Negara: Ukraina

  • Investor Panik, Harga Emas Dunia Melonjak Gila-gilaan

    Investor Panik, Harga Emas Dunia Melonjak Gila-gilaan

    Jakarta, Beritasatu.com – Investor global semakin beralih ke emas sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi yang dipicu oleh kebijakan pemerintahan Amerika Serikat (AS) di bawah Donald Trump. Exchange Traded Funds (ETF) emas mengalami lonjakan, memberikan dorongan tambahan bagi reli harga emas dunia yang terus melonjak ke rekor tertinggi.

    Sejak Donald Trump menjabat sebagai presiden AS pada Januari 2025, serangkaian kebijakan kontroversial, seperti tarif perdagangan yang agresif, komentar ingin mencaplok Greenland, dan pendekatan diplomatik yang tidak konvensional dalam menyelesaikan perang di Ukraina telah memicu lonjakan harga emas.

    Dilansir dari Reuters, pada Jumat (14/3/2025), harga emas dunia melonjak ke level tertinggi sepanjang masa pada level US$ 3.004,86 per troy ons. Angka ini mencatat kenaikan 14% sejak awal 2025, setelah sebelumnya meningkat 27% pada 2024.

    Awalnya, dana masuk ke ETF emas didominasi oleh investor Eropa. Namun, analis mencatat ketidakpastian kebijakan kini mulai menarik minat investor AS yang sebelumnya lebih menyukai ekuitas.

    Menurut World Gold Council (WGC), kepemilikan emas dalam ETF yang terdaftar di Eropa meningkat 46,7 metrik ton (naik 3,6%) menjadi 1.334,3 ton sejak awal 2025, kontras dengan periode 2021-2024 yang diwarnai arus keluar besar-besaran.

    “Investor, terutama di Barat, membutuhkan kombinasi pertumbuhan ekonomi yang melambat dan ketakutan pasar saham untuk kembali ke emas. Itulah yang sedang terjadi saat ini,” kata Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank Ole Hansen.

    Sejak 2022, ketika Federal Reserve menaikkan suku bunga, investor mulai meninggalkan emas. Namun, dengan tanda-tanda pelemahan di pasar lain dan ekspektasi pemangkasan suku bunga, mereka kembali beralih ke aset safe haven ini.

    Sejak awal tahun ini, kepemilikan emas dalam ETF di AS telah meningkat 68,1 ton (naik 4,3%) menjadi 1.649,8 ton. Hansen dari Saxo Bank menambahkan, kebijakan Trump berkontribusi pada penurunan saham AS, yang selama ini menjadi magnet bagi dana investor. Akibatnya, emas muncul sebagai alternatif yang lebih menarik, setidaknya dalam jangka pendek.

    Di luar ETF, minat investor ritel terhadap emas juga meningkat. Adrian Ash, kepala riset di BullionVault melaporkan, jumlah pembeli emas pertama kali melonjak pada Februari 2025 ke level tertinggi sejak Mei 2021. Permintaan emas di platform BullionVault melebihi aksi jual pelanggan sebesar 0,2 ton, tertinggi sejak Juni 2023.

    Meskipun lonjakan permintaan mendukung harga emas, analis memperingatkan bahwa pasar mungkin sudah memasuki wilayah jenuh beli.

    “Untuk tetap berada di atas level US$ 3.000 per troy ons, emas perlu melihat peningkatan lebih lanjut dalam permintaan ritel untuk batangan dan koin di Eropa serta Amerika Utara, atau adanya pembelian besar dari bank sentral,” ujar John Reade, ahli strategi pasar di WGC.

    Sejalan dengan harga emas dunia yang melonjak ke level tertinggi, di dalam negeri, harga emas batangan Antam juga pecah rekor pada level Rp 1,742 juta per gram.

  • Utusan Khusus Trump Temui Putin, Rusia Sampaikan ‘Sinyal Tambahan’ soal Gencatan Senjata di Ukraina – Halaman all

    Utusan Khusus Trump Temui Putin, Rusia Sampaikan ‘Sinyal Tambahan’ soal Gencatan Senjata di Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan pada hari Jumat (14/3/2025) bahwa Presiden Vladimir Putin telah mengirim sinyal “tambahan” kepada mitranya Donald Trump.

    “Rusia telah mengirimkan ‘sinyal tambahan’ kepada Presiden AS Donald Trump mengenai usulan gencatan senjata melalui utusan khusus Steve Witkoff,” kata Peskov, dikutip dari Kyiv Independent.

    Putin menyampaikan ‘sinyal tambahan’ ini kepada Trump melalui utusan AS Steve Witkoff saat bertemu dengannya pada Kamis (13/3/2025), malam.

    Peskov mengatakan bahwa Witkoff menemui Putin di Moskow pada larut malam.

    Kunjungan Witkoff ke Moskow adalah untuk menyampaikan rincian rencana gabungan AS-Ukraina terkait gencatan senjata selama 30 hari di Ukraina.

    Tidak hanya itu, dalam pertemuan tersebut, keduanya juga membahas tanggal-tanggal potensial untuk panggilan telepon antara Trump dan Putin.

    Kedatangan Witkoff ke Moskow tepat merupakan salah satu upaya AS untuk mendapatkan persetujuan Rusia soal gencatan senjata di Ukraina.

    Hal ini menyusul kesepakatan antara AS-Ukraina untuk gencatan senjata di Ukraina selama 30 hari.

    Keduanya menyepakati hal tersebut saat dalam pembicaraan di Jeddah pada 11 Maret 2025.

    Dari pembicaraan tersebut, Ukraina menyetujui usulan gencatan senjata sementara selama 30 hari.

    Hal tersebut diungkapkan oleh kedua pihak melalui pernyataan bersama.

    Trump juga berharap Rusia menyetujui kesepakatan ini.

    Setelah AS-Ukraina sepakat menyetujui gencatan senjata 30 hari, Rusia kemudian membuat pernyataan.

    Putin mengatakan bahwa Rusia siap menerima gencatan senjata.

    “Idenya benar dan kami mendukungnya, tetapi ada beberapa pertanyaan yang perlu kita bahas,” katanya, dikutip dari BBC.

    Namun Rusia memberikan sejumlah persaratan.

    Di antaranya, menghentikan mobilisasi, pelatihan militer, dan pengiriman bantuan asing selama gencatan senjata.

    Pernyataan Putin mendapat sambutan positif dari Trump.

    Menurut Trump, pernyataan Putin sangat menjanjikan.

    Akan tetapi, Trump menjelaskan bahwa pernyataan tersebut ‘belum lengkap’.

    “Dia mengeluarkan pernyataan yang sangat menjanjikan tetapi belum lengkap,” kata Trump, yang sedang bertemu dengan kepala NATO Mark Rutte di Gedung Putih, dikutip dari Al-Arabiya.

    Trump menggarisbawahi bahwa kesepakatan gencatan senjata ini harus harus segera terealisasikan.

    “Saya ingin sekali bertemu atau berbicara dengannya. Namun, kita harus segera menyelesaikannya (kesepakatan gencatan senjata),” jelasnya.

    Menurut Trump, apabila Rusia tidak menyetujui kesepatan ini, maka banyak akan kecewa dengan keputusannya.

    “Banyak rincian kesepakatan akhir yang sebenarnya telah dibahas. Sekarang kita akan melihat apakah Rusia ada di sana dan, jika tidak, ini akan menjadi momen yang sangat mengecewakan bagi dunia,” katanya.

    Sementara presiden Volodymyr Zelensky menolak tanggapan Putin.

    Zelenksy menyebut Putin sangat manipulatif.

    “Kini kita semua telah mendengar kata-kata yang sangat mudah ditebak dan sangat manipulatif dari Putin dalam menanggapi gagasan bungkam di garis depan, Dia pada kenyataannya, tengah bersiap untuk menolaknya mulai sekarang,” kata Zelensky.

    Zelensky menuduh Putin tidak menginginkan perang berakhir.

    “Putin takut untuk mengatakan secara langsung kepada Presiden Trump bahwa ia ingin melanjutkan perang ini,” tuding Zelensky, dikutip dari The Guardian.

    Setelah pernyataan Putin dan tanggapan Zelensky, terlihat ketidaksamaan tujuan dari kesepakatan ini.

    Keduanya sama-sama mempertahankan prinsip dan tujuan mereka masing-masing dalam gencatan senjata di Ukraina.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Donald Trump, Vladimir Putin dan Konflik Rusia vs Ukraina

  • Curiga Ukraina Bakal Mobilisasi Pasukan, Putin Ajukan Syarat Ketat untuk Gencatan Senjata 30 Hari – Halaman all

    Curiga Ukraina Bakal Mobilisasi Pasukan, Putin Ajukan Syarat Ketat untuk Gencatan Senjata 30 Hari – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan kesediaannya untuk menerima usulan gencatan senjata sementara selama 30 hari yang diajukan oleh Amerika Serikat (AS) terkait konflik dengan Ukraina.

    Namun, Putin mengajukan sejumlah syarat sebelum kesepakatan ini dapat diterima.

    Dalam konferensi pers bersama Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, Putin menegaskan gencatan senjata harus memberikan solusi untuk akar masalah yang menyebabkan konflik.

    “Idenya sendiri bagus, dan kami mendukungnya, tetapi ada sejumlah masalah yang perlu didiskusikan,” kata Putin, dikutip dari Kyiv Independent.

    Putin mengungkapkan kekhawatirannya bahwa gencatan senjata dapat dimanfaatkan oleh Ukraina untuk memobilisasi pasukan dan menerima pasokan senjata.

    Ia menekankan Rusia akan setuju jika ada jaminan dari Ukraina kalau mereka tidak akan melatih pasukan atau menerima bantuan militer selama periode gencatan senjata.

    Putin juga mempertanyakan siapa yang akan memantau kepatuhan terhadap gencatan senjata.

    “Jika ada pelanggaran dari salah satu pihak, maka bisa memperburuk situasi,” katanya.

    Ia menambahkan pasukan Rusia sedang berusaha memblokir unit-unit besar Angkatan Bersenjata Ukraina di Kursk dan menekankan perlunya perundingan lebih lanjut.

    Respons dari AS dan Ukraina

    Sebelumnya, pada awal Maret 2025, Presiden AS Donald Trump mengusulkan penempatan pasukan perdamaian Eropa di wilayah Ukraina sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

    Usulan ini ditolak Rusia karena dianggap sebagai campur tangan NATO.

    Putin lebih memilih untuk membahas masalah ini langsung dengan AS dan mungkin dengan Trump.

    Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan Rusia tampaknya berusaha menunda perdamaian selama mungkin.

    Sebagai bagian dari upaya gencatan senjata, Ukraina setuju untuk menerima gencatan senjata yang diusulkan oleh AS pada Selasa (11/3/2025), dengan syarat Rusia juga melaksanakannya.

    Perundingan ini diharapkan dapat membawa jalan menuju penyelesaian yang lebih permanen dan damai di Ukraina.

    Rusia Kembali Kuasai 70 persen Kursk

    Selain gencatan senjata, situasi di Kursk juga menjadi perhatian internasional.

    Dalam perkembangan lain yang dilaporkan oleh The Guardian, Rusia berhasil merebut kembali sekitar 70 persen wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Ukraina di Kursk.

    Kursk merupakan bagian dari wilayah yang direbut Kyiv selama penyerbuan Ukraina pada Agustus tahun lalu.

    Menurut Institut Studi Perang yang berbasis di Washington, wilayah yang kini dikuasai Rusia sebelumnya dikuasai Ukraina pada minggu-minggu pertama invasi tersebut.

    Saat ini, Ukraina hanya menguasai kurang dari 200 kilometer persegi di Kursk, sebuah penurunan signifikan dari 1.300 kilometer persegi yang mereka kuasai pada puncak serangan.

    Militer Rusia mengonfirmasi bahwa mereka telah mengambil alih sebagian besar wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Ukraina.

    Tentara Ukraina yang berusaha melarikan diri dari Kursk dilaporkan harus berjalan puluhan kilometer untuk kembali ke wilayah Ukraina.

    Itu pun sambil menghindari patroli dan serangan dari pasukan Rusia yang terus menguasai wilayah tersebut.

    Ukraina Bangun Pertahanan Cepat di Kursk

    Pada Kamis (13/3/2025), militer Ukraina berusaha keras membangun garis pertahanan di dekat perbatasan untuk mencegah Rusia memanfaatkan serangan balasan Sudzha sebagai landasan untuk maju ke wilayah timur laut Ukraina.

    Invasi Ukraina ke Kursk sebelumnya dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian pasukan Rusia dari bagian lain di Ukraina.

    Selain itu, wilayah yang berhasil direbut di Kursk dipandang sebagai alat tawar-menawar bagi Ukraina.

    Ukraina Perintahkan Evakuasi Wajib di Delapan Desa Dekat Perbatasan Kursk

    Pada Kamis (13/3/2025), Ukraina mengumumkan perintah evakuasi wajib terhadap delapan desa yang terletak di dekat perbatasan dengan wilayah Kursk.

    Pemerintahan militer wilayah Sumy mengungkapkan bahwa keputusan evakuasi tersebut diambil karena “memburuknya situasi operasional di wilayah tersebut” dan “penembakan terus-menerus oleh Rusia.”

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Bukan AS, Negara Ini Kini Jadi Musuh Nomor Satu Rusia

    Bukan AS, Negara Ini Kini Jadi Musuh Nomor Satu Rusia

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Moskow dan London kembali bersitegang setelah Rusia mengusir dua diplomat Inggris dalam eskalasi ketegangan terbaru antara kedua negara.

    Pengusiran ini menyusul tuduhan spionase dan tudingan Rusia terhadap Inggris sebagai provokator perang di Ukraina, sementara Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump berusaha menengahi konflik antara Rusia dan Ukraina.

    Ketegangan antara Rusia dan Inggris bukanlah hal baru. Dalam sejarah, keduanya telah beberapa kali bersitegang, terutama selama dua abad terakhir. Namun, dengan perang yang masih berkecamuk di Ukraina sejak 2022, hubungan kedua negara memburuk secara signifikan.

    “London hari ini, seperti pada malam sebelum Perang Dunia, kembali menjadi ancaman utama bagi Rusia,” kata SVR, badan intelijen luar negeri Rusia, dilansir Reuters, Jumat (14/3/2025).

    Salah satu pejabat Rusia bahkan menyebut bahwa Inggris telah menjadi kekuatan penghasut utama di antara negara-negara Barat dalam menentang Rusia. Seorang lainnya menyatakan bahwa “Inggris memicu kekacauan dan perang” di Ukraina.

    Tak hanya itu, Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, dituduh memimpin langkah-langkah agresif terhadap Moskow, terutama setelah berulang kali menyerukan dukungan penuh kepada Ukraina dalam konflik yang sedang berlangsung.

    Sementara itu, Presiden Trump berusaha memperbaiki hubungan dengan Rusia dan mencari jalan damai bagi konflik Rusia-Ukraina, tetapi langkah-langkah London dinilai sebagai penghambat perdamaian.

    Perseteruan Panjang Inggris-Rusia

    Rusia telah lama memiliki hubungan yang bergejolak dengan Inggris, yang kini dipandang sebagai musuh utama oleh Moskow. Menurut pernyataan SVR, Inggris memiliki sejarah panjang dalam memprovokasi dan memperkeruh situasi di kawasan Eropa.

    “London hari ini, seperti pada malam sebelum Perang Dunia, kembali menjadi provokator utama perang dan kekacauan,” ujar pihak SVR.

    Mereka menuding Inggris telah berperan dalam menggagalkan berbagai upaya Trump untuk menengahi konflik Rusia-Ukraina.

    Namun, SVR tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai bagaimana Inggris bertindak sebelum pecahnya dua perang dunia. Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada tahun 2022, konflik ini menjadi yang paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

    Di tengah upaya Rusia dan Amerika Serikat di bawah Trump untuk mencari jalan damai, London tetap menjadi suara paling keras dalam mendesak sanksi terhadap Rusia. Banyak pengamat di Rusia menganggap Inggris sebagai penggerak utama sikap keras Barat terhadap Moskow.

    Hubungan yang Makin Memburuk

    Situasi politik yang semakin panas terlihat jelas dalam langkah-langkah terbaru yang diambil kedua negara. Inggris telah mengusir sedikitnya 10 diplomat Rusia sejak awal perang, sementara Rusia menuduh seorang diplomat Inggris terlibat dalam tindakan “permusuhan” yang bertujuan untuk merusak hubungan kedua negara.

    “Tindakan Inggris benar-benar tidak bisa diterima,” kata seorang pejabat senior Rusia. “Mereka bertingkah seolah-olah bisa mengatur segalanya dan hanya menambah bahan bakar ke dalam api konflik ini.”

    Perdana Menteri Keir Starmer juga dikritik oleh tokoh politik Rusia karena dianggap mencoba menghalangi upaya rekonsiliasi yang diinisiasi oleh Donald Trump. Rusia menilai bahwa Inggris memainkan peran sebagai “musuh nomor satu” dengan mempengaruhi kebijakan negara-negara Barat dalam mengambil sikap terhadap Moskow.

    Sanksi dan Ancaman Balasan dari Rusia

    Selain saling mengusir diplomat, ketegangan semakin meningkat setelah keputusan Uni Eropa untuk membekukan aset Rusia.

    Ketua parlemen Rusia dan sekutu dekat Putin, Vyacheslav Volodin, menyinggung perlunya Rusia untuk menarik kembali uangnya dari Inggris.

    “Inggris sudah meraup banyak keuntungan dari Rusia selama bertahun-tahun. Kini saatnya kita mengambil kembali yang menjadi hak kita,” ujar Volodin.

    Sementara itu, perdagangan antara kedua negara juga menurun drastis akibat konflik geopolitik yang berkepanjangan. Data terbaru menunjukkan bahwa personel kedutaan Inggris di Rusia telah berkurang setidaknya 10 orang sejak awal perang, sebagai akibat dari kebijakan tit-for-tat yang saling diambil kedua negara.

    Di tengah perseteruan ini, beberapa perusahaan besar Inggris, termasuk perusahaan farmasi seperti AstraZeneca dan GlaxoSmithKline, masih beroperasi di Rusia, meskipun semakin banyak suara yang mendesak pembatasan bisnis dengan perusahaan asing yang berasal dari negara-negara yang dianggap bermusuhan oleh Moskow.

    Masa Depan Hubungan Inggris-Rusia

    Dengan meningkatnya sentimen anti-Inggris di Rusia, banyak pengamat yang mulai bertanya-tanya apakah hubungan antara kedua negara dapat diperbaiki. Retorika yang muncul di televisi negara Rusia belakangan ini semakin menunjukkan bahwa Inggris dianggap sebagai ancaman.

    Beberapa komentator bahkan menghidupkan kembali ungkapan lama: “The Englishwoman relieves herself on Russia” yang mencerminkan ketidakpercayaan mendalam terhadap niat London terhadap Moskow.

    Sementara itu, ketegangan antara AS dan Uni Eropa juga meningkat setelah pengenaan tarif 25% pada impor baja dan aluminium oleh Washington, yang memicu ancaman “tindakan balasan” dari Uni Eropa terhadap barang impor AS senilai 26 miliar euro.

    Seorang pejabat Uni Eropa menyatakan bahwa negosiasi dengan AS di tahap ini akan sia-sia.

    “Ini tidak akan menjadi diskusi yang produktif,” ujar pejabat tersebut, menyamakan negosiasi ini dengan “meletakkan ikan busuk di atas meja”.

    (luc/luc)

  • Brigade Artileri Ukraina Diklaim Hancurkan S-400 Rusia, Pakar Singgung Ada Perubahan Strategi – Halaman all

    Brigade Artileri Ukraina Diklaim Hancurkan S-400 Rusia, Pakar Singgung Ada Perubahan Strategi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, KIEV – Media Ukraina diramaikan dengan pemberitaan yang menyebut pasukan dari Brigade Artileri Terpisah ke-43, berhasil menghancurkan sebuah peluncur dari sistem pertahanan udara S-400 milik Rusia.

    Menurut laporan yang diunggah 12 Maret 2025 lalu, unit pengintaian Ukraina berhasil mendeteksi pergerakan peluncur sebelum serangan dilakukan.

    Sumber-sumber Ukraina memperkirakan bahwa biaya dari peralatan yang hancur tersebut melebihi 1 miliar dollar, angka yang terkait dengan sistem S-400 secara keseluruhan.

    Namun, beberapa pihak meragukan apakah angka ini merujuk pada satu peluncur saja atau seluruh baterai.

    Insiden ini memicu diskusi mengenai dampak finansial dan strategis dari kerugian semacam ini dalam konflik Rusia-Ukraina yang kini telah memasuki tahun ketiga.

    Meskipun rincian tentang insiden tersebut masih minim, media Ukraina mengisyaratkan bahwa operasi ini bergantung pada intelijen yang dikumpulkan oleh tim pengintaian brigade yang melacak posisi peluncur.

    Setelah teridentifikasi, unit tersebut mengoordinasikan serangan, meskipun jenis senjata yang digunakan belum diungkapkan.

    Video yang menyertai laporan tersebut menunjukkan ledakan yang diklaim oleh pasukan Ukraina sebagai hasil dari penghancuran peluncur.

    Namun, tanpa data geografis yang tepat atau konfirmasi independen, skala penuh dari peristiwa ini sulit untuk diverifikasi.

    Rusia, untuk bagiannya, belum memberikan komentar resmi mengenai klaim ini, sehingga narasi ini sebagian besar berada di tangan sumber-sumber Ukraina.

    Aspek finansial dari cerita ini menarik perhatian khusus.

    Media Ukraina mengeklaim bahwa kompleks S-400 secara keseluruhan memiliki harga yang melebihi 1 miliar dollar.

    Angka ini sejalan dengan perkiraan yang sering dikutip dalam diskusi mengenai perangkat keras militer Rusia, terutama selama operasi berprofil tinggi atau kesepakatan ekspor.

    Namun, para analis mencatat bahwa angka ini biasanya mencerminkan biaya dari seluruh baterai S-400, yang terdiri dari beberapa peluncur, radar, pos komando, dan rudal, bukan hanya satu komponen seperti peluncur.

    Rusia tidak merilis harga resmi untuk bagian-bagian individu dari sistem tersebut, sehingga setiap perkiraan biaya melibatkan beberapa dugaan.

    Kurangnya transparansi ini memicu perdebatan mengenai apakah klaim Ukraina tentang kerugian senilai satu miliar dollar dapat dipertanggungjawabkan atau jika itu melebih-lebihkan dampak dari penargetan satu bagian dari sistem.

    Untuk memahami lebih jauh, berbagai laporan menunjukkan bahwa sistem S-400 lengkap, termasuk empat hingga delapan peluncur tergantung pada konfigurasinya, berkisar antara 1 miliar hingga 12 miliar dollar.

    Dalam konteks ini, kesepakatan tahun 2017 antara Rusia dan Turki yang melibatkan penjualan empat baterai S-400 seharga 2,5 miliar dollar memberikan gambaran lebih jelas, yang berarti sekitar 625 juta dollar per baterai.

    Jika satu baterai mencakup beberapa peluncur—katakanlah empat hingga delapan—biaya satu peluncur beserta rudal dan peralatan pendukungnya mungkin berkisar antara 100 juta hingga 300 juta dollar.

    Kisaran ini, meskipun kasar, menunjukkan bahwa perkiraan Ukraina mungkin membesar-besarkan kerugian kecuali komponen tambahan juga terkena dampak dalam serangan tersebut.

    Memahami S-400 itu sendiri menjelaskan mengapa harga dan penghancurannya sangat penting.

    S-400 Triumf, yang dikenal NATO sebagai SA-21 Growler, adalah sistem rudal permukaan ke udara jarak jauh yang dirancang untuk menghadapi berbagai ancaman udara.

    Sebuah baterai biasanya mencakup beberapa komponen kunci, termasuk pos komando 55K6E, radar deteksi 91N6E Big Bird, dan peluncur yang biasanya merupakan model 5P85TE2 atau 5P85SE2.

    Dengan struktur yang kompleks ini, kehilangan satu peluncur tidak akan menonaktifkan seluruh baterai, tetapi dapat mengurangi kapasitasnya, terutama jika suku cadang atau rudal sulit didapat.

    Kerugian S-400 di Ukraina, setidaknya menurut laporan Ukraina, bukanlah hal baru.

    Sejak perang dimulai pada Februari 2022, Kyiv telah mengklaim beberapa serangan terhadap sistem ini.

    Pada Agustus 2023, badan intelijen Ukraina melaporkan penghancuran peluncur S-400 di Krimea menggunakan rudal Neptune yang dimodifikasi, momen yang terekam dalam rekaman drone yang memperlihatkan bola api besar.

    Sebulan kemudian, serangan lain di dekat Yevpatoria diduga melumpuhkan radar, lagi-lagi di Krimea.

    Pada November 2023, Kementerian Pertahanan Inggris memperkirakan bahwa Ukraina kemungkinan telah menghancurkan sedikitnya empat sistem S-400 dalam satu minggu, tiga di antaranya di wilayah Luhansk.

    Baru-baru ini, pada Mei 2024, pasukan Ukraina mengklaim telah menyerang dua peluncur di dekat Donetsk menggunakan rudal ATACMS yang dipasok AS.

    Jika akurat, insiden ini menunjukkan pola penargetan aset S-400, meskipun jumlah totalnya—kadang-kadang disebut sebanyak 31 oleh sumber Ukraina—masih belum diverifikasi oleh pengamat independen.

    Peran sistem dalam konflik ini menggarisbawahi nilai dan kerentanannya.

    Rusia mengerahkan S-400 untuk melindungi area-area penting, seperti Krimea atau zona garis depan, dari pesawat, pesawat nirawak, dan rudal Ukraina.

    Di awal perang, sistem ini membatasi angkatan udara Ukraina, memaksa pilot untuk terbang rendah atau menghindari beberapa wilayah sama sekali.

    Jangkauannya yang panjang—hingga 400 kilometer dengan rudal yang tepat—memungkinkannya untuk mencakup wilayah yang sangat luas, melindungi pangkalan, jalur pasokan, dan kota.

    Namun, Ukraina telah beradaptasi, menggunakan pesawat nirawak untuk menemukan target dan senjata jarak jauh seperti rudal ATACMS atau Storm Shadow untuk menyerang dari jauh.

    Jika berhasil, serangan ini mengungkap celah dalam jaringan pertahanan udara Rusia, yang berpotensi mengurangi tekanan pada operasi darat Ukraina atau membuka jalan bagi serangan yang lebih dalam.

    Namun, desain berlapis S-400 berarti satu kali kehilangan tidak akan menghancurkan sistem. Hanya “pukulan” bukan kekalahan telak.

    Para pakar Barat telah mengamati hal ini dengan saksama, dan memberikan pandangan yang beragam tentang kinerja S-400.

    David Hambling, seorang analis militer Inggris, mencatat pada tahun 2023 bahwa meskipun sistem tersebut awalnya menghambat operasi udara Ukraina, kehilangannya baru-baru ini menandakan adanya perubahan.

    Ia menyarankan kepada Newsweek bahwa kemampuan Ukraina untuk menargetkan S-400 mungkin mencerminkan kecanggihan yang berkembang dalam taktik Kyiv, yang mungkin dibantu oleh intelijen NATO.

    Sidharth Kaushal, dari Royal United Services Institute di London, mengatakan kepada media yang sama bahwa harga setiap baterai sebesar $200 juta membuat penghancurannya menjadi kemunduran yang mahal bagi Rusia, meskipun dapat diganti.

    Sementara itu, Bulgarian Military berpendapat bahwa S-400 tetap tangguh tetapi tidak terkalahkan.

    Mereka menunjukkan bahwa tanpa sistem jarak pendek seperti Pantsir atau Buk untuk menjaganya, S-400 kesulitan menghadapi rudal atau pesawat nirawak yang terbang rendah—kelemahan yang dieksploitasi Ukraina dengan alat seperti ATACMS.

    Pandangan ini sejalan dengan beberapa penilaian AS, yang melihat sistem tersebut canggih tetapi bergantung pada jaringan yang lebih luas untuk bersinar.

    Perbandingan dengan sistem Patriot Amerika sering muncul. Mattias Eken, pakar pertahanan rudal di RAND Corporation, mengatakan kepada Business Insider pada tahun 2024 bahwa kemampuan S-400 menyaingi Patriot, tetapi kerugiannya di Ukraina mengisyaratkan kelemahan operasional.

    Tidak seperti Patriot, yang telah menjatuhkan rudal Rusia tanpa kerugian yang dikonfirmasi dalam perang ini, S-400 telah diserang berulang kali, setidaknya demikian menurut klaim Ukraina. 

    Mick Ryan, pensiunan jenderal Australia, menggemakan hal ini, yang menunjukkan pendekatan sistematis Ukraina—menggabungkan tipu daya, pesawat nirawak, dan serangan presisi—telah mengalahkan pertahanan Rusia.

    Pendapat ini tidak mengabaikan kekuatan S-400, tetapi menyoroti bagaimana pertempuran di dunia nyata menguji bahkan teknologi terbaik secara berbeda dari yang diprediksi dalam lembar spesifikasi.

    Saat perang terus berlanjut, S-400 tetap menjadi hotspot. 

    Kehancurannya, baik satu peluncur atau banyak, membawa dampak yang lebih besar daripada sekadar uang—setiap kerugian membentuk kembali keseimbangan medan perang.

    Serangan terbaru, yang diklaim oleh Brigade ke-43, sesuai dengan pola ini. Bukti video, estimasi biaya, dan pernyataan Ukraina menggambarkan serangan berisiko tinggi, tetapi pertanyaan tetap ada.

    Invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022

    Pada akhir Februari 2022, Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina, yang meningkatkan konflik yang telah memanas sejak aneksasi Krimea pada tahun 2014.

    Serangan awal menargetkan kota-kota besar Ukraina seperti Kyiv, Kharkiv, dan Mariupol, dengan pasukan Rusia yang mengincar kemenangan cepat.

    Namun, perlawanan militer dan sipil Ukraina terbukti tangguh secara tak terduga, yang menyebabkan perang kota dan parit yang berkepanjangan.

    Sanksi internasional segera dijatuhkan kepada Rusia, dan negara-negara NATO meningkatkan dukungan militer ke Ukraina, yang secara signifikan mengubah dinamika konflik.

  • Angka Harapan Hidup di Rusia Terjun Bebas, Ini Biang Keroknya

    Angka Harapan Hidup di Rusia Terjun Bebas, Ini Biang Keroknya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Angka harapan hidup di Rusia telah menurun dalam hampir 7 bulan terakhir. Alexey Raksha, demografer Rusia khusus statistik fertilitas dan mortalitas, mengatakan bahwa hal itu disebabkan oleh dua hal, yakni perang dan alkohol.

    “Tidak ada alasan untuk penurunan tersebut, kecuali perang dan alkohol yang kuat,” kata Raksha, seperti dikutip Newsweek pada Jumat (14/3/2025). “Bahkan lebih rendah dari yang saya kira.”

    Menurut data awal dari Rosstat, tahun lalu, harapan hidup Rusia turun hampir tujuh bulan dari 73,41 tahun pada tahun 2023 menjadi 72,84 tahun.

    Ia berpendapat bahwa konsumsi alkohol telah meningkat selama tahun-tahun perang, tetapi ia menganggap masalah tersebut “lebih disebabkan” oleh “peraturan pemerintah yang merugikan”. Raksha tidak yakin ada cukup peraturan tentang alkohol yang kuat.

    Di sisi lain, jika penurunan angka harapan hidup di Rusia memang disebabkan oleh perang, setidaknya hal itu mengungkap salah satu dari banyak dampak perang yang mematikan tersebut.

    Tahun lalu, pasukan Rusia yang berperang melawan Ukraina menderita jumlah korban tertinggi sepanjang tahun sejak dimulainya invasi skala penuh Vladimir Putin, menurut Kyiv.

    Terakhir kali terjadi penurunan yang lebih signifikan adalah pada tahun 2020, ketika pandemi Covid-19 melanda. Antara tahun 2020 dan 2021, harapan hidup turun dari 73,34 tahun menjadi 70,06 tahun.

    Ketika Presiden Rusia Vladimir Putin menjabat untuk kelima kalinya pada Mei 2024, ia mengatakan bahwa salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan harapan hidup di Rusia menjadi 78 tahun pada tahun 2030.

    Moskow telah memberlakukan beberapa pembatasan pada alkohol tetapi para pemimpin sebelumnya, termasuk pemimpin Soviet, telah mencoba mengubah kebiasaan minum alkohol di Rusia dengan keberhasilan yang terbatas.

    Sementara itu, dalam konteks perang, Putin mengatakan pada Kamis bahwa Rusia pada prinsipnya setuju dengan usulan gencatan senjata Amerika Serikat, tetapi beberapa ketentuan utama masih perlu dinegosiasikan. Ia menekankan bahwa setiap kesepakatan harus mengarah pada perdamaian abadi dan mengatasi akar penyebab konflik.

    (luc/luc)

  • Senjata Makan Tuan! Penyerang SPKLU Tesla Malah Terbakar Sendiri

    Senjata Makan Tuan! Penyerang SPKLU Tesla Malah Terbakar Sendiri

    Jakarta

    Gelombang protes yang menyasar mobil listrik Tesla beserta infrastrukturnya terus memanas. Sejak Elon Musk mendapat jabatan di pemerintah dan sederet sikap politiknya, aksi vandalisme hingga perusakan terhadap mobil Tesla meningkat.

    Seperti diketahui, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunjuk CEO Tesla Elon Musk memimpin Departemen Efisiensi Pemerintahan atau Department of Government Efficiency (DOGE). Agensi ini disebut sudah memangkas ribuan pekerja sejak didirikan pada bulan Januari, demikian seperti dikutip dari CBSNews.

    Serangan terhadap kendaraan Tesla dan infrastrukturnya semakin marak. Sebanyak tujuh stall SPKLU Supercharger Tesla di Massachusetts dibakar. Kali ini juga terjadi pembakaran infrastruktur Supercharger di Carolina Selatan.

    Namun, seperti dikutip Carscoops, penyerang dalam kasus ini mendapat kejutan yang tidak menyenangkan. Penyerang SPKLU Tesla itu malah terbakar saat melakukan penyerangan.

    Menurut Kepolisian North Charleston, pria itu memulai serangannya dengan menyemprotkan cat bertuliskan ‘Hidup Ukraina’ dan pesan kasar yang ditujukan kepada Presiden Donald Trump. Ia kemudian melemparkan botol bir yang menyala, yang tampaknya merupakan bom molotov buatan sendiri, ke stasiun pengisian daya Tesla.

    Pihak berwenang setempat mengatakan, ketika pria itu melemparkan botol-botol ini, pakaian di punggungnya terbakar. Menurut para saksi, orang itu kemudian dengan cepat berlari dari tempat parkir.

    Belum diketahui bagaimana kelanjutannya. Dikutip Associated Press, juru bicara Kepolisian North Charleston Harve Jacobs mengatakan belum ada penangkapan yang dilakukan. Dia juga mengatakan penyelidikan telah diserahkan kepada Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api, dan Bahan Peledak federal.

    Maraknya serangan ini membuat pemilik mobil Tesla juga panik. Para pengguna mobil Tesla mengganti logo dengan merek lain. Salah satu contohnya Cybertruck menggunakan merek Toyota, seperti pada model Hilux.

    Ada juga gambar Tesla Model S yang dipasang logo Mazda di bagian belakang. Kemudian Tesla Model 3 dengan lencana Honda, dan Model 3 lainnya dengan empat cincin ala Audi yang ditempel di bagasi.

    (rgr/dry)

  • Putra Mahkota Arab Saudi Telepon Putin, Dorong Solusi Damai Perang Rusia-Ukraina – Halaman all

    Putra Mahkota Arab Saudi Telepon Putin, Dorong Solusi Damai Perang Rusia-Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman melakukan panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (13/3/2025).

    Dalam panggilan telepon tersebut, keduanya tampak membicarakan berbagai hal.

    Mulai dari kerja sama kedua negara hingga solusi perdamaian konflik Rusia-Ukraina.

    MBS menekankan akan selalu mendukung apa pun itu dengan tujuan mengakhiri perang di Ukraina.

    “Komitmen Arab Saudi untuk memfasilitasi dialog dan mendukung semua inisiatif yang bertujuan mencapai resolusi politik,” terang kementerian luar negeri yang mengutip pernyataan MBS, dikutip dari NDTV.

    Pembicaraan ini menyusul pertemuan pejabat Ukraina dan AS pada hari Selasa (11/3/2025) di Jeddah.

    Kedua negara tersebut membahas usulan gencatan senjata Ukraina-Rusia.

    Dari pembicaraan tersebut, Ukraina menyetujui usulan gencatan senjata sementara selama 30 hari.

    Hal tersebut diungkapkan oleh kedua pihak melalui pernyataan bersama.

    Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengatakan kepada wartawan bahwa kesepakatan itu dicapai setelah negosiasi berjam-jam antara pejabat Amerika dan Ukraina di Jeddah, Arab Saudi.

    “Hari ini, kami mengajukan tawaran yang diterima Ukraina, yaitu untuk melakukan gencatan senjata dan negosiasi segera guna mengakhiri konflik ini dengan cara yang bertahan lama dan berkelanjutan serta memperhitungkan kepentingan, keamanan, dan kemampuan mereka untuk maju sebagai sebuah negara,” kata pejabat tinggi urusan luar negeri Donald Trump, dikutip dari Yahoo News.

    Rubio berharap Rusia juga sepakat terkait gencatan senjata ini.

    “Dan mudah-mudahan kami akan menyampaikan tawaran ini kepada Rusia, dan kami berharap mereka akan mengatakan ya, bahwa mereka akan mengatakan ya untuk perdamaian,” tambah Rubio. 

    Tak hanya Rubio, Zelensky juga mengonfirmasi kesepakatan tersebut melalui X.

    Menurut Zelensky, saat ini adalah tugas AS untuk meyakinkan Rusia.

    “Kini, giliran Amerika Serikat untuk meyakinkan Rusia agar melakukan hal yang sama,” kata Zelensky dalam pernyataan terpisah tentang X.

    “Jika Rusia setuju, gencatan senjata akan segera berlaku,” tambahnya.

    Dalam pernyataan terpisah, Zelensky mengatakan cakupan apa saja dalam kesepakatan gencatan senjata tersebut.

    “Usulan gencatan senjata akan membentuk gencatan senjata penuh selama 30 hari, tidak hanya terkait rudal, drone, dan bom, tidak hanya di Laut Hitam, tetapi juga di sepanjang garis depan,” jelas Zelensky.

    Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa keputusan ada di tangan Rusia.

    “Bola ada di tangan Rusia,” kata Trump pada hari Selasa (11/3/2025), dikutip dari LBC.

    Respons Putin atas Usulan Gencatan Senjata di Ukraina

    Presiden Rusia menanggapi rencana gencatan senjata selama 30 hari, yang disetujui Ukraina awal minggu ini setelah pembicaraan dengan AS.

    Putin mengatakan ia setuju dengan ide yang diajukan terkait gencatan senjata di Ukraina.

    Namun tidak langsung menerima, Putin justru mengajukan beberapa syarat.

    “Idenya benar dan kami mendukungnya, tetapi ada beberapa pertanyaan yang perlu kita bahas,” katanya, dikutip dari BBC.

    Saat ini yang dibutuhkan menurut Putin adalah membicarakan syarat-syarat tersebut dengan mitranya, Trump.

    “Saya pikir kita perlu membicarakannya dengan rekan dan mitra Amerika kita dan, mungkin, menelepon Presiden Trump dan membahasnya dengannya,” kata Putin, dikutip dari AP News.

    Menurut Putin, gencatan senjata harus menghasilkan perdamaian yang abadi.

    “Kami setuju dengan usulan untuk menghentikan pertempuran, tetapi kami berasumsi bahwa gencatan senjata akan menghasilkan perdamaian abadi dan menghilangkan akar penyebab krisis,” tegasnya.

    Putin mengatakan tampaknya AS membujuk Ukraina untuk menerima gencatan senjata dan bahwa Ukraina tertarik karena situasi medan perang, khususnya di Kursk.

    Putin kemudian mempertanyakan apa yang terjadi jika gencatan senjata diberlakukan di Ukraina.

    “Akankah semua yang ada di sana keluar tanpa perlawanan? Atau akankah pimpinan Ukraina memerintahkan mereka untuk meletakkan senjata dan menyerah?,” tanyanya.

    Atas pernyataan kedua belah pihak ini, justru menunjukkan perbedaan tujuan dan prinsip antar keduanya.

    Sehingga ini menjadi pertanyaan besar bagaimana kesepakatan gencatan senjata akan terwujud.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Putra Mahkota Arab Saudi, Vladimir Putin dan Konflik Rusia vs Ukraina

  • Elon Musk Tukang Bohong, Bukti Terbaru Bikin Geleng Kepala

    Elon Musk Tukang Bohong, Bukti Terbaru Bikin Geleng Kepala

    Jakarta, CNBC Indonesia – Peneliti keamanan siber ragu dengan klaim adanya serangan hacker pada X yang membuat platform itu lumpuh awal minggu ini. Menurut pakar, hanya ada sedikit bukti dari klaim yang disebut pemilik X, Elon Musk.

    Tak lama setelah X lumpuh, Musk mengatakan adanya serangan DDoS pada platform miliknya. Tak lama kemudian dalam sebuah wawancara, dia juga mengatakan serangan melibatkan alamat IP dari Ukraina.

    Musk tak pernah memberikan bukti dari dua klaim tersebut. Pernyataan sebaliknya diungkap laporan Wired yang berasal dari peneliti keamanan.

    Pakar itu mengatakan hanya ada sedikit bukti alamat IP Ukraina terkait serangan DDoS. Bahkan negara tersebut tidak masuk dalam 20 negara teratas yang terlibat.

    Bahkan laporan yang sama mengatakan X tidak sengaja membuat platformnya rentan akan serangan DDos. Pernyataan ini berbeda dengan klaim Musk yang menyebut melibatkan banyak sumber daya mengurusi hal tersebut, dikutip dari Engadget, Jumat (14/3/2025).

    “Server asli X, yang merespon permintaan web, tidak sepenuhnya aman dibalik proteksi DDoS Cloudflare milik perusahaan dan sangat terbuka,” kata laporan tersebut.

    Hal inilah yang menyebabkan penyerang bisa melakukan serangan bertarget secara langsung. X disebut telah melakukan pengamanan untuk server tersebut.

    Klaim adanya serangan siber bukan pertama kali disebutkan Musk. Tahun lalu dia pernah menyalahkan serangan DDoS juga karena mengacaukan siaran langsung dengan Donald Trump yang tengah berkampanye sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).

    (fab/fab)

  • Drone Ukraina Hantam Fasilitas Energi-Penyimpanan Rudal di Rusia

    Drone Ukraina Hantam Fasilitas Energi-Penyimpanan Rudal di Rusia

    Jakarta

    Drone-drone Ukraina menghantam fasilitas-fasilitas energi dan sebuah fasilitas penyimpanan rudal di Rusia. Demikian dilaporkan sumber keamanan di Ukraina pada hari Jumat (14/3), sementara serangan udara Rusia melukai beberapa orang di Ukraina.

    Sumber di Ukraina tersebut mengatakan bahwa drone-drone yang dikirim oleh Dinas Keamanan Ukraina (SBU) telah menyerang sistem kompresor gas di wilayah Rusia barat, Tambov dan Saratov.

    Dilansir kantor berita AFP, Jumat (14/3/2025), sumber tersebut menambahkan bahwa drone-drone Ukraina juga menyerang gudang penyimpanan rudal yang digunakan untuk sistem pertahanan udara Rusia, S-300 dan S-400.

    “SBU melakukan operasi khusus yang berhasil di wilayah musuh, yang menyebabkan kerugian besar bagi anggaran Rusia, mengurangi kemampuannya untuk membiayai perang melawan Ukraina dan potensi militer tentara Rusia,” kata sumber tersebut dalam komentar tertulis.

    Sementara itu, wali kota Moskow mengatakan sistem pertahanan udara Rusia telah menembak jatuh empat drone Ukraina yang menuju ibu kota Rusia tersebut.

    Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan Ukraina telah meluncurkan 28 drone pada Kamis (13/3) malam, dibandingkan lebih dari 300 drone pada dini hari Selasa lalu, ketika tiga orang tewas.

    Gubernur wilayah Krasnodar, Rusia selatan mengatakan sebuah serangan Ukraina telah memicu kebakaran di kilang minyak di kota resor Laut Hitam, Tuapse.

    Sebuah tangki bahan bakar yang berisi hingga 20.000 ton produk minyak terbakar di kilang tersebut, kata para pejabat.

    Otoritas Ukraina mengatakan Rusia telah menyerang Ukraina dengan 27 drone semalam, sebagian kecil dari jumlah drone yang biasanya dikirim, dengan beberapa serangan baru-baru ini melibatkan lebih dari 100 drone.

    Otoritas di wilayah Kharkiv, Ukraina timur mengatakan delapan orang terluka akibat serangan Rusia semalam.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu