Negara: Ukraina

  • Kegetiran Saksi Mata Terakhir dalam Peringatan Kekejaman di Kamp Nazi

    Kegetiran Saksi Mata Terakhir dalam Peringatan Kekejaman di Kamp Nazi

    Jakarta

    Ketika tim penyelamat akhirnya tiba di kamp konsentrasi Sachsenhausen, Jerman, mereka menemukan sekitar 3.000 tahanan, perawat, dan dokter.

    Namun, bagi sekitar 300 tahanan lainnya, pembebasan pada tanggal 22 April 1945 oleh pasukan Polandia dan Soviet berakhir dengan tragis: Tak lama setelahnya, mereka meninggal dunia akibat perlakuan bengis NAZI.

    30.000 tahanan dipaksa mengikuti pawai kematian

    Evakuasi dari kamp konsentrasi yang terletak di utara Berlin dimulai sehari sebelumnya. Lebih dari 30.000 tahanan diarak dalam apa yang dikenal sebagai Pawai Kematian (Todesmarsch)– perjalanan mematikan yang dipaksakan oleh NAZI terhadap para tahanan kamp konsentrasi pada akhir Perang Dunia II, menuju ke kamp-kamp lainnya.

    Beberapa ribu orang tidak selamat dari penderitaan yang mereka alami. Antara tahun 1936 dan 1945, setidaknya 200.000 orang dari sekitar 40 negara telah dijebloskan ke dalam kamp konsentrasi Sachsenhausen dan sejumlah kamp yang ada di sekitarnya.

    Pada akhir Perang Dunia Kedua, puluhan ribu orang tewas—baik akibat kelaparan, penyakit, penganiayaan, eksperimen medis, maupun kerja paksa.

    Pada musim gugur tahun 1941 saja, setidaknya 10.000 tawanan perang asal Soviet, termasuk banyak orang Yahudi, dibunuh di fasilitas khusus yang dilengkapi dengan tembakan di tenggorokan atau dengan gas di dalam truk-truk yang dimodifikasi.

    Sachsenhausen memiliki posisi yang sangat penting, baik sebagai model kamp maupun pusat pelatihan yang berada di sekitar ibu kota Reich, Berlin. Sejak tahun 1938, kantor pusat administrasi untuk seluruh sistem kamp konsentrasi ditempatkan di sana.

    Sebagai bagian dari peringatan 80 tahun pembebasan tawanan di kamp ini, enam penyintas—tiga perempuan dan tiga pria—akan kembali ke Sachsenhausen pada akhir April dan awal Mei.

    Pada tahun-tahun terakhir perang, mereka dideportasi kala masih bocah dan remaja ke kamp konsentrasi pusat atau ke salah satu subkampnya.

    Lima dari penyintas tersebut berasal dari Polandia, sementara Mykola Urban dari Ukraina, yang lahir di Kharkiv pada tahun 1924, adalah yang tertua di antara mereka, dengan usia mencapai 100 tahun.

    Ia akan menghadiri upacara peringatan untuk pertama kalinya dan akan melakukan perjalanan dari Swiss, tempat ia dievakuasi setelah dimulainya perang agresi Rusia terhadap tanah airnya.

    Sebuah percakapan publik dengan Urban sebagai saksi kontemporer direncanakan untuk digelar pada tanggal 30 April di Berlin.

    Urban mendukung perjuangan partisan selama Perang Dunia II dan dideportasi ke kamp konsentrasi Sachsenhausen pada tahun 1942. Di subkamp Falkensee, orang-orang di Deutsche Maschinen AG (DEMAG) menyiksanya sebagai pekerja paksa dalam produksi tank.

    Menjelang akhir perang, ia berhasil kabur bersama dua rekannya. Ketiganya kemudian bergabung dengan resimen Tentara Merah Soviet yang turut serta dalam Pertempuran Berlin pada bulan Mei 1945.

    Bagi para penyintas, ini mungkin kunjungan terakhir mereka

    Kunjungan ke Sachsenhausen ini mungkin merupakan yang terakhir bagi Urban dan para saksi lanjut usia lainnya.

    Pemikiran ini telah lama menghantui Direktur Yayasan Peringatan Brandenburg, “Stiftung Brandenburgische Gedenksttten”, Axel Decroll. Mengingat sebagian besar penyintas kamp konsentrasi kini telah tiada, ia berkata, “Mereka sering berada di samping kami, seperti sahabat ayah dan ibu. Bagi kami, ini adalah titik balik yang sangat mendalam, karena orang-orang ini hampir tidak ada lagi di sini.”

    Untuk mendekatkan diri pada sejarah bekas kamp konsentrasi seperti Sachsenhausen atau kamp konsentrasi perempuan Ravensbrck, tempat-tempat peringatan menyelenggarakan kegiatan seni dan musik selama bertahun-tahun, serta lokakarya untuk kalangan muda.

    “Hal ini sangat penting, karena selain metode pedagogi tradisional dan format pameran klasik, budaya dapat membangun jembatan, mendobrak hambatan, dan meraih orang-orang yang sudah memiliki minat (pada sejarah),” ujar Drecoll, berbagi pengalamannya.

    NAZI mengubah tahanan menjadi angka

    Katrin Grber, yang merupakan cucu dari seorang tahanan di Sachsenhausen, kini menjabat sebagai ketua organisasi peringatan “Frderverein der Gedenksttte” dan museum terkait.

    Ketika lagu-lagu yang pernah ditulis oleh narapidana kamp konsentrasi dinyanyikan dalam acara resmi, para generasi-generasi selanjutnya pun turut terharu.

    “NAZI mengubah para tahanan menjadi angka-angka, namun mereka tetaplah manusia. Lagu-lagu tersebut dapat membantu kita untuk membayangkan orang-orang yang menyanyikannya,”ujar Katrin Grber.

    Kakeknya, Heinrich, adalah seorang pendeta dan anggota Gereja Pengakuan (Bekennende Kirche), yang menentang rezim Sosialis Nasional,NAZI.

    Karena keberaniannya dalam memperjuangkan orang-orang beragama Yahudi, ia dijebloskan ke Sachsenhausen pada tahun 1940 dan kemudian dipindahkan ke kamp konsentrasi Dachau.

    Hubungan keluarga dengan korban kamp konsentrasi

    Sang cucu sempat hidup hingga kakeknya meninggal pada tahun 1975. Melalui cerita sejarah keluarganya, ia dapat menghubungkan masa lalu dengan masa kini.

    Dari kakeknya, Heinrich, ia mengetahui bahwa sang kakek menunjukkan solidaritas kepada sesama tahanan di kamp konsentrasi, namun juga merasakannya sendiri. “Dia hampir mati, tetapi diselamatkan oleh sesama tahanan komunis,” kata cucunya.

    “Itulah sesuatu yang selalu bisa kita kenang di masa kini,” papar Katrin Grber, mengenang tragedi kemanusiaan yang dialami keluarganya. Ia berharap dapat mendiskusikan hal ini dengan para keturunan korban-korban NAZI lainnya saat peringatan 80 tahun pembebasan Sachsenhausen.

    “Kami berharap agar terjalin kontak yang lebih erat lagi setelah hari itu dan agar pertemuan seperti ini dapat diselenggarakan setiap tahun,” ujar ketua kelompok pendukung peringatan tersebut.

    Kritik terhadap perdebatan saat ini mengenai migrasi dan pengungsi

    Menurut Katrin Grber, nilai tempat-tempat autentik seperti Sachsenhausen tidak dapat dianggap remeh: “Tempat-tempat ini menyampaikan pengetahuan, meletakkan nasib individu dalam konteks yang lebih luas. Dan tempat-tempat ini memungkinkan pengunjung untuk merasakan kedalaman sejarahnya,” jelasnya.

    Ia juga menyampaikan keprihatinannya mengenai pergeseran politik yang semakin ke kanan di Jerman. “Bagi saya, salah satu pelajaran sejarah adalah bahwa manusia tidak boleh dikecualikan atau dijadikan kambing hitam. Itulah sebabnya perdebatan saat ini mengenai pengungsi sangat menyakitkan bagi saya.”

    Koalisi pemerintahan baru antara Partai Demokratik Kristen (CDU/CSU) dan Partai Sosial Demokrat (SPD) baru-baru ini sepakat dalam perjanjian koalisi mereka untuk memperketat kebijakan suaka secara drastis.

    Selain itu, partai ekstremis sayap kanan Alternatif untuk Jerman AfD telah berulang kali memprovokasi sentimen anti-imigran, baik terhadap penduduk lokal yang berasal dari luar negeri maupun terhadap orang-orang yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan.

    AfD tidak diperbolehkan meletakkan karangan bunga di Sachsenhausen

    Axel Drecoll juga menyampaikan keprihatinannya terhadap arah perkembangan demokrasi yang semakin terancam di banyak belahan dunia.

    Inilah salah satu alasan mengapa tantangan besar sedang kita hadapi, demikian menurut Direktur Yayasan Peringatan Brandenburg, Drecoll.

    Ia mengungkapkan bahwa AfD tidak akan diperbolehkan untuk meletakkan karangan bunga dalam acara peringatan pembebasan kamp konsentrasi Sachsenhausen. “Kami tidak akan membiarkan AfD melakukan hal itu,” kata Drecoll dengan tegas.

    Namun, pandangannya tidak hanya terfokus pada peringatan pembebasan kamp konsentrasi pada bulan April 1945.

    Pada tahun yang sama, bekas kamp konsentrasi Sachsenhausen diubah menjadi kamp khusus oleh Uni Soviet, yang telah menang dalam Perang Dunia II. Rezim kejam NAZI digantikan oleh pemerintahan teror komunis.

    Peringatan kamp khusus Soviet

    Sampai kamp penggantinya dibubarkan pada tahun 1950, sekitar 60.000 orang dibui. Sebagian besar adalah kaum NAZI, tetapi juga terdapat penentang rezim baru dan orang-orang yang ditahan tanpa peradilan. Sekitar 12.000 dari mereka meninggal karena kelaparan dan penyakit.

    Babak sejarah Sachsenhausen ini juga akan diperingati dengan acara peringatan dan pameran di awal September.

    Artikel ini pertama kali terbit di DW Jerman

    Diadaptasi oleh: Ayu Purwaningsih

    Editor: Hendra Pasuhuk

    Melihat Siluet Tentara di Pantai Inggris untuk Peringati 80 Tahun Pendaratan D-Day:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.155: Jawab Putin, Zelensky Siap Negosiasi dalam Format Apa Pun – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.155: Jawab Putin, Zelensky Siap Negosiasi dalam Format Apa Pun – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-1.155 pada Rabu (23/4/2025).

    Setidaknya tiga serangan terjadi di Kharkiv dan menyebabkan kebakaran, menurut laporan Wali Kota Igor Terekhov pada pukul 01.34 waktu setempat.

    Sementara itu di Kyiv, serangan udara dilaporkan terjadi pada pukul 01.03 waktu setempat.

    Peringatan serangan udara telah dicabut di Kyiv pada pukul 02.20 waktu setempat, menurut laporan militer Ukraina, seperti diberitakan Suspilne.

    Sebelumnya, militer Ukraina melaporkan serangan pesawat nirawak Rusia semalam di Ukraina timur, selatan, dan tengah merusak infrastruktur sipil dan bisnis di wilayah Poltava serta melukai dua warga sipil di wilayah Odesa. 

    Unit pertahanan udara juga dikerahkan di wilayah Kyiv dan di kota terbesar kedua Ukraina, Kharkiv.

    Selama 24 jam terakhir, Rusia menyerang kawasan permukiman di Kota Myrnograd, Ukraina timur, dengan pesawat nirawak, menewaskan tiga orang dan melukai dua orang. 

    Ukraina Panggil Dubes China usai Warga Tiongkok Dituduh Kerja di Pabrik Drone Rusia

    Kementerian luar negeri Ukraina telah memanggil duta besar Beijing setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan warga negara Tiongkok bekerja di lokasi produksi pesawat nirawak di Rusia.

    Zelensky juga menuduh Rusia mungkin menggunakan teknologi Tiongkok yang mereka curi.

    “Saya meminta Dinas Keamanan Ukraina untuk mentransfer informasi yang lebih luas ke pihak Tiongkok mengenai warga negara Tiongkok yang bekerja di pabrik pesawat nirawak tersebut. Kami percaya bahwa mungkin saja Rusia mencuri – membuat perjanjian dengan warga negara tersebut di luar perjanjian dengan pimpinan Tiongkok – mencuri teknologi ini,” kata Zelensky.

    Ukraina Minta China Berhenti Dukung Rusia

    Duta Besar Beijing, Ma Shengkun, dipanggil atas tuduhan Ukraina yang juga memberikan bukti warga negara Tiongkok yang bertempur di tentara Rusia.

    “Wakil menteri luar negeri (Ukraina) Yevhen Perebyinis menekankan bahwa partisipasi warga negara Tiongkok dalam permusuhan terhadap Ukraina di pihak negara agresor, serta keterlibatan perusahaan-perusahaan Tiongkok dalam produksi produk militer di Rusia, merupakan masalah serius dan bertentangan dengan semangat kemitraan antara Ukraina dan Tiongkok,” kata pernyataan Ukraina pada hari Selasa.

    Yevhen Perebyinis menyerukan pihak China untuk mengambil tindakan guna menghentikan dukungan terhadap Rusia dalam agresinya terhadap Ukraina, seperti diberitakan The Guardian.

    China Belum Menanggapi Tuduhan Ukraina

    Beijing belum menanggapi klaim terbaru pada saat berita ini ditulis.

    Sebelumnya, Zelensky mengatakan pada hari Kamis (17/4/20205) minggu lalu bahwa intelijen Ukraina menunjukkan China memasok senjata ke Rusia, termasuk bubuk mesiu dan artileri, dan perwakilan China terlibat dalam produksi senjata di wilayah Rusia.

    China menolak ini sebagai tidak berdasar, tetapi pernyataan Zelensky pada hari Selasa (22/4/2025) memenuhi janji untuk memberikan rincian minggu ini. 

    Dua orang yang diduga tentara China telah ditangkap oleh Ukraina dan diperlihatkan kepada pers, dan Zelensky mengatakan setidaknya ada 155 warga negara China yang beroperasi di pihak Rusia.

    Pemerintah China secara konsisten membantah memberikan dukungan militer kepada Rusia atau memihaknya dalam perang.

    Zelensky Siap Negosiasi dalam Format Apa Pun

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina siap melakukan negosiasi dengan Rusia dalam format apa pun.

    “Dalam format apa pun, karena saat itu kami akan yakin bahwa kami setidaknya memiliki beberapa hasil, bahwa Rusia benar-benar siap. Siap untuk langkah-langkah nyata, untuk hasil-hasil nyata. Bahwa mereka adalah orang-orang yang serius, langkah-langkah serius, bukan sekadar kekanak-kanakan,” kata Volodymyr Zelensky dalam pernyataannya yang dirilis kantor Presiden Ukraina, Selasa (22/4/2025).

    Pernyataan ini menanggapi perkataan Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengatakan Rusia siap melakukan perundingan langsung dengan Ukraina.

    “Kami selalu membicarakan hal ini, bahwa kami memiliki sikap positif terhadap inisiatif perdamaian apa pun. Kami berharap perwakilan rezim Kyiv akan merasakan hal yang sama,” kata Putin, saat berbicara di TV pemerintah Rusia, Senin (21/4/2025).

    Perwakilan Ukraina, Inggris, Prancis, AS akan Bertemu di London

    Perwakilan dari Ukraina, Inggris, Prancis, dan AS akan bertemu di London pada Rabu hari ini untuk melanjutkan pembicaraan tentang kemungkinan gencatan senjata. 

    Utusan Donald Trump untuk Ukraina, Keith Kellogg, akan menghadiri diskusi tersebut, menurut pernyataan juru bicara departemen luar negeri AS, Tammy Bruce. 

    Bertentangan dengan pengumuman sebelumnya, menteri luar negeri AS, Marco Rubio, tidak akan hadir. 

    Meskipun Keith Kellogg adalah utusan pemerintah untuk Ukraina, ia sebagian besar telah dikesampingkan dari pembicaraan damai yang dipublikasikan yang telah diadakan AS secara terpisah dengan Rusia dan Ukraina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Zelensky Siap Berunding dengan Rusia, tapi Setelah Gencatan Senjata

    Zelensky Siap Berunding dengan Rusia, tapi Setelah Gencatan Senjata

    Jakarta

    Ukraina menyatakan siap melakukan perundingan perdamaian secara langsung dengan Rusia tetapi hanya setelah gencatan senjata diberlakukan. Hal itu disampaikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di tengah tekanan baru AS untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama tiga tahun itu.

    Diansir AFP, Rabu (23/4/2025), Utusan presiden AS Steve Witkoff akan pergi ke Moskow minggu ini. Gedung Putih mengatakan, seorang utusan AS akan mengambil bagian dalam perundingan baru dengan pejabat Eropa di London pada hari Rabu.

    Laporan media AS mengatakan Presiden AS Donald Trump telah mengusulkan untuk menerima bahwa wilayah yang dianeksasi Moskow di Krimea diakui sebagai wilayah Rusia. Pada perundingan tersebut rencananya juga akan membahas hal itu.

    Sementara Zelensky mengatakan pihaknya siap berunding dalam format apapun setelah gencatan senjata diberlakukan.

    “Setelah gencatan senjata, kami siap untuk duduk dalam format apa pun,” kata Zelensky kepada wartawan sehari sebelum perundingan utama di London tentang kemungkinan penyelesaian Ukraina.

    Diketahui, Trump, yang telah berjanji untuk mencapai kesepakatan Moskow-Kyiv dalam waktu 24 jam setelah menjabat, telah gagal dalam tiga bulan sejak itu untuk mendapatkan konsesi dari Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Trump mengatakan pada akhir pekan bahwa ia berharap kesepakatan damai dapat dicapai “minggu ini” meskipun tidak ada tanda-tanda kedua belah pihak hampir mencapai gencatan senjata, apalagi penyelesaian jangka panjang.

    Putin Nyatakan Terbuka Berunding Secara Langsung

    Dilansir Reuters, Selasa (22/4/2025), Putin dan Zelenskiy menghadapi tekanan dari Amerika Serikat, yang mengancam akan meninggalkan upaya perdamaiannya kecuali jika ada kemajuan yang dicapai.

    Rusia dan Ukraina mengatakan mereka terbuka untuk gencatan senjata lebih lanjut setelah gencatan senjata Paskah selama 30 jam yang dideklarasikan oleh Rusia pada akhir pekan lalu. Masing-masing pihak Rusia dan Ukraina saling menuduh pihak lain melakukan pelanggaran gencatan senjata.

    Perundingan itu dijadwalkan dilakukan pada minggu ini di London. Ukraina mengatakan pihaknya akan mengirim delegasi untuk bertemu dengan pejabat dari Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.

    Perundingan tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuan di Paris minggu lalu di mana AS dan negara-negara Eropa membahas cara-cara untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.

    Putin, menyampaikan kepada seorang reporter TV pemerintah Rusia, mengatakan pertempuran telah dimulai kembali setelah gencatan senjata Paskah, yang diumumkannya secara sepihak pada hari Sabtu. Putin juga mengatakan pihaknya terbuka terhadap inisiatif perdamaian apa pun dan mengharapkan hal yang sama dari Ukraina.

    “Kami selalu membicarakan hal ini, bahwa kami memiliki sikap positif terhadap inisiatif perdamaian apa pun. Kami berharap perwakilan rezim Kyiv akan merasakan hal yang sama,” kata Putin kepada reporter TV pemerintah Pavel Zarubin.

    Sementara Juru bicara Rusia Dmitry Peskov, yang kemudian dikutip oleh kantor berita Interfax, mengatakan kepada wartawan, “Ketika presiden mengatakan bahwa ada kemungkinan untuk membahas masalah tidak menyerang target sipil, termasuk secara bilateral, presiden bermaksud melakukan negosiasi dan diskusi dengan pihak Ukraina,” tuturnya.

    Diketahui, tidak ada pembicaraan secara langsung antara kedua belah pihak sejak minggu-minggu awal setelah invasi Rusia pada Februari 2022.

    (yld/zap)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Ajak Pejabat Eropa Rapat di London Bahas Rencana Gencatan Senjata Rusia-Ukraina – Halaman all

    Trump Ajak Pejabat Eropa Rapat di London Bahas Rencana Gencatan Senjata Rusia-Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Demi mempercepat upaya diplomatik Rusia-Ukraina, Premerintah Amerika Serikat (AS) mengajak para pejabat Eropa untuk menggelar pembicaraan di London, Rabu (23/04/2025).

    Dalam kesempatan tersebut AS juga mengajak pejabat Ukraina dan untuk menghadiri rapat untuk membahas upaya mengakhiri perang Rusia-Ukraina.

    Melanjutkan diskusi sebelumnya di Paris pada 17 April 2025 lalu.

    Untuk mempercepat upaya diplomatik ini nantinya AS akan mengutus Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, bersama dua utusan khusus Trump, Steve Witkoff dan Keith Kellogg.

    Mereka bakal dijadwalkan bertemu dengan para menteri luar negeri dan penasihat keamanan nasional dari Prancis, Jerman, Inggris, dan Ukraina.

    Hal tersebut turut dikonfirmasi langsung oleh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky di platform X setelah panggilan telepon dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer. 

    “Ukraina, Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat kami siap bergerak secara konstruktif, seperti yang telah kami lakukan sebelumnya, untuk mencapai gencatan senjata tanpa syarat, yang kemudian dilanjutkan dengan perdamaian yang nyata dan langgeng,” ujar Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy melalui platform X.

    Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS menolak memberikan komentar atas rencana pertemuan ini.

    Namun melansir dari Financial Post, pertemuan di London ini dimaksudkan sebagai tindak lanjut dari diskusi sebelumnya di Paris pekan lalu.

    Di mana AS saat itu berusaha menyampaikan usulan untuk mendorong terjadinya gencatan senjata dan perjanjian damai antara Rusia dan Ukraina.

    Untuk mempercepat negosiasi ini, AS bahkan dikabarkan bersedia melonggarkan sanksi terhadap Moskow.

    Tak hanya itu AS juga mengakui kendali Rusia atas Semenanjung Krimea di Laut Hitam sebagai bagian dari kesepakatan.

    AS Jegal Peluang Ukraina Gabung NATO

    Demi mencegah meluasnya eskalasi perang, Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump menangguhkan rencana Ukraina untuk bergabung dengan NATO.

    Hal ini disampaikannya Utusan Khusus Amerika Serikat untuk Rusia dan Ukraina, Keith Kellogg dalam wawancara bersama Fox and Friends Weekend, Minggu (20/4/2025).

    Kellogg menjelaskan keputusan ini diambil pemerintah Trump dengan beberapa pertimbangan strategis dan keamanan, terutama terkait dengan konflik yang sedang berlangsung antara Ukraina dan Rusia.​

    Menurutnya, Penerimaan Ukraina ke dalam NATO dapat memicu Pasal 5, yang mewajibkan negara anggota untuk membela satu sama lain jika diserang.

    Hal ini berpotensi menarik Amerika Serikat dan negara-negara NATO lainnya ke dalam konflik langsung dengan Rusia, yang memiliki konsekuensi serius bagi keamanan global.

    Tak hanya itu Amerika Serikat khawatir, penerimaan Ukraina dapat memperburuk ketegangan dengan Rusia dan meningkatkan risiko konfrontasi militer yang lebih luas.

    “NATO tidak akan dibahas (dalam perundingan damai Rusia-Ukraina di London). Ukraina tidak akan menjadi bagian dari NATO. Itu bukan hal yang baru. Kita telah membicarakannya sejak 2008,” ujar Kellogg.

    Merespons keputusan tersebut Rusia merasa puas dengan pernyataan Washington yang mengecualikan keanggotaan NATO untuk Ukraina.

    Pernyataan itu disampaikan oleh Juru Bicara Presiden Rusia, Dmitry Peskov, di Moskwa, Senin (21/4/2025).

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Ternyata Kapal Perang Putin Tersebar di Asia, Sempat Wara-wiri di RI

    Ternyata Kapal Perang Putin Tersebar di Asia, Sempat Wara-wiri di RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Angkatan Laut Rusia di bawah kepemimpinan Presiden Vladimir Putin telah memamerkan kekuatan di kawasan Indo-Pasifik dalam beberapa bulan terakhir. Secara bersamaan, pasukan Moskow tetap melancarkan perang terhadap Ukraina.

    Menurut penyebaran kapal yang dirilis Newsweek pada Selasa (22/4/2025), pada awal Februari, angkatan laut Rusia mengirim dua korvet, Rezky dan Pahlawan Federasi Rusia Aldar Tsydenzhapov, serta kapal tanker minyak armada Pechenga, dari pangkalan angkatan laut Timur Jauh mereka di kota Vladivostok untuk ditempatkan di kawasan Asia-Pasifik.

    Kelompok tugas angkatan laut Rusia ini kemudian melintasi perairan dekat Jepang saat menuju ke selatan dari Laut Jepang, yang juga dikenal sebagai Laut Timur di Korea Selatan, ke Laut Cina Selatan, tempat kapal-kapal tersebut melakukan latihan pertahanan udara.

    Pada pertengahan Februari, kapal-kapal Rusia mencapai pulau Bali di Indonesia untuk latihan angkatan laut multilateral dengan nama sandi Komodo-2025. Kapal-kapal dari Armada Pasifik Rusia sebelumnya telah mengambil bagian dalam latihan maritim bilateral dengan Indonesia di negara kepulauan tersebut pada November tahun lalu.

    Setelah berakhirnya Komodo-2025, yang berlangsung dari tanggal 16 hingga 22 Februari, kapal-kapal Rusia melanjutkan penempatan mereka di Samudra Hindia, di mana mereka bergabung dengan latihan Maritime Security Belt-2025 di pelabuhan Chabahar, Iran dari tanggal 10 hingga 11 Maret, bersama dengan kapal-kapal dari angkatan laut China dan Iran.

    Pada tanggal 15 Maret, armada Rusia mencapai Pakistan, sekutu utama AS non-NATO, menjadi kapal angkatan laut Rusia pertama yang mengunjungi pelabuhan Karachi di Pakistan dalam empat tahun. Kemudian, armada tersebut mengambil bagian dalam latihan bilateral Arabian Monsoon-VI di Laut Arab Utara bersama angkatan laut Pakistan.

    Perhentian berikutnya bagi kelompok tugas Rusia adalah Chennai di India, di mana mereka singgah dari tanggal 26 Maret hingga 10 April. Selama kunjungan tersebut, kapal-kapal Rusia mengambil bagian dalam latihan gabungan Indra Navy-2025 dengan rekan-rekan mereka dari India di perairan terdekat.

    “Karena fokus India terutama pada bagian timur [Samudra Hindia], kapal-kapal Rusia di bagian barat dapat membantu mengisi kekosongan keamanan di sana. Ini akan mengurangi kebutuhan negara-negara Afrika Timur untuk mencari bantuan dari China dan AS untuk memerangi bajak laut, penyelundup, dan pengedar narkoba,” kata Alexey Kupriyanov, kepala Pusat Kawasan Indo-Pasifik di Institut Riset Nasional Primakov tentang Ekonomi Dunia dan Hubungan Internasional dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.

    Setelah mengakhiri kunjungan ke India, Rezky, Pahlawan Federasi Rusia Aldar Tsydenzhapov, dan Pechenga mengunjungi Chittagong di Bangladesh dari tanggal 12 hingga 14 April. Tidak jelas apakah mereka akan melakukan kunjungan pelabuhan atau latihan lebih lanjut selama penempatan.

    Masih harus dilihat apakah gugus tugas angkatan laut Rusia akan melaksanakan operasi gabungan dengan angkatan laut China selama pelayaran kembali. Kedua angkatan laut melakukan serangkaian manuver militer bilateral di Samudra Pasifik tahun lalu, termasuk latihan dan patroli.

    (tfa)

  • Siapa Saja Calon Pengganti Paus Fransiskus? 2 dari Asia Tenggara, Ini Daftar Lengkap 15 Nama Potensialnya

    Siapa Saja Calon Pengganti Paus Fransiskus? 2 dari Asia Tenggara, Ini Daftar Lengkap 15 Nama Potensialnya

    PIKIRAN RAKYAT – Kematian Paus Fransiskus pada 21 April 2025 menandai berakhirnya era seorang pemimpin Gereja Katolik yang dikenal progresif dan dekat dengan kaum miskin. Di tengah masa berkabung, perhatian dunia beralih ke pertanyaan besar: siapa yang akan menggantikannya?

    Mekanisme pemilihan Paus baru akan segera dimulai melalui konklaf yang diikuti oleh para kardinal berusia di bawah 80 tahun. Dari puluhan kandidat potensial, berikut adalah 15 nama yang paling sering disebut sebagai pengganti potensial, terbagi berdasarkan wilayah.

    EROPA

    1. Pietro Parolin (Italia, 70 tahun)

    Sebagai Sekretaris Negara Vatikan, Parolin merupakan tokoh nomor dua selama hampir seluruh masa jabatan Paus Fransiskus. Ia memainkan peran utama dalam diplomasi, termasuk perjanjian kontroversial dengan Tiongkok mengenai penunjukan uskup. Ia dikenal memiliki jaringan global kuat dan dihormati di dalam Kuria Romawi.

    “Dia adalah wajah Vatikan di panggung dunia,” ujar seorang diplomat senior Vatikan.

    2. Matteo Maria Zuppi (Italia, 69 tahun)

    Uskup Agung Bologna ini dikenal karena keterlibatannya dalam diplomasi perdamaian, termasuk sebagai utusan khusus Vatikan untuk konflik Ukraina. Sebagai anggota komunitas Sant’Egidio, Zuppi punya rekam jejak advokasi untuk kaum miskin, migran, dan komunitas LGBTQ Katolik. Ia juga presiden Konferensi Waligereja Italia sejak 2022.

    3. Pierbattista Pizzaballa (Italia, 60 tahun)

    Patriark Latin Yerusalem, mewakili umat Katolik di Timur Tengah, terutama saat konflik Israel-Hamas meningkat. Pizzaballa telah berusaha menjaga keseimbangan diplomatik dan rohani di wilayah penuh gejolak.

    4. Jean-Claude Hollerich (Luksemburg, 67 tahun)

    Seorang Yesuit seperti Paus Fransiskus, ia memiliki pengalaman panjang di Asia (Jepang) dan dikenal sebagai penghubung budaya Timur dan Barat. Hollerich adalah arsitek pemikiran sinode yang inklusif dan menyerukan agar Gereja lebih responsif terhadap perubahan zaman.

    5. Claudio Gugerotti (Italia, 69 tahun)

    Diplomat kawakan dan ahli budaya Slavia, Gugerotti pernah menjabat sebagai nuncio (duta besar Vatikan) di berbagai negara Eropa Timur. Ia menjembatani dialog dengan Gereja-Gereja Timur dan kini memimpin Dikasteri untuk Gereja-Gereja Timur.

    6. Jean-Marc Aveline (Prancis, 66 tahun)

    Uskup Agung Marseille yang lahir di Aljazair ini memperjuangkan dialog antaragama dan perlindungan migran. Sosok yang ramah dan dekat dengan Paus Fransiskus, Aveline dikenal sebagai jembatan budaya dan religius antara Eropa dan Mediterania.

    7. Anders Arborelius (Swedia, 75 tahun)

    Kardinal pertama dari Swedia yang merupakan mualaf Katolik di negara mayoritas Protestan. Ia dikenal tegas dalam doktrin, namun juga mengadvokasi hak-hak migran dan perlindungan umat minoritas di Skandinavia.

    8. Mario Grech (Malta, 68 tahun)

    Sekretaris Jenderal Sinode Para Uskup, Grech mengelola proses refleksi global mengenai masa depan Gereja. Ia berusaha menyeimbangkan tuntutan reformasi dengan kekhawatiran kelompok konservatif.

    9. Péter Erdő (Hungaria, 72 tahun)

    Uskup Agung Esztergom-Budapest, ahli hukum kanonik, dikenal karena kedalaman intelektual dan keterbukaan antaragama. Namun kedekatannya dengan pemerintah nasionalis Viktor Orban kerap jadi bahan kontroversi.

    ASIA

    10. Luis Antonio Tagle (Filipina, 67 tahun)

    Mantan Uskup Agung Manila ini kini menjabat di Vatikan sebagai Pro-Prefek Evangelisasi. Tagle adalah sosok karismatik, vokal soal keadilan sosial, migran, dan korban kekerasan seksual dalam Gereja.

    “Saya tidak takut menyuarakan kebenaran walau menyakitkan bagi Gereja,” ujar Tagle dalam sebuah konferensi.

    11. Charles Maung Bo (Myanmar, 76 tahun)

    Uskup Agung Yangon dan presiden Federasi Konferensi Waligereja Asia. Ia memperjuangkan perdamaian pasca-kudeta militer Myanmar dan membela etnis Rohingya. Ia dikenal sebagai pembela hak asasi manusia dan simbol ketabahan Gereja di Asia Tenggara.

    AFRIKA

    12. Peter Turkson (Ghana, 76 tahun)

    Mantan Presiden Dikasteri untuk Promosi Pembangunan Manusia Integral, Turkson dianggap sebagai kandidat kuat Paus pertama dari Afrika. Ia dikenal sebagai pemikir sosial yang progresif dan aktif dalam isu ekonomi global.

    13. Fridolin Ambongo Besungu (RD Kongo, 65 tahun)

    Uskup Agung Kinshasa dan satu-satunya anggota Dewan Kardinal dari Afrika. Ia lantang menolak pemberkatan hubungan sesama jenis dan menekankan peran Afrika dalam masa depan Gereja.

    “Afrika adalah masa depan Gereja, itu jelas,” ucap Ambongo dalam wawancara tahun 2023.

    AMERIKA

    14. Robert Francis Prevost (AS, 69 tahun)

    Prefek Dikasteri untuk Uskup dan mantan misionaris di Peru. Ia menggabungkan pendekatan pastoral Amerika Latin dengan ketegasan administrasi ala Vatikan.

    15. Timothy Dolan (AS, 75 tahun)

    Uskup Agung New York, dikenal luas di media dan publik Amerika. Seorang konservatif teologis, Dolan punya pengalaman dalam menghadapi skandal pelecehan seksual di Milwaukee dan menjadi wajah Katolik AS dalam menghadapi perubahan demografi.

    Siapa yang Paling Berpeluang?

    Meski tidak ada jaminan siapa yang akan terpilih, nama-nama seperti Pietro Parolin, Luis Antonio Tagle, dan Matteo Zuppi disebut-sebut sebagai tiga nama terkuat. Parolin mewakili stabilitas diplomatik, Tagle merepresentasikan Gereja Asia yang tumbuh cepat, dan Zuppi adalah jembatan bagi umat progresif dan tradisional.

    “Konklaf sering mengejutkan dunia. Nama baru bisa saja muncul, seperti saat Jorge Mario Bergoglio menjadi Paus Fransiskus,” tutur  seorang pengamat Vatikan.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Putin Tak Akan Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus

    Putin Tak Akan Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin, yang perjalanan luar negerinya dibatasi oleh surat perintah penangkapan Mahkamah Pidana Internasional (ICC), tidak akan menghadiri pemakaman Paus Fransiskus.

    “Tidak. Presiden tidak punya rencana seperti itu,” kata juru bicara Putin, Dmitry Peskov kepada wartawan, dilansir kantor berita AFP, Selasa (22/4/2025), ketika ditanya apakah Putin akan menghadiri pemakaman Paus Fransiskus pada hari Sabtu (26/4) mendatang.

    Diketahui bahwa ICC telah menerbitkan surat penangkapan untuk Putin pada Maret 2023 silam. Pengadilan menuduhnya bertanggung jawab atas kejahatan perang. Utamanya, tindakan deportasi anak-anak yang melanggar hukum dari Ukraina ke Rusia.

    Menurut ICC, kejahatan tersebut dilakukan di Ukraina dari 24 Februari 2022 – ketika Rusia meluncurkan invasi skala penuh ke negara tersebut.

    Sebelumnya, Vatikan telah mengumumkan bahwa pemakaman Paus Fransiskus akan digelar pada Sabtu (26/4) mendatang. Prosesi pemakaman ini akan digelar di alun-alun yang ada di depan Basilika Santo Petrus di Vatikan, dengan para pemimpin dunia dan sejumlah besar umat Katolik diperkirakan akan hadir.

    Fransiskus yang berasal Argentina, dan menjadi pemimpin Gereja Katolik Roma pertama yang berasal dari Amerika Latin ini, meninggal dunia dalam usia 88 tahun pada Senin (21/4) waktu setempat. Vatikan mengumumkan Paus Fransiskus meninggal dunia secara tiba-tiba setelah mengalami stroke dan serangan jantung.

    Pemakaman Paus Fransiskus yang diperkirakan akan menarik kehadiran banyak orang, akan berlangsung pada Sabtu (26/4) sekitar pukul 10.00 waktu setempat, di alun-alun yang ada di depan Basilika Santo Petrus di Vatikan.

    Para kepala negara dan keluarga kerajaan dari berbagai negara diperkirakan akan menghadiri pemakaman Paus Fransiskus, dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron menjadi yang pertama mengumumkan kehadiran mereka, bahkan sebelum tanggal pemakaman dikonfirmasi.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pemakaman Paus Fransiskus Akan Digelar 26 April

    Pemakaman Paus Fransiskus Akan Digelar 26 April

    Vatican City

    Vatikan mengumumkan bahwa pemakaman Paus Fransiskus akan digelar pada Sabtu (26/4) mendatang. Prosesi pemakaman ini akan digelar di alun-alun yang ada di depan Basilika Santo Petrus di Vatikan, dengan para pemimpin dunia dan sejumlah besar umat Katolik diperkirakan akan hadir.

    Fransiskus yang berasal Argentina, dan menjadi pemimpin Gereja Katolik Roma pertama yang berasal dari Amerika Latin ini, meninggal dunia dalam usia 88 tahun pada Senin (21/4) waktu setempat. Vatikan mengumumkan Paus Fransiskus meninggal dunia secara tiba-tiba setelah mengalami stroke dan serangan jantung.

    Pemakaman Paus Fransiskus yang diperkirakan akan menarik kehadiran banyak orang, seperti dilansir AFP, Selasa (22/4/2025), akan berlangsung pada Sabtu (26/4)mendatang, sekitar pukul 10.00 waktu setempat, di alun-alun yang ada di depan Basilika Santo Petrus di Vatikan.

    Peti jenazah Fransiskus, yang sebelumnya dimintanya harus terbuat dari kayu dan seng, kemudian akan dibawa ke dalam gereja dan dari sana akan dibawa ke Basilika Santa Maria Maggiore yang ada di Roma untuk dimakamkan.

    Para kepala negara dan keluarga kerajaan dari berbagai negara diperkirakan akan menghadiri pemakaman Paus Fransiskus, dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron menjadi yang pertama mengumumkan kehadiran mereka, bahkan sebelum tanggal pemakaman dikonfirmasi.

    Pada Selasa (22/4), seorang sumber dari kantor kepresidenan Ukraina mengatakan kepada AFP bahwa Presiden Volodymyr Zelensky juga akan menghadiri langsung pemakaman Paus Fransiskus.

    Tanggal pemakaman Paus Fransiskus ditetapkan oleh apa yang disebut sebagai “kongregasi umum” yang dihadiri para kardinal dari gereja-gereja Katolik sedunia yang menggelar pertemuan di Vatikan pada Selasa (22/4) pagi.

    Proses ini menjadi bagian dari ritual yang telah berlangsung selama berabad-abad, yang berpuncak pada pemilihan Paus yang baru dalam pemungutan suara secara rahasia dalam waktu tiga pekan ke depan.

    Pemilihan Paus yang baru, atau disebut konklaf, harus dimulai tidak kurang dari 15 hari dan tidak lebih dari 20 hari setelah meninggalnya sang Paus. Nantinya hanya para kardinal yang berusia di bawah 80 tahun yang memenuhi syarat untuk memilih Paus yang baru.

    Vatikan sebelumnya mempublikasikan foto pertama yang menunjukkan jenazah Paus Fransiskus terbaring di dalam peti jenazah yang terbuka. Dalam foto itu, jenazah Paus Fransiskus mengenakan jubah berwarna merah dengan topi paus terpasang pada kepalanya. Tampak sebuah rosario ada di antara jari-jari tangannya.

    Foto itu disebut diambil di dalam chapel Casa Santa Marta, yang menjadi kediaman resmi Fransiskus di Vatikan selama masa kepausannya dan menjadi tempatnya menghembuskan napas terakhir.

    Jenazah Paus Fransiskus akan dipindahkan ke Basilika Santo Petrus pada Rabu (23/4) pagi, sekitar pukul 09.00 waktu setempat, untuk disemayamkan.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Rusia Serang Target Sipil, Putin Tuduh Ukraina Jadikan Lokasi Itu Tameng Militer – Halaman all

    Rusia Serang Target Sipil, Putin Tuduh Ukraina Jadikan Lokasi Itu Tameng Militer – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Vladimir Putin membenarkan serangan Rusia terhadap fasilitas sipil Ukraina dengan berdalih bahwa mereka menargetkan pasukan Ukraina dan pasukan asing.

    Ketika berbicara dengan Russia 1 TV, Putin menanggapi usulan Ukraina agar kedua pihak memperpanjang gencatan senjata Paskah dan menghentikan serangan terhadap sasaran sipil.

    Presiden Rusia mengklaim bahwa Ukraina berulang kali menggunakan infrastruktur sipil untuk kebutuhan militer.

    Putin mengatakan Rusia melakukan serangan lain terhadap fasilitas pertanian di Wilayah Odessa Ukraina, yang menurut militer Rusia lokasi itu adalah tempat Ukraina dan pendukung asingnya menjalankan operasi pengujian senjata.

    “Pihak berwenang Kyiv bersama dengan kurator dan asisten asing mengorganisasikan, mencoba mengorganisasikan, produksi dan pengujian sistem rudal baru,” kata Putin kepada Russia 1 TV pada hari Senin (21/4/2025).

    “Itu adalah fasilitas sipil, sipil, tetapi digunakan untuk tujuan militer,” tambahnya.

    Selain itu, Putin menanggapi laporan mengenai serangan besar-besaran Rusia terhadap fasilitas sipil di wilayah Sumy, yang disebutnya sebagai balasan terhadap serangan Ukraina di Kursk, wilayah perbatasan Rusia.

    “Semua orang tahu serangan yang dilakukan angkatan bersenjata kita di pusat kongres universitas di Sumy. Apakah itu lokasi sipil? Tentu. Namun, serangan itu digunakan untuk memberi penghargaan kepada pasukan yang telah melakukan kejahatan di Wilayah Kursk,” kata Putin.

    “Kami menganggap orang-orang itu sebagai penjahat yang harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka selama penyerbuan ke wilayah perbatasan Rusia,” imbuhnya. 

    “Hal ini dilakukan justru untuk menghukum mereka,” lanjutnya, seperti diberitakan Russia Today.

    Dalam pernyataannya, Putin juga menanggapi berita mengenai berakhirnya gencatan senjata Paskah yang berlaku pada hari Sabtu (19/4/2025) hingga Senin (21/4/2025).

    “Hal ini perlu diselesaikan. Ini semua adalah subjek untuk studi menyeluruh,” kata Putin, kemudian mengatakan Rusia tidak mengesampingkan keputusan semacam itu.

    Pada hari Senin, Putin mengonfirmasi gencatan senjata selama 30 jam antara Rusia dan Ukraina telah berakhir.

    Mengutip laporan Kementerian Pertahanan Rusia, Putin mengatakan pasukan Ukraina melanggar gencatan senjata Paskah hingga ribuan kali, sebuah tuduhan yang juga dilontarkan Ukraina terhadap Rusia.

    Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berharap Putin bersedia untuk memperpanjang gencatan senjata Paskah setidaknya hingga 30 hari.

    Namun, Kremlin mengumumkan bahwa Putin belum mengindikasikan akan adanya perpanjangan gencatan senjata.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.154: Pertama Kali, Putin Sebut Rusia-Kyiv Bisa Berunding Langsung – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.154: Pertama Kali, Putin Sebut Rusia-Kyiv Bisa Berunding Langsung – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-1.154 pada Selasa (22/4/2025).

    Militer Ukraina melaporkan peringatan serangan udara di Kyiv pada tengah malam.

    Pada pukul 01.02 waktu setempat, pasukan pertahanan udara beroperasi di wilayah Kyiv melawan pesawat tak berawak Rusia.

    Peringatan serangan udara telah dicabut di Kyiv pada pukul 1.39 waktu setempat, seperti diberitakan Suspilne.

    Putin: Rusia Terbuka dengan Perundingan Bilateral dengan Ukraina

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun bahwa ia terbuka untuk perundingan bilateral dengan Ukraina.

    “Kami selalu membicarakan hal ini, bahwa kami memiliki sikap positif terhadap inisiatif perdamaian apa pun. Kami berharap perwakilan rezim Kyiv akan merasakan hal yang sama,” kata Putin, saat berbicara di TV pemerintah Rusia, Senin (21/4/2025).

    Pernyataan ini muncul setelah sebelumnya Putin menuntut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky diganti sebelum hal itu dapat terjadi.

    Sementara itu, Zelensky mengatakan Kyiv siap untuk setiap diskusi guna menghentikan serangan terhadap sasaran sipil. 

    “Ukraina mempertahankan usulannya untuk tidak menyerang setidaknya sasaran sipil. Dan kami mengharapkan tanggapan yang jelas dari Moskow. Kami siap untuk setiap pembicaraan tentang cara mencapai hal ini,” kata Presiden Ukraina, dalam pidatonya pada Senin malam.

    Putin dan Zelensky menghadapi tekanan dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengancam akan meninggalkan upaya perdamaiannya kecuali ada kemajuan yang dicapai.

    Tidak ada pembicaraan langsung antara Rusia dan Ukraina sejak awal invasi Rusia pada 24 Februari 2022, seperti diberitakan The Guardian.

    Delegasi Ukraina akan Pergi ke London

    Delegasi Ukraina dijadwalkan tiba di London pada hari Rabu (23/4/2025) untuk melakukan pembicaraan dengan Inggris, Prancis, dan AS.

    “Kami siap untuk melangkah maju sekonstruktif mungkin,” kata Zelensky.

    Pembicaraan tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuan di Paris minggu lalu, di mana AS dan negara-negara Eropa membahas cara-cara untuk mengakhiri perang dan Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, dilaporkan menyampaikan rencana Washington untuk mengakhiri perang. 

    Zelensky mengatakan pembicaraan di London memiliki tugas utama untuk mendorong gencatan senjata tanpa syarat, yang menurutnya pertemuan itu harus menjadi titik awal.

    Kebocoran Intelijen: Trump Dukung Perdamaian yang Untungkan Putin

    Kebocoran informasi menunjukkan pemerintahan Trump sekarang mendorong kesepakatan damai yang sangat menguntungkan Rusia.

    Kesepakatan itu akan mencakup jeda konflik di sepanjang garis depan 1.000 km yang ada; pengakuan bahwa Krimea adalah milik Moskow; dan veto terhadap keanggotaan Ukraina di NATO.

    Ada juga laporan yang belum dikonfirmasi bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang direbut Rusia pada tahun 2022 akan menjadi bagian dari zona “netral”. 

    Sebelumnya, Rusia mempertahankan tuntutannya terhadap Ukraina untuk menyerahkan semua tanah yang telah didudukinya.

    Namun, Ukraina menolak dan mengatakan itu sama saja menyerah kepada Rusia, menegaskan bahwa menyerahkan wilayah bukanlah jaminan bahwa Rusia tidak akan menyerang mereka lagi.

    Gegara Viktor Obran Memihak Putin, UE akan “Menghukum” Hongaria

    Uni Eropa sedang mempertimbangkan opsi “nuklir” yaitu mencabut hak suara Hongaria berdasarkan perjanjian pasal 7 UE karena Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban memihak kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Di bawah kepemimpinan Viktor Orban, Hongaria telah berulang kali berupaya memblokir sanksi UE terhadap Rusia, meskipun akhirnya mundur.

    Hungaria telah memveto pencairan 6 miliar Euro untuk mengganti rugi negara-negara UE yang memberikan bantuan militer ke Ukraina dan menolak menandatangani deklarasi untuk mendukung Ukraina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina