbangkan pembentukan zona penyangga di sepanjang perbatasan negara di masa mendatang,” tambahnya saat mengunjungi pos komando.

    “Pasukan Ukraina akan diperlakukan sebagai teroris sesuai dengan hukum Federasi Rusia,” tegas Putin.

    Potensi Perundingan Damai

    Kemunculan Putin dengan seragam tempur bertepatan dengan agenda kunjungan utusan Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, ke Moskow minggu ini. 

    Witkoff disebut membawa usulan gencatan senjata untuk Kremlin serta membahas ketentuan perjanjian damai.

    Menurut juru bicara Gedung Putih Caroline Leavitt, Witkoff akan berada di Moskow dari 12 Maret hingga 16 Maret. 

    Namun, dia tidak mengungkapkan dengan siapa Witkoff akan bertemu.

    Laporan dari Bloomberg menyatakan bahwa Witkoff diperkirakan akan bertemu langsung dengan Putin. 

    Sebelumnya pada 11 Maret di Jeddah, Amerika Serikat mengusulkan rencana gencatan senjata Rusia-Ukraina selama 30 hari.

    Ukraina menyetujui usulan tersebut, yang membuat AS untuk melanjutkan pembagian informasi intelijen dan bantuan keamanan.

    Setelah itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengonfirmasi bahwa usulan gencatan senjata akan secara resmi disampaikan kepada Rusia. 

    Namun, Putin berulang kali menyatakan bahwa Rusia tidak menginginkan gencatan senjata sementara.

    Ia beralasan bahwa negara-negara NATO dapat menggunakan jeda tersebut untuk mempersenjatai kembali Ukraina.

    Meski Rusia belum secara resmi merespons usulan gencatan senjata 30 hari tersebut, dua sumber yang mengetahui masalah tersebut, mengatakan bahwa Kremlin telah memberikan daftar tuntutannya.

    Dilansir Reuters dan Sky News, para pejabat dari kedua belah pihak telah membahas persyaratan tersebut selama tiga minggu terakhir, ujar sumber tersebut.

    Tuntutan dari Rusia meliputi:

    1. Tidak ada keanggotaan NATO untuk Ukraina

    2. Perjanjian untuk tidak mengerahkan pasukan asing di Ukraina

    3. Pengakuan internasional atas klaim Vladimir Putin atas Krimea dan empat provinsi Ukraina (Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson) 

    Namun komitmen Putin terhadap kemungkinan perjanjian gencatan senjata masih belum pasti, dengan rincian yang belum diselesaikan.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Manfaatkan Air yang Membeku, Pasukan Rusia Seberangi Sungai Oskil: Peluru Tentara Ukraina Menanti – Halaman all

    Manfaatkan Air yang Membeku, Pasukan Rusia Seberangi Sungai Oskil: Peluru Tentara Ukraina Menanti – Halaman all

    Manfaatkan Air yang Membeku, Pasukan Rusia Seberangi Sungai Oskil, Tentara Ukraina Menanti

    TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Rusia memanfaatkan Sungai Oskil yang membeku di wilayah Kharkiv Oblast, untuk memindahkan sebagian pasukan mereka dengan menyeberanginya. 

    Sungai ini berada di antara Kursk dan Voronezh dan mengalir ke selatan dan bergabung dengan aliran sungai Siverskyi Donets yang mengalir ke tenggara untuk menyatu dengan Sungai Don.

    Pravda melaporkan, setelah memindahkan pasukannya dengan menyeberangi air sungai yang membeku, Rusia memanfaatkan kesempatan untuk memindahkan sebagian peralatan mereka menyeberangi sungai lagi menggunakan kapal-kapal kecil.

    Hal ini dilaporkan oleh Juru Bicara Kelompok Pasukan Strategis Operasional Khortytsia (OSGT) Ukraina, Mayor Viktor Trehubov, dilansir Ukrinform, Kamis (13/3/2025).

    Menurutnya, saat ini Pasukan Ukraina bersiap menyambut kedatangan tentara Rusia itu dengan serangan guna memukul mundur pasukan Moskow.

    “Rusia menggunakan kesempatan itu untuk mengerahkan sejumlah pasukan menyeberangi sungai yang membeku. Kini, tugas Ukraina adalah mengusir mereka dari sana. Selain itu, mereka berupaya mengirim bala bantuan melalui sungai menggunakan perahu-perahu kecil, tetapi itu bukan ‘keberhasilan’ seperti yang mereka alami sebelumnya. Oleh karena itu, saat ini mereka memiliki sejumlah pasukan yang tengah mereka upayakan untuk dimanfaatkan, sementara Ukraina, tentu saja, berupaya untuk mendorong mereka kembali menyeberangi sungai,” kata Trehubov.

    Menurut Juru Bicara, banjir di Sungai Oskil tidak diperkirakan terjadi pada musim semi ini.

    “Tidak sekarang. Kemungkinan besar, tidak akan ada banjir. Di satu sisi, bagus juga kalau saljunya sedikit, kalau tidak, sungainya akan tetap beku untuk waktu yang lebih lama, sehingga mereka bisa mengerahkan lebih banyak pasukan. Namun, banjir besar tidak diperkirakan terjadi, dan sungainya tidak akan meluap dan menghanyutkan mereka semua,” Trehubov menambahkan.

    Seperti dilaporkan sebelumnya, di sektor Kupiansk, Pasukan Rusia mencoba mengerahkan pasukan ke tepi barat Sungai Oskil.

    PERANG DI SALJU – Pasukan Ukraina tampak bertempur di salju Kursk, Rusia yang berbatasan dengan Ukraina (Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina)

    Mengapa Sungai Oskil Penting?

    Pravda melansir, Sungai Oskil berfungsi sebagai benteng alami dengan garis pantai yang menantang.

    Menyeberanginya dapat memudahkan pasukan Rusia untuk maju lebih jauh ke wilayah Ukraina.

    “Dari peta DeepState, jelas bahwa penyeberangan Rusia di sungai dan penciptaan pijakan di tepi seberang di Kharkiv Oblast mengancam untuk menempatkan Rusia di belakang posisi Ukraina di kota Kupiansk dari utara,” kata laporan itu.

    Baru-baru ini Rusia berhasil mendapatkan kemenangan menentukan di wilayah Kursk yang diduduki pasukan Ukraina.

    Kursk diserbu pasukan Ukraina dalam serangan mendadak tujuh bulan lalu. Saat itu sebagian wilayah Kursk jatuh ke tangan Ukraina dan pasukan Rusia terpaksa mundur.

    Namun, kali ini situasi berbalik karena pasukan Ukrainalah yang harus mundur. Pertahanan Ukraina di Kota Sudzha yang berada di Kursk sudah jatuh.

    Media Russia Today mengungkapkan strategi Rusia menyerang balik tentara Ukraina di wilayah Kursk.

    Setelah serangan-serangan Ukraina berakhir pada bulan Oktober 2024, pasukannya beralih ke posisi bertahan.

    Pasukan Ukraina secara perlahan mulai kehilangan wilayah yang didudukinya di Kursk.

    Kendali Ukraina atas wilayah itu juga sudah terpecah-pecah dan tidak lagi menjadi ancaman yang harus segera ditangani Rusia.

    RUSIA REBUT WILAYAH – Tangkapan layar dari YouTube DW News pada Rabu (12/3/2025) memperlihatkan wilayah yang kembali direbut Rusia dari pasukan Ukraina. (Tangkapan layar dari YouTube DW News)

    Pada penghujung tahun 2024, Rusia memilih memfokuskan serangan di wilayah Donbass.

    Akan tetapi, pada awal tahun ini Rusia  mulai mengintensifkan serangan ke Sudzha. Ukraina berusaha menguatkan pertahanannya.

    Di sisi lain, Rusia menggunakan strategi yang sangat baik seperti yang digunakan di Donbass. Strategi itu adalah mengepung tentara Ukraina dari tiga penjuru, memutus jalur perbekalan, dan membuat tentara Ukraina tumbang dengan cara perang atrisi.

    Masa titik balik dimulai setelah pada pertengahan Februari kemarin pasukan Rusia berhasil membebaskan Kota Sverdlikovo dan menyeberangi Sungai Lokanya. Rusia berhasil mendapatkan akses ke jalur perbekalan utama pasukan Ukraina dari Sumy ke Kursk.

    Situasi menjadi sangat buruk bagi Ukraina. Laporan Ukraina juga menyebut tentara Rusia unggul jauh.

    “Karena pasukan Rusia kini beroperasi di wilayah Ukraina, perbatasan teritorial menjadi tidak relevan, kebutuhan militer mendikte pergerakan,” kata Russia Today.

    PUTIN – Foto ini diambil pada Kamis (13/3/2025) dari Kepresidenan Rusia memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov (tidak terlihat dalam foto) di pos komando Rusia di Kursk pada Rabu (12/3/2025). (Kremlin)

    Serangan ke Sudzha

    Fase aktif serangan dimulai tanggal 7 Maret. Pasukan Rusia menyerang jalur perbekalan tentara Ukraina dan perlintasan penting sembari melancarkan serangan dari berbagai penjuru.

    Rusia bahkan menyerbu ke perbatasan di selatan untuk memutus jalur perbekalan sekunder ke Sudzha. Meski tentara Rusia kemudian mundur, serangannya sudah menyebabkan kekacauan parah dalam perbekalan Ukraina.

    Berbeda dengan perang panjang di Donbass, perang yang dilakukan Rusia di Sudzha mengutamakan faktor kecepatan, kejutan, dan penghancuran jaringan perbekalan Ukraina secara sistematis.

    Puncak operasi militer adalah “operasi pipa” tanggal 8 Maret. Dalam operasi itu ada 800 tentara Rusia yang merusak rantai perbekalan Ukraina. 

    Pada penghujung hari itu Rusia sudah berhasil menguasai area-area industri penting di utara dan timur Sudzha.

    Sementara itu, pasukan Ukraina berupaya mundur ke arah Sudzha demi menstabilkan garis pertahanan dan memperpanjang pertempuran.

    Akan tetapi, pada tanggal 10 Maret pertahanan Ukraina mulai tampak jatuh. Satuan-satuannya mundur. Beberapa lari ke perbatasan dan meninggalkan peralatan militer.

    Dua hari kemudian pasukan Rusia sudah menguasai zona industri, pinggiran, dan pusat pemerintahan di Sudzha.

    The Moscow Times melaporkan per tanggal 13 Maret, Rusia sudah sukses merebut kembali Sudzha yang diduduki pasukan Ukraina selama 7 bulan.

    “Satuan-satuan pasukan ‘Sever’ membebaskan pemukiman di Meloyov, Podil, dan Sudzha saat serangan,” kata Kementerian Pertahanan Rusia di Telegram.

    PERTEMPURAN DI KURSK – Pasukan Ukraina di Kursk, Rusia, yang berbatasan dengan Ukraina. (Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina)

    Pasukan Ukraina awalnya menduduki wilayah seluas 1.376 km persegi di Kursk setelah melancarkan serangan mendadak pada bulan Agustus tahun lalu.

    Ukraina berharap bisa memanfaatkan Kursk sebagai alat untuk menekan Rusia dalam perundingan perdamaian yang akan datang. Namun, harapan itu tidak terpenuhi.

    Adapun Sudzha adalah satu-satunya pemukiman besar di Kursk yang diduduki Ukraina setelah serangan pada bulan Agustus.

    Oleksander Syrsky, seorang panglima militer top Ukraina, pada hari Rabu mengatakan pertahanan Ukraina nyaris dihancurkan total oleh serangan udara Rusia.

    Dia mengatakan pasukan Ukraina akan berusaha mempertahankan pertahanannya di sisa-sisa wilayah Kursk yang masih diduduki “sepanjang itu cocok dan dibutuhkan”.

    (*)